Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga kondan cepat, konsentrasi
diketahui dari hasil standarisasi (Underwood, 1999).
Larutan baku primer berfungsi unuk membakukan atau untuk memastikan
konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang
ketepatan/kepastian konsentrsainya sukar diperoleh melalui
pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara
kuantitatif ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut
larutan baku sekunder) setelah dibakukan jika larutan bersifat stabil
sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain
atau kadar suatu cuplikan. Larutan baku primer harus dibuat secara teliti
dan setepat mungkin (secara kuantitatif).
Salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu adalah titrasi, dimana
penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang
peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak
orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Ralph, H.
2008).
Syarat -Syarat Larutan Standar
Adapun syarat-syarat larutan standar diantaranya sebagai berikut:
(a) Mudah di dapat, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam
keadaan murni
(b) Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100+0,2) atau dapat
dimurnikan dengan penghabluran kembali
(c) Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan
merupakan baku primer)
(d) Tidak teroksidasi oleh oksigen di udara dan tidak berubah oleh
karbon dioksida di udara
(e) Susunan kimianya tepat sesuai dengan jumlahnya
(f) Berat ekuivalen besar sehingga kesalahan penimbangan lebih kecil
(g) Mudah larut
(h) Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat dan
terukur
(Soerois dan Abdul, 2008:76)
Beberapa contoh zat yang dapat diperoleh dalam keadaan kemurnian
tinggi, sehingga cocok untuk kelarutan standar primer adalah Natrium
Karbonat, Kalium hidrogenftalat, Asam benzoat, Natrium tetraborat, Asam
sulfamat, Kalium hydrogen iodat, Natrium Oksalat, Perak, Natrium Klorida,
Kalium Klorida, Iod, Kalium bromat, Kalium iodat, Kalium dikromat, dan
Arsen (III) Oksida.
Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
(1) Kemurniannya tinggi (zat pengotornya tidak melebihi 0,2 %)
(2) Stabil (tidak menyerap H2O dan CO2, tidak bereaksi dengan udara,
tidak mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada
pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia yang pasti,
dan akan memudahkan penimbangan
(3) Memiliki bobot molekul (BM, Mr) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi
dan
(4) Larutannya bersifat stabil.
Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi selain itu, kesalahan-kesalahan
selama proses pembuatan seperti pengeringan, pengukuran,
penimbangan, dan pemindahan zat juga harus dihindarkan kecuali karena
kesalahan alat. Larutan yang diperoleh akan terukur secara teliti dan
tepat, dan melalui pengemasan/penyimpanan yang baik akan bertahan
lama.
Persyaratan untuk larutan baku sekunder, larutan ini kebakuannya
(kepastian molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku
primer. Larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas/disimpan
dengan benar maka larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan baku dan
langsung dapat digunakan tanpa harus dibakukan lagi.
Analisis Volumetri
Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan
konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan.
Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan
digunakan pada analisis volumetri.
Analisis volumetri adalah teknik analisis kuantitatif berdasarkan jumlah,
yaitu volume suatu larutan yang diketahui konsentrasinya supaya bereaksi
sempurna. Analisis volumetri biasa dikenal dengan nama titrasi atau
dengan kata lain analisis volumetri disebut juga analisis titrimetri.
Titrasi merupakan suatu cara analisis untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya, yaitu
dengan cara mencampurkan keduanya agak terjadi reaksi antara kedua zat
2 tersebut. Zat yang dalam metode umumnya telah diketahui secara pasti
konsentrasinya (standar) disebut dengan titran/titer dan diisikan pada
buret, sedangkan zat yang akan dianalisis konsentrasinya disebut dengan
titrat dan diisikan dalam erlenmeyer. Titer dan titrat pada analisis
volumetri harus berupa larutan agar dapat dianalisis dengan mudah
volumenya. Larutan standar atau larutan baku adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui dan dibuat dengan cara penimbangan zat
dengan jumlah tertentu yang telah dicampur dengan sejumlah air sebagai
pelarut. Proses penentuan konsentrasi larutan standar disebut dengan
pembakuan atau standarisasi.
Metode volumetri atau titrimetri secara umum masih digunakan secara
luas karena metode ini merupakan metode yang handal dari segi teknis
dan prinsip, murah dan mampu memberikan ketepatan yang tinggi.
Keterbatasan dari metode titrimetri adalah metodenya yang kurang
spesifik. Metode titrimetri menggunakan pengukuran volume, yaitu
dengan cara sejumlah zat yang dianalisis direaksikan dengan larutan baku
(standar) yang telah diketahui kadar atau konsentrasinya secara teliti dan
reaksinya berlangsung secara kuantitatif
Syarat reaksi kimia yang tepat untuk berlangsung dalam analisis volumetri
adalah:
a. Reaksinya harus cepat.
b. Reaksinya cukup sederhana sehingga dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi yang tepat.
c. Bahan yang dianalisis harus bereaksi sempurna dengan senyawa baku
(standar) dan perbandingan stoikiometrisnya bisa mencapai
kesetimbangan/setara.
d. Perubahan yang terjadi harus tampak jelas saat titik ekivalen tercapai,
baik perubahan secara fisik maupun kimia.
e. Indikator diperlukan ketika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi
agar pengamatan dengan pengukuran daya hantar listrik (misalna
untuk titrasi potensiometri atau konduktometri) dapat dilakukan
dengan tepat sasaran.
Kelebihan metode volumetri untuk penetapan kadar suatu zat antara lain:
a. Alatnya sederhana, cepat dan tidak memerlukan pekerjaan yang
menjemukan, seperti pengeringan dan penimbangan secara
berulangulang.
b. Memiliki ketelitian hingga part per million (ppm), yaitu 1 bagian dalam
1000.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika analisis volumetri adalah sebagai
berikut:
a. Alat pengukur volume seperti buret, pipet volume dan labu takar
harus ditera secara teliti (telah dikalibrasi).
b. Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau sebagai standar
harus senyawa dengan kemurnian yang tinggi.
c. Indikator atau perangkat lain untuk mengetahui titik akhir (selesai)nya
titrasi.
d. Neraca analitik yang akurat untuk menimbang bahan atau senyawa
baku untuk membuat larutan baku
• Statif dipakai
untuk menahan
buret (meletakkan
buret) pada waktu
titrasi.
Pereaksi:
• (COOH2)2 . 2H2O
Cara kerja:
• Timbang tepat (COOH2)2 . 2 H2O sebanyak 0,1000 x 63 gr x 100/1000 =
0,6300 gram dengan kertas timbang.
• Masukkan larutan tersebut kedalam labu ukur 100 mL dengan
menggunakan corong gelas.
• Encerkan larutan sampai garis takar dengan air suling.
• Kocok 12 x sampai isinya serba sama (homogen).
• Larutan siap dipakai sebagai larutan baku primer.
Dalam mengencerkan larutan harus tepat pada garis karena jika sedikit
saja lebih maka kadar asam oksalat akan berubah. Setelah itu larutan
harus dikocok minimal 12 kali karena jika tidak larutan tidak akan
homogen. Dari perhitungan ini menghasilkan kadar asam oksalat yaitu
0,6300 g/L.
Hasil Pengamatan:
a. Tabel Pembuatan larutan HCl 0,1 N
Volume Larutan HCl BJ HCl Kadar HCl X ml HCl
(mL) (gram/mL) (%)
250 1,19 372,1
b. Tabel Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax
m Borax Volume HCl Warna
(gram) (mL) Awal Proses Akhir
0,4 30 Bening Orange Merah Muda
Penyelesaian :
Volume HCl pekat:
3.65 (V)
X ml HCl =
10 (k)(L)
3.65 (250)
=
10 (1.19)(37)
= 2.07 (dibulatkan menjadi 2.1)
Standarisasi
Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer (John Kenkel, 2003).
Standarisasi ialah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang tepat
dari calon larutan baku. Standarisasi secara titrasi ini, maka bahan
perstandarisasian haruslah suatu bahan baku primer, yakni suatu bahan
yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditemukan dari berat bahan
sangat murni yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi. Larutan
yang dibuat dari bahan baku primer tersebut dinamakan larutan baku
primer (Yayan, 2009:107)
Bahan:
1) NaOH
2) Asam oksalat 0,1 M
3) Indikator phenolphtalein (PP)
4) Aquades
Cara Kerja:
Adapun langkah-langkah mestandarisasi larutan NaOH sebagai berikut:
1) Memasukkan 10 mL larutan asam oksalat 0,1 M ke dalam Erlenmeyer
menggunakan pipet volume dengan posisi pipet lurus vertikal tegak
lurus dengan Erlenmeyer yang dibuat miring
2) Memasukkan 30 mL Aquades
3) Memasukkan 10 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer kemudian
4) Menambahkan 2-3 tetes indikator PP kedalam larutan yang terdapat
pada Erlenmeyer.
5) Menitrasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat, dengan cara
digoyang secara perlahan lahan. titik akhir ekivalen diketahui ketika
warna larutan NaOH berubah warna dari bening menjadi merah muda
maka pada saat itu titrasi dihentikan.
6) Mencatat volume larutan asam oksalat yang digunakan dalam titrasi
larutan NaOH.
7) Lakukan titrasi sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata volume
asam oksalat yang digunakan dari 3 kali titrasi yang telat dilakukan
8) Selanjutnya, melakukan perhitungan untuk menentukan konsentrasi
larutan NaOH
Dari perobaan standarisasi NaOH diatas diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan Volume larutan NaOH Volume larutan asam oksalat
Titrasi 1 10 mL 25 mL
Titrasi 2 10 mL 24 mL
Titrasi 3 10 mL 26 mL
*Rata-rata volume asam oksalat saat titrasi = 25 mL
Perhitungan:
Konsentrasi larutan asam oksalat
Diketahui:
Volume asam Oksalat : 100 mL = 0,1 L
Mm asam Oksalat : 126 gram/mol
Massa asam oksalat : 2,52 gram
Penyelesaian:
massa asam oksalat
Mr asam oksalat
Molaritas asam oksalat =
volume asam oksalat
2,52 𝑔𝑟𝑎𝑚
126 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
Molaritas asam oksalat =
0,1 L
Molaritas asam oksalat = 0,2 mol/L
Konsentrasi NaOH
Diketahui:
Volume NaOH : 10mL
Penyelesaian:
Mol NaOH = 2 x mol H2C2O4
V NaOH . M NaOH = 2 x V H2C2O4 . M H2C2O4
10 mL . M NaOH = 2 x 25 mL. 0,2 mol/L
10 mL. M NaOH = 10 mL. mol/L
10 mL. mol/L
M NaOH =
10 mL
M NaOH =1M
Maka dapat diketahui bahwa konsentrasi NaOH yang akan digunakan
adalah sebesar 1 M
Setelah mengetahui konsentrasi NaOH tersebut secara pasti, maka larutan
NaOH dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA