Anda di halaman 1dari 3

Lembar Kerja Peserta Didik

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : 12 / Ganjil
Materi Pokok : Teks Editorial

Tujuan : Mengidentifikasi Struktur Teks Editorial

Kelas : XII-IPA 5
Nama : 1. Andira Puti Gamila
2. Fasya Azizah Herias Putri
3. Ilma Hamidah
4. Raisha Andini

Langkah-langkah
1. Carilah contoh teks editorial dalam surat kabar! (Kompas, Media Indonesia, atau Pikiran
Rakyat)
2. Baca dan pahami informasi dalam teks tersebut!
3. Identifikasilah struktur teks yang kamu pilih!
4. Diskusikan dengan teman sebangku!

No Struktur Teks Paragraf


.

1 Pengenalan isu Bencana kelaparan yang melanda Distrik Amuma,


Yahukimo, Papua, seakan menambah kegelisahan negeri ini
yang sedang ketar-ketir dengan terus turunnya nilai tukar
rupiah dan inflasi yang melambung. Laporan yang diterima
pemerintah, 23 orang meninggal dunia sejak kelaparan
melanda distrik itu pada Agustus 2023, sedangkan 12 ribu
warga yang tersebar di 13 kampung hingga kini tengah
berjuang keras menahan lapar.

Curah hujan yang tinggi, tetapi kerap diselingi cuaca panas


disebut sebagai penyebabnya. Fenomena alam itu membuat
perkebunan warga gagal panen, ubi dan keladi sulit
berbuah.

2 Penyampaian Fakta bencana kelaparan itu benar-benar menampar wajah


Pendapat/argumen Indonesia yang baru saja punya Whoosh, kereta cepat
pertama di Asia Tenggara. Whoosh digadang sebagai
lompatan teknologi sekaligus sebagai lompatan negeri ini
menuju level negara maju. Namun, untuk apa negara ini
punya sepur dengan banderol investasi Rp110,16 triliun itu
di saat masih ada warga mereka yang kelaparan? Ironis, di
saat warga Jakarta berbondong-bondong menjajal kereta
Whoosh ke Bandung, warga Yahukimo melepas nyawa
dilanda kelaparan sejak Agustus

Jika bicara mimpi, negara ini sepertinya paling jago


bermimpi, termasuk mimpi gemah ripah loh jinawi. Negara
yang tenteram, makmur, dan tanahnya sangat subur menjadi
mimpi para pemimpin negeri ini. Mudah ditebak, mimpi
negeri yang subur dan makmur pasti ada di visi-misi para
bakal capres-cawapres yang baru-baru ini sudah didaftarkan
ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Jangan lupa,
kedaulatan pangan juga menjadi visi-misi Joko Widodo
(Jokowi) di dua kali pilpres, pada 2014 dan 2019. Namun,
visi-misi itu berhenti menjadi bunga tidur tidak bisa
menyentuh warga Yahukimo. Mirisnya, hal itu terjadi di
penghujung periode kedua masa kekuasaan Jokowi.

Sesungguhnya bencana kelaparan itu sulit diterima nalar


sehat. Bagaimana bisa masih ada warga mati kelaparan di
sebuah negara yang punya begitu banyak instrumen yang
mengurus masalah pangan? Ada Kementerian Pertanian
(Kementan), ada Badan Pangan Nasional (Bapanas), ada
Badan Urusan Logistik (Bulog), ke mana saja mereka?
Apalagi, untuk tahun ini APBN menganggarkan Rp104,2
triliun untuk ketahanan pangan. Ke mana larinya duit
triliunan itu? Uang rakyat itu pasti terpakai, pertama kali
digunakan untuk menggaji pejabat dan karyawan
Kementan, Bapanas, dan Bulog. Berikutnya, baru dipakai
untuk membiayai program-program peningkatan ketahanan
pangan. Anggaran itu juga digelontorkan untuk
pembangunan food estate di Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. Sentra-
sentra pangan dibangun di wilayah itu untuk menjamin
ketahanan pangan dalam jangka panjang. Namun, kenapa
masih ada warga yang kelaparan? Itu yang menggelitik
kewarasan kita. Kelaparan yang kembali berulang di Tanah
Papua terjadi di tengah kesibukan pejabat publik
menghadapi kompetisi politik. Pemilu serentak pada
Februari 2024 bisa jadi telah menguras konsentrasi mereka.
Ada yang sibuk karena menjadi caleg, ada pula yang sibuk
karena ingin menjadi presiden, termasuk Pak Jokowi yang
tengah memikirkan kans putranya menjadi wakil presiden.
Karena pemilu sudah kurang dari empat bulan, para pejabat
itu amat mungkin sudah jarang ke kantor. Bahasa
jalanannya, kantor mereka sudah pindah ke posko
pemenangan. Ketimbang masih digaji, tapi konsentrasi
sudah bukan ke rakyat, para pejabat itu sebaiknya
menunjukkan sikap kesatria dengan mundur dari jabatan.
Langkah itu jauh lebih elok dan terhormat ketimbang terus
menikmati fasilitas dari negara, tapi menyampingkan
urusan rakyat. Lalu, siapa yang menggantikan tugas
mereka? Jangan khawatir, negeri ini punya 190,98 juta jiwa
berkategori usia produktif atau 69,25% dari 275,77 juta
penduduk Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik
2022.
3 Penegasan/saran Bencana kelaparan di Yahukimo harus segera direspons
cepat. Pemerintah jangan lagi sibuk dengan solusi jangka
pendek berupa distribusi pangan ke daerah tersebut.
Namun, yang utama ialah pemerintah harus memikirkan
strategi jangka panjangnya. Perkara medan yang sulit dan
kondisi keamanan yang rawan seharusnya sudah bisa diatasi
pemerintah. Negara harus hadir di Yahukimo.

Anda mungkin juga menyukai