Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN KASUSPSORIASIS

GUTATA DAN PSORIASIS VULGARIS


Preseptor : Dian Mardianti dr., SpKK
Kelompok LVIII D
Presentan:
Vania Devina Faustine (4151181411)
Syipa Besta Fitrana (4151181431)
Lintang Pitarani (4151181448)
Anggita Rahmawati Putri (4151181501)
Ni Ketut Agustiani S (4151181504)
Partisipan:
Muhammad Danil Hadyan (4151181424)
Regita Andani Pratiwi (4151181495)
Nadhilah Amaliah (4151181497)
Tazkia Aini (4151181503)
Syabila Fasha R (4151181512)
Keterangan Umum
Nama : Tn. S
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa: Sunda
Alamat : Perumahan Pusdik Armed Cimahi
Baros No. 11
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI AD (Serda)
Pendidikan istri : SMA
Pekerjaan istri : Ibu Rumah Tangga
Status Marital : Sudah menikah dengan 2 anak
Jaminan kesehatan : BPJS Dinas
Keluhan Utama(Autoanamnesis)
Bercak-bercak merah bersisik tebal pada hampir seluruh tubuh
yang terasa sedikit gatal.
Penjabaran Keluhan Utama (1)
Sejak ± 6 bulan yang lalu bercak-bercak merah bersisik
tebal pada hampir seluruh tubuh timbul kembali dan terasa
gatal kembali sehingga Os sering menggaruknya, akibat sering
digaruk ± 4 bulan yang lalu bercak-bercak merah bersisik tebal
yang baru di sekitarnya yang berukuran sebesar ± uang logam
Rp 100,-.
Penjabaran Keluhan Utama (2)
Sejak ± 3 tahun yang lalu, bercak-bercak merah bersisik
tebal meluas hingga meliputi hampir seluruh tubuh terutama
dada, perut, punggung dan bokong, kedua lengan dan kedua
tungkai yang terasa sedikit gatal sehingga Os sering
menggaruknya, akibat sering digaruk, berubah menjadi kira-
kira berukuran sebesar uang logam Rp 100,-.
Penjabaran Keluhan Utama (3)
Sejak ± 2 tahun yang lalu, kuku jari tangan dan kaki menjadi berwarna
kekuningan dan menjadi tidak rata, serta terdapat bercak putih pada lidah.
Karena keluhan tersebut, ± 3 bulan yang lalu Os berobat kembali ke
poliklinik kulit dan kelamin RS Dustira Cimahi. Dokter memberikan salep
Dexocort yang lengket dioles 2x sehari setiap setelah mandi selama seminggu,
obat Methotrexat yang diminum 3x selang 12 jam selama 2 hari dalam
seminggu. Os juga diberi obat Loratadine yang diminum 1x sehari setiap malam
selama 7 hari. Setelah pengobatan, kelainan kulit membaik dan gatal
menghilang.
Perjalanan Penyakit (1)
Kelainan kulit pertama kali timbul ± 10 tahun yang lalu berupa
bintik-bintik sebesar kepala jarum pentul hingga uang logam Rp. 50,-
hanya pada punggung yang terasa sangat gatal sehingga OS sering
menggaruknya. Setelah berobat ke dokter umum kelainan kulit
membaik, gatal menghilang namun tidak sembuh.
Perjalanan Penyakit (2)
Sejak ± 6 tahun yang lalu timbul bercak-bercak merah bersisik tebal pada punggung
hingga bokong yang berukuran sebesar uang logam Rp 500,- yang terasa sedikit gatal
sehingga Os sering menggaruknya, akibat sering digaruk ± 5 tahun yang lalu bercak-
bercak berubah dari ukuran Rp 500,- menjadi berukuran telapak tangan bayi yang terasa
sedikit gatal sehingga Os sering menggaruknya. Akibat sering digaruk sejak ± 4 tahun
yang lalu bercak-bercak merah berubah dari ukuran telapak tangan bayi menjadi
berukuran telapak tangan orang dewasa dan timbul bercak-bercak merah bersisik tebal
serupa pada perut, kedua lengan, kedua tungkai atas, kedua siku dan kedua lutut sebesar
uang logam Rp 500,- yang terasa sedikit gatal sehingga sering digaruknya.
Sejak ± 3 tahun yang lalu timbul bercak-bercak merah bersisik tebal serupa timbul
pada hampir seluruh tubuh yang terasa sedikit gatal
Perjalanan Penyakit (3)

Sejak ± 2 tahun yang lalu, kuku jari tangan dan kaki menjadi
berlubang lubang kecil yang tidak rata, ± 1 tahun kemudian kuku
berubah menjadi berwarna kekuningan dan kuku jari tengah kanan
membentuk lubang parit yang dalam. Pada waktu yang bersamaan
terdapat bercak putih dan merah pada lidah yang membentuk seperti
pulau pulau.
Faktor Etiologi, Predisposisi, dan Presipitasi (1)

Ayah Os mempunyai riwayat bercak-bercak merah serupa pada


punggung, kedua siku dan kedua lutut yang terasa sedikit gatal dan
sampai saat ini belum sembuh dan hanya membaik.

Sejak ±10 tahun yang lalu Os berdinas sebagai TNI AD berpangkat


Serda. Sejak 8 tahun yang lalu Os melakukan latihan fisik selama 3
bulan untuk kenaikan pangkatnya, seperti berlari, merangkak, angkat
beban sehingga Os merasa kelelahan dan sering terkena benturan.
Faktor Etiologi, Predisposisi, dan Presipitasi (2)

±12 tahun yang lalu OS mempunyai gigi berlubang yang tidak terasa
sakit sehingga tidak pernah berobat ke dokter gigi. Sejak ±20 tahun
yang lalu OS memiliki kebiasaan merokok kretek sebanyak 1 bungkus
dalam 2 hari. Os tidak berbadan gemuk.
Riwayat Pengobatan (1)

Karena keluhan tersebut ± 10 tahun yang lalu OS berobat


ke dokter umum di klinik Siliwangi Cimahi diberikan salep
Dexocort yang dioles 2x sehari setelah mandi dan obat
Metilprednisolon yang diminum 2x sehari selama 3 hari,
kelainan kulit dirasakan membaik dan keluhan gatal berkurang
namun tidak sembuh sehingga OS dianjurkan untuk kontrol.
± 5 tahun yang lalu Os kembali berobat berulang kali ke
klinik Siliwangi, karena tidak kunjung sembuh sejak ± 3 bulan
yang lalu oleh dokter umum dirujuk ke Poliklinik Kulit dan
kelamin Rumah Sakit Dustira Cimahi.
Riwayat Pengobatan (2)

Sejak ± 3 bulan yang lalu oleh dokter spesialis Kulit dan kelamin
RS Dustira Cimahi diberikan salep Dexocort yang lengket dioles 2x
sehari setiap setelah mandi selama seminggu, obat Methotrexat yang
diminum 3x selang 12 jam selama 2 hari dalam seminggu, serta obat
Loratadine yang diminum 1x sehari setiap malam selama 7 hari
sampai saat ini
Anamnesis Tambahan
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti kencing manis,
penyakit jantung, dan darah tinggi. Pasien juga tidak memiliki kelainan
darah, gangguan ginjal, TBC, dan riwayat penyakit kuning. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi obat.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Tanda Vital : TD: 110/70mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, S: 36,80C
Status Gizi : BB : 55 kg IMT = 20,7
TB : 163 cm Status Gizi: normoweight
Kepala : Mata : Konjungtiva : anemis -/-, Sklera : ikterik -/-
THT : Tonsil : T1 – T1 tenang
Faring : tidak hiperemis
Mukosa Lidah : Geographic tongue (+)
Mukosa Bukal : leukoplakia (-)
Pemeriksaan Fisik (lanjutan)
Mulut :
Gigi geligi : 8 7 6 5 4 3 2 1 1234567 8
8765 4 32 1 123 45678
: tanggal : karies

Leher : KGB : Inspeksi: tidak terlihat membesar,


Palpasi : tidak teraba
Pemeriksaan Fisik (lanjutan)
Dada : Bentuk dan gerak simetris
Cor : Bunyi jantung I dan II murni reguler,
Pulmo: VBS kanan = kiri, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Perut : Datar lembut, BU (+) normal, NT (-)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ekstremitas :
Sendi interphalang manus & pedis : eritema (-), edema (-),
Kuku : Pitting nail (+), Nail groove (+), discoloration(+),
onikodistrofi (+) onikolisis (-)
Psoriasis Gutata
Psoriasis Vulgaris

Fenomena
Kobner
Fenomena
tetesan lilin (+)

Fenomena Auspitz
(+)
Geographic
tongue
Nail
Groove
Onikilodistrofi
Diskolorisasi Pitting Diskolorisasi Pitting
nail nail
Status Dermatologikus
Distribusi : Generalisata

Ad Regio : Dada, perut, punggung, lumbosakral, gluteus, sulkus gluteus, permukaan


ektensor kedua lengan, kedua siku, permukaan fleksor kedua paha, kedua lutut

Lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, sebagian


teratur sebagian tidak teratur, ukuran milier hingga plakat,
batas tegas, menimbul di permukaan, kering
Efloresensi : Papula eritem dan plak eritem dengan skuama psoriasiformis diatasnya
Score PASI
TOTAL HEAD = (0) X 0,1= 0 x 0 = 0
TOTAL ARMS = (7) X 0,2= 1,4 x 4 = 5,6
TOTAL TRUNK= (8) X 0,3= 2,1 x 4 = 8,4
TOTAL LIMB = (6) X 0,4= 2,4 x 2 = 4,8
PASI = 0 + 5,6 + 8,4 + 4,8 = 18,8 → derajat berat
Resume (1)
Seorang laki-laki berusia 31 tahun datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RS Dustira
dengan keluhan utama sejak ± 6 bulan yang lalu bercak-bercak merah bersisik tebal pada hampir
seluruh tubuh timbul kembali dan terasa gatal kembali sehingga Os sering menggaruknya,
akibat sering digaruk ± 4 bulan yang lalu bercak-bercak merah bersisik tebal yang baru di
sekitarnya yang berukuran sebesar ± uang logam Rp 100,-.
Sejak ± 3 tahun yang lalu, bercak-bercak merah bersisik tebal meluas hingga meliputi
hampir seluruh tubuh terutama dada, perut, punggung dan bokong, kedua lengan dan kedua
tungkai yang terasa sedikit gatal sehingga Os sering menggaruknya, akibat sering digaruk,
berubah menjadi kira-kira berukuran sebesar uang logam Rp 100,-.
Resume (2)
Sejak ± 2 tahun yang lalu, kuku jari tangan dan kaki menjadi berwarna kekuningan
dan menjadi tidak rata, serta terdapat bercak putih pada lidah.
Kelainan kulit pertama kali timbul ± 10 tahun yang lalu berupa bintik-bintik sebesar
kepala jarum pentul hingga uang logam Rp. 50,- hanya pada punggung yang terasa
sangat gatal sehingga OS sering menggaruknya. Setelah berobat ke dokter umum
kelainan kulit membaik, gatal menghilang namun tidak sembuh.
Resume (3)
Karena keluhan tersebut, ± 3 bulan yang lalu Os berobat kembali ke
poliklinik kulit dan kelamin RS Dustira Cimahi. Dokter memberikan
salep Dexocort yang lengket dioles 2x sehari setiap setelah mandi
selama seminggu, obat Methotrexat yang diminum 3x selang 12 jam
selama 2 hari dalam seminggu. Os juga diberi obat Loratadine yang
diminum 1x sehari setiap malam selama 7 hari. Setelah pengobatan,
kelainan kulit membaik dan gatal menghilang.
Resume (4)
Terdapat keluhan serupa pada punggung, pinggang, kedua
lengan, dan kedua lutut kaki ayah OS yang belum sembuh
dan hanya membaik.
Riwayat merokok kretek 1 bungkus dalam 2 hari sejak usia 20
tahun yang lalu.
Riwayat gigi berlubang (+).
Trauma fisik & kelelahan (+).
Resume (5)
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti penyakit DM,
penyakit jantung, hipertensi, dan TBC.
Pasien tidak memiliki kelainan darah, gangguan ginjal, riwayat
penyakit kuning.
Riwayat alergi obat tidak ada
Resume (lanjutan)
Pemeriksaan fisik
Status generalis :dalam batas normal
Mata : sklera ikterik -/-
Mulut : Tonsil hipertrofi dan hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Lidah : Geographic tongue (+)
Mukosa Bukal: Leukoplakia (-)
Gigi geligi : 8 7 6 5 4 3 2 1 1234567 8
8765 4 32 1 123 45678
: tanggal : karies
Ekstremitas :
Sendi interphalang manus & pedis : Eritem (-),edema (-),
Kuku : Pitting nail (+), Nail groove (+) discoloration (+), onikodistrofi (+)
Resume (lanjutan)
Distribusi : Generalisata

