Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA PADA ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS DI YAYASAN ANANDA MUTIARA INDONESIA

Dosen Pengampu
Siti Kamilatus Saidah S.Psi, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh
Muhammad syafirul A`lam (11030122124)
Aida Fithrotha Kamilah (11030122118)
M. Salman Alfarisi H. (11030122125)
Amalia Hanatatadiah (11010122005)
Nawal Thalib ( 11030122128)
Hakimah (11050122183)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
2023
1. Biodata Subjek

Nama : Mahesa mardiansyah Muhammad


Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 7 desember 2011
Usia : 11 tahun 10 bulan
Diagnosa : Spectrum Autisme

2. Kriteria Diagnosis
Gejala kelainan yang dialami mahesa sudah dirasakan ibunya saat mengandung,
ibu mahesa sering mengalami pendarahan selama proses kehamilan, pada saat mahesa
lahir dia tidak langsung menanggis, mahesa baru menanggis beberapa menit setelah
kelahirannya. Saat mahesa berusia empat bulan dia pernah terjatuh dari atas kursi,
sehingga mengakibatkan dia demam tinggi serta muncul benjolan dikepalannya. Usia
sembilan bulan mahesa tidak mengalami proses merangkak akan tetapi dia merayap.
Dia juga baru berjalan saat usia sembilan belas bulan.
Saat mahesa berusia satu tahun tiba-tiba muncul dua benjolan dikepalanya, dia
juga suka dengan benda-benda yang berputar. Pada mahesa berusia dua tahun dokter
mendiagnosa dia terkena spektrum autis. Pada usia tiga tahun mulai muncul keanehan,
mahesa tidak menghiraukan ketika dipanggil serta sering berlari dan berputar-putar.
Mahesa juga mengalami keterlambatan berbicara serta mengalami keterlambatan
dibidang akademik. Hasil tes IQ mahesa 40 (rendah), mahesa juga sering tiba-tiba
mengalami tantrum, saat dipegang dia juga takut serta menghindar, Akan tetapi mahesa
memiliki minat khusus dalam bidang seni yaitu melukis serta minat dalam bermain
virtual games. Secara lebih sederhana gejala autisme yang dialami mahesa adalah
sebagai berikut:
1. Masalah dalam berkomunikasi
2. Keterbatasan dalam interaksi sosial
3. Perilaku repetitif
4. Sensitivitas sensorik
5. Minat yang terbatas
6. Keterlambatan dalam perkembangan motorik

3. Sejarah psikologis
Sebelum menjalani program kehamilan sepasang suami istri ini melakukan test
Darah lengkap setelah hasil keluar ternyata sepasang suami ini menbawa carrier
pembawa Autisme. Itu disebabkan karena ada kemiripan dalam DNA, dan ada beberapa
penyebab lain yaitu pola makan yang tidak sehat, saat muda sepasang suami istri ini
juga suka minum, minuman bersoda, pola tidur yang tidak teratur, dan ibunya hamil
saat berusia 30 tahun.
Sebelum hamil mahesa, ibunya pernah mengalami keguguran. Setelah 3 bulan,
ibunya mengandung lagi, tetapi dalam kondisi lemah dan kurang baik. Ibunya sering
mengalami pendarahan Ketika menaiki anak tangga sehingga dari bulan pertama
hingga akhir itu sering terjadi. Ibunya konsultasi kedokter, dokter mengira kalau ibunya
mengalami preeklamsia yaitu ari-ari di bawah, itu lah penyebab ibunya sering
mengalami pendarahan.
Setelah 9 bulan 10 hari Mahesa lahir di Rs. Sumitro, Alhamdulillahnya mahesa
lahir dengan normal. Saat lahir mahesa tidak menangis setelah di pukul oleh dokter
baru ia menangis. Saat Usia 4 bulan mahesa terjatuh dari kursi sekitar 25cm hingga
tergelundung, saat itu ia sedang dirawat neneknya, karena ibunya sedang merawat
ayahnya yang sakit. Setelah jatuh mahesa demam tinggi selama 15 hari dan timbul
benjolan lumayan besar di kepalanya. Hingga di bawa kerumah sakit, ternyata di rumah
sakit itu di kasih anti biotik yang lumayan tinggi, sehingga ibunya membawa paksa
keluar dan dipindahkan kerumah sakit lain.

4. Intervensi
Sejauh ini tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan ibu mahesa terhadap
mahesa sudah sesuai. Beliau berkali-kali memindahkan mahesa ke tempat terapi mulai
dari rumah sakit di Surabaya hingga Sidoarjo tetapi tidak menemukan tempat yang
sesuai hingga pada akhirnya beliau menemukan satu tempat terapi yang didalamnya
terdapat terapi unggulan dari Jerman yakni terapi biomedis. Tindakan yang perlu
dilakukan oleh ibu mahesa adalah mengurangi penggunaan gadget karena mahesa
sudah berada dalam tahap kecanduan meskipun dengan gadget kemampuan berbahasa
mahesa meningkat, dia sering menggunakan kosa kata bahasa asing dalam berbicara.
Mungkin yang bisa dilakukan adalah dengan mengalihkan ke kegiatan yang lebih
bermanfaat, seperti bermain untuk melatih serta meningkatkan kemampuan sensorik
dan motorik ataupun mengajak mahesa melakukan kegiatan sehari-sehari guna
meningkatkan lifeskill. Berikut merupakan beberapa terapi untuk anak yang mengalami
autisme yang sudah dilakukan oleh ibu mahesa :
1. Terapi wicara
Penyandang autisme biasanya akan mengalami kesulitan dalam berbicara, mereka akan
sulit mengutarakan kemauannya dan mengalami kesulitan memahami orang lain.
Apalagi mahesa pernah berada di SLB yang berisi anak-anak yang mengalami tuna
wicara sehingga perilaku mahesa terpengaruh karena menirukan lingkungan sekitarnya,
dia sering berteriak, menendang, menyerang, serta membenturkan kepalanya ke
tembok. Terapi wicara dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk bernyanyi atau
meningkatkan artikulasi bicara dengan melatih otot bibir atau wajah menggunakan
cermin.
2. Terapi okupasi
Mayoritas anak yang mengalami autisme akan mengalami perkembangan motoric yang
lambat. Oleh karena itu terapi okupasi penting untuk dilakukan karena terapi ini
berkaitan dengan pembentukan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan sehari-
hari. Anak autis juga mengalami hipersensivitas terhadap cahaya, suara, dan sentuhan
dengan terapi ini masalah tersebut dapat teratasi.
3. Terapi sensori
Selain mengalami hipersensivitas terhadap cahaya, suara, dan sentuhan anak autis
biasanya mengalami penurunan kemampuan sensorik. Oleh karena itu terapi ini perlu
untuk dilakukan. Kemampuan sensorik yang bisa diajarkan yakni suara, bau, sentuhan,
gerakan, rasa, dan penglihatan.
4. Terapi biomedis
Merupakan terapi yang paling unggul, terapi ini banyak dilakukan untuk anak
penyandang autis karena menurut penelitian yang dilakukan dalam tubuh anak autis
terdapat gangguan metabolism yang mempengaruhi system saraf pusat. Didalam terapi
ini juga termasuk penggunaan obat-obatan. Dokter biasannya akan menentukan diet
khusus yang sesuai, suplemen dan perawatan alternatif lain. Saat menjalani terapi ini
mahesa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dia yang awalnya tidak suka
disentuh bahkan bisa sangat marah saat dirinya disentuh sekarang mengalami
perubahan dia sudah mau saat dirinya disentuh bahkan dipegang.

Anda mungkin juga menyukai