Dosen Pengampuh :
AlmaidaVebibina, S.Pd.,M.Pd
FAKULTAS TEKNIK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur terpanjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua sehingga kami selaku mahasiswa mampu
menyelesaikan tugas yang telah dilimpahkan kepada kami dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Terima kasih juga terhadap dosen mata kuliah yang telah membeikan kesempatakn
kepada mahasiswa dan memberikan kepercayaan untuk mengerjakan tugas ini. Adapun tugas
ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan meningkatkan keaktifan dan menjadi
pedoman sebagai bahan ajar tambahan bagi mahasiswa itu sendiri.
Meski telah terselesaikannya tugas ini, tidak luput akan adanya kesalahn demi
kesalahan yang dilakuan baik tidak disengaja maupun tidak disengaja, dengan itu hendaklah
adanya koreksi,arahan dan saran dari dosen pengampuh mata kuliah agar kedepannya tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sebagaimana mestinya.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
a. Kesimpulan ...................................................................................................49
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
tujuan pembelajaran itu sendiri. Pada hakekatnya, membelajarkan itu adalah suatu
proses dimana guru dan peserta didik menciptakan lingkungan yang baik agar terjadi
kegiatan belajar yang berdaya guna. Sulit untuk menunjukkan suatu metode atau model
pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah peserta didik
dalam mempelajari apa saja dengan metode atau model tersebut. Metode atau model
pembelajaran ini pun sebenarnya tidaklah dimaksudkan untuk membantu semua jenis
belajar atau untuk melaksanakan berbagai gaya belajar. Penciptaan metode atau model
pembelajaran didasari atas asumsi bahwa hanya ada metode atau model belajar tertentu
yang cocok untuk ditangani dengan metode atau model pembelajaran tertentu. Jadi, untuk
belajar tertentu diperlukan metode atau model pembelajaran tertentu pula. Itu berarti akan
dijumpai banyak metode atau model pembelajaran dan banyak gaya belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berbeda-beda pula.
iv
B. TUJUAN
Sebegai pemenuhan tugas mata kuliah dan juga melihat kemampuan pelajar
sebagaimana ia mampuu mengulas suatu buku dan memaparkannya kembali
C. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu model pembelejaran picture and pictures, trefinger, LAPS-heuristik dan
cooperative script?
b. Apa itu strategi pembelajaran diskusi dan ekspositori?
c. Serta apa itu metode pembelajaran snowball throwing, la’abul qirtus dan numbered
head together?
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. MODEL PEMBELAJARAN
1. PICTURE AND PICTURES
a. Pengertian Picture and pictures
Metode picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan
gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama
dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam
ukuran besar.
sejak di populerkan sekitar tahun 2002, model pembelajaran ini mulai menyebar di
kalangan guru di Indonesia. Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah
model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah
materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau
media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan
dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima
dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali.
- Aktif
- Inovatif
- Kreatif,
- Menyenangkan
- Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
vi
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama di antara anggota kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
- Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung-jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.
Adapun Langkah langkah pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran
dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian
siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian
materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh
temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih
mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru
dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang
kegiatan tertentu.
vii
- Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum..
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD
dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman
yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
- Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan
atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai
indikator yang telah ditetapkan.
- Kesimpulan / rangkuman
viii
- Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih
dahulu.
- Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-
gambar mengenai materi yang dipelajari.
- Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru
untuk menganalisa gambar yang ada.
- Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan
siswa mengurutkan gambar.
- Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar
yang telah dipersiapkan oleh guru.
ix
- Penggunaaan media gambar untuk menarik perhatian, minat dan kreativitas
siswa
2. COOPERATIVE SCRIPT
a. Pengertian
b. Prinsip
3. Peran Terdefinisi: Setiap anggota kelompok memiliki peran yang jelas dalam
menyelesaikan tugas.
x
4. Saling Pertanggungjawaban: Siswa bertanggung jawab atas kontribusinya terhadap
kelompok.
1. Pemilihan Tugas: Pilih tugas atau aktivitas yang sesuai untuk pembelajaran
kooperatif.
2. Penyusunan Skrip: Tentukan peran atau skrip bagi setiap anggota kelompok.
5. Evaluasi dan Refleksi: Siswa mengevaluasi hasil pembelajaran dan refleksi atas kerja
kelompok.
Kelebihan :
Kekurangan :
2. Dapat menghadirkan masalah jika ada anggota kelompok yang tidak aktif.
xi
e. Komponen
2. Skrip: Peran atau langkah-langkah yang harus diikuti oleh setiap anggota kelompok.
4. Evaluasi: Proses untuk mengevaluasi hasil kerja kelompok dan pemahaman siswa.
f. Tujuan
Model pembelajaran Cooperative Script adalah salah satu dari banyak metode
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam kelas. Keberhasilan
penerapannya tergantung pada perencanaan yang baik, dukungan guru, dan
keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran kelompok.
3. LAPS- HEURISTIK
a. Pengertian
xii
b. Prinsip
1. Memahami masalah
2. Merencankan pemecahannya
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua
4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back
xiii
Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat
analisis dan sintesis, serta dituntun untuk membuat evaluasi terhadap hasil
pemecahannya
Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan dirinya,
bukan hanya satu bidang studi tapi (bila diperlukan) banyak bidang studi.
f. Tujuan LAPS-Heuristik
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
- Meningkatkan kreativitas siswa
- Siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah
4. TREFINGER
a. Pengertian
xiv
Model treffinger Semiawan (Setiawati, 2012) adalah “proses berfikir dan perasaan
majemuk meliputi penerapan analisis, sintesis evaluasi, transformasi dari beberapa produk,
penelitian dan pemikiran yang melibatkan analogi dan kiasan. Dalam kegiatan tahap kedua
ini siswa diarahkan untuk mempersiapkan menjadi peneliti mandiri yang menghadapi
masalah dan tantangan dengan cara kreatif”
Model Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur kegiatan belajar yang tahap-
tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri dan kelompok, pengembangan kelancaran dan
kelenturan berfikir dan bersikap kreatif, pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta
pengembangan kemampuan memecahkan masalah yang nyata dan kompleks.
b. Prinsip
- Mendorong siswa untuk kreatif
- Mengembangkan kemamapan dalam memecahkan masalah
- Menigkatkan semangat belajar
- Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran
- Menggunakan rangkaian pertanyaan dalam memecahkan masalah
- Menggunakan ide ide yang telah dihasilkan oleh siswa untuk memecahkan
masalah
- Menggunakan fakta sebagai penyelesaian masalah
xv
Tahap I (Basic Tools)
1. Siswa membentuk kelompok dengan anggota 3 -5 siswa dengan tingkat
kemampuan akademik yang heterogen.
2. Guru memberikan suatu masalah terbuka tentang materi yang diajarkan
3. Guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk menyampaikan
gagasan tentang materi yang diajarkan
4. Guru memberikan penilaian pada masing-masing kelompok
Tahap II (Practice with process)
1. Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan
memberikan analog/perumpamaan
2. Guru meminta siswa membuat contoh tentang materi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari
Tahap III (Working with real problems)
1. Siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan bersama kelompok yang
berkaitan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari
2. Guru melibatkan pemikiran siswa dalam tantangan nyata yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
3. Guru memberi tugas sebagai pemecahan masalah secara kreatif terhadap
materi konsep usaha.
d. Komponen trefinger
- Understanding challenge yaitu tahap dimana siswa memahami masalah yang
akan dipecahkan
- Generating idea yaitu tahap dimana siswa menghasilkan ide untuk
memecahkan masalah
- Preparing for action yaitu dimana siswa mempersiapkan rencana tindakan
untuk memecahkan masalah
e. Tujuan
xvi
- Mengemabgkan kreativitas siswa secara langsung melalui pemecahan
masalah
- Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
- Mengembangkan konsep pemikiran peserta didik dalam rangka memecahkan
masalah
- Meningkatkan semangat siswa
B. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. DENGAN DISKUSI
a. Pengertian strategi pembelajaran dengan diskusi
b. Tujuan diskusi
xvii
Metode diskusi adalah salah satu cara alternatif yang dapat dipakai oleh
seseorang guru di kelas, tujuannya adalah memecahkan masalah dari para siswa.
Menurut Sagala (2012), manfaat metode diskusi adalah sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan
1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun
tujuan khusus.
2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
3. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan
diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi
seperti moderator, notulis dan tim perumus manakala diperlukan.
b. Pelaksanaan Diskusi
xviii
1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan
yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
3. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain
sebagainya.
4. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini
sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar
dan tidak fokus.
d. Menutup Diskusi
a. Kelebihan
xix
Kelebihan atau keunggulan metode diskusi adalah:
1. Suasana kelas lebih hidup sebab siswa menyerahkan perhatian atau pikirannya kepada
masalah yang sedang didiskusikan.
2. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu seperti sikap toleran, demokrasi,
berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
3. Kesimpulan diskusi mudah dipahami siswa karena mereka mengikuti proses berpikir
sampai pada proses kesimpulan.
4. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan yang
berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk
berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain.
5. Membantu murid dalam mengambil keputusan yang lebih baik.
6. Tidak terjebak dalam pemikiran individu yang terkadang sudah penuh prasangka dan
sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan atau
pikiran-pikiran orang lain.
b. Kekurangan
1. Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi, acuh
tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.
2. Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu
panjang.
3. Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara
ilmiah dan sistematis.
xx
Menurut Subroto (2002), metode diskusi terdiri dari beberapa jenis, antara lain
yaitu sebagai berikut:
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau juga disebut diskusi kelompok adalah proses pemecahan
masalah yang diakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Pada
diskusi kelas, peserta duduk setengah lingkaran, guru bertindak sebagai pemimpin,
dan topik sudah direncanakan. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini
adalah: pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi,. Kedua, sumber
masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus
dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi
permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi
tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.
c. Symposium
d. Diskusi Panel
xxi
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis peninjau yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan
audiensi. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel
audiensi tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para
panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif
perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa
disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
e. Buzz Group
Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi kelompok-
kelompok kecil yang terdiri 3-4 orang peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa
agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi ini
biasanya diadakan ditengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud
untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
f. Syindicate Group
Dalam bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 3-6 peserta, masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugas tertentu
atau tugas yang bersifat komplementer. Guru menjelaskan garis besar permasalahan,
menggambarkan aspek-aspeknya, dan kemudian tiap kelompok diberi tugas untuk
mempelajari aspek-aspek tertentu. Guru diharapkan dapat menyediakan sumber-
sumber informasi atau referensi yang dijadikan rujukan oleh para peserta.
g. Informal Debat
Biasanya bentuk diskusi ini kelas dibagi 2 tim yang agak seimbang besarnya
dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan
peraturan perdebatan formal. Kelas dibagi menjadi dua tim dan mendiskusikan
subyek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan
formal. Yang diperdebatkan bersifat problematik bukan bersifat faktual.
h. Fish Bowl
xxii
Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan dipimpin oleh
seorang ketua untuk mencari suatu keputusan. Tempat duduk diatur setengah
melingkar dengan dua atau tiga kursi yang kosong menghadap peserta diskusi.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi yang seolah-olah melihat
ikan yang berada dalam sebuah mangkok. Selama diskusi kelompok pendengar yang
ingin menyumbangkan pendapatnya dapat duduk di kursi yang kosong yang telah
disediakan. Apabila ketua diskusi mempersilahkan bicara maka dia boleh bicara dan
kemudian meninggalkan kursi tersebut setelah selesai berbicara.
Kegiatan dalam bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa agar lebih
tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam mengemukakan
pendapat, mendengarkan dengan baik, dan memperhatikan suatu pokok pembicaraan
dengan tekun. Jumlah anggota kelompok yang baik terdiri antara 3-9 orang peserta.
Dengan diskusi ini dapat membantu para siswa mengemukakan pendapat secara jelas,
memecahkan masalah, memahami apa yang dikemukakan oleh orang lain, dan dapat
menilai kembali pendapatnya.
j. Brainstorming
Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri 8-12
orang peserta. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat menumbangkan ide dalam
pemecahan masalah. Hasil belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang
lain, menumbuhkan rasa percaya diri dalam upaya mengembangkan ide-ide yang
ditemukan atau dianggap benar.
2.PEMBELAJARAN EKSPOSITORI
xxiii
a) Pengertian pembelajaran ekspositori
Sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau
berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
b. Prinsip Komunikasi
xxiv
c. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan terlebih
dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun
psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala
siswa belum siap untuk menerimanya.
d. Prinsip Berkelanjutan
xxv
Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang
sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran
secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat
dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan
akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah
merupakan bentuk strategi ekspositori.
d) Langkah-langkah
a. Persiapan (Preparation)
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
b. Penyajian (Presentation)
1. penggunaan bahasa,
2. intonasi suara,
3. menjaga kontak mata dengan siswa,
4. menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
xxvi
c. Korelasi (Correlation)
d. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran
yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting
dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat
mengambil inti sari dari proses penyajian.
e. Mengaplikasikan (Application)
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan.
xxvii
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat
atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa
dan ukuran kelas yang besar.
b. Kelemahan
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang
tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya
belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan
interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang
dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat
dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah
(one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa
akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi
satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada
apa yang diberikan guru.
xxviii
C. METODE PEMBELAJARAN
1. Snowball throwing
a. Pengertian metode pembelajaran Snowball throwing
Strategi pembelajaran Snowball Throwing (ST) atau yang juga sering dikenal
dangan Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari
game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain.
Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan melempar
segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru.
Strategi ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit
kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan kemampuan siswa dalam materi tersebut (Miftahul Huda 2013:226).
xxix
selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid
menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya.
xxx
6. Penghargaan terhadap Diversitas Gagasan: Snowball Throwing menghargai
keragaman gagasan dan pandangan siswa. Ini memberi mereka kesempatan untuk
melihat berbagai sudut pandang tentang topik yang dibahas.
7. Pemberian Tanggung Jawab: Siswa bertanggung jawab atas gagasan yang mereka
tambahkan atau kembangkan dalam proses Snowball Throwing. Ini mendorong rasa
tanggung jawab dalam pembelajaran mereka.
8. Pemahaman yang Lebih Mendalam: Melalui proses diskusi dan kolaborasi yang terus-
menerus, siswa dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang materi
pelajaran yang dibahas.
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5. Kemudian ketas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa kesiswa yang lain selama ± 5 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian.
7. Evaluasi
8. Penutup
xxxi
d. Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Snowball throwing
Kelebihan :
Kekurangan :
1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa
yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa
biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh yang telah
diberikan.
2. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu
yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama tapi tidak menutup kemungkinan
bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang panjang
5. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
xxxii
Akan tetapi, kelemahan dalam penggunaan metode ini dapat tertutupi dengan cara
berikut.
1. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat
dan jelas disertai dengan aplikasinya.
2. Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan kelompok
dan pembuatan pertanyaan.
3. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa diatasi.
4. Memisahkan grup anak yang dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang
berbeda.
5. Namun, juga tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian
kuis individu dan penghargaan kelompok.
xxxiii
7. Papan Tulis atau Proyektor: Untuk mengintegrasikan teknologi atau untuk
memproyeksikan topik atau pertanyaan kepada seluruh kelas sebelum memulai
Snowball Throwing, papan tulis atau proyektor dapat digunakan.
8. Pengukuran Keberhasilan: Guru dapat menyiapkan kriteria atau indikator untuk
mengukur keberhasilan dari proses Snowball Throwing, seperti pemahaman siswa
tentang topik atau kualitas diskusi yang mereka hasilkan.
xxxiv
materi pelajaran. Melalui berbagai kontribusi dari anggota kelompok, siswa
dapat melihat berbagai aspek topik yang sedang dipelajari.
7. Pengembangan Keterampilan Sosial: Siswa juga mengembangkan keterampilan
sosial seperti memberikan umpan balik konstruktif, berkomunikasi efektif dalam
kelompok, dan bekerja sama dengan baik.
8. Pemberian Tanggung Jawab: Snowball Throwing mengajarkan siswa untuk
bertanggung jawab atas gagasan yang mereka tambahkan atau kembangkan
dalam prosesnya. Hal ini mendorong rasa tanggung jawab dalam pembelajaran
mereka.
9. Evaluasi dan Refleksi: Metode ini juga dapat digunakan untuk tujuan evaluasi.
Guru dapat mengevaluasi pemahaman siswa melalui hasil diskusi dan konten
yang mereka tambahkan ke bola salju.
2. La’abul qirtus
a. Pengertian metode pembelajaran La’bul qirtos
La’bul Qirtos yaitu metode dengan menggunakan kertas dan untuk mengukur
ketangkasan dan ketelitian siswa dalam mencari kota dan negara dalam peta. Siswa
dituntut untuk mencari kota/negara tersebut dan setelah itu menjelaskan perihal
kota/negara tersebut secara mendetail, khususnya dalam bidang pendidikan, ekonomi
dan bisnis.
xxxv
3. Numbered head together
1. Kolaborasi: Prinsip terpenting dalam NHT adalah kolaborasi. Siswa bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mereka harus
saling berdiskusi, berbagi ide, dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas atau
menjawab pertanyaan.
2. Interdependensi Positif: Prinsip ini menekankan bahwa kesuksesan individu dalam
kelompok tergantung pada kesuksesan kelompok secara keseluruhan. Setiap anggota
xxxvi
kelompok memiliki tanggung jawab untuk memastikan kelompoknya dapat menjawab
pertanyaan dengan benar atau mencapai tujuan yang ditetapkan.
3. Partisipasi Aktif: NHT mendorong partisipasi aktif dari setiap siswa dalam kelompok.
Setiap siswa memiliki peran dalam menjawab pertanyaan atau menyumbangkan
pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
4. Tanggung Jawab Kelompok: Prinsip ini menegaskan bahwa setiap kelompok
bertanggung jawab atas hasil kelompoknya. Artinya, jika salah satu anggota kelompok
tidak mengerti atau tidak berpartisipasi, keseluruhan kelompok akan terpengaruh.
5. Penghargaan terhadap Keterlibatan: Siswa dihargai dan diberi pengakuan atas
keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Ini dapat mencakup pujian dari guru,
poin kelompok, atau sistem insentif lainnya untuk mendorong keterlibatan yang aktif.
6. Kerja Sama: Prinsip ini menekankan bahwa siswa harus belajar bekerja sama dengan
baik dalam kelompok. Mereka harus mendengarkan pendapat anggota lain, berbagi
ide, dan mencapai kesepakatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
7. Penghargaan atas Keberhasilan: Keberhasilan kelompok harus diakui dan dihargai. Ini
dapat menguatkan rasa percaya diri siswa dan mendorong mereka untuk bekerja lebih
keras dalam pembelajaran berikutnya.
8. Pemberian Umpan Balik Konstruktif: Guru dapat memberikan umpan balik
konstruktif kepada kelompok-kelompok setelah aktivitas NHT selesai. Ini membantu
siswa memahami apa yang telah mereka lakukan dengan baik dan di mana mereka
dapat meningkatkan kinerja mereka.
9. Fokus pada Pembelajaran: Prinsip utama NHT adalah meningkatkan pemahaman
siswa tentang materi pelajaran. Seluruh proses dan aktivitas didesain untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
xxxvii
c. Langkah-langkah metode pembelajaran Numbered head together
Berikut adalah langkah-langkah metode pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) secara lengkap dan terperinci:
xxxviii
10. Refleksi: Setelah selesai, guru dan siswa dapat merenungkan pengalaman NHT, apa
yang telah dipelajari, dan bagaimana kolaborasi dapat ditingkatkan di masa depan.
1. Partisipasi Aktif Siswa: Metode NHT mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Semua anggota kelompok harus berkontribusi dalam
mencari jawaban atau solusi.
2. Kerja Sama Tim: Siswa belajar bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Ini
membantu mengembangkan keterampilan sosial, kemampuan bekerja dalam tim, dan
kemampuan berkomunikasi efektif.
3. Pemahaman yang Mendalam: Diskusi dalam kelompok-kelompok kecil
memungkinkan siswa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
materi pelajaran. Mereka dapat berbagi perspektif dan pemahaman mereka.
4. Peningkatan Motivasi: Aktivitas yang berfokus pada kelompok dengan elemen
persaingan yang sehat dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
5. Pendistribusian Peran: Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan untuk
mewakili kelompok dalam menyampaikan jawaban. Ini mencegah dominasi satu
siswa dalam kelompok.
6. Penilaian Formatif: Guru dapat menggunakan NHT sebagai alat penilaian formatif
untuk memantau pemahaman siswa selama pembelajaran.
7. Penggunaan Diversifikasi Materi: Guru dapat menghadirkan berbagai jenis
pertanyaan atau tugas dalam NHT untuk mengakomodasi beragam gaya belajar dan
tingkat kemampuan siswa.
xxxix
Kekurangan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT):
xl
e. Komponen metode pembelajaran Numbered head together
1. Siswa: Siswa adalah peserta utama dalam metode NHT. Mereka terbagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dan diberi nomor untuk identifikasi. Siswa berpartisipasi
aktif dalam diskusi kelompok dan dalam penyampaian jawaban kepada seluruh kelas.
2. Guru:Guru adalah fasilitator dalam metode ini. Tugas guru mencakup:
Menjelaskan tugas atau pertanyaan kepada seluruh kelas.
Memastikan pembentukan kelompok-kelompok yang seimbang.
Memantau dan memberikan bimbingan saat siswa berdiskusi.
Memilih siswa secara acak untuk mewakili kelompok.
Memberikan umpan balik dan mendiskusikan jawaban dengan kelas.
3. Kelompok-Kelompok Kecil: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari sekitar empat hingga lima anggota. Setiap kelompok memiliki nomor
identifikasi yang sesuai dengan nomor anggota.
4. Nomor Identifikasi: Setiap anggota kelompok diberi nomor atau identifikasi unik.
Nomor ini digunakan untuk mengidentifikasi siapa yang akan mewakili kelompok
dalam penyampaian jawaban. Pemberian nomor harus adil dan acak.
5. Pertanyaan atau Tugas: Guru menyajikan pertanyaan atau tugas kepada seluruh kelas.
Pertanyaan ini berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pertanyaan
dapat bervariasi dalam tingkat kesulitan dan jenisnya.
6. Diskusi Kelompok: Anggota kelompok berdiskusi untuk mencari jawaban atau solusi
terhadap pertanyaan atau tugas yang diberikan. Mereka berkolaborasi, berbagi ide,
dan mencapai pemahaman yang mendalam.
7. Penunjukan Anggota: Guru memilih anggota kelompok secara acak atau berurutan
untuk mewakili kelompok mereka. Siswa yang dipilih harus siap untuk
menyampaikan jawaban atau hasil kelompoknya.
8. Penyampaian Jawaban: Siswa yang dipilih untuk mewakili kelompok harus
menyampaikan jawaban atau hasil kelompok kepada seluruh kelas. Mereka
xli
menjelaskan pemikiran atau langkah-langkah yang membawa mereka pada jawaban
tersebut.
9. Umpan Balik dan Diskusi Kelas: Setelah semua kelompok mewakili diri mereka, guru
memberikan umpan balik dan mendiskusikan jawaban dengan seluruh kelas. Ini
adalah kesempatan untuk klarifikasi dan pemahaman lebih lanjut.
10. Penilaian atau Evaluasi: Guru dapat menggunakan aktivitas NHT sebagai alat
penilaian formatif untuk memantau pemahaman siswa selama pembelajaran.
11. Rotasi dan Pengulangan: Setelah satu siklus NHT selesai, langkah-langkah ini dapat
diulang dengan pertanyaan atau tugas yang berbeda. Ini memungkinkan semua siswa
berpartisipasi secara merata.
12. Refleksi: Setelah selesai, guru dan siswa dapat merenungkan pengalaman NHT, apa
yang telah dipelajari, dan bagaimana kolaborasi dapat ditingkatkan di masa depan.
xlii
Tujuan utama NHT adalah membantu siswa memahami materi pelajaran
dengan lebih mendalam. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat berbagi ide,
memecahkan masalah, dan membangun pemahaman yang lebih kuat.
4. Meningkatkan Motivasi Belajar:
Aktivitas dalam NHT sering melibatkan elemen persaingan yang sehat antara
kelompok. Ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk berpartisipasi dan
berusaha dengan baik, karena mereka ingin menjawab dengan benar dan
bersaing dengan kelompok lain.
5. Pendistribusian Peran yang Adil:
NHT memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan untuk mewakili
kelompok dalam penyampaian jawaban. Ini mencegah dominasi satu siswa
dalam kelompok dan mempromosikan keadilan.
6. Penilaian Formatif:
Guru dapat menggunakan NHT sebagai alat penilaian formatif untuk
memantau pemahaman siswa selama pembelajaran. Ini membantu guru dalam
menyesuaikan pengajaran mereka sesuai kebutuhan siswa.
7. Penggunaan Diversifikasi Materi;
Guru dapat menghadirkan berbagai jenis pertanyaan atau tugas dalam NHT
untuk mengakomodasi beragam gaya belajar dan tingkat kemampuan siswa.
8. Peningkatan Keterampilan Berbicara dan Mendengarkan:
NHT membantu meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengarkan
siswa. Mereka harus berkomunikasi dengan baik dalam kelompok untuk
mencapai tujuan mereka.
9. Pembentukan Keterampilan Berpikir Kritis:
Siswa diajak untuk berpikir kritis saat mereka mencari jawaban atau solusi.
Mereka harus mengambil keputusan yang tepat dan membenarkan jawaban
mereka.
10. Pengembangan Kemampuan Penyampaian:
11. Siswa yang dipilih untuk mewakili kelompok harus mengembangkan
kemampuan penyampaian dan berbicara di depan kelas. Ini dapat membantu
mereka dalam mengatasi rasa gugup dan meningkatkan keterampilan berbicara
mereka.
12. Pengembangan Keterampilan Sosial:Siswa belajar berinteraksi dengan baik
dengan teman sekelas mereka, menghormati sudut pandang orang lain, dan
xliii
berkomunikasi secara efektif dalam kelompok.
Tujuan-tujuan ini memberikan landasan bagi NHT sebagai alat yang efektif
dalam mencapai hasil pembelajaran yang positif, mengembangkan keterampilan
sosial, dan mempromosikan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran.
D. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Video dan tutorial
a. Pengertian media pembelajaran video dan tutorial
xliv
merasa kewalahan. Durasi yang ideal dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas
materi, tetapi usahakan agar singkat dan langsung ke inti pembelajaran.
5. Penggunaan Multimedia yang Efektif:Manfaatkan elemen multimedia, seperti gambar
bergerak, ilustrasi, grafik, dan suara, dengan efektif untuk mendukung pemahaman
dan keterlibatan pemirsa. Pastikan elemen-elemen ini mendukung pesan yang ingin
disampaikan.
6. Instruksi Langkah demi Langkah yang Jelas:Prinsip ini menekankan pentingnya
memberikan instruksi langkah demi langkah yang jelas. Sediakan panduan yang
sistematis dan terstruktur agar pemirsa dapat mengikuti dengan mudah.
7. Interaktivitas (Opsional):Untuk meningkatkan keterlibatan, pertimbangkan untuk
menyediakan elemen interaktif dalam video tutorial, seperti pertanyaan yang menguji
pemahaman pemirsa atau pilihan untuk melakukan tindakan tertentu sesuai instruksi.
8. Evaluasi dan Umpan Balik: Setelah pemirsa menyelesaikan tutorial, berikan
kesempatan untuk evaluasi atau umpan balik. Ini dapat berupa pertanyaan, kuis, atau
cara lain untuk memastikan bahwa pemirsa telah memahami materi.
9. Aksesibilitas dan Keterjangkauan:Pastikan video tutorial dapat diakses dengan mudah
oleh target audiens. Perhatikan format video yang umum dan kompatibilitas dengan
berbagai perangkat. Selain itu, pertimbangkan untuk menyediakan opsi terjemahan
atau subjudul untuk audiens yang berbicara dalam bahasa atau memiliki kebutuhan
aksesibilitas khusus.
10. Kualitas Produksi yang Baik:Kualitas produksi video tutorial harus baik. Ini
mencakup aspek-aspek seperti kualitas gambar dan suara, pencahayaan yang tepat,
dan editing yang cermat. Kualitas produksi yang tinggi dapat meningkatkan
profesionalisme dan daya tarik tutorial.
11. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan:Setelah tutorial disampaikan, lakukan evaluasi
untuk mengevaluasi efektivitasnya. Dengan umpan balik dari pemirsa dan hasil
pengukuran, Anda dapat melakukan perbaikan terus-menerus untuk tutorial
berikutnya.
xlv
Berikut adalah langkah-langkah dalam pengembangan media pembelajaran
video tutorial secara lengkap dan terperinci:
xlvi
12. Publikasi dan Distribusi:Setelah video tutorial selesai dan diperbaiki, publikasikan
video tersebut di platform atau kanal yang sesuai, seperti YouTube, platform e-
learning, atau situs web sekolah. Pastikan untuk memberikan deskripsi yang
informatif dan tagar yang sesuai.
13. Promosi (Opsional):Jika diperlukan, promosikan video tutorial untuk meningkatkan
jangkauan dan kesadaran. Bagikan video di media sosial, situs web, atau melalui
email kepada audiens yang relevan.
14. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan:Setelah video tutorial tersedia untuk pemirsa,
pantau kinerjanya. Gunakan umpan balik dan data pengukuran untuk melakukan
perbaikan berkelanjutan pada tutorial yang ada.
15. Dukungan dan Respons:Sediakan saluran komunikasi yang memungkinkan pemirsa
untuk menghubungi Anda dengan pertanyaan atau umpan balik. Tanggapi pertanyaan
atau masukan dengan cepat.
16. Pemeliharaan:Selama tutorial masih relevan, pertimbangkan untuk melakukan
pemeliharaan terhadap video tutorial yang ada jika ada perubahan dalam materi atau
teknologi yang digunakan.
xlvii
4. Konsistensi Pembelajaran: Video tutorial dapat memastikan bahwa setiap pemirsa
menerima instruksi yang konsisten dan sama, menghindari variasi dalam pengajaran.
5. Dukungan Visualisasi: Video tutorial dapat membantu dalam mengilustrasikan konsep
yang sulit atau abstrak melalui visualisasi, animasi, atau demonstrasi.
6. Pemantauan Kemajuan: Di platform pembelajaran daring, pemirsa dapat memantau
kemajuan mereka, menandai materi yang telah diselesaikan, dan mengukur
pemahaman mereka.
