Anda di halaman 1dari 53

MODEL MEDIA DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Dosen Pengampuh :

Prof, Dra Dina Ampera, MS.I

AlmaidaVebibina, S.Pd.,M.Pd

Asrah Rezki Fauzani, S.Pd.,M,Pd

Disusun Oleh : Kelompok 18

Anggi Clara Br. Sembiring (5221144009)

Angel Vatricia (5223344025)

Kuku Fitriu (5223144021)

Sri Yanida (5222444007)

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PRODI PENDIDIKAN TATA RIAS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur terpanjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua sehingga kami selaku mahasiswa mampu
menyelesaikan tugas yang telah dilimpahkan kepada kami dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Terima kasih juga terhadap dosen mata kuliah yang telah membeikan kesempatakn
kepada mahasiswa dan memberikan kepercayaan untuk mengerjakan tugas ini. Adapun tugas
ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan meningkatkan keaktifan dan menjadi
pedoman sebagai bahan ajar tambahan bagi mahasiswa itu sendiri.

Meski telah terselesaikannya tugas ini, tidak luput akan adanya kesalahn demi
kesalahan yang dilakuan baik tidak disengaja maupun tidak disengaja, dengan itu hendaklah
adanya koreksi,arahan dan saran dari dosen pengampuh mata kuliah agar kedepannya tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sebagaimana mestinya.

Medan, 27 september 2023

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3

a. model pembelajaran ......................................................................................3


- Picture and picture ...........................................................................3
- Cooperative script.............................................................................7
- LAPS-heuristik .................................................................................9
- Trefinger ...........................................................................................12
b. strategi pembelajaran ....................................................................................14
- Dengan diskusi .................................................................................14
- Pembelajaran ekspositori ..................................................................21
c. Metode pembelajaran ....................................................................................26
- Snowball throwing ...........................................................................26
- La’abul qirtus....................................................................................32
- Numbered head together ..................................................................33
d. Media pembelajaran ......................................................................................41
- Video dan tutorial .............................................................................41

BAB III PENUTUP ...................................................................................................49

a. Kesimpulan ...................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................50

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pencapaian keberhasilan dalam dunia pendidikan, sangat dipengaruhi oleh


guru/pendidik dalam membelajarkan peserta didik. Membelajarkan adalah penciptaan
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (Hasibuan dan
Moedjiono, 2000). Di dalam ruangan kelas, sering ditemui peserta didik yang sulit
menerima atau menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Guru kurang bisa
memilih metode atau model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran
sehingga kadang-kadang peserta didik di dalam ruang kelas banyak yang mengantuk dan
jenuh. Disadari benar bahwa menentukan metode atau model yang dianggap tepat adalah
terlalu sulit. Metode atau model pembelajaran itu banyak macamnya dan kebaikan metode
atau model sangat bergantung pada

tujuan pembelajaran itu sendiri. Pada hakekatnya, membelajarkan itu adalah suatu
proses dimana guru dan peserta didik menciptakan lingkungan yang baik agar terjadi
kegiatan belajar yang berdaya guna. Sulit untuk menunjukkan suatu metode atau model
pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah peserta didik
dalam mempelajari apa saja dengan metode atau model tersebut. Metode atau model
pembelajaran ini pun sebenarnya tidaklah dimaksudkan untuk membantu semua jenis
belajar atau untuk melaksanakan berbagai gaya belajar. Penciptaan metode atau model
pembelajaran didasari atas asumsi bahwa hanya ada metode atau model belajar tertentu
yang cocok untuk ditangani dengan metode atau model pembelajaran tertentu. Jadi, untuk
belajar tertentu diperlukan metode atau model pembelajaran tertentu pula. Itu berarti akan
dijumpai banyak metode atau model pembelajaran dan banyak gaya belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berbeda-beda pula.

iv
B. TUJUAN
Sebegai pemenuhan tugas mata kuliah dan juga melihat kemampuan pelajar
sebagaimana ia mampuu mengulas suatu buku dan memaparkannya kembali

C. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu model pembelejaran picture and pictures, trefinger, LAPS-heuristik dan
cooperative script?
b. Apa itu strategi pembelajaran diskusi dan ekspositori?
c. Serta apa itu metode pembelajaran snowball throwing, la’abul qirtus dan numbered
head together?

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. MODEL PEMBELAJARAN
1. PICTURE AND PICTURES
a. Pengertian Picture and pictures

Metode picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan
gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama
dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam
ukuran besar.

sejak di populerkan sekitar tahun 2002, model pembelajaran ini mulai menyebar di
kalangan guru di Indonesia. Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah
model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah
materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau
media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan
dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima
dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali.

Pembelajaran ini memiliki ciri sebagai berikut:

- Aktif
- Inovatif
- Kreatif,
- Menyenangkan

b. Prinsip picture and pictures

Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran


kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:

- Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.

vi
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama di antara anggota kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
- Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung-jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Picture and picture.

Adapun Langkah langkah pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:

- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai .

Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi


Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat
mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. disamping itu guru juga harus
menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang
telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

- Menyajikan materi sebagai pengantar.

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran
dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian
siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian
materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

- Guru menunjukan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh
temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih
mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru
dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang
kegiatan tertentu.
vii
- Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis.

Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum..

- Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD
dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman
yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.

- Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan
atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai
indikator yang telah ditetapkan.

- Kesimpulan / rangkuman

Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan


materi pelajaran.

d. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:

a. Kelebihan model pembelajaran picture and picture:

viii
- Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih
dahulu.
- Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-
gambar mengenai materi yang dipelajari.
- Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru
untuk menganalisa gambar yang ada.
- Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan
siswa mengurutkan gambar.
- Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar
yang telah dipersiapkan oleh guru.

b. Kekurangan model pembelajaran picture and picture:

- Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai


dengan materi pelajaran.
- Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.
- Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai
bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
- Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-
gambar yang diinginkan.

e. Komponen picture and pictures

- Gambar sebagai media pembelajaran


- Alat bantu seperti poster atau media lainya yang bisa menampilakna gambar
- Kerjasama antar siswa untuk menyusun gambar

ix
- Penggunaaan media gambar untuk menarik perhatian, minat dan kreativitas
siswa

f. Tujuan picture and pictures

- Meningkatkan pemahaman siswa dalam materi yang diajarkan melalui


penggunaan media gambar
- Untuk meningkatkan semangat antusiasme dalam pembelajaran
- Siswa diharapkan dapat lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran
- Bertujuan untuk mengembangkan imajinasi siswa melalui media visual

2. COOPERATIVE SCRIPT

a. Pengertian

Cooperative Script adalah model pembelajaran kooperatif yang mengharuskan


siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu.
Setiap anggota kelompok memiliki peran atau "skrip" yang harus mereka ikuti dalam
proses pembelajaran. Model ini bertujuan untuk mempromosikan kolaborasi, saling
ketergantungan, dan pemahaman yang lebih baik.

b. Prinsip

1. Kerjasama: Siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Interdependensi Positif: Kesuksesan individu tergantung pada kesuksesan kelompok.

3. Peran Terdefinisi: Setiap anggota kelompok memiliki peran yang jelas dalam
menyelesaikan tugas.

x
4. Saling Pertanggungjawaban: Siswa bertanggung jawab atas kontribusinya terhadap
kelompok.

5. Keterlibatan Aktif: Siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

c. Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script

1. Pemilihan Tugas: Pilih tugas atau aktivitas yang sesuai untuk pembelajaran
kooperatif.

2. Penyusunan Skrip: Tentukan peran atau skrip bagi setiap anggota kelompok.

3. Pembentukan Kelompok: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.

4. Pelaksanaan Skrip: Siswa menjalankan tugas sesuai dengan peran masing-masing.

5. Evaluasi dan Refleksi: Siswa mengevaluasi hasil pembelajaran dan refleksi atas kerja
kelompok.

d. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran cooperative script

Kelebihan :

1. Mendorong kolaborasi dan komunikasi.

2. Memperkuat keterampilan sosial.

3. Memfasilitasi pemahaman yang lebih dalam.

4. Mengurangi perasaan kompetisi dan meningkatkan kepercayaan diri.

Kekurangan :

1. Memerlukan persiapan yang cermat dalam merancang skrip.

2. Dapat menghadirkan masalah jika ada anggota kelompok yang tidak aktif.

3. Tidak selalu cocok untuk semua jenis pembelajaran atau topik.

xi
e. Komponen

1. Tugas: Aktivitas atau masalah yang harus diselesaikan oleh kelompok.

2. Skrip: Peran atau langkah-langkah yang harus diikuti oleh setiap anggota kelompok.

3. Kelompok: Siswa-siswa yang bekerja sama dalam tim kecil.

4. Evaluasi: Proses untuk mengevaluasi hasil kerja kelompok dan pemahaman siswa.

f. Tujuan

1. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

2. Mendorong keterampilan sosial dan kerjasama.

3. Meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara bersama-sama.

Model pembelajaran Cooperative Script adalah salah satu dari banyak metode
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam kelas. Keberhasilan
penerapannya tergantung pada perencanaan yang baik, dukungan guru, dan
keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran kelompok.

3. LAPS- HEURISTIK

a. Pengertian

LAPS-Heuristik merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa,


dimana siswa dituntun untuk memecahkan masalah dengan menggunakan kalimat
tanya seperti, apa masalahnya, adakah alternatif penyelesaiannya, apakah bermanfaat,
apa solusinya dan bagaimana mengerjakannya (Rodrigues, 2015). Pendapat tersebut
juga sejalan dengan Adiarta (2014) yang mengatakan bahwa LAPS-Heuristik adalah
model pembelajaran yang mendorong siswa dalam memecahkan masalah dengan
mempertanyakan apa masalahnya, apakah ada solusi alternatif lain, apakah itu
bermanfaat, apa solusi dan seberapa efektif untuk menyelesaikannya.

xii
b. Prinsip

- Mendorong siswa aktif dalam memecahkan masalah


- Menggunakan rangkaian pertanyaan dalam memecahkan masalah
- Mengembangkan kemampuan untuk memcahkan masalah
- Meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam belajara
- Guru berperan sebagai fasilitator
- Mengacu pada prinsip pendidikan karakter, seperti meningkatkan motivasi
interaksi siswa untuk belajara

c. Langkah-langkah Model Pembelajarn LAPS-Heuristik

Menurut Shoimin (2014:97) dalam model LAPS-Heuristik terdapat empat


langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Memahami masalah
2. Merencankan pemecahannya
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua
4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran LAPS-Heuristik

 Kelebihan model pembelajaran LAPS-Heuristik adalah sebagai berikut


(Shoimin, 2014:97):

 Dapat menimbulkan keingintahuan dan motivasi untuk bersikap kreatif


 Disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan, diisyaratkan adanya
kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pertanyaan yang benar
 Menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam serta dapat
menambah pengetahuan baru
 Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah
diperolehnya

xiii
 Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat
analisis dan sintesis, serta dituntun untuk membuat evaluasi terhadap hasil
pemecahannya
 Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan dirinya,
bukan hanya satu bidang studi tapi (bila diperlukan) banyak bidang studi.

 Kekurangan model LAPS-Heuristik adalah sebagai berikut (Shoimin,


2014:97):
 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
 Keberhasilan strategi pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan
 Tanpa pemahaman mengapa berusaha untuk memcahkan masalah yang
sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari

e. Komponen LAPS- Heuristik


- Rangkaian pertanyaan yang dapat membantu memecahkan maslah
- Time token arends atau metode snowball throwing sebgai alat bantu media
pembelajaran
- Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang membimbing siswa dalam
memecahkan masalah
- Siswa sebagai subjek aktif dalam memecahkan masalah

f. Tujuan LAPS-Heuristik
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
- Meningkatkan kreativitas siswa
- Siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah
4. TREFINGER
a. Pengertian

xiv
Model treffinger Semiawan (Setiawati, 2012) adalah “proses berfikir dan perasaan
majemuk meliputi penerapan analisis, sintesis evaluasi, transformasi dari beberapa produk,
penelitian dan pemikiran yang melibatkan analogi dan kiasan. Dalam kegiatan tahap kedua
ini siswa diarahkan untuk mempersiapkan menjadi peneliti mandiri yang menghadapi
masalah dan tantangan dengan cara kreatif”

Model Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur kegiatan belajar yang tahap-
tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri dan kelompok, pengembangan kelancaran dan
kelenturan berfikir dan bersikap kreatif, pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta
pengembangan kemampuan memecahkan masalah yang nyata dan kompleks.

Model treffinger memiliki beberapa tingkatan berpikir diantaranya:

1. Tingkat I disebut dengan basic tool yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen,


2. Tingkat 2 disebut practice with process yaitu berpikir secara kompleks dan perasaan
majemuk dan
3. Tingkat III, disebut juga dengan working with real problem yaitu keterlibatan dalam
tantangan nyata.

treffinger selalu melibatkan keterampilan kognitif dan afektif dalam tahapan


pembelajaran untuk mencapai suatu tingkat berpikir tertentu.

b. Prinsip
- Mendorong siswa untuk kreatif
- Mengembangkan kemamapan dalam memecahkan masalah
- Menigkatkan semangat belajar
- Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran
- Menggunakan rangkaian pertanyaan dalam memecahkan masalah
- Menggunakan ide ide yang telah dihasilkan oleh siswa untuk memecahkan
masalah
- Menggunakan fakta sebagai penyelesaian masalah

c. Sintak Model Pembelajaran Treffinger

Adapun sintak model pembelajaran Treffinger dalam Sohimin (2014) adalah:

xv
 Tahap I (Basic Tools)
1. Siswa membentuk kelompok dengan anggota 3 -5 siswa dengan tingkat
kemampuan akademik yang heterogen.
2. Guru memberikan suatu masalah terbuka tentang materi yang diajarkan
3. Guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk menyampaikan
gagasan tentang materi yang diajarkan
4. Guru memberikan penilaian pada masing-masing kelompok
 Tahap II (Practice with process)
1. Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan
memberikan analog/perumpamaan
2. Guru meminta siswa membuat contoh tentang materi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari
 Tahap III (Working with real problems)
1. Siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan bersama kelompok yang
berkaitan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari
2. Guru melibatkan pemikiran siswa dalam tantangan nyata yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
3. Guru memberi tugas sebagai pemecahan masalah secara kreatif terhadap
materi konsep usaha.

d. Komponen trefinger
- Understanding challenge yaitu tahap dimana siswa memahami masalah yang
akan dipecahkan
- Generating idea yaitu tahap dimana siswa menghasilkan ide untuk
memecahkan masalah
- Preparing for action yaitu dimana siswa mempersiapkan rencana tindakan
untuk memecahkan masalah

e. Tujuan

xvi
- Mengemabgkan kreativitas siswa secara langsung melalui pemecahan
masalah
- Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
- Mengembangkan konsep pemikiran peserta didik dalam rangka memecahkan
masalah
- Meningkatkan semangat siswa

B. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. DENGAN DISKUSI
a. Pengertian strategi pembelajaran dengan diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperdebatkan


masalah berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas
dan dipecahkan bersama melalui saling mengadu argumentasi secara rasional dan
objektif. Tujuan metode diskusi adalah untuk dapat merangsang siswa dalam berpikir
secara kritis mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah.

Metode diskusi adalah kegiatan tukar menukar informasi, pendapat, dan


unsur-unsur pengalaman secara teratur. Tujuannya ialah untuk memperoleh
pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti mengenai sesuatu. Metode diskusi
berbeda dengan debat yang hanya berisi perang mulut, dimana orang beradu
argumentasi, paham, dan kemampuan persuasi guna memenangkan pahamnya sendiri.

b. Tujuan diskusi

Menurut Roestiyah (2008), tujuan metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. Dengan metode diskusi mendorong siswa untuk menyalurkan kemampuannya untuk


memecahkan masalah tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain.
2. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan karena hal itu perlu untuk
melatih kehidupan yang demokratis.
3. Diskusi memberi kemungkinan kepada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam
pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.

xvii
Metode diskusi adalah salah satu cara alternatif yang dapat dipakai oleh
seseorang guru di kelas, tujuannya adalah memecahkan masalah dari para siswa.
Menurut Sagala (2012), manfaat metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir.


2. Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara
bebas.
3. Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.
4. Diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif di kalangan siswa.
5. Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat orang
lain.
6. Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat

c. Langkah-langkah metode diskusi

Menurut Hamdayama (2015), agar dalam pelaksanaan metode diskusi berjalan


dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah melaksanakan metode diskusi
dengan tepat, yaitu sebagai berikut:

a. Langkah Persiapan

1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun
tujuan khusus.
2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
3. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan
diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi
seperti moderator, notulis dan tim perumus manakala diperlukan.

b. Pelaksanaan Diskusi

xviii
1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan
yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
3. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain
sebagainya.
4. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini
sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar
dan tidak fokus.

d. Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi hendaklah


dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.


2. Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta diskusi
sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

d.Kelebihan dan kekurangan diskusi

Setiap metode pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan


masing-masing. Begitu juga dengan metode diskusi. Menurut Arief (2002), kelebihan
dan kekurangan metode diskusi adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

xix
Kelebihan atau keunggulan metode diskusi adalah:

1. Suasana kelas lebih hidup sebab siswa menyerahkan perhatian atau pikirannya kepada
masalah yang sedang didiskusikan.
2. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu seperti sikap toleran, demokrasi,
berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
3. Kesimpulan diskusi mudah dipahami siswa karena mereka mengikuti proses berpikir
sampai pada proses kesimpulan.
4. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan yang
berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk
berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain.
5. Membantu murid dalam mengambil keputusan yang lebih baik.
6. Tidak terjebak dalam pemikiran individu yang terkadang sudah penuh prasangka dan
sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan atau
pikiran-pikiran orang lain.

b. Kekurangan

kekurangan atau kelemahan metode diskusi adalah:

1. Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi, acuh
tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.
2. Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu
panjang.
3. Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara
ilmiah dan sistematis.

e. Jenis-jenis metode diskusi

xx
Menurut Subroto (2002), metode diskusi terdiri dari beberapa jenis, antara lain
yaitu sebagai berikut:

a. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau juga disebut diskusi kelompok adalah proses pemecahan
masalah yang diakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Pada
diskusi kelas, peserta duduk setengah lingkaran, guru bertindak sebagai pemimpin,
dan topik sudah direncanakan. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini
adalah: pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi,. Kedua, sumber
masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus
dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi
permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi
tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.

b. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-


kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai
dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut
dibagi-bagi ke dalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil,
ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

c. Symposium

Symposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan


dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Symposium dilakukan
untuk memberi wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan
pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka symposium diakhiri dengan
pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Diskusi Panel

xxi
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis peninjau yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan
audiensi. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel
audiensi tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para
panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif
perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa
disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

e. Buzz Group

Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi kelompok-
kelompok kecil yang terdiri 3-4 orang peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa
agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi ini
biasanya diadakan ditengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud
untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

f. Syindicate Group

Dalam bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 3-6 peserta, masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugas tertentu
atau tugas yang bersifat komplementer. Guru menjelaskan garis besar permasalahan,
menggambarkan aspek-aspeknya, dan kemudian tiap kelompok diberi tugas untuk
mempelajari aspek-aspek tertentu. Guru diharapkan dapat menyediakan sumber-
sumber informasi atau referensi yang dijadikan rujukan oleh para peserta.

g. Informal Debat

Biasanya bentuk diskusi ini kelas dibagi 2 tim yang agak seimbang besarnya
dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan
peraturan perdebatan formal. Kelas dibagi menjadi dua tim dan mendiskusikan
subyek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan
formal. Yang diperdebatkan bersifat problematik bukan bersifat faktual.

h. Fish Bowl

xxii
Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan dipimpin oleh
seorang ketua untuk mencari suatu keputusan. Tempat duduk diatur setengah
melingkar dengan dua atau tiga kursi yang kosong menghadap peserta diskusi.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi yang seolah-olah melihat
ikan yang berada dalam sebuah mangkok. Selama diskusi kelompok pendengar yang
ingin menyumbangkan pendapatnya dapat duduk di kursi yang kosong yang telah
disediakan. Apabila ketua diskusi mempersilahkan bicara maka dia boleh bicara dan
kemudian meninggalkan kursi tersebut setelah selesai berbicara.

i. The Open Discussin Group

Kegiatan dalam bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa agar lebih
tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam mengemukakan
pendapat, mendengarkan dengan baik, dan memperhatikan suatu pokok pembicaraan
dengan tekun. Jumlah anggota kelompok yang baik terdiri antara 3-9 orang peserta.
Dengan diskusi ini dapat membantu para siswa mengemukakan pendapat secara jelas,
memecahkan masalah, memahami apa yang dikemukakan oleh orang lain, dan dapat
menilai kembali pendapatnya.

j. Brainstorming

Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri 8-12
orang peserta. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat menumbangkan ide dalam
pemecahan masalah. Hasil belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang
lain, menumbuhkan rasa percaya diri dalam upaya mengembangkan ide-ide yang
ditemukan atau dianggap benar.

2.PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

xxiii
a) Pengertian pembelajaran ekspositori

Metode / Model pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang


menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung
oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-
akan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur,
maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.

b) Prinsip pembelajaran ekspositori

Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip


berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap guru.

a. Berorientasi pada Tujuan

Sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau
berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

b. Prinsip Komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang


menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada
seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan
dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan
tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai
sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.

xxiv
c. Prinsip Kesiapan

Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan terlebih
dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun
psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala
siswa belum siap untuk menerimanya.

d. Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau


mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung
pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil
adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan
menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.

Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada


kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan mated pelajaran.

c) Karakteristik pembelajaran ekspositori

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:

a. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran


secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam
melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan
ceramah.
b. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal
sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali
materi yang telah diuraikan.
d. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).

xxv
Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang
sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran
secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat
dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan
akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah
merupakan bentuk strategi ekspositori.

d) Langkah-langkah

Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:

a. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima


pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi
ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:

1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.


2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
3) Bukalah file dalam otak siswa.

b. Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan


persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah
bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini,
yaitu:

1. penggunaan bahasa,
2. intonasi suara,
3. menjaga kontak mata dengan siswa,
4. menggunakan joke-joke yang menyegarkan.

xxvi
c. Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan


pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap
keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi
dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran
yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting
dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat
mengambil inti sari dari proses penyajian.

e. Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka


menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam
proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat
mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh
siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat
tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang
sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

e) Keunggulan dan kelemahan pembelajaran ekspositori


a. Keunggulan

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak


dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di
antaranya:

1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan.

xxvii
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat
atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa
dan ukuran kelas yang besar.

b. Kelemahan

Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan,


di antaranya:

1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang
tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya
belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan
interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang
dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat
dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah
(one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa
akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi
satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada
apa yang diberikan guru.

xxviii
C. METODE PEMBELAJARAN
1. Snowball throwing
a. Pengertian metode pembelajaran Snowball throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya


melempar. Dalam pembelajaran snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan
melempar bola salju. Dalam pembelajaran snowball throwing bola salju merupakan
kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada
temannya sendiri untuk dijawab.

Snowball throwing adalah pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi


UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to
do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning tobe) (Depdiknas, 2001:5). Snowball throwing adalah suatu model
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua
kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaannya) lalu dilempar kesiswa
lainnya yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh
(Arahman,2010:3).

Strategi pembelajaran Snowball Throwing (ST) atau yang juga sering dikenal
dangan Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari
game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain.
Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan melempar
segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru.
Strategi ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit
kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan kemampuan siswa dalam materi tersebut (Miftahul Huda 2013:226).

Model pembelajaran snowball throwing adalah suatu model pembelajaran


yang membagi murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing
anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan
membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar kemurid yang lain

xxix
selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid
menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya.

Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan


mata pelajaran atau bidang studi ilmu pengetahuan sosial. Karena ilmu pengetahuan
sosial adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan
pengembangan yang mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan
disini pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih
tepat menggunakan model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis
mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau aspek yang cenderung menggunakan
rumus yang relatif tetap.

b. Prinsip metode pembelajaran Snowball throwing

Prinsip-prinsip metode pembelajaran Snowball Throwing adalah


sebagai berikut:
1. Kolaborasi: Snowball Throwing mendorong siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil. Mereka saling berbagi gagasan, mendukung, dan melengkapi ide satu
sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Partisipasi Aktif: Metode ini memotivasi semua siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
diskusi dan pertukaran gagasan. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk
berkontribusi dengan gagasan mereka sendiri.
3. Pemikiran Kreatif: Snowball Throwing merangsang pemikiran kreatif siswa. Gagasan
awal yang dikembangkan oleh setiap siswa dapat berubah dan berkembang melalui
kolaborasi dengan anggota kelompok lainnya.
4. Proses Berulang: Snowball Throwing melibatkan proses berulang di mana gagasan-
gagasan disusun, dikembangkan, dan dilemparkan ke anggota kelompok lainnya. Hal
ini memungkinkan pembaruan dan perbaikan terus-menerus terhadap ide-ide yang
ada.
5. Pengembangan Keterampilan Sosial: Metode ini membantu siswa mengembangkan
keterampilan sosial seperti mendengarkan dengan baik, memberikan umpan balik
konstruktif, dan berkomunikasi efektif dalam kelompok.

xxx
6. Penghargaan terhadap Diversitas Gagasan: Snowball Throwing menghargai
keragaman gagasan dan pandangan siswa. Ini memberi mereka kesempatan untuk
melihat berbagai sudut pandang tentang topik yang dibahas.
7. Pemberian Tanggung Jawab: Siswa bertanggung jawab atas gagasan yang mereka
tambahkan atau kembangkan dalam proses Snowball Throwing. Ini mendorong rasa
tanggung jawab dalam pembelajaran mereka.
8. Pemahaman yang Lebih Mendalam: Melalui proses diskusi dan kolaborasi yang terus-
menerus, siswa dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang materi
pelajaran yang dibahas.

Prinsip-prinsip ini membentuk dasar metode pembelajaran Snowball Throwing


yang berfokus pada kolaborasi, keterlibatan aktif, pemikiran kreatif, dan pengembangan
keterampilan sosial siswa. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, guru dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang mempromosikan kerjasama dan pemahaman yang lebih
baik di antara siswa.
c. Langkah-langkah metode pembelajaran Snowball throwing

Adapun langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing yaitu:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5. Kemudian ketas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa kesiswa yang lain selama ± 5 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian.
7. Evaluasi
8. Penutup

xxxi
d. Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Snowball throwing

Kelebihan :

1. suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan


melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena
diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan siswa lain.
3. membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu yang
dibuat temannya seperti apa.
4. siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
5. pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam
praktik.
6. pembelajaran menjadi lebih efektif.
7. aspek koknitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.

Kekurangan :

1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa
yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa
biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh yang telah
diberikan.
2. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu
yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama tapi tidak menutup kemungkinan
bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang panjang
5. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

xxxii
Akan tetapi, kelemahan dalam penggunaan metode ini dapat tertutupi dengan cara
berikut.

1. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat
dan jelas disertai dengan aplikasinya.
2. Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan kelompok
dan pembuatan pertanyaan.
3. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa diatasi.
4. Memisahkan grup anak yang dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang
berbeda.
5. Namun, juga tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian
kuis individu dan penghargaan kelompok.

e. Komponen metode pembelajaran Snowball throwing


Komponen metode pembelajaran Snowball Throwing secara lengkap
meliputi:
1. Topik atau Pertanyaan: Ini adalah subjek atau masalah yang akan menjadi fokus
diskusi siswa. Topik ini harus relevan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.
2. Kertas atau Media Tulis: Siswa memerlukan kertas atau media tulis untuk menulis
gagasan atau jawaban mereka. Kertas tersebut akan digulung menjadi bola setelah
mereka menulis.
3. Siswa: Siswa adalah peserta utama dalam metode Snowball Throwing. Mereka dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil untuk berpartisipasi dalam proses pertukaran
gagasan.
4. Guru: Guru memainkan peran penting dalam memberikan arahan, menjelaskan topik,
dan memfasilitasi proses Snowball Throwing. Guru juga dapat memberikan umpan
balik dan mendukung siswa dalam diskusi.
5. Lingkungan Pembelajaran: Lingkungan kelas harus mendukung interaksi dan diskusi
antar siswa. Meja-meja atau kursi yang dapat diatur dalam kelompok-kelompok kecil
dapat membantu mengatur proses ini.
6. Waktu: Dibutuhkan waktu tertentu untuk melaksanakan metode Snowball Throwing.
Guru harus memastikan ada waktu yang cukup untuk siswa menulis, berbagi, dan
berdiskusi.

xxxiii
7. Papan Tulis atau Proyektor: Untuk mengintegrasikan teknologi atau untuk
memproyeksikan topik atau pertanyaan kepada seluruh kelas sebelum memulai
Snowball Throwing, papan tulis atau proyektor dapat digunakan.
8. Pengukuran Keberhasilan: Guru dapat menyiapkan kriteria atau indikator untuk
mengukur keberhasilan dari proses Snowball Throwing, seperti pemahaman siswa
tentang topik atau kualitas diskusi yang mereka hasilkan.

Semua komponen ini bekerja sama untuk menciptakan lingkungan pembelajaran


yang memfasilitasi pertukaran gagasan, kolaborasi, dan pemahaman siswa yang lebih
baik melalui metode pembelajaran Snowball Throwing.

f. Tujuan metode pembelajaran Snowball throwing

Tujuan metode pembelajaran Snowball Throwing secara lengkap adalah:


1. Mendorong Partisipasi Aktif: Salah satu tujuan utama Snowball Throwing adalah
mendorong semua siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dan
pertukaran gagasan. Dengan metode ini, setiap siswa memiliki kesempatan untuk
berkontribusi.
2. Mengembangkan Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan: Snowball
Throwing membantu siswa mengembangkan kemampuan berbicara dengan jelas
dan mendengarkan dengan baik. Mereka harus mengkomunikasikan ide-ide
mereka dengan tepat dan mendengarkan dengan teliti ide-ide yang disampaikan
oleh teman-teman mereka.
3. Memotivasi Pemikiran Kreatif: Metode ini merangsang pemikiran kreatif siswa.
Gagasan awal yang mereka tulis dapat berkembang dan berubah melalui
kolaborasi dengan anggota kelompok lainnya.
4. Menghargai Keragaman Gagasan: Snowball Throwing menghargai keragaman
gagasan dan pandangan siswa. Ini membuka ruang bagi berbagai sudut pandang
tentang topik yang dibahas.
5. Mendorong Kolaborasi: Melalui Snowball Throwing, siswa diajarkan untuk
bekerja sama dalam kelompok kecil. Mereka belajar untuk saling mendukung,
berbagi, dan melengkapi ide satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran.
6. Pemahaman yang Mendalam: Proses berulang dalam Snowball Throwing
memungkinkan siswa untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang

xxxiv
materi pelajaran. Melalui berbagai kontribusi dari anggota kelompok, siswa
dapat melihat berbagai aspek topik yang sedang dipelajari.
7. Pengembangan Keterampilan Sosial: Siswa juga mengembangkan keterampilan
sosial seperti memberikan umpan balik konstruktif, berkomunikasi efektif dalam
kelompok, dan bekerja sama dengan baik.
8. Pemberian Tanggung Jawab: Snowball Throwing mengajarkan siswa untuk
bertanggung jawab atas gagasan yang mereka tambahkan atau kembangkan
dalam prosesnya. Hal ini mendorong rasa tanggung jawab dalam pembelajaran
mereka.
9. Evaluasi dan Refleksi: Metode ini juga dapat digunakan untuk tujuan evaluasi.
Guru dapat mengevaluasi pemahaman siswa melalui hasil diskusi dan konten
yang mereka tambahkan ke bola salju.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, Snowball Throwing menjadi alat yang


efektif untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kolaboratif, mendukung
pemikiran kreatif, dan meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran.

2. La’abul qirtus
a. Pengertian metode pembelajaran La’bul qirtos

La’bul Qirtos yaitu metode dengan menggunakan kertas dan untuk mengukur
ketangkasan dan ketelitian siswa dalam mencari kota dan negara dalam peta. Siswa
dituntut untuk mencari kota/negara tersebut dan setelah itu menjelaskan perihal
kota/negara tersebut secara mendetail, khususnya dalam bidang pendidikan, ekonomi
dan bisnis.

xxxv
3. Numbered head together

a. Pengertian metode pembelajaran Numbered head together

Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu


pendekatan pembelajaran kooperatif yang digunakan di kelas untuk mempromosikan
kerja sama tim, partisipasi aktif siswa, dan pemahaman yang mendalam tentang
materi pelajaran. Metode ini dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1989 dan
memiliki beberapa komponen yang unik. NHT mengacu pada belajar kelompok
siswa, masing-masing anggota memiliki bagian tugas (pertanyaan) dengan nomor
yang berbeda-beda.
Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu metode pembelajaran
kooperatif di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap anggota
kelompok diberi nomor. Setelah guru memberikan pertanyaan atau tugas, anggota-
anggota dengan nomor yang sama harus bekerja sama untuk menemukan jawaban
atau solusi, dan salah satu anggota kelompok tersebut kemudian akan mewakili
kelompok untuk menjawab pertanyaan atau menyampaikan hasil.

b. Prinsip metode pembelajaran Numbered head together

Prinsip-prinsip metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah


dasar-dasar yang mendasari pendekatan ini dan membentuk landasan bagi
keberhasilannya dalam menggalakkan kerja sama tim, partisipasi siswa, dan
pemahaman mendalam. Berikut adalah prinsip-prinsip NHT secara lengkap dan
terperinci:

1. Kolaborasi: Prinsip terpenting dalam NHT adalah kolaborasi. Siswa bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mereka harus
saling berdiskusi, berbagi ide, dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas atau
menjawab pertanyaan.
2. Interdependensi Positif: Prinsip ini menekankan bahwa kesuksesan individu dalam
kelompok tergantung pada kesuksesan kelompok secara keseluruhan. Setiap anggota

xxxvi
kelompok memiliki tanggung jawab untuk memastikan kelompoknya dapat menjawab
pertanyaan dengan benar atau mencapai tujuan yang ditetapkan.
3. Partisipasi Aktif: NHT mendorong partisipasi aktif dari setiap siswa dalam kelompok.
Setiap siswa memiliki peran dalam menjawab pertanyaan atau menyumbangkan
pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
4. Tanggung Jawab Kelompok: Prinsip ini menegaskan bahwa setiap kelompok
bertanggung jawab atas hasil kelompoknya. Artinya, jika salah satu anggota kelompok
tidak mengerti atau tidak berpartisipasi, keseluruhan kelompok akan terpengaruh.
5. Penghargaan terhadap Keterlibatan: Siswa dihargai dan diberi pengakuan atas
keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Ini dapat mencakup pujian dari guru,
poin kelompok, atau sistem insentif lainnya untuk mendorong keterlibatan yang aktif.
6. Kerja Sama: Prinsip ini menekankan bahwa siswa harus belajar bekerja sama dengan
baik dalam kelompok. Mereka harus mendengarkan pendapat anggota lain, berbagi
ide, dan mencapai kesepakatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
7. Penghargaan atas Keberhasilan: Keberhasilan kelompok harus diakui dan dihargai. Ini
dapat menguatkan rasa percaya diri siswa dan mendorong mereka untuk bekerja lebih
keras dalam pembelajaran berikutnya.
8. Pemberian Umpan Balik Konstruktif: Guru dapat memberikan umpan balik
konstruktif kepada kelompok-kelompok setelah aktivitas NHT selesai. Ini membantu
siswa memahami apa yang telah mereka lakukan dengan baik dan di mana mereka
dapat meningkatkan kinerja mereka.
9. Fokus pada Pembelajaran: Prinsip utama NHT adalah meningkatkan pemahaman
siswa tentang materi pelajaran. Seluruh proses dan aktivitas didesain untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Prinsip-prinsip ini menjadi panduan bagi guru dalam merancang dan


melaksanakan metode pembelajaran Numbered Heads Together. Dengan mengikuti
prinsip-prinsip ini, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kooperatif,
interaktif, dan mendukung pemahaman yang lebih baik bagi siswa.

xxxvii
c. Langkah-langkah metode pembelajaran Numbered head together
Berikut adalah langkah-langkah metode pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) secara lengkap dan terperinci:

1. Pembentukan Kelompok: Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil


yang terdiri dari sekitar empat hingga lima siswa. Jumlah anggota dalam setiap
kelompok bisa bervariasi tergantung pada ukuran kelas dan kompleksitas tugas.
2. Memberi Nomor: Setiap anggota dalam kelompok diberi nomor atau identifikasi unik.
Nomor-nomor ini digunakan untuk mengidentifikasi anggota yang akan mewakili
kelompok dalam penyampaian jawaban atau hasil kelompok.
3. Pemberian Tugas atau Pertanyaan: Guru menyajikan pertanyaan atau tugas kepada
seluruh kelas. Pertanyaan ini dapat berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang
dipelajari, dan tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan tingkat kelas.
4. Diskusi Kelompok: Setiap kelompok memiliki waktu untuk berdiskusi dan mencari
jawaban atau solusi terhadap pertanyaan atau tugas yang telah diberikan. Anggota
kelompok saling berkolaborasi dan berbagi ide untuk mencapai pemahaman yang
mendalam.
5. Penunjukan Anggota: Guru memanggil nomor secara acak atau berurutan, dan siswa
yang memiliki nomor yang sesuai harus siap untuk mewakili kelompok mereka.
Pemilihan anggota harus adil dan dapat diubah-ubah setiap kali aktivitas dilakukan.
6. Penyampaian Jawaban: Siswa yang dipanggil harus mewakili kelompoknya dan
memberikan jawaban atau hasil kelompok kepada seluruh kelas. Mereka dapat
menjelaskan langkah-langkah atau pemikiran mereka ketika mencapai jawaban.
7. Umpan Balik dan Diskusi Kelas: Setelah setiap kelompok mewakili diri mereka, guru
memberikan umpan balik dan mendiskusikan jawaban dengan seluruh kelas. Ini
adalah kesempatan untuk klarifikasi, pemahaman lebih lanjut, atau diskusi tentang
konsep yang terkait.
8. Penilaian atau Evaluasi: Guru dapat menggunakan aktivitas NHT sebagai alat
penilaian untuk memahami sejauh mana siswa memahami materi. Ini dapat berupa
penilaian formatif atau sumatif, atau tindak lanjut dalam pembelajaran.
9. Siklus atau Pengulangan: Langkah-langkah ini dapat diulang beberapa kali selama
sesi pembelajaran, dengan pertanyaan atau tugas yang berbeda. Pengulangan
memungkinkan siswa untuk berpartisipasi secara merata dan mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam.

xxxviii
10. Refleksi: Setelah selesai, guru dan siswa dapat merenungkan pengalaman NHT, apa
yang telah dipelajari, dan bagaimana kolaborasi dapat ditingkatkan di masa depan.

Langkah-langkah ini membentuk kerangka kerja NHT yang efektif dalam


menggalakkan partisipasi aktif siswa, kerja sama tim, dan pemahaman yang lebih baik
tentang materi pelajaran.

d. Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Numbered head


together

Kelebihan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT):

1. Partisipasi Aktif Siswa: Metode NHT mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Semua anggota kelompok harus berkontribusi dalam
mencari jawaban atau solusi.
2. Kerja Sama Tim: Siswa belajar bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Ini
membantu mengembangkan keterampilan sosial, kemampuan bekerja dalam tim, dan
kemampuan berkomunikasi efektif.
3. Pemahaman yang Mendalam: Diskusi dalam kelompok-kelompok kecil
memungkinkan siswa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
materi pelajaran. Mereka dapat berbagi perspektif dan pemahaman mereka.
4. Peningkatan Motivasi: Aktivitas yang berfokus pada kelompok dengan elemen
persaingan yang sehat dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
5. Pendistribusian Peran: Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan untuk
mewakili kelompok dalam menyampaikan jawaban. Ini mencegah dominasi satu
siswa dalam kelompok.
6. Penilaian Formatif: Guru dapat menggunakan NHT sebagai alat penilaian formatif
untuk memantau pemahaman siswa selama pembelajaran.
7. Penggunaan Diversifikasi Materi: Guru dapat menghadirkan berbagai jenis
pertanyaan atau tugas dalam NHT untuk mengakomodasi beragam gaya belajar dan
tingkat kemampuan siswa.

xxxix
Kekurangan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT):

1. Waktu yang Dibutuhkan: Pelaksanaan NHT memerlukan waktu tambahan dalam


pelajaran, terutama jika kelas besar dengan banyak kelompok. Ini dapat mengganggu
jadwal pembelajaran.
2. Manajemen Kelas yang Baik: NHT memerlukan manajemen kelas yang baik agar
semua kelompok dapat berfungsi dengan efektif. Guru harus memastikan bahwa
semua siswa terlibat dan menjaga disiplin.
3. Pemilihan Anggota Kelompok: Ada kemungkinan bahwa beberapa siswa mungkin
merasa tidak nyaman jika mereka selalu dipilih sebagai wakil kelompok. Guru harus
memastikan rotasi yang adil.
4. Kesulitan dalam Penyampaian Jawaban: Beberapa siswa mungkin merasa tidak
nyaman berbicara di depan kelas atau mungkin kesulitan dalam menyampaikan
jawaban secara verbal.
5. Tidak Semua Materi Cocok: NHT lebih cocok untuk beberapa jenis materi pelajaran
daripada yang lain. Beberapa konsep atau topik mungkin tidak cocok dengan format
ini.
6. Kebutuhan Persiapan Guru: Guru harus merencanakan pertanyaan atau tugas dengan
cermat sebelumnya dan memantau aktivitas selama pelaksanaan. Ini memerlukan
persiapan ekstra.
7. Tidak Mengatasi Semua Gaya Belajar: Meskipun NHT mencakup interaksi sosial,
tidak semua siswa mungkin merasa nyaman atau berhasil dengan metode ini.
Beberapa siswa mungkin lebih cocok dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda.

Sementara NHT memiliki sejumlah kelebihan dalam mendorong partisipasi


aktif, kerja sama tim, dan pemahaman yang mendalam, juga penting untuk
mempertimbangkan kendala dan kebutuhan yang terkait dengan pelaksanaannya
dalam konteks kelas tertentu.

xl
e. Komponen metode pembelajaran Numbered head together

Komponen metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mencakup


elemen-elemen kunci yang penting untuk pelaksanaan metode ini dengan sukses.
Berikut adalah komponen-komponen NHT secara lengkap dan terperinci:

1. Siswa: Siswa adalah peserta utama dalam metode NHT. Mereka terbagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dan diberi nomor untuk identifikasi. Siswa berpartisipasi
aktif dalam diskusi kelompok dan dalam penyampaian jawaban kepada seluruh kelas.
2. Guru:Guru adalah fasilitator dalam metode ini. Tugas guru mencakup:
 Menjelaskan tugas atau pertanyaan kepada seluruh kelas.
 Memastikan pembentukan kelompok-kelompok yang seimbang.
 Memantau dan memberikan bimbingan saat siswa berdiskusi.
 Memilih siswa secara acak untuk mewakili kelompok.
 Memberikan umpan balik dan mendiskusikan jawaban dengan kelas.
3. Kelompok-Kelompok Kecil: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari sekitar empat hingga lima anggota. Setiap kelompok memiliki nomor
identifikasi yang sesuai dengan nomor anggota.
4. Nomor Identifikasi: Setiap anggota kelompok diberi nomor atau identifikasi unik.
Nomor ini digunakan untuk mengidentifikasi siapa yang akan mewakili kelompok
dalam penyampaian jawaban. Pemberian nomor harus adil dan acak.
5. Pertanyaan atau Tugas: Guru menyajikan pertanyaan atau tugas kepada seluruh kelas.
Pertanyaan ini berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pertanyaan
dapat bervariasi dalam tingkat kesulitan dan jenisnya.
6. Diskusi Kelompok: Anggota kelompok berdiskusi untuk mencari jawaban atau solusi
terhadap pertanyaan atau tugas yang diberikan. Mereka berkolaborasi, berbagi ide,
dan mencapai pemahaman yang mendalam.
7. Penunjukan Anggota: Guru memilih anggota kelompok secara acak atau berurutan
untuk mewakili kelompok mereka. Siswa yang dipilih harus siap untuk
menyampaikan jawaban atau hasil kelompoknya.
8. Penyampaian Jawaban: Siswa yang dipilih untuk mewakili kelompok harus
menyampaikan jawaban atau hasil kelompok kepada seluruh kelas. Mereka

xli
menjelaskan pemikiran atau langkah-langkah yang membawa mereka pada jawaban
tersebut.
9. Umpan Balik dan Diskusi Kelas: Setelah semua kelompok mewakili diri mereka, guru
memberikan umpan balik dan mendiskusikan jawaban dengan seluruh kelas. Ini
adalah kesempatan untuk klarifikasi dan pemahaman lebih lanjut.
10. Penilaian atau Evaluasi: Guru dapat menggunakan aktivitas NHT sebagai alat
penilaian formatif untuk memantau pemahaman siswa selama pembelajaran.
11. Rotasi dan Pengulangan: Setelah satu siklus NHT selesai, langkah-langkah ini dapat
diulang dengan pertanyaan atau tugas yang berbeda. Ini memungkinkan semua siswa
berpartisipasi secara merata.
12. Refleksi: Setelah selesai, guru dan siswa dapat merenungkan pengalaman NHT, apa
yang telah dipelajari, dan bagaimana kolaborasi dapat ditingkatkan di masa depan.

Komponen-komponen ini bekerja bersama untuk menciptakan lingkungan


pembelajaran yang kooperatif, interaktif, dan mendukung pemahaman yang lebih baik
bagi siswa melalui metode pembelajaran Numbered Heads Together.

f. Tujuan metode pembelajaran Numbered head together

Tujuan dari metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah


menciptakan lingkungan pembelajaran yang mempromosikan partisipasi aktif siswa,
kerja sama tim, dan pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran. Berikut
adalah tujuan-tujuan NHT secara lengkap dan terperinci:
1. Meningkatkan Partisipasi Aktif Siswa:
Tujuan utama NHT adalah mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan setiap siswa kesempatan
untuk berkontribusi, metode ini dapat membantu siswa yang mungkin kurang
percaya diri dalam berbicara di depan kelas.
2. Menggalakkan Kerja Sama Tim:
NHT mempromosikan kerja sama tim, di mana siswa belajar bekerja bersama
dalam kelompok-kelompok kecil. Tujuannya adalah mengembangkan
keterampilan sosial, kemampuan bekerja dalam tim, dan kemampuan
berkomunikasi efektif.
3. Mendukung Pemahaman yang Mendalam:

xlii
Tujuan utama NHT adalah membantu siswa memahami materi pelajaran
dengan lebih mendalam. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat berbagi ide,
memecahkan masalah, dan membangun pemahaman yang lebih kuat.
4. Meningkatkan Motivasi Belajar:
Aktivitas dalam NHT sering melibatkan elemen persaingan yang sehat antara
kelompok. Ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk berpartisipasi dan
berusaha dengan baik, karena mereka ingin menjawab dengan benar dan
bersaing dengan kelompok lain.
5. Pendistribusian Peran yang Adil:
NHT memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan untuk mewakili
kelompok dalam penyampaian jawaban. Ini mencegah dominasi satu siswa
dalam kelompok dan mempromosikan keadilan.
6. Penilaian Formatif:
Guru dapat menggunakan NHT sebagai alat penilaian formatif untuk
memantau pemahaman siswa selama pembelajaran. Ini membantu guru dalam
menyesuaikan pengajaran mereka sesuai kebutuhan siswa.
7. Penggunaan Diversifikasi Materi;
Guru dapat menghadirkan berbagai jenis pertanyaan atau tugas dalam NHT
untuk mengakomodasi beragam gaya belajar dan tingkat kemampuan siswa.
8. Peningkatan Keterampilan Berbicara dan Mendengarkan:
NHT membantu meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengarkan
siswa. Mereka harus berkomunikasi dengan baik dalam kelompok untuk
mencapai tujuan mereka.
9. Pembentukan Keterampilan Berpikir Kritis:
Siswa diajak untuk berpikir kritis saat mereka mencari jawaban atau solusi.
Mereka harus mengambil keputusan yang tepat dan membenarkan jawaban
mereka.
10. Pengembangan Kemampuan Penyampaian:
11. Siswa yang dipilih untuk mewakili kelompok harus mengembangkan
kemampuan penyampaian dan berbicara di depan kelas. Ini dapat membantu
mereka dalam mengatasi rasa gugup dan meningkatkan keterampilan berbicara
mereka.
12. Pengembangan Keterampilan Sosial:Siswa belajar berinteraksi dengan baik
dengan teman sekelas mereka, menghormati sudut pandang orang lain, dan

xliii
berkomunikasi secara efektif dalam kelompok.

Tujuan-tujuan ini memberikan landasan bagi NHT sebagai alat yang efektif
dalam mencapai hasil pembelajaran yang positif, mengembangkan keterampilan
sosial, dan mempromosikan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran.

D. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Video dan tutorial
a. Pengertian media pembelajaran video dan tutorial

Media pembelajaran video tutorial adalah sebuah bentuk media pembelajaran


yang menggabungkan unsur video dengan pendekatan tutorial. Ini adalah sumber
belajar yang dirancang untuk memberikan panduan langkah demi langkah dalam
bentuk visual dan audio kepada pemirsa atau pengguna. Tujuan utama dari video
tutorial adalah untuk mengajarkan keterampilan praktis, membagikan pengetahuan,
atau memberikan instruksi yang jelas tentang suatu topik tertentu.

b. Prinsip media pembelajaran video dan tutorial


Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan media
pembelajaran video tutorial adalah sebagai berikut:
1. Klaritas Tujuan Pembelajaran: Prinsip pertama adalah memiliki tujuan pembelajaran
yang jelas. Sebelum membuat video tutorial, penting untuk menentukan apa yang
ingin dicapai dan pesan apa yang ingin disampaikan kepada pemirsa. Klarifikasi
tujuan akan membantu dalam merencanakan dan menyusun isi tutorial dengan tepat.
2. Relevansi dan Relevansi Konten: Konten yang disajikan dalam video tutorial harus
relevan dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan pemirsa. Pastikan bahwa materi
yang disampaikan akan bermanfaat dan sesuai dengan audiens yang dituju.
3. Kesederhanaan dan Keterpahaman:Prinsip ini menekankan pentingnya menyajikan
materi dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti. Hindari penggunaan
jargon yang sulit dipahami oleh pemirsa yang tidak memiliki latar belakang khusus
dalam topik tersebut.
4. Durasi yang Sesuai:Video tutorial harus memiliki durasi yang sesuai. Cobalah untuk
menjaga video agar tidak terlalu panjang sehingga pemirsa tetap fokus dan tidak

xliv
merasa kewalahan. Durasi yang ideal dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas
materi, tetapi usahakan agar singkat dan langsung ke inti pembelajaran.
5. Penggunaan Multimedia yang Efektif:Manfaatkan elemen multimedia, seperti gambar
bergerak, ilustrasi, grafik, dan suara, dengan efektif untuk mendukung pemahaman
dan keterlibatan pemirsa. Pastikan elemen-elemen ini mendukung pesan yang ingin
disampaikan.
6. Instruksi Langkah demi Langkah yang Jelas:Prinsip ini menekankan pentingnya
memberikan instruksi langkah demi langkah yang jelas. Sediakan panduan yang
sistematis dan terstruktur agar pemirsa dapat mengikuti dengan mudah.
7. Interaktivitas (Opsional):Untuk meningkatkan keterlibatan, pertimbangkan untuk
menyediakan elemen interaktif dalam video tutorial, seperti pertanyaan yang menguji
pemahaman pemirsa atau pilihan untuk melakukan tindakan tertentu sesuai instruksi.
8. Evaluasi dan Umpan Balik: Setelah pemirsa menyelesaikan tutorial, berikan
kesempatan untuk evaluasi atau umpan balik. Ini dapat berupa pertanyaan, kuis, atau
cara lain untuk memastikan bahwa pemirsa telah memahami materi.
9. Aksesibilitas dan Keterjangkauan:Pastikan video tutorial dapat diakses dengan mudah
oleh target audiens. Perhatikan format video yang umum dan kompatibilitas dengan
berbagai perangkat. Selain itu, pertimbangkan untuk menyediakan opsi terjemahan
atau subjudul untuk audiens yang berbicara dalam bahasa atau memiliki kebutuhan
aksesibilitas khusus.
10. Kualitas Produksi yang Baik:Kualitas produksi video tutorial harus baik. Ini
mencakup aspek-aspek seperti kualitas gambar dan suara, pencahayaan yang tepat,
dan editing yang cermat. Kualitas produksi yang tinggi dapat meningkatkan
profesionalisme dan daya tarik tutorial.
11. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan:Setelah tutorial disampaikan, lakukan evaluasi
untuk mengevaluasi efektivitasnya. Dengan umpan balik dari pemirsa dan hasil
pengukuran, Anda dapat melakukan perbaikan terus-menerus untuk tutorial
berikutnya.

Prinsip-prinsip ini membantu memastikan bahwa media pembelajaran video tutorial


yang Anda buat efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran dan memberikan pengalaman
belajar yang positif bagi pemirsa.

c. Langkah-langkah media pembelajaran video dan tutorial

xlv
Berikut adalah langkah-langkah dalam pengembangan media pembelajaran
video tutorial secara lengkap dan terperinci:

1. Identifikasi Tujuan Pembelajaran:Tentukan dengan jelas apa yang ingin dicapai


melalui video tutorial. Identifikasi tujuan pembelajaran yang spesifik dan relevan
dengan materi yang akan disampaikan.
2. Pilih Topik dan Materi:Pilih topik atau materi pelajaran yang akan dibahas dalam
tutorial. Pastikan bahwa topik ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
3. Penelitian dan Persiapan:Lakukan penelitian menyeluruh tentang materi yang akan
diajarkan dalam video tutorial. Kumpulkan referensi, sumber daya, atau bahan
pendukung yang diperlukan.
4. Rencanakan Skrip atau Outline:Buat skrip atau outline yang akan menjadi panduan
untuk pembuatan video tutorial. Rencanakan alur konten, langkah-langkah yang akan
dijelaskan, dan pesan kunci yang ingin disampaikan.
5. Pilih Format dan Alat:Tentukan format video tutorial yang akan digunakan, seperti
presentasi slide, demonstrasi, atau narasi langsung. Pilih alat atau perangkat lunak
yang sesuai untuk merekam dan mengedit video.
6. Persiapan Produksi:Siapkan peralatan yang diperlukan, seperti kamera, mikrofon,
pencahayaan, dan perangkat lunak editing video. Pastikan bahwa lingkungan produksi
memiliki pencahayaan yang baik dan audio yang jelas.
7. Produksi Video:Mulailah merekam video tutorial sesuai dengan skrip atau outline
yang telah disiapkan. Pastikan pengambilan gambar dan audio berjalan dengan baik
dan sesuai dengan rencana.
8. Pengeditan Video:Setelah merekam, edit video untuk memastikan kualitas produksi
yang baik. Potong bagian yang tidak perlu, tambahkan efek visual atau suara jika
diperlukan, dan pastikan video berjalan mulus.
9. Tambahkan Visual dan Grafik:Jika diperlukan, tambahkan visual seperti gambar
bergerak, ilustrasi, grafik, atau diagram untuk mendukung pemahaman konten.
10. Pengembangan Tekstual:Jika video tutorial akan memiliki teks tambahan, seperti
subjudul, pastikan bahwa teks tersebut ditambahkan dengan benar dan mudah dibaca.
11. Uji Coba dan Perbaikan:Sebelum menerbitkan video tutorial, uji coba video dengan
sekelompok pemirsa yang mewakili audiens target. Dapatkan umpan balik dari
mereka dan perbaiki video jika diperlukan.

xlvi
12. Publikasi dan Distribusi:Setelah video tutorial selesai dan diperbaiki, publikasikan
video tersebut di platform atau kanal yang sesuai, seperti YouTube, platform e-
learning, atau situs web sekolah. Pastikan untuk memberikan deskripsi yang
informatif dan tagar yang sesuai.
13. Promosi (Opsional):Jika diperlukan, promosikan video tutorial untuk meningkatkan
jangkauan dan kesadaran. Bagikan video di media sosial, situs web, atau melalui
email kepada audiens yang relevan.
14. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan:Setelah video tutorial tersedia untuk pemirsa,
pantau kinerjanya. Gunakan umpan balik dan data pengukuran untuk melakukan
perbaikan berkelanjutan pada tutorial yang ada.
15. Dukungan dan Respons:Sediakan saluran komunikasi yang memungkinkan pemirsa
untuk menghubungi Anda dengan pertanyaan atau umpan balik. Tanggapi pertanyaan
atau masukan dengan cepat.
16. Pemeliharaan:Selama tutorial masih relevan, pertimbangkan untuk melakukan
pemeliharaan terhadap video tutorial yang ada jika ada perubahan dalam materi atau
teknologi yang digunakan.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat mengembangkan media


pembelajaran video tutorial yang efektif, informatif, dan relevan untuk tujuan pembelajaran
Anda. Ingatlah bahwa proses ini dapat memakan waktu, tetapi hasil akhirnya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi pemirsa Anda.

