Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN MINI RISET

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI MELALUI PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Aksella Dwi laniLubis 3192122001


Basrah Jasmir Situmorang 3192422021

Daud Hasian Harahap 3191122015

Diana Lestari 3192122004


Husna Khoiriyah Sitompul 3192122002
Khairisma Dalimunte 3192422017
Lolita Hutapea 3192422019
Mona Ratu Munthe 3191122007
Natasya Regita Cahyani Silalahi 3192422016
Renna Maya Ratih 3192422018
Riris Ernawati Br Manjorang 3192422020
Utami Kesuma 3191122016

Dosen Pengampu : Dr. Nurjannah, M.Pd

Wira Fimansyah, S.Pd., M.Si

Mata Kuliah : Studi Masyarakat Indonesia

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kami kesehatan dan kesempatan waktu sehingga kami dapat
meynyelesaikan laporan mini riset ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami
ucapkan terima kasih jjuga kepada dosen pembimbing mata kuliah ini yang telah
mengarahkan dan memberikan kami panduan agar laporan in dapat
terselesaikan dengan baik.

Laporan ini riset ini kami buat guna untuk memenuhi nilai salah sattu
tugas dari mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia. Laporan ini berisi tentang
penerapan multicultural untuk meningkatkan dan mengembangkan sikap toleransi
melalui pendidikan multicultural. Dengan adanya pendidikan multicultural ini
diharapkan para siswa atau peserta didik calon penerus bangsa dapat memiliki sikap
yang saling menghormati dan menghargai perbedaan di lingkungan sosial budaya
yang berbeda.

Kami menyadari bahwa sangat banyak kekuramngan dalam penulisan laporan


kami ini baik dari segi pembahasan mauapun dari segi sistematika penulisannya.

Oleh karena itu kami harap kritik dan saran dari para pembaca agar penulisan
laporan lebih baik kedepannya. Semoga laporan mini riset ini bermanfaat bagi
pembaca dan menambah pengetahuan kita.

Terima Kasih.

Medan, Desember 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II.............................................................................................................................. 3
KAJIAN TEORI ............................................................................................................. 3
2.1 Kerangka Konseptual ......................................................................................................... 3
2.2 Studi Yang Relevan ........................................................................................................... 4
2.3 Kerangka Berpikir.............................................................................................................. 5
BAB III ............................................................................................................................ 6
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 6
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................................. 6
3.2 Sumber Data ...................................................................................................................... 6
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................. 7
3.4 Teknik Analisis Data .......................................................................................................... 7
BAB IV ............................................................................................................................ 8
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 8
4.1 Pengertian Pendidikan Multikultural................................................................................... 8
4.2 Sejarah Pendidikan Multikultural ....................................................................................... 9
4.3 Tujuan dan Pemanfaatan Penerapan Pendidikan Multikultural................................................ 10
4.4 Pentingnya Pendidikan Multikultural di Indonesia.................................................................. 14
BAB V............................................................................................................................ 20
KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan miniatur akan keberagaman budaya, adat istiadat, suku, bangsa,
maupun agamayang terdapat di Indonesia. Dalam keberagaman tersebut tidak terlepas dari
perbedaan antar peserta didik, dengan perbedaan yang ada peserta didik memiliki
kedudukan yang sama yaitu sebagai siswa sekolah yang berhak menuntut ilmu. Dalam
keberagaman atau perbedaan tersebut dapat disebut sebagai kelompok yang multikultural.

Pendidikan multikultural merupakan “proses pengembangan potensi yang dilakukan


oleh seseorang dalam menghargai keanekaragaman dan bervariasi keberagama budaya,
etnis, suku, dan agama” Dawam (Asendi 2018 : 24). Sedangkan menurut Yakin (Asendi
2018 : 25) menjelaskan bahwa “pendidikan multikultural merupakan sebuah strategi
pendidikan dengan menggunakan perbedaan kultural yang ada pada peserta didik seperti
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur yang
diterapkan pada semua mata pelajaran agar proses belajar menjadi efektif.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural


merupakan proses pengembangan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghargai
keanekaragaman dan bervariasinya etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras,
kemampuan, dan umur, dalam mengembangkan tersebut diperlukan sebuah strategi
yang dilakukan oleh pendidikan yang diterapkan pada semua mata pelajaran agar proses
belajar menjadi efektif.

Karakter toleransi merupakan “sikap saling menghargai melalui pengertian dan tujuan
kedamaian” Tilman (Supriyanto 2017:63). Sedangkan menurut Hasyim (Prameswari 2017:8)
menjelaskan toleransi merupakan “pemberian kebebasan kepada sesama masyarakat untuk
menjalankan keyakinan, mengatur hidupnya, dan menentukannya sendiri, selama dalam
menjalankan dan menentukan sikapnya tersebut tidak melanggar dan bertentangan
dengan asas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat”.

Di sekolah dasar sikap toleransi dapat dikatakan penting, karena sikap toleransi
memiliki banyak manfaat bagi peserta didik, dimana mereka dapat belajar saling
menghargai setiap pendapat maupun tindakan yang dilakukan dan menghormati perbedaan
antar peserta didik,

1
pendidik, serta masyarakat lainnya. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan
yang memiliki unsur membimbing, membentuk, dan mengkondisikan peserta didik untuk
memiliki mental dan kepribadian agar terbiasa hidup di tengah perbedaan baik suku, bahasa,
sosial- ekonomi, maupun perbedaan gender. Semua hal tersebut dapat terjadi dengan adanya
peran guru yang penting.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian pendidikan multikultural
2. Sejarah pendidikan multikultural
3. Tujuan dan pemanfaatan penerapan pendidikan multikultural
4. Pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia

1.3 Tujuan Masalah


a. Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikutural !
b. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan manfaat dari penerapan
pendidikan multikultural !
c. Untuk mengetahui dampak positif dan pentingnya pendidikan multikultiral !
d. Untuk mengetahui cara apa saja yang dilakukan dalam menghadapi gejala gejala
yang di akibatkan oleh multikultiralisme !

