Anda di halaman 1dari 12

E.

Unsur Output
1. Efisiensi ruang rawat
Kajian teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI, dan BTO.
a) BOR
BOR (Bed Occupancy Rate), menunjukkan tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di
rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,bila nilai ini mendekati 100% berartiideal. Standar nasional untuk
dalam satu tahun adalah 75-85%.
b) LOS
LOS (Length of Stay),menunjukkan rata-rata lamanya perawatan setiap pasien, lama waktu rawat
maksimum 12 hari, standar nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 7-10 hari.
c) TOI
TOI (Turn Over Interval), menunjukkan rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu
tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1-3hari untuk rumah sakit dalam satu
tahun.
d) BTO
BTO (Bed Turn Over),menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah sakit dalam satu tahun
waktu tertentu. Jadi BTO memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar
40-50 kali untuk rumah sakit dalam satu tahun.( Depkes RI 2005 ).
2. Patient Safety.
A. Peran Perawat dalam Pengkajian Resiko Jatuh
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 20-22 Maret 2019 pada 20 orang perawat di dapatkan hasil
sebagai berikut:

NO Perawat (N=10) Melakukan pengkajian resiko jatuh

1 Perawat A Ya 12 Perawat L Ya
2 Perawat B Ya 13 Perawat M Ya
3 Perawat C Ya
14 Perawat N Ya
4 Perawat D Ya
15 Perawat O Ya
5 Perawat E Ya
16 Perawat P Ya
6 Perawat F Ya

7 Perawat G Ya 17 Perawat Q Ya

8 Perawat H Ya 18 Perawat R Ya

9 Perawat I Ya 19 Perawat S Ya
10 Perawat J Ya
20 Perawat T Ya
11 Perawat K Ya
TOTAL 100%
Sumber: observasi 8-11 Oktober 2018

Analisa Data:

Dari hasil observasi tersebut di dapatkan hasil sebesar 100% yang artinya perawat melakukan pengkajian
resiko jatuh secara langsung kepada pasien pada saat pasien masuk maupun pada saat pasien dirawat di rumah
sakit.

Kajian Teori:

Menurut pendapat Miller (2012), pengkajian resiko jatuh dilakukan pada saat awal pasien masuk rumah
sakit dan dilakukan secara regular pada saat pasien dirawat di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan serta untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien saat di
rumah sakit. Pengkajian dilakukan kepada pasien dan keluarga secara l angsung yang dilakukan oleh perawat.

Berdasarkan NANDA (2011) menyatakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi resiko jatuh selain
faktor kesehatan pasien tetapi juga faktor lingkungan contohnya lingkungan ruang dengan pencahayaan yang
redup, lantai yang licin, keset atau karpet yang tertekuk, tidak adanya handrail di kamar mandi atau di shower,
penggunaan side trail di tempat tidur pasien.
Hasil observasi yang didapatkan sebagai berikut:

NO Pasien Side Trail Pencahayaan Keadaan lantai

1 Pasien A √ Baik Kering


2 Pasin B √ Baik Kering

3 Pasien C √ Baik Kering

4 Pasien D √ Baik Kering

5 Pasien E √ Baik Kering

Percentage 100% 100% 100%

Analisa Data:

Dari hasil observasi tersebut didapatkan bahwa pemasangan side trail pada bed pasien dilakukan 100%,
pencahayaan baik sebesar 100%, dan keadaan lantai kering sebesar 100%.

Manajemen lingkungan menurut (NANDA, 2011) dapat dilakukan dengan memasang side trail pada bed
pasien, pemberian materi edukasi melalui untuk keluarga dan pasien.
a. Safety Injections
TABEL OBSERVASI PEMBERIAN OBAT INTRAVENA SESUAI SOP

NO RESPONDEN PERSENTASE
1 Responden 1 100 %
2 Responden 2 100 %
3 Responden 3 100 %
4 Responden 4 100 %
5 Responden 5 100 %
6 Responden 6 100 %
7 Responden 7 100 %
8 Responden 8 100 %
9 Responden 9 100 %
10 Responden 10 100 %
Rata-rata 100 %
Menurut tabel di atas diketahui terdapat 100% perawat di Ruangan ICU telah menerapkan cara pemberian
obat sesuai SOP. Penilaian hasil ≤ 56% termasuk dalam kategori rendah (Nursalam, 2009). Poin terbanyak
yang sesuai dengan SOP yang dilakukan oleh perawat mencapai 100% yaitu mencuci tangan sebelum melakukan
tindakan, menjelaskan prosedur dan tujuan, membimbing dan mengajak pasien berdoa, memasang pengalas saat
injeksi, menarik sedikit plunger untuk mengaspirasi darah lalu menyuntikkan, mengevaluasi respon dan perasaan
pasien, mengevaluasi reaksi obat pasien.

Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi (Nursalam 2009). Tujuannya untuk membuang
kotoran organisme yang menempel ditangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba. Dalam prosedur injeksi,
tindakan mencuci tangan dan memakai sarung tangan merupakan bagian dari prosedur tersebut (Depkes RI,
2006).

b. Therapeutic Communication

TABEL OBSERVASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

NO PERAWAT SKOR
1 Perawat 1 78 %
2 Perawat 2 79 %
3 Perawat 3 67 %
4 Perawat 4 70 %
5 Perawat 5 80 %
6 Perawat 6 72 %
7 Perawat 7 79 %
8 Perawat 8 87 %
9 Perawat 9 69 %
10 Perawat 10 78 %
Rata-rata 75,9 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan observasi yang kami lakukan terhadap 10 perawat di
Ruangan ICU dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien mempunyai nilai rata-rata 75,9, menurut
Stuart G.W (2009) menjelaskan bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang terstruktur dan
memiliki tahapan-tahapan seperti: pra-interaksi, orientasi, tehap kerja dan tahap terminasi. Sehingga dapat di
simpulkan bahwa komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat di Ruangan ICU sudah baik. Stuart G.W.
(2009)

a. UniversalPrecaution
Lembar Observasi Universal Precaution

No Aspek yang dinilai SL SR KD TP

1 Perawat mencuci tangan ketika akan kontak √


dengan pasien atau melakukan tindakan ke pasien
2 Perawat mencuci tangan ketika selasai kontak √
dengan pasien atau setelah melakukan tindakan
terhadap pasien

3 perawat mencuci tangan dengan √


sabun/deterjen/disinfektan

4 Perawat mencuci tangan di tempat air mengalir √


(westafel)

5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika √


kontak/melakukan tindakan kepada pasien

6 Perawat menggunakan masker ketika melakukan √


tindakan kepada pasien

7 Perawat menggunakan baju pelindung ketika √


melakukan tindakan kepada pasien

8 Perawat menggunakan alat-alat steril untuk satu √


pasien

9 Perawat menggunakan 1 set alat-alat disposible √


hanya untuk sekali pakai

10 Setelah menggunakan alat-alat non disposible √


perawat mencucinya dengan larutan disinfektan
11 Perawat mensterilkan alat-alat di instalasi √
sterilisasi sentral

12 Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan di √


tempat khusus

13 Perawat membuang sampah benda-benda tajam √


ditempat khusus benda-benda tajam

14 Perawat membuang sampah medis ditempat √


sampah medis

15 Perawat membuang sampah non medis ditempat √


sampah non medis

Jumlah 13x3 2x1 0

Perhitungan 41/60x100 = 68,3 %

Analisa Data
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan Universal Precaution yaitu 68,3%. Dalam
standar Depkes hasil tersebut masuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu peningkatan pada
pelaksanaan Universal Precaution untuk mencegah perlindungan dan penularan.
BAB III
PERENCANAAN DAN PENYELESAIAN MASALAH
No Masalah Tujuan Kegiatan Waktu Indikator Penanggung

Pelaksanaan Keberhasilan Jawab

1 Kurangnya ketepatan Perawat mampu 1. Mendiskusikan setiap Terlampir 1. Perawat mampu Mahasiswa
waktu perawat dalam melaksanakan hambatan yang ada melaksanakan
Praktek
melaksanakan timbang timbang terima dalam melaksanakan timbang terima
terima dengan tepat waktu timbang terima secara terima tepat pada
tepat waktu waktunya
2. Melaksanakan timbang
terima tepat pada
waktunya

2 Pelaksanaan sentralisasi Pelaksanaan Menambah tenaga farmasi Terlampir 1. Apotik di ICU bisa Mahasiswa
obat belum optimal sentralisasi obat di ICU buka dalam 24 jam
Praktek
karena kurangnya tenaga menjadi optimal dan
farmasi apotik buka dalam 24
jam
3 Penerapan pasien safety Penerapan pasien Menerapkan pasien safety Terlampir 6 Sasaran Keselamatan Mahasiswa
belum optimal safety dapat dengan baik sesuai dengan Klien :
Praktek
terlaksana dengan SOP 1. Ketepatan
baik agar dapat identifikasi pasien
mencegah Infeksi 2. Peningkatan
nosokomial komunikasi efektif
3. Peningkatan
keamanan obat yang
perlu diwaspadai
(high alert)
4. Kepastian tepat
lokasi , prosedur,
pasien operasi
5. Pengurangan resiko
infeksi terkait
pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko
infeksi

Anda mungkin juga menyukai