Anda di halaman 1dari 22

LARUTAN STANDAR DAN STANDARISASI

Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga kondan cepat, konsentrasi
diketahui dari hasil standarisasi (Underwood, 1999).
Larutan baku primer berfungsi unuk membakukan atau untuk memastikan
konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang
ketepatan/kepastian konsentrsainya sukar diperoleh melalui
pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara
kuantitatif ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut
larutan baku sekunder) setelah dibakukan jika larutan bersifat stabil
sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain
atau kadar suatu cuplikan. Larutan baku primer harus dibuat secara teliti
dan setepat mungkin (secara kuantitatif).
Salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu adalah titrasi, dimana
penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang
peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak
orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Ralph, H.
2008).
Syarat -Syarat Larutan Standar
Adapun syarat-syarat larutan standar diantaranya sebagai berikut:
(a) Mudah di dapat, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam
keadaan murni
(b) Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100+0,2) atau dapat
dimurnikan dengan penghabluran kembali
(c) Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan
merupakan baku primer)
(d) Tidak teroksidasi oleh oksigen di udara dan tidak berubah oleh
karbon dioksida di udara
(e) Susunan kimianya tepat sesuai dengan jumlahnya
(f) Berat ekuivalen besar sehingga kesalahan penimbangan lebih kecil
(g) Mudah larut
(h) Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat dan
terukur
(Soerois dan Abdul, 2008:76)
Beberapa contoh zat yang dapat diperoleh dalam keadaan kemurnian
tinggi, sehingga cocok untuk kelarutan standar primer adalah Natrium
Karbonat, Kalium hidrogenftalat, Asam benzoat, Natrium tetraborat, Asam
sulfamat, Kalium hydrogen iodat, Natrium Oksalat, Perak, Natrium Klorida,
Kalium Klorida, Iod, Kalium bromat, Kalium iodat, Kalium dikromat, dan
Arsen (III) Oksida.
Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
(1) Kemurniannya tinggi (zat pengotornya tidak melebihi 0,2 %)
(2) Stabil (tidak menyerap H2O dan CO2, tidak bereaksi dengan udara,
tidak mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada
pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia yang pasti,
dan akan memudahkan penimbangan
(3) Memiliki bobot molekul (BM, Mr) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi
dan
(4) Larutannya bersifat stabil.
Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi selain itu, kesalahan-kesalahan
selama proses pembuatan seperti pengeringan, pengukuran,
penimbangan, dan pemindahan zat juga harus dihindarkan kecuali karena
kesalahan alat. Larutan yang diperoleh akan terukur secara teliti dan
tepat, dan melalui pengemasan/penyimpanan yang baik akan bertahan
lama.
Persyaratan untuk larutan baku sekunder, larutan ini kebakuannya
(kepastian molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku
primer. Larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas/disimpan
dengan benar maka larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan baku dan
langsung dapat digunakan tanpa harus dibakukan lagi.

Cara Membuat Larutan Standar


Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni
dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh
volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar
primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara
menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume
tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer,
disebut larutan standar skunder.
Mekanisme Pembuatan Larutan Standar
Agar konsentrasi larutan tidak berubah, maka sebelum digunakan, larutan
harus distandarisasi terlebih dahulu.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan untuk membuat larutan standar
adalah sebagai berikut:
1. Dihitung zat murni (gram) yang ingin dibuat larutan standar dengan
konsentrasi X Normalitas.
2. Zat murni yang telah ditimbang menggunakan neraca analitