Sejak ± 2 tahun yang lalu, kuku jari tangan dan kaki menjadi
berlubang lubang kecil yang tidak rata, ± 1 tahun kemudian kuku
berubah menjadi berwarna kekuningan dan kuku jari tengah kanan
membentuk lubang parit yang dalam. Pada waktu yang bersamaan
terdapat bercak putih dan merah pada lidah yang membentuk seperti
pulau pulau.
Faktor Etiologi, Predisposisi, dan Presipitasi (1)
±12 tahun yang lalu OS mempunyai gigi berlubang yang tidak terasa
sakit sehingga tidak pernah berobat ke dokter gigi. Sejak ±20 tahun
yang lalu OS memiliki kebiasaan merokok kretek sebanyak 1 bungkus
dalam 2 hari. Os tidak berbadan gemuk.
Riwayat Pengobatan (1)
Sejak ± 3 bulan yang lalu oleh dokter spesialis Kulit dan kelamin
RS Dustira Cimahi diberikan salep Dexocort yang lengket dioles 2x
sehari setiap setelah mandi selama seminggu, obat Methotrexat yang
diminum 3x selang 12 jam selama 2 hari dalam seminggu, serta obat
Loratadine yang diminum 1x sehari setiap malam selama 7 hari
sampai saat ini
Anamnesis Tambahan
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti kencing manis,
penyakit jantung, dan darah tinggi. Pasien juga tidak memiliki kelainan
darah, gangguan ginjal, TBC, dan riwayat penyakit kuning. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi obat.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Tanda Vital : TD: 110/70mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, S: 36,80C
Status Gizi : BB : 55 kg IMT = 20,7
TB : 163 cm Status Gizi: normoweight
Kepala : Mata : Konjungtiva : anemis -/-, Sklera : ikterik -/-
THT : Tonsil : T1 – T1 tenang
Faring : tidak hiperemis
Mukosa Lidah : Geographic tongue (+)
Mukosa Bukal : leukoplakia (-)
Pemeriksaan Fisik (lanjutan)
Mulut :
Gigi geligi : 8 7 6 5 4 3 2 1 1234567 8
8765 4 32 1 123 45678
: tanggal : karies
Fenomena
Kobner
Fenomena
tetesan lilin (+)
Fenomena Auspitz
(+)
Geographic
tongue
Nail
Groove
Onikilodistrofi
Diskolorisasi Pitting Diskolorisasi Pitting
nail nail
Status Dermatologikus
Distribusi : Generalisata
1. Methotreksat
Indikasi: jika terdapat efek samping setelah pemberian kortikostreoid, lesi luas
Kontraindikasi:
Absolut: ibu hamil, ibu menyusui, kelainan darah/ disfungsi sumsusm tulang, peminum alkohol
Relatif: kelainan hepar, kelainan ginjal, penyakit berat, penurunan fungsi paru-paru
Cara pemberian
Dosis uji MTX yaitu 2,5mg per minggu, minggu berikutnya diberikan Dosis 15-25 mg per minggu
Lama pemberian 4 minggu, setelah 4 minggu diturunkan 2,5mg tiap bulan sampai dosis 10-15 mg
Dilakukan pemeriksaan lab pada minggu ke-1 dan ke-4
Dalam 1 minggu dilakukan sebanyak satu kali dengan cara meminum 3 tablet dengan seling waktu 12 jam.
Resep Dr. T
SIP 41111151163
Jl Dustira Cimahi
Cimahi, 24 November
2019
R/ Liq. Carb. Det 5%
As. Salisilat
5%
Oxyn Zincii 5%
Lanolin 5%
Vas alb ad
100
m.f.l.a ung 2,5 mg No. XXIV
R/ Methotrexate
ʃ u.e
ʃ 2 dd tab III /minggu (tiap 12 jam)
Pro : Tn. S
Umur : 31 tahun
Alamat : Jalan Dustira
Tappering off methotrexate
Kontrol minggu ke 5, diberikan:
Bakteri akan
mengeluarkan endotoxin
yang akan dianggap
sebagai antigen
antigen akan
merangsang limfosit T
Psoriasi gutata akan
menjadi psoriasis
Terjadi respon imun vulgaris jika terdapat
faktor predisposisi
genetik
Psoriasis Vulgaris
Definisi
Suatu EPS (eritropapuloskuamosa) sejati terbanyak yang etiologinya
tidak diketahui secara pasti dengan faktor predisposisi genetik yang
merupakan suatu proses autoimun dan adanya faktor presipitasi yaitu
trauma, stres psikis dan infeksi fokal.