Ad Regio : Dada, perut, punggung, lumbosakral, gluteus, sulkus gluteus, permukaan


ektensor kedua lengan, kedua siku, permukaan fleksor kedua paha, kedua lutut

Lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, sebagian


teratur sebagian tidak teratur, ukuran milier hingga plakat,
batas tegas, menimbul di permukaan, kering
Efloresensi : Papula eritem dan plak eritem dengan skuama psoriasiformis diatasnya
Score PASI
TOTAL HEAD = (0) X 0,1= 0 x 0 = 0
TOTAL ARMS = (7) X 0,2= 1,4 x 4 = 5,6
TOTAL TRUNK= (8) X 0,3= 2,1 x 4 = 8,4
TOTAL LIMB = (6) X 0,4= 2,4 x 2 = 4,8
PASI = 0 + 5,6 + 8,4 + 4,8 = 18,8 → derajat berat
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Khusus
1. Tes Fenomena Tetesan Lilin (+)
Dilakukan pada pasien belum pengobatan, skuama
berlapis
Cara : skuama digores dengan kuku
Pada kasus ini didapatkan skuama berubah menjadi
warna putih ketika digores dengan kuku. Goresan
tersebut menyebabkan skuama yang berlapis patah dan
terisi oleh udara sehingga terjadi perubahan indeks bias
(berwarna putih seperti lilin yang digores).
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Fenomena Auspitz (+)
Dilakukan pada lesi yang telah dilakukan fenomena
tetesan lilin
Cara : skuama dilepaskan lapis demi lapis dengan
pinset.
Ditemukan skuama putih yang meninggalkan bintik -
bintik perdarahan karena papilomatosis (papila dermis
yang memanjang, bercabang dan berkelok – kelok
hingga stratum corneum) dan hipervaskularisasi.
Pemeriksaan Penunjang
3. Fenomena Koebner (+)
Cara : menggores lesi sampai kulit yang sehat,
setelah 8 hari akan didapatkan gambaran lesi yang
serupa dengan gambaran lesi psoriasis.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan
fenomena koebner dikarenakan sudah terdapat lesi
baru di sekitar garukan.
Diagnosis banding
1.

2. Psoriasis Gutata dan Psoriasis Vulgaris Derajat Berat


3. Psoriasis Vulgaris Derajat Berat
4. Psoriasis Inversa
Diagnosis kerja

Psoriasis Gutata dan Psoriasis Vulgaris Derajat Berat


Usul Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Histopatologi
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Pemeriksaan fungsi hati (SGOT SGPT)
4. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin)
5. Pemeriksaan foto thoraks
6. Konsultasi ke psikiatri, jika sudah terjadi gangguan pada aktivitas
sehari-hari dan butuh pengobatan.
Penatalaksanaan
Umum :
Hindari faktor pencetus (stress fisik dan psikis)
Tidak menggaruk lesi
Mengontrol berat badan
Menjelaskan bahwa penyakit os dapat hilang timbul
Menjelaskan bahwa penyakit os dapat menurun ke
keluarga sedarah yang lain
Penatalaksanaan
Khusus
Topikal
1. Narrowband UVB (standar BPJS)
3-5x pengobatan perminggu, setiap penyinaran selama 5
menit

2. Unguentum Liquid Carbonat Detergent (LCD) 5%


2 kali sehari selama 7 hari (sehabis mandi)
Penatalaksanaan
Sistemik
1. Secukinumab (standar BPJS)
Dosis: 150mg perminggu selama 6 minggu subkutan
Indikasi: gagal pengobatan metrotrexat dan cyclosporin
Penatalaksanaan

1. Methotreksat
Indikasi: jika terdapat efek samping setelah pemberian kortikostreoid, lesi luas
Kontraindikasi:
Absolut: ibu hamil, ibu menyusui, kelainan darah/ disfungsi sumsusm tulang, peminum alkohol
Relatif: kelainan hepar, kelainan ginjal, penyakit berat, penurunan fungsi paru-paru
Cara pemberian
Dosis uji MTX yaitu 2,5mg per minggu, minggu berikutnya diberikan Dosis 15-25 mg per minggu
Lama pemberian 4 minggu, setelah 4 minggu diturunkan 2,5mg tiap bulan sampai dosis 10-15 mg
Dilakukan pemeriksaan lab pada minggu ke-1 dan ke-4
Dalam 1 minggu dilakukan sebanyak satu kali dengan cara meminum 3 tablet dengan seling waktu 12 jam.
Resep Dr. T
SIP 41111151163
Jl Dustira Cimahi
Cimahi, 24 November
2019
R/ Liq. Carb. Det 5%
As. Salisilat
5%
Oxyn Zincii 5%
Lanolin 5%
Vas alb ad
100
m.f.l.a ung 2,5 mg No. XXIV
R/ Methotrexate
ʃ u.e
ʃ 2 dd tab III /minggu (tiap 12 jam)

R/ Loratadine 10 mg No. XXX


ʃ 1 dd tab I

Pro : Tn. S
Umur : 31 tahun
Alamat : Jalan Dustira
Tappering off methotrexate
Kontrol minggu ke 5, diberikan:

R/ Methotrexate 2,5 mg No. XVI


ʃ 2 dd tab III
tab II minggu (tiap 12 jam)

Kontrol minggu ke 9, diberikan:

