Anda di halaman 1dari 38

NAMA ANGGOTA

Aqil Nazhif Rahman (200403024) (Bahasa Indonesia 24)


Via Amalia (200406171) (Pendidikan Pancasila 55)
March Gloria Adelita (210403060) (Pendidikan Kewarganegraan 28)
Unique Icasia Limantara (230305042) (Pendidikan Pancasila 48 & Agama
Katolik 3)
Immanuel Bintang C Batubara (230703035) (Bahasa Indonesia 22 & Pendidikan
Pancasila 13)
Muhammad Abdul Haris (230708052) (Pendidikan Pancasila 18 & Bahasa
Indonesia 54)
Amelinda Rahmi Kirani (230503027) (Pendidikan Pancasila 28 & Bahasa
Indonesia 52)
Adriel Enda H Tarigan (230907087) (Pendidikan Kewarganegaraan 26 &
Agama Protestan 13)
Felix Tripatra Saing (230403091) (Pendidikan Pancasila 4, Bahasa
Indonesia 37, Pendidikan
Kewarganegaraan 2 & Agama Katolik 3)
Reinaldi Hadinata Ginting (231201216) (Pendidikan Pancasila 45 & Bahasa
Indonesia 21)
Samuel Giovani Hutapea (230200264) (Agama Protestan 3, Bahasa Indonesia 49
& Pendidikan Kewarganegaraan 9)
Michael Brayen Marpaung (230301242) (Pendidikan Pancasila 33 & Agama
Protestan 20)
Lurisa Ernestine (230501079) (Pendidikan Pancasila 58 & Bahasa
Indonesia 23)
Maikel Yonatan Simanjuntak (230905065) (Pendidikan Kewarganegaraan 39 &
Agama Protestan 18)
Gideon Benedictus Panjaitan (230803066) (Pendidikan Kewarganegaraan 37 &
Agama Protestan 9
ABSTRAK

Indonesia terdiri atas banyak macam ras, suku, agama, dan etnik. Sebagai
negara multikultural sikap diskriminasi terhadap suatu kelompok minoritas tidak
boleh dibiarkan secara terus menerus. Proyek ini bertujuan untuk untuk menggali
akar permasalahan yang dihadapi oleh Gen Z tanpa diskriminasi, dengan fokus
kepada siswa siswi di sekolah MAS Miftahussalam Medan melalui sosialisi tentang
permasalahan diskriminasi yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, serta
bagaimana cara mencegah bagaimana agar tindakan diskriminasi tersebut tidak
terjadi lagi. Sosialisasi yang dilakukan menggunakan metodologi kualitatif
dikarenakan membahas dan survei langsung ke lapangan dengan fokus pada
pengamatan dan penelitian yang dilakukan berupa sosialisasi mengenai tingkat
perilaku diskriminasi yang terjadi pada Gen Z tepatnya siswa-siswi di sekolah MAS
Miftahussalam Medan. Tidak hanya itu, data juga diperoleh melalui wawancara
kepada beberapa siswa siswi, dan melakukan kuesioner melalui google form
dengan memberi link kepada siswa/siswi di sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil kegiatan proyek dan pengumpulan data yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa pada sekolah MAS Miftahusallam tidak pernah
terjadi tindakan intoleransi ataupun diskriminasi, dan peran guru dalam
memberikan pengetahuan tentang pentingnya sikap toleransi dan dalam mengecam
keras tindakan diskriminasi di lingkungan sekolah. Dari hasil pembahasan proyek,
dapat disimpulkan bahwa penerapan sikap anti diskriminasi di MAS Miftahusallam
berlangsung dengan baik. Oleh sebab itu, diharapkan agar sikap tersebut dapat terus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi siswa-siswi dan juga guru serta
pegawai yang bekerja di MAS Miftahusallam.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
1.4 Lokasi Kegiatan .......................................................................................... 2
1.5 Mekanisme Dan Rancangan ....................................................................... 3
1.6 Sumber Daya yang Diperlukan .................................................................. 3
1.7 Jadwal Pelaksanaan .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Pengertian Diskriminasi ............................................................................ 5
2.2 Manfaat Tanpa Diskriminasi ..................................................................... 7
2.3 Upaya dan solusi Mengatasi Diskriminasi ............................................... 7
BAB III METODOLOGI KEGIATAN ................................................................. 9
FLOWCHART ........................................................................................................ 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 12
4.1 Cara Gen Z terhindar dari Diskriminasi ................................................... 12
4.2 Dampak Negatif Diskriminasi dikalangan Gen Z.................................... 16
4.3 Peran Madrasah Miftahusallam agar bebas Diskriminasi ...................... 18
4.4 Pertanyaan Wawancara ............................................................................. 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 27
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 17
5.2 Saran .......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 29
LAMPIRAN SURAT IZIN LIDA ......................................................................... 31
LAMPIRAN LOKASI KEGIATAN...................................................................... 32
LAPORAN............................................................................................................... 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diskriminasi adalah suatu perbuatan, praktik, atau kebijakan yang
memperlakukan seseorang atau kelompok secara berbeda dan tidak adil atas dasar
karakteristik dari seseorang atau kelompok itu. Menurut Fultoni (2009:3), sikap
diskriminasi dan intoleransi dapat mengarah pada prilaku kekerasan baik fisik
maupun non fisik yang tidak mengenal belas kasihan, seperti melakukan pelecehan,
intimidasi, pengrusakan, penyerangan, pengusiran, dan pembunuhan. Sikap-sikap
ini secara teoritik dapat menjadi salah satu faktor yang dapat melahirkan konflik
dalam negara multikultular. Diskriminasi sering terjadi karena salah satu kelompok
memiliki sikap etnosentrisme yang menganggap dirinya atau kelompoknya lebih
hebat dari pada kelompok lain. Sikap ini mengakibatkan kelompok yang merasa
lebih unggul akan bersifat sesuka hati terhadap kelompok yang lebih lemah atau
minoritas. Bukan hanya sikap etnosentrime melainkan juga rendahnya hubungan
sosial antara kelompok yang berbeda, rendahnya rasa simpati dan empati, serta
rendahnya sikap moral suatu bangsa.
Diskriminasi adalah salah satu bentuk perilaku intoleransi. Menurut survei
Komnas HAM, hasil survei menunjukkan responden yang pernah mengalami atau
mendengar adanya perlakuan diskriminasi itu terbanyak dari tingkat pendidikan
tinggi (43,6%), ekonomi kelas atas (53,2%), dan yang tinggal di wilayah perkotaan
(32,8%). Perlakuan tersebut juga lebih banyak dialami oleh mereka yang pernah
mengadu atau mendampingi anggota keluarga/kerabat/tetangga yang mengadukan
pelanggaran hak memperoleh keadilan (54,7%). Data ini menunjukan sikap
toleransi di Indonesia masih sangat kecil.
Menurut Rumagit, (2013:57), tindakan diskriminasi ini menyebabkan
munculnya prasangka seorang terhadap orang lain atau perasaan tidak aman ketika
berada di kelompok yang berbeda dengan kelompok dirinya sendiri. Banyak bentuk
diskriminasi yang telah terjadi di negara Indonesia, seperti diskriminasi agama, ras,
etnis, suku, gender, serta terhadap kelas yang lebih rendah. Perilaku diskriminasi
ini telah merugikan banyak korban hingga menghilangkan nyawa manusia
sehingga hal ini telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Sikap diskriminan ini tidak boleh dibiarkan dan harus disikapi lebih serius
lagi. Kami sebagai gen Z mengangkat tema diskriminasi sebagai topik proposal
kami karena kami sebagai generasi penerus berusaha dapat mencegah dan
mengatasi masalah diskriminasi yang terjadi di lingkungan sekitar. Kelompok 8
akan berkunjung kesekolah untuk melakukan sosialisasi.
Kepada para siswa-siswi untuk tidak berperilaku diskriminan terhadap
kelompok yang berbeda dengan mereka dan bersikap terbuka dalam menerima
budaya yang berbeda. Sikap toleransi, simpati, empati, serta sikap menghargai satu

1
sama lain harus ditanamkan sejak dini. Berkaitan dengan hal tersebut, Petigrew,
1981:10 (Baron &Byrne, 1997:4) mengajukan suatu hipotesis yang kemudian
dikenal dengan contact hypothesis, yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa
peningkatan kontak antar anggota dari berbagai kelompok akan mengurangi
prasangka diantara kelompok.
Setiap gen Z harus mampu mempertahankan integritas bangsa Indonesia
agar tidak terjadi perpecahan antar kelompok yang berbeda etnis, ras, agama, suku
bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara gen Z bisa terhindar dari diskriminasi di lingkugan sekolah
Madrasah Aliyah Miftahusallam?
2. Bagaimana dampak negatif dari diskriminasi jika terjadi di kalangan para
gen Z?
3. Bagaimana peran sekolah Madrasah Aliyah Miftahusallam agar bebas
diskriminasi bisa terwujud di kalangan para gen Z?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan bagaimana cara agar terhindar dari diskriminasi di lingkungan
sekolah.
2. Mengidentifikasi dampak negatif dari perilaku diskriminasi yang terjadi
dikalangan para gen Z.
3. Mendeskripsikan peran sekolah agar gen Z terbebas dari prilaku
diskriminasi.

1.4 Lokasi Kegiatan


Adapun lokasi yang kami pilih untuk melaksanakan proyek Mata Kuliah
Wajib Kurikulum bertemakan Intoleransi adalah sebagai berikut:
Lokasi : Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah Miftahusallam
Alamat : Jalan Darussalam No.26 ABC Sei Sikambing, Kec. Medan Petisah,
Kota Medan, Sumatera Utara.

Alasan kami dalam memilih sekolah Madrasah Aliyah Miftahussalam


adalah menggunakan sekolah keagamaan sebagai tempat untuk proyek dapat
membantu dalam meningkatkan edukasi dan kesadaran tentang pentingnya
toleransi di antara para siswa dan masyarakatnya. Dan disekolah Madrasah Aliyah
ini hanya menganut 1 komunitas agama jadi Sosialisasi dapat dirancang untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Keberagaman yang ada di
Indonesia dan mengatasi stereotip yang ada. Selain itu dengan menjalankan
sosialisasi di sekolah keagamaan, kami dapat melibatkan langsung komunitas yang
berada di lingkungan tersebut. Hal ini dapat mempermudah interaksi dan kolaborasi
dengan para pemangku kepentingan, seperti guru, siswa, dan orang tua.

2
1.5 Mekanisme dan Rancangan
Mekanisme dan rancangan dimulai dari kegiatan yang ingin dicapai sesuai
yang tertera pada tabel berikut:

NO KEGIATAN WAKTU
1 Kelompok 8 Intoleransi berkumpul di Universitas 07.30 - 08.00 WIB
Sumatera Utara
2 Kelompok 8 Intoleransi bersama-sama menuju MAS 08.00 – 08.55 WIB
Miftahussalam Medan kemudian melakukan
koordinasi dengan pihak sekolah agar kegiatan dapat
berjalan dengan kondusif dan lancer
3 Kelompok 8 menuju ke aula lalu dilakukan pembukaan 08.55 – 09.15 WIB
kegiatan
4 Kelompok 8 memaparkan materi kemudian dibuka sesi 09.15 – 09.45 WIB
kuis untuk materi pertama
5 Setelah itu kelompok 8 menutup acara pemaparan 10.15 – 10.25 WIB
materi yang dilakukan oleh MC dan dilaksanakan
kegiatan dokumentasi
6 Kelompok melakukan wawancara dengan siswa-siswi 10.25 – 10.45 WIB
7 Kegiatan di sekolah selesai 10.45 WIB

1.6 Sumber Daya yang Diperlukan


Sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan dalam kegiatan proyek ini
adalah:
1. Sumber Daya Manusia
Dalam pelaksanakan kegiatan berbasis proyek ini, sumber daya manusia
yang terlibat dalam kelompok berjumlah 21 0rang yang terdiri dari 19
anggota kelompok, 1 mentor dan 1 dosen.
2. Sumber Daya Teknologi
Dalam pelaksanaan proyek ini, sumber daya teknologi yang digunakan
adalah handphone, laptop dan kamera.
3. Sumber Daya Transportasi
Dalam pelaksanaan kegiatan proyek ini, sumber daya transportasi yang
digunakan terdiri dari 1 mobil dan 2 sepeda motor pribadi serta kendaraan
umum yaitu GRAB.
4. Sumber Daya Keuangan
Dalam pelaksanaan kegiatan proyek ini, sumber daya keuangan yang
dibutuhkan adalah Rp 950.000, dimana ini termasuk biaya transportasi,
konsumsi, gift, dan juga biaya pembuatan proposal.

3
1.7 Jadwal Pelaksanaan
Adapun rangkaian jadwal yang dilaksanakan selama pengerjaan proposal
ialah:
NO KEGIATAN TANGGAL
1. Diskusi online pemilihan ketua, sekretaris, dan 06 Oktober 2023
bendahara.
2. Diskusi online pemilihan judul proposal. 07 Oktober 2023
3. Pembagian tugas pembuatan proposal. 8 Oktober 2023
4. Pengerjaan tugas individu proposal. 9 – 17 Oktober 2023
5. Survei lokasi proyek 16 Oktober 2023
6. Diskusi teknis pelaksanaan proyek 17 Oktober 2023
7. Pelaksanaan proyek 28 Oktober 2023

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diskriminasi


Dalam bahasa latin, diskriminasi berarti discriminan, berakar dari kata dis
dan crimen, dis berarti memilah atau memisah, sedangkan crimen berarti diputusi
berdasarkan suatu pertimbangan baik-buruk atau penilaian. Dalam bahasa latin
mengacu pada tindakan atau proses membedakan atau memisahkan antara individu
atau kelompok berdasarkan karakteristik tertentu seperti ras, jenis kelamin, agama,
atau atribut lainnya. (Abdi, 2022 :3)
Beberapa ahli yang mendefinisikan diskriminasi. Menurut Theodorson
(1979:115-116), diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap
perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal,
atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau
keanggotaan kelas-kelas sosial. Kemudian menurut Fulthoni (2009:3), diskriminasi
adalah pembedaan perlakuan. Perbedaan perlakuan tersebut bisa disebabkan warna
kulit, golongan atau suku, dan bisa pula karena perbedaan jenis kelamin, ekonomi,
agama, dan sebagainya. Menurut Hess, Markson dan Stein (1996:39)
mendefinisikan diskriminasi sebagai layanan yang tidak sama kepada orang lain.
Menurut Doob dalam skripsi Unsriana (2011:11) lebih jauh mengakui bahwa
Diskriminasi merupakan perilaku yang ditujukkan untuk mencegah suatu
Kelompok atau membatasi kelompok lain yang berusaha memiliki atau
Mendapatkan sumber daya. Secara teoritis diskriminasi dapat dilakukan melalui
Kebijakan untuk mengurangi, memusnahkan, menaklukkan, memindahkan,
melindungi secara legal, dan mengasimilasi kelompok lain.
Generasi Z atau Gen Z adalah kelompok demografis yang lahir antara tahun
1997 hingga 2012, atau generasi yang lahir setelah Generasi Milenial dan sebelum
Generasi Alfa. Generasi Z merupakan generasi pertama yang tumbuh di era digital
yang memiliki akses ke internet dan teknologi digital portabel sejak usia muda. Gen
Z, meskipun belum melek digital, telah dijuluki “digital native” atau orang - orang
yang tumbuh bersamaan dengan reformasi digital. Generasi Z sering dianggap
sebagai generasi yang lebih terhubung secara teknologi, kreatif, dan berorientasi
pada hasil. Mereka tumbuh dalam lingkungan global dan multikultural, seringkali
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang keragaman dan inklusivitas. Generasi
ini juga cenderung lebih mandiri dan suka berkolaborasi.
Gen Z dikenal sebagai generasi yang kreatif dan inovatif. Menurut survei
yang dilakukan oleh Harris Poll (2020:4), sebanyak 63% Gen Z tertarik untuk
melakukan beragam hal kreatif setiap harinya. Kreativitas tersebut turut dibentuk
dari keaktifan Gen Z dalam komunitas dan sosial media. Hal ini relevan dengan
sejumlah studi yang mengidentifikasi bahwa Gen Z merupakan generasi yang erat
dengan teknologi (digital native), sebagaimana mereka lahir di era ponsel pintar,

5
tumbuh bersama dengan kecanggihan teknologi komputer, dan memiliki
keterbukaan akan akses internet yang lebih mudah dibandingkan dengan generasi
terdahulu.
(Djoko Suwarno, 2018) Mereka sudah terbiasa dengan berbagai macam
bentuk gadegts dan apliksi. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan perilaku
dan kepribadian individu. Disamping kelebihan Generasi Z terdapat kelemahan,
misalnya mereka biasanya kurang terampil dalam komunikasi verbal. Generasi Z
pada umumnya kurang sabar dan menyukai hal-hal yang lebih instan. Generation
Net/ Generation Z (kelahiran 1997-2012), generasi ini identic dengan generasi Y
namun lebih dikenal sebagai generasi internet, karena mampu mengaplikasikan
seua kegiatan dalam satu waktu.
Menurut penelitian, 33% Gen Z menghabiskan lebih dari 6 jam sehari dalam
menggunakan ponsel dan jauh lebih sering menggunakan media sosial
dibandingkan dengan generasi pendahulunya. Bahkan, survei tersebut memaparkan
bahwa Gen Z di Indonesia, khususnya, menduduki peringkat tertinggi dalam
penggunaan ponsel, yakni 8,5 jam setiap harinya (Kim, et al, 2020:6295).
Menariknya, meskipun Gen Z dikenal sebagai generasi digital, 44% Gen Z lebih
menyukai bekerja dengan tim dan rekan kerja secara langsung. Lebih lanjut, survei
yang dilakukan oleh Kronos Incorporated (2019:8) tersebut menemukan bahwa
33% Gen Z dari 3400 responden yang tersebar di berbagai negara tidak hanya
menilai fleksibilitas di tempat kerja sebagai suatu hal yang penting, melainkan
merupakan suatu kebutuhan yang esensial. Bahkan, studi tersebut mengungkap
bahwa Gen Z menganggap dirinya sebagai generasi yang paling pekerja keras,
namun karena mereka menilai fleksibilitas sebagai prinsip yang sangat penting, Gen
Z tidak akan bersedia untuk dipaksa bekerja saat mereka tidak ingin bekerja.
Menariknya, survei tersebut menemukan bahwa Gen Z ternyata tidak terlalu
percaya diri untuk memasuki dunia kerja dan adanya tuntutan untuk bekerja dalam
waktu yang panjang menjadi salah satu faktor penentu. Tidak hanya itu, Gen Z
cenderung mengkhawatirkan kemampuan mereka untuk sukses di dunia kerja.
Setidaknya, terdapat tiga hambatan emosional yang dialami Gen Z sehingga
menciptakan ketidakpercayaan diri akan pencapaian secara profesional,
diantaranya kecemasan (34%), kurangnya motivasi (20%), dan adanya perasaan
rendah diri (17%). Meski begitu, Gen Z memiliki optimisme yang tinggi akan
keberhasilan di masa depan. Hal ini didukung dengan adanya daya inovasi
cemerlang dan prinsip kuat yang dimiliki oleh Gen Z akan pentingnya stabilitas
finansial yang membuat mereka terus bekerja keras demi mencapai kesuksesan.

6
2.2 Manfaat Tanpa Diskriminasi
Beberapa alasan pentingnya pengajaran dampak intoleransi dalam
kehidupan siswa -siswi adalah:

1. Terhindar Dari Perpecahan


Perbedaan akan selalu ada, namun dengan sikap saling menghormati dan
menghargai akan menghindarkan dari pertikaian, pertentangan dan
permusuhan. Pertikaian karena perbedaan ini tidak sesuai dengan dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetap satu.
2. Meningkatkan Rasa Persaudaraan
Sikap toleransi antar perbedaan agama, suku, budaya hingga bahasa akan
meningkatkan rasa persaudaraan sehingga dapat terhindar dari
kesalahpahaman.
3. Mempersatukan Perbedaan
Sikap toleransi sesuai dengan Pancasila sila ketiga yang berbunyi
"persatuan Indonesia" yang menekankan bahwa pancasila menghargai
seluruh keberagaman di Indonesia, tanpa mengutamakan golongan tertentu.
Sikap toleransi akan menciptakan kekompakan walaupun dengan latar
belakang berbeda.
4. Meningkatkan Rasa Nasionalisme
Apabila semua masyarakat di Indonesia menerapkan sikap toleransi, maka
rasa nasionalisme akan meningkat. Karena negara yang maju adalah negara
yang masyarakatnya dapat saling menghargai, menghormati dan menerima
perbedaan antar masyarakat lainnya, sehingga tidak muncul masyarakat
yang menganggap bahwa budayanya lebih baik dari budaya lainnya.
5. Memudahkan Mencapai Mufakat
Sikap toleransi memudahkan mencapai mufakat saat bermusyawarah.
Karena inti dari sikap toleransi adalah menjunjung sikap menghormati dan
menghargai perbedaan pendapat. Apabila dalam sebuah musyawarah tidak
ada rasa saling menghormati dan menghargai pendapat, serta hanya
mementingkan kepentingannya sendiri, maka dipastikan akan sulit
mencapai sebuah mufakat. Tidak hanya di lingkungan sekolah, sikap
toleransi harus diterapkan di mana saja. Tantangan untuk terus menjaga
kesatuan dan persatuan Indonesia adalah kewajiban kita sebagai generasi
muda, generasi penerus bangsa untuk memperkuat dan mempertahankan
sikap saling menghormati dan menjadikan toleransi sebagai sebuah
kesadaran bahwa setiap masyarakat meskipun dengan latar belakang suku,
agama, dan ras yang berbeda kita adalah sama dan tetap satu.

7
2.3 Upaya dan Solusi Mengatasi Diskriminasi
Upaya untuk mengatasi diskriminasi pada generasi sekarang, kita dapat
melakukan beberapa hal, antara lain:
1. Menyelesaikan konflik diskriminasi dengan pendekatan hukum yang adil
dan tidak politis, yang berarti menggunakan hukum untuk menegakkan
keadilan, hak asasi manusia, dan persamaan di hadapan hukum bagi semua
warga negara tanpa membedakan agama, suku, ras, atau golongan, juga
tidak memihak kepada kepentingan politik tertentu atau kelompok agama
tertentu yang dapat menimbulkan diskriminasi, penindasan, atau kekerasan
terhadap kelompok lain.
2. Meningkatkan literasi digital bagi generasi muda agar dapat membedakan
informasi hoax, hasutan, dan ujaran kebencian serta membuat konten-
konten positif. Hal ini sangat penting di era yang canggih saat ini dimana
informasi sangat mudah didapatkan, tetapi belum tentu benar dan dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti cyberbullying.
3. Membangun komunikasi dialogis dan persuasif antar umat beragama serta
memberikan pendidikan keagamaan yang mendalam, moderat, dan tidak
ekstrem. Maksud dari membangun komunikasi dialogis dan persuasif antar
umat beragama berarti menjalin hubungan yang baik dan saling
menghormati antara orang-orang yang berbeda agama, serta menggunakan
cara yang rasional dan meyakinkan untuk menyampaikan pesan keagamaan,
tanpa memaksa atau mengancam orang lain, dan maksud dari memberikan
pendidikan keagamaan yang mendalam, moderat, dan tidak ekstrem berarti
memberikan pemahaman yang luas dan benar tentang ajaran-ajaran agama,
yang tidak condong ke arah radikalisme, fanatisme, atau intoleransi, tetapi
mengedepankan sikap toleran, damai, dan inklusif.

8
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN

Kegiatan ini bertujuan untuk menggali akar permasalahan yang dihadapi


oleh Gen Z tanpa diskriminasi, dengan fokus pada aspek-aspek akses pendidikan
dan stigmatisasi sosial. Kegiatan ini dilakukan melalui pemahaman yang mendalam
tentang objek permasalahan, di mana dapat diidentifikasi solusi-solusi konkret
untuk meningkatkan akses pendidikan dan mengurangi stigmatisasi terhadap
mereka.
Pada kesempatan yang kami terima sesuai dengan tema ini maka kelompok
kami berfokus tentang pemahaman mendalam, peran pendidikan, kesadaran sosial
akan pentingnya toleransi, pengembangan model pendidikan dengan cara
mensosialisasikan kepada Gen Z khususnya yang masih bersekolah dengan tujuan
akhir untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dikarenakan
membahas dan survei langsung ke lapangan dengan fokus pada pengamatan dan
penelitian yang dilakukan berupa sosialisasi mengenai tingkat perilaku diskriminasi
yang terjadi pada Gen Z tepatnya siswa-siswi di sekolah MAS Miftahussalam
Medan. Menurut Chariri (2009:9), penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang dilakukan dengan setting tertentu dalam kehidupan riil dengan tujuan
menginvestigasi dan memahami fenomena, termasuk apa yang terjadi, mengapa
terjadi, dan bagaimana terjadinya (Chariri, 2009: 9). Penelitian kualitatif
melibatkan in-depth and case-oriented study atau sejumlah kasus atau kasus
tunggal. Sejalan dengan Denzin & Lincoln (1994:378-414), penelitian kualitatif
dilakukan dalam konteks alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan menggambarkannya dengan berbagai metode yang sesuai.
Dalam penelitian ini, kelompok kami melakukan sosialisasi dengan
melibatkan 20 orang mahasiswa sebagai pelaksana penelitian dan siswa-siswa yang
berada di sekolah MAS Miftahussalam sebagai subjek penelitian. Sebelum
melakukan pengamatan mengenai permasalahan diskriminasi di kalangan gen Z,
kami melakukan pemaparan materi yang disampaikan oleh 2 orang mahasiswa yang
berasal dari kelompok kami, berisikan pengertian diskriminasi dan apa penyebab
jika dilakukannya diskriminasi serta beberapa cara untuk terhindar dari
diskriminasi. Setelahnya dilakukan sesi diskusi dengan memberikan beberapa
pertanyaan dan siswa/siswi yang menjawab pertanyaan tersebut untuk mengamati
pemahaman tentang materi yang disampaikan serta perubahan sikap siswa/siswi di
sekolah MAS Miftahussalam Medan terhadap permasalahan diskiriminasi. Sumber
data yang diperoleh dari sosialisasi yang dilakukan adalah dari pengambilan dalam
bentuk video dan foto saat kegiatan berlangsung.

9
Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan menggunakan
pedoman observasi dan wawancara serta dengan melakukan kuesioner melalui
google form dengan memberi link kepada siswa/siswi di sekolah tersebut.
Wawancara didapatkan melalui 2 narasumber. Narasumber diwawancara secara
bersamaan dengan durasi sekitar 10 menit. Wawancara direkam dalam bentuk video
dan audio, kemudian ditranskrip kata demi kata. Observasi dilakukan dengan cara
mengamati subjek penelitian secara langsung.
Adapun pedoman wawancara yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang
dilakukan saat wawancara, antara lain:
1. Apa yang kalian ketahui tentang diskriminasi?
2. Menurut kalian diskriminasi itu bagaimana untuk generasi gen Z?
3. Apakah kalian pernah melakukan, mengalami, dan melihat prilaku
diskriminasi?
Analisis data yang dilakukan adalah dengan melakukan pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari dan meneliti data, serta
diskusi dengan anggota kelompok. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan
dan dianalisis. Setelah didapatkan data, tahap terakhir yang dilakukan adalah
membuat hasil dari penelitian kemudian kesimpulan dari data-data yang diperoleh.

10
FLOWCHART

Daftar Kegiatan Sosialisasi

Berangkat Bersama dari Gedung


Pancasila.

Menyampaikan Materi Masuk Kelas


tentang Gen Z Tanpa
Diskriminasi.
 Mengadakan
sesi kuis.
 Mengadakan
sesi
wawancara.

 Ap aitu Gen
Z?
 Pengertian
Diskriminasi.
 Jenis- jenis
Memberikan hadiah/gift kepada
Diskriminasi.
siswa/i yang berani menjawab
 Cara-cara pertanyaan kuis & wawancara.
menghindari
terjadinya
diskriminasi.

Foto Bersama para siswa/I


dan kelompok 8 Intoleransi.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Cara Gen Z terhindar dari Diskriminasi


Perubahan tata nilai kehidupan akan berjalan terus dan dinamis. Dalam
proses perkembangannya, banyak nilai-nilai lama yang telah diyakini sebagai
sesuatu yang luhur dan baik, sekarang dianggap sudah tidak tepat lagi dengan
konteks perkembangan jaman dan bahkan sudah dihilangkan oleh para Gen Z dan
masyarakat. Sebagian masyarakat beralih dan memilih berorientasi pada nilai-nilai
barat yang dirasakan lebih praktis dan pragmatis bagi kehidupan sehari-hari
terkhususnya para Gen Z yang sekarang lebih memilih untuk meniru dan
mengikuti gaya hidup budaya barat. Keberadaan nilai-nilai kearifan lokal terusik
dan dihilangkan, timbul ketegangan berupa tarik ulur kekuatan antara budaya
regional/nasional dan budaya mondial/global. Ini merupakan sebuah tantangan
yang sangat berat bagi bangsa Indonesia, terutama bagi perkembangan pola
perilaku dan kepribadian generasi muda sekarang .
Mengingat peran strategis pemuda-pemuda pelajar Indonesia sebagai
generasi penerus bangsa yang akan suksesi kepemimpinan bangsa dan negara,
sangat perlu dibekali oleh kesiapan mental yang tangguh dan berwawasan
kebangsaan yang tinggi dan luas untuk persiapan menghadapi berbagai tantangan
yang ada dimasa yang akan datang. Sikap mental kepemimpinan akademik
(academic leadership performance) yang cerdas dan berkarakter perlu
dikembangkan sejak dini pada para pelajar Indonesia. Lembaga pendidikan harus
bertanggung jawab mengantarkan para Gen Z menjadi “Intellectual Capital” dalam
keperanannya sebagai “Human Capital”, &“structural”.capital” untuk sustainable
development menuju sustainable life. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya
memberikan ketrampilan, ilmu dan teknologi kepada para siswa dan siswinya saja,
tetapi pendidik juga memberikan sumbangan kepada masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya (social responsibility). Pendidikan
menengah harus menaruh perhatian di samping pada pengembangan kecerdasan
intelektual dengan memperkaya ilmu pengetahuan (hard skill), juga perlu konsern

12
pada pengembangan sikap mental positif (soft skill) para lulusannya, seperti
misalnya rasa cinta pada tanah air, rasa bangga sebagai bangsa Indonesia, dan
berwawasan kebangsaan yang luas. Keseimbangan kemampuan soft skill dan hard
skill pada anak didik, tumbuh pribadi genersi muda yang cerdas dan berkarakter.
Bagaimaana upaya dan langkah pendidikan untuk memfasilitasi para generasi muda
agar dapat mengembangkan kemampuan soft skill mereka.
Kegiatan Proyek MKWK yang kami laksanakan ini tidak hanya berfokus
pada pemahaman siswa-siswi tentang intoleransi dan diskriminasi saja. Namun
juga membahas tentang cara mencegah terjadinya intoleransi dan diskriminasi di
lingkungan sekolah mereka. Hal itu agar para siswa-siswi memahami tentang
pentingnya rasa toleransi yang kuat di lingkungan sekolah. Karna mereka harus tau
bahwa mereka bukan hanya beteman dengan yang satu agama, 1 suku dan juga1
ras saja, mereka harus bisa berteman dengan yang berbeda agama, ras serta suku
dengan mereka. Bukan hanya di sekolah Madrasah Aliyah Miftahusallam, namun
kami berharap semua sekolah dapat menciptakan lingkungan sekolah yang positif
dan cinta akan keberagaman yang ada di Indonesia.
Intoleransi dan diskriminasi dalam dunia pendidikan adalah masalah yang
sangat berbahaya dan sering terjadi di Indonesia. Intoleransi bahkan menjadi satu
dari tiga dosa besar dalam dunia pendidikan saat ini, bersanding dengan
perundungan dan kekerasan seksual. Intoleransi dapat terjadi antara siswa dengan
siswa lainnya, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, atau bahkan bisa
terjadi antara sekolah dengan sekolah lainnya. Intoleransi dapat muncul dalam
berbagai bentuk seperti rasisme, seksisme, diskriminasi agama, atau diskriminasi
lainnya. Intoleransi dapat memiliki dampak yang buruk pada lingkungan belajar,
kesehatan mental siswa, dan pencapaian akademik mereka yang berkurang.
Seperti yang sudah diketahui ada berbagai macam tindakan diskriminasi di
lingkungan sekolah, yaitu bullying atau pelecehan, penghinaan bahasa atau budaya,
penghinaan terhadap agama, diskriminasi struktural, perlakuan tidak adil oleh guru,
dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu perlu adanya cara yang tepat agar kita dapat
mencegah terjadinya tindakan diskriminasi di sekolah. Berikut ini adalah beberapa
cara untuk mencegah terjadi nya tindakan diskriminasi di sekolah Madrasah

13
Aliyah yaitu sebagai berikut :
1. Mengajarkan tentang bahaya nya Rasisme dan Diskriminasi
Pembelajaran mengenai bahayanya perilaku rasisme, diskriminasi serta
bullying perlu diberikan di lingkungan sekolah kepada para para Gen Z,
sebagai inisiatif dan langkah pencegahan kekerasan diskriminasi di antara
siswa dan siswi . Metode pengajaran dapat diberikan melalui seminar,
workshop, diskusi kelompok, atau pelajaran khusus yang berhubungan
dengan masalah tersebut. Berikan juga penjelasan dari akibat buruk jika
melakukan perilaku diskriminasi dan rasisme kepada teman di lingkungan
sekolah.
2. Memperkenalkan Inklusivitas
Inklusif adalah sesuatu yang tidak meninggalkan siapa pun, bagian atau
kelompok. Pengertian lain tentang inklusivitas, sebuah pengakuan dan
penghargaan atas keberadaan atau eksistensi seseorang, karena adanya
perbedaan dan keberagaman. Pembelajaran ini harus diberikan kepada para
Gen Z karna ini sangat penting agar para Gen Z dapat menerima keberadaan
orang lain yang berbeda agama, ras dan suku dengan mereka. Mulai dari
lingkungan sekolah, siswa diajarkan untuk saling menghargai budaya, ras,
latar belakang maupun agama dari masing-masing siswa lainnya, dengan
cara saling memperkenalkan keindahan dan keunikan keberagaman yang
berbeda.
3. Pelatihan kepada Tenaga Pendidik
Selain siswa, tenaga pendidik seperti guru-guru serta staf sekolah harus juga
diberikan pelatihan tentang cara mengidentifikasi dan mengatasi sikap-
sikap kekerasan di sekolah. Baik dari pihak siswa dan guru harus dapat
saling berkolaborasi dan bekerjasama untuk menciptakan lingkungan
sekolah yang nyaman agar para penduduk lingkungan sekolah dapat saling
menghargai satu dengan yang lain nya.
4. Menjaga Lingkungan yang Aman

14
Area sekolah merupakan tempat untuk para warga sekolah bernaung.
Lingkungan sekolah yang bebas dan aman dari perilaku dan tindakan
rasisme, diskriminasi serta bullying akan memberikan rasa aman dan
nyaman terhadap warga sekolah terutama para murid-murid nya. Dan jika
terjadi perilaku kekerasan dari siswa kepada siswa lainnya, pihak sekolah
harus bertindak tegas. Tindakan yang diambil bisa dengan memberi
hukuman kepada pelaku kekerasan sanksi, yang paling keras dengan
mengeluarkan pelaku dari sekolah, sesuai dengan peraturan yang ada di
sekolah.
5. Menggunakan Teknologi
Gen Z dapat memanfaatkan teknologi dan media sosial yang mereka
gunakan saat ini sebagai alat untuk menyebarkan pesan-pesan positif,
konten-konten positif tentang kesetaraan dan anti-diskriminasi. Melalui
konten-konten yang edukatif dan menginspirasi para khalayak, Gen Z dapat
mengajak orang lain berpikir kritis dan merubah pola pikir mereka yang
diskriminatif agar tidak terjadi perilaku diskriminasi yang dilakukan oleh
para Gen Z lainnya.
6. Aktivisme dan Advokasi
Gen Z dapat ikut serta dalam gerakan-gerakan advokasi dan organisasi
yang berfokus pada kesetaraan dan keadilan. Dengan berpartisipasi aktif
dalam organisasi sosial atau komunitas, Gen Z dapat menjadikan suaranya
didengar dan berperan aktif didalam nya sebagai pelopor perubahan dalam
melawan tindakan diskriminasi. Maka dari itu Gen Z diharapkan dapat
berperan aktif di zaman digital yang canggih ini.
7. Pendidikan dan Kesadaran
Gen Z harus bisa belajar dan menambah pengetahuan mereka tentang
bahaya nya diskriminasi, hak asasi manusia, dan isu sosial lainnya yang
sedang terjadi. Dengan memahami lebih dalam mengenai diskriminasi, Gen
Z dapat lebih siap dan tanggap dalam menghadapinya dan berkontribusi
dalam memerangi ketidakadilan sosial dan diskriminasi yang terjadi serta

15
memperjuangkan kesetaraan ras, agama serta suku dan ikut andil dalam
menolak apapun bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh orang lain kepada
seseorang.
8. Menjalin komunikasi
Gen Z harus bisa menjalin komunikasi yang baik antar sesama dan membina
hubungan yang baik dengan teman atau keluarga yang berbeda suku, agama,
ras dan budayanya. Membiasakan diri untuk tidak mudah menilai orang lain
dari penampilan luarnya saja.
4.2 Dampak Negatif Diskriminasi dikalangan Gen Z
Tindakan diskriminasi memiliki dampak yang sangat negatif dan sangat
serius terhadap individu, kelompok dan masyarakat terutama pada Gen Z. Pertama,
yaitu dampak psikologis dapat mencakup stres, depresi, dan rendahnya harga diri
pada individu atau kelompok yang menjadi korban tindakan diskriminasi. Kedua,
bisa dalam konteks sosial, tindakan diskriminasi juga dapat menyebabkan
ketidaksetaraan, ketegangan antar kelompok, dan potensi terjadinya permasalahan
dan konflik yang berkelanjutan. Selain itu, di dalam lingkungan kerja, tindakan
diskriminasi dapat menghambat produktivitas dan kreativitas seseorang serta
menciptakan ketidaksetaraan peluang didalam lingkungan kerja. Secara umum dan
juga keseluruhan, tindakan diskriminasi sangat merugikan bagi individu,
kelompok, dan juga masyarakat secara luas. Tidak hanya merugikan korban
tindakan diskriminasi juga sangat merugikan para pelaku, walaupun para pelaku
puas akan apa yang mereka lakukan tetapi itu tidak berlaku di masyarakat karna
banyak masyarakat akan mencap buruk para pelaku tindakan diskriminasi dan
rasisme yang dilakukannya kepada seseorang, maupun kelompok. Para masyarakat
akan tidak suka melihat keberadaan para pelaku di lingkungan masyarakat mereka.
Banyak sekali dampak negative yang akan terjadi dikalangan Gen Z apabila Gen Z
melakukan tindakan diskriminasi terhadap seseorang seperti :
1) Memicu permusuhan antar kelompok dan munculnya sektarianisme
Sektarianisme merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu perilaku kebencian dan pandangan buruk yang diakibatkan perbedaan
disuatu kelompok. Saktarianisme pada umumnya mengacu pada politis dan
religius yang didalamnya terdapat kelompok kelompok diskriminan yang

16
memiliki anggapan bahwa kelompoknya yang terbaik dan benar sedangkan
kelompok lain sesat dan salah. Apabila Gen Z melakukan tindakan
diskriminasi kepada orang lain itu akan berdampak negatif yang dapat
memicu permusuhan dengan orang lain.
2) Memicu masalah sosial bersamaan dengan konflik horizontal ditengah
masyarakat
Tindakan diskriminasi menjadi alasan kuat bagi suatu kelompok masyarakat
berseteru satu dengan yang lain. Sikap diskriminasi yang tidak saling
menghormati dan mau menang sendiri menimbulkan masalah sosial dan
konflik horizontal ditengah masyarakat . Konflik horizontal yang dimaksud
ialah konflik diantara masyarakat yang memiliki kedudukan relatif sama.
Dan apabila Gen Z melakukan tindakan diskriminasi terhadap seseorang
yang berbeda agama, ras serta suku itu akan dapat menyebabkan dan
memicu masalah sosial dan juga konflik yang akan dimanfaatkan oleh
seseorang bahkan kelompok yang memiliki kekuasaan tinggi atau relatif
sama yang ingin menghancurkan kelompok lain.
3) Terciptanya penindasan dan otoritarisme
Tindakan diskriminasi dapat menyebabkan seseorang menjadi semena-
mena terhadap orang lain, dan ia menganggap dirinya itu yang benar dan
kuat, serta ingin semua yang di harapkannya dapat dilakukan dan masih
banyak lagi . Hal ini lah yang menjadi penyebab atau pemicu penindasan
terhadap kehidupan masyarakat yang berbeda agama, ras dan suku serta
menjadi pemicu terjadinya otoritarisme.
4) Membuat permasalahan menjadi berlarut- larut dan memunculkan masalah
baru
Tindakan diskriminasi dapat menimbulkan perilaku masyarakat yang mau
menang sendiri dan terus menghakimi orang lain yang berbeda dengan
mmereka sehingga sangat sulit untuk mencapai penyelesaian masalah
tersebut, bahkan akan bisa menimbulkan masalah yang baru.

17
5) Terhambatnya kemajuan sosial dan ekonomi
Generasi Z yang melakukan tindakan diskriminasi dapat menghambat
perilaku kesetaraan, keadilan, dan pembangunan bersama diantara
masyarakat yang berbeda. Mereka juga dapat merugikan peluang dan
potensi individu atau kelompok lain yang menjadi sasaran diskriminasi.
6) Menurunkan keadilan dan kebebasan
Tindakan diskriminasi dapat menjadi penyebab ketidakadilan dan
kebebasan pada orang yang mendapat tindakan diskriminasi. Ketika kita
melakukan diskriminasi pada seseorang maka kita dapat menghalangi
kesempatan dan mengambil kebebasan mereka didalam kehidupan mereka.
Dan itu sama saja kita melakukan sesuatu yang melanggar Hak Asasi
Manusia.
7) Menurunkan integritas moral dan etika
Tindakan diskriminasi dapat menurunkan integritas moral dan etika, karna
ketika kita melakukan tindakan diskriminasi, itu sama saja dengan kita
menghalangi kesempatan seseorang untuk mengembangkan karakter
mereka dengan baik dan memahami nilai-nilai yang penting di masyarakat.

4.3 Peran sekolah Madrasah Miftahusallam agar bebas Diskriminasi


dikalangan Gen Z
Diskriminasi bisa menjadi situasi yang sulit dihadapi di lingkungan sekolah.
Sekolah, sebagai lembaga formal dengan guru sebagai pelaku utama dalam
pendidikan, tidak hanya bertugas memberikan pengajaran kepada seluruh siswa.
Tetapi, juga memiliki peran dalam meningkatkan kesadaran dan mengubah
perspektif siswa terhadap keberagaman di antara mereka. Upaya ini dapat dilakukan
dengan mengembangkan pandangan yang inklusif dan membentuk sikap yang
menentang diskriminasi dalam berbagai aspek, termasuk etnis, suku, dan perbedaan
kemampuan. Pencegahan sifat diskriminasi juga dapat dilakukan dengan adanya
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan pada
dasarnya dikembangkan dalam Citizenship Education yang tujuannya sesuai
dengan tujuan nasional negara.

18
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan diadakannya
pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab terhadap tugasnya. Selain itu, sekolah juga dapat
menerapkan pembelajaran berbasis multikultural. Pembelajaran berbasis
multikultural merupakan suatu metode pembelajaran yang mengajarkan siswa -
siswi untuk menghargai keberagaman suku, ras, agama, dan juga bahasa.
Pembelajaran berbasis multikultural dapat mengarahkan siswa untuk bersikap dan
berpandangan toleran dan khusus terhadap realitas masyarakat yang beragam, baik
budaya, suku, ras, etnis, maupun agama. Pendidikan multikultural merupakan
proses reformasi sekolah yang komprehensif bagi semua siswa dan siswi untuk
menolak rasisme dan bentuk diskriminasi lainnya di sekolah dan juga di
Masyarakat, serta menerima dan menegaskan pluralisme yang diwakili oleh siswa,
kelompok, dan guru. Peran yang dapat dilakukan sekolah madrasah Miftahusallam
agar murid-murid nya dapat terbebas dari diskriminasi adalah sebagai berikut :
1. Sekolah dapat mengimplementasikan pendidikan inklusif di sekolah.
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Dengan mengimplementasikan pendidikan inklusif, para siswa-siswi di
didik untuk bersikap toleransi kepada murid yang memiliki kelainan yang
berbeda dengan peserta didik lain dan juga dapat meningkatkan layanan
kualitas pendidikan bagi seluruh siswa-siswi di Indonesia tanpa
membeda- bedakannya.
2. Dengan melakukan peningkatan literasi digital bagi para Generasi muda
dan juga generasi Z .

19
Ini dilakukan agar Gen Z dapat membedakan informasi hoax, hasutan dan
ujaran kebencian dari orang lain yang ingin merusak mental Gen Z.
Seharusnya perangkat digital harus digunakan dengan kegiatan yang
positif seperti membuat konten-konten positif, dan juga dapat dilakukan
dengan cara membangun komunikasi dialogis dan persuasif antar umat
beragama serta memberikan pendidikan keagamaan yang mendalam,
moderat dan tidak ekstrem.
3. Membuat Kebijakan Sekolah
Sekolah madrasah perlu memiliki kebijakan yang jelas dan tegas terkait
larangan diskriminasi dalam segala bentuk apapun itu. Hal ini dapat
mencakup perlindungan terhadap identitas agama, suku, gender, ras atau
pun orientasi seksual siswa. Kebijakan ini juga dapat memberikan
pedoman bagi guru-guru dan juga staf sekolah dalam memperlakukan
semua siswa dengan adil dan setara agar mereka merasa terlindungi saat
berada didalam sekolah tanpa memberda-bedakan mereka walaupun
berbeda agama, ras, maupun suku.
4. Perlindungan dan Pengawasan
Sekolah madrasah perlu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi seluruh siswa. Staf sekolah harus siap untuk mengatasi situasi
diskriminatif yang mungkin terjadi kapan saja, karna ini dapat melindungi
siswa yang menjadi korban diskriminasi. Pengawasan yang ketat dan
tegas juga diperlukan untuk mencegah terjadinya kasus diskriminasi dan
memberikan perlindungan kepada siswa siswinya yang berada
dilingkungan sekolah.
5. Pendidikan dan Kesadaran
Sekolah madrasah dapat melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada
semua warga sekolah tentang pentingnya menghormati perbedaan dan
menghindari diskriminasi. Dalam pendidikan ini, siswa diajarkan tentang
nilai-nilai toleransi, inklusi, dan penghargaan terhadap keragaman yang
ada di Indonesia agar mereka tau bahwa Indonesia ini beragam agama,
suku dan ras nya yang dimana kita harus saling hidup berdampingan satu
dengan yang lainnya.

20
4.4 Pertanyaan Wawancara

1. Seperti yang sudah dijelaskan oleh kakak dan abang yang ada
didalam kelas tadi, dan sudah kalian dengarkan apakah adik – adik
ini tergolong diskriminasi atau anti diskriminasi ?
Jawaban mereka, mereka menjawab mereka berdua tergolong yang anti
diskriminasi, karena mereka juga sangat tidak suka melihat orang-orang
melakukan tindakan diskriminasi kepada orang lain yang berbeda ras,
agama, dan juga budaya nya.
2. Semasa adik-adik bersekolah dari SD- SMA apakah adik-adik pernah
menerima sikap diskriminasi dari orang lain terhadap diri kalian
sendiri ? Kalau pernah apakah boleh diceritakan kronologi
lengkapnya!
Jawaban dari Narasumber pertama : Ia mengatakan tidak pernah mendapat
tindakan diskriminasi dari orang lain baik dilingkungan sekolah maupun
lingkungan tempat tinggal nya.
Jawaban dari Narasumber kedua : Ia mengatakan ia pernah mendapat
tindakan diskriminasi sewaktu ia duduk dibangku Sekolah Dasar,
narasumber mengatakan ia mendapat tindakan diskriminasi dikarenakan
perbedaan umur antara ia dan teman-teman sekelasnya sewaktu SD,
karena ia Terlambat beberapa tahun duduk dibangku sekolah dasar dan ia
murid paling tua pada saat itu. Jadi dia di bully karena umurnya lebih tua
dari teman - temannya. Teman-teman nya mengatakan dia tidak naik kelas,

21
karna jarang belajar dan mengerjakan tugas yang mengakibatkan dia
masih duduk dibangku sekolah dasar, padahal kebenaranya narasumber
mengatakan dia hanya terlambat beberapa tahun baru memasuki bangku
Sekolah Dasar. Pada saat itu narasumber diejek oleh teman-teman nya dan
tidak mau berteman dengan narasumber. Dan tindakan yang narasumber
lakukan hanya diam saja karena dia tidak berani untuk membalas teman-
teman yang menghina nya pada saat itu. Tetapi walaupun begitu
narasumber juga dibantu oleh teman-teman yang lain yang masih mau
berteman dengan dirinya walaupun mereka berbeda usia. Narasumber
tetap menjalani kehidupan nya saat duduk dibangku sekolah dengan tetap
berinteraksi dengan teman-teman yang mau berteman dengannya pada saat
itu dan dengan berjalannya waktu Narasumber dapat menyesuaikan diri
nya untuk lebih mendekatkan diri nya kepada teman-temannya agar
teman-temannya mau berteman dengannya.
3. Apakah adik-adik pernah melihat seseorang mendapat tindakan
diskriminasi disekitar kalian ? Dan kalau pernah melihat apa
tindakan kalian sebagai seorang yang tidak suka diskriminasi terjadi
?
Jawaban dari Narasumber pertama : Narasumber pertama mengatakan
pernah melihat kejadian diskriminasi sewaktu Narasumber masih duduk
dibangku Sekolah Dasar dikelas 4 SD, ia mengatakan bahwa sekolah nya
tersebut bukan hanya beragama islam saja tetapi ada juga yang beragama
kristen. Narasumber mengatakan ia melihat teman nya di hina dan
mendapat tindakan Rasisme karena temannya ini beragama kristen yang
berasal dari Papua dan memiliki kulit hitam. Teman nya tersebut di buly
dan di hina oleh abang kelas nya sendiri yang tidak menyukai temannya
tersebut karena berasal dari Papua dan beragam Kristen . Narasumber
mengatakan ia sudah sering melihat temannya ini di hina dan mendapat
perlakuan rasisme dari abang kelasnya tersebut, ia merasa tidak suka
melihat tindakan yang dilakukan oleh abang kelasnya ini dan tindakan

22
yang dia lakukn pertama menegur abang kelasnya tersebut tetapi tidak
direspon dan akhirnya Narasumber langsung melaporkan nya kepada Ibu
dan Bapak Guru yang berada disekolah. Dan setelah diambil tindakan
pengaduan terhadap pelaku akhirnya pelaku diskriminasi tersebut
mendapatkan sanksi tegas oleh pihak d sekolah tersebut agar tidak
melakukan tindakan diskriminasi kembali.
Jawaban dari Narasumber kedua : Tidak pernah melihat tindakan
diskriminasi disekolah, lingkungan tempat tinggal ataupun kawasan lain
nya.
Dari jawaban-jawaban kedua Narasumber yang sudah diwawancarai oleh
2 mahasiswa dari kelompok 8 Intoleransi dapat disimpulkan bahwa 1 orang
diantara mereka pernah menjadi pelopor anti diskriminasi, karena dia dapat
menolong temannya yang menjadi korban diskriminasi ras dan agama oleh kakak
kelasnya sendiri dengan membantu korban dan langsung melaporkan tindakan
diskriminasi ras dan agama tersebut kepada Guru disekolahnya walaupun ia
berbeda agam dan ras dengan korban diskriminasi tersebut. Dan untuk
narasumber kedua merupakan korban diskriminasi yang dilakukan oleh temannya
sendiri yang dimana ia dihina dan diejek oleh teman - teman nya pada saat duduk
dibangku Sekolah Dasar hanya karna perbedaan usia yang terpaut jauh saat ia
duduk dibangku Sekolah Dasar.
Setelah melaksanakan sosialisasi proyek MKWK kami yang bertemakan
intoleransi dengan judul Gen Z tanpa diskriminasi. Proyek MKWK yang kami
laksanakan di Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah Miftahusallam berjalan
dengan lancar. Serta kami menerima beberapa keluhan ataupun harapan yang
diberikan oleh para siswa siswi dari Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah
Miftahusallam. Keseluruhan dari mereka menganggap tindakan intoleransi
merupakan perbuatan yang tidak boleh di normalisasi. Mereka mengaku kalau
tindakan intoleransi atau diskriminasi tidak pernah terjadi di sekolah mereka.
Mereka mengungkapkan harapan agar tindakan intoleransi tidak akan pernah terjadi
di sekolah mereka dan jangan sampai ada oknum yang melakukan tindakan

23
tersebut. Tidak hanya pada siswa siswi, pihak guru juga mengecam keras tindakan
intoleransi. Dengan menegaskan aturan berupa pelarangan tindakan intoleransi di
lingkungan sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki fungsi untuk
menyiapkan generasi penerus bangsa. Dengan menanamkan serta membina sikap
toleransi antar sesama siswa dan siswi terutama antar siswa yang tidak seagama.
Sesuai dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 2 yang
menjelaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan undang-undang
dasar negara republik Indonesia tahun 1945 telah mengisyaratkan besarnya peran
lembaga pendidikan atau sekolah dalam menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila
kepada para siswa dan siswinya. Siswa dan siswi juga penting untuk memahami,
memaknai serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
nya dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dan dapat terhindar
dari pengaruh-pengaruh buruk diskriminasi yang nantinya dapat berpotensi
merusak moral para Gen Z.
Pendidikan di sekolah merupakan salah satu faktor utama yang dapat
mempengaruhi pemikiran anak-anak bangsa. Sekolah memiliki fungsi ialah untuk
melakukan penyesuaian diri anak dan peningkatan stabilitas masyarakat. Sekolah
juga memiliki fungsi untuk membentuk karakteristik siswa dalam bersikap serta
transmisi kebudayaan, perilaku dalam sosial perkembangan serta pembentukan
kepribadian lainnya. Sebab sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang
sangat mempengaruhi proses sosialisasi dan juga berfungsi terhadap perumusan
kebudayaan masyarakat kepada anak anak. Di Indonesia banyak kita temui tindakan
intoleransi dan diskriminasi yang terjadi di lingkungan sekolah. Oleh karena itu
maka sangat penting untuk ditanamkannya penambahan wawasan untuk mengatasi
tindakan tersebut sehingga lokasi tempat proyek MKWK ini dilaksanakan yaitu di
Sekolah Menengah Atas merupakan pilihan yang sangat tepat dan sesuai. Sebab
kecenderungan tindakan intoleransi dan diskriminasi yang terjadi banyak sekali
terjadi di kalangan siswa siswi sekolah menengah atas. Dimana mereka sudah
mengetahui dan berperan aktif dimedia sosial yang dapat mempengaruhi mereka
pada saat ini.

24
Sebagai sebuah upaya untuk penguatan pendidikan Pancasila dilingkungan
sekolah dapat dilakukan dalam melakukan pendalaman kurikulum 2013 yang
dilakukan melalui budaya literasi pula. Budaya literasi merupakan kebiasaan yang
diiringi dengan kemampuan membaca dan menulis. Budaya literasi dapat menjadi
dasar bagi siswa untuk mendapatkan informasi pengetahuan, meskipun terdapat
dimensi yang diperoleh yaitu belajar berempati dan perspektif. Menulis juga dapat
mengasah kepribadian atau budi pekerti seseorang sehingga hal tersebut menjadi
bagian yang penting dalam kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan toleransi.
Hasil sosialisasi proyek mkwk ini bertujuan agar para siswa siswi dapat
meningkatkan literasi digital dengan dapat memfilter informasi yang diterima dari
media digital. Dengan adanya kemampuan untuk melakukan filtrasi informasi yang
positif dan juga negatif diharapkan siswa-siswi tidak aku kan tindakan yang
berkaitan dengan kejahatan digital contohnya ialah cyber bullying yang
menggambarkan sikap intoleransi atau diskriminasi. Literasi digital bukan sekedar
pemanfaatan media untuk alat hiburan tetapi juga dapat dijadikan sebagai hal positif
untuk mendapatkan informasi secara luas.
Kemudian tidak hanya meningkatkan literasi digital pada Gen Z dan
masyarakat tetapi juga membangun komunikasi yang dialogis dan persuasif antar
umat beragama serta memberikan pendidikan keagamaan yang mendalam moderat
dan tidak ekstrem juga dapat dijadikan sebuah acuan untuk menghindari tindakan
intoleransi di sekolah hal tersebut dilakukan agar antar siswa-siswi dapat menjalin
hubungan yang baik dan saling menghormati antar umat beragama serta dengan
menggunakan cara yang rasional dan meyakinkan siswa-siswi dapat menerima
pesan-pesan keagamaan tanpa adanya paksaan ataupun ancaman dari orang lain hal
tersebut ditujukan agar penyampaian pemahaman dan ajaran agama tidak condong
ke arah radikalisme, fanatisme atau intoleransi tetapi diharapkan dapat lebih
mengedepankan sikap toleransi, damai, inklusif dan tidak memaksa para
masyarakat nya.
Sedangkan solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi adanya tindakan
diskriminasi atau intoleransi di kalangan siswa-siswi ialah dengan melakukan
penyelesaian konflik diskriminasi melalui pendekatan hukum yang adil dan tidak

25
bersifat politis atau pun memihak yang sah dan sehingga penggunaan hukum dapat
dilakukan dengan menegakkan keadilan, mengedepankan hak -hak asasi manusia
serta menegakkan persamaan di hadapan hukum bagi semua warga negara tanpa
membedakan agama, suku, ras atau golongan serta tidak memihak kepada
kepentingan politik tertentu. Hal tersebut harus ditunjukkan agar tindakan
diskriminasi atau penindasan atau bahkan kekerasan terhadap individu bahkan
kelompok lain dapat segera diatasi dan memberikan efek jera bagi pelaku
diskriminasi. Sehingga diharapkan tindakan intoleransi dan diskriminasi tidak
semakin merajalela dan dapat teratasi agar tidak menyebabkan para korban semakin
bertambah banyak.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Sikap diskriminasi dan intoleransi dapat mengarah pada perilaku kekerasan
baik fisik maupun non fisik yang tidak mengenal belas kasihan, seperti melakukan
pelecehan, intimidasi, pengrusakan, penyerangan, pengusiran, dan pembunuhan.
Intoleransi sering terjadi akibat sikap etnosentrisme pada suatu kelompok yang
menganggap dirinya atau kelompoknya lebih hebat dari pada kelompok lain, dan
juga rendahnya hubungan sosial antara kelompok yang berbeda, rendahnya rasa
simpati dan empati, serta rendahnya sikap moral suatu bangsa.
Intoleransi merupakan situasi yang sulit dihadapi di lingkungan sekolah.
Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari tindakan
intoleransi adalah pertama dengan meningkatkan literasi digital bagi generasi muda
agar dapat membedakan informasi hoax, hasutan, dan ujaran kebencian serta
membuat konten-konten positif, kedua menyelesaikan konflik intoleransi dengan
pendekatan hukum yang adil dan tidak politis, dan yang terakhir adalah
membangun komunikasi dialogis dan persuasif antar umat beragama serta
memberikan pendidikan keagamaan yang mendalam, moderat dan tidak ekstrem.
MAS Miftahusallam memiliki peran penting agar siswa dan siswi dapat
terbebas dari intoleransi dengan menerapkan kebijakan yang jelas dan tegas baik
yang berkaitan dengan kesetaraan, penghargaan terhadap keberagaman, maupun
penolakan terhadap segala bentuk diskriminasi. Sekolah dapat memberikan
pendidikan tentang keberagaman, hak asasi manusia serta dampak negatif dari
diskriminasi. Maka dari itu diperlukan pendidikan karakter yang mengajarkan sikap
menghormati, menghargai, dan menerima perbedaan di dalam masyarakat.

5.2 Saran
Saran dan solusi yang dapat diberikan untuk menciptakan anti diskriminasi
dikalangan Gen Z adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan pentingnya anti diskriminasi kepada siswa, guru, dan staf
sekolah.
2. Menjaga lingkungan yang aman dan nyaman di sekolah.
3. Mendapatkan dukungan keluarga dalam upaya anti-diskriminasi.
4. Memberikan pendidikan tentang hak asasi manusia, keragaman, dan
diskriminasi sejak dini.
5. Memberikan contoh dan teladan yang baik tentang bagaimana bersikap
terhadap orang yang berbeda.
6. Memberikan ruang dan kesempatan bagi Gen Z untuk berinteraksi dan
berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda.

27
7. Memberikan dukungan dan perlindungan bagi Gen Z yang mengalami atau
menyaksikan diskriminasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, H. (2022, Januari 06). Pengertian Diskriminasi, Penyebab, dan Jenisnya


yang Perlu Dipahami. Retrieved from liputan6.com:
https://www.liputan6.com/hot/read/4852920/pengertian-diskriminasi-
penyebab-dan-jenisnya-yang-perlu-dipahami?page=2
Administrator, S. (n.d.). Pentingnya Toleransi Antar Mahasiswa. Retrieved from
hukum.uksw.edu: https://hukum.uksw.edu/detail_post/news/pentingnya-
toleransi-antar-mahasiswa
Afifah, W. (2017). Hukum Dan Konstitusi: Perlindungan Hukum Atas Diskriminasi
Pada Hak Asasi Perempuan Di Dalam Konstitusi. DiH: Jurnal Ilmu
Hukum, 13(26), 369025.
Awan, I., & Sodik, M. A. (2018). Diskriminasi dan Kesehatan Mental.
Chariri, A. (2009). LANDASAN FILSAFAT DAN METODE PENELITIAN
KUALITATIF. Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Laboratorium Pengembangan Akuntansi (LPA), 1-27.
Denny J.A., Ph.D. 2014. Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi Data, Teori Dan
Solusi. ed. Jonminofri. Jakarta: Inspirasi.co.
Dihni, V. A. (2022, Januari 19). Survei Komnas HAM: 27,8% Masyarakat Alami
Diskriminasi oleh Aparat Hukum. Retrieved from databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/19/survei-komnas-
ham-278-masyarakat-alami-diskriminasi-oleh-aparat-hukum
Djoko, Suwarno dkk (2018), PerZpective, Universitas Katolik Soegijapranata.
Fittrya, Laylatul. "Tionghoa dalam diskriminasi orde baru tahun 1967-
2000." Jurnal AVATARA 1.2 (2013): 159-166.
Firdaus, F., Sulfasyah, S., & Nur, H. (2018). Diskriminasi pendidikan masyarakat
terpencil. Equilibrium: Jurnal Pendidikan, 6(1), 33-43.
Fulthoni, d. (2009). MEMAHAMI DISKRIMINASI. Jakarta Selatan: The Indonesian
Legal Resource Center (ILRC).
Ismoyo, Petsy Jessy. "Islamofobia di Prancis: diskriminasi perempuan muslim
maghribi." Cakrawala Jurnal Penelitian Sosial 5.2 (2016).
Kian, S. H. T., & Setyawati, S. D. (2021). Mengatasi Diskriminasi Ras Melalui
Organisasi Kebudayaan. Visioner, 3(1 Juni), 310-318.
Kholis, N. (2018). Asas Non Diskriminasi Dalam Contempt Of Court. Legality:
Jurnal Ilmiah Hukum, 26(2), 210-237.
Misrawi, Z. (2013). Kesadaran Multikultural dan Deradikalisasi Pendidikan Islam:
Pengalaman Bhinneka Tunggal Ika dan Qabul Al-akhar. Jurnal Pendidikan
Islam :: Volume II, Nomor 1, 1434.

29
NAPITUPULU, E. L. (2023, Mei 19). Waspadai Tren Peningkatan Intoleransi di
Kalangan Siswa. Retrieved from kompas.id:
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/05/19/waspadai-tren-
peningkatan-intoleransi-di-kalangan-siswa
Norman K. Denzin, Y. S. (2017). The SAGE Handbook of Qualitative Research.
Singapore: SAGE Publications, Inc.
Suryani, Zihan, and Dinie Anggraenie Dewi. "Implementasi Pancasila Dalam
Menghadapi Masalah Rasisme Dan Diskriminasi." Jurnal
Kewarganegaraan 5.1 (2021): 192-200.
Tarigan, Nuah Perdamenta. "Masalah kusta dan diskriminasi serta stigmatisasinya
di Indonesia." Humaniora 4.1 (2013): 432-444.
Unsriana, Linda. "Diskriminasi gender dalam novel Ginko karya Junichi
Watanabe." Lingua Cultura 8.1 (2014): 40-47.
Widisuseno, I., & Sudarsih, S. (2019). Penguatan Wawasan Kebangsaan Sebagai
Upaya Pencegahan Paham Radikalisme dan Intoleransi Dikalangan Pelajar
Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Salatiga Kota Madya Salatiga.
Departemen Linguistik FIB UNDIP, 25.
Kendi, Ibrahim X.(2019).”How to Be an Antiracist”.America: Random House
One World , imprint.

30
1. Lampiran surat Izin kegiatan dari LIDA

31
2. Lampiran lokasi sosialisasi

32
LAPORAN FOTO- FOTO KEGIATAN SOSIALISASI

1. Pemberian Materi

2. Sesi Tanya Jawab Dan Kuis

33
3. Pembagian Hadiah

4. Wawancara

5. Foto Bersama

34

Anda mungkin juga menyukai