7. Pendekatan Mandiri: Tutorial video memungkinkan pemirsa untuk belajar secara
mandiri, yang bisa menjadi pilihan yang baik bagi mereka yang memiliki jadwal yang
padat atau preferensi belajar yang berbeda.
xlviii
Saat menggunakan media pembelajaran video tutorial, penting untuk
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan ini dan mengintegrasikan metode ini
ke dalam strategi pembelajaran yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pembelajaran Anda.
1. Video: Video tutorial berfokus pada unsur visual yang dapat mencakup gambar
bergerak, animasi, demonstrasi, atau kombinasi dari semua itu. Video ini adalah
bagian inti dari media ini yang digunakan untuk mengilustrasikan konsep atau
menunjukkan bagaimana sesuatu dilakukan.
2. Audio: Komponen audio dalam video tutorial mencakup suara, narasi, atau musik
latar. Ini dapat digunakan untuk memberikan penjelasan tambahan, memberikan
instruksi verbal, atau memberikan konteks kepada penonton.
3. Instruksi Langkah demi Langkah: Video tutorial harus menyertakan instruksi yang
sistematis dan terstruktur yang memandu pemirsa melalui langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Teks Pendukung: Beberapa video tutorial mungkin menyertakan teks pendukung
seperti subjudul, teks narasi, atau keterangan yang membantu dalam pemahaman atau
untuk memudahkan pencarian informasi.
5. Ilustrasi dan Grafik: Untuk memberikan penjelasan visual yang lebih baik, video
tutorial sering menggunakan ilustrasi, grafik, atau diagram yang mendukung materi
yang sedang diajarkan.
6. Interaktivitas (Opsional): Beberapa video tutorial dapat memiliki elemen
interaktivitas, seperti pilihan untuk menjawab pertanyaan, berpartisipasi dalam
simulasi, atau melakukan tindakan tertentu sesuai instruksi.
7. Durasi: Video tutorial dapat bervariasi dalam durasinya. Beberapa mungkin hanya
berlangsung beberapa menit, sementara yang lain bisa lebih panjang, tergantung pada
kompleksitas materi yang disajikan.
xlix
1. Mengajarkan Keterampilan: Video tutorial bertujuan untuk mengajarkan keterampilan
praktis atau langkah-langkah dalam melakukan tugas tertentu. Contohnya termasuk
tutorial pemrograman, memasak, atau seni and crafts.
2. Pemahaman Materi: Media ini digunakan untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang konsep atau topik tertentu melalui penjelasan visual.
3. Meningkatkan Keterlibatan: Video tutorial dapat meningkatkan keterlibatan pemirsa
karena elemen visual dan audio yang dinamis, membuatnya lebih menarik daripada
pembelajaran teks biasa.
4. Referensi Cepat: Video tutorial dapat berfungsi sebagai referensi cepat yang dapat
diakses kapan saja pemirsa membutuhkannya untuk menyelesaikan tugas atau
memecahkan masalah.
5. Mempermudah Pembelajaran Mandiri: Video tutorial memungkinkan pembelajaran
mandiri, memungkinkan pengguna untuk belajar dan mengembangkan keterampilan
mereka tanpa bantuan langsung.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
l
Dengan ini dapat disimpulakna bahwa dalam pembelajaran ada banyak media metode
startegi dan model yang dapat meningkatkan pemahaman selaku peserta didik, dengan
adanya banyak jenis ini bisa di pakai model mana yang akan dapat meningkatkan kempuan
sesuai dengan apa yang sanggup dilakukan individu tersebut. Bukan berarti dengan tidak
paham dengan proses pembelajaran yang lain, selaku pelajar malah meninggalkan tugasnya
untuk belajar, maka dari itu tingkatkan lah mind set bahwasanya ada banyak cara agar bisa
menjadi pelajar yang benar-benar bisa melakukan tugasnya sebagai seorang pelajar dengan
baik dengan menerapkan banyaknya model media, strategi dan metode pembelajaran diatas.
li
lii
DAFTAR PUSTAKA
situs web:
https://pkbmmelana.sch.id/2020/07/06/metode-pembelajaran-picture-and-picture-dan-
praktiknya/
https://osf.io/am2ks/download
https://doi.org/10.15294/edukomputika.v4i2.22493
http://repository.radenfatah.ac.id/17513/2/BAB%20II.pdf
https://educhannel.id/blog/artikel/model-pembelajaran-treffinger.html
https://educhannel.id/blog/artikel/model-pembelajaran-snowball-throwing.html
https://www.academia.edu/24204901/Metode_metode_Pembelajaran
liii