2181 - Formatif2-1 2
2181 - Formatif2-1 2
obatukai.com
Pharmacist Learning Partner!
MODUL
FORMATIF 2
Sistem Pernafasan
Sistem Renal & Kemih
Kulit
Onkologi, Imunologi, Nutrisi
Penanganan Gawat Darurat.
www.obatukai.com
SISTEM PERNAFASAN
(5-10%)
OUTLINE :
1. Asma
2. Chronic obstructive pulmonary disease
3. Cough and Cold
4. Rhinitis
ASMA
(Asthma)
Algoritma:
Medikasi Asma:
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas,
terdiri atas pelega dan pengontrol.
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma
terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.
Pelega (Reliever): Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti
mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau
menurunkan hiperesponsif jalan napas.
Termasuk pelega adalah:
a. Agonis beta2 kerja singkat/Short Acting Beta-2 Agonis (Digunakan apabila merasa
akan sesak : salbutamol (Albuterol)
b. Antikolinergik,
c. Aminofillin, dan
d. Adrenalin.
Pengontrol (Controllers): Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk
mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma
terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat
pengontrol :
a. Kortikosteroid inhalasi
Harus ada mekanisme tappring. Apabila digunakan secara inhalasi harus kumur untuk
menghindari jamur di mulut
b. Kortikosteroid sistemik
Harus ada mekanisme tappring
c. Sodium kromoglikat
d. Nedokromil sodium
e. Metilsantin : Sebaiknya digunakan di jam yang sama dan waspada terhadap obat
induser maupun inhibitor enzim (Teofilin)
f. Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
g. Agonis beta-2 kerja lama, oral : Salmeterol, Formoterol
h. Leukotrien modifiers
i. Antihistamin generasi ke dua
Keterangan: obat adrenergik seperti albuterol dan formoterol serta kortikosteroid inhalasi
seperti budesonide menjadi pilihan dalam manajemen asma jangka panjang pada wanita
hamil (Global Initiative for Asthma 2012)
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
(Chronic obstructive pulmonary disease)
Adanya inflamasi kronis yang mengarahkan pada terjadinya destruksi dan limitasi aliran
udara untuk pernafasan.
Prinsip PPOK:
1. kronik bronkitis: sekresi mukus berlebih dengan disertai batuk yang terjadi sekurang-
kurangnya 3 bulan dalam 2 tahun berturut-turut.
2. Emfisema: abnormalitas, pelebaran permanen dari jalur pernafasan hingga terminal
bronkioli, disertai dengan adanya destruksi pada dinding tanpa adanya fibrosis
Patofisiologi singkat:
1. inflamasi kronik menyebabkan destruksi dinding dan limitasi jalur pernafasan
2. inhalasi senyawa penstimulus mediator inflamasi
3. stress oksidatif menyababkan adanya respon pertahanan yang agresif dari paru
Parameter:
– spirometer: menunjukkan FEV postbronkial kurang dari 80%, dan perbandingan rasio
FEV: FVC kurang dari 70%
– Gas dalam Arteri; partial pressure of O2 [PaO2] 45–60 mm Hg, partial pressure of CO2
[PaCO2] 50–60 mm Hg
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran pernapasan.
Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang saluran pernapasan,
otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkan benda tersebut.
Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas (misalnya batuk-pilek,
flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran pernapasan.
Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap bersih.
Ada dua jenis batuk yaitu batuk berdahak dan batuk kering.
a. Batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang
tenggorokan.
b. Batuk kering adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak.
Obat batuk dibagi menjadi 2 yaitu
a. ekspektoran (pengencer dahak) untuk Mengencerkan lendir saluran napas Contoh:
Gliseril guaikolat dan bromheksin
b. antitusif (penekan batuk) contohnya Dekstrometorfan Hbr dan Difenhidramin HCl
Sumber: Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
RI 2007
RHINITIS
Rinitis adalah inflamasi pada lapisan dalam hidung yang dikarakterisasi dengan adanya
gejala-gejala nasal seperti rinore anterior atau posterior, bersin-bersin, hidung tersumbat,
dan/atau hidung gatal.
Sumber: Nguyen P Tran, John Vickery, Michael S Blaiss. 2011. Management of Rhinitis:
Allergic and Non-Allergic. Allergy Asthma Immunol Res. 2011 July;3(3):148-156.
SISTEM RENAL DAN SALURAN KEMIH
(5-8%)
OUTLINE:
1. Acute Renal Failure
2. Chronic Renal Failure
3. Drug Enhance Renal Disease
4. Benign Prostate Gyperthrophy (BPH)
5. Kontrasepsi
6. Gangguan Menstruasi
Stage GGA :
Tatalaksana preventif:
1. Asam askorbat dan N-asetil sistein keduanya berperan untuk menjadi antioksidan
dan mencegah Contrast induced Nephropaty
2. Hidrasi yang cukup
3. Sodium bikarbonat, salin infus.
Tatalaksana kuratif:
1. Manajemen kardiak output, tekanan darah, perfusi jaringan.
2. Hemodialisis interminten
3. Hemofiltrasi
4. Mannitol – monitoring urin output, serum elektrolit (osmolaritas)
5. Loop diuretic: furosemide / torsemide)
6. Diuretik hemat kalium: spironolakton
Tatalaksana:
Mekanisme kerja:
Golongan Contoh Obat Mekanisme Keterangan
Penurun faktor Prazosin, Alfa adrenergik antagonis di Dilakukan titrasi dosis untuk
dinamis Terazosin, jaringan stromal prostat meminimalisir efek samping
Doxazosin ortostatik hipotensi
Tamsulosin, Alfa adrenergik antagonis di Interaksi: menurunkan
silodosin prostat metabolisme dari diltiazem,
ranitidin, meningkatkan
metabolisme dari
karbamazepin, fenitoin.
Tadalafil (cialis) Relaksasi otot prostat, kandung
kemih, dan uretra, (vasodilatasi)
Penurun faktor Finasteride Blocks 5α-reductase enzyme Kategori X untuk ibu hamil
statik Dutasteride Blocks dihydrotestosterone
Flutamide Blokade pituitari mensekresikan
LH
Megestrol acetate, Blokade pituitari mensekresikan
Goserelin LH dan blokade reseptor
androgen
antikolinergik Oxybutinin, α-adrenergic antagonists
tolterodine
Agen Darifenacin, Antikolinergik selektif Digunakan jika
Uroselektif solifenacin antikolinergik non selektif
memberikan efek samping
yang tidak bisa di toleransi
KONTRASEPSI
Kondisi Khusus
Menstruasi Normal:
Siklus : 21-35 hari (28±7 hari)
Lama haid : 2-6 hari (4±2 hari)
Banyak darah : 20-60 mL (40±20 mL)
Source:
American family physician
KULIT
(3-5%)
OUTLINE:
1. Dermatologic Drug Reaction and Self-Treatable Skin Disorder (Dermatitis,
Cutaneous drug reaction, hyper pigmentation)
2. Acne Vulgaris
DERMATITIS
Jenis Definisi Tatalaksana
Contact Inflamasi yang disebabkan oleh kalamin lotio,
Dermatitis iritasi/alergi. larutan burow (aluminum asetat),
Iritasi: Biasanya disebabkan oleh topikal kortikosteroid,
paparan senyawa organik yang generasi pertama antihistamin,
menyebabkan adanya reaksi waktu moisturizers.
beberapa jam setelah paparan
Alergi: terdapat stimulasi terhadap
respon imun
Diaper Inflamasi di lokasi genital Zinc Oksida,
Dermatitis Imidazole,
Topikal Kortikosteroid
Atopic Karena genetik, lingkungan maupun Lubrikan/moisturizers,
Dermatitis mekanisme imun. oral histamin,
Biasanya disebabkan adanya topikal kortikosteroid (betametason
pelepasan proinflamasi sitokin dari valerate, betametason dipropionat,
keratinosit. clobetason propionat),
topikal imunomodulator
(tacrolimus),
oral/sistemik (kortikosteroid,
siklosporin, interferon, metotreksat,
biologic modifiers).
HIPERPIGMENTASI
Definisi Penyebab Tatalaksana
Muncul Bercak Hitam karena a. Paparan Sinar Vitamin C dan asam kojik. (kandungan
penumpukan melanin. Matahari vitamin C dan asam kojik mampu
Contoh: b. Penggunaan menghambat enzim tirosinase yang
a. Obat yang menyebabkan Obat – berperan di dalam pembentukan
peningkatan melanin Obatan misal melanin kulit gelap)
KB
b. Paparan Langsung c. Penyakit Chemical peeling (KI untuk pasien
senyawa (Perak, merkuri, Endokrin, melasma)
tetrasiklin, antimalaria addison. Penggunaan pelembab mengandung
dan fluorourasil. retinol (regenerasi sel kulit)
ACNE VULGARIS
(Jerawat)
TATALAKSANA
ONKOLOGI, IMUNOLOGI, NUTRISI, GAVVAT DARURAT,
VAKSIN DAN PRODUK BIOLOGI
(8-10%)
OUTLINE:
1. Cancer Treatment and Chemotheraphy
2. Assessment of nutritionstate and nutrition requirements
3. Anemia
4. Coagulation disorder
5. Allergic and Pseudo allergic
6. Poisoning
3. Antibodi monoklonal:
Mengikat antigen spesifik dari kanker dan memberikan respon imun untuk membunuh
sel. (contoh transtuzumab, rituximab)
4. Terapi endokrin
Untuk kanker yang terkait dengan perubahan hormonal seksual (contoh; antiestrogen
untuk kanker payudara)
5. Gen terapi
Kanker yang disebabkan oleh adanya perubahan susunan genetik, dapat di terapi dengan
mentransfer material genetik yang normal untuk membentuk selular fenotif normal yang
permanen
Cancer Diagnosis and Treatment: An Overview for the General Practitioner
Josephine Emole University of Texas Health Center at Houston, Houston, Texas, USA
http://nt.cancer.org.au/content/about_cancer/factsheets/cancer-an-overview-april-2014.pdf
ASSESSMENT OF NUTRITIONSTATE AND NUTRITION REQUIREMENTS
Malnutrisi konsekuensi dari ketidak seimbangan nutrisi berkaitan dengan intake, absorpsi,
dan pemakaian.
Tatalaksana:
Dibagi menjadi 4 fase:
1. stabilisasi; asupan nutrisi cukup, pencegahan dan atasi hipoglikemia, hipotermia,
dehidrasi
2. transisi; atasi gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi, perbaiki kekurangan zat gizi
(belum termasuk besi)
3. rehabilitasi; perbaiki kekurangan zat gizi (sudah termasuk besi), pemberian nutrisi
untuk tubuh kejar
4. tindak lanjut; nutrisi untuk tumbuh kembang
Warning!
1. Fe tidak boleh diberikan pada fase stabilisasi
2. Jangan meberikan cairan intravena kecuali syok/dehidrasi berat
3. Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi
4. Jangan berikan diuretik pada pasien kwashiorkor
ANEMIA
Klasifikasi Anemia:
Klasifikasi Definisi
Sel lebih besar daripada ukuran normal
Makrositik Berkaitan dengan defisiensi b12 dan asam folat. Asam folat dan b12
berperan dalam proses maturasi sel darah merah.
Sel lebih kecil dari normal
Mikrositik Berkaitan dengan defisiensi besi.
Besi bereperan dalam proses produksi sel darah merah.
Normositik Berkaitan dengan kehilangan jumlah darah dalam jumlah yang
banyak atau penyakit kronis.
Jenis Hemofilia:
1. Hemofilia A (kekurangan faktor VIII): tatalaksana berikan konsentrat faktor VIII setiap
12 jam/transfusi kriopresipitat
2. Hemofilia B (kekurangan faktor IX): tatalaksana berikan konsentrat faktor IX setiap
24 jam/transfusi kriopresipitat
TATALAKSANA:
Kondisi Tatalaksana
Anafilaksis - Monitoring parameter vital
- Berikan epinefrin (adult: 0.01 [mg] mL/kg up to a maximum of 0.2–
0.5 [mg]). (children: 0.01 [mg] mL/kg up to a maximum dose of 0.3
[mg] mL)
- Berikan Oksigen 8-10L/min
- Antihistamin Difenhidramin (adults 25–50 mg; children 1 mg/kg, up
to 50 mg)
- Ranitidin (50 mg in adults and 12.5 to 50 mg (1 mg/kg) in children)
- hidrokortison (prednison untuk kasus sedang) dapat diberikan per 6
jam.
Anafilaksis disertai hipotensi IV cairan elektrolit, koloid, dopamine (vasopressor).
Resisten epinefrin Beta agonis (albuterol) 2-6 puffs.
Desensitisasi Tappering up zat obat suspek alergen
JENIS IMMUNOGLOBULIN dan FUNGSINYA
More Info:
Instagram: obatukai | Line: @obat.id
email: obatukai@gmail.com
obatukai.com
www.obatukai.com