Patofisiologi Psoriasis Vulgaris
1. Faktor imunologik dan genetik sangat berperan
2. Terjadi hiperproliferasi epidermis:
- Turnover epidermis meningkat 6-7x
- Waktu pematangan keratinosit memendek (3-4 hari)
3. Inflamasi di epidermodermis
Patofisiologi
Sampai saat ini, patogenesis psoriasis masih belum jelas, tetapi
autoimunitas dan peranan genetik berperan penting dalam patogenesis
psoriasis. Prinsip patogenesis psoriasis adalah mekanisme autoimun,
yaitu sel keratinosit dan fibroblast dianggap antigen oleh tubuh.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya psoriasis vulgaris antara lain
faktor endogen yaitu genetik autosomal resesif (HLA-CW6, HLA-
DR7, HLA-B13, dan HLA-BW57) dan faktor eksogen yaitu merokok,
obsesitas, dan alkohol.
Faktor pencetus psoriasis vulgaris antara lain garukan (fenomena
Koebner), stres psikis, stres fisik, serta infeksi fokal.
Patofisiologi
Pada fase awal, terjadi aktivasi sel-sel sistem imun innate (sel dendritik dan
keratinosit) oleh berbagai faktor pencetus. Keratinosit kemudian melepaskan
sitokin IL-1, IL-6, dan TNF-α. Sitokin-sitokin ini mengaktivasi sel dendritik
pada epidermis dan dermis.
Aktivasi sel dendritik menyebabkan disregulasi jalur sinyal IL-23 dan IL-12
yang memicu aktivasi dan diferensiasi sel T naive menjadi sel Th-1 dan sel Th-
17 di nodus limfatikus.
Sitokin yang dihasilkan Th-1 (TNF-α, IFN-γ, IL-21) dan Th-17 (IL-17, IL-
22, IL-21) akan menstimulasi aktivasi dan proliferasi keratinosit (hipermitosis).
Pasien akan mengeluh kulit bersisik tebal (berskuama tebal), serta akan
didapatkan gambaran histopatologi hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, dan
papillomatosis.
Patofisiologi
Proliferasi keratinosit merangsang produksi sitokin inflamasi oleh
keratinosit seperti IL-1β, IL-6, dan TNF-α yang berperan dalam
meningkatkan aktivitas sel dendritik dan ekspansi inflamasi lokal,
sehingga terjadi stimulasi netrofil dan perubahan vaskuler kulit. Pasien
akan mengeluh terdapat bercak-bercak merah dan terasa gatal, serta
akan didapatkan gambaran histopatologi mikroabses Monroe dan
hipervaskularisasi.
Selain melibatkan keratinosit yang terdapat pada kulit dan kuku,
patogenesis psoriasis juga melibatkan sel fibroblas, menyebabkan
manifestasi klinis pada sendi (psoriasis-arthritis).
Hubungan Merokok dengan psoriasis
Merokok : -Mempengaruhi onset psoriasis
-Memperburuk psoriasis
Rokok Tembakau, nikotin alkaloid( ketergantungan)
Diabsorbsi dengan cepat di alveolar,kulit,mukosa
mukosa intestinal
Nikotin pada kulit dan sel inflamasi
Memfasilitasi adhesi keratinosin dan migrasi ke stratum
Germinativum
Hubungan Merokok dengan psoriasis
Psoriasis + merokok (1-14 batang/hari) = meningkatkan insidensi 1,8%
merokok (>25 batang/hari) = meningkatkan insidensi 2,29%
Merokok meningkatkan stress oksidatif + produksi radikal bebas
mitogen activated protein
nuclear Fx kappaB
Nikotin meningkatkan IL-12, TNF α, IL-2, Granulosit colony
stimulating factor
meningkatkan EGR1 meningkatkan vask endotel
growth Fx
Angiogenesis meningkat
Penatalaksanaan
Umum :
Hindari faktor pencetus (stress fisik dan psikis)
Tidak menggaruk lesi
Mengontrol berat badan
Menjelaskan bahwa penyakit Os dapat hilang timbul
Menjelaskan bahwa penyakit Os dapat menurun kepada keluarga sedarah
yang lain
Siklosporin A (CsA)
CsA per oral merupakan sangat efektif untuk psoriasis kulit ataupun
kuku, terutama pasien psoriasis eritrodermik. Dosis rendah 2,5
mg/kg/BB/hari sebagai terapi awal, dengan dosis maksimum 4
mg/kg/BB/hari
jika dalam 1 bulan tidak sembuh, dosis ditingkatkan hingga
5 mg/kg/BB perhari.
Terapi sistemik
Ester Asam Fumarat
Preparat ini diabsorbsi lengkap di usus halus, dihidrolisis menjadi
metabolit aktifnya, monometilfumarat, yang akan menghambat
proliferasi keratinosit serta mengubahan respons sel Th1 menjadi Th2.
Terapi ini dapat diberikan jangka lama (>2 tahun) untuk mencegah
relaps ataupun singkat (hingga tercapai perbaikan).
Terapi sistemik
Sulfasalazine
Merupakan agen terapi sistemik yang jarang digunakan untuk tatalaksana psoriasis
Terapi sistemik
Mikrofenolat Mofetil
Merupakan bentuk pro-drug asam mikofenolat, yaitu inhibitor inosin 5’
monophosphate dehydrogenase. Asam mikofenolat mendeplesi
guanosin limfosit T dan B serta menghambat proliferasinya, sehingga
menekan respons imun dan pembentukan antibodi.
Terapi sistemik
Steroid sistemik
Steroid sistemik tidak rutin dalam tatalaksana psoriasis, karena resiko
kambuh tinggi jika dihentikan. Preparat ini diindikasikan pada psoriasis
persisten yang tidak terkontrol dengan modalitas terapi lain, bentuk
eritroderma dan psoriasis pustular (Von Zumbuch)
Terapi sistemik
6-Thioguanin
Merupakan analog purin yang sangat efektif untuk tatalaksana psoriasis.
Efek samping yang sering adalah mal, diare, serta gangguan fungsi
hepar dan supresi sumsum tulang.
Terapi sistemik
Hidroksiurea
Hidroksiurea merupakan anti-metabolit yang dapat digunakan secara
tunggal dalam tatalaksana psoriasis, tetapi 50% pasien yang berespons
baik terhadap terapi ini mengalami efek samping supresi sumsum tulang
(berupa leukopenia atau trombositopenia) serta ulkus kaki.
Terapi sistemik
Interferon alfa
Dapat sebagai antiviral, antiproliferatif dan imunonodulator
Terapi Biologic agent
Secukinumab (standar BPJS)
dosis: 150mg perminggu selama 6 minggu subkutan
Indikasi: gagal metrotrexat dan cyclosporin
Alefacept
Merupakan gabungan human lymphocyte function associated antigen (LFA)-3 dengan
IgG 1 yang dapat mencegah interaksi antara LFA-3 dan CD2, sehingga menghambat
aktivasi sel limfosit T. Oleh karena itu, alefacept dapat mengurangi proses inflamasi..
Alefacept dapat diberikan intra muskuler (IM) dan intravena (IV) sekali seminggu
selama 12 minggu. Dosis yang direkomendasikan 7,5 mg IV sekali seminggu atau 15
mg IM sekali seminggu
Terapi Biologic agent
Efalizumab
menyebabkan terjadinya 3 hal pada proses inflamasi yaitu: penurunan
efisiensi aktivitas sel T pada limfonodi, terganggunya perjalanan sel
T dari vaskuler ke jaringan dan menurunkan reaktivasi sel T efektor
memori pada tempat inflamasi
subkutan dengan dosis 0,7–2 mg/kgBB/minggu
respons terapi dapat dilihat dalam jangka pendek (12 minggu),
menengah (24 minggu) dan jangka panjang (36 minggu)
Terapi Biologic agent
Adalimumab
- Mekanisme kerjanya selain berikatan dengan TNF-a, adalimumab
juga menetralisir aktivitas biologis sitokin dengan menghambat
interaksi reseptor TNF-a pada permukaan sel p55 dan p75.
Adalimumab membantu menurunkan jumlah TNF-a sehingga dapat
memengaruhi siklus inflamasi pada psoriasis
Diberikan secara subkutan dengan dosis 40 mg setiap 2 minggu
Terapi Biologic agent
Infliximab
Merupakan antibodi monoklonal yang tersusun dari imunoglobulin
manusia dengan dua tempat ikatan. Infliximab mempunyai chimeric
binding sites, di mana sejumlah protein dikenali sebagai protein asing
oleh sistem imun manusia, sehingga meningkatkan potensi antibodi
dan menetralisir efeknya
Intravena melalui infus (3 kali) 5mg/kgbb selama 2-3 jam
1. Minggu pertama
2. 2 minggu sesudahnya
3. Pada minggu ke 6
Terapi Biologic agent
Ustekinumab
Mekanisme kerja: mengikat p40 (subunit dari IL12 dan IL23) dan
memblok proliferasi Th1 dan Th17
Dosis: berat badan <100kg : 45mg
berat badan >100kg : 90mg
Injeksi subkutan setiap minggu pertama, minggu ke 4, dan dilanjutkan
setiap 12 minggu
Indikasi: derajat PASI >75% pada 12minggu dan 67%-78% pada minggu
ke 28
Prognosis
Quo ad vitam adalah ad bonam karena psoriasis vulgaris tidak
menyebabkan kematian.
Quo ad functionam adalah ad bonam karena fungsi kulit dapat
kembali normal apabila Os melakukan pengobatan sesuai anjuran
dokter.
Quo ad sanationam adalah dubia karena psoriasis vulgaris bersifat
kronik-residif
Terima Kasih