Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan hasil penelusuran, berikut ini adalah tiga perspektif sosiologi yang dapat membantu

menjelaskan tingginya tingkat korupsi di Indonesia:

1. **Perspektif Sosiologi Hukum**: Menurut sebuah penelitian[1], korupsi dianggap sebagai


masalah sosial di masyarakat karena mengganggu ketentraman hidup masyarakat. Korupsi dalam
bentuk gratifikasi merupakan salah satu jenis korupsi yang paling banyak terjadi di Indonesia.
Gratifikasi merupakan suatu bentuk pemberian yang memiliki maksud atau tujuan tertentu. Korupsi
dapat menimbulkan masalah serius, terutama di sektor pemerintahan, seperti menghambat tata
kelola pemerintahan yang demokratis, menurunkan kualitas pertumbuhan, dan stabilitas nasional
maupun internasional.

2. **Perspektif Budaya**: Korupsi merupakan masalah laten di Indonesia yang telah berlangsung
dari waktu ke waktu[3]. Budaya Indonesia memiliki kearifan lokal yang sangat kental dengan nilai-
nilai religius, humanis, persatuan, demokrasi, dan keadilan. Namun, perilaku korupsi yang
mengandung nilai-nilai keserakahan, keserakahan, kejahatan, materialisme, dan oportunisme sangat
bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Akar permasalahan korupsi di Indonesia
bukan hanya karena rusaknya sistem hukum, tetapi juga karena terlepasnya bangsa Indonesia dari
nilai-nilai budayanya sendiri. Budaya hedonis, liberal, oportunis, dan individualis telah menginvasi
masyarakat Indonesia, membuat masyarakat Indonesia semakin permisif terhadap korupsi.

3. **Perspektif Struktural**: Korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa dan memiliki dampak
destruktif bagi suatu negara[5]. Korupsi menyebabkan pengentasan kemiskinan menjadi terhambat
karena hilangnya dana negara untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Korupsi juga merusak
etika sosial, pembangunan manusia, memperlebar kesenjangan sosial, dan mengacaukan birokrasi.
Teori GONE mengungkapkan bahwa seseorang yang melakukan korupsi pada dasarnya adalah orang
yang serakah dan tidak pernah merasa puas[4]. Korupsi sering digunakan sebagai sarana untuk
mendapatkan kekuasaan, kekayaan, dan status, terutama dalam masyarakat yang distribusi sumber
dayanya timpang. Oleh karena itu, perspektif struktural menekankan pentingnya mengatasi akar
permasalahan korupsi, seperti distribusi sumber daya dan kekuasaan yang tidak merata, untuk
mencegah terjadinya korupsi.

Kutipan:

[1] https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/JKS/article/download/3066/2495

[2] https://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA/article/download/5690/2532

[3] https://forumkeadilanbabel.com/2023/03/27/korupsi-dalam-perspektif-sosiologi/

[4] https://aclc.kpk.go.id/action-information/lorem-ipsum/20220407-null

[5] https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/234

[6] https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/234/pdf
Translated with www.DeepL.com/Translator (free version)

Anda mungkin juga menyukai