Anda di halaman 1dari 12

71

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan mengenai hasil

pengumpulan data terdiri dari observasi penerapan

program MTBS dan kuisioner kemandirian keluarga yang

diperoleh sejak tanggal 20 maret 2009 sampai dengan 27

maret 2009. Kuisioner yang dibagikan kepada responden

sebanyak 24 eksemplar dan seluruhnya kembali. Observasi

dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada perawat

senior yang bertugas di bagian rawat jalan puskesmas

Kediri.

Penyajian data di mulai dari gambaran umum puskesmas

Kediri dan karakteristik responden. Karakteristik

responden meliputi usia, pendidikan, alamat dan status

pekerjaan. Sedangkan variabel yang diukur meliputi

tingkat kemandirian responden dalam merawat balita

pnemonia serta hubungannya dengan penerapan program

MTBS di puskesmas Kediri kecamatan Kediri.

A.Hasil Penelitian

1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kediri merupakan puskesmas yang di

lengkapi dengan sarana rawat inap terletak di

50
72

kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat Nusa

Tenggara Barat.

a.Batas wilayah

Wilayah kerja puskesmas Kediri yang termasuk di

dalam wilayah kecamatan kediri berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Labuapi

Sebelah timur : Kecamatan Kuripan

Sebelah barat : Kecamatan Gerung

Sebelah selatan : Kecamatan Kuripan

b.luas wilayah kerja

Puskesmas Kediri mencapuk wilayah 8( delapan)

Desa dengan 69( enam puluh sembilan) Dusun luas

wilayah keseluruhan 21,61 km². Desa-desa tersebut

diantaranya: Desa Kediri, Desa Montong Are, Desa

Jagaraga Indah, Desa Gelogor, Desa Rumak, Desa Ombe

Baru, Desa Banyumulek dan Desa Dasan Baru. Jumlah

penduduk di wilayah kerja puskesmas Kediri sebanyak

54.606 jiwa, yang terdiri dari 14.046 KK.

Puskesmas Kediri dilengkapi beberapa sarana

kesehatan seperti : 1 buah puskesmas induk, 3 buah

puskesmas pembantu, 8 buah polindes.

Tenaga yang ada di puskesmas Kediri berjumlah

60 orang yang terdiri dari : 3 orang dokter umum,

23 orang perawat, 14 orang bidan, 3 orang perawat


73

gigi,3 orang analis kesehatan dan 14 orang lainnya

sebagai tenaga non medis / non keperawatan.

2.Karakteristik Demografi Responden

Data ini menggambarkan karakteristik responden

dilihat berdasarkan tingkat umur, pendidikan,

alamat, dan status pekerjaan.

a.Distribusi responden berdasarkan umur

0%
8%
21% 20-29TH
71% 30-35 TH
36-39 TH
> 40 TH

Gambar 2.1. Distribusi responden berdasarkan


Umur di puskesmas Kediri kecamatan
Kediri Bulan Maret 2009

Dari diagram diatas menunjukkan sebagian besar

responden berumur 20 sampai 29 tahun ( 71 %) dan

sebagian berumur 30 sampai 35 tahun (21 %)sedangkan

sisanya responden yang berumur 36 sampai 40 tahun

(8%) untuk responden yang berumur di atas 40 tahun

tidak ada
74

b.Distribusi responden berdasarkan pendidikan

4% 17%

41% SD
38% SMP
SMA
PT

Gambar2.2.distribusi responden berdasarkan


pendidikan di puskesmas kediri
kecamatan kediri bulan maret 2009

Berdasarkan diagram diatas ditunjukkan bahwa rata-

rata responden berpendidikan SMA(41%) Dan SMP(38%)

sedangkan responden yang berpendidikan SD (17%),

sebagian kecil lulus di perguruan tinggi (4%).

c.Distribusi responden berdasarkan status pekerjaan

4% 8%
8% PNS
80% SWASTA
PENGRAJIN
IRT

Gambar 2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status


pekerjaan di puskesmas Kediri bualn Maret 2009

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden bekerja sebagai ibu rumah tangga atau

tidak bekerja ( 80% )sedangkan sisanya bekerja


75

sebagai pekerja swasta maupun pengrajin(8%) dan

Pegawai Negeri Sipil (4%).

3.Variabel yang diukur

Data khusus menyajikan distribusi dan tabulasi

silang dari penerapan program MTBS dengan tingkat

kemandirian keluarga dalam merawat balita pnemonia

di puskesmas Kediri kecamatan Kediri. Selain itu

juga menggambarkan hubungan variabel independent

penerapan program manajemen terpadu balita sakit

( MTBS ) dengan variabel dependen tingkat

kemandirian keluarga yang dapat dilihat sebagai

berikut :

a. Distribusi penerapan program MTBS

0%
0%

BAIK
100%
CUKUP
KURANG

Gambar 3.1. Penerapan program MTBS di puskesmas


Kediri kecamatan Kediri bulan
Maret 2009

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penerapan

program MTBS di puskesmas Kediri kecamatan Kediri

berjalan dengan baik.


76

b.Distribusi tingkat kemandirian keluarga dalam


merawat balita pnemonia

0%
13%
87% BAIK
CUKUP
KURANG

Gambar 3.2 Tingkat kemandirian responden dalam


merawat balita pnemonia di puskesmas
Kediri kecamatan Kediri bulan Maret
2009.

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa hampir

seluruh responden memiliki sikap yang positif

(87%) khususnya dalam kemandirian merawat balita

pnemonia dan responden yang memiliki sikap cukup

dalam kemandirian merawat balita pnemonia

sebanyak (13%)adapun yang kurang (0%)

Tabel 3.3Hubungan penerapan program MTBS dengan


tingkat kemandirian keluarga dalam merawat
balita pnemonia di puskesmas Kediri
kecamatan Kediri
Tingkat Kemandirian Keluarga Total
Penerapan
Baik Cukup Kurang
Program
N %
MTBS N % N % N %

Baik 21 87,5 0 0% 21 87,5


%
Cukup 3 12,5 3 12,5

Kurang 0 0% 0 0%

Total 21 87,5% 3 12,5 24 100


77

Dari tabel diatas menunjukkan hubungan silang antara

penerapan program MTBS dengan tingkat kemandirian

keluarga yaitu 24( 100% ) seluruh balita di layani

dengan program MTBS sedangkan dari 24 responden yang

memiliki tingkat kemandirian baik 21 ( 87,5% )dan

3(12,5%) yang memiliki tingkat kemandirian yang

cukup.

Tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa ada

pengaruh yang kuat antara penerapan MTBS dengan

tingkat kemandirian keluarga dalam merawat balita

pnemonia. Pengaruhnya bersifat positif di mana

semakin baik penerapan MTBS maka semakin baik pula

tingkat kemandirian keluarga dalam merawat balita

pnemonia atau Ho di tolak.

Dari perhitungan uji statistik dengan menggunakan

analisis Rhank Spearman di ketahui bahwa untuk n =

24, pada taraf kesalahan 0,5% di peroleh harga pada

tabel 0,409 dan untuk 0,1% di peroleh harga pada

tabel 0,537.Hasil rho hitung ternyata lebih besar

dari rho tabel baik taraf kesalahan 0,5% maupun 0,1%

dengan nilai r = 0,762 atau H0 ditolak yang berarti

bahwa ada hubungan antara penerapan MTBS dengan

tingkat kemandirian keluarga di puskesmas Kediri

kecamatan Kediri.Dengan nilai r = 0,762 berdasarkan


78

nilai hitung diatas berarti ada korelasi yang kuat

antara penerapan program MTBS dengan tingkat

kemandirian keluarga dalam merawat balita pnemonia.

B. Pembahasan

1.Penerapan Program MTBS di puskesmas Kediri

Hasil penelitian di dapatkan semua (100%)

responden telah di terapkan tindakan yang baik

dalam penanganan pnemonia sesuai dengan

prosedur tetap program MTBS khususnya dalam

mengidentifikasi tanda dan gejala, penilaian dan

klasifikasi,menentukan tindakan, serta konseling

pada keluarga.

Teori Lawrence Green seperti di kutip

Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa tersedianya

fasilitas dan sarana merupakan enabling faktor yang

mempengaruhi seseorang dalam berperilaku.

Pernyataan tersebut didukung teori Snehandu B.kar

seperti dikutip Notoatmojo (2003) bahwa seseorang

akan berperilaku bila terdapat situasi yang

memungkinkan untuk bertindak. Pernyataan diatas

sesuai dengan teori WHO seperti dikutip Notoatmojo

(2003) bahwa alasan pokok seseorang berperilaku

adalah adanya pengetahuan, kepercayaaan, sikap,


79

orang penting sebagai referensi, sumber-sumber daya

(resources) dan gaya hidup.

Penerapan Program MTBS menunjukkan hasil yang

baik, salah satu faktor penyebabnya adalah karena

pengetahuan responden rata-rata cukup, adanya

kebijakan dari atasan untuk melaksanakan program

MTBS, dan di dukung oleh sarana pendukung dalam

pelaksananan penanganan pneumonia seperti:

timer,thermometer, pencatatan dan pelaporan dengan

sistem komputerisasi, tersedianya obat-obatan yang

memmadai seperti Ampiccilyn dan Kotrimoxazole .

2.Tingkat Kemandirian Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar

responden memiliki tingkat kemandirian keluarga

yang baik (87,5%) dan tingkat kemandirian cukup

(12,5%) khususnya dalam menerapkan tujuh tingkat

kemandirian keluarga.

Hal ini sangat di pengaruhi oleh keinginan keluarga

untuk berubah ataupun terbuka sebagaimana teori

berubah dari Rogers E seperti yang di kutip oleh

Aziz Alimul Hidayat(2004) mengatakan untuk

mengadakan perubahan perlu ada beberapa langkah

yang di tempuh sehingga harapan atau tujuan akhir

dari perubahan dapat di capai antara lain: tahap


80

kesadaran, tahap minat, tahap evaluasi, tahap

percobaandan tahap adaptasi. Disamping itu untuk

dapat berubah tentu harus disertai dengan

keterbukaan sebagaimana teori Betty Neuman,

sebagaimana di kutip oleh Potter & Perry(2005) yang

mengemukakan keluarga sebagai sistem sosial terbuka

yang ada dan berinteraksi dengan sistem yang lebih

besar seperti pelayanan pemberian kesehatan.

3.Hubungan penerapan program MTBS dengan tingkat

kemandirian keluarga dalam merawat balita pnemonia

di Puskesmas Kediri kecamatan Kediri

Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi

Spearman Rho berdasarkan taraf kesalahan 0,5%

di dapatkan taraf signifikansi pada tabel = 0,409

untuk p = 0,000 didapatkan nilai korelasi sebesar

r = 0,762 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima

dengan interprestasi terdapat hubungan yang kuat

antara penerapan program MTBS dengan tingkat

kemandirian keluarga dalam merawat balita pnemonia

yang berarti semakin tinggi tingkat keberhasilan

program MTBS maka semakin tinggi pula tingkat

kemandirian keluarga.

Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu

faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan


81

kemandirian keluarga hal ini dibuktikan sebagian besar

berpendidikan SMA (41%). Hal tersebut mengakibatkan

penerimaan responden terhadap informasi di serap

dengan lebih baik sehingga responden cenderung

menguasai tingkat aplikasi. Sesuai dengan pendapat

Kuncoroningrat yang di kutip Nursalam & Siti Pariani

( 2001 ) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai–nilai baru yang diperkenalkan.

Demikian pula pendapat Notoadmojo (2003) bahwa pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

semakin baik pula tingkat pengetahuannya.

Tingkat kemandirian keluarga juga sangat di

pengaruhi oleh kesadaran keluarga dalam menanggulangi

masalah kesehatan sesuai dengan tugas keluarga dalam

penanggulangan masalah kesehatannya sesuai dengan teori

Friedmann yang di kutip oleh Nasrul Efendi( 1998)

sebagai berikut:mengenal masalah kesehatan, membuat

keputusan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada

anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau

menciptakan suasana rumah yang sehat serta

mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan.


82

Dari teori di atas dapat di interfrestasikan bahwa

kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatannya dan

lebih cepat keluarga membuat keputusan sehingga makin

tinggi pula tingkat kemandiriannya begitu pula apabila

keluarga kurang mengenal masalah kesehatannya dan lebih

lambat membuat keputusan sehingga makin rendah pula

tingkat kemandiriannya.

Anda mungkin juga menyukai