Oleh:
Ristuati Dwi Lailiyah (1217006)
1 Mardani. Aborsi dalam Prespektif Hukum Islam, (Indonesia J. Int’L 4, 2006), 782.
2 Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta: Haji Masagung) h. 78-79
Abortus dan menstrual regulation pada hakikatnya adalah pembunuhan
janin secara terselubung, oleh karena itu berdasarkan KUHP Pasal 299,
346, 348, dan 349 negara melarang abortus dan menstrual regulation
diantaranya yaitu:
1) Pasal 299 ayat 1, 2 dan 3
"Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau
ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
atau denda paling banyak tiga ribu rupiah".
"Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan,
atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau
kebiasaan, atau jika ia seorang tabib, bidan, juru obat pidananya
dapat ditambah sepertiga".
"Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam
menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk
melakukan pencarian itu".
2) Pasal 346
"Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama 4 tahun."
3) Pasal 347 ayat 1 dan 2
"Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematika
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun."
"Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama 15 tahun."
4) Pasal 348 ayat 1 dan 2
"Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau
mematikan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan".
"Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut
dikenakan pidana penjara 7 tahun".
5) Pasal 349
"Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346 ataupun melakukan atau
membantu melakukan slalah satu kejahatan yang diterangkan pada
pasal 347, 348 maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana menjalankan kejahatan".
Berdasarkan KUHP diatas sanksi hukumannya cukup berat, bahkan
hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita yang bersangkutan,
tetapi semua orang yang terlibat dalm kejahatan ini dan dapat dituntut,
seperti dokter, dukun bayi, tukang obat, dan sebagainya yang
mengobati atau yang menyuruh atau yang membantu atau yang
melakukannya sendiri.3
3. Mekanisme Aborsi dan Menstrual Regulation
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada
desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan
subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian
desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto ,
meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum
uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat
proses pengeluaran hasil konsepsi.4
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau
diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti
3 Jauhari, Kesehatan dalam Pandangan Hukum Islam, (Kanun: Jurnal Ilmu Hukum, 2011). hal.
33-58
4 Prawirohardjo, Aborsi Dimensi Psikologi, (Jakarta: Grasindo, 2002). hal. 47.
dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal
dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis
servikalis atau masih melekat pada dinding cavumuteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan
minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti
dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai
dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas
beragam.5
4. Aborsi dan Menstrual Regulation dalam Prespektif Hukum Islam
Kontemporer6
Hukum Aborsi Dalam Islam.
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara
khusus hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk
membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
َو َم ن َيۡق ُتۡل ُم ۡؤ ِم ٗن ا ُّم َتَعِّم ٗد ا َفَج َز ٓاُؤ ۥُه َج َهَّنُم َٰخ ِلٗد ا ِفيَها َو َغ ِضَب ٱُهَّلل َع َلۡي ِه َو َلَعَن ۥُه َو َأَعَّد َل ۥُه َع َذ اًبا
٩٣ َع ِظ يٗم ا
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,
maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di
dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta
menyediakan baginya adzab yang besar”7 ( Qs An Nisa’ : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud
bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di
dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat