Laporan Akhir Amelinda Rahmi Kirani
Laporan Akhir Amelinda Rahmi Kirani
Indonesia terdiri atas banyak macam ras, suku, agama, dan etnik. Sebagai
negara multikultural sikap diskriminasi terhadap suatu kelompok minoritas tidak
boleh dibiarkan secara terus menerus. Proyek ini bertujuan untuk untuk menggali
akar permasalahan yang dihadapi oleh Gen Z tanpa diskriminasi, dengan fokus
kepada siswa siswi di sekolah MAS Miftahussalam Medan melalui sosialisi tentang
permasalahan diskriminasi yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, serta
bagaimana cara mencegah bagaimana agar tindakan diskriminasi tersebut tidak
terjadi lagi. Sosialisasi yang dilakukan menggunakan metodologi kualitatif
dikarenakan membahas dan survei langsung ke lapangan dengan fokus pada
pengamatan dan penelitian yang dilakukan berupa sosialisasi mengenai tingkat
perilaku diskriminasi yang terjadi pada Gen Z tepatnya siswa-siswi di sekolah MAS
Miftahussalam Medan. Tidak hanya itu, data juga diperoleh melalui wawancara
kepada beberapa siswa siswi, dan melakukan kuesioner melalui google form
dengan memberi link kepada siswa/siswi di sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil kegiatan proyek dan pengumpulan data yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa pada sekolah MAS Miftahusallam tidak pernah
terjadi tindakan intoleransi ataupun diskriminasi, dan peran guru dalam
memberikan pengetahuan tentang pentingnya sikap toleransi dan dalam mengecam
keras tindakan diskriminasi di lingkungan sekolah. Dari hasil pembahasan proyek,
dapat disimpulkan bahwa penerapan sikap anti diskriminasi di MAS Miftahusallam
berlangsung dengan baik. Oleh sebab itu, diharapkan agar sikap tersebut dapat terus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi siswa-siswi dan juga guru serta
pegawai yang bekerja di MAS Miftahusallam.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
1.4 Lokasi Kegiatan .......................................................................................... 2
1.5 Mekanisme Dan Rancangan ....................................................................... 3
1.6 Sumber Daya yang Diperlukan .................................................................. 3
1.7 Jadwal Pelaksanaan .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Pengertian Diskriminasi ............................................................................ 5
2.2 Manfaat Tanpa Diskriminasi ..................................................................... 7
2.3 Upaya dan solusi Mengatasi Diskriminasi ............................................... 7
BAB III METODOLOGI KEGIATAN ................................................................. 9
FLOWCHART ........................................................................................................ 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 12
4.1 Cara Gen Z terhindar dari Diskriminasi ................................................... 12
4.2 Dampak Negatif Diskriminasi dikalangan Gen Z.................................... 16
4.3 Peran Madrasah Miftahusallam agar bebas Diskriminasi ...................... 18
4.4 Pertanyaan Wawancara ............................................................................. 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 27
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 17
5.2 Saran .......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 29
LAMPIRAN SURAT IZIN LIDA ......................................................................... 31
LAMPIRAN LOKASI KEGIATAN...................................................................... 32
LAPORAN............................................................................................................... 33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sama lain harus ditanamkan sejak dini. Berkaitan dengan hal tersebut, Petigrew,
1981:10 (Baron &Byrne, 1997:4) mengajukan suatu hipotesis yang kemudian
dikenal dengan contact hypothesis, yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa
peningkatan kontak antar anggota dari berbagai kelompok akan mengurangi
prasangka diantara kelompok.
Setiap gen Z harus mampu mempertahankan integritas bangsa Indonesia
agar tidak terjadi perpecahan antar kelompok yang berbeda etnis, ras, agama, suku
bangsa.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan bagaimana cara agar terhindar dari diskriminasi di lingkungan
sekolah.
2. Mengidentifikasi dampak negatif dari perilaku diskriminasi yang terjadi
dikalangan para gen Z.
3. Mendeskripsikan peran sekolah agar gen Z terbebas dari prilaku
diskriminasi.
2
1.5 Mekanisme dan Rancangan
Mekanisme dan rancangan dimulai dari kegiatan yang ingin dicapai sesuai
yang tertera pada tabel berikut:
NO KEGIATAN WAKTU
1 Kelompok 8 Intoleransi berkumpul di Universitas 07.30 - 08.00 WIB
Sumatera Utara
2 Kelompok 8 Intoleransi bersama-sama menuju MAS 08.00 – 08.55 WIB
Miftahussalam Medan kemudian melakukan
koordinasi dengan pihak sekolah agar kegiatan dapat
berjalan dengan kondusif dan lancer
3 Kelompok 8 menuju ke aula lalu dilakukan pembukaan 08.55 – 09.15 WIB
kegiatan
4 Kelompok 8 memaparkan materi kemudian dibuka sesi 09.15 – 09.45 WIB
kuis untuk materi pertama
5 Setelah itu kelompok 8 menutup acara pemaparan 10.15 – 10.25 WIB
materi yang dilakukan oleh MC dan dilaksanakan
kegiatan dokumentasi
6 Kelompok melakukan wawancara dengan siswa-siswi 10.25 – 10.45 WIB
7 Kegiatan di sekolah selesai 10.45 WIB
3
1.7 Jadwal Pelaksanaan
Adapun rangkaian jadwal yang dilaksanakan selama pengerjaan proposal
ialah:
NO KEGIATAN TANGGAL
1. Diskusi online pemilihan ketua, sekretaris, dan 06 Oktober 2023
bendahara.
2. Diskusi online pemilihan judul proposal. 07 Oktober 2023
3. Pembagian tugas pembuatan proposal. 8 Oktober 2023
4. Pengerjaan tugas individu proposal. 9 – 17 Oktober 2023
5. Survei lokasi proyek 16 Oktober 2023
6. Diskusi teknis pelaksanaan proyek 17 Oktober 2023
7. Pelaksanaan proyek 28 Oktober 2023
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
tumbuh bersama dengan kecanggihan teknologi komputer, dan memiliki
keterbukaan akan akses internet yang lebih mudah dibandingkan dengan generasi
terdahulu.
(Djoko Suwarno, 2018) Mereka sudah terbiasa dengan berbagai macam
bentuk gadegts dan apliksi. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan perilaku
dan kepribadian individu. Disamping kelebihan Generasi Z terdapat kelemahan,
misalnya mereka biasanya kurang terampil dalam komunikasi verbal. Generasi Z
pada umumnya kurang sabar dan menyukai hal-hal yang lebih instan. Generation
Net/ Generation Z (kelahiran 1997-2012), generasi ini identic dengan generasi Y
namun lebih dikenal sebagai generasi internet, karena mampu mengaplikasikan
seua kegiatan dalam satu waktu.
Menurut penelitian, 33% Gen Z menghabiskan lebih dari 6 jam sehari dalam
menggunakan ponsel dan jauh lebih sering menggunakan media sosial
dibandingkan dengan generasi pendahulunya. Bahkan, survei tersebut memaparkan
bahwa Gen Z di Indonesia, khususnya, menduduki peringkat tertinggi dalam
penggunaan ponsel, yakni 8,5 jam setiap harinya (Kim, et al, 2020:6295).
Menariknya, meskipun Gen Z dikenal sebagai generasi digital, 44% Gen Z lebih
menyukai bekerja dengan tim dan rekan kerja secara langsung. Lebih lanjut, survei
yang dilakukan oleh Kronos Incorporated (2019:8) tersebut menemukan bahwa
33% Gen Z dari 3400 responden yang tersebar di berbagai negara tidak hanya
menilai fleksibilitas di tempat kerja sebagai suatu hal yang penting, melainkan
merupakan suatu kebutuhan yang esensial. Bahkan, studi tersebut mengungkap
bahwa Gen Z menganggap dirinya sebagai generasi yang paling pekerja keras,
namun karena mereka menilai fleksibilitas sebagai prinsip yang sangat penting, Gen
Z tidak akan bersedia untuk dipaksa bekerja saat mereka tidak ingin bekerja.
Menariknya, survei tersebut menemukan bahwa Gen Z ternyata tidak terlalu
percaya diri untuk memasuki dunia kerja dan adanya tuntutan untuk bekerja dalam
waktu yang panjang menjadi salah satu faktor penentu. Tidak hanya itu, Gen Z
cenderung mengkhawatirkan kemampuan mereka untuk sukses di dunia kerja.
Setidaknya, terdapat tiga hambatan emosional yang dialami Gen Z sehingga
menciptakan ketidakpercayaan diri akan pencapaian secara profesional,
diantaranya kecemasan (34%), kurangnya motivasi (20%), dan adanya perasaan
rendah diri (17%). Meski begitu, Gen Z memiliki optimisme yang tinggi akan
keberhasilan di masa depan. Hal ini didukung dengan adanya daya inovasi
cemerlang dan prinsip kuat yang dimiliki oleh Gen Z akan pentingnya stabilitas
finansial yang membuat mereka terus bekerja keras demi mencapai kesuksesan.
6
2.2 Manfaat Tanpa Diskriminasi
Beberapa alasan pentingnya pengajaran dampak intoleransi dalam
kehidupan siswa -siswi adalah:
7
2.3 Upaya dan Solusi Mengatasi Diskriminasi
Upaya untuk mengatasi diskriminasi pada generasi sekarang, kita dapat
melakukan beberapa hal, antara lain:
1. Menyelesaikan konflik diskriminasi dengan pendekatan hukum yang adil
dan tidak politis, yang berarti menggunakan hukum untuk menegakkan
keadilan, hak asasi manusia, dan persamaan di hadapan hukum bagi semua
warga negara tanpa membedakan agama, suku, ras, atau golongan, juga
tidak memihak kepada kepentingan politik tertentu atau kelompok agama
tertentu yang dapat menimbulkan diskriminasi, penindasan, atau kekerasan
terhadap kelompok lain.
2. Meningkatkan literasi digital bagi generasi muda agar dapat membedakan
informasi hoax, hasutan, dan ujaran kebencian serta membuat konten-
konten positif. Hal ini sangat penting di era yang canggih saat ini dimana
informasi sangat mudah didapatkan, tetapi belum tentu benar dan dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti cyberbullying.
3. Membangun komunikasi dialogis dan persuasif antar umat beragama serta
memberikan pendidikan keagamaan yang mendalam, moderat, dan tidak
ekstrem. Maksud dari membangun komunikasi dialogis dan persuasif antar
umat beragama berarti menjalin hubungan yang baik dan saling
menghormati antara orang-orang yang berbeda agama, serta menggunakan
cara yang rasional dan meyakinkan untuk menyampaikan pesan keagamaan,
tanpa memaksa atau mengancam orang lain, dan maksud dari memberikan
pendidikan keagamaan yang mendalam, moderat, dan tidak ekstrem berarti
memberikan pemahaman yang luas dan benar tentang ajaran-ajaran agama,
yang tidak condong ke arah radikalisme, fanatisme, atau intoleransi, tetapi
mengedepankan sikap toleran, damai, dan inklusif.
8
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN
9
Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan menggunakan
pedoman observasi dan wawancara serta dengan melakukan kuesioner melalui
google form dengan memberi link kepada siswa/siswi di sekolah tersebut.
Wawancara didapatkan melalui 2 narasumber. Narasumber diwawancara secara
bersamaan dengan durasi sekitar 10 menit. Wawancara direkam dalam bentuk video
dan audio, kemudian ditranskrip kata demi kata. Observasi dilakukan dengan cara
mengamati subjek penelitian secara langsung.
Adapun pedoman wawancara yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang
dilakukan saat wawancara, antara lain:
1. Apa yang kalian ketahui tentang diskriminasi?
2. Menurut kalian diskriminasi itu bagaimana untuk generasi gen Z?
3. Apakah kalian pernah melakukan, mengalami, dan melihat prilaku
diskriminasi?
Analisis data yang dilakukan adalah dengan melakukan pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari dan meneliti data, serta
diskusi dengan anggota kelompok. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan
dan dianalisis. Setelah didapatkan data, tahap terakhir yang dilakukan adalah
membuat hasil dari penelitian kemudian kesimpulan dari data-data yang diperoleh.
10
FLOWCHART
Ap aitu Gen
Z?
Pengertian
Diskriminasi.
Jenis- jenis
Memberikan hadiah/gift kepada
Diskriminasi.
siswa/i yang berani menjawab
Cara-cara pertanyaan kuis & wawancara.
menghindari
terjadinya
diskriminasi.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
pada pengembangan sikap mental positif (soft skill) para lulusannya, seperti
misalnya rasa cinta pada tanah air, rasa bangga sebagai bangsa Indonesia, dan
berwawasan kebangsaan yang luas. Keseimbangan kemampuan soft skill dan hard
skill pada anak didik, tumbuh pribadi genersi muda yang cerdas dan berkarakter.
Bagaimaana upaya dan langkah pendidikan untuk memfasilitasi para generasi muda
agar dapat mengembangkan kemampuan soft skill mereka.
Kegiatan Proyek MKWK yang kami laksanakan ini tidak hanya berfokus
pada pemahaman siswa-siswi tentang intoleransi dan diskriminasi saja. Namun
juga membahas tentang cara mencegah terjadinya intoleransi dan diskriminasi di
lingkungan sekolah mereka. Hal itu agar para siswa-siswi memahami tentang
pentingnya rasa toleransi yang kuat di lingkungan sekolah. Karna mereka harus tau
bahwa mereka bukan hanya beteman dengan yang satu agama, 1 suku dan juga1
ras saja, mereka harus bisa berteman dengan yang berbeda agama, ras serta suku
dengan mereka. Bukan hanya di sekolah Madrasah Aliyah Miftahusallam, namun
kami berharap semua sekolah dapat menciptakan lingkungan sekolah yang positif
dan cinta akan keberagaman yang ada di Indonesia.
Intoleransi dan diskriminasi dalam dunia pendidikan adalah masalah yang
sangat berbahaya dan sering terjadi di Indonesia. Intoleransi bahkan menjadi satu
dari tiga dosa besar dalam dunia pendidikan saat ini, bersanding dengan
perundungan dan kekerasan seksual. Intoleransi dapat terjadi antara siswa dengan
siswa lainnya, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, atau bahkan bisa
terjadi antara sekolah dengan sekolah lainnya. Intoleransi dapat muncul dalam
berbagai bentuk seperti rasisme, seksisme, diskriminasi agama, atau diskriminasi
lainnya. Intoleransi dapat memiliki dampak yang buruk pada lingkungan belajar,
kesehatan mental siswa, dan pencapaian akademik mereka yang berkurang.
Seperti yang sudah diketahui ada berbagai macam tindakan diskriminasi di
lingkungan sekolah, yaitu bullying atau pelecehan, penghinaan bahasa atau budaya,
penghinaan terhadap agama, diskriminasi struktural, perlakuan tidak adil oleh guru,
dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu perlu adanya cara yang tepat agar kita dapat
mencegah terjadinya tindakan diskriminasi di sekolah. Berikut ini adalah beberapa
cara untuk mencegah terjadi nya tindakan diskriminasi di sekolah Madrasah
13
Aliyah yaitu sebagai berikut :
1. Mengajarkan tentang bahaya nya Rasisme dan Diskriminasi
Pembelajaran mengenai bahayanya perilaku rasisme, diskriminasi serta
bullying perlu diberikan di lingkungan sekolah kepada para para Gen Z,
sebagai inisiatif dan langkah pencegahan kekerasan diskriminasi di antara
siswa dan siswi . Metode pengajaran dapat diberikan melalui seminar,
workshop, diskusi kelompok, atau pelajaran khusus yang berhubungan
dengan masalah tersebut. Berikan juga penjelasan dari akibat buruk jika
melakukan perilaku diskriminasi dan rasisme kepada teman di lingkungan
sekolah.
2. Memperkenalkan Inklusivitas
Inklusif adalah sesuatu yang tidak meninggalkan siapa pun, bagian atau
kelompok. Pengertian lain tentang inklusivitas, sebuah pengakuan dan
penghargaan atas keberadaan atau eksistensi seseorang, karena adanya
perbedaan dan keberagaman. Pembelajaran ini harus diberikan kepada para
Gen Z karna ini sangat penting agar para Gen Z dapat menerima keberadaan
orang lain yang berbeda agama, ras dan suku dengan mereka. Mulai dari
lingkungan sekolah, siswa diajarkan untuk saling menghargai budaya, ras,
latar belakang maupun agama dari masing-masing siswa lainnya, dengan
cara saling memperkenalkan keindahan dan keunikan keberagaman yang
berbeda.
3. Pelatihan kepada Tenaga Pendidik
Selain siswa, tenaga pendidik seperti guru-guru serta staf sekolah harus juga
diberikan pelatihan tentang cara mengidentifikasi dan mengatasi sikap-
sikap kekerasan di sekolah. Baik dari pihak siswa dan guru harus dapat
saling berkolaborasi dan bekerjasama untuk menciptakan lingkungan
sekolah yang nyaman agar para penduduk lingkungan sekolah dapat saling
menghargai satu dengan yang lain nya.
4. Menjaga Lingkungan yang Aman
14
Area sekolah merupakan tempat untuk para warga sekolah bernaung.
Lingkungan sekolah yang bebas dan aman dari perilaku dan tindakan
rasisme, diskriminasi serta bullying akan memberikan rasa aman dan
nyaman terhadap warga sekolah terutama para murid-murid nya. Dan jika
terjadi perilaku kekerasan dari siswa kepada siswa lainnya, pihak sekolah
harus bertindak tegas. Tindakan yang diambil bisa dengan memberi
hukuman kepada pelaku kekerasan sanksi, yang paling keras dengan
mengeluarkan pelaku dari sekolah, sesuai dengan peraturan yang ada di
sekolah.
5. Menggunakan Teknologi
Gen Z dapat memanfaatkan teknologi dan media sosial yang mereka
gunakan saat ini sebagai alat untuk menyebarkan pesan-pesan positif,
konten-konten positif tentang kesetaraan dan anti-diskriminasi. Melalui
konten-konten yang edukatif dan menginspirasi para khalayak, Gen Z dapat
mengajak orang lain berpikir kritis dan merubah pola pikir mereka yang
diskriminatif agar tidak terjadi perilaku diskriminasi yang dilakukan oleh
para Gen Z lainnya.
6. Aktivisme dan Advokasi
Gen Z dapat ikut serta dalam gerakan-gerakan advokasi dan organisasi
yang berfokus pada kesetaraan dan keadilan. Dengan berpartisipasi aktif
dalam organisasi sosial atau komunitas, Gen Z dapat menjadikan suaranya
didengar dan berperan aktif didalam nya sebagai pelopor perubahan dalam
melawan tindakan diskriminasi. Maka dari itu Gen Z diharapkan dapat
berperan aktif di zaman digital yang canggih ini.
7. Pendidikan dan Kesadaran
Gen Z harus bisa belajar dan menambah pengetahuan mereka tentang
bahaya nya diskriminasi, hak asasi manusia, dan isu sosial lainnya yang
sedang terjadi. Dengan memahami lebih dalam mengenai diskriminasi, Gen
Z dapat lebih siap dan tanggap dalam menghadapinya dan berkontribusi
dalam memerangi ketidakadilan sosial dan diskriminasi yang terjadi serta
15
memperjuangkan kesetaraan ras, agama serta suku dan ikut andil dalam
menolak apapun bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh orang lain kepada
seseorang.
8. Menjalin komunikasi
Gen Z harus bisa menjalin komunikasi yang baik antar sesama dan membina
hubungan yang baik dengan teman atau keluarga yang berbeda suku, agama,
ras dan budayanya. Membiasakan diri untuk tidak mudah menilai orang lain
dari penampilan luarnya saja.
4.2 Dampak Negatif Diskriminasi dikalangan Gen Z
Tindakan diskriminasi memiliki dampak yang sangat negatif dan sangat
serius terhadap individu, kelompok dan masyarakat terutama pada Gen Z. Pertama,
yaitu dampak psikologis dapat mencakup stres, depresi, dan rendahnya harga diri
pada individu atau kelompok yang menjadi korban tindakan diskriminasi. Kedua,
bisa dalam konteks sosial, tindakan diskriminasi juga dapat menyebabkan
ketidaksetaraan, ketegangan antar kelompok, dan potensi terjadinya permasalahan
dan konflik yang berkelanjutan. Selain itu, di dalam lingkungan kerja, tindakan
diskriminasi dapat menghambat produktivitas dan kreativitas seseorang serta
menciptakan ketidaksetaraan peluang didalam lingkungan kerja. Secara umum dan
juga keseluruhan, tindakan diskriminasi sangat merugikan bagi individu,
kelompok, dan juga masyarakat secara luas. Tidak hanya merugikan korban
tindakan diskriminasi juga sangat merugikan para pelaku, walaupun para pelaku
puas akan apa yang mereka lakukan tetapi itu tidak berlaku di masyarakat karna
banyak masyarakat akan mencap buruk para pelaku tindakan diskriminasi dan
rasisme yang dilakukannya kepada seseorang, maupun kelompok. Para masyarakat
akan tidak suka melihat keberadaan para pelaku di lingkungan masyarakat mereka.
Banyak sekali dampak negative yang akan terjadi dikalangan Gen Z apabila Gen Z
melakukan tindakan diskriminasi terhadap seseorang seperti :
1) Memicu permusuhan antar kelompok dan munculnya sektarianisme
Sektarianisme merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu perilaku kebencian dan pandangan buruk yang diakibatkan perbedaan
disuatu kelompok. Saktarianisme pada umumnya mengacu pada politis dan
religius yang didalamnya terdapat kelompok kelompok diskriminan yang
16
memiliki anggapan bahwa kelompoknya yang terbaik dan benar sedangkan
kelompok lain sesat dan salah. Apabila Gen Z melakukan tindakan
diskriminasi kepada orang lain itu akan berdampak negatif yang dapat
memicu permusuhan dengan orang lain.
2) Memicu masalah sosial bersamaan dengan konflik horizontal ditengah
masyarakat
Tindakan diskriminasi menjadi alasan kuat bagi suatu kelompok masyarakat
berseteru satu dengan yang lain. Sikap diskriminasi yang tidak saling
menghormati dan mau menang sendiri menimbulkan masalah sosial dan
konflik horizontal ditengah masyarakat . Konflik horizontal yang dimaksud
ialah konflik diantara masyarakat yang memiliki kedudukan relatif sama.
