Anda di halaman 1dari 56

SKRIPSI

PEMBUATAN MESIN PENGUPAS KULIT KOPI DENGAN


KAPASITAS 100 KG/JAM

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Pendidikan


Program Sarjana Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Ekasakti Padang

Diajukan Oleh
M. HANIF RIZAL
BP. 1910003423022

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur atas


kehadirat Allah SWT yang tidak pernah berhenti mencurahkan rahmat dan
karunia kepada semua hamba-Nya terutama kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Pembuatan Mesin Pengupas
Kulit Kopi Dengan Kapasitas 100 Kg/Jam”. Shalawat beriringan salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda Muhammad SAW, yang telah
mewasiatkan untuk senantiasa berpegang teguh kepada dua pedoman yang
ditinggalkan untuk umatnya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SWA.
Penyusunan proposal ini, tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak, baik material maupun nonmaterial. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1.Bapak Prof. Dr. H. Andi Mustari Pide, SH (Alm) selaku pendiri Universitas
Ekasakti Padang.
2.Bapak Prof. Dr. Sufyarman Marsidin, m.Pd selaku rektor Universitas Ekasakti
Padang.
3.Bapak Drs. Risal Abu, S.T., M.eng selaku dekan Fakultas Teknik dan Perancaan
Universitas Ekasakti Padang.
4.Bapak Ir. Mukhnizar, MT selaku kaprodi Teknik Mesin Universitas Ekasakti
Padang
5.Bapak dan Ibu dosen pengajar jurusan Teknik Mesin Universitas Ekasakti
Padang,
6.Staf pengajar dan seluruh staf Tata Usaha Fakultas Teknik dan Perancaan
Universitas Ekasakti Padang.

Teristimewa, terima kasih tak terhingga diucapkan kepada keluarga ayahanda


(Afrizal) dan ibunda (Almh Maryoni) yang senantiasa mendoakan dan berusaha
memberikan yang terbaik, sehingga bisa menghantarkan penulis sampai hingga
titik ini. Terima kasih juga kepada Abang & Abang(Aan Rizal,Ari Mariadi Oki

i
Afrimar Z,) Adik ( Farhan Rizal ) yang senantiasa selalu mendoakan yang terbaik
untuk perkuliahan penulis.

Terima kasih juga kepada rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin yang


sudah ikhlas membantu dalam skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada
penulis sehingga penulis bisa menghadapi segala rintangan dan sampai pada titik
ini. Semoga bantuan dan keikhlasan yang telah diberika kepada penulis menjadi
amal ibadah dan bernilai pahala di sisi Allah SWT. Aamiin ya rabbal ‘alamin.
Proposal ini hendaknya bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya serta bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Padang, 24 Mei 2023

M.Hanif Rizal

BP. 1910003423022
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................iii
Daftar Gambar v
Daftar Tabel vii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1.6 Metode Pembuatan
1.7 Sistematika Penulisan

Bab II Landasan Teori

2.1 Kopi……………………………………………………………………...

2.1.1 Sejarah Kopi………………………………………………………

2.1.2 Karakteristik Kopi………………………………………………..

2.1.3 Jenis-Jenis Pengupas Kulit Kopi…………………………………

2.1.4 Manfaat Mesin Penggiling Kulit Kopi…………………………..

2.2 Proses Pengupasan Kulit Kopi………………………………………..

2.2.1 Proses Manual……………………………………………………

2.2.2 Proses Mekanisme Menggunakan Mesin……………………….

2.3 Penelitian Terdahulu………………………………………………….

2.4 Perencanaan Elemen Mesin………………………………………….

2.4.1 Perhitungan Torsi dan Daya Motor……………………………..


2.4.2 Kecepatan Roller Pengupas………………………………………..

2.4.3 Daya Momen Inersia……………………………………………..

2.4.4 Pemilihan Belt…………………………………………………….

2.4.5 Poros……………………………………………………………

2.5 Proses Produksi…………………………….........................

2.5.1Proses Permesinan……………………………………………….

2.5 Dasar-Dasar Pemilihan Bahan…………………………………………


2.6 Proses Perakitan…………………………………………………………
2.7 Proses Penyesuaian Finishing……………………………………………

Bab III Metode Pembuatann…………………………………………………..

3.1 Waktu dan Tempat Pembuatan………………………………………


3.2 Metode Pengumpulan Data…………………………………………
3.3 Diagram Alir Pembuatan……………………………………………
3.4 Gambar Alat Mesin Pengupas Kuilit Kopi…………………………
3.5 Metode Pembuatan………………………………………………….
3.6 Proses Pembuatan……………………………………………………
3.7 Proses Perakitan………………………………………………………
3.8 Proses Penyelesaian (Finishing)…………………………………………..
3.9 Metode Pengujian…………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Biji Kopi…………………………………………..

Gambar 2.2 Pemilihan V-Belt…………………………………………………

Gambar 2.3 Belt dan Pulley………………………………………………………

Gambar 2.4 Kontruksi dan Dimensi V-belt…………………………………….

Gambar 2.5 Starrope, Prene V-rope, Flexstar dan Flat belt……………………..

Gambar 2.6 Hexagonal dan Raw Edge………………………………………..

Gambar 2.7 Raw Edge, Ribstar, Polymer dan MB belt……………………………….

Gambar 2.8 Timing Belt……………………………………………………………..

Gambar 2.9 Transmisi Belt dan pulley…………………………………………………

Gambar 2.10 Dimensi Pulley………………………………………………………

Gambar 2.11 Dimensi Beberapa tipe V-belt……………………………………..

Gambar 2.12 Bentuk Pulley untuk V-belt (sudut Groove φ atau β)………………

Gambar 2.13 Panjang Belt, jarak antar sumbu dan sudut kontak………………….

Gambar 2.14 Sudut Kontak……………………………………………………

Gambar 2.15 Line Shaft…………………………………………………………………

Gambar 2.16 Spindel…………………………………………………………..

Gambar 2.17 Axle………………………………………………………………….

Gambar 2.18 Axle………………………………………………………………..

Gambar 2.19 Flexible shaft………………………………………………………..

Gambar 3.1 Diagram Alur…………………………………………………………


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diameter pulley yang diizinkan dan dianjurkan (mm)………………..

Tabel 2.2 Baja paduan untuk poros………………………………………………

Tabel 2.3 Standar Baja……………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan
dihaluskan menjadi bubuk. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi
di dunia. Indonesia mempunyai ciri khas dan cita rasa serta ukuran kopi yang
beraneka ragam. Dalam komposisi nya yaitu jumlah biji kopi perkilogram adalah
2300-4000 buah, tumbuh di ketinggian 400-700m dari permukaaan laut dengan
suhu 24-30 0C. (Budi et al., 2018).
Menurut Sugandi et al (2017) Seiring dengan program pemerintah untuk
menggalakkan hasil-hasil produk pertanian, khususnya kopi, maka diperlukan
teknologi mesin-mesin pertanian untuk menunjang program tersebut. Kemajuan
teknologi dan perkembangan mesin-mesin untuk proses produksi juga
berkembang sangat cepat. Mesin tersebut sangat bermanfaat untuk membantu
proses pengerjaan yang dilakukan agar lebih mudah dan menghemat waktu, tetapi
tidak dapat dipindah, sehingga penggunaannya terbatas di tempat tertentu.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan ternyata pemisahan biji dari kulit
dalam keadaan baru dipetik dapat memberikan aroma lebih baik dari pada dalam
keadaan kering (Sabani, 2018; Sodik et al., 2016). Beberapa rancangan mesin
pengupas kulit kopi yang ada masih banyak yang belum terdapat roller pendorong
dan juga masih banyak hasil pengupasan yang belum sempurna atau perlu secara
manual untuk memisahkan biji dengan kulitnya.
Pengolahan pengupasan kulit kopi pada umumnya masih menggunakan
alat pengupas kulit kopi manual dan semi mekanis. Keterbatasan kapasitas hasil
alat pengupas kulit kopi ini merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan
produksi kopi. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya suatu alat
pengupas kulit kopi mekanis yaitu alat yang digerakkan oleh motor bensin. Mesin
tersebut sangat bermanfaat untuk membantu proses pengerjaan yang dilakukan
agar lebih mudah dan menghemat waktu.
Penelitian yang telah dilakukan Riri et al, (2016) mesin pengupas kulit
kopi pada jarak celah pengupas kulit kopi pada jarak celah pengupas 2 mm dan
putaran poros 420 rpm didapat persentase kualitas kulit kopi terkelupas dengan
baik mencapai 68%, terkelupas sebagian 27%, tidak terkelupas 5%, dari data ini
terlihat bahwa terkelupas biji kopi dengan baik masih bisa ditingkatkan lagi.
Bertolak dari masalah yang sudah diuraikan di atas, maka perlu dibuat alat
atau mesin pengupas kulit kopi dengan memadukan beberapa sumber. Tujuan dari
pembuatan alat ini adalah untuk mendesain dan membuat alat pengupas kulit kopi
yang dapat mempermudah petani kopi dalam memisahkan biji dan kulit kopi yang
baru dipetik. perbedaaan alat ini dengan alat-alat yang sebelumnya yaitu adanya
penambahan roller pendorong didalam bak penampang yang berfungsi agar biji
kopi tidak menumpuk atau tersendat di dalam bak penampang. Alat ini didesain
agar dapat bekerja cepat sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
mengeringkan biji kopi yang telah terpisah dari kulitnya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut penulis tertarik

merancang mesin untuk mempermudah dalam pengupasan kulit kopi, diharapkan

hasil rancangan ini menjadi produk baru dengan mekanisme yang lebih efektif dan

efisien. Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul tugas akhir “Pembuatan

Mesin Pengupas Kulit Kopi Kapasitas 100 Kg/Jam”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan


permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang ulang modifikasi mesin pengupas kulit kopi
kapasitas 100 kg/jam?
2. Bagaimana cara kerja dari mesin pengupas kulit kopi kapasitas 100
kg/jam?
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dibatasi pada ruang lingkup pembuatan Uji
Putaran Kritis Poros Menggunakan Digital Counter, yang meliputi :
a) Pemilihan material.
b) Pembuatan rangka.
c) Pemilihan motor listrik.
d) Pemilihan sensor rpm.
e) Pemilihan poros.
f) Proses perakitan (assembling).
g) Proses penyelesaian (finishing).

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:


1. Dapat Pembuatan mesin pengupas kulit kopi kapasitas 100 kg/jam.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan cara kerja dari mesin pengupas
kulit kopi kapasitas 100 kg/jam.

1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan peradaban masyarakat modern yang sudah
memanfaatkan penggunaan alat- alat teknologi.
2. Diharapakan mampu membantu industri kecil skala rumahan dalam
efisiensi kerja dengan mengimplementasikan alat ini.
3. Diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memungkinkan
bentuk kerja sama dalam memanfaatkan teknologi tepat guna untuk
membantu kerja petani kopi.
1.6 Metode Pembuatan

Dalam pembuatan skripsi ini penulis harus berusaha mencari sumber-

sumber bahan yang diperlukan sebagai masukan dalam pengumpulan data yang

penulis butuhkan. Adapun metode yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi

ini antara lain :

1. Studi literature

Yaitu mencari sumber referensi dari buku yang berhubungan dengan penulisan

skripsi ini. Disamping itu penulis juga mencari di internet untuk sumber

referensinya.

2. Metode survey (observasi)

Yaitu pengumpulan data atau informasi dari beberapa tempat. Metode ini juga

dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung.

2. Metode bimbingaan

Metode ini berupa konsultasi dengan dosen pembimbing dan juga beberapa pihak

yang dapat memberikan informasi dan masukan kepada penulis untuk penulisan

skripsi.

1.7 Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami dan terarah pada tujuan akhir

yang dicapai, maka penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan sistematika sebagai

berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang, Rumusan masalah, Batasan masalah,

Tujuan, Manfaat, Metodologi pembuatan dan Sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan teori dasar pada alat uji putaran kritis sistem otomatis.

BAB III METODE PEMMBUATAN

Bab ini membahas tentang teori dasar pembuatan.

BAB IV PROSES PEMBUATAN

Bab ini menjelaskan tentang teori dasar pembuatan, prosedur pembuatan

dan pengujian alat.

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBUATAN

Menganalisa data hasil pengujian pada alat uji putaran kritis poros sistem

otomatis.

BAB VI PENUTUP

Kesimpulan dan saran


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kopi

2.1.1 Sejarah Kopi


Menurut Wiliam H. Ukers dalam bukunya All About Coffe (1922) kata
“kopi” mulai masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an. Kata
tersebut diadaptasi dari bahasa Arab “Qahwa”. Mungkin tidak langsung dari
istilah Arab tetapi melalui istilah Turki “Kahveh”.
Khusus untuk kasus Indonesia, besar kemungkinan kata “kopi” diadaptasi
dari istilah Arab melalui bahasa Belanda “koffie”. Dugaan yang logis karena
Belanda yang pertama kali membuka perkebunan kopi di Indonesia. Tapi tidak
menutup kemungkinan kata tersebut diadaptasi langsung dari bahasa Arab atau
Turki. Mengingat banyak pihak di Indonesia yang memiliki hubungan dengan
bangsa Arab sebelum orang-orang Eropa datang.
Kopi yang sering muncul dipasar Indonesia yaitu: kopi arabika, kopi
liberika dan kopi robusta. Dalam proses pembudidayaannya, 3 jenis kopi tersebut
sangatlah berbeda yaitu:
1. Kopi arabika memiliki kafein sebesar 1 - 1,30%, sehingga arabika ini
dibudidayakan di dataran tinggi sekitar 1350 - 1850 dan memiliki iklim
kering. (Aksi Agraris Kanisius dalam Idara, 2021:4).
2. Kopi Liberika memiliki kafein yang sama dengan kopi arabika, tapi cara
pembudidayaannya sangat berbeda cenderung di daerah dengan tingkat
kelembapan tinggi dan panas, sehingga kopi leberika memiliki kualitas
yang lebih buruk dari segi buah dan rendemennya rendah. (Najiyati dan
Danarti dalam Idara, 2021:4).
3. Kopi Robusta memiliki kandungan kafein 2 - 3%, dibudidayakan di
dataran rendah atau pantai. (Aksi Agraris Kanisius dalam Idara, 2021:4).
2.1.2 Karakteristik Kopi
Pengupasan kulit kopi adalah proses memisahkan antara kulit buah dengan
biji kopi yang ada di dalamnya. Dipanen dan dipilih biji-biji kopi yang
berkualitas, kemudian dilakukan pengupasan pada biji kopi basah. Mesin
pengupas kulit kopi ini adalah mesin yang digunakan untuk membantu dalam
proses pengolahan kopi basah. Menurut Budi F.S (2018:11) Memahami apa yang
terjadi selama proses pengupasan kopi, kita harus mengetahui dulu anatomi dasar
buah kopi sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Biji Kopi


1.Kulit buah (pulp)
Di bagian luar, biji kopi terbungkus kulit tipis yang berwarna merah ketika
matang. Terdapat beberapa varietas yang berwarna cokelat, oranye,
kuning, bahkan hijau ketika matang.
2.Lendir/getah/cairan buah (mucilage)
Cairan buah kopi terasa lengket dan manis karena mengandung banyak
gula.
3.Kulit tanduk (parchment)
Lapisan tipis yang terasa seperti kertas ketika kering.
4.Kulit ari (chaff)
Lapisan lebih tipis berwarna keperakan yang sering terlihat ketika proses
sangrai.
5.Biji (bean) Umumnya dalam 1 buah terdapat 2 biji kopi, kecuali untuk pea berry

(biji lanang) yang hanya mengandung 1 biji dengan persentase 5% dari biji kopi

normal.

2.1.3 Jenis-Jenis Pengupas Kulit Kopi

1. Pengupas Kulit Kopi Kering

Metode pengolahan cara kering cocok untuk pengolahan ditingkat petani


dengan lahan yang tidak luas atau kapasitas olahan yang kecil. Perbedaan
mengenai cara pengolahan yang dilakukan oleh petani dan yang dilakukan oleh
perkebunan- perkebunan menyebabkan perbedaan mutu kopi yang dihasilkan
(Hidayat dalam Jupriyanto, 2021:9).
Para petani kopi umumnya hanya mengenal cara pengolahan kering.
Prinsip pengolahan ini adalah buah kopi yang sudah dipetik lalu dikeringkan
dengan panas matahari sampai buahnya menjadi kering, selama 14 sampai 20 hari.
Kopi yang telah dikeringkan dapat disimpan sebagai kopi glondongan dan
sebelum dijual kopi tersebut ditumbuk atau dikupas dengan huller untuk
menghilangkan kulit tanduk dan kulit arinya (Hidayat dalam Jupriyanto, 2021:9).
Pengupasan kulit atau hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk
memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya. Hulling
dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller).
2. Pengupas Kulit Kopi Basah
Untuk pengolahan basah, buah kopi yang sudah dipetik selanjutnya
dimasukan kedalam pulper untuk melepaskan kulit buahnya. Dari mesin pulper
buah yang sudah terlepas kulitnya kemudian dibiarkan ke bak dan direndam
selama beberapa hari untuk fermentasi. Setelah direndam buah kopi lalu dicuci
bersih dan akhinya dikeringkan. Kemudian dimasukan ke mesin huller atau
ditumbuk untuk menghilangkan kulit tanduknya, akhirnya dilakukan sortasi
(Hidayat dalam Jupriyanto, 2021:10).
Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pengupas
kulit buah (pulper). Dengan cara air dialirkan kedalam silinder bersamaan dengan
buah yang akan dikupas. Sebaiknya buah kopi dipisahkan atas dasar ukuran
sebelum dikupas (Hidayat dalam jupriyanto, 2021:10).

2.1.4 Manfaat Mesin Pengupas Kulit Kopi


Mesin pengupas kulit kopi merupakan sebuah alat yang berfungsi sebagai
pengupas kulit kopi dalam proses pengolahan kopi. Mesin pengupas kulit kopi ini
memiliki berbagai tuntutan mesin yang harus dapat dipenuhi sehingga nantinya
mesin ini dapat diterima dan memenuhi segala kebutuhan pemakai (Nugraha
dalam Jupriyanto, 2021:8).
Berikut manfaat dari mesin pengupas kulit kopi tersebut:
1. Tidak lagi menggunakan tenaga manusia sebagai tenaga utama penggerak
putarannya.
2. Mudah dalam penggunaan dan perawatannya.
3. Mudah untuk dipindahkan
4. Dapat memberi kenyamanan lebih dari pada mesin yang sudah ada.
5. Mesin penggeraknya menggunakan motor listrik

2.2 Proses Pengupasan Kulit Kopi


Pada proses pengupasan kulit kopi ada 2 tahab yaitu pengerjaan secara

manual dan secara mekanis.

2.2.1 Proses Manual

Pada proses manual pengilingan kopi basah ini menggunakan alat atau

penggiling sederhana dengan penggiling berbahan dasar kayu. Penggilingan

dilakukan dengan cara diengkol menggunakan tangan secara terus-menerus

sehingga mengeluarkan tenaga yang banyak. Proses penggilingan manual ini tentu

akan memakan waktu dan yang sangat lama dan menambah biaya produksi.

2.2.2 Proses Mekanisme Menggunakan Mesin

Proses mekanisme penggilingan kopi basah dengan menggunakan mesin


akan mempercepat produksi, dan mengurangi biaya pengeluran produksi. Karena
kopi akan di masukan kedalam bak penampung (hopper) kemudian turun kedalam
poros pengupas yang digerakan oleh motor dan di transmisikan oleh puley dan v-
belt, sehingga peroses penggilingan akan lebih cepat.
Pengupasan kulit buah kopi basah (pulping) merupakan salah satu tahapan proses

yang membedakan antara pengolahan kopi secara basah dengan kering. Pada

pengolahan basah, buah kopi yang telah mencapai tingkat kematangan optimal

harus segera dikupas dan dipisahkan dari bagian biji berkulit cangkang atau kopi

HS, sedangkan pada pengolahan kering, buah kopi hasil panen segera dikeringkan

sampai diperoleh kadar air antara 12-13%.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat berpengaruh bagi penulis dalam melakukan


penulisan dan pembuatan tugas akhir ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu
berupa beberapa jurnal terkait dengan tugas akhir yang penulis lakukan.
1. Sodik, A. Suharno, K. Widodo, S. (2019). Jika dilihat dari waktu,
kecepatan putar 110 rpm lebih baik jika dibandingkan dengan kecepatan
putaran 96 rpm. Waktu yang paling singkat juga ditunjukkan pada putaran
110 rpm, yaitu dengan waktu rata- rata 10,13 detik turun 17,17 % dari
kecepatan 96 rpm yang menempuh waktu rata- rata 12,23 detik. Kapasitas
mesin pengupas kopi yang paling baik adalah pada kecepatan 110 rpm,
dengan data yang telah diambil yaitu pada kecepatan 96 rpm adalah
273,16 kg/jam, dan pada kecepatan 110 rpm mengalami kenaikan sebesar
16,99 % yaitu 329,08 kg/jam.
2. Nasution, A. Y. Effendi R. (2018) dari hasil analisis yang telah dilakukan
selama penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah hasil
pengujian alat menggunakan 0,25 kg biji kopi basah dibutuhkan waktu
selama 3 detik, dengan demikian kapasitas sesuai dengan hasil pengujian
adalah 300 kg/jam. Hasil tersebut menunjukan target terpenuhi, namun
agar membatasi performansi alat pengupas kopi pada kondisi optimalnya,
maka peneliti menetapkan kapasitas alat pengupas kopi pada kinerja 120
kg/jam.
Wiranata, E. T. (2020) telah dilakukan penelitian dan pengujian pada Mesin

pengupas kulit kopi berkapasitas 4 kg/menit, dengan ukuran mesin 730 mm x 320

mm x 1040 mm, memakai motor listrik 1 HP 1420 rpm, dengan rangka memakai

profil siku 40 mm x 40 mm x 3 mm. Hasil pengujian awal alat

1. menggunakan 2–5 kg biji kopi basah diperlukan waktu selama 30,07–


77,20 detik, dan kulit sudah terpisah dari biji dengan bersih. Hasil tersebut
menunjukan bahwa kapasitas mesin adalah 235,62 kg/jam, sehingga target
yang diinginkan terpenuhi dengan biaya pengoperasian relatif murah.
Keberadaan alat ini akan dapat membantu proses pemisahan kulit dan biji
kopi, sehingga kualitas produksi kopi akan meningkat.
2. Roziqi, A. Hartono, P. Margianto, H. (2018) dalam analisis Alat ini
mampu dioperasikan dengan 2 tenaga penggerak yang berbeda. Yang
pertama yaitu penggerak yang dihasilkan secara semi mekanis, Untuk
penggerak tipe ke dua disini sudah menggunakan motor listrik untuk
pengoperasian alatnya sehingga mempermudah pengguna dalam
mengoperasikan alat tersebut. Kapasitas yang dihasilkan dalam mesin ini
direncanakan 34 kg/jam.
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan yaitu dengan cara

melakukan pengamatan terhadap jurnal-jurnal terduhulu, penulis menemukan

beberapa kekurangan dan juga kelebihan terhadap masing-masing penelitian. Oleh

karena itu penulis ingin menyempurnakan kekurangan yang ada didalam

penelitian terdahulu dengan merancang ulang modifikasi mesin pengupas kulit

kopi.
2.4 Perencanaan Elemen Mesin
Perencanaan elemen mesin merupakan bagian komponen mesin yang

dirancang untuk memiliki fungsi tersendiri, perhitungan elemen mesin meliputi

perhitungan torsi dan daya motor, kecepatan roller pengupas, daya momen inersia,

pemilihan belt dan pulley, dan poros.

2.4.1 Perhitungan Torsi dan Daya Motor


Torsi adalah kemampuan suatu gaya menghasilkan perputaran (rotasi)
benda terhadap suatu poros atau sumbu putarnya. Torsi dapat didefinisikan yaitu
hasil kali antara besar gaya F dengan lengan torsi. Lengan torsi yaitu panjang
garis yang ditarik dari titik poros sampai memotong tegak lurus garis kerja F.
Persamaan torsi (momen gaya) dapat ditulis:
T =F . r

Keterangan:

T = Torsi (Nm)
r = Lengan gaya (m)
F = Gaya (N)
Sehingga daya motor dapat dihitung dengan rumus:

T .n
p=
5252
Keterangan:
T = Torsi (lbf.in)
P = Daya motor (Hp)
N = Putaran poros (rpm)

2.4.2 Kecepatan Roller Pengupas


Kecepatan roller pengupas adalah suatu harga yang diperlukan dalam
menentukan kecepatan pada proses penyayatan atau pemotongan benda kerja.
Harga kecepatan roller pengupas tersebut ditentukan oleh jenis alat dan benda
kerja yang dipotong.
Rumus kecepatan roller pemisah ditulis sebagai berikut:
π .2 r . n1
V=
60 .100

Keterangan:

r = jarak sumbu poros dengan benda yang akan dikupas (cm)


n1 = putaran poros

Setelah gaya pengupas (F), kecepatan pisau (v) diketaui, maka sekarang dapat
menghitung besarnya daya untuk mengupas kulit kopi.

P1=F . v . z

Dimana: F = gaya pengupasan (N)


v = kecepatan pengupasan (m/s)
z = jumlah mata pisau

2.4.3 Daya Momen Inersia


Setelah torsi dan putaran (rpm) diketahui maka selanjutnya dapat diketahui
besarnya daya karena momen inersia dengan rumus sebagai berikut:
P2=T . ω
P2 = I . ∝ .ω

Dimana: ω = kecepatan sudut (rad/s)


∝ = percepatan sudut (rad/s2)
I = momen inersia (kg. m2)
T = torsi (Nm)

2.4.4 Pemilihan Belt


Setelah diperoleh daya desain Pd dan putaran pulley yang kecil (n), maka
jenis belt yang sesuai untuk rancangan mesin yang akan dibuat dapat dicari
dengan menggunakan diagram pemilihan sabuk V berikut ini.
Gambar 2.2 Pemilihan V-Belt

1. Perencanaan Belt dan Pulley


Belt termasuk alat pemindah daya yang cukup sederhana dibandingkan
dengan rantai dan roda gigi. Belt terpasang pada dua buah pulley atau lebih, pulley
pertama sebagai penggerak sedangkan pulley kedua sebagai yang digerakan.

Gambar 2.3 Belt dan Pulley


Bila dilihat dari bentuk penampangnya, secara umum belt dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu: belt datar atau flat belt dan V-belt, namun ada juga jenis
belt yang berpenampang lingakaran misalnya starrope dan superstarrope, juga
ada yang permukaannya bergerigi atau gilir, misalnya timinng belt.

Gambar 2.4 Kontruksi dan Dimensi V-belt


Gambar 2.5 Starrope, Prene V-rope,Flexstar dan Flat belt

Gambar 2.6 Hexagonal dan Raw Edge


Gambar 2.7 Raw Edge, Ribstar, Polymer dan MB belt

Sebagian besar belt yang digunakan adalah V-belt karena mudah


penanganannya dan harganya murah. Kecepatan belt dapat direncanakan 10 s/d 20
m/s (pada umumnya), dan maksimum bisa 25 m/s. daya maksimum yang dapat
ditransmisikan mencapai 500 kw atau 670 HP.

Gambar 2.8 Timing Belt


Adapun perencanaan transmisi daya yang digunakan pada mesin power
hammer adalah belt yang terpasang pada dua buah pulley, yaitu pulley pengerak
dan pulley yang digerakkan. Sedangkan belt yang digunakan adalah jenis V-Belt
dengan penampang melintang bentuk trapesium karena transmisi ini tergolong
sederhana serta lebih murah dibandingkan dengan penggunaan transmisi yang
lain:

Gambar 2.9 Transmisi Belt dan Pulley


Untuk mengetahui dimensi pulley perlu diketahui gambar dan keterangan
sebagai berikut:

Gambar 2.10 Dimensi Pulley


Salah satu contoh bentuk pulley untuk V-belt dapat dilihat pada gambar dibawah
ini, ukuran-ukuran seperti: e, c, s, β dan b dapat dilihat pada gambar 2.19. Bagian-
bagian yang bersentuhan antara belt dan pulley adalah bagian sisi belt. Bentuk dan
jumlah alur berdasarkan ukuran dan jumlah belt. Ukuran groove-nya diharapkan
menjaga agar belt pada bagian bawahnya tidak saling bersentuhan atau terlalu
berjalur keluar.
Gambar 2.11 Dimensi beberapa tipe V-belt

Gambar 2.12 Bentuk Pulley untuk V-belt (sudut Groove φ atau β)

2. Daya dan Momen Perencanaan


Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya yang akan diteruskan
dengan faktor koreksi
Pd = P . f c

Keterangan:
Pd = Daya Rencana (kW)
P = Daya (kW)
f c = faktor koreksi
Hubungan antara daya dan torsi dapat dilihat melalui rumus-rumus
dibawah ini:
a) Torsi mempunyai satuan lbf.in dan daya satuannya HP
P
T =¿63.025
n
Keterangan :
T = Torsi (lbf.in)
P = daya (HP)
n = putaran poros (rpm)
b) Torsi satuannnya kg.cm dan daya satuannya HP
P
T = 71.620
n
Keterangan:
T = Torsi (kg.cm)
P = daya (HP)
n = Putaran poros (rpm)
c) Torsi satuannya kgf.mm dan daya satuannya kW
P
T = 9,74.105
n
Keterangan:
T = Torsi (kgf.mm)
P= daya (kW)
n = putaran poros (rpm)
d) Torsi satuannya N.m dan daya satuannya HP
P
T =¿ 9549
n
Keterangan:
T = Torsi (N.m)
P = daya (HP)
n = putaran poros (rpm)
Persamaan diatas menyatakan hubungan antara torsi dan daya dengan
berbagai macam satuan, bila yang diinginkan torsi perencanaan T d, maka daya
yang dipakai adalah daya perencanaan( Pd ).

3. Diameter Pulley yang Digerakkan


Pulley untuk belt mempunyai beberapa bagian yaitu: “rim” roda tempat
belt, ruji-ruji atau bentuk lempengan, “hub” atau naaf. Pulley dibedakan atas
bentuknya dan permukaan rim-nya. Bentuk rim disesuaikan dengan tipe belt dan
kondisi operasinya. Diameter pulley yang terlalu kecil akan memperpendek umur
sabuk. Dalam tabel 2.1 telah diberikan diameter pulley minimum yang
diizinkandan dianjurkan menurut sabuk yang bersangkutan.
Tabel 2.1 Diameter pulley yang diizinkan dan dianjurkan (mm)
Tipe belt A B C D E 3V 5V 8V
Diameter minimum yang 65 115 175 300 450 67 180 315
diizinkan (mm)
Diameter minimum yang 95 145 225 350 550 10 224 360
dianjurkan (mm) 0

Untuk menurunkan putaran maka dipakai rumus perbandingan reduksi i (i >1)


n1 d2
n2
=i= d1

Maka dapat dihitung diameter pulley yang digerakkan:


d 2 = i .d 1

Keterangan:
I = perbandingan reduksi
n1 = putaran pulley penggerak (rpm)
n2 = putaran pulley yang digerakkan (rpm)
d1 = diameter pulley penggerak (mm)
d2 = diameter pully yang digerakkan (mm)
4. Kecepatan Keliling Pulley
Dalam hal ini kecepatan keliling (v) juga dapat dihitung menggunkan
diamteter maupun radius keliling belt, dengan putaran belt (dalam rpm), secara
matematis sebagai berikut:
π . d 1 . n1
v=
60. 1000
Keterangan:
v = kecepatan (m/s)
d 1 = diameter pulley penggerak (mm)
n1 = putaran per menit (rpm)

5. Panjang Belt
Bila diameter pulley D1 dan D2, sedangkan jarak antar poros pulley
adalah C, seperti ditunjukan oleh gambar dibawah ini, maka secara matematis
panjangnya belt dapat dinyatakan dengan persamaan:
π
L=2.C+ (d + d 1) + ¿ ¿
2 2

Keterangan:

L = panjang belt (mm)


C = jarak antar poros (mm)
d 1= diameter pully yang digerakkan (mm)
d 1= diameter pully penggerak (mm)
c = 1,5 sampai 2 kali pulley besar

Dalam perdagangan terdapat bermacam-macam ukuran belt, namun untuk


mendapatkan ukuran belt yang panjangnya sama persis dengan hasil perhitungan
umumnya sulit. Bila panjang belt sudah diketahui, maka jarak kedua sumbu poros
dapat dinyatakan dengan persamaan dibawah ini.

b = 2L – π(d 2- d 1)

C ¿ b+ √b 2−8 ¿ ¿ ¿
Gambar 2.13 Panjang Belt, jarak antar sumbu dan sudut kontak

6. Sudut Kontak (α)


Untuk mengetahui jumlah berapa derajat sudut kontak, maka dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

d 2−d 1
α = 1800 - × 600
C

Gambar 2.14 Sudut Kontak


Keterangan:
α = sudut kontak ( 0 )
d = diameter pulley yang digerakkan (mm)
d1 = diameter pulley penggerak (mm)
C = jarak antar poros (mm)
2.4.5 Poros
Poros merupakan salah satu elemen mesin yang sangat penting, karena
hampir setiap mesin mempunyai poros. Pada sebuah mesin, poros berfungsi untuk
mentransmisikan daya yang disertai dengan putaran, disamping itu juga berfungsi
untuk menahan beban.
a. Macam-macam Poros
Menurut pembebanannya poros dapat dibedakan menjadi beberapa nama
sebagaimana yang tersebut dibawah ini:
1. Poros transmisi (line shaft)
Poros ini mempunyai fungsi utama untuk mentransmisikan daya melalui
kopling, roda gigi, rantai, dan sebagainya sehingga mendapat beban puntir
dan lentur.

Gambar 2.15 line shaft


2. Spindel
Poros yang pendek, seperti poros utama mesin perkakas, beban utamanya
adalah puntir. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasi yang
terjadi harus kecil, bentuk dan ukurannya harus harus teliti.

Gambar 2.16 Spindel


3. Gander (axle)
Poros ini dipasang antara roda-roda kereta api, tidak mendapat beban
puntir dan tidak berputar. Gander ini hanya mendapat beban lentur, kecuali
bila digerakan oleh pengerak mula, maka poros akan mengalami beban
puntir.
Gambar 2.17 Axle
4. Poros (shaft)
Poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke
mekanisme yang digerakan. Poros ini mendapat beban puntir murni.

Gambar 2.18 shaft


5. Poros luwes (flexible shaft)
Poros yang berfungsi untuk memindahkan daya dari dua mekanisme,
dimana putaran poros dapat membentuk sudut dengan poros lainnya, daya
yang dipindahkan biasanya kecil.

Gambar 2.19 flexible shaft

1) Bahan Poros
Poros bisa dibuat dari bahan: baja karbon atau baja paduan. Untuk poros-
poros yang memiliki bentuk sulit seperti: poros engkol, maka sebaiknya
memakai besi cor.
Tabel 2.2 Baja paduan untuk poros
Standar dan Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik
macam (kg/mm2)
Baja SNC 2 - 85
Khrom SND 3 - 95
Nikel SNC 21
Pengerasan Kulit 80
(JIS G4102) SNC 22
- 100
Baja SNCM 1 - 85
Khrom SNCM 2 - 95
Nikel SNCM 7
- 100
Molibden SNCM 8
(JIS G4103) SNCM 22 - 105
SNCM 23 Pengerasan Kulit 90
SNCM 25
- 100
- 120
Baja SCR 3 - 90
Khrom SCR 4 - 95
(JIS G4104) SCR 5
- 100
SCR 21
SCR 22 Pengerasan kulit 80
- 85
Baja SCM 2 - 85
Khrom SCM 3 - 95
Molibden SCM 4 - 100
(JIS G4103) SCM 5 - 105
SCM 21 Pengerasan Kulit 85
SCM 22 - 95
SCM 23 - 100

2) Poros dengan Beban Puntir

Pada perhitungan poros, yang akan dihitung adalah bahan dan


diameternya. Tegangan yang diterima oleh poros dapat berupa: tegangan
bending, tegangan torsi, tegangan kombinasi, dsb. Bila poros hanya
menerima beban puntir yang besarnya konstan, maka besarnya tegangan
puntir pada poros adalah momen puntir (Mt) dibagi dengan momen
tahanan (Wt).
Mt
5 ,1 . Mt
τ1 = π .d s
3
= 3 ≤ | τ 1|
ds
16
Dimana:
N
Mt = 63.000
n

Keterangan:
Mt = momen torsi (lbf.inch)
N = daya yang ditransmisikan (HP)
n = putaran poros (rpm)
Ds = diameter poros (inch)

Tabel 2.3 Standar Baja

Nama Standar Jepang Standar Amerika (AISI)


(JIS) Standar Inggris (BS)
Standar Jerman (DIN)
Baja S25C AISI 1025, BS060A25
Karbon S25C AISI 1030, BS060A30
Kontruksi S25C AISI 1035, BS060A35, DIN C35
Mesin S25C AISI 1040, BS060A40
S25C AISI 1045, BS060A45, DIN C54
S25C AISI 1050, BS060A50, DINSt50.11
S25C AISI 1055, BS060A55

Baja Tempa SF 40, 45, 50, 55 ASTM A105-73


Baja Nikel SNC BS 653M31
Khrom SNC22 BS En36
Baja Nikel SNCM 1 AISI 4337
Khrom SNCM 2 BSS30M31
Molibden SNCM 7 AISI 8445, BS En100D
SNCM 8 AISI 4340, BS 8171M40, 816M40
SNCM 22 AISI 4315
SNCM 23 AISI 4320, BS En 325
SNCM 25 BS En39B
Baja SCR 3 AISI 5135, BS530A36
Khrom SCR 4 AISI 5140, BS530A40
SCR 5 AISI 5145
SCR 21 AISI 5115
SCR 22 AISI 5120
Baja SCM 2 AISI 4130, DIN34CrMo4
Khrom SCM 3 AISI 4135, DIN34CrMo4,BS708A37
Molibden SCM 4 AISI 4140, DIN42CrMo4,BS708M40
SCM 5 AISI 4145, DIN50CrMo4

3) Poros Dengan beban Momen Bending dan Momen Puntir Konstan

Poros pada umunya meneruskan daya melalui: belt, roda gigi, rantai dan
sebagainya. Dengan demikian poros tersebut mendapat beban puntir dan bending
sehingga, pada permukaan poros akan terjadi tegangan geser karena momen puntir
dan tegangan tarik karena tegangan bending.
Akibat gabungan tegangan bending dan momen tersebut maka tegangan
maksimum yang terjadi dapat dinyatakan:
τ
max ¿
√( σx
2 )+τ
2

32 16 . Mt
σx = 3 dan τ = 3 (untuk posisi pejal)
π .d s π .d s
32 . Mb
σx = 3 dan (poros berlubang)
π .d o ¿¿
16 . mt
τ = 3
π .d o ¿¿
Sehingga tegangan yanng terjadi dan syarat aman dapat dinyatakan:
a. Pada poros pejal

√( ) + √( )≤
2 2
16. Mb 16. Mt σ yps
τ max = 3 s
π .d s π .d s sf

b. Pada poros berlubang


16

[ ( )]
4 σ yps
τ max = d
π . d o 1− i
3 √ M b 2+ M t 2 ≤ sf
do

Dimana:
ds = diameter poros (inch)
di = diameter dalam poros yang berlubang (inch)
do = diameter luar poros berlubang (inch)
Mb = momen bending yang diterima oleh poros (lbf.in)
Mt = momen torsi yang diterima oleh poros (lbf.in)

2.5 Proses produksi

Pada pembuatan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep


perencanaan. Konsep ini akan membahas dasar-dasar teori yang akan dijadikan
pedoman dalam pembuatan. Pada pembuatan alat Mesin Pengupas Kulit Kopi ini
bagian alat yang akan dirancang atau diperhitungkan adalah :

a. Permesinan

b. Pengelasan

2.5.1 Proses Permesinan

1. Mesin bubut

Mesin bubut adalah suatu jenis mesin perkakas yang dalam proses

kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata potong pahat

sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Mesin bubut merupakan
salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk benda kerja

yang berbentuk silindris. Pada proses benda kerja dipasang pada chuck

(pencekam) yang terpasang pada spindel mesin, kemudian spindel dan benda

kerja di pintar dengan kecepatan sesuai perhintungan. Alat potong (pahat) yang

dipakai untuk membentuk benda kerja akan disayatkan pada benda kerja yang

berputar.

Fungsi utama mesin bubut di gunakan untuk mengerjakan bidang-

bidang silinder, luar dan dalam, masing-masing membubut lurus dan

mengebor,demikian pula bidang rata (membubut rata) juga untuk mengerjakan

bidang tirus (kerucut) dan berbentuk lengkung (bola) dan membuat ulir. Dapat

dilihat pada gambar 2.18 : (Daryanto, 1984,66)

Gambar 2.20 Mesin Bubut


(Goggle.com/Mesin bubut)
Jenis-jenis mesin bubut dapat dibagi menjadi :

1. Mesin BubutUniversal

2. Mesin Bubut Khusus

3. Mesin BubutKonvesional

4. Mesin bubut dengan computer ( CNC )

5. Bagian-bagian utama mesin bubut

Secara umum mesin bubut menjadi empat bagian utama, yaitu kepala tetap
(Head Stock), kepala lepas (Tail Stock), eretan danalas meja(bed).

Bagian-bagian ini terdapat pada semua jenis mesin bubut.

1. Kepala tetap (Heat Stock)

Kepala tetap adalah bagian utama mesin bubut yang berfungsi sebagai

penyangga poros utama yang akan memutarkan spindle. Di dalam kepala tetap

terdapat sejumlah rangkaian roda gigi berfungsi untuk putaran motoran menjadi

spindle.

2. Kepala lepas (Tail Stock)

Kepala lepas diletakan diatas alas/meja mesin sebalah kanan. Kepala

lepas berfungsi untuk tempat pemasangan senter yang digunakan sebagai

penumpu ujung benda kerja dan dudukan mata bor. Kepala lepas dapat

digeser sepanjang mejamesin.

3. Alat mesin (Tempat Tidur)

Alat mesin berfungsi sebagai pendukung eretan dan kepala lepas. Alat

mesin ini memiliki pembukaan yang rata dan pekerjaaan yang tidak ada untuk

mendukung kesempurnaan membubut.

4. Eretan

Eretan adalah bagian mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan pahat.

Eretan terdiri dari eretan berputar, eretan melintang dan eretan memanjang.

2. Mesin gerinda

Mesin gerinda adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk

mengasah/memotong ataupun menggerus benda kerja dengan tujuan atau

kebutuhan tertentu. Prinsip kerja mesin gerinda adalah batu gerinda berputar
bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi pengikisan, penajaman,

pengesahan, atau pemotongan.

Gambar 2.21 Mesin Gerinda


(Google.com/ Mesin gerinda )
3.Mesin Bor

Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat


memotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut
(pekerjaan pelubangan). Sedangkan pengeboran adalah operasi menghasilkan
lubang berbentuk bulat dalam lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong
berputar yang disebut bor. Sedangkan bor tanga adalah mesin bor yang
menggoperasianya dengan menggunakan tangan dan bentuknya berbentuk
pistol.

Mesin bor tangan biasanya digunakan untuk melubangi kayu, tembok


maupun pelat logam. Khusus Mesin bor ini selain digunakan untuk membuat
lubang juga bisa digunakan untuk mengencangkan baut maupun melepaskan
baut.

Gambar 2.22 Mesin Bor


(Google. com/Mesin Bor)
4.Pengelasan

Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyembungan logam


dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan dan tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang
kontiunyu. Oleh sebab itu mesin las ada beberapa macam yaitu: (Sularso,
1997).

A. Mesin las listrik

Mesin las listrik termasuk suatu proses penyambungan logam dengan


menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi sumber panas pada las l
Ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja.
Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda
mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus listrik.
Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda
mencair, setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan.

Gambar 2.23 Las Busur Listrik

(Google. com/LasBusurListrik)
Keuntungan mesin las listrik :

1.Selaput pembungkus elektroda mempuyai fungsi serbaguna dan


banyak jenisnya kurang lebih ada 100 tipe untuk pengelasan bahan yangbeda.
2.Sumber tenaga dari listrik (AC maupun DC) dapat ditancapkan
didinding ataupun dapat dijalankan disetiap tempat sepanjang terdapat
bahanbakar.
3.Pengelasan dapat dilakukan pada berbagai posisi mulai dari posisi flat,
mendatar, tegak dan diataskepala.

4.Sensitivitasnya terhadap gangguan pengelasan berupa angin cukup


baik.
5.Sumber tenaga dan juga perawatan mesin las listrik lumyan murah.
Selain itu mesin las listrik sangat awet, relatif mudah dioperasikan dan mudah
disetting.

Kekurangan mesin las litrik :


1.Uap lembab diudara dapat masuk kedalamelektroda

2.Terak yang dihasilkan ketika selaput elektroda mencair harus selalu


dibersihkan setiap kali selesaimengelas
3.Operator harus berhenti dan mengganti elektroda setiap beberapa
menit, ketika setiap menit busur listrik tidak dinyalakan untuk menggelas, itu
menyebabkan ongkos tenaga kerja tidak produktif.

B. Mesin Las Karbit

Las gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan)


yang menggunakan gas asetilen (C2H2) sebagai bahan bakar,prosesnya adalah

membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan oksigen (O2) sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu sekitar 3.5000C yang dapat mencairkan logam
induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen,
propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas
asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetelin banyak
dipakai dilapangan walaupun pemakaian nya tidak sebanyak las busur elektrode
terbungkus. Seperti ditunjukan pada gambar.

Gambar 2.24 Mesin Las Karbit


(Google. com/MesinLasKarbit)

Kelebihan mesin las karbit :

1. Menghasilkan lasan yang lebih baik dan lebih cepat pada


benda kerja setebel 2mm.
2. Pengelas dapat mengontrol dengan mudah panas yang
masuk kebendakerja.
3. Peralatan relatif murah dan hanya memerlukan
pemeliharaan sedikit.
4. Cara penggunaanya sangat mudah, sehingga mudah untuk
dipelajari.
Kekurangan mesin las karbit :
1. Laju pengisian lebih rendah dibandingkan dengan proses
laslainya.

2. Mesin las karbit butuh kontrol kelurusan sambungan yang


lebih ketat.
3. Mesin las karbit harus dilindungi secara berhati-hati dari
kecepatan udara diatas 5 mph untuk mempertahankan
perlindungan inert gas di atas kawah las.
2.6 Dasar-Dasar Pemilihan Bahan

Didalam perencanaan suatu alat perlu sekali memilih bahan-bahan yang


akan digunakan,apakah bahan tersebut sudah selesai dengan kebutuhan baik itu
secara dimensi ukuran ataupun secara sifat dan kerakteristik bahan yang akan
digunakan. Berdasarkan pemilihan bahan yang sesuai maka akan sangat
menunjang keberhasilan dalam perencanaan tersebut,adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan bahan yaitu : (Sularso,1997).
1. Fungsi dari komponen

Adalah bagian-bagian utama dari perencanaan atau bahan


yang akan dibuat dan dibeli harus sesuai dengan fungsi dan
kegunaan dari bagian- bagian bahanmasing-masing.

2. Sifat mekanis bahan


Sifat mekanis bahan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dalam menggunkaan bahan maka akan mempermudahkan dalam
perhintungan kekuatan bahan yang akan digunakan pada setiap
komponen. Sifat-sifat mekanis bahan yang dimaksud beberapa
kekuatan tarik, tegangan gesek, modulus elastisitas dan bagiannya.
3. Sifat fisis bahan

Sifat fisis bahan juga perlu diketahui untuk menentukan


bahan apa yang akan dipakai. Sifat fisis yang akan dimaksud
disini seperti :

kekasaran, kekakuan, ketahanan terhadap korosi, tahan terhadap


gesekan dan lain sebagainya.
4. Bahan mudah didapatkan

Bahan-bahan yang akan digunakan untuk komponen suatu


mesin yang akan direncanakan hendaknya diusahakan agar mudah
dapat dipasarkan, karena apabila terjadi kerusakan akan mudah
dalam penggantinnya. Oleh karena itu perencana harus
mengetahui bahan-bahan yang ada dan banyak dipasarkan.
5. Harga relatif murah

Untuk membuat komponen-komponen yang direncanakan


maka usahakan bahan-bahan yang akan digunakan harganya harus
semurah mungkin dengan tanpa mengurangi karakteristik dan
kualitas bahan tersebut. Dengan demikian dapat mengurangi biaya
produksi dari komponen yang direncanakan.

A. Bahan/material

1. Bahan Logam Ferro


Bahan logam ferro adalah suatu logam yang memiliki
dasar panduan besi (ferrous), sedangkan unsur lainnya hanyalah
sebagai unsur tambahan untuk mendapatkan sifat bahan sesuai
dengan aplikasi dalam penggunaanya bahan logam ferro
diantaranya adalah (Sularso,1997)
a. Besi Tempa ( wroughtiron)
b. Baja karbon (carbon steel)

c. Baja paduan

d. Baja dan besituang


2. Bahan Logam Non Ferro

Bahan loham non ferro adalah bahan yang memiliki unsur logam tetapi
tidak ada unsur besi (ferrous). Bahan logam non ferro diantaranya adalah:

a. Aluminium

b. Magnesium danpanduannya

c. Tembaga danpanduanya

d. Nikel danpanduanya

e. Seng danpanduanya

f. Titanium danpanduanya

g. Timah hitam dan panduanya(Pb)

h. Timah putih dan panduanya(Tin)


B. Besi dan Baja

Besi dan baja sama-sama dikenal sebagai material yang banyak


digunakan dalam proses pembuatan suatu bangunan. Besi sendiri terbuat
dari bijih besi yang ditambang dari alam, lalu diolah sedemikian rupa
menjadi besi kasar hingga besi tuang. Selanjutnya besi tersebut bisa
digunakan sebagai bahan baku yang utama untuk membuat baja. Jadi
jangan lah heran apabila besi dan baja juga mempunyai wujud yang
sama dan sangat mirip.

a. Besi

Besi adalah unsur yang membentuk sebagian besar bagian inti


luar dan dalam bumi. Berdasarkan kelimpahannya, besi merupakan
unsur yang keempat paling besar pada kerak bumi. Unsur ini bersifat
reaktif terhadap oksigen dan air. Besi segar memiliki permukaan yang
berwarna abu-abu keperakan. Namun warna tersebut akan berubah jika
menggalami oksidasi dalam udara normal sehingga mengakibatkan
timbulnya besi oksida hidrat (karat).
Penggunaan logam besi sudah dilakukan sejak zaman purba,
meskipun pemakaian tembaga lebih sering. Logam besi murni ini relatif
lembuttetapi tidak bisa dihasilkan melalui proses peleburan. Sedangkan
logam besi mentah saaat ini diproduksi tinggi dengan mereduksi bijih
besi menggunakan batu bara sehingga menghasilkan besi kasar
(pigiron).

b. Baja

Baja adalah besi karbon campuran yang dapat berisi


konsentrasidari elemen campuran lainya, ada ribuan campuran logam
lainya yang mempuyai perlakuan bahan dan komposisi berbeda. Sifat
mekanis adalah sensitif kepada isi dari pada karbon, yang mana secara
normal kurang dari 1% C sebagian dari baja umum digolongkan
menurut konsentrasi karbon, yakni kedalam rendah, medium jenis
karbon tinggi. Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua
segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur,transportasi,generator
pembakit listrik,sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan
baja. Besi baja menduduki peringkat pertama diantara barang tambang
logam dan produknya melingkupi hampir 90% dari barang
berbahanlogam.
Berdasarkan tinggi rendahnya presentasi karbon didalam baja,
baja karbon diklasifikasikan sebagai berikut :
1.Baja karbon rendah (low carbonsteel)

Baja karbon rendah mengandung karbon antara 0,10 s/d 0,30.


Baja karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam plat baja,baja strip dan
baja batangan atau profil. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung
dalam baja, maka baja karbon rendah dapat digunakan atau dijadikan
baja-baja, maka karbon rendah dapat didigunakan atau dijadikan baja-
baja sebagai berikut:
- Baja karbon rendah yang mengandung 0,04% -0,10%
C untuk dijadikan baja-baja plat ataustrip.
- Baja karbon rendah mengadung 0,05% C digunakan
untuk keperluan badan-badankendaraan.
- Baja karbon rendah yang mengadung 0,15%-0,30% C
digunakan untuk konstruksi jembatan,baja konstruksi, atau
membuatbaut.

2.Baja karbon menengah (medium carbonsteel)

Baja karbon menengah mengandung karbon antara 0,30%-0,60%


C. Baja karbon menengah ini banyak digunakan untuk keperluan alat- alat
perkakas bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung
dalam baja maka baja karbon ini dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti industri kendaraan, roda gigi, pegas dan sebagiannya.
2.7 Proses Perakitan (Assembling)

Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatukan


beberapa bagian komponen menjadi suatu alat mesin yang mempuyai
fungsi tertentu.Proses assembling biasa dilakukan dengan cara
pengencang mekanis (mechanicafastening) seperti penyambungan baut
dan rivet,proses penyolderan pengelasan, sambungan tekan (pross
fitting) penyambungan sudut dan dengan cara pengeleman.

2.8 Proses Penyesuain Finishing

Proses pengerjaan akhir (finishing proses) proses finishing


dilakukan untuk tujuan pembersihan (cleaning) mengharuskan
permukaan potong (deburing), dan untuk melindungi atau menghiasi
permukaan produk supaya lebih menarik. Diantara proses finishing yang
biasa dilakukan adalah proses clianing, painting, plating, buffing,
galvanizing, anodizing. Proses cleaning dilakukan untuk membersihkan
kotoran berupa, debu, oli dan kerak yang merupakan sisa dari proses
manufacture ataupun terjadi pada saat handling.
Proses buffing mirip dengan proses pemolesan dimana
permukaan produk dioles secara mekanis untuk menutupi pori-pori
permukaan benda sehingga halus. Galvanizing dan anodizing dilakukan
biasanya untuk mencegah timbulnya korosi pada produk dan pula
ditujukan untuk keperluan pengecatan.
Adapun proses finishing yang lain adalah sebagai berikut :
a. Proses gerinda
Disini setiap bagian dari komponen yang telah melewati proses
las rata dengan gerinda agar menghasilkan permukaan yang rata
dan halus.
2. Proses amplas
Setelahbagian komponen gerinda, untuk lebih menghasilkan
permukaan yang benar-benar halus maka dilanjutkan dengan
ampals.
3. Proses pengecekan

Diproses ini yang dilakukan adalah pengecekan dimensi, geometri,

serta performa dari produk apakah sudah sesuai dengan

perencanaan.

4. Proses pengecetan (painting)

Setalah melewati prose-proses diatas maka produk tersebut dicat,

selain untuk kesempurnaan juga menecegah atau memperlambat

korosi.

Adapun proses finishing yang lain adalah sebagai berikut :

1. Proses gerinda

Di sini setiap bagian dari komponen yang telah melewati proses las

rata dengan gerinda agar menghasilkan permukaan yang rata dan

halus.

2. Proses amplas

Setelah bagian komponen gerinda, untuk lebih menghasilkan

permukaan yang benar-benar halus maka dilanjutkan dengan

ampals.

2. Proses pengecekan

Diproses ini yang dilakukan adalah pengecekan dimensi, geometri,

serta performa dari produk apakah sudah sesuai dengan

perencanaan.

3. Proses pengecatan (painting)


Setalah melewati prose-proses diatas maka produk tersebut dicat,

selain untuk kesempurnaan juga menecegah atau memperlambat

korosi.

BAB III

METODE PEMBUATAN

3.1 Waktu dan Tempat Pembuatan

Adapaun waktu pembuatan alat dimulai pada tanggal 5 juni 2023


hingga selesai di tempat Laboratorium Teknik Mesin Universitas Ekasakti
Padang. Selain itu, tempat pengolahan data-data dapat dilakukan di
perpustakaan Fakultas Teknik dan Perancanaan Universitas Ekasakti
Padang dan ruang kerja lain yang bersifat fleksibel.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam pembuatan skripsi ini penulis berusaha mencari sumber-


sumber bahan yang diperlukan sebagai masukan dalam pengumpulan data
yang penulis butuhkan. Adapun metode yang penulis gunakan dalam
penulisan skripsi ini antara lain:

1. Studi Literatur

Yaitu mencari sumber referensi dalam buku yang berhubungan dengan


penulisan skripsi ini. Disamping itu penulis juga mencari di internet sebagai
refernsi lainnya.

2. Metode Survey (observasi)


Yaitu pengumpulan data atau informasi dari beberapa tempat. Metode
ini juga dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung.

3.3 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi literatur

Studi Lapangan

Gambar teknik

Alat dan Bahan

Proses Pembuatan

Perbaikan

Proses Perakitan

Penyempurnaan alat

Pengujian dan Analisa


Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan

3.4 Gambar Mesin Pengupas Kilit Kopi

Desain pembuatan Mesin Pengupas Kulit Kopi yang akan dibuat

dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut:

Gambar 3.2 Mesin Pengupas Kulit Kopi

3.5 Metode Pembuatan

Pembuatan mesin pengupas kulit kopi ini mencakupi alat dan bahan yang
digunakan adalah sebagai berikut:

1. Alat

Mesin ini dibuat dengan menggunakan peralatan-peralatan utama, antara


lain konvensional, alat-alat perkakas dan alat ukur. Adapun alat yang
digunakan dalam pengerjaan alat uji putaran kritis poros menggunakan digital
counter ini adalah:

a. Mesin Bubut
Mesin ini digunakan untuk memotong benda silinder. Dalam hal ini proses

akan melewati proses pembubutan untuk membuat ukuran poros yang

telah ditentukan.

Gambar 3.3 Mesin Bubut


(Google.com/mesin bubut)
b. Mesin Bor
Alat yang digunakan untuk membuat lubang, alur peluasan dan
penghalusan secara presisi dan akurat.

Gambar 3.4 Mesin Bor Duduk


(Google.com/Mesin Bor Duduk)
c. Mesin Gerinda

Alat yang digunakan untuk mengasah atau memotong benda kerja.


Gambar 3.5 Mesin Gerinda
(Google.com/Mesin Gerinda)

d. Mesin Las
Alat yang digunakan untuk menyambung logam atau besi, mesin las
digunakan untuk menyambung bagian-bagian rangka alat uji putaran kritis
poros menggunakan digital counter dan juga komponen penunjang
lainnya.

Gambar 3.6 Mesin Las


(Google.com/Mesin Las)
Selain itu, adapun peralatan perkakas yang digunakan dalam pembuatan
alat uji putaran kritis poros menggunakan digital counter ini adalah:
1) Gergaji
2) Palu
3) Ragum
4) Kikir
5) Penggores
6) Pahat bubut
7) Mata bor
8) Mata gerinda
Untuk menyesuaikan dimensi alat dengan hasil perhitungan maka
diperlukannya dilakukan pengukuran. Adapun alat ukur yang digunakan
saat proses kerja adalah:
1) Mistar baja
Merupakan alat ukur panjang yang tebuat dari baja tahan karat yang
memiliki dua permukaan sisi lurus. Pada satu sisinya terdapat saruan SI
yaitu centimeter dan millimeter dan sisi yang memiliki ukuran
sistem metric yaitu inchi. Selain itu, kedua sisi mistar ini dapat pula
digunakan alat bantu penggores garis atau ukuran. (lihat pada gambar
3.7).

Gambar 3.7 Mistar Baja

(Google.com/Mistar baja)

2) Roll meter
Alat ini berguna pula sebagai alat untuk mengukur dimensi batang atau
besi dan alat dapat menjangkau dimensi-dimensi yang lebih panjang
sukupannya dan dapat dikatakan lebih panjang daerah kerjanya
dibandingkan mistar baja. Roll meter ini memiliki tingkat ketelitian
setengah millimeter sehingga tidak dapat digunakan untuk ukuran yang
sangat kecil yang sangat presisi sifatnya. Pada umumnya digunakan
pada bengkelan, panjang roll meter ini bervariasi antara 3 meter hingga
7,5 meter. (lihat gambar 3.8).
Gambar 3.8 Meteran/Mistar

(Google.com/Meteran Mistar)

3) Jangka sorong
Jangka sorong adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk
mengukur dimensi pada bagian dalam dan luar, ditinjau dari cara
pembacaannya dapat dibagi 2, yaitu pengukuran manual dan
pengukuran digital. Pengukuran ini menggunakan pengukuran manual.
(lihat gambar 3.9).

Gambar 3.9 Jangka Sorong

(Google.com/jangka sorong)

2. Bahan

Berdasarkan perencanaan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan


alat ini adalah :

1. Besi siku
2. Plat stainless
3. Bearing
4. Mur dan baut
5. Cat dan ampelas
6. Mata pisau pengupas
7. Gear dan chain

DAFTAR PUSTAKA

Evanjelina. (2022) Modifikasi mesin pengupas buah kopi(pulper). Jurnal teknik


pertanian fakultas pertanian universitas jambi.

Hidayat, D. Arifin, Suprihadi, A. (2019) Rancang Bangun terhadap mesin


pengupas kulit kopi basah (pulper). Jurnal D3 teknik mesin, politeknik
harapan bersama tegal

Jupriyanto, M. (2021) Rancang bangun mesin penggiling dan penepung biji kopi.
Jurnal teknik mesin polieknik harapan bersama.

Jurnalbumi (2020). Sejarah Kopi. https://jurnalbumi.com/knol/sejarah-kopi/

Kholis, M. N. Majid, A. (2017) Rancang Bangun Mesin pengupas biji kopi


dengan kapasitas 60 kg/jam. Jurnal fakultas teknologi industri institut
teknologi sepuluh november surabaya 2017

Nasution, A. Y, & Effendi, R. (2018). Perancangan alat pengupas kulit kopi basah
dengan kasapasitas 120 kg/jam. Jurnal Teknik Mesin Univ.
Muhammadiyah Metro.
Rajendra, I. dkk, (2019). Aplikasi mesin pulper dua tingkat untuk peningkatan
Produktivitas usaha kopi dadong di kintamani, Bangli. Jurnal Prosiding
SENADIMAS ke-4, tahun 2014.

Wiranata, T. E. (2020) Rancang bangun mesin pulper kopi menggunakan


penggerak motor listrik. Jurnal teknik mesin, Politeknik Negeri Padang.

Anda mungkin juga menyukai