Anda di halaman 1dari 6

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan/ Kelompok : VIII / III
Nama Agenda : Nilai-Nilai Dasar ASN (Nasionalisme)
Nama Peserta : Nourma Sustiena, A.Md.Kep
No. Daftar Hadir : -
Nama Tutor : Ahmad Nur Rahman, S.Kom,.M.Si
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : PPSDM Kemendagri Regional
Bandung

A. Pokok Pikiran

Nasionalisme berasal dari kata "Nasional" yang artinya bangsa, negara,


dan "Isme" yang artinya paham atau ajaran. Sehingga, secara harfiah
Nasionalisme adalah paham atau ajaran bagaimana kita mencintai bangsa dan
negara kita sendiri. Pandangan tentang rasa cinta tanah air dan sikap mencintai
yang wajar terhadap bangsa dan negara sekaligus menghormati bangsa lain.
Sikap nasionalisme tidak boleh terlalu berlebihan sampai menganggap bangsa
atau negara lain itu lebih rendah.
Sebelum memiliki jiwa nasionalisme, seseorang harus terlebih dahulu
memiliki rasa kebangsaan yakni rasa yang lahir secara alamiah karena adanya
kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi
perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan
sejarah masa kini. Sikap nasionalisme juga sikap yang menghargai persamaan
suku-suku bangsa dan memiliki rasa senasip sepenanggungan diantara
sesama bangsa. Rasa Nasionalisme memberikan dorongan untuk
mempertahankan negara dari kemungkinan adanya ancaman, tantangan,
hambatan maupun gangguan sehingga bangsa kita harus berkarakter kuat.
Secara khusus bagi kita Warga Negara Indonesia, kita harus memiliki sikap
Nasionalisme dengan cara mematuhi hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta melestarikan budaya yang sangat beragam.
Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa
berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat
nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional
yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat
kebangsaan atau semangat patriotisme. Nasionalisme pancasila merupakan
implementasi rasa cinta kita sebagai rakyat Indonesia terhadap tanah air,
bangsa dan negara yang didasari pada nilai-nilai Pancasila. Kecintaan terhadap
tanah air dengan mengingat dan menghargai jasa para pahlawan yang telah
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan tumpah darahnya maka
tugas kita melanjutkan perjuangan dan mempertahankan kedaulatan
kemerdekaan dan mengisinya dengan pembangunan.
Sebagai ASN kita harus memiliki rasa nasionalisme dan wawasan
kebangsaan yang kuat yang kemudian diaktualisasikan ke dalam fungsi dan
tugas kita yang didasari Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya diharapkan
Nasionalisme dapat menjadikan kita sebagai ASN yang berorientasi pada
kepentingan publik, bangsa, negara, dan menghindari pemikiran yang
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.
Nilai dasar nasionalisme sebagai ASN yang menerapkan Pancasila
sebagai dasar dalam menjalankan tugasnya dibagi menjadi lima sesuai dengan
jumlah sila dari Pancasila,yakni:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki nilai religious, toleran,
transparan, etos kerja, tanggung jawab, amanah, dan percaya diri.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, memiliki nilai humanis,
tenggang rasa, persamaan derajat, saling menghormati, tidak
diskriminatif.
3. Sila Persatuan Indonesia, memiliki nilai cinta tanah air, rela berkorban,
menjaga ketertiban, mengutamakan kepentinngan publik, dan gotong
royong.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan, memiliki nilai musyawarah mufakat,
kekeluargaan, menghargai pendapat, dan bijaksana.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memiliki nilai
bersikap adil, tidak serakah, tolong menolong, kerja keras, dan sederhana.
ASN yang memiliki Nasionalisme kuat akan memahami dan memiliki
kesadaran unttuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
pelaksanaan tugas jabatannya.

Sebagai ASN, nasionalisme diaktualisasikan sesuai dengan fungsi dan tugas


antara lain pada ranah berikut:
1. Pelaksana Kebijakan Publik. Pelaksana kebijakan publik merupakan
salah satu fungsi ASN (pasal 10 UU No. 5 tahun 2010 tentang Aparatur
Sipil Negara. ASN sebagai eksekutor yang melaksanakan segala peraturan
perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik di berbagai
bidang dan sektor pemerintahan. Sebagai pelaksana kebijakan publik ASN
harus memiliki karakter dan orientasi kepublikan yang kuat yaitu nilai
kepublikan yang berorientasi pada kepentingan publik, menempatkan
kepentingan publik, bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya,
kepentingan nasional diatas kepentingan sektoral atau golongan, dan
berintegritas tinggi (konsisten/istiqomah dalam tindakan, nilai, prinsip,
menjadi pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat) dan mampu
mengaktualisasikannya dalam setiap langkah-langkah pelaksanaan
kebijakan publik.
2. Pelayanan Publik. Unsur-unsur dalam pelayanan publik adalah adanya
organisasi penyelenggara, penerima layanan, dan kepuasan pelanggan.
ASN harus memiliki integritas tinggi dalam melayani publik yang
disesuaikan dengan kode etik dan kode perilaku ASN. Sebagai pelayan
publik kita harus bersikap adil dan tidak diskriminatif; profesional dan
berintegritas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu,
ASN harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,
transparan, akuntabel, dan memiliki kinerja yang memuaskan publik
dengan motto “melayani dengan amanah memberikan yang terbaik”. Untuk
menjadi ASN Profesional tentunya memerlukan keahlian khusus. ASN
menjadi perhatian dan sorotan masyarakat maka harus diketahui diera
keterbukaan informasi ini adanya tuntutan masyarakat agar bebas KKN,
adanya kritik masyarakat untuk bekerja secara professional dan
memahami situasi krisis dengan memperhatikan aspirasi Masyarakat.
3. Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa. Sebagai pemersatu bangsa
ASN akan senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD
1945, negara dan Pemerintah (UU No. 5 Tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2).

Peran ASN dalam menciptakan kondisi damai adalah dengan bersikap


netral dan adil, mengayomi kepentingan kelompok minoritas dengan tidak
membuat kebijakan diskriminatif, dan menjadi figur teladan di lingkungan
masyarakat. Pada akhirnya, rasa nasionalisme yang kuat ini menjadikan ASN
yang mampu mengaktualisasikan wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme
dalam menjalankan profesinya sebagai pelayanan publik yang berintegritas.

Profil Tokoh

Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden ketiga Indonesia. Sebelum


berkarier di Indonesia bapak B.J. Habibie melanjutkan studi teknik
penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhenisch Wesfalische
Tehnische Hochscule Jerman. Ia pun menerima gelar Diplom Ingenieur pada
1960 dan gelar Doktor Ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cumlaude
dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Beliau menemukan rumus yang dinamakan "Faktor Habibie" karena bisa
menghitung keretakan atau crack propagation on random sampai ke atom-atom
pesawat terbang. Sehingga beliau pun dijuluki "Mr Crack" karena keahliannya
itu.

Ada banyak pelajaran terkait nasionalisme dan cinta tanah air dari beliau.
Kecerdasan, totalitas dan tanggung jawab terhadap negara rupanya tidak
hanya terlihat saat berada di Indonesia. Sebelum Indonesia sadar akan
potensinya, beliau sudah beberapa kali ditawari oleh beberapa negara lain
untuk menggalakkan teknologi pesawat terbang. Tawaran pertama datang
datang dari Jerman. Jerman yang saat itu tahu Pak Habibie bukan orang biasa,
langsung saja menawarinya dengan status 'warga negara kehormatan'.
Bukannya senang dengan status yang jarang diberikan Jerman, beliau justru
menolak. Karena rasa nasionalisme beliau yang tinggi, beliau tetap memilih
pulang ke Indonesia untuk mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya,
walaupun beliau tidak mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia ketika
melanjutkan studi di Jerman. Ada banyak terobosan dan sumbangsih yang
beliau buat sejak di Indonesia, salah satunya ketika memegang jabatan Menteri
Riset dan Teknologi. Beliau berhasil membuat pesawat terbang N250 yang
ditujukan sebagai alat transportasi utama di Indonesia yang merupakan negara
kepulauan, walaupun cita-cita tersebut tidak kesampaian karena adanya krisis
moneter tahun 1998. B.J. Habibi ini menunjukkan rasa memiliki serta rasa cinta
tanah air dan bangsa.

B. Penerapan

Perilaku nasionalisme yang dapat diterapkan sebagai seorang perawat di


Puskesmas Leles, berupa:
1. Menggunakan produk dalam negeri contohnya memakai batik di hari Jumat
2. Menggunakan bahasa Persatuan Bahasa Indonesia dalam acara resmi
kedinasan dan menggunakan bahasa daerah yang mudah dipahami pasien
saat memberikan pelayanan dan edukasi kesehatan
3. Tidak membedakan-bedakan pelayanan dalam melayani masyarakat baik
terkait ras, suku, maupun agama.
4. Menjaga ketertiban di lingkungan unit kerja
5. Berpartisipasi aktif dalam suatu musyawarah untuk mencapai mufakat
6. Melakukan musyawarah guna mencapai mufakat
7. Menghormati keputusan secara lapang dada
8. Melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab
9. Gotong royong membersihkan lingkungan kerja setiap pagi dan sebelum
pulang kerja
10. Amanah dalam melaksanakan tugas yang diemban
11. Disiplin dengan datang tepat waktu dan tidak meninggalkan kantor pada
saat jam kerja dengan tanpa alas an yang jelas
12. Menghargai hasil karya orang lain
13. Menggunakan fasilitas negara hanya untuk bekerja

Anda mungkin juga menyukai