d. Kelebihan dan kekurangan media pembelajaran video dan tutorial

Kelebihan Media Pembelajaran Video Tutorial:


1. Keterlibatan Visual dan Audio: Video tutorial menggabungkan unsur visual dan audio,
membuatnya lebih menarik dan memungkinkan pemirsa untuk memahami konten
dengan lebih baik.
2. Kemudahan Akses dan Fleksibilitas: Video tutorial dapat diakses kapan saja dan di
mana saja dengan koneksi internet. Ini memungkinkan pembelajaran mandiri dan
fleksibilitas bagi pemirsa.
3. Kemampuan Berulang: Pemirsa dapat menonton video tutorial berulang kali jika
mereka perlu memahami materi dengan lebih baik atau mengulang keterampilan
tertentu.

xlvii
4. Konsistensi Pembelajaran: Video tutorial dapat memastikan bahwa setiap pemirsa
menerima instruksi yang konsisten dan sama, menghindari variasi dalam pengajaran.
5. Dukungan Visualisasi: Video tutorial dapat membantu dalam mengilustrasikan konsep
yang sulit atau abstrak melalui visualisasi, animasi, atau demonstrasi.
6. Pemantauan Kemajuan: Di platform pembelajaran daring, pemirsa dapat memantau
kemajuan mereka, menandai materi yang telah diselesaikan, dan mengukur
pemahaman mereka.
7. Pendekatan Mandiri: Tutorial video memungkinkan pemirsa untuk belajar secara
mandiri, yang bisa menjadi pilihan yang baik bagi mereka yang memiliki jadwal yang
padat atau preferensi belajar yang berbeda.

Kekurangan Media Pembelajaran Video Tutorial:


1. Keterbatasan Interaksi Sosial: Video tutorial seringkali kurang mendukung interaksi
langsung antara guru dan siswa atau antara sesama siswa, yang dapat mengurangi
aspek sosial dalam pembelajaran.
2. Kontrol Kualitas yang Rendah: Kualitas video tutorial dapat bervariasi, terutama jika
tidak ada pengawasan atau kontrol mutu yang kuat dalam pembuatannya.
3. Tidak Cocok untuk Semua Materi: Beberapa jenis materi atau konsep mungkin sulit
untuk dijelaskan melalui video, terutama jika interaksi langsung atau demonstrasi
fisik diperlukan.
4. Koneksi Internet yang Dibutuhkan: Untuk mengakses video tutorial secara online,
koneksi internet yang stabil diperlukan. Ini bisa menjadi kendala bagi mereka yang
tinggal di daerah dengan konektivitas yang buruk.
5. Ketergantungan pada Teknologi: Media pembelajaran video tutorial bergantung pada
teknologi, dan jika ada masalah teknis, pembelajaran dapat terganggu.
6. Kesulitan Navigasi: Pemirsa mungkin mengalami kesulitan dalam navigasi video
tutorial yang panjang atau kompleks jika tidak ada struktur atau indeks yang baik.
7. Ketergantungan yang Berlebihan: Terlalu banyak ketergantungan pada video tutorial
bisa mengarah pada kurangnya keterampilan kritis atau pemecahan masalah mandiri.
8. Kurangnya Dukungan Langsung: Video tutorial mungkin tidak menyediakan
kesempatan untuk bertanya langsung kepada instruktur jika pemirsa memiliki
pertanyaan atau kebingungan tentang konten.

xlviii
Saat menggunakan media pembelajaran video tutorial, penting untuk
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan ini dan mengintegrasikan metode ini
ke dalam strategi pembelajaran yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pembelajaran Anda.

e. Komponen media pembelajaran video dan tutorial


Komponen Media Pembelajaran Video Tutorial:

1. Video: Video tutorial berfokus pada unsur visual yang dapat mencakup gambar
bergerak, animasi, demonstrasi, atau kombinasi dari semua itu. Video ini adalah
bagian inti dari media ini yang digunakan untuk mengilustrasikan konsep atau
menunjukkan bagaimana sesuatu dilakukan.
2. Audio: Komponen audio dalam video tutorial mencakup suara, narasi, atau musik
latar. Ini dapat digunakan untuk memberikan penjelasan tambahan, memberikan
instruksi verbal, atau memberikan konteks kepada penonton.
3. Instruksi Langkah demi Langkah: Video tutorial harus menyertakan instruksi yang
sistematis dan terstruktur yang memandu pemirsa melalui langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Teks Pendukung: Beberapa video tutorial mungkin menyertakan teks pendukung
seperti subjudul, teks narasi, atau keterangan yang membantu dalam pemahaman atau
untuk memudahkan pencarian informasi.
5. Ilustrasi dan Grafik: Untuk memberikan penjelasan visual yang lebih baik, video
tutorial sering menggunakan ilustrasi, grafik, atau diagram yang mendukung materi
yang sedang diajarkan.
6. Interaktivitas (Opsional): Beberapa video tutorial dapat memiliki elemen
interaktivitas, seperti pilihan untuk menjawab pertanyaan, berpartisipasi dalam
simulasi, atau melakukan tindakan tertentu sesuai instruksi.
7. Durasi: Video tutorial dapat bervariasi dalam durasinya. Beberapa mungkin hanya
berlangsung beberapa menit, sementara yang lain bisa lebih panjang, tergantung pada
kompleksitas materi yang disajikan.

f. Tujuan media pembelajaran video dan tutorial

Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran Video Tutorial:

xlix
1. Mengajarkan Keterampilan: Video tutorial bertujuan untuk mengajarkan keterampilan
praktis atau langkah-langkah dalam melakukan tugas tertentu. Contohnya termasuk
tutorial pemrograman, memasak, atau seni and crafts.
2. Pemahaman Materi: Media ini digunakan untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang konsep atau topik tertentu melalui penjelasan visual.
3. Meningkatkan Keterlibatan: Video tutorial dapat meningkatkan keterlibatan pemirsa
karena elemen visual dan audio yang dinamis, membuatnya lebih menarik daripada
pembelajaran teks biasa.
4. Referensi Cepat: Video tutorial dapat berfungsi sebagai referensi cepat yang dapat
diakses kapan saja pemirsa membutuhkannya untuk menyelesaikan tugas atau
memecahkan masalah.
5. Mempermudah Pembelajaran Mandiri: Video tutorial memungkinkan pembelajaran
mandiri, memungkinkan pengguna untuk belajar dan mengembangkan keterampilan
mereka tanpa bantuan langsung.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

l
Dengan ini dapat disimpulakna bahwa dalam pembelajaran ada banyak media metode
startegi dan model yang dapat meningkatkan pemahaman selaku peserta didik, dengan
adanya banyak jenis ini bisa di pakai model mana yang akan dapat meningkatkan kempuan
sesuai dengan apa yang sanggup dilakukan individu tersebut. Bukan berarti dengan tidak
paham dengan proses pembelajaran yang lain, selaku pelajar malah meninggalkan tugasnya
untuk belajar, maka dari itu tingkatkan lah mind set bahwasanya ada banyak cara agar bisa
menjadi pelajar yang benar-benar bisa melakukan tugasnya sebagai seorang pelajar dengan
baik dengan menerapkan banyaknya model media, strategi dan metode pembelajaran diatas.

li
lii
DAFTAR PUSTAKA
situs web:

https://pkbmmelana.sch.id/2020/07/06/metode-pembelajaran-picture-and-picture-dan-
praktiknya/

https://osf.io/am2ks/download

https://doi.org/10.15294/edukomputika.v4i2.22493
http://repository.radenfatah.ac.id/17513/2/BAB%20II.pdf

https://educhannel.id/blog/artikel/model-pembelajaran-treffinger.html

https://educhannel.id/blog/artikel/model-pembelajaran-snowball-throwing.html

https://www.academia.edu/24204901/Metode_metode_Pembelajaran

liii

Anda mungkin juga menyukai