R/ Methotrexate 2,5 mg No. XVI


ʃ 2 dd tab III
tab I minggu (tiap 12 jam)
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia
PEMBAHASAN
Keterangan Umum
Dilaporkan dari keterangan umum didapatkan pasien laki-laki berusia 31 tahun dengan
pekerjaan TNI angkatan darat, dengan status marital menikah dengan 2 anak. Pasien datang dengan
keluhan bercak-bercak merah bersisik tebal pada hampir seluruh tubuh meliputi dada, perut,
punggung bokong, kedua lengan, kedua siku, kedua paha hingga kedua lutut yang terasa sedikit
gatal.
Bercak-bercak merah bersisik merupakan suatu gambaran klinis dari EPS (eritro papula
skuamosa), seperti psoriasis vulgaris, psoriasis gutata, psoriasis seboroika, dll. Psoriasis Vulgaris
ditandai dengan bercak-bercak eritem/papula/plak yang berskuama kasar, berlapis lapis dan
transparan seperti mika dengan predileksi headline, suprasternal, punggung, lumbosacral, gluteal
permukaan ekstensor dari ekstermitas terutama siku dan lutut . Psoriasis gutata biasanya
berskuama tidak terlalu tebal dengan predileksi badan, ekstermitas bagian proksimal. Psoriasis
inversa yaitu memiliki predileksi di bagian fleksor tubuh. Sedangkan psoriasis seboroika mengenai
daerah yang kaya dengan kelenjar sebascea seperti kepala, alis, kelopak mata dll.
Menurut Henry, onset psoriasis terbanyak pada usia 20-50 tahun, Menurut Andrew dan
Fitzpatrick, insidensi dari psoriasis vulgaris sama antara laki-laki maupun perempuan sedangkan
untuk Psoriasis gutata banyak mengenai anak-anak maupun dewasa muda
Predileksi Eritopapuloskuamosa
Kelainan kulit pertama kali timbul ± 10 tahun yang lalu berupa bintik-bintik
sebesar kepala jarum pentul hingga uang logam Rp. 50,- hanya pada punggung
yang terasa sangat gatal sehingga OS sering menggaruknya. Setelah berobat ke
dokter umum kelainan kulit membaik, gatal menghilang namun tidak sembuh.
Pada pasien ini 10 tahun yang lalu diawali oleh Psoriasis gutata yaitu Suatu
EPS (eritro papulo skuamosa) sejati yang etiologinya tidak diketahui secara
pasti yang menyerang sekelompok orang dengan riwayat hipersensitivitas dan
faktor presipitasi adanya infeksi fokal dari Streptococcus beta hemolyticus atau
Staphylococcus aureus yang tersering pada Gigi dan THT
Sejak ± 6 tahun yang lalu timbul bercak-bercak merah bersisik tebal pada punggung hingga bokong
yang berukuran sebesar uang logam Rp 500,- yang terasa sedikit gatal sehingga Os sering menggaruknya,
akibat sering digaruk ± 5 tahun yang lalu bercak-bercak berubah dari ukuran Rp 500,- menjadi berukuran
telapak tangan bayi yang terasa sedikit gatal sehingga Os sering menggaruknya. Akibat sering digaruk
sejak ± 4 tahun yang lalu bercak-bercak merah berubah dari ukuran telapak tangan bayi menjadi
berukuran telapak tangan orang dewasa dan timbul bercak-bercak merah bersisik tebal serupa pada perut,
kedua lengan, kedua tungkai atas, kedua siku dan kedua lutut sebesar uang logam Rp 500,- yang terasa
sedikit gatal sehingga sering digaruknya
Sejak 6 tahun yang lalu dari psoriasis gutata jatuh menjadi psoriasis vulgaris bisa dikarenakan
adanya faktor predisposisi berupa genetik. lesi pada pasien ini sesuai pada tempat predileksi dari
psoriasis vulgaris yaitu kulit yang mudah terkena trauma seperti headline, suprasternal, punggung,
lumbosacral, gluteal, sulcus gluteal, bagian ekstensor lengan terutama siku, bagian ektensor tungkai
terutama lutut. Pada pasien ini bercak bercak melebar dan meluas dikarenakan digaruk yang dapat
menimbulkan perluasan lesi karena adanya trauma pada sisi yang sehat
Menurut Andrew dan Fitzpatrick, keluhan terasa sedikit gatal karena
proses yang terjadi pada psoriasis adalah penebalan pada epidermis,
sehingga rangsang sensasi gatal berkurang karena letak saraf menjadi
lebih jauh.
Pasien mengeluhkan adanya perubahan pada kuku menjadi
kekuning-kuningan dan permukaannya tidak rata seperti sumur-sumur
dangkal. Pasien juga mengeluhkan terdapat bercak putih di lidah dan
permukaannya seperti peta.
Pada psoriasis dapat ditemukan lidah geografik. Keterlibatan kuku
hampir dijumpai pada semua jenis psoriasis meliputi 40-50% kasus dan
meningkat seiring durasi dan eksistensi penyakit. Kelainan kuku yang
dapat ditemukan pada ptoriasis antara lain pitting nail, leukonikia,
orikodistrofi, onikolisis, subungual hyperkeratosis, dan splinter
hemorrhage.
Ayah Os mempunyai riwayat bercak-bercak merah serupa pada punggung,
kedua siku dan kedua lutut yang terasa sedikit gatal dan sampai saat ini belum
sembuh dan hanya membaik.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya psoriasis vulgaris antara lain faktor
endogen yaitu genetik autosomal resesif (HLA-CW6, HLA-DR7, HLA-B13, dan
HLA-BW57), dan faktor eksogen yaitu merokok, obsesitas, dan alkohol.
Sejak ±10 tahun yang lalu Os berdinas sebagai TNI AD berpangkat Serda. Sejak 8 tahun
yang lalu Os melakukan latihan fisik selama 3 bulan untuk kenaikan pangkatnya, seperti berlari,
merangkak, angkat beban sehingga Os merasa kelelahan dan sering terkena benturan.
Faktor pencetus psoriasis vulgaris antara lain garukan (fenomena Koebner), stres psikis,
dan stres fisik serta infeksi fokal. Pada pasien ini mengalami kelelahan fisik yang dapat
menyebabkan trauma ditempat predileksi sehingga menimbulkan lesi baru psoriasis vulgaris.
±12 tahun yang lalu OS mempunyai gigi berlubang yang tidak terasa sakit sehingga tidak
pernah berobat ke dokter gigi. Sejak ±20 tahun yang lalu OS memiliki kebiasaan merokok
kretek sebanyak 1 bungkus dalam 2 hari. Os tidak berbadan gemuk.
Selain itu pada pasien ini kebersihan mulut kurang baik, banyak gigi berlubang dan sisa
akar gigi yang menimbulkan infeksi fokal sehingga dapat mencetuskan timbulnya psoriasis
gutata.
Karena keluhan tersebut ± 10 tahun yang lalu OS berobat ke dokter umum di klinik
Siliwangi Cimahi diberikan salep Dexocort yang dioles 2x sehari setelah mandi dan obat
Metilprednisolon yang diminum 2x sehari selama 3 hari.
± 5 tahun yang lalu Os kembali berobat berulang kali ke klinik Siliwangi oleh dokter umum
dirujuk ke Rumah Sakit Dustira Cimahi.
Sejak ± 3 bulan yang lalu oleh dokter spesialis Kulit dan kelamin diberikan obat Methotrexat
yang diminum 3x selang 12 jam selama 2 hari dalam seminggu, salep Dexocort yang lengket
dioles 2x sehari setiap setelah mandi selama seminggu, serta obat Loratadine yang diminum 1x
sehari setiap malam selama 7 hari.
Pada pasien ini diberikan obat metrotrexat dikarenakan pengobatan dengan kortikosteroid sistemik
tidak membaik, dan pada perhitungan PASI score termasuk psoriasis vulgaris derajat berat sehingga
menurut Fitzpatrick diperlukan kortikosteroid topikal, fototerapi NB-UVB dan obat sistemik
golongan sitostatik yaitu Metrotrexat. Psoriasis vulgaris tidak bisa sembuh karena penyebabnya
tidak diketahui secara pasti. Keluhan hilang timbul karena perjalanan penyakitnya bersifat kronik
residif, sehingga selama faktor predisposisi dan presipitasinya masih ada, keluhan akan terus timbul
kembali.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti kencing manis, penyakit
jantung, dan darah tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak memiliki kontraindikasi pengobatan
Kortikosteroid sistemik.
Pasien juga tidak memiliki kelainan darah, gangguan ginjal, TBC, dan
riwayat penyakit kuning. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak memiliki kontraindikasi pengobatan
sistemik untuk psoriasis vulgaris (Metotreksat). Menurut Andrew, salah satu
pilihan pengobatan sistemik untuk psoriasis vulgaris adalah golongan sitostatik
yaitu metotreksat. Kontraindikasi metotreksat adalah laki-laki/ perempuan yang
fertil, memiliki gangguan fungsi ginjal, hepar, dan hematopoietik, adanya infeksi
kronik, dan pada wanita hamil.
Penentuan Derajat Psoriasis
PASI (Psoriasis Area and Severity Index) adalah perhitungan untuk menilai
derajat keparahan dan derajat luas psoriasis. PASI digunakan sebagai index
dalam uji klinis pengobatan psoriasis.
PASI terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1. Menghitung luas permukaan tubuh yang ditutupi lesi (Body Surface Area)
selanjutnya disebut area score.
2. Menilai derajat keparahan lesi (lesion score)
Derajat keparahan lesi dinilai dari derajat Eritema (E), Indurasi (I), dan
Skuama (S)
Nilai PASI paling rendah adalah 0 (tidak ada psoriasis) dan paling tinggi
adalah 72 (derajat paling parah psoriasis). Nilai PASI dihitung pada awal
pengobatan, selama pengobatan dan akhir pengobatan. Hal ini dilakukan
untuk menilai respon lesi psoriasis terhadap pengobatan yang diberikan.
PASI merupakan kombinasi penilaian dari:
1. Area score (Body surface Area) terbagi menjadi 4 area

Kepala dan Leher (10% = 10 tapak tangan/ 10 palms)


Ekstremitas atas (20% = 20 telapak tangan/20 palms)
Truncus (30% = 30 telapak tangan/30 palms)
Ekstremitas bawah (40% = 40 telapak/40 palms)
Setelah menghitung persentase area yang ditutupi plak psoriasis pada masing-masing
regio, kemudian kita menghitung AREA SCORE-nya sesuai tabel berikut:

Area score Luas BSA yang tertutupi plak


psoriasis
0 0%
1 1-9%
2 10-29%
3 30-49%
4 50-69%
5 70-89%
6 90-100%
1.Derajat lesi (lesion score)
Eritema
Indurasi (ketebalan)
Skuama
Berikut tabel cara menilai derajat lesi dari masing-masing efloresensi:

SCORE ERITEM INDURASI SKUAMA


0 Tidak merah Tidak ada indurasi Tidak ada skuama
1 Merah muda (light red) 0,5mm Skuama halus menutupi sebagian
plak
2 Skuama halus menutupi seluruh
Merah (red, but not deep red) 0,75mm
permukaan plak
3 Sangat merah (very red) 1 mm Skuama tebal menutupi sebagian
plak
4 Sangat merah sekali (extremely Skuama tebal menutupi seluruh
1,25 mm
red) permukaan plak
Tahap ke-3 menghitung PASI adalah menggabungkan atau menambahkan nilai area score dan
lesion score sesuai regio masing-masing dan mengalikan nilai tadi dengan amount indicated. Amount
indicated pada kepala dan leher adalah 0,1, Amount indicated regio ekstremitas atas = 0,2, Amount
indicated regio trunkus = 0,3, dan Amount indicated regio ekstremitas bawah = 0,4.

Jadi akan didapatkan:


TOTAL HEAD = A1 X 0,1 = B1 x Luas Lesi = Total Head
TOTAL ARMS = A2 X 0,2 = B2 x Luas lesi = Total Arms
TOTAL TRUNK = A3X 0,3 = B3 x Luas lesi = Total Trunk
TOTAL LIMB = A4 X 0,4 = B4 x Luas lesi = Total Limb
PASI = TOTAL HEAD+ TOTAL ARMS + TOTAL TRUNK + TOTAL LIMB
NILAI PASI
0-5 = RINGAN
5-12 = SEDANG
>12 = BERAT
Score PASI
TOTAL HEAD = (0) X 0,1= 0 x 0 = 0
TOTAL ARMS = (7) X 0,2= 1,4 x 4 = 5,6
TOTAL TRUNK= (8) X 0,3= 2,1 x 4 = 8,4
TOTAL LIMB = (6) X 0,4= 2,4 x 2 = 4,8
PASI = 0 + 5,6 + 8,4 + 4,8 = 18,8 → derajat berat
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan afebris tidak ada pembesaran KGB
Tidak ada tanda tanda infeksi sekunder
Pada mata tidak ditemukan sklera ikterik, pada pulmo tidak ada
kelainan dan pada abdomen tidak ada pembesaran hepar.
Tidak ada tanda tanda kontraindikasi untuk pengobatan sistemik
Pada mulut tidak terdapat karies gigi
Karies dentis dapat menyebabkan infeksi fokal yang menjadi
pencetus psoriasis vulgaris.
Pemeriksaan Fisik
Pada lidah terdapat geographic tongue
Pada psoriasis dapat ditemukan geographic tongue.
Sendi-sendi tidak ada tanda-tanda inflamasi
Tidak ada inflamasi pada sendi menyingkirkan psoriasis
artritis.
Kuku terdapat pitting nails dan leukonychia
Psoriasis kuku yang ditandai dengan pitting nails dan
leokonychia dapat dijumpai pada 40-50% kasus.
Status Dermatologikus
Pada status dermatologikus, ditemukan adanya kelainan kulit yang
terdapat pada kedua lengan terutama siku, kedua tungkai, dan punggung
bawah atau lumbal yang merupakan predileksi dari psoriasis vulgaris
Selain itu, pada Os ditemukan kelainan lesi khas psoriasis vulgaris
yaitu papula eritem hingga plak eritema dengan skuama
psoriasiformis di atasnya.
Status Dermatologikus
Skuama psoriasiformis terjadi karena adanya turn over epidermis
yang 7x lebih cepat, yaitu hanya terjadi dalam 36 jam, dimana
normalnya terjadi dalam 311 jam dan produksi harian keratinosit
menjadi 28 kali lebih banyak dibanding normal. Sehingga pada pasien
terjadi hiperkeratosis.
Plak eritema dengan skuama psoriasiformis merupakan efloresensi
khas pada psoriasis vulgaris.
Diagnosis Banding
1. Psoriasis Gutata dan Psoriasis Vulgaris derajat berat
2. Psoriasis Vulgaris derajat berat
Diagnosis kerja
Psoriasis Gutata dan Psoriasis Vulgaris derajat
berat
Usul Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pada psoriasis yang akan
didapatkan hasil :
a.

a. Hiperkeratosis adalah penebalan stratum corneum


karena mitosis yang meningkat 7 kali lebih cepat.
b. Parakeratosis adalah terdapatnya inti sel pada
stratum corneum.
Usul Pemeriksaan
a.

a. Akantosis adalah penebalan pada stratum


spinosum.
b. Papilomatosis adalah pemanjangan pars papilla
dermis yang panjang berkelok yang bercabang
sampai stratum corneum.
c. Mikroabses Monroe adalah adanya kelompok-
kelompok sel radang pada stratum spinosum.
Usul Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Darah Rutin
Dilakukan untuk mempertimbangkan pemberian obat metotreksat pada pasien
terhadap kontraindikasi dan efek samping yang ditimbulkan.

2. Pemeriksaan Fungsi Hepar dan Ginjal


Dilakukan untuk mempertimbangkan pemberian obat metotreksat pada pasien
terhadap kontraindikasi dan efek samping yang ditimbulkan.

3. Pemeriksaan Foto Thoraks


Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi TB paru yang merupakan
kontraindikasi dan efek samping obat metotreksat.
Psoriasis Gutata
Definisi
Suatu EPS (eritro papulo skuamosa) sejati yang etiologinya tidak
diketahui secara pasti yang menyerang sekelompok orang dengan
riwayat hipersensitivitas dan faktor presipitasi adanya infeksi fokal dari
Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus yang
tersering pada Gigi dan THT.
Psoriasis Gutata
Faktor predisposisi: Faktor presipitasi:
Infeksi fokal oleh
Riwayat hipersensitivitas Streptococcus atau
Staphylococcus (Gigi, THT)

Bakteri akan
mengeluarkan endotoxin
yang akan dianggap
sebagai antigen

antigen akan
merangsang limfosit T
Psoriasi gutata akan
menjadi psoriasis
Terjadi respon imun vulgaris jika terdapat
faktor predisposisi
genetik
Psoriasis Vulgaris
Definisi
Suatu EPS (eritropapuloskuamosa) sejati terbanyak yang etiologinya
tidak diketahui secara pasti dengan faktor predisposisi genetik yang
merupakan suatu proses autoimun dan adanya faktor presipitasi yaitu
trauma, stres psikis dan infeksi fokal.
Patofisiologi Psoriasis Vulgaris
1. Faktor imunologik dan genetik sangat berperan
2. Terjadi hiperproliferasi epidermis:
- Turnover epidermis meningkat 6-7x
- Waktu pematangan keratinosit memendek (3-4 hari)
3. Inflamasi di epidermodermis
Patofisiologi
Sampai saat ini, patogenesis psoriasis masih belum jelas, tetapi
autoimunitas dan peranan genetik berperan penting dalam patogenesis
psoriasis. Prinsip patogenesis psoriasis adalah mekanisme autoimun,
yaitu sel keratinosit dan fibroblast dianggap antigen oleh tubuh.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya psoriasis vulgaris antara lain
faktor endogen yaitu genetik autosomal resesif (HLA-CW6, HLA-
DR7, HLA-B13, dan HLA-BW57) dan faktor eksogen yaitu merokok,
obsesitas, dan alkohol.
Faktor pencetus psoriasis vulgaris antara lain garukan (fenomena
Koebner), stres psikis, stres fisik, serta infeksi fokal.
Patofisiologi
Pada fase awal, terjadi aktivasi sel-sel sistem imun innate (sel dendritik dan
keratinosit) oleh berbagai faktor pencetus. Keratinosit kemudian melepaskan
sitokin IL-1, IL-6, dan TNF-α. Sitokin-sitokin ini mengaktivasi sel dendritik
pada epidermis dan dermis.
Aktivasi sel dendritik menyebabkan disregulasi jalur sinyal IL-23 dan IL-12
yang memicu aktivasi dan diferensiasi sel T naive menjadi sel Th-1 dan sel Th-
17 di nodus limfatikus.
Sitokin yang dihasilkan Th-1 (TNF-α, IFN-γ, IL-21) dan Th-17 (IL-17, IL-
22, IL-21) akan menstimulasi aktivasi dan proliferasi keratinosit (hipermitosis).
Pasien akan mengeluh kulit bersisik tebal (berskuama tebal), serta akan
didapatkan gambaran histopatologi hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, dan
papillomatosis.
Patofisiologi
Proliferasi keratinosit merangsang produksi sitokin inflamasi oleh
keratinosit seperti IL-1β, IL-6, dan TNF-α yang berperan dalam
meningkatkan aktivitas sel dendritik dan ekspansi inflamasi lokal,
sehingga terjadi stimulasi netrofil dan perubahan vaskuler kulit. Pasien
akan mengeluh terdapat bercak-bercak merah dan terasa gatal, serta
akan didapatkan gambaran histopatologi mikroabses Monroe dan
hipervaskularisasi.
Selain melibatkan keratinosit yang terdapat pada kulit dan kuku,
patogenesis psoriasis juga melibatkan sel fibroblas, menyebabkan
manifestasi klinis pada sendi (psoriasis-arthritis).
Hubungan Merokok dengan psoriasis
Merokok : -Mempengaruhi onset psoriasis

-Memperburuk psoriasis
Rokok Tembakau, nikotin alkaloid( ketergantungan)
Diabsorbsi dengan cepat di alveolar,kulit,mukosa
mukosa intestinal
Nikotin pada kulit dan sel inflamasi
Memfasilitasi adhesi keratinosin dan migrasi ke stratum
Germinativum
Hubungan Merokok dengan psoriasis
Psoriasis + merokok (1-14 batang/hari) = meningkatkan insidensi 1,8%
merokok (>25 batang/hari) = meningkatkan insidensi 2,29%
Merokok meningkatkan stress oksidatif + produksi radikal bebas
mitogen activated protein
nuclear Fx kappaB
Nikotin meningkatkan IL-12, TNF α, IL-2, Granulosit colony
stimulating factor
meningkatkan EGR1 meningkatkan vask endotel
growth Fx

Angiogenesis meningkat
Penatalaksanaan
Umum :
Hindari faktor pencetus (stress fisik dan psikis)
Tidak menggaruk lesi
Mengontrol berat badan
Menjelaskan bahwa penyakit Os dapat hilang timbul
Menjelaskan bahwa penyakit Os dapat menurun kepada keluarga sedarah
yang lain

Hal-hal tersebut ditujukan untuk menghindari faktor presipitasi psoriasis yang


terdapat pada Os, antara lain stres fisik dan psikis.
Penatalaksanaan
Tatalaksana khusus
Terapi topikal, apabila luas permukaan yang terkena kurang dari 20
% bagian tubuh.
Obat sistemik, apabila luas lesi melebihi 20% luas permukaan tubuh.
Terapi topikal
Pilihan obat :
Preparat ter (Unguentum LCD 5%)
Preparat ter berfungsi sebagai anti proliferasi dan anti inflamasi.
Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid sedang sampai kuat digunakan maksimal selama 2
minggu. Terapi kortikosteroid dikenal sebagai anti-inflamasi, anti-
proliferatif, dan imunosupresif.
Terapi topikal
Narrowband UVB (standar BPJS)
3-5x pengobatan perminggu, setiap penyinaran selama 5 menit
Maintenance therapy : 1x seminggu selama 4 minggu, dilanjutkan
1x/2minggu .
Terapi topikal
Analog vitamin D
Calcipotriol, merupakan pilihan utama atau kedua dalam
pengobatan psoriasis.
Tidak seefektif kortikosteroid , namun memiliki sedikit efek
samping.
Mekanisme kerja sediaan ini adalah anti- proliferasi keratinosit,
menghambat proliferasi, dan meningkatkan diferensiasi sel, juga
menghambat produksi sitokin yang berasal dari keratinosit
maupun limfosit. Respon terapi terlihat setelah dua minggu
pengobatan, respons maksimal baru terlihat setelah 6-8 minggu.
Terapi topikal
Analog vitamin A
Tazaroten, merupakan molekul retinoid asetelinik topikal, efeknya
menghambat proliferasi dan normalisasi dari differensiasi
keratinosit dan menghambat inflamasi.
Indikasinya diberikan pada psoriasis sedang sampai berat, dan
terutama diberikan pada daerah badan.
Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi
0,05%-0,1%
Carmed 20%
Mengandung zat aktif urea 10% dalam zat dasar krem NaPCA
(Natrium Pidolat), Natrium Laktat, dan minyak nabati untuk
melembabkan kulit.
Diberikan pada keadaan kulit kering
Terapi topikal
Pada pasien ini diberikan obat topikal berupa preparat ter (LCD),
karena LCD memiliki mekanisme kerja sebagai keratolitik dan
sitostatik, yang mana pada pasien ini terjadi peningkatan proliferasi
keratinosit.
Terapi sistemik
Metotreksat
Merupakan golongan sitostatik yaitu sebagai antagonis asam folat yang
menghambat dihydrofolat reduktase.
Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian metotreksat. Metotreksat menekan
reproduksi sel epidermal, sebagai anti inflamasi dan imunosupresan.
Metotreksat biasanya dipakai bila pengobatan topikal dan fototerapi tidak
berhasil.
Obat ini terbukti merupakan obat yang efektif dibandingkan dengan obat oral
lainnya.
Sebelum diberikan obat ini, baiknya terlebih dahulu cek laboratorium darah
lengkap, ureum kreatinin, SGOT dan SGPT.
Terapi sistemik
Acitretin
merupakan generasi kedua retinoid sistemik yang telah digunakan untuk
pengobatan psoriasis sejak tahun 1997. Monoterapi acitretin paling
efektif bila diberikan pada psoriasis tipe eritrodermik dan generalized
pustular psoriasis.dosis yang diberikan berkisar 0,5-1 mg per kilogram
berat badan perhari
Terapi sistemik

Siklosporin A (CsA)
CsA per oral merupakan sangat efektif untuk psoriasis kulit ataupun
kuku, terutama pasien psoriasis eritrodermik. Dosis rendah 2,5
mg/kg/BB/hari sebagai terapi awal, dengan dosis maksimum 4
mg/kg/BB/hari
jika dalam 1 bulan tidak sembuh, dosis ditingkatkan hingga
5 mg/kg/BB perhari.
Terapi sistemik
Ester Asam Fumarat
Preparat ini diabsorbsi lengkap di usus halus, dihidrolisis menjadi
metabolit aktifnya, monometilfumarat, yang akan menghambat
proliferasi keratinosit serta mengubahan respons sel Th1 menjadi Th2.
Terapi ini dapat diberikan jangka lama (>2 tahun) untuk mencegah
relaps ataupun singkat (hingga tercapai perbaikan).
Terapi sistemik
Sulfasalazine
Merupakan agen terapi sistemik yang jarang digunakan untuk tatalaksana psoriasis
Terapi sistemik
Mikrofenolat Mofetil
Merupakan bentuk pro-drug asam mikofenolat, yaitu inhibitor inosin 5’
monophosphate dehydrogenase. Asam mikofenolat mendeplesi
guanosin limfosit T dan B serta menghambat proliferasinya, sehingga
menekan respons imun dan pembentukan antibodi.
Terapi sistemik
Steroid sistemik
Steroid sistemik tidak rutin dalam tatalaksana psoriasis, karena resiko
kambuh tinggi jika dihentikan. Preparat ini diindikasikan pada psoriasis
persisten yang tidak terkontrol dengan modalitas terapi lain, bentuk
eritroderma dan psoriasis pustular (Von Zumbuch)
Terapi sistemik
6-Thioguanin
Merupakan analog purin yang sangat efektif untuk tatalaksana psoriasis.
Efek samping yang sering adalah mal, diare, serta gangguan fungsi
hepar dan supresi sumsum tulang.
Terapi sistemik
Hidroksiurea
Hidroksiurea merupakan anti-metabolit yang dapat digunakan secara
tunggal dalam tatalaksana psoriasis, tetapi 50% pasien yang berespons
baik terhadap terapi ini mengalami efek samping supresi sumsum tulang
(berupa leukopenia atau trombositopenia) serta ulkus kaki.
Terapi sistemik
Interferon alfa
Dapat sebagai antiviral, antiproliferatif dan imunonodulator
Terapi Biologic agent
Secukinumab (standar BPJS)
dosis: 150mg perminggu selama 6 minggu subkutan
Indikasi: gagal metrotrexat dan cyclosporin

Alefacept
Merupakan gabungan human lymphocyte function associated antigen (LFA)-3 dengan
IgG 1 yang dapat mencegah interaksi antara LFA-3 dan CD2, sehingga menghambat
aktivasi sel limfosit T. Oleh karena itu, alefacept dapat mengurangi proses inflamasi..
Alefacept dapat diberikan intra muskuler (IM) dan intravena (IV) sekali seminggu
selama 12 minggu. Dosis yang direkomendasikan 7,5 mg IV sekali seminggu atau 15
mg IM sekali seminggu
Terapi Biologic agent
Efalizumab
menyebabkan terjadinya 3 hal pada proses inflamasi yaitu: penurunan
efisiensi aktivitas sel T pada limfonodi, terganggunya perjalanan sel
T dari vaskuler ke jaringan dan menurunkan reaktivasi sel T efektor
memori pada tempat inflamasi
subkutan dengan dosis 0,7–2 mg/kgBB/minggu
respons terapi dapat dilihat dalam jangka pendek (12 minggu),
menengah (24 minggu) dan jangka panjang (36 minggu)
Terapi Biologic agent
Adalimumab
- Mekanisme kerjanya selain berikatan dengan TNF-a, adalimumab
juga menetralisir aktivitas biologis sitokin dengan menghambat
interaksi reseptor TNF-a pada permukaan sel p55 dan p75.
Adalimumab membantu menurunkan jumlah TNF-a sehingga dapat
memengaruhi siklus inflamasi pada psoriasis
Diberikan secara subkutan dengan dosis 40 mg setiap 2 minggu
Terapi Biologic agent
Infliximab
Merupakan antibodi monoklonal yang tersusun dari imunoglobulin
manusia dengan dua tempat ikatan. Infliximab mempunyai chimeric
binding sites, di mana sejumlah protein dikenali sebagai protein asing
oleh sistem imun manusia, sehingga meningkatkan potensi antibodi
dan menetralisir efeknya
Intravena melalui infus (3 kali) 5mg/kgbb selama 2-3 jam
1. Minggu pertama
2. 2 minggu sesudahnya
3. Pada minggu ke 6
Terapi Biologic agent
Ustekinumab
Mekanisme kerja: mengikat p40 (subunit dari IL12 dan IL23) dan
memblok proliferasi Th1 dan Th17
Dosis: berat badan <100kg : 45mg
berat badan >100kg : 90mg
Injeksi subkutan setiap minggu pertama, minggu ke 4, dan dilanjutkan
setiap 12 minggu
Indikasi: derajat PASI >75% pada 12minggu dan 67%-78% pada minggu
ke 28
Prognosis
Quo ad vitam adalah ad bonam karena psoriasis vulgaris tidak
menyebabkan kematian.
Quo ad functionam adalah ad bonam karena fungsi kulit dapat
kembali normal apabila Os melakukan pengobatan sesuai anjuran
dokter.
Quo ad sanationam adalah dubia karena psoriasis vulgaris bersifat
kronik-residif
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai