Anda di halaman 1dari 3

TUGAS SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU FALAK

Ariba Khairunnisa 2202048026


“Napaktilas Jejak Ilmu Falak di Lampung”

Perkembangan ilmu falak di Lampung dipengaruhi oleh seorang tokoh bugis bernama
Muhammad Soleh bin Karaeng yang merupakan seorang ulama pejuang dari kesultanan Bone
yang juga adalah seorang dari keturunan Bugis. Muhammad Soleh sebagai seorang pejuang
kemerdekaan Indonesia tidak luput dari kejaran penjajah pada masa pra kemerdekaan
Indonesia, sehingga Muhammad Soleh melarikan diri dari kejaran para serdadu Belanda
hingga sampailah ia di provinsi Lampung. Bersama dengan orang-orang bugis lainnya yakni
Daeng Sawijaya, Tumenggung Muhammad Ali, dan Penghulu Besar Kyai Muhammad Said,
Muhammad Soleh membangun sebuah surau kecil pada tahun 1839 masehi. 1 Surau kecil ini
diperuntukkan bagi penduduk setempat, pelaut, nelayan, dan para pedagang asal bugis untuk
melaksanakan ibadah shalat dan juga sebagai tempat pembinaan spiritual. 2 Sebagaimana
diketahui bahwa suku bugis dikenal sebagai pelaut yang handal dan juga gigih. Tentu saja
jika menilik salah satu keahlian dalam bidang ilmu falak yakni dapat membaca bintang-
bintang di langit sebagai petunjuk arah. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa sebagai
seorang keturunan bugis yang terkenal dengan kepiawaiannya dalam melaut, Muhammad
Soleh memiliki pengetahuan yang cukup mumpuni dalam bidang ilmu falak.
Kajian mengenai sejarah perkembangan ilmu falak di Lampung sampai saat ini masih
sedikit jumlahnya karena merupakan bahasan yang jarang diketahui oleh khalayak ramai,
namun banyak penelitian mengenai sejarah masuknya islam ke Lampung dan juga penelitian
terkait masjid Jami Al-Anwar sebagai masjid tertua di Lampung sebagai sumber penyebaran
agama islam di Teluk Betung. Mengutip dari skripsi yang ditulis oleh M. Syaipullah yang
berjudul Fungsi Dan Peranan Masjid Jami’Al-Anwar Dalam Penyebaran Islam Di Teluk
Betung Selatan, Bandar Lampung dikatakan bahwa perkembangan islam di Lampung
khususnya daerah Teluk Betung dibawa oleh tiga ulama besar yang terkemuka yakni Kyai
Muhammad Soleh bin Karaeng, H. Ismail dan Daeng Muhammad Ali. 3 Ketiga ulama ini
berdakwah dan memiliki ide untuk membangun sebuah surau yang akan dipergunakan untuk
tempat berdakwah yang saat ini surau tersebut dikenal dengan masjid Jami Al-Anwar.
Namun ketika terjadi letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 mengakibatkan bangunan
surau hancur sehingga rata dengan tanah. Pembangunan kembali surau ini dipelopori oleh
Daeng Sawiji sekaligus penentuan arah kiblatnya dilakukan pengukuran ulang. 4 Jurnal yang
ditulis oleh Meta Iskarina dkk membahas mengenai aspek historis masjid Jami Al-Anwar
dalam proses islamisasi di Teluk Betung menyatakan bahwa proses masuknya islam mulanya
melalui daerah pesisir kemudian terjadi perkembangan melali berbagai pola yakni dengan
pernikahan, politik, perdagangan dan pendidikan. 5 Lalu jurnal yang isinya mengatakan
1
Muhammad Candra Syahputra, Napaktilas Jejak Islam Lampung, ed. Oktaviani, Kedua (Yogyakarta: CV.
Global Press, 2017), 52.
2
Syahputra.
3
M Syaipullah, “Fungsi Dan Peranan Masjid Jami’Al-Anwar Dalam Penyebaran Islam Di Teluk Betung
Selatan, Bandar Lampung” (Palembang: UIN Raden Fatah, 2018), 52.
4
Syaipullah.
5
Meta Iskarina et al., “Eksplorasi Aspek Historis Masjid Jami’ Al-Anwar Dalam Proses Islamisasi Di Teluk
Betung Selatan, Lampung,” Jurnal Artefak 9, no. 1 (2022): 1–8.
bahwa perkembangan islam di Lampung melalui banyak jalur, kebanyakan islam masuk ke
Lampung melalui jalur Banten, Lampung sendiri, Sulawesi, Jawa dan jalur lainnya. 6 Dari
tulisan-tulisan tersebut tampak bahwa perkembangan ilmu falak di Lampung masih belum
banyak disinggung dalam literatur manapun sehingga masih sulit melacak sejarah
perkambangan ilmu falak di Lampung. Namun, dari tulisan tersebut nampak pula bahwa
penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh ulama Lampung tersebut memiliki keakurasian
yang tinggi yang sampai saat ini arah kiblat masjid Jami Al-Anwar akurat. Tentu penentuan
arah kiblat ini menggunakan pengetahuan ilmu falak yang mumpuni.
Tujuan tulisan ini adalah mengupas awal sejarah perkembangan ilmu falak di
Lampung dengan meninjau dari penentuan arah kiblat masjid Jami Al-Anwar yang
merupakan masjid tertua yang ada di Lampung. Selain itu tulisan ini juga bertujuan
memberikan khazanah keilmuan terkait keterkaitan penentuan arah kiblat dan kemampuan
dalam bidang ilmu falak.
Tulisan ini berargumen bahwa perkembangan ilmu falak di Lampung tidak terlepas
dari pengaruh Muhammad Soleh bin Karaeng sebagai pencetus awal pendirian surau yang
jadi cikal bakal masjid tertua di Lampung yakni Masjid Jami Al-Anwar yang terletak di Jl.
Malahayati Tulung Betung Selatan Bandar Lampung. Muhammad Soleh sebagai keturunan
bugis terkenal dengan para pelaut handal tidaklah mungkin jika tidak memiliki pengetahuan
yang mumpuni dalam bidang ilmu falak. Dalam praktiknya penulis juga berargumen bahwa
tidak hanya Muhammad Soleh bin Karaeng saja yang memiliki pengetahuan ilmu falak yang
mumpuni, tapi juga para pendiri awal masjid Jami Al-Anwar lainnya memiliki kecakapan
ilmu falak yang besar.

6
Zainal Abidin, Basri, and Rahma Dwi Nopryana, “The Network of Ulama In Lampung: Tracing The Islamic
Development and Its Influence on Local Tradition and Culture,” AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam 25
(2020), 330.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Basri, and Rahma Dwi Nopryana. “The Network of Ulama In Lampung:
Tracing The Islamic Development and Its Influence on Local Tradition and Culture.”
AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam 25 (2020)
Iskarina, Meta, Nunung Yuliana, Tina Wulandari, and Rinaldo Adi Pratama. “Eksplorasi
Aspek Historis Masjid Jami’ Al-Anwar Dalam Proses Islamisasi Di Teluk Betung
Selatan, Lampung.” Jurnal Artefak 9, no. 1 (2022)
Syahputra, Muhammad Candra. Napaktilas Jejak Islam Lampung. Edited by Oktaviani.
Kedua. Yogyakarta: CV. Global Press, 2017.
Syaipullah, M. “Fungsi Dan Peranan Masjid Jami’Al-Anwar Dalam Penyebaran Islam Di
Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung.” Palembang: UIN Raden Fatah, 2018.

Anda mungkin juga menyukai