Dan apabila Gen Z melakukan tindakan diskriminasi terhadap seseorang
yang berbeda agama, ras serta suku itu akan dapat menyebabkan dan
memicu masalah sosial dan juga konflik yang akan dimanfaatkan oleh
seseorang bahkan kelompok yang memiliki kekuasaan tinggi atau relatif
sama yang ingin menghancurkan kelompok lain.
3) Terciptanya penindasan dan otoritarisme
Tindakan diskriminasi dapat menyebabkan seseorang menjadi semena-
mena terhadap orang lain, dan ia menganggap dirinya itu yang benar dan
kuat, serta ingin semua yang di harapkannya dapat dilakukan dan masih
banyak lagi . Hal ini lah yang menjadi penyebab atau pemicu penindasan
terhadap kehidupan masyarakat yang berbeda agama, ras dan suku serta
menjadi pemicu terjadinya otoritarisme.
4) Membuat permasalahan menjadi berlarut- larut dan memunculkan masalah
baru
Tindakan diskriminasi dapat menimbulkan perilaku masyarakat yang mau
menang sendiri dan terus menghakimi orang lain yang berbeda dengan
mmereka sehingga sangat sulit untuk mencapai penyelesaian masalah
tersebut, bahkan akan bisa menimbulkan masalah yang baru.
17
5) Terhambatnya kemajuan sosial dan ekonomi
Generasi Z yang melakukan tindakan diskriminasi dapat menghambat
perilaku kesetaraan, keadilan, dan pembangunan bersama diantara
masyarakat yang berbeda. Mereka juga dapat merugikan peluang dan
potensi individu atau kelompok lain yang menjadi sasaran diskriminasi.
6) Menurunkan keadilan dan kebebasan
Tindakan diskriminasi dapat menjadi penyebab ketidakadilan dan
kebebasan pada orang yang mendapat tindakan diskriminasi. Ketika kita
melakukan diskriminasi pada seseorang maka kita dapat menghalangi
kesempatan dan mengambil kebebasan mereka didalam kehidupan mereka.
Dan itu sama saja kita melakukan sesuatu yang melanggar Hak Asasi
Manusia.
7) Menurunkan integritas moral dan etika
Tindakan diskriminasi dapat menurunkan integritas moral dan etika, karna
ketika kita melakukan tindakan diskriminasi, itu sama saja dengan kita
menghalangi kesempatan seseorang untuk mengembangkan karakter
mereka dengan baik dan memahami nilai-nilai yang penting di masyarakat.
18
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan diadakannya
pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab terhadap tugasnya. Selain itu, sekolah juga dapat
menerapkan pembelajaran berbasis multikultural. Pembelajaran berbasis
multikultural merupakan suatu metode pembelajaran yang mengajarkan siswa -
siswi untuk menghargai keberagaman suku, ras, agama, dan juga bahasa.
Pembelajaran berbasis multikultural dapat mengarahkan siswa untuk bersikap dan
berpandangan toleran dan khusus terhadap realitas masyarakat yang beragam, baik
budaya, suku, ras, etnis, maupun agama. Pendidikan multikultural merupakan
proses reformasi sekolah yang komprehensif bagi semua siswa dan siswi untuk
menolak rasisme dan bentuk diskriminasi lainnya di sekolah dan juga di
Masyarakat, serta menerima dan menegaskan pluralisme yang diwakili oleh siswa,
kelompok, dan guru. Peran yang dapat dilakukan sekolah madrasah Miftahusallam
agar murid-murid nya dapat terbebas dari diskriminasi adalah sebagai berikut :
1. Sekolah dapat mengimplementasikan pendidikan inklusif di sekolah.
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Dengan mengimplementasikan pendidikan inklusif, para siswa-siswi di
didik untuk bersikap toleransi kepada murid yang memiliki kelainan yang
berbeda dengan peserta didik lain dan juga dapat meningkatkan layanan
kualitas pendidikan bagi seluruh siswa-siswi di Indonesia tanpa
membeda- bedakannya.
2. Dengan melakukan peningkatan literasi digital bagi para Generasi muda
dan juga generasi Z .
19
Ini dilakukan agar Gen Z dapat membedakan informasi hoax, hasutan dan
ujaran kebencian dari orang lain yang ingin merusak mental Gen Z.
Seharusnya perangkat digital harus digunakan dengan kegiatan yang
positif seperti membuat konten-konten positif, dan juga dapat dilakukan
dengan cara membangun komunikasi dialogis dan persuasif antar umat
beragama serta memberikan pendidikan keagamaan yang mendalam,
moderat dan tidak ekstrem.
3. Membuat Kebijakan Sekolah
Sekolah madrasah perlu memiliki kebijakan yang jelas dan tegas terkait
larangan diskriminasi dalam segala bentuk apapun itu. Hal ini dapat
mencakup perlindungan terhadap identitas agama, suku, gender, ras atau
pun orientasi seksual siswa. Kebijakan ini juga dapat memberikan
pedoman bagi guru-guru dan juga staf sekolah dalam memperlakukan
semua siswa dengan adil dan setara agar mereka merasa terlindungi saat
berada didalam sekolah tanpa memberda-bedakan mereka walaupun
berbeda agama, ras, maupun suku.
4. Perlindungan dan Pengawasan
Sekolah madrasah perlu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi seluruh siswa. Staf sekolah harus siap untuk mengatasi situasi
diskriminatif yang mungkin terjadi kapan saja, karna ini dapat melindungi
siswa yang menjadi korban diskriminasi. Pengawasan yang ketat dan
tegas juga diperlukan untuk mencegah terjadinya kasus diskriminasi dan
memberikan perlindungan kepada siswa siswinya yang berada
dilingkungan sekolah.
5. Pendidikan dan Kesadaran
Sekolah madrasah dapat melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada
semua warga sekolah tentang pentingnya menghormati perbedaan dan
menghindari diskriminasi. Dalam pendidikan ini, siswa diajarkan tentang
nilai-nilai toleransi, inklusi, dan penghargaan terhadap keragaman yang
ada di Indonesia agar mereka tau bahwa Indonesia ini beragam agama,
suku dan ras nya yang dimana kita harus saling hidup berdampingan satu
dengan yang lainnya.
20
4.4 Pertanyaan Wawancara
1. Seperti yang sudah dijelaskan oleh kakak dan abang yang ada
didalam kelas tadi, dan sudah kalian dengarkan apakah adik – adik
ini tergolong diskriminasi atau anti diskriminasi ?
Jawaban mereka, mereka menjawab mereka berdua tergolong yang anti
diskriminasi, karena mereka juga sangat tidak suka melihat orang-orang
melakukan tindakan diskriminasi kepada orang lain yang berbeda ras,
agama, dan juga budaya nya.
2. Semasa adik-adik bersekolah dari SD- SMA apakah adik-adik pernah
menerima sikap diskriminasi dari orang lain terhadap diri kalian
sendiri ? Kalau pernah apakah boleh diceritakan kronologi
lengkapnya!
Jawaban dari Narasumber pertama : Ia mengatakan tidak pernah mendapat
tindakan diskriminasi dari orang lain baik dilingkungan sekolah maupun
lingkungan tempat tinggal nya.
Jawaban dari Narasumber kedua : Ia mengatakan ia pernah mendapat
tindakan diskriminasi sewaktu ia duduk dibangku Sekolah Dasar,
narasumber mengatakan ia mendapat tindakan diskriminasi dikarenakan
perbedaan umur antara ia dan teman-teman sekelasnya sewaktu SD,
karena ia Terlambat beberapa tahun duduk dibangku sekolah dasar dan ia
murid paling tua pada saat itu. Jadi dia di bully karena umurnya lebih tua
dari teman - temannya. Teman-teman nya mengatakan dia tidak naik kelas,
21
karna jarang belajar dan mengerjakan tugas yang mengakibatkan dia
masih duduk dibangku sekolah dasar, padahal kebenaranya narasumber
mengatakan dia hanya terlambat beberapa tahun baru memasuki bangku
Sekolah Dasar. Pada saat itu narasumber diejek oleh teman-teman nya dan
tidak mau berteman dengan narasumber. Dan tindakan yang narasumber
lakukan hanya diam saja karena dia tidak berani untuk membalas teman-
teman yang menghina nya pada saat itu. Tetapi walaupun begitu
narasumber juga dibantu oleh teman-teman yang lain yang masih mau
berteman dengan dirinya walaupun mereka berbeda usia. Narasumber
tetap menjalani kehidupan nya saat duduk dibangku sekolah dengan tetap
berinteraksi dengan teman-teman yang mau berteman dengannya pada saat
itu dan dengan berjalannya waktu Narasumber dapat menyesuaikan diri
nya untuk lebih mendekatkan diri nya kepada teman-temannya agar
teman-temannya mau berteman dengannya.
3. Apakah adik-adik pernah melihat seseorang mendapat tindakan
diskriminasi disekitar kalian ? Dan kalau pernah melihat apa
tindakan kalian sebagai seorang yang tidak suka diskriminasi terjadi
?
Jawaban dari Narasumber pertama : Narasumber pertama mengatakan
pernah melihat kejadian diskriminasi sewaktu Narasumber masih duduk
dibangku Sekolah Dasar dikelas 4 SD, ia mengatakan bahwa sekolah nya
tersebut bukan hanya beragama islam saja tetapi ada juga yang beragama
kristen. Narasumber mengatakan ia melihat teman nya di hina dan
mendapat tindakan Rasisme karena temannya ini beragama kristen yang
berasal dari Papua dan memiliki kulit hitam. Teman nya tersebut di buly
dan di hina oleh abang kelas nya sendiri yang tidak menyukai temannya
tersebut karena berasal dari Papua dan beragam Kristen . Narasumber
mengatakan ia sudah sering melihat temannya ini di hina dan mendapat
perlakuan rasisme dari abang kelasnya tersebut, ia merasa tidak suka
melihat tindakan yang dilakukan oleh abang kelasnya ini dan tindakan
22
yang dia lakukn pertama menegur abang kelasnya tersebut tetapi tidak
direspon dan akhirnya Narasumber langsung melaporkan nya kepada Ibu
dan Bapak Guru yang berada disekolah. Dan setelah diambil tindakan
pengaduan terhadap pelaku akhirnya pelaku diskriminasi tersebut
mendapatkan sanksi tegas oleh pihak d sekolah tersebut agar tidak
melakukan tindakan diskriminasi kembali.
Jawaban dari Narasumber kedua : Tidak pernah melihat tindakan
diskriminasi disekolah, lingkungan tempat tinggal ataupun kawasan lain
nya.
Dari jawaban-jawaban kedua Narasumber yang sudah diwawancarai oleh
2 mahasiswa dari kelompok 8 Intoleransi dapat disimpulkan bahwa 1 orang
diantara mereka pernah menjadi pelopor anti diskriminasi, karena dia dapat
menolong temannya yang menjadi korban diskriminasi ras dan agama oleh kakak
kelasnya sendiri dengan membantu korban dan langsung melaporkan tindakan
diskriminasi ras dan agama tersebut kepada Guru disekolahnya walaupun ia
berbeda agam dan ras dengan korban diskriminasi tersebut. Dan untuk
narasumber kedua merupakan korban diskriminasi yang dilakukan oleh temannya
sendiri yang dimana ia dihina dan diejek oleh teman - teman nya pada saat duduk
dibangku Sekolah Dasar hanya karna perbedaan usia yang terpaut jauh saat ia
duduk dibangku Sekolah Dasar.
Setelah melaksanakan sosialisasi proyek MKWK kami yang bertemakan
intoleransi dengan judul Gen Z tanpa diskriminasi. Proyek MKWK yang kami
laksanakan di Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah Miftahusallam berjalan
dengan lancar. Serta kami menerima beberapa keluhan ataupun harapan yang
diberikan oleh para siswa siswi dari Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah
Miftahusallam. Keseluruhan dari mereka menganggap tindakan intoleransi
merupakan perbuatan yang tidak boleh di normalisasi. Mereka mengaku kalau
tindakan intoleransi atau diskriminasi tidak pernah terjadi di sekolah mereka.
Mereka mengungkapkan harapan agar tindakan intoleransi tidak akan pernah terjadi
di sekolah mereka dan jangan sampai ada oknum yang melakukan tindakan
23
tersebut. Tidak hanya pada siswa siswi, pihak guru juga mengecam keras tindakan
intoleransi. Dengan menegaskan aturan berupa pelarangan tindakan intoleransi di
lingkungan sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki fungsi untuk
menyiapkan generasi penerus bangsa. Dengan menanamkan serta membina sikap
toleransi antar sesama siswa dan siswi terutama antar siswa yang tidak seagama.
Sesuai dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 2 yang
menjelaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan undang-undang
dasar negara republik Indonesia tahun 1945 telah mengisyaratkan besarnya peran
lembaga pendidikan atau sekolah dalam menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila
kepada para siswa dan siswinya. Siswa dan siswi juga penting untuk memahami,
memaknai serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
nya dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dan dapat terhindar
dari pengaruh-pengaruh buruk diskriminasi yang nantinya dapat berpotensi
merusak moral para Gen Z.
Pendidikan di sekolah merupakan salah satu faktor utama yang dapat
mempengaruhi pemikiran anak-anak bangsa. Sekolah memiliki fungsi ialah untuk
melakukan penyesuaian diri anak dan peningkatan stabilitas masyarakat. Sekolah
juga memiliki fungsi untuk membentuk karakteristik siswa dalam bersikap serta
transmisi kebudayaan, perilaku dalam sosial perkembangan serta pembentukan
kepribadian lainnya. Sebab sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang
sangat mempengaruhi proses sosialisasi dan juga berfungsi terhadap perumusan
kebudayaan masyarakat kepada anak anak. Di Indonesia banyak kita temui tindakan
intoleransi dan diskriminasi yang terjadi di lingkungan sekolah. Oleh karena itu
maka sangat penting untuk ditanamkannya penambahan wawasan untuk mengatasi
tindakan tersebut sehingga lokasi tempat proyek MKWK ini dilaksanakan yaitu di
Sekolah Menengah Atas merupakan pilihan yang sangat tepat dan sesuai. Sebab
kecenderungan tindakan intoleransi dan diskriminasi yang terjadi banyak sekali
terjadi di kalangan siswa siswi sekolah menengah atas. Dimana mereka sudah
mengetahui dan berperan aktif dimedia sosial yang dapat mempengaruhi mereka
pada saat ini.
24
Sebagai sebuah upaya untuk penguatan pendidikan Pancasila dilingkungan
sekolah dapat dilakukan dalam melakukan pendalaman kurikulum 2013 yang
dilakukan melalui budaya literasi pula. Budaya literasi merupakan kebiasaan yang
diiringi dengan kemampuan membaca dan menulis. Budaya literasi dapat menjadi
dasar bagi siswa untuk mendapatkan informasi pengetahuan, meskipun terdapat
dimensi yang diperoleh yaitu belajar berempati dan perspektif. Menulis juga dapat
mengasah kepribadian atau budi pekerti seseorang sehingga hal tersebut menjadi
bagian yang penting dalam kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan toleransi.
Hasil sosialisasi proyek mkwk ini bertujuan agar para siswa siswi dapat
meningkatkan literasi digital dengan dapat memfilter informasi yang diterima dari
media digital. Dengan adanya kemampuan untuk melakukan filtrasi informasi yang
positif dan juga negatif diharapkan siswa-siswi tidak aku kan tindakan yang
berkaitan dengan kejahatan digital contohnya ialah cyber bullying yang
menggambarkan sikap intoleransi atau diskriminasi. Literasi digital bukan sekedar
pemanfaatan media untuk alat hiburan tetapi juga dapat dijadikan sebagai hal positif
untuk mendapatkan informasi secara luas.
Kemudian tidak hanya meningkatkan literasi digital pada Gen Z dan
masyarakat tetapi juga membangun komunikasi yang dialogis dan persuasif antar
umat beragama serta memberikan pendidikan keagamaan yang mendalam moderat
dan tidak ekstrem juga dapat dijadikan sebuah acuan untuk menghindari tindakan
intoleransi di sekolah hal tersebut dilakukan agar antar siswa-siswi dapat menjalin
hubungan yang baik dan saling menghormati antar umat beragama serta dengan
menggunakan cara yang rasional dan meyakinkan siswa-siswi dapat menerima
pesan-pesan keagamaan tanpa adanya paksaan ataupun ancaman dari orang lain hal
tersebut ditujukan agar penyampaian pemahaman dan ajaran agama tidak condong
ke arah radikalisme, fanatisme atau intoleransi tetapi diharapkan dapat lebih
mengedepankan sikap toleransi, damai, inklusif dan tidak memaksa para
masyarakat nya.
Sedangkan solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi adanya tindakan
diskriminasi atau intoleransi di kalangan siswa-siswi ialah dengan melakukan
penyelesaian konflik diskriminasi melalui pendekatan hukum yang adil dan tidak
25
bersifat politis atau pun memihak yang sah dan sehingga penggunaan hukum dapat
dilakukan dengan menegakkan keadilan, mengedepankan hak -hak asasi manusia
serta menegakkan persamaan di hadapan hukum bagi semua warga negara tanpa
membedakan agama, suku, ras atau golongan serta tidak memihak kepada
kepentingan politik tertentu. Hal tersebut harus ditunjukkan agar tindakan
diskriminasi atau penindasan atau bahkan kekerasan terhadap individu bahkan
kelompok lain dapat segera diatasi dan memberikan efek jera bagi pelaku
diskriminasi. Sehingga diharapkan tindakan intoleransi dan diskriminasi tidak
semakin merajalela dan dapat teratasi agar tidak menyebabkan para korban semakin
bertambah banyak.
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sikap diskriminasi dan intoleransi dapat mengarah pada perilaku kekerasan
baik fisik maupun non fisik yang tidak mengenal belas kasihan, seperti melakukan
pelecehan, intimidasi, pengrusakan, penyerangan, pengusiran, dan pembunuhan.
Intoleransi sering terjadi akibat sikap etnosentrisme pada suatu kelompok yang
menganggap dirinya atau kelompoknya lebih hebat dari pada kelompok lain, dan
juga rendahnya hubungan sosial antara kelompok yang berbeda, rendahnya rasa
simpati dan empati, serta rendahnya sikap moral suatu bangsa.
Intoleransi merupakan situasi yang sulit dihadapi di lingkungan sekolah.
Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari tindakan
intoleransi adalah pertama dengan meningkatkan literasi digital bagi generasi muda
agar dapat membedakan informasi hoax, hasutan, dan ujaran kebencian serta
membuat konten-konten positif, kedua menyelesaikan konflik intoleransi dengan
pendekatan hukum yang adil dan tidak politis, dan yang terakhir adalah
membangun komunikasi dialogis dan persuasif antar umat beragama serta
memberikan pendidikan keagamaan yang mendalam, moderat dan tidak ekstrem.
MAS Miftahusallam memiliki peran penting agar siswa dan siswi dapat
terbebas dari intoleransi dengan menerapkan kebijakan yang jelas dan tegas baik
yang berkaitan dengan kesetaraan, penghargaan terhadap keberagaman, maupun
penolakan terhadap segala bentuk diskriminasi. Sekolah dapat memberikan
pendidikan tentang keberagaman, hak asasi manusia serta dampak negatif dari
diskriminasi. Maka dari itu diperlukan pendidikan karakter yang mengajarkan sikap
menghormati, menghargai, dan menerima perbedaan di dalam masyarakat.
5.2 Saran
Saran dan solusi yang dapat diberikan untuk menciptakan anti diskriminasi
dikalangan Gen Z adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan pentingnya anti diskriminasi kepada siswa, guru, dan staf
sekolah.
2. Menjaga lingkungan yang aman dan nyaman di sekolah.
3. Mendapatkan dukungan keluarga dalam upaya anti-diskriminasi.
4. Memberikan pendidikan tentang hak asasi manusia, keragaman, dan
diskriminasi sejak dini.
5. Memberikan contoh dan teladan yang baik tentang bagaimana bersikap
terhadap orang yang berbeda.
6. Memberikan ruang dan kesempatan bagi Gen Z untuk berinteraksi dan
berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda.
27
7. Memberikan dukungan dan perlindungan bagi Gen Z yang mengalami atau
menyaksikan diskriminasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
NAPITUPULU, E. L. (2023, Mei 19). Waspadai Tren Peningkatan Intoleransi di
Kalangan Siswa. Retrieved from kompas.id:
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/05/19/waspadai-tren-
peningkatan-intoleransi-di-kalangan-siswa
Norman K. Denzin, Y. S. (2017). The SAGE Handbook of Qualitative Research.
Singapore: SAGE Publications, Inc.
Suryani, Zihan, and Dinie Anggraenie Dewi. "Implementasi Pancasila Dalam
Menghadapi Masalah Rasisme Dan Diskriminasi." Jurnal
Kewarganegaraan 5.1 (2021): 192-200.
Tarigan, Nuah Perdamenta. "Masalah kusta dan diskriminasi serta stigmatisasinya
di Indonesia." Humaniora 4.1 (2013): 432-444.
Unsriana, Linda. "Diskriminasi gender dalam novel Ginko karya Junichi
Watanabe." Lingua Cultura 8.1 (2014): 40-47.
Widisuseno, I., & Sudarsih, S. (2019). Penguatan Wawasan Kebangsaan Sebagai
Upaya Pencegahan Paham Radikalisme dan Intoleransi Dikalangan Pelajar
Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Salatiga Kota Madya Salatiga.
Departemen Linguistik FIB UNDIP, 25.
Kendi, Ibrahim X.(2019).”How to Be an Antiracist”.America: Random House
One World , imprint.
30
1. Lampiran surat Izin kegiatan dari LIDA
31
2. Lampiran lokasi sosialisasi
32
LAPORAN FOTO- FOTO KEGIATAN SOSIALISASI
1. Pemberian Materi
33
3. Pembagian Hadiah
4. Wawancara
5. Foto Bersama
34