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut


:

1. Secara Praktis

Dilihat dari kegunaan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai pendidikan multikultural.

2. Secara Teoritis

Penyusunan laporan miniriset ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan yang
lebih mendalam kepada pembaca dan penulis mengenai “PENGEMBANGAN SIKAP
TOLERANSI MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL” dan dapat dijadikan bahan
referensi unruk penelitian berikutnya.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kerangka Konseptual


Indonesia merupakan negara yang majemuk, keanekaragaman budaya yang dimiliki
Indonesia, mengakibatkan banyaknya perbedaan seperti, budaya, adat istiadat, agama,
bahasa, ras, suku dan lain sebagainya. Pada hakikatnya memang setiap individu memiliki
perbedaan, tak ada satupun individu yang memiliki kesamaan secara utuh, tentunya
individu tersebut berbeda dengan individu yang lain.

Multiultural adalah gagasan yang digunakan untuk menjelaskan usaha yang


mencerminkan berbagai tujuan dan strategi yang telah digunakan untuk merespon
pergerakan etnis baik dalam maupun antar negara.Rifai Harahap mengartikan
Multikulturalisme sebagai gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh
masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya,
namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan
mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut.

Secara sederhana multikultural bermakna keragaman budaya. Istilah multikultural dari


aspek kebahasaan mengandung dua pengertian yang sangat kompleks yaitu multi yang
berarti plural, kultural berisi pengertian kultur atau budaya. Istilah kultur mengandung arti
yang berjenis-jenis, bukan sekedar pengakuan akan adanya yang berjenis-jenis tetapi juga
pengakuan tersebut mempunyai implikasi-implikasi yang sangat luas dan kompleks karena
berhubungan dengan ideologi, politik dan ekonomi.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, semuanya nampak mengarah pada tujuan yang sama
yaitu bagaimana lewatpendidikan mampu mewujudkan sebuah bangsa yang kuat, maju, adil
dan makmur dan sejahtera tanpa perbedaan etnik, ras, agama dan budaya.
Semangatnya adalah bagaimana membangun kekuatan di seluruh sektor sehingga tercapai
kemamkmuran bersama,memiliki harga diri yang tinggi dan di hargai bangsa lain. Dengan
demikian, pendidikan multikultural dalam konteks ini dapat diartikan sebagai sebuah proses
pendidikan yang memberikan peluang sama pada seluruh anak bangsa tanpa
memperbedakan perlakuan karena perbedaan etnik, agama, budaya dalam rangka
memperkuat persatuan dan kesatuan, identitas nasional dan citra bangsa di mata dunia
internasional.Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa
multikultural adalah istilah yang digunakan untuk
3
menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun
kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman,
dan berbagai macam budaya (multicultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat
menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Kini
multikulturalisme juga digunakan oleh banyak Negara berkembang sebagai salah satu
wacana politik dan/ kebijakan. Pengertian multikulturalisme sendiri sangatlah kabur.
Multikultur dapat mengacu kepada masyarakat dengan dua ciri khusus, yakni
keanekaragaman rasa atau keanekaragaman etnik(poli-etnik).Untuk dapat memahami arti
multikultural dalam kaitannya dengan pendidikan, secara etimologis terdiri atas dua
terma, yaitu pendidikan dan multikultural. Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan secara terminologi
pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku
dan aliran (agama). Dengan demikian, pendidikan multikultural merupakan proses yang
dapat diartikan sebagai proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau sekelo
mpok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan
proses, perbuatan dan caracara mendidik yang menghargai pluralitas dan heterogenitas
secarahumanistik.

2.2 Studi Yang Relevan

Salah satu studi relevan mengenai pokok pembahasan pada laporan miniriset ini
merupakansebuah skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI
MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. . Dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data yang bersifat deskriptif. Yaitu suatu usaha untuk memperoleh informasi yang di
awali dengan mengumpulkan dan menyusun suatu data lalu di analisis. Yang di analisis
berupa penjelasan dari narasumber yaitu berupa kata-kata dan gambar dan bukan berupa
angka-angka. Kemudian data-data inilah yang dipakai untuk membuat sebuah laporan
dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut. Penjelasan dari narasumber tersebut
di dapat dengan melakukan wawancara dan mengobservasi langsung di tempat peneliti
melakukan penelitian. Asil laporan ini dari bebarapa hasil penelitian terdahulu sehingga
dapat membandingkan dan juga menganalisi bagaimana keterkaitan antara peneltian

4
tedahulu kepenelitian yang baru sehingga mengasilkan sebuah analisis baru dari
perkembangan penelitian literatur.

5
2.3 Kerangka Berpikir

Pengembangan Sikap Toleransi


Melalui Pendidikan
Multikultural

Pendidikan
Multikultural

Sejarah pendidikan Tujuan dan pemanfaatan Pentingnya


multikultural penerapan pendidikan pendidikan
multikultural multikultural di

Sekolah merupakan miniatur akan keberagaman budaya, adat istiadat, suku, bangsa,
maupun agamayang terdapat di Indonesia. Dalam keberagaman tersebut tidak terlepas dari
perbedaan antar peserta didik, dengan perbedaan yang ada peserta didik memiliki
kedudukan yang sama yaitu sebagai siswa sekolah yang berhak menuntut ilmu. Dalam
keberagaman atau perbedaan tersebut dapat disebut sebagai kelompok yang multikultural.
Dalam hal ini elihat bagaimana pendidikan multikultural dalam membuat sebuat integritas
di indonesia yang dikenal dengan sebutan negara majemukdari hasil mini riset literatur
mengenai ini melihatnya dengan beberapa penelitian sebelumnya serta memberikan
sebuah analisis mengenai pendidika n multikultural.

6
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research atau
penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan
berdasarkan study literatur atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang
telah maupun yang belum dipublikasikan, buku buku dan penelitian terdahulu.

3.2 Sumber Data

Karena penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, maka sumber data yang
diperoleh ada dua macam yaitu:

1. Sumber primer yaitu sebuah referensi yang dijadiakn acuan utama dalam penelitian.
Yaitu jurnal Puspita, Yenny. (2018, July). PENTINGNYA PENDIDIKAN
MULTIKUTURAL. In prosiding seminar nasional program pascasarjana universitas
PGRI. Palembang:Universitas PGRI, 5 (5).
2. Sumber sekunder merupakan referensi-referensi pendukung dan pelengkap
bagi sumber primer yang berupa jurnal yaitu
 Hanum, Farida. PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM
MEWUJUDKAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Yogyakarta: UNY
 Nadziroh. PENTINGNYA PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
PADA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
2014
 Nurcahyono, O.H. (2018). Pendidikan multicultural di indonesia: Analisis
sinkronis dan diakroni. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi, 2(1),
105-115.
 Arifin Akhmad Hidayatullah Al. 2012. Implementasi pendidikan multicultural
dalam praksis pendidikan di indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi
dan Aplikasi, 1(1).
 Asmuri. 2016. Pendidikan multukultural (telaah terhadap sistem pendidikan
nasional dan pendidikan agama islam). POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, 2(1)

7
3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam


rangka mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti
melakukan study dokumen/ literature yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam material seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan
jurnal dan kisah- kisah sejarah dan lain-lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian.
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung
kepada subjek penelitian melainkan jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai
macam dokumen baik dokumen primer maupun sekunder.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan
juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang terutama adalah masalah
yang tentang sebuah penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data
yang bersifat deskriptif. Yaitu suatu usaha untuk memperoleh informasi yang di awali
dengan mengumpulkan dan menyusun suatu data lalu di analisis. Yang di analisis berupa
penjelasan dari narasumber yaitu berupa kata-kata dan gambar dan bukan berupa angka-
angka. Kemudian data-data inilah yang dipakai untuk membuat sebuah laporan dalam
penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut. Penjelasan dari narasumber tersebut di
dapat dengan melakukan wawancara dan mengobservasi langsung di tempat peneliti
melakukan penelitian.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Pendidikan multikultural dibahas dan diwacanakan pertama kali di Amerika dan negara-
negara Eropa Barat pada tahun 1960-an oleh gerakan yang menuntut diperhatikannya
hak- hak sipil (civil right movement). Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk
mengurangi praktik diskriminasi di tempat-tempat publik, di rumah, di tempat-tempat kerja,
dan di lembaga-lembaga pendidikan yang dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap
kelompok minoritas. Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan
multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang at
au sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan,
proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Sedangkan Multikultural secara
etimologis multi berarti banyak, beragam dan aneka sedangkan kultural berasal dari kata
culture yang mempunyai makna budaya, tradisi. Rangkaian kata pendidikan dan
multikultural memberikan arti secara terminologis adalah proses pengembangan seluruh
potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekwensi
keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama). Menurut M. Ainul Yaqin
memahami pendidikan multikultural sebagai strategi pendidikan yang diaplikasikan pada
semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang
ada pada para siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas sosial, ras,
kemampuan dan umur agar proses belajar menjadi mudah. Sedangkn menurut John W.
Santrock mendefinisikan pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
diversitas dan mewadahi prespektif dari beragam kelompok kultural atas dasar basis regular.

Pendidikan Multikultural adalah sebuah pendekatan pengajaran dan


pembelajaran yang didasarkan atas nilai-nilai demokratis yang mendorong berkembangnya
pluralisme budaya; dalam hampir seluruh bentuk komprehensifnya. Pendidikan
multikultural merupakan sebuah komitmen untuk meraih persamaan pendidikan,
mengembangkan kurikulum yang menumbuhkan pemahaman tentang kelompok-kelompok

9
etnik dan memberangus praktik- praktek penindasan. Pendidikan Multikultural
merupakan reformasi sekolah yang

1
komprehensif dan pendidikan dasar untuk semua anak didik yang menentang semua bentuk
diskriminasi dan intruksi yang menindas dan hubungan antar personal di dalam kelas dan
memberikan prinsi-prinsip demokratis keadilan sosial. Istilah “pendidikan
multikultural” dapat digunakan baik pada tingkat deskriptif dan normatif, yang
menggambarkan isu-isu dan masalah-masalah pendidikan yang berkaitan dengan
masyarakat multikultural. Lebih jauh ia juga mencakup pengertian tentang pertimbangan
terhadap kebijakan-kebijakan dan strategi- strategi pendidikan dalam masyarakat
multikultural. Dalam konteks deskriptif ini, maka kurikulum Pendidikan Multikultural
mestilah mencakup subjek-subjek seperti: toleransi; tema-tema tentang perbedaan ethno-
kultural dan agama.

4.2 SEJARAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Multikulturalisme di Indonesia muncul pada tahun 2002. Hal ini sejalan dengan
reformasi tahun 2998 dan diberlakukannya otonomi daerah mulai tahun 1991. Pemerintahan
orde baru cenderung dijlankan secara scientific dengan menggunakan politik
kebudayaan yang seragam dan menggunakan tipe pendekatan permadani dalam melihat
masyarakat multicultural. Setelah orde baru desentralisasi berkembang dan kedaerahaan
turun yang menimbulkan efek yang kontra jika dilihat dari perspektif kesatuan dan integrasi
nasional.

Berkaitan dengan hal tersebut maka maka gagasan multikulturalisme


diimplementasikan di Indonesia. Pada awalnya, paham multikulturalisme ini tumbuh dan
berkembang di Kanada dan Amerika yang sejalan dengan fakta sosial yang ada di Indonesia
yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Baik multikulturalisme dan Bhinneka Tunggal Ika memiliki
semangat yakni unity in diversity bukan uniformity in diversity. Penanaman nilai-nilai
multikulturalisme juga kebhinnekaan dilakukan melalui jalur pendidikan. Yang mana
di dunia sudah dikenal dengan pendidikan multicultural.

Pendidikan multicultural ini diajarkan kepada peserat didik dengan harapan


agar mereka dapat dan mampu memahami bahwasnaya di dalam lingkungan mereka
terdapat keragaman budaya. Keberagaman budaya tersebut mempengaruhi tingkah laku,
sikap, pola pikir sehingga manusia tersebut memiliki cara-cara (usage) , kebiasaan
(folkways), aturan- aturan (mores) dan istiadat (custom) yang berbeda dengan yang lainnya.
Pendidikan multicultural merupakan pendidikan yang menyadarkan masyarakat akan
pentingnya pemahaman relatisme kebudayaan. Pendidikan multicultural merupakan

1
bentuk reformasi pendidikan di Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Yang dahulunya
menerapkan sistem

1
pendidikan segresi atau mengelompokkan kelas-kelas sosial, suku, agama, ras
kemudian berubah dengan memberikan peluang yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

Menurut Banks (2002) terdapat empat tujuan dari gerakan multicultural yaitu,
pertama untuk membantu individu untuk memahami diri mereka secara mendalam dengan
menggunakan perpektif budaya lain. Kedua, memberikan pengajaran kepada peserta didik
tentang pengetahuan etnis dan budaya lain. Ketiga, untuk mengurangi diskriminasi
ras, warna kulit dan karakteristik budaya. Keempat, untuk menguasai kemampuan dasar
membaca menulis dan berhitung.

4.3 Tujuan dan Pemanfaatan Penerapan Pendidikan Multikultural


Pada proses pendidikan menjamin kesamaan hak semua anak bangsa dalam
memperoleh pendidikan. Pendidikan multicultural sangat tepat dijalankan di Indonesia
mengingat bangsa ini memiliki keberagaman suku, adat istiadat, agama, dan bahasa.

Tujuan pendidikan multikultural dalam UU Sisdiknas ialah: menambahkan sikap


simpati, respek, apresiasi dan empati terhadap penganut agama dan kultur yang
berbeda.Tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap
simpatik, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.
Gorski dalam Budianta, (2003:13) pendidikan multikultural bertujuan untuk memfasilitasi
pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik mencapai potensi maksimal sebagai
pelajar dan sebagai pribadi yang aktif dan memiliki kepekaan sosial tinggi di tingkat
lokal,nasional dan global serta mewujudkan sebuah bangsa yang kuat, maju, adil,
makmur dan sejahtera tanpa perbedaan etnik, ras, agama dan budaya. Dengan semangat
membangun kekuatan diseluruh sektor sehingga tercapai kemakmuran bersama, memiliki
harga diri yang tinggi dan dihargai bangsa lain.

Pada penerapannya pendidikan multikultural di Indonesia diposisikanmenjadi tiga


yaitu sebagai falsafah pendidikan, sebagai pendekatan pendidikan, dan bidang kajian dan
bidang studi. Sebagai falsafah pendidikan, kekayaan dan keberagaman (multikultural) yang
dimiliki oleh Indonesia hendaknya dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan dan
mengembangkan sistem pendidikan. Sebagai pendekatan pendidikan, pendekatan
pendidikan yang kontekstual harus memeperhatikan keragaman budaya yang ada. Sebagai
bidang ilmu kajian dan studi, yaitu wacana multikulturalisme yang masuk ke dalam
mata pelajaran tertentu seperti sosiologi, antropologi dan kewarganegaraan, pada akhir-

1
akhir ini juga ada wacana untuk menjadikan pendidikan multikulturalisem sebagai mata
pelajaran tersendiri.

1
Karakteristik Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural merupakan proses
pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia upaya pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara
mendidikyang menghargai pluralitas dan heterogenitas secara humanistik. Ada tiga
tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan multikultural di Indonesia, yaitu:

1) Agama, suku bangsa dan tradisi Agama secara actual merupakan ikatan yang terpenting
dalam kehidupan orang Indonesia sebagai suatu bangsa.hal ini akan dapat menjadi perusak
apabila digunakan sebagai senjata politik atau fasilitas individu-individu atau
kelompokekonomi.

2) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan unsur yang terpenting dalam hidup bermasyarakat. Munculnya


kecurigaan/ketakutan atau ketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga timbul ketika
tidak ada komunikasi di dalam masyarakat plural.

3) Toleransi

Toleransi merupakan bentuk tertinggi ketika kita mencapai keyakinanyang dapat


berubah.Toleransi juga merupakan suatu pendekatan dalam perubahan pandangan,

wawasan dan akal pikiran. Faktor Penyebab Terjadinya Multikultural Faktor-faktor yang
menjadi penyebab terjadinya multikulturalisme.

1) Faktor geografis, faktor ini sangat mempengaruhi apa dan bagaimana kebiasaan sua tu
masyarakat. Maka dalam suatu daerah yang memiliki kondisi geografis yang berbeda maka
akan terdapat perbedaan dalam masyarakat (multikultural).

2) Pengaruh budaya asing, mengapa budaya asing menjadi penyebab


terjadinyamultikultural, karena masyarakat yang sudah mengetahui budaya-budaya asing
kemungkinan akan terpengaruh mind set mereka dan menjadkan perbedaan antara budaya
asing dan budaya negaranya sendiri.

3) Kondisi iklim yang berbeda, maksudnya hampir sama dengan perbedaan letak geografis
suatu daerah.

1
Adapun pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia yaitu sebagai sarana
alternatif pemecahan konflik, peserta didik diharapkan tidak meninggalkan akar
budayanya, dan

1
pendidikan multikultural sangat relevan digunakan untuk demokrasi yang ada seperti
sekarang.

1) Sarana alternatif pemecahan


konflik

Penyelenggaraan pendidikan multikultural di dunia pendidikan diakui dapat menjadi solusi


nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya di masyarakat
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam unsur sosial dan budaya. Dengan kata laun,
pendidikan multikultural dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial-budaya.
Struktur kultural masyarakat Indonesia yang amat beragam menjadi tantangan bagi dunia
pendidikan untuk mengolah perbedaan tersebut menjadi suatu aset, bukan sumber
perpecahan.

Saat ini pendidikan multikultural mempunyai dua tanggung jawab besar, yaitu menyiapkan
bangsa Indonesia untuk mengahadapi arus budaya luar di era globalisasi dan menyatukan
bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya. Pada kenyataannya pendidikan
multikultural belum digunakan dalam proporsi yang benar. Maka, sekolah dan perguruan
tinggi sebagai instirusi pendidikan dapat mengembangkan kurikulum pendidikan
multikultural dengan model masing-masing sesuai dengan otonomi pendidikan atau
sekolahnya sendiri.

Model-model pembelajaran mengenai kebangsaan memang sudah ada. Namun, hal itu
masih kurang untuk dapat mengahargai perbedaan masing-masing suku, budaya maupun
etnis. Hal ini dapat dilihat dari munculnya berbagai konflik dari realitas kehidupan
berbangsa dan bernegara saat ini. Hal ini berarti bahwa pemahaman mengenai toleransi di
masyarakat masih sangat kurang. Penyelenggaraan pendidikan multikultural dapat
dikatakann berhasil apabila terbentuk pada diri setiap peserta didik sikap saling toleransi,
tidak bermusuhan, dan tidak berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya, suku,
bahasa, dan lain sebagainya.

Menurut Sleeter dan Grant (1988:46), pendidikan multikultural dikatakan berhasil apabila
prosesnya melibatkan semua elemen masyarakat. Hal itu dikarenakan adanya multidimensi
aspek kehidupan yang tercakup dalam pendidikan multikultural. Perubahan yang diharapkan
adalah pada terciptanya kondisi yang nyaman, damai, toleran dalam kehidupan masyarakat,
dan tidak selalu muncul konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan SARA.

1
2) Agar peserta didik tidak meninggalkan akar
budaya

1
Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, pendidikan multikultural juga
signifikan dalam upaya membina peserta didik agar tidak meninggalkan akar budaya yang
ia miliki sebelumnya, saat ia berhubungan dengan realitas sosial-budaya di era globalisasi.
Pertemuan antar budaya di era globalisasi ini bisa menjadi „ancaman‟ serius bagi peserta
didik. Untuk menyikapi realitas tersebut, peserta didik tersebut hendaknya diberikan
pengetahuan yang beragam. Sehingga peserta didik tersebut memiliki kemampuan
global, termasuk kebudayaan. Dengan beragamnya kebudayaan baik di dalam maupun di
luar negeri, peserta didik perlu diberi pemahaman yang luas tentang banyak budaya, agar
siswa tidak melupakan asal budayanya.

Menurut Fuad Hassan, saat ini diperlukan langkah antisipatif terhadap tantangan
globalisasi, terutama dalam aspek kebudayaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
(iptek) dapat memperpendek jarak dan memudahkan adanya persentuhan antar budaya.
Tantangan dalam dunia pendidikan kita, saat ini sangat berat dan kompleks. Maka, upaya
untuk mengantisipasinya harus dengan serius dan disertai solusi konkret.

Jika tidak ditanggapi dengan serius terutama dalam bidang pendidikan yang bertanggung
jawab atas kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka, peserta didik tersebut akan
kehilangan arah dan melupakan asal budayanya sendiri. Sehingga dengan pendidikan
multikultural itulah, diharapkan mampu membangun Indonesia yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia saat ini. Karena keanekaragaman budaya dan ras yang ada di
Indonesia itu merupakan sebuah kekayaan yang harus kita jaga dan lestarikan.

3) Sebagai landasan pengemban

Pendidikan multikultural sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat


penting apabila dalam memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus dikuasai
oleh peserta didik dengan ukuran dan tingkatantertentu. Pengembangan kurikulum yang
berdasarkan pendidikan multikultural dapat dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai
berikut Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku secara serentak seperti sekarang
menjadi filosofi pendidikan yang sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang
pendidikan dan unit pendidikan.

b. Harus merubah teori tentang konten (curriculum content) yang mengartikannya sebagai
aspek substantif yang berisi fakta, teori, generalisasi, menuju pengertian yang mencakup
nilai moral, prosedur, proses, dan keterampilan (skills) yang harus dimiliki generasi muda.

1
c. Teori belajar yang digunakan harus memperhatikan unsur keragaman sosial, budaya,
ekonomi, dan politik.

d. Proses belajar yang dikembangkan harus berdasarkan cara belajar berkelompok dan
bersaing secara kelompok dalam situasi yang positif. Dengan cara tersebut, perbedaan
antarindividu dapat dikembangkan sebagai suatu kekuatan kelompok dan siswa
terbiasa untuk hidup dengan keberanekaragaman budaya.

e. Evaluasi yang digunakan harus meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan kepribadian
peserta didik sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan.

4) Menuju masyarakat Indonesia yang Multikultural Inti dari cita-cita reformasi Indonesia
adalah mewujudkan masyarakat sipil yang demokratis, dan ditegakkan hukum untuk
supremasi keadilan, pemerintah yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial serta
rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat,
dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat

Indonesia. Corak masyarakat Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika bukan hanya merupakan
keanekaragaman suku bangsa saja melainkan juga menyangkut tentang keanekaragaman
budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Eksistensi
keberanekaragaman tersebut dapat terlihat dari terwujudnya sikap saling menghargai,
menghormati, dan toleransi antar kebudayaan satu sama lain.

Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah demokrasi,
keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang
sederajat, suku bangsa, kesukubangsaan, kebudayaan suku bangsa, keyakinan keagamaan,
ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya komuniti,
dan kosnep-konsep lain yang relevan.

4.4 Pentingnya Pendidikan Multikultural di


Indonesia
Didalam pendidikan sekolah dasar terjadi pembauran antaranak yang berbeda latar
belakang, dan ragam budaya, sehingga melahirkan masyarakat multikultural.
Masyarakat multikultural dimaknai sebagai masyarakat yang di dalamnya berkembang
banyak ragam kebudayaan (Waston, 2000:112). Dengan demikian masyarakat multikultural
yang terjadi di dalam tersusun dari berbagai macam bentuk kehidupan dan orientasi nilai
yang berbeda dan beragam. Perbedaan atau kebhinekaan budaya haruslah dipandang

1
sebagai suatu yang lumrah, sehingga secara bijak mengakui atas identitas kelompok-
kelompok dan penerimaan

1
perbedaan kebudayaan yang berkembang di lingkungan masyarakat sebagai suatu
rahmat, kita harus mempunyai kesadaran dan pemahaman bahwa setiap masyarakat
mempunyai pengalaman, kebudayaan, keinginan, cita-cita, harapan yang berbeda. Setiap
masyarakat memiliki identitas diri yang terbangun melalui suatu pertalian yang rumit dan
unik dari ras, etnik, lapisan sosial, bahasa, agama, gender, kemampuan dan keterampilan,
serta pengaruh- pengaruh budaya lainnya. Dengan memperhatikan perbedaan, keragaman,
dan pluralisme sebagaimana diuraikan di atas, maka pendidikan sekolah dasar haruslah
didesain dengan berorientasi multikultural dan berorientasi ke masa depan. Surakhmad
(1999:19) memberikan sebuah daftar penting dan menarik tentang perubahan atau peralihan
paradigma, dari yang berorientasi ke masa silam menjadi berorientasi ke masa depan, yaitu:

a) pendidikan yang mengutamakan nilai kehidupan budaya feudal aristrokasi dirubah


menjadi pendidikan yang menggalakkan kehidupan nilai budaya demokrasi
b) peralihan pengelolaan pendidikan yang terpusat secara sentralistik
kepada pengelolaan pendidikan yang berbasiskan kekuatan masyarakat
c) peralihan sikap kependidikan yang mengutamakan keseragaman ke sikap yang
menghargai keseragaman
d) peralihan dari pandangan kependidikan yang lebih banyak bersifat pelaksanaan
kewajiban kepandangan yang mendidik dan menyadarkan warganegara mengenai
hak asasi manusia
e) peralihan sikap kependidikan yang konformistik ke sikap kependidikan yang
motivatif, dan konstektual.

Pendidikan multikultural adalah proses pena naman cara hidup menghormati, tulus,
dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat
plural. Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya keke nyal an dan kelenturan
mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial,sehingga persatuan bangsa bangsa tidak
mudah patah dan retak. Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat
kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis untuk dapat
mengeloyang muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola
secara cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan. Pendidikan
multikultural sangat relevan dilaksanakan dalam mendukung proses demokratisasi, pada
pendidikan multikultural terdapat beberapa hal terkait mengenai; pengakuan hak asasi
manusia, tidak adanya diskriminasi dan diupayakannya keadilan sosial.

1
Upaya yang Diperlukan dalam Penanaman Multikultural di Sekolah Dasar

Dari permasalahan yang diidentifikasi selanjutnya ditawarkan alternatif atau solusi


pemecahan masalah yang ada, yaitu sebagai berikut.

1. perlu dilakukan revitalisasi nasionalisme yang mengarahkan kepada


integritas nasional, nasionalisme yang menghargai perbedaan kultural. Upaya yang
dilakukan adalah melalui pendidikan keluarga dan pendidikan dalam masyarakat
yang dilakukan melalui teladan dan pembiasaan.
2. pemberian muatan untuk menanamkan jiwa nasionalisme dalam arti yang
sebenarnya seperti yang dicita-citakan pendiri negara (Sukarno), yaitu nasionalisme
yang mengakui adanya perbedaan kultural, ras, suku dan lainnya.
3. pembelajaran multikulutral perlu dikembangkan pada pendidikan sekolah dasar
sebab melalui pembelajaran multikultural akan dapat dilahirkan warga negara yang
berjiwa nasionalisme, menghargai perbedaan, menghormati perbedaan, berpikiran
global dalam konteks masyarakat Indonesia

Strategi pendidikan multilkultural selanjutnya perlu dijabarkan dalam implikasi di


sekolah dasar. Menurut realita empirik, dapat disusun tujuh impli kasi strategi pendidikan
dengan pendekat an multikultural yaitu sebagai berikut.

1. Membangun paradigma keberagaman inklusi di lingkungan sekolah dasar


Guru sebagai orang dewasa dan kebijakan sekolah harus menerima bahwa ada agama
lain selain agama yang dianutnya. Ada pemeluk agama selain dirinya yang juga
memeluk suatu agama. Dalam sekolah yang muridnya beragam agama, sekolah dasar
harus melayani kegiatan rohani semua siswanya secara baik. Hilangkan kesan
mayoritas minoritas siswa menurut agamanya. Setiap kegiatan keagamaan atau
kegiatan apapun antar siswa yang beragama berbeda. Hal ini perlu diterapkan di
sekolah dasar yang berbasis agama tertentu atau menerima siswa yang beragama
sejenis. Guru dan kebijakan sekolah tidak mengungkapkan secara eksplisit,
radikal, dan provokatif dalam wujud apapun, karena di luar sekolah itu siswa akan
bertemu, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain yang berbeda agama.
Sebagai bahan renungan, seorang guru harus peka dan bijaksana menjelaskan
sejarah Perang Salib, bom Bali, konflik antarpemeluk agama di Madura, terorisme,
dan sebagainya. Jangan sampai ada ketersinggungan sekecil apapun, karena
kecerobohan ungkapan guru. Sekecil

1
apapun singgungan tentang agama akan membekas dalam benak siswa yang
akan dibawa sampai dewasa.
2. Menghargai keragaman bahasa di sekolah dasar Dalam suatu sekolah dasar
bisa terdiri di guru, tenaga kependidikan, dan siswa yang berasal dari berbagai
wilayah dengan keragaman bahasa, dialek, dan logat bicara. Meski ada bahasa
Indonesia sebagai pengantar formal di sekolah, namun logat atau gaya bicara selalu
saja muncul dalam setiap ungkapan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Sekolah perlu
memiliki peraturan yang mengakomodasi penghargaan terhadap perbedaan bahasa.
Guru serta warga sekolah yang lain tidak boleh mengungkapakan rasa”geli” atau
“aneh” ketika mendengarkan atau membaca ungkapan bahasa yang berbeda dari
kebiasaannya. Semua harus bersikap apresiatif dan akomodatif terhadap perbedaan-
perbedaan itu. Perbedaan yang ada seharusnya menyadarkan kita bahwa kita sangat
kaya budaya, mempunyai teman-teman yang unik dan menyenangkan, serta dapat
bertukar pengetahuan berbahasa agar kita kaya wawasan.
3. Membangun sikap sensitif gender di sekolah dasar Pembagian tugas,
menyebutkan contoh-contoh nama tokoh, dan sebagainya harus proposional antara
laki-laki dan perempuan. Tidak ada yang lebih dominan atau sebaliknya minoritas
antara gender laki-laki dan perempuan. Dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai
kodrati, penerapan gender dalam fungsi-fungsi pembelajaran di sekolah harus
proposional karena setiap siswa laki-laki dan perempuan memiliki potensi masing-
masing. Perempuan jadi pemimpin, laki-laki mengurusi konsumsi, atau yang
lain saat ini bukan sesuatu yang tabu. Biarlah siswa mengembangkan potensinya
dengan baik tanpa bayang-bayang persaingan gender. Siapa yang berpotensi biarlah
dia yang berprestasi. Berilah Reward pada siapapun dengan gender apapun yang
mampu berpretasi, sebaiknya beri punishment yang tegas dan mendidik
terhadap sikap, ucapan, dan perilaku yang menyinggung perbedaan gender.
4. Membangun pemahaman kritis dan empati terhadap ketidakadilan serta
perbedaan sosial Pendidikan dan penegakan peraturan seko lah tidak boleh
mempertimbangkan status sosial siswa. Baurkan siswa dari beragam status sosial
dalam kelompok dan kelas untuk berinteraksi normal di sekolah. Meskipun begitu,
guru dan siswa harus tetap memahami perbedaan sosial yang ada di antara
temantemannya. Pemahaman ini bukan untuk menciptakan perbedaan, sikap lebih
tinggi dari yang lain, atau sikap rendah diri bagi yang kurang, namun untuk

1
menanamkan sikap syukur atas apapun yang dimiliki. Selanjutnya dikembangkan
kepedulian untuk tidak saling meren

1
dahkan namun saling mendukung menurut kemampuan masing-masing. Sikap empati
dan saling membantu tidak hanya ditanamkan di lingkungan sekolah saja.
Suatu waktu siswa bisa diajak berkegiatan sosial di luar sekolah seperti dipanti
asuhan, panti jompo, dan sebagainya. Atau bila ada musibah diantara warga
sekolah atau daerah lain siswa diajak berdoa dan memberikan sumbangan. Sekecil
apapun doa, ucapan simpati, jabat tangan, pelukan, atau bahkan bantuan material
akan sangat bermakna bagi pembentukan karakter siswajuga siapapun yang menjadi
objek empati.
5. Membangun sikap anti deskriminasi etnis Sekolah dasar dapat menjadi Indonesia
mini atau dunia mini, di mana berbagai etnis menuntut ilmu di sekolah dasar. Di
sekolah dasar bisa jadi suatu etnis mayoritas terhadap etnis lainnya. Tetapi perlu
dipahami, di sekolah lain etnis yang semula mayoritas bisa jadi menjadi minoritas.
Hindari sikap negatif terhadap etnis yang berbeda. Tanamkan dan biasakan
pergaulan yang positif. Pahamkan bahwa inilah Indonesia yang hebat, warganya
beraneka ragam suku atau etnis, bahasa, tradisi namun bisa bersatu karena sama-
sama berbahasa Indonesia. “Ciptakan kultur dan ke hidupan sekolah yang Bhinneka
Tunggal Ika dengan interaksi dan komunikasi yang positif”.
6. Menghargai perbedaan kemampuan Sekolah tidak semua siswa berkemampuan
sama atau standar. Dalam psikologi sosial dikenal istilah disability artinya terdapat
sebuah kondisi fisik dan mental yang membuat siswa sebaiknya dibiasakan membaur
antara siswa yang unggul dan lemah dalam ke lompok atau kelas, agar terjadi
pembimbingan sebaya, yakni yang unggul semakin kuat pemahamannya tentang
suatu materi dan bermanfaat dengan ilmunya, serta yang kurang memperoleh guru
sebaya yang lebih komunikatif dan merasa diterima oleh temantemannya.
7. Menghargai perbedaan umur Setiap individu siswa mengalami pertambahan
sesuai pertambahan umurnya. Guru harus memahami ini, terutama tentang
karakteristik psikologis dan tingkat kemampuan sesuai umurnya. Seharusnya yang
lebih tua memberi tauladan, motivasi, kepercayaan, demokratis, membimbing,
mengasuh, dan melindungi yang lebih muda. Yang muda menghormati, sopan
santun, menauladani kebaikan, dan mem bantu yang lebih tua. Menyikapi kondisi
sekolah sebagai “dunia” multikultural, pengambil kebijakan dan warga sekolah
harus mengubah paradigma dan sistem sekolah menjadi paradigma dan sis tem
sekolah yang multikultural. Secara ber tahap harus disusun kembali sistem,
peraturan, kurikulum, perangkat-perangkat prasarana sekolah yang berbasis

1
multikultural berdasarkan kesepakatan warga sekolah. Selanjutnya adalah
secara kontinyu dilakukan orientasi kepada warga

1
sekolah terutama warga baru, sosialisasi, tauladan guru dan kakak kelas, pembiasaan
kultur sikap dan perilaku multikultural, serta pemberian reward dan punishment
tentang pelaksanaan kultur sekolah dengan konsisten. Di sinilah urgensi pendidikan
multikultural untuk dihadirkan dalam dunia pendidikan saat ini. Pendidikan melalui
sekolah meru pakan instrumen paling ampuh untuk mem berikan penyadaran kepada
masyarakat, supaya tidak terjadi konflik etnis, budaya dan agama.

2
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Simpulan
Sekolah merupakan miniatur akan keberagaman budaya, adat istiadat, suku, bangsa,
maupun agamayang terdapat di Indonesia. Dalam keberagaman tersebut tidak terlepas dari
perbedaan antar peserta didik, dengan perbedaan yang ada peserta didik memiliki
kedudukan yang sama yaitu sebagai siswa sekolah yang berhak menuntut ilmu. Dalam
keberagaman atau perbedaan tersebut dapat disebut sebagai kelompok yang multikultural.
Dalam hal ini elihat bagaimana pendidikan multikultural dalam membuat sebuat integritas
di indonesia yang dikenal dengan sebutan negara majemukdari hasil mini riset literatur
mengenai ini melihatnya dengan beberapa penelitian sebelumnya serta memberikan sebuah
analisis mengenai pendidikan multikultural.
Pendidikan multicultural ini diajarkan kepada peserta didik dengan harapan agar
mereka dapat dan mampu memahami bahwasnaya di dalam lingkungan mereka
terdapat keragaman budaya. Keberagaman budaya tersebut mempengaruhi tingkah laku,
sikap, pola pikir sehingga manusia tersebut memiliki cara-cara (usage) , kebiasaan
(folkways), aturan- aturan (mores) dan istiadat (custom) yang berbeda dengan yang lainnya.
Pendidikan multicultural merupakan pendidikan yang menyadarkan masyarakat akan
pentingnya pemahaman relatisme kebudayaan. Pendidikan multicultural merupakan
bentuk reformasi pendidikan di Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Yang dahulunya
menerapkan sistem pendidikan segresi atau mengelompokkan kelas-kelas sosial, suku,
agama, ras kemudian berubah dengan memberikan peluang yang sama untuk mendapatkan
pendidikan.

5.2. Saran

Pendidikan Multikultural di Indoneisa harus dikembangkan, karena dengan adanya


pendidikan multicultural ini dapat membentuk agent atau penerus bangsa yang sadar akan
keberagaman dan mampu bertoleransi diatas perbedaan kebudayaan dan agama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

2
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Akhmad Hidayatullah Al. 2012. Implementasi pendidikan multicultural dalam


praksis pendidikan di indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi,
1(1).

Asmuri. 2016. Pendidikan multukultural (telaah terhadap sistem pendidikan nasional dan
pendidikan agama islam). POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, 2(1)

Hanum, Farida. PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM


MEWUJUDKAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Yogyakarta: UNY

Nadziroh. PENTINGNYA PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA PENDIDIKAN


SEKOLAH DASAR. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. 2014

Nurcahyono, O.H. (2018). Pendidikan multicultural di indonesia: Analisis sinkronis


dan diakroni. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi, 2(1), 105-115.

Puspita, Yenny. (2018, July). PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKUTURAL. In prosiding


seminar nasional program pascasarjana universitas PGRI. Palembang:Universitas PGRI,
5 (5).

Anda mungkin juga menyukai