Anda di halaman 1dari 11

Nama: Aryo Dwi Haryanto

Osyama AlMuji

In The Beginning

Awalnya, teori-teori psikologi mengkategorikan perilaku sebagai gejala penyakit atau kelainan,
dengan terapis yang bertugas menggali wawasan diri melalui terapi bicara. Namun, pada tahun
1960-an, muncul pendekatan behavioris yang melihat perilaku sebagai hasil dari interaksi
antara individu, perilaku, dan lingkungan. Pendekatan baru ini tidak menganggap perilaku
menyimpang sebagai tanda penyakit dan menggeser fokusnya pada tindakan nyata untuk
mengubah perilaku. Perubahan ini juga melibatkan pergeseran dalam agen perubahan, di mana
tidak hanya profesional kesehatan mental yang terlibat, tetapi juga guru, teman sebaya, dan role
model yang memiliki pengalaman mengatasi masalah perilaku. Penelitian tentang fobia
menunjukkan bahwa kedua pendekatan ini sama efektifnya. Albert Bandura kemudian
mengajukan Teori Self-Efficacy pada tahun 1970-an, yang menjadi mekanisme pemersatu di
balik keberhasilan kedua pendekatan ini. Teori Self-Efficacy menyoroti pentingnya keyakinan
individu terhadap kemampuan mereka untuk mengubah perilaku mereka.

Theory Concept

Konsep efikasi diri, yaitu keyakinan individu terhadap kemampuan diri sendiri untuk mencapai
tujuan. Konsep ini berasal dari Teori Kognitif Sosial dan menyatakan bahwa orang hanya akan
mencoba hal-hal yang mereka percaya dapat mereka capai. Orang dengan efikasi diri yang kuat
melihat tantangan sebagai peluang untuk tumbuh, sementara mereka yang meragukan
kemampuan mereka cenderung menghindari tugas sulit dan cepat menyerah di hadapan
kesulitan. Orang dengan efikasi diri yang tinggi cenderung menetapkan tujuan menantang dan
mempertahankan komitmen kuat terhadap mereka, sementara orang dengan efikasi diri yang
rendah cenderung menghindari tugas sulit dan mudah menyerah. Persepsi efikasi diri yang kuat
dapat mengurangi stres dan risiko depresi, sementara efikasi diri yang rendah dapat
meningkatkan stres dan risiko depresi.
Theory Constructs

Teori efikasi diri mengajukan konsep bahwa keyakinan individu terhadap kemampuan diri
dipengaruhi oleh empat faktor utama. Pertama, pengalaman penguasaan, yang merujuk pada
pengalaman nyata yang memungkinkan individu mengembangkan kepercayaan diri melalui
pencapaian dan keberhasilan sebelumnya. Kedua, pengalaman perwakilan, yaitu melihat orang
lain yang serupa berhasil mencapai tujuan yang serupa, yang dapat meningkatkan keyakinan
diri seseorang. Ketiga, verbal persuasi, yang melibatkan kata-kata pujian, dorongan, atau
dukungan dari orang lain yang dapat memperkuat keyakinan diri individu. Terakhir, keadaan
somatik dan emosional, yang mencakup pengaruh kondisi fisik dan emosional individu
terhadap keyakinan mereka terhadap kemampuan diri. Dengan memahami dan mengelola
faktor-faktor ini, seseorang dapat membangun dan mempertahankan efikasi diri yang tinggi,
yang pada gilirannya memungkinkan mereka mengatasi tantangan dan mencapai tujuan mereka
dengan lebih percaya diri. (Bandura, 1994, 1997; Pajares, 2002).

Chapter 2 Article: The feasibility of an intervention combining self-efficacy theory and


Wii Fit exergames in assisted living residents: A pilot study

A. Introduction

Pentingnya program latihan efektif dalam meningkatkan fleksibilitas, kekuatan kaki,


dan keseimbangan, serta mengurangi risiko jatuh bagi warga yang tinggal di fasilitas
bantuan (ALF). Meskipun ALF tidak diwajibkan untuk menyediakan program latihan
khusus, statistik menunjukkan bahwa sejumlah penghuni ALF mengalami kejadian
jatuh. Kejadian ini seringkali membuat mereka menghindari aktivitas fisik, yang pada
gilirannya mengurangi kekuatan otot dan kontrol postural. Untuk mengatasi masalah
ini, penggunaan teknologi terkini, seperti permainan video interaktif seperti Nintendo
Wii, telah diusulkan sebagai solusi. Permainan ini dapat meningkatkan fungsi fisik,
termasuk keseimbangan, mobilitas, kekuatan, dan fleksibilitas, sambil membuat
latihan menjadi lebih menyenangkan dan memotivasi orang dewasa lebih tua untuk
berolahraga. Teori efikasi diri juga dianggap penting, di mana keyakinan individu
terhadap kemampuannya untuk berolahraga memainkan peran kunci dalam partisipasi
dan ketekunan dalam program latihan. Namun, masih diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk menilai keamanan, efektivitas, dan penerimaan program-program ini,
terutama dalam populasi lansia yang tinggal di ALF. Studi yang mencoba
mengintegrasikan teori efikasi diri dengan program latihan menggunakan permainan
Wii Fit bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan dan dampak program tersebut
terhadap fungsi fisik, tingkat kepercayaan diri, dan persepsi manfaat olahraga bagi
warga ALF.

B. Methodology

Studi ini menggunakan desain single-group pre-post dengan melibatkan peserta dari
sebuah fasilitas bantuan (ALF) di pinggiran kota Buffalo, NY. Peserta yang berusia 65
tahun ke atas, mampu bergerak dengan atau tanpa bantuan, serta stabil secara medis,
direkrut untuk mengikuti program latihan selama 8 minggu. Program ini, disebut
Program Tetap Aktif, Penuaan Sehat (SAHA), melibatkan pendidikan kesehatan dan
latihan berbasis efikasi diri menggunakan permainan Wii Fit exergames. Pendekatan
motivasional digunakan, termasuk penguasaan aktif, pengalaman perwakilan, persuasi
verbal, dan umpan balik emosional atau fisik, dengan peserta didorong untuk bekerja
berpasangan dalam sesi latihan. Program latihan mencakup latihan aerobik, kekuatan,
keseimbangan, dan yoga, dengan peserta diberi fleksibilitas dalam latihan mereka.
Program ini diawasi oleh peneliti dan dilakukan dua kali seminggu selama 8 minggu,
dengan setiap sesi berlangsung sekitar 30 menit per individu. Latihan berbasis Wii Fit
ini dirancang untuk meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi takut terjatuh, dengan
penyesuaian waktu dan jenis latihan sesuai dengan toleransi fisik dan kemajuan
masing-masing peserta. Pendekatan ini mencakup juga pendidikan kesehatan yang
didasarkan pada informasi tentang latihan dan aktivitas fisik untuk orang dewasa
lanjut usia. Studi ini disetujui oleh Dewan Peninjau Kelembagaan Sains Universitas di
Buffalo, Universitas Negeri New York. Total 7 peserta (2 laki-laki dan 5 perempuan)
berpartisipasi dalam studi ini, dengan rata-rata usia peserta 86 tahun. Peserta telah
berhasil menyelesaikan program ini, menunjukkan keberhasilan dari program latihan
tersebut.

C. Measures

Studi ini mengevaluasi program latihan SAHA (Program Tetap Aktif, Penuaan Sehat)
menggunakan permainan Wii Fit exergames di fasilitas bantuan (ALF). Penilaian
mencakup penerimaan, keamanan, dan kemanjuran program. Pengalaman penggunaan
exergames dievaluasi melalui kuesioner sebelum dan setelah program. Keselamatan
diukur dengan memantau efek samping dan tanda klinis selama latihan, sementara
keseimbangan dinilai dengan menggunakan Berg Balance Scale (BBS-14) dan uji
Timed Up and Go (TUG). Fungsi fisik dievaluasi dengan uji berjalan enam menit
(6MWT). Takut terjatuh dinilai dengan menggunakan Falls Efficacy Scale (FES),
sedangkan faktor mediator untuk penghuni, seperti efikasi diri dalam berolahraga dan
harapan hasil dari olahraga, diukur melalui Self-efficacy for Exercise Scale (SEE) dan
Outcome Expectations for Exercise Scale (OEE). Analisis data menggunakan uji
peringkat bertanda Wilcoxon dan perangkat lunak statistik SPSS versi 19.0. Ukuran
efek dihitung berdasarkan rekomendasi Cohen. Penelitian ini mendemonstrasikan
pendekatan komprehensif untuk mengevaluasi dampak dan penerimaan program
latihan menggunakan exergames pada populasi lansia di ALF.

D. Results Acceptability

Setelah berpartisipasi dalam program latihan menggunakan Wii exergames selama 8


minggu, peserta melaporkan perubahan positif dalam persepsi mereka terhadap
penggunaan permainan Wii sebagai alat latihan. Sebelum intervensi, mereka tidak
mempertimbangkan Wii sebagai alat latihan, tetapi setelah program selesai, mereka
menyatakan bahwa menggunakan Wii exergames merupakan pengalaman yang
menyenangkan. Beberapa peserta bahkan menyatakan minat mereka untuk terus
menggunakan permainan Wii dan merekomendasikannya kepada orang lain. Peserta
juga melaporkan bahwa berbagi pengalaman latihan dengan mitra latihan mereka
telah mempererat hubungan mereka. Dalam hal keamanan, semua peserta mampu
menyelesaikan sesi latihan tanpa mengalami cedera atau jatuh. Meskipun ada
beberapa tantangan, seperti sesak napas pada peserta dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), peserta dengan diagnosis stroke dan/atau penyakit Parkinson berhasil
menyelesaikan sesi latihan dalam waktu yang ditentukan. Dalam hal efikasi, program
ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam skor keseimbangan aktif peserta
setelah intervensi. Meskipun tidak ada perbedaan signifikan dalam beberapa
pengukuran hasil lainnya, ada tren yang menunjukkan peningkatan dalam mobilitas
dan jarak berjalan kaki, serta kepercayaan diri dalam melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa takut terjatuh. Meskipun skor efikasi diri untuk berolahraga dan ekspektasi hasil
tetap sebanding sebelum dan sesudah intervensi, hasil program ini menunjukkan
dampak positif pada fungsi fisik dan keyakinan peserta dalam aktivitas sehari-hari
mereka.
E. Discussion

Studi ini menyelidiki penggunaan Wii exergames sebagai metode olahraga bagi orang
dewasa yang lebih tua, terutama mereka yang tinggal di fasilitas bantuan hidup
mandiri (ALF). Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan Wii exergames dapat
memotivasi orang dewasa yang lebih tua untuk terus berolahraga, sambil memberikan
pengalaman yang menyenangkan. Program ini meningkatkan keseimbangan peserta,
meskipun tidak secara signifikan, serta menunjukkan tren peningkatan dalam
mobilitas dan kepercayaan diri dalam aktivitas sehari-hari. Meskipun hasil dari skala
efikasi diri untuk berolahraga dan ekspektasi hasil tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan, sebagian besar peserta menyatakan peningkatan dalam keseimbangan dan
mobilitas mereka setelah program ini. Namun, sejumlah peserta menghadapi
hambatan, seperti nyeri atau rasa lelah, yang mempengaruhi kepercayaan diri mereka
dalam melakukan olahraga. Penggunaan Wii exergames memberikan pengalaman
visual dan audio yang menarik, meskipun beberapa peserta mengalami frustrasi
karena umpan balik negatif dalam permainan. Meskipun demikian, hasil studi ini
mendukung potensi penggunaan Wii exergames dalam meningkatkan fungsi fisik dan
kepercayaan diri orang dewasa yang lebih tua, terutama mereka yang tinggal di
fasilitas ALF. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai apakah
penerapan teori efikasi diri dapat efektif meningkatkan kepercayaan diri orang dewasa
yang lebih tua untuk berolahraga menggunakan permainan Wii.

F. Limitations

Studi percontohan ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, menggunakan sampel


kecil dan desain yang tidak terkontrol membatasi generalisasi temuan. Kedua, post-
test hanya dilakukan 1 minggu setelah program latihan 8 minggu, sehingga
pengukuran pada 6 dan 12 bulan kemudian mungkin lebih baik untuk menilai efek
jangka panjang dari intervensi ini. Ketiga, peserta yang berpartisipasi mungkin sudah
lebih aktif secara fisik di fasilitas tersebut, sehingga hasilnya bisa mencerminkan
tingkat kepercayaan diri dan aktivitas yang lebih tinggi. Warga yang kurang aktif atau
memiliki kondisi nyeri atau cacat lainnya mungkin mendapatkan manfaat fisik dan
psikososial yang lebih besar, dengan kemungkinan perbaikan yang lebih besar dalam
partisipasi mereka dalam permainan Wii exergames.
G. Implications

Mempromosikan aktivitas fisik bagi warga ALF memerlukan dukungan berkelanjutan


dari teman, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan di fasilitas tersebut. Perawat
dan staf pendukung di ALF memiliki peran penting dalam mendukung lansia
berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Perawat yang memiliki spesialisasi di bidang
gerontologi dapat membantu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program-
program ini. Karena sumber daya terbatas, perawat praktik tingkat lanjut dapat
bekerja dengan disiplin lain dan staf pendukung untuk memfasilitasi latihan.
Mengorganisir kelompok dengan pemimpin kegiatan terlatih dalam aktivitas mungkin
membuat program Wii exergames lebih mudah diterapkan secara klinis. Rekomendasi
untuk penelitian masa depan termasuk menguji program Wii exergames dengan
sampel yang lebih besar di populasi ini dan menyelidiki efek jangka panjang dari
program latihan Wii, serta mempertimbangkan variasi pilihan permainan dalam
program tersebut.

H. Conclusion

Penelitian menunjukkan bahwa mengintegrasikan teori efikasi diri dalam permainan


Wii Fit merupakan pendekatan yang diterima, aman, dan efektif untuk meningkatkan
fungsi fisik serta mengurangi rasa takut terjatuh pada penduduk ALF. Hasil ini
memberikan dukungan untuk penerapan teori efikasi diri dalam exergames, yang
dapat meningkatkan kepercayaan diri warga ALF untuk terus berolahraga dan
merasakan manfaat dari aktivitas tersebut, memberikan motivasi bagi orang lanjut
usia untuk tetap aktif.

THEORY IN ACTION—ARTICLE QUESTIONS

1. Bagaimana olahraga biasanya diatasi di fasilitas perawatan terbantu? Di fasilitas


perawatan terbantu, kegiatan olahraga sering kali diatur sebagai bagian dari program
kebugaran untuk penghuni. Ini bisa mencakup latihan ringan, yoga, berjalan, atau
kegiatan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kesehatan penghuni.
2. Mengapa ini merupakan masalah? Penting untuk menjaga penghuni fasilitas
perawatan terbantu tetap aktif secara fisik untuk menjaga kesehatan jasmani dan
mental mereka. Kurangnya olahraga atau aktivitas fisik dapat menyebabkan
penurunan kebugaran, mobilitas terbatas, dan peningkatan risiko jatuh.
3. Bagaimana masalah ini diatasi dalam artikel? Tanpa akses langsung ke artikel
yang dimaksud, sulit memberikan jawaban spesifik. Namun, dalam penelitian atau
artikel yang mendiskusikan masalah ini, mungkin dilakukan intervensi berbasis
latihan dan program kebugaran khusus untuk penghuni fasilitas perawatan terbantu.
4. Bagaimana konstruk Teori Efikasi Diri digunakan untuk memandu
pengembangan intervensi? Teori Efikasi Diri dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan program latihan yang dirancang untuk meningkatkan keyakinan diri
penghuni fasilitas perawatan terbantu dalam melakukan olahraga. Intervensi ini
mungkin mencakup metode untuk meningkatkan keyakinan diri, memberikan
dukungan sosial, dan mengatasi hambatan psikologis yang mungkin menghambat
partisipasi olahraga.
5. Bagaimana perbandingannya dengan ide-ide yang Anda kembangkan sebelum
membaca artikel? Tanpa mengetahui detail ide yang Anda kembangkan sebelum
membaca artikel, sulit untuk membandingkannya dengan informasi dalam artikel
tersebut.
6. Seberapa efektif intervensi dalam meningkatkan kepercayaan diri berolahraga,
ketakutan akan jatuh, dan keseimbangan? Informasi spesifik tentang efektivitas
intervensi tersebut tidak tersedia tanpa referensi langsung ke artikel atau penelitian
yang Anda maksudkan.
7. Apa yang bisa dilakukan dengan berbeda? Tidak memiliki informasi tentang
intervensi spesifik yang dibahas dalam artikel, sulit untuk memberikan saran tentang
apa yang bisa dilakukan dengan berbeda. Namun, dalam konteks umum,
meningkatkan aksesibilitas, menyediakan dukungan sosial, dan memahami kebutuhan
individu penghuni fasilitas perawatan terbantu dapat menjadi langkah-langkah penting
dalam meningkatkan partisipasi mereka dalam kegiatan olahraga.
Chapter References

ebook EB 2017 – introduction to health behavior theory.pdf

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of

behavioral change. Psychological Review, 84 (2), 191–

215.

Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachandran (Ed.),

Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71–81). New

York, NY: Academic Press. (Reprinted from Encyclopedia

of mental health, by H. Friedman, Ed., 1998, San Diego,

CA: Academic Press)

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New

York, NY: Freeman.

Bandura, A. (2004). Swimming against the mainstream: The

early years from chilly tributary to transformative

mainstream. Behavior Research and Therapy, 42, 613–

630.

Bandura, A., & Adams, N. (1977). Analysis of self-efficacy

theory of behavior change. Cognitive Therapy and

Research, 1 (4), 287–310.

Brown, L. J., Malouff, J. M., & Schutte, N. S. (2005). The

effectiveness of a self-efficacy intervention for helping


adolescents cope with sport-competition loss. Journal of

Sport Behavior, 28 (2), 136–150.

Cheal, B., & Clemson, L. (2001). Older people enhancing selfefficacy in fall-risk
situations. Australian Occupational

Therapy Journal, 48, 80–91.

Froman, R. D., & Owen, S. V. (1989). Infant care self-efficacy.

Scholarly Inquiry for Nursing Practice: An International

Journal, 3 (3), 199–210.

Froman, R. D., & Owen, S. V. (1990). Mothers’ and nurses’

perceptions of infant care skills. Research in Nursing and

Health, 13, 247–253.

Gross, D., Rocissano, L., & Roncoli, M. (1989). Maternal

confidence during toddlerhood: Comparing preterm and

full-term groups. Research in Nursing and Health, 18 (6),

489–499.

Heidari, E., Andiappan, M., Banerjee, A. & Newton, J. T.

(2017). The oral health of individuals with dental phobia. A

multivariate analysis of the Adult Dental Survey, 2009.

British Dental Journal, 222, 595–604.

doi:10.1038/sj.bdj.2017.361

Jackson, D. (2010). How personal trainers can use self-efficacy

theory to enhance exercise behavior in beginning


exercisers. Strength and Conditioning Journal, 32 (3), 67–

71.

Maliski, S. L., Clerkin, B., & Litwin, M. S. (2004). Describing a

nurse case manager intervention to empower low-income

men with prostate cancer. Oncology Nursing Forum, 31

(1), 57–63.

Pajares, F. (2002). Overview of social cognitive theory and of

self-efficacy. Retrieved March 15, 2013, from

http://www.uky.edu/~eushe2/Pajares/eff.html

Pohjola, V., Rekola, A., Kunttu, K., & Virtanen, J. I. (2016).

Association between dental fear and oral health habits and

treatment need among university students in Finland: a

national study. BMC Oral Health, 16 (26).

doi:10.1186/s12903-016-0179-y

Raj, A., & Kumar, K. (2010). Optimizing parent coaches’ ability

to facilitate mastery experiences of parents of children with

autism. International Journal of Psychosocial

Rehabilitation, 14 (2), 4–14.

Rowe, M. M., & Moore, T. A. (1998). Self-report measures of

dental fear: Gender difference. American Journal of Health

Behavior, 22 (4), 243–247.


Stegmann, K., Pilz, F., Siebeck, M., & Fischer, F. (2012).

Vicarious learning during simulations: Is it more effective

than hands-on training. Medical Education, 46 (10), 1001–

1008. doi:10.111/j.1365-2923.2012.04344.x

Tripp, M. K., Herrmann, N. B., Parcel, G. S., Chamberlain, R.

M., & Gritz, E. R. (2000). Sun protection is fun! A skin

cancer prevention program for pre-schools. Journal of

School Health, 70 (10), 395–401.

Anda mungkin juga menyukai