Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL KEGIATAN PEMBELAJARAN KEGIATAN

MKWK
”Alternatif Bahan Pokok Dengan Jamur Tiram”

Dosen Fasilitator : Dr.Irwan Nasution,MHI


Mentor : Aqil Zahrian Abila
KELOMPOK 2

Ketua : Putra Jaya 230304079 Bahasa Indonesia 2


Pendidikan Pancasila 29
Pendidikan agama buddha 2
Pendidikan kewarganegaraan 7

Sekretaris : Nazzaura Kayla 230705075 Bahasa Indonesia 7


Audrey Pendidikan Pancasila 5
Anggota
Ellen Manthovani 200406073 Pendidikan Pancasila 39
Nitamy Trisya Arieza 200406194 Pendidikan Pancasila 29
Irfan Aziz 230200079 Bahasa Indonesia 28
Pendidikan Agama Islam 22
Pendidikan Kewarganegaraan
Muhammad Rizky Maulana HSB 230301225 Pendidikan Pancasila 4
Pendidikan Agama islam 10
Jeri Efrananda Ginting 230306043 Pendidikan Agama
Kristen Protestan 4
Pendidikan Kewarganegaraan 1
Marchel Mayman Anugrah Mendrofah 230403069 Bahasa Indonesia 47
Pendidikan Pancasila 18
Pendidikan Agama Kristen 10
Pendidikan Kewarganegaraan 5
Devi Martauli Pakpahan 230501011 Bahasa Indonesia 59
Pendidikan Pancasila 7
Nadiya Mawaddah 230501130 Bahasa Indonesia 55
Pendidikan Pancasila 58

i
M Farhan Ramadhan 230503228 Bahasa Indonesia 18
Pendidikan Pancasila 51
Fadhillah Puri 230704020 Bahasa Indonesia 39
Pendidikan Pancasila 55
Helen Indah Br.Siagian 230707044 Bahasa Indonesia 48
Pendidikan Pancasila 53
Muhammad Abiyyu 230801005 Pendidikan Agama Islam 28
Pendidikan Kewarganegaraan 19
Ilham Arifin 230803030 Pendidikan Agama islam 6
Pendidikan Kewarganegaraan 16
Sori Tua Munthe 230906091 Pendidikan Agama Islam 23
Pendidikan Kewarganegaraa 3
Menaysha Mehulika 231001026 Bahasa Indonesia 24
Pendidikan Pancasila 3
Pendidikan Agama Islam 5
Pendidikan Kewarganegaraan 6
Savanah Felma 231301195 Bahasa Indonesia 12
Pendidikan Pancasila 58
Fajar Prawira Pasaribu 220503020 Bahasa Indonesia 38
Pendidikan Pancasila 22

MATA KULIAH WAJIB KURIKULUM


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2023

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Alternatif Bahan Pokok Dengan Jamur Tiram


Bidang Kegiatan : Pemeliharaan
Mentor : Aqil Zahriyan Abila
NIM : 220503002
Jurusan/Prodi : Akuntansi

Ketua Pelaksanaan : Putra Jaya


NIM : 230304079
Jurusan/Prodi : Agribisnis

Menyetujui

Mentor Fasillitator

Aqil Zahriyan Abila Dr.Irwan Nasution,MHI


NIM 220503002 NIDN 2009098804

Mengetahui

Ketua Kelompok Sekretaris

Putra Jaya Nazzaura Kayla Audrey


NIM.23 NIM.230705075

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Alternatif bahan pokok dengan jamir tiram” yang dibuat oleh kelompok
2 dengan tema proyek tanpa kelaparan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana jamur tiram
bisa dijadikan sebagai pengganti makanan pokok buat masyarakat sekitar.
Pada kesempatan ini, kami hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun materil sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada bapak
Dr.Irwan Nasution,MHI sebagai dosen pengampu juga kepada Aqil Zahriyan
Abila selaku mentor dalam proposal penelitian ini. Dan terima kasih juga untuk
media informasi yang membantu kami dalam melengkapi proposal penelitian ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin,
kami menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian
ini. Akhir kata, kami berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Medan,7
Oktober 2023

Kelompok 82
Tanpa
Kelaparan

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................iv


DAFTAR ISI .........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Lokasi Kegiatan / Proyek .................................................................... 3
1.4 Tujuan ................................................................................................. 3
1.5 Mekanisme dan Rancangan ................................................................ 4
1.6 Sumber Daya yang Diperlukan ........................................................... 5
1.7 Jadwal Pelaksanaan ............................................................................. 6
BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ..........................7
2.1 Kerangka Teori.......................................................................................... 7
2.2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 8
2.2.1 Defenisi Kelaparan ................................................................................. 8
2.2.2 Pengukuran Tingkat Kelaparan .............................................................. 9
2.2.3 Hubungan Antara Kelaparan dengan Kemiskinan ............................... 10
2.2.4 Solusi Kelaparan dengan Kemiskinan .................................................. 12
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI ...........................................22
3.1 Pendekaatan............................................................................................. 22
3.2 Metedologi .............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................25

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelaparan dan kemiskinan saling berhubungan. Pada tahun 2000,
masyarakat internasional mengangkat dari Tujuan Pembangunan
Milenium (MDGs) bahwa komponen pertama adalah untuk mengurangi
separuh populasi penduduk miskin yang hidup dengan satu dollar sehari
dan mengurangi penduduk yang menderita kelaparan. Setelah masing-
masing diukur, hal itu meninjau kemajuan ekonomi yang dicapai hingga
saat ini. Kelaparan, komponen kedua dari MDGs, yaitu disaat kekurangan
makanan memerlukan makanan yang cukup dari segi kuantitas, kualitas,
dan keragaman makanan. Efeknya berhubungan erat dengan hasil
kesehatan. Dampak dari kelaparan adalah kehilangan energi, apatis,
meningkat kerentanan terhadap penyakit, kekurangan dalam status gizi,
kecacatan, dan kematian. Meskipun kelaparan sebagian didorong oleh
kemiskinan, ada faktor lain yang berhubungan dengan akses ke kesehatan
dan pendidikan dan juga faktor penting lainnya adalah malnutrisi. Lebih
dari 50 persen penduduk Negara berkembang yang kelaparan hidup di
pertanian dan peternakan kecil yang terhubung ke ekonomi pedesaan.
Sehingga pertumbuhan pertanian memiliki peran penting untuk
mengurangi kelaparan dan kemiskinan yang melalui pengembangan
pertanian (Braun, Hills and Pandya-Larch, 2009: 5).Kelaparan sangat
berhubungan erat dengan kemiskinan, orang yang miskin umumnya akan
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk dalam
pemenuhan kebutuhan dasar. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Tanziha, Syarif, Kusharto, Hardinsyah, dan Sukandar (2005) yang
mendapat kesimpulan bahwa determinan utama terjadinya kelaparan
adalah kemiskinan dan jika jumlah penduduk miskin bertambah maka

1
jumlah penduduk yang mengalami kelaparan pun akan bertambah.
Pendapatan perkapita turut berpengaruh pada tingkat kelaparan. Penduduk
dengan pendapatan perkapita yang rendah seringkali tidak memiliki
cadangan pangan dan sangat rentan terhadap perubahan ekonomi.
Pendapatan perkapita yang terbatas akan memengaruhi daya beli terhadap
kebutuhan pangan. Daya beli yang rendah akan mengakibatkan
ketersediaan makanan pada rumah tangga pun menurun dan meningkatkan
peluang terjadinya kejadian kelaparan (Mutiara & Tanziha, 2009).
Pengeluaran makanan menggambarkan konsumsi dan kemampuan suatu
rumah tangga dalam penyediaan/pemenuhan kebutuhan makanan.
Makanan akan menjadi prioritas utama yang akan dipenuhi oleh rumah
tangga sebagai cara untuk bertahan hidup. Semakin rendah pengeluaran
makanan dari sebuah rumah tangga maka akan semakin besar peluang
rumah tangga tersebut untuk mengalami kelaparan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Tanziha, Syarif, Kusharto, Hardinsyah, dan Sukanda (2005)
yang menyatakan adanya hubungan negatif yang signifikan antara
pengeluaran pangan dan kelaparan. Hamzah (2012) menyatakan bahwa
meningkatnya harga-harga pangan merupakan salah satu faktor utama
terjadinya kelaparan. Peningkatan harga pangan dapat menjadi salah satu
faktor penghambat akses masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pangannya yang akan berdampak pada meningkatnya kejadian kelaparan.
Sen (1981) dalam Sukarniati (2013) melakukan pengamatan terhadap
masyarakat Afrika dan India. Sen menyimpulkan bahwa masalah
kelaparan dan ketahanan pangan bukan hanya sekedar masalah produksi
pangan, tetapi juga merupakan masalah ketiadaan akses atas pangan
tersebut. Hal ini terlihat secara nyata pada kondisi beberapa daerah di
Afrika dan India yang secara umum memiliki produksi pangan yang
banyak tetapi masyarakatnya tidak mampu membeli dan mengalami
kelaparan.Setiap tahun permintaan jamur tiram meningkat 10% baik untuk
kebutuhan hotel, restoran, vegetarian dan lain sebagainya (Kalsum, dkk..
2011). Produksi Jamur tiram masih rendah karena permintaan konsumen
cukup tinggi (Karisman, 2015). Untuk itu kita harus meningkatkan lagi

2
produksi jamur tiram putih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dengan budidaya
rumah jamur dan olahannya dapat lebih meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan menambah income masyarakat setempat. Metode yang
digunakan dalam kegiatan ini sesuai dengan diskusi tim abdi masyarakat
dengan Kepala Desa adalah:Pemberian Materi tentang budidaya jamur
tiram dan olahannya;Diskusi tentang berbagai masalah dan
solusinya;Manajemen Usaha dan Pemasaran Produk; Simulasi dan
evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah


yang dapat diambil adalah:
1. Bagaimana upaya kita dalam mengubah jamur menjadi
makanan yang bergizi dan berkelanjutan?
2. Apa penyebab terjadinya kelaparan di masyarakat sekitar?
3. Mengapa di zaman sekarang masih terjadi kekurangan dalam
hal makanan bergizi?

1.3 Lokasi Kegiatan/Proyek

Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu Sentosa lama kelurahan


Sei kera hulu kecamatan Medan perjuangan ,Medan

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum


Adapun tujuan umum dilaksanakannya kegiatan ini antara lain :
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan

3
mengikuti kegiatan-kegiatan di lapangan
secara luas.
b. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan
aplikasinya, permasalahan yang dihadapi serta cara penanganannya
secara langsung apabila timbul masalah di lapangan.
c. Dengan melakukan kegiatan ini di lapangan secara langsung
maka dapat menjadi bekal untuk kedepannya
1.4.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dilaksanakannya kegiatan ini antara
lain :
a. Mengatasi Kelaparan di daerah
b. Mengetahui cara budidaya jamur, khususnya Jamur Tiram.
c. Dapat melakukan kegiatan budidaya Jamur Tiram secara langsung.
d. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mengenai budidaya
Jamur Tiram.

1.5 Mekanisme Dan Rancangan

Adapun mekanisme dan rancangan dalam pembuatan proposal


ini yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan diskusi pemilihan kepengurusan (Ketua,Wakil Ketua,


Sekretaris,Wakil Sekretaris dan Bendahara) melalui media zoom.
2. Melakukan diskusi dalam menentukan judul proposal dan
melakukan pembagianmateri kepada anggota kelompok secara
merata.
3. Menentukan lokasi penelitian.
4. Meminta izin untuk melakukan penelitian kepada pihak yang
bersangkutan.
5. Menyiapkan materi untuk penelitian.
6. Melakukan sosialisasi ke Sentosa lama kelurahan Sei kera hulu kecamatan
Medan perjuangan ,Medan

4
7. Memberikan sosialisasi kepada siswa mengenai perundungan.
8. Melakukan dokumentasi penelitian.
9. Penyelesaian proposal atau hasil akhir.
10. Laporan.

1.6 Sumber Daya Yang Diperlukan

No Jenis Sumber Daya Kuantitas Estimasi Biaya


1 Sumber Daya Manusia (Seluruh
anggota kelompok 2 kehidupan 19 orang -
sehat dan Sejahtera)
2 Kamera (Alat untuk dokumentasi) 1 kamera -
1 tripod
3 Percetakan hardcopy laporan 1 rangkap Rp.20.000
Kegiatan
4 Metode Spanduk Rp.70.000
Bibit jamur Rp.380.000
Bagok Rp.32.000

5 Biaya yang tidak terduga - Rp.100.000


6 Cendramata Kue 1 kotak Rp.75.000
Aqua 1 kardus Rp.35.000
total Rp.712.000

5
1.7 Jadwal Pelaksanaan

No. Tahap dan Tanggal Kegiatan Pelaksanaan Proyek


1 Pembentukan kelompok (3 Oktober 2023 – 8 Oktober 2023)
2 Perkenalan dan pemilihan ketua kelompok
(9 Oktober 2023 – 15 Oktober 2023)
3 Penentuan judul dan lokasi proyek (16 Oktober 2023)
4 Pembutan proposal (17 Oktober 2023 – 20 Oktober 2023)
5 Revisi proyek (21 Oktober 2023)
6 Pengerjaan proyek (29 Oktober – selesai)
7 Pengeditan proyek (-)
8 Pelaporan proyek (-)

6
BAB 2

KERANGKA TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangaka teori

- Menjelaskan pentingnya masalah kelaparan di berbagai wilayah dunia.


- Menyebutkan kontribusi jamur sebagai sumber protein dan gizi yang
berpotensi untuk mengatasi kelaparan.

- Mengidentifikasi tujuan utama dari penelitian ini, yaitu mengembangkan


budidaya jamur sebagai solusi untuk mengatasi kelaparan.

- Mendiskusikan manfaat gizi dari jamur dan kemampuannya untuk tumbuh


di berbagai kondisi lingkungan.
- Menyajikan penelitian terdahulu yang telah dilakukan dalam bidang
budidaya jamur dan dampaknya terhadap masalah kelaparan.

- Menjelaskan metode budidaya jamur yang akan digunakan, seperti


pemilihan jenis jamur, media tanam, teknik pengendalian lingkungan, dan
teknik pemeliharaan.
- Menyebutkan alat dan peralatan yang dibutuhkan dalam budidaya jamur.

- Membahas hasil yang diharapkan dari budidaya jamur, termasuk jumlah


produksi jamur, kualitas gizi, dan dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan pangan.

- Menjelaskan bagaimana budidaya jamur dapat mempengaruhi kehidupan


masyarakat setempat, seperti peningkatan pendapatan dan pangan yang lebih
terjangkau.

- Merangkum temuan utama dari penelitian ini dan implikasinya terhadap


upaya mengatasi kelaparan.
- Membahas keberlanjutan budidaya jamur sebagai solusi jangka panjang

7
2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Defenisi Kelaparan

Menurut Lenhart (1989) dalam Tanziha (2012) kelaparan adalah kondisi


kurangnya konsumsi pangan Kronik atau kondisi dimana seseorang
tidak/belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsinya. Tanziha (2012)
Juga berpendapat bahwa secara oprasional kelaparan merupakan
keadaan dimana seseorang tidak mampu Untuk memenuhi 70 persen
kebutuhan energinya yang berdampak pada menurunnya berat badan.
Pria dewasa Membutuhkan rata-rata sekitar 2.500 kilokalori sehari,
sementara wanita dewasa membutuhkan sekitar 2.000 Kilokalori.
Dengan menggunakan cut off poin pemenuhan konsumsi energi yang
kurang dari 70 persen, maka minimal energi yang harus dipenuhi
seseorang agar tidak mengalami kelaparan adalah 1400 hingga 1750
kkal/kapita/hari. Kelaparan merupakan ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan energi (secara rata-rata sepanjang tahun) untuk hidup sehat,
produktif dan mempertahankan berat badan sehat (FAO 2003).
Dari beberapa definisi yang terkait maka dapat disimpulkan bahwa
Kelaparan adalah suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan
makanan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun
tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Kelaparan adalah bentuk
ekstrem dari nafsu makan normal. Istilah ini umumnya digunakan untuk
merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok
orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama,
biasanya karena kemiskinan, konflik politik, maupun kekeringan cuaca.
Kelaparan juga didefinisikan sebagai kondisi hasil dari kurangnya
konsumsi pangan kronik Dalam jangka panjang, kelaparan kronis
berakibat buruk pada derajat kesehatan masyarakat dan menyebabkan
tingginya pengeluaran masyarakat untuk kesehatan.

8
2.2.2 Pengukuran tingkat kelaparan

Pengukuran kelaparan secara kualitatif pada hakekatnya mengukur


persepsi kelaparan dari individu yang mengalami kelaparan. Ukuran
kelaparan kualitatif dibuat dengan maksud menyederhanakan proses
pengukuran kelaparan, sehingga pelaksanaan pemantauan kelaparan
dapat dilaksanakan dengan lebih mudah, cepat dan murah. Di Indonesia
ukuran kelaparan kualitatif yang dikembangkan lebih ditekankan pada
perubahan frekuensi makan, porsi makan dan penurunan berat badan,
yang dikembangkan melalui tujuh item pertanyaan yang menunjukkan
adanya kelaparan individu pada suatu rumah tangga. Pertanyaan tersebut
menilai persepsi responden (setiap individu di rumah tangga) terhadap
kelaparan yang dialami individu tersebut dalam dua bulan terakhir.
Berdasarkan ukuran kualitatif tersebut, menunjukkan ada 132 orang
responden (9.8%) mengalami kelaparan dan sisanya 1219 orang (90.2%)
tidak mengalami kelaparan.
Berdasarkan hasil analisis baik di desa dan di kota (53.3%) contoh
mengikuti satu organisasi. Pada rumah tangga lapar dan tidak lapar
{53.3%) contoh mengikuti hanya satu organisasi. Baik di desa maupun
di kota {57.5%) contoh berperan sebagai anggota dalam organisasi.
Rumah tangga lapar dan tidak lapar (57.5%) hanya berperan sebagai
anggota. Keterlibatan masyarakat dalam organisasi baik di desa maupun
di kota berkurang (45.8%). Baik rumah tangga lapar dan tidak lapar
keterlibatan masyarakat dalam organisasi berkurang sebesar (45.8%).
Lebih dari setengah contoh (65%) di desa dan di kota aktif dalam
memberikan bantuan kepada masyarakat. Rumah tangga lapar dan tidak
lapar (65%) aktif dalam memberikan bantuan kepada masyarakat. Baik
di desa dan kota (53.3%) contoh mencurahkan waktunya kurang dari 10
jam per bulan. Baik rumah tangga lapar dan tidak lapar (53.3%) contoh
mencurahkan waktunya kurang dari 10 jam per bulan. Sebagian besar
contoh baik dari desa dan kota (79.2%) meminta bantuan kepada
tetangga. Baik rumah tangga lapar dan tidak lapar (79.2%) meminta
bantuan kepada tetangga. Dalam membuat APBdes baik dari desa dan

9
kota sangat rendah, secara keseluruhan yang pernah ikut berpartisipasi.
Pada rumah tangga lapar dan tidak lapar, yang ikut berpartisipasi dalam
membuat APBdes walaupun hanya satu kali adalah sebanyak (4.2%).
Pada rumah tangga lapar dan tidak lapar persentase contoh yang tidak
keberatan bertetangga dengan tetangga yang berbeda suku sebanyak
{72% dan 61.1 %). Pada rumah tangga lapar dan tidak lapar, sebagian
besar contoh {56% dan 64.2%) menyatakan tidak keberatan memiliki
tetangga rumah tangga manula. Untuk tipe tetangga rumah tangga
miskin, secara keseluruhan sebagian besar contoh menyatakan tidak
keberatan. Baik di desa dan kota, rumah tangga lapar dan tidak lapar
(60%) menyatakan bahwa tidak ada organisasi atau perusahaan yang
membantu di wilayah tempat tinggal mereka. Partisipasi contoh dalam
kegiatan bantuan perusahaan secara umum sangat rendah baik di desa
dan kota, maupun pada rumah tangga lapar dan tidak Ia par. Secara
keseluruhan baik di desa dan kota, sebanyak {57.5%) contoh
menyatakan bahwa pemerintah memberikan pelayanan yang lebih baik
dibandingkan dengan organisasi atau perusahaan lain. Pada rumah
tangga lapar dan tidak lapar secara keseluruhan, sebanyak {48.3%)
menyatakan bahwa pemerintah lebih mampu memberikan bantuan
kepada masyarakat dibandingkan dengan organisasi atau perusahaan
lain.

2.2.3 Hubungan Antara Kelaparan dan Kemiskinan

Kelaparan dan kemiskinan saling berhubungan. Pada tahun 2000,


masyarakat internasional mengangkat dari Tujuan Pembangunan
Milenium (MDGs) bahwa komponen pertama adalah untuk mengurangi
separuh populasi penduduk miskin yang hidup dengan satu dollar sehari
dan mengurangi penduduk yang menderita kelaparan. Setelah masing-
masing diukur, hal itu meninjau kemajuan ekonomi yang dicapai hingga
saat ini. Kelaparan, komponen kedua dari MDGs, yaitu disaat kekurangan
makanan memerlukan makanan yang cukup dari segi kuantitas, kualitas,

10
dan keragaman makanan, Dampak dari kelaparan adalah kehilangan
energi, apatis, meningkat kerentanan terhadap penyakit, kekurangan
dalam status gizi, kecacatan, dan kematian.
Meskipun kelaparan sebagian didorong oleh kemiskinan, ada faktor lain
yang berhubungan dengan akses ke kesehatan dan pendidikan dan juga
faktor penting lainnya adalah malnutrisi. Lebih dari 50 persen penduduk
Negara berkembang yang kelaparan hidup di pertanian dan peternakan
kecil yang terhubung ke ekonomi pedesaan. Sehingga pertumbuhan
pertanian memiliki peran penting untuk mengurangi kelaparan dan
kemiskinan yang melalui pengembangan pertanian. FAO (Food and
Agriculture Organization) adalah organisasi internasional di bawah
naungan PBB. Yang berfokuskan kepada pangan dan pertanian sudah
membantu banyak Negara yang mengalami kelaparan. FAO menyadari
tidak setiap orang mempunyai kemudahan untuk memperoleh pangan
yang dibutuhkan, dan hal ini akan mengarah pada kelaparan dan
kekurangan gizi dalam skala besar di dunia. Hampir 800 juta penduduk
dunia sekarang ini kekurangan pangan secara kronis dan tidak mampu
mendapatkan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi
minimum mereka. Kurang lebih 200 juta anak-anak berusia di bawah lima
tahun (balita) menderita kekurangan gizi kronis atau akut pada saat musim
kekurangan pangan, musim kelaparan dan kerusuhan sosial, angka ini
terus meningkat.
Indonesia termasuk dalam Negara berkembang dengan tingkat kelaparan
yang rendah. FAO mencatat dengan peta kelaparannya, untuk Negara
Indonesia di tahun 2012 sampai 2014 Indonesia stabil di angka 8,7 persen.
Kelaparan yang masih terjadi di Indonesia masih menjadi tugas untuk
pemerintah, karena akses menuju ke wilayah yang terkena kelaparan
cukuplah rumit. Seperti provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan
provinsi di Indonesia yang berada di belahan selatan Indonesia dengan
wilayah mayoritas perbukitan dan gunung serta iklimnya semi-arid
(lahan kering).

11
2.2.4 Solusi Kelaparan Dengan Jamur Tiram

Permasalahan kelaparan dunia semakin menjadi perhatian dalam


beberapa tahun terakhir. Seiring dengan pertumbuhan populasi global,
permintaan akan sumber daya pangan juga meningkat secara signifikan.
Dalam hal ini, jamur telah muncul sebagai solusi potensial untuk
mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi. Di antara berbagai jenis
jamur, jamur tiram (Pleurotus spp.) mendapat perhatian karena nilai
gizinya yang tinggi dan laju pertumbuhannya yang cepat. Tinjauan
literatur ini bertujuan untuk memberikan gambaran penelitian terkini
tentang jamur tiram sebagai sumber pangan berkelanjutan dan terjangkau
untuk memerangi kelaparan. Kelaparan adalah masalah global yang
mendesak dan mempengaruhi jutaan orang setiap hari. Ini adalah keadaan
kekurangan pangan yang ekstrim, yang mengakibatkan malnutrisi dan
kelaparan. Penyebab kelaparan bermacam-macam dan berbeda-beda di
berbagai wilayah. Di negara-negara berkembang, kemiskinan, kurangnya
akses terhadap sumber daya, dan ketidakstabilan politik merupakan
penyebab utama masalah ini. Di negara-negara maju, faktor-faktor seperti
pengangguran, upah rendah, dan kekurangan pangan memperburuk
masalah ini. Kelaparan tidak hanya mempunyai dampak langsung
terhadap kesehatan namun juga mempunyai dampak jangka panjang
terhadap pembangunan sosial dan ekonomi. Upaya untuk mengatasi
masalah ini memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan
intervensi pemerintah, praktik pertanian berkelanjutan, dan keterlibatan
masyarakat. Solusi untuk mengatasi kelaparan harus berkelanjutan agar
dapat secara efektif memerangi masalah mendesak ini. Seiring dengan
pertumbuhan populasi global, permintaan akan pangan meningkat,
sehingga penting untuk menemukan solusi yang mampu memenuhi
kebutuhan pangan dalam jangka panjang. Solusi berkelanjutan tidak
hanya memastikan bahwa kebutuhan pangan mendesak terpenuhi namun
juga mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial dari metode yang
digunakan. Dengan mempromosikan pertanian berkelanjutan,
menerapkan sistem distribusi pangan yang efisien dan adil, dan mendidik

12
masyarakat tentang nutrisi yang tepat, kita dapat mengatasi kelaparan
dengan cara yang mendukung kesejahteraan generasi mendatang.

1. Menggali Potensi Jamur Tiram Sebagai Solusi Mengatasi Kelaparan

Ketika populasi global terus meningkat, tantangan untuk menyediakan


makanan yang cukup bagi semua orang juga meningkat. Kelaparan dan
malnutrisi masih menjadi masalah yang terus-menerus terjadi, khususnya
di negara-negara berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat
peningkatan minat untuk mengeksplorasi sumber pangan alternatif yang
dapat mengurangi kelaparan dan menjamin keamanan pangan. Salah satu
solusi potensial tersebut adalah jamur tiram. Jamur tiram merupakan salah
satu jenis jamur pangan yang dapat dibudidayakan pada berbagai substrat
organik. Tanaman ini memiliki nilai gizi yang tinggi dan dapat ditanam di
lahan kecil dengan sumber daya yang terbatas, menjadikannya solusi yang
menjanjikan untuk memerangi kelaparan dan kekurangan gizi.

Selain itu, jamur tiram terbukti menjadi solusi potensial untuk mengatasi
kelaparan dan malnutrisi di berbagai belahan dunia. Jamur ini tidak hanya
bergizi tinggi tetapi juga mudah dibudidayakan, menjadikannya pilihan
yang menjanjikan untuk produksi pangan. Jamur tiram kaya akan protein,
vitamin, dan mineral, termasuk zat besi, kalsium, dan potasium. Selain
itu, buah ini mengandung serat makanan dan antioksidan tingkat tinggi,
yang penting untuk menjaga pola makan yang sehat. Dengan berbagai
khasiatnya yang bermanfaat, jamur tiram berpotensi mengurangi
kelaparan dan meningkatkan tingkat gizi secara global.

2. Sekilas Mengenai Jamur Tiram

Jamur tiram, yang secara ilmiah dikenal sebagai Pleurotus ostreatus,


adalah salah satu jamur paling populer yang dapat dimakan di seluruh
dunia. Mereka termasuk dalam kingdom Fungi dan filum Basidiomycota.

13
Jamur tiram mempunyai ciri khas penampilannya yang unik, menyerupai
tiram atau kipas, dengan tutup lebar dan batang pendek atau tidak ada
sama sekali. Jamur ini biasanya berwarna putih atau abu-abu, namun
variasi warna dapat diamati, mulai dari kuning hingga ungu. Jamur tiram
banyak dibudidayakan karena keserbagunaan kulinernya, rasa yang
ringan, dan nilai gizi yang tinggi. Mereka kaya akan asam amino esensial,
vitamin, dan mineral, menjadikannya tambahan yang berharga untuk diet
seimbang.

3. Deksripsi Ciri-Ciri Jamur Tiram

Jamur tiram, yang secara ilmiah dikenal sebagai Pleurotus ostreatus,


adalah varietas jamur populer yang banyak dibudidayakan karena
karakteristik uniknya. Jamur ini memiliki tutup berbentuk kipas yang
warnanya bervariasi dari putih, kuning, hingga coklat keabu-abuan.
Dagingnya keras dan rasanya agak pedas. Jamur tiram tumbuh
berkelompok dan sporanya berwarna putih. Mereka memiliki umur
simpan yang pendek dan paling baik dikonsumsi saat segar. Jamur tiram
serbaguna dan dapat dimasak dengan berbagai cara, menjadikannya bahan
yang banyak dicari di banyak masakan.

4. Nilai Gizi Jamur Tiram

Jamur tiram tidak hanya populer karena rasa dan potensi kulinernya, tetapi
juga karena profil nutrisinya yang mengesankan. Jamur ini rendah kalori
dan lemak, menjadikannya tambahan yang bagus untuk diet sehat. Mereka
juga merupakan sumber protein, serat, vitamin, dan mineral yang baik.
Jamur tiram sangat kaya akan potasium, zat besi, dan seng, yang
merupakan nutrisi penting untuk kesehatan dan kesejahteraan secara
keseluruhan. Selain itu, buah ini mengandung senyawa seperti
ergothioneine dan polisakarida, yang memiliki sifat antioksidan dan
meningkatkan kekebalan tubuh. Secara keseluruhan, memasukkan jamur

14
tiram ke dalam pola makan seseorang dapat memberikan banyak manfaat
kesehatan.

5. Cara Budidaya dan Kemudahan Budidaya Jamur Tiram

Budidaya jamur tiram relatif sederhana dan dapat dilakukan dengan


berbagai cara. Salah satu pendekatan yang umum adalah menanamnya di
atas jerami, yang merupakan substrat yang hemat biaya dan tersedia
secara luas. Metode budidaya lainnya termasuk menggunakan serbuk
gergaji atau produk sampingan pertanian seperti tongkol jagung atau
sekam biji kapas. Jamur tiram memiliki daya adaptasi yang tinggi dan
dapat tumbuh subur pada berbagai suhu dan tingkat kelembapan. Selain
itu, mereka memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, biasanya memakan
waktu sekitar 2-3 bulan dari pemijahan hingga panen. Secara keseluruhan,
kemudahan menanam jamur tiram menjadikannya pilihan yang menarik
bagi petani skala kecil atau individu yang mencari sumber pangan
berkelanjutan.

Selain itu, penelitian telah menunjukkan potensi jamur tiram (Pleurotus


ostreatus) sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi kelaparan dan
kekurangan gizi. Jamur tiram diketahui tinggi protein, rendah kolesterol,
serta kaya vitamin dan mineral. Profil nutrisi ini menjadikan mereka
kandidat ideal untuk mengatasi kelangkaan pangan di daerah miskin.
Selain itu, jamur tiram dapat dibudidayakan dengan mudah menggunakan
metode sederhana dan hemat biaya sehingga mudah diakses oleh petani
skala kecil. Pada akhirnya, budidaya dan konsumsi jamur tiram dapat
memainkan peran penting dalam mengurangi kelaparan dan
meningkatkan gizi di seluruh dunia.

15
6. Jamur Tiram Sebagai Sumber Pangan

Selain itu, jamur tiram semakin mendapat perhatian sebagai sumber


pangan potensial karena nilai gizinya. Penelitian telah mengungkapkan
bahwa jamur tiram merupakan sumber serat, protein, vitamin, dan mineral
yang sangat baik, menjadikannya tambahan yang berharga untuk diet
seimbang. Faktanya, mereka mengandung semua asam amino esensial
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, menjadikannya pengganti daging
yang cocok dalam pola makan vegetarian dan vegan. Selain itu, jamur
tiram diketahui memiliki sifat antioksidan yang dapat membantu
mengurangi risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.
Oleh karena itu, memasukkan jamur tiram ke dalam makanan kita tidak
hanya dapat mengurangi rasa lapar tetapi juga meningkatkan kesehatan
kita secara keseluruhan.

7. Ketersediaan dan Aksesibilitas Jamur Tiram

Selain itu, ketersediaan dan aksesibilitas jamur tiram berperan penting


dalam mengatasi masalah kelaparan. Jamur tiram banyak dibudidayakan
dan mudah ditanam baik di dalam maupun di luar ruangan. Jamur ini
memiliki siklus pertumbuhan yang lebih pendek dibandingkan spesies
jamur lainnya, menjadikannya pilihan yang tepat bagi individu atau
komunitas yang ingin menghasilkan makanan dengan cepat. Selain itu,
jamur tiram memiliki potensi hasil yang tinggi, sehingga memungkinkan
produksi makanan bergizi dalam jumlah yang lebih besar di area yang
lebih kecil. Aksesibilitas dan karakteristik pertumbuhan yang
menguntungkan menjadikan jamur tiram sebagai solusi yang menjanjikan
untuk mengatasi kelaparan.

8. Potensi untuk Menyediakan Sumber Protein dan Nutrisi yang Berkelanjutan

Potensi manfaat lain dari jamur tiram adalah potensinya sebagai sumber

16
protein dan nutrisi yang berkelanjutan. Jamur tiram dikenal kaya akan
protein, vitamin, dan mineral, menjadikannya tambahan yang berharga
untuk diet apa pun. Dengan meningkatnya populasi global dan
meningkatnya kekhawatiran terhadap ketahanan pangan, menemukan
sumber protein dan nutrisi yang berkelanjutan sangatlah penting. Jamur
tiram dapat ditanam dengan relatif mudah dan cepat, dengan sumber daya
yang minimal. Hal ini menjadikan mereka solusi yang menjanjikan untuk
mengatasi masalah kelaparan dan kekurangan gizi. Meskipun jamur tiram
menawarkan segudang manfaat nutrisi, penting untuk membandingkan
harga dan nilai gizinya dengan sumber makanan lain. Dari segi harga,
jamur tiram cenderung lebih terjangkau dibandingkan sumber protein
hewani tertentu seperti daging dan ikan. Namun jika dibandingkan dengan
sumber protein nabati lainnya seperti kacang-kacangan dan kacang-
kacangan, harga jamur tiram mungkin relatif lebih mahal. Dari segi nilai
gizi, jamur tiram rendah kalori dan lemak, namun kaya akan protein,
vitamin, dan mineral. Selain itu, komposisi unik jamur tiram menyediakan
beberapa senyawa bioaktif dan antioksidan yang berkontribusi terhadap
kesehatan dan pencegahan penyakit secara keseluruhan. Oleh karena itu,
meskipun potensi biayanya lebih tinggi, kepadatan nutrisi yang tinggi
pada jamur tiram menjadikannya sebagai tambahan yang berharga untuk
makanan apa pun.

9. Jamur Tiram Sebagai Solusi Mengatasi Kelaparan

Apalagi jamur tiram terbukti menjadi solusi efektif mengatasi masalah


kelaparan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zhang dkk. (2016)
menemukan bahwa jamur tiram merupakan spesies dengan produktivitas
tinggi dan cepat matang, sehingga menjadikannya sumber pangan
potensial bagi masyarakat yang menghadapi kelangkaan pangan.
Kemampuannya tumbuh pada berbagai jenis limbah pertanian, seperti
jerami dan serbuk gergaji, juga menjadikannya pilihan yang berkelanjutan
dan berbiaya rendah untuk mengolah makanan bergizi. Selain itu, jamur

17
tiram kaya akan protein, vitamin, dan mineral, menjadikannya sumber
nutrisi yang berharga untuk memerangi malnutrisi.

Dalam sebuah studi kasus yang dilakukan di Bangladesh, jamur tiram


berhasil digunakan untuk memerangi kelaparan dan meningkatkan
ketahanan pangan di masyarakat miskin. Penelitian ini melibatkan
pelatihan petani lokal mengenai teknik budidaya jamur dan memberikan
mereka bibit jamur tiram. Para petani ini berhasil menanam jamur tiram
dengan menggunakan produk samping pertanian yang tersedia secara
lokal sebagai substrat. Jamur yang dipanen tidak hanya menyediakan
sumber makanan bergizi tetapi juga menciptakan peluang pendapatan
bagi para petani. Kisah sukses ini menunjukkan potensi jamur tiram dalam
mengentaskan kelaparan dan kemiskinan di wilayah yang terbatas sumber
dayanya.

10. Potensi Proyek Budidaya Jamur Berbasis Masyarakat

Selain itu, proyek budidaya jamur berbasis masyarakat mempunyai


potensi untuk mengatasi kerawanan pangan dan berkontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan. Dengan pelatihan dan dukungan yang tepat,
masyarakat lokal dapat belajar membudidayakan jamur sebagai sumber
nutrisi dan pendapatan. Proyek-proyek ini tidak hanya menyediakan
sumber pangan alternatif tetapi juga menciptakan peluang ekonomi,
terutama bagi kelompok marginal. Selain itu, budidaya jamur juga ramah
lingkungan, menggunakan produk samping pertanian sebagai substrat dan
mengurangi limbah. Inisiatif berbasis masyarakat mempunyai potensi
untuk memberdayakan individu dan meningkatkan ketahanan pangan di
tingkat lokal.

Selain meningkatkan ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan,

18
budidaya jamur tiram menawarkan beberapa manfaat bagi petani skala
kecil dan masyarakat marginal. Pertama, jamur tiram dapat ditanam di
lahan kecil dan memerlukan investasi minimal, sehingga dapat diakses
oleh mereka yang memiliki sumber daya terbatas. Apalagi jamur ini
memiliki siklus pertumbuhan yang cepat sehingga petani dapat
memanennya dalam waktu singkat sehingga memberikan sumber
pendapatan sepanjang tahun. Selain itu, jamur tiram juga bergizi tinggi
dan dapat dijadikan sebagai sumber protein alternatif, mengatasi
malnutrisi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Beberapa tantangan potensial dalam budidaya jamur tiram antara lain


kerentanan terhadap penyakit dan hama tertentu, serta keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan agar budidaya berhasil. Misalnya saja jamur
tiram yang rentan terkontaminasi jamur dan bakteri sehingga
menghambat pertumbuhannya. Selain itu, persyaratan suhu dan
kelembapan untuk pertumbuhan optimal harus dijaga dengan cermat.
Selain itu, teknik pemanenan yang tepat harus diterapkan untuk
menghindari kerusakan pada jamur halus. Secara keseluruhan,
keberhasilan budidaya jamur tiram memerlukan kombinasi pengetahuan,
keterampilan, dan perhatian terhadap detail.

Meskipun jamur tiram memiliki potensi yang menjanjikan sebagai solusi


mengatasi kelaparan, terdapat beberapa tantangan dan keterbatasan yang
perlu diatasi. Tantangan pertama terletak pada kondisi iklim yang
diperlukan untuk budidaya jamur, karena jamur tiram memerlukan suhu
dan tingkat kelembapan yang terkendali. Selain itu, ketersediaan dan
biaya bahan budidaya, seperti substrat dan bibit, dapat menimbulkan
kendala finansial bagi petani skala kecil. Selain itu, pengetahuan dan
keterampilan khusus diperlukan agar budidaya jamur berhasil, sehingga
penting untuk memberikan pelatihan dan dukungan yang memadai
kepada individu yang tertarik untuk mengadopsi metode ini.

19
Pertimbangan lingkungan dan keberlanjutan merupakan faktor penting
yang perlu dipertimbangkan dalam budidaya jamur. Dengan
memanfaatkan bahan organik seperti limbah pertanian sebagai substrat
pertumbuhan jamur, prosesnya menjadi lebih ramah lingkungan. Selain
itu, budidaya jamur membutuhkan lebih sedikit air dan lahan
dibandingkan pertanian tradisional, sehingga menjadikannya pilihan
berkelanjutan dalam mengatasi kekurangan pangan. Selain itu, produksi
jamur dapat berkontribusi pada pengurangan limbah dan daur ulang bahan
organik. Manfaat ekologis ini menyoroti pentingnya budidaya jamur
dalam menciptakan sistem pangan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Budidaya jamur yang sukses memerlukan pengetahuan teknis dan akses
terhadap berbagai sumber daya. Penting untuk memahami prinsip-prinsip
mikologi, termasuk kondisi pertumbuhan, kebutuhan nutrisi, dan siklus
hidup berbagai spesies jamur. Selain itu, pemahaman komprehensif
tentang teknik steril sangat penting untuk mencegah kontaminasi dan
memastikan kemurnian kultur jamur. Sumber daya yang memadai seperti
bahan substrat, sistem kontrol suhu dan kelembaban, serta wadah
pertumbuhan yang tepat diperlukan untuk mempertahankan kondisi
pertumbuhan yang optimal. Selain itu, sumber bibit jamur berkualitas
tinggi yang dapat diandalkan sangat penting untuk keberhasilan budidaya
jamur.

Potensi hambatan dalam adopsi luas budidaya jamur tiram sebagai solusi
kelaparan Meskipun terdapat potensi manfaat dari budidaya jamur tiram
sebagai solusi kelaparan, ada beberapa hambatan yang mungkin
menghambat adopsi jamur tiram secara luas. Salah satu hambatan yang
signifikan adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dan
pengambil kebijakan mengenai nilai gizi dan potensi manfaat ekonomi
dari jamur tiram. Selain itu, investasi awal yang diperlukan untuk
mendirikan peternakan jamur dan kebutuhan infrastruktur yang sesuai
dapat menimbulkan tantangan keuangan bagi masyarakat yang memiliki
keterbatasan sumber daya. Selain itu, ketersediaan bibit jamur yang layak

20
dan pengembangan keterampilan yang diperlukan untuk keberhasilan
praktik budidaya juga dapat menghambat adopsi jamur secara luas.
Hambatan-hambatan ini harus diatasi melalui program pendidikan dan
pelatihan yang tepat sasaran, serta penciptaan kebijakan dan infrastruktur
yang mendukung, untuk mendorong meluasnya adopsi budidaya jamur
tiram sebagai solusi kelaparan.

Kesimpulannya, tinjauan literatur mengenai jamur tiram sebagai solusi


mengatasi kelaparan mengungkapkan potensinya sebagai sumber pangan
alternatif yang berkelanjutan. Nilai gizi dan kemudahan budidaya
menjadikannya pilihan ideal, terutama di daerah dengan sumber daya
terbatas. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi
tantangan seperti skalabilitas dan akses terhadap substrat yang sesuai.
Meskipun demikian, jamur tiram memiliki potensi dalam mengatasi
masalah kelaparan global dengan menyediakan pilihan produksi pangan
yang bergizi dan ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir,
permasalahan kelangkaan pangan dan kelaparan telah menjadi perhatian
yang mendesak di seluruh dunia. Oleh karena itu, para peneliti dan
ilmuwan telah mengeksplorasi solusi potensial untuk mengatasi masalah
global ini. Salah satu solusi yang mendapat banyak perhatian adalah
budidaya jamur tiram, yang secara ilmiah dikenal dengan nama Pleurotus
ostreatus. Jamur tiram merupakan sumber protein dan nutrisi penting yang
kaya. Selain itu, tanaman ini dapat dengan mudah ditanam di berbagai
lingkungan dan memerlukan ruang serta sumber daya yang minimal,
menjadikannya pilihan yang tepat untuk mengatasi kelangkaan pangan
baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.

21
BAB 3

PENDEKATAN DAN METEDEOLOGI

3.1 Pendekatan

Pada proposal proyek kegiatan mengenai tanpa kelaparan ini


menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif, yaitu
pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang terjadi di dalam masyarakat, yang di mana hipotesis dalam
pendekatan kualitatif tidak membutuhkan data statistik. Alasan
menggunakan pendekatan kualitatif ini karena untuk memahami
bagaimana suatu individu mengalami suatu fenomena tersebut. Jenis
pendekatan kualitatif ini agar lebih spesifik, yaitu menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Pada kegiatan dalam mencegah
kelaparan dalam masyarakat di lingkungan masyarakat kurang mampu ini
penggunaan pendekatan kualitatif sangat efektif. Penggunaan pendekatan
kualitatif berfungsi untuk menganalisis bagaimana cara kita dapat
mencegah kelaparan dan kekurangan gizi dengan menggandakan
produktivitas pertanian, menjamin pertanian pangan berkelanjutan,
mengelola keragaman genetik, dan meningkatkan kapasitas produktif
pertanian, seperti proyek tanaman berkelanjutan kami dengan cara
membudidayakan jamur sebagai makanan sumber protein, seperti yang
kita tahu juga jamur dapat membuat kita lebih merasa kenyang. Pada
kegiatan proyek ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
deskriptif untuk menjelaskan tentang kondisi sesorang yang kekurangan
gizi dan cara alternatif untuk mencegah kelaparan. Dalam memperoleh
data, kegiatan proyek ini dapat dilakukan dengan wawancara dengan
masyarakat. Selain itu, kegiatan ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengumpulan data dengan langsung turun ke lapangan atau observasi dan
sosialisasi agar secara langsung dapat melihat kondisi masyarakat
setempat mengenai pencegahan kelaparan dan pemahaman praktik
budidaya jamur tiram. Kegiatan ini mencakup seluruh warga, terutama

22
ibu-ibu rumah tangga yang akan terlibat dalam sosialisasi, pesan-pesan
utama yang akan disampaikan, dan pengukuran dampak dari sosialisasi
pencegahan fenomena stunting melalui budidaya jamur tiram.
Dalam sosialisasi proyek ini, pesan-pesan utama yang akan disampaikan
meliputi strategi khusus untuk meningkatkan ketahanan pangan dan
mengatasi kelaparan. Pendekatan deskriptif kualitatif diharapkan dapat
membantu mengidentifikasi pola perilaku, kebutuhan dan aspirasi
masyarakat kurang mampu pangan dan gizi. Dengan pemahaman yang
lebih mendalam ini, proyek ini dapat merancang solusi yang lebih
disesuaikan dengan dampak positif, seperti panduan menanam jamur
tiram yang dapat diakses dan dipahami oleh masyarakat setempat.
Lebih lanjut, mengenai kode etik penelitian, penting untuk ditekankan
bahwa selama proses sosialisasi dan pengumpulan data, semua tindakan
akan dilakukan dengan penuh rasa hormat terhadap masyarakat terkait.
Privasi, keamanan, dan persetujuan akan diprioritaskan. Penelitian ini
akan mematuhi standar etika penelitian, termasuk persetujuan tertulis dari
partisipan, penggunaan data tanpa mengungkapkan identitas mereka, dan
jaminan bahwa penelitian tersebut memberikan manfaat nyata bagi
masyarakat yang terlibat. Dengan pendekatan ini diharapkan proyek dapat
menjalin hubungan baik dan membangun kepercayaan dengan
masyarakat sebagai subjek penelitian.

3.2 Metedologi

Pada kegiatan proyek ini menggunakan metode kualitatif. Metode


kualitatif adalah metode untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang
fenomena peristiwa kepercayaan sikap dan aktivitas sosial secara
individual maupun kelompok. Dalam sebuah proses penelitian kualitatif,
hal-hal yang bersifat perspektif subjek lebih ditonjolkan dan landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu. Metode kualitatif yang digunakan
ini merupakan metode untuk menganalisis dan memahami lebih dalam
mengenai sumber masalah utama warga dalam kesulitan mencegah
kelaparan dan menambah sumber makanan. Metode kualitatif

23
memerlukan untuk menganalisis dan mengobservasi. Setelah itu
fenomena dalam suatu hasil analisis kegiatan yang telah dilakukan akan
dilaporkan. Kegiatan ini dilakukan dengan judul tanpa kelaparan. Adapun
pengamatan dilakukan di wilayah ini dengan melakukan sosialisasi
terhadap para warga setempat dan mengumpulkan pendapat melalui
wawancara terhadap warganya. Data yang disajikan telah di observasi
kevalidannya dengan meng-crosscheck kembali dan menyesuaikan data
dengan fakta. Kegiatan proyek disusun secara sistematis dan harus
memenuhi kesesuaian dalam proyek kegiatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.ugm.ac.id/jpkm/article/view/44054

https://prosiding.stis.ac.id/index.php/semnasoffstat/article/view/962

Jurnal Dr. Dra. Erli Mutiara, M.si dan Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS
https://repository.upnvj.ac.id/2163/3/BAB%20I.pdf

Jurnal Daniel M V Mone dan Erfi Diah Utami

Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of


Community Engagement)
http://doi.org/ 10.22146/jpkm.44054
Zulfarina1*, Evi Suryawati1, Yustina1, Riki Apriyandi Putra1, dan
Hendra Taufik2 1FKIP, Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km
12.5, Simpang Baru, Tampan, Pekanbaru, Riau 28293 2Fakultas Teknik,
Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km 12.5, Simpang Baru,
Tampan, Pekanbaru, Riau 28293

Determinan Kelaparan di Indonesia Tahun 2015-2019 (Determinant of


Hunger in Indonesia, 2015-2019) Daniel M V Mone1*, Efri Diah
Utami2 1,2Politeknik Statistika STIS Jalan Otto Iskandardinata No. 64C
14, Rt.1/Rw.4, Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur 13330

https://gramedia.com/literasi/penelitian-kualitatif/

https://umsu.ac.id/metode-penelitian-kualitatif-adalah/

25

Anda mungkin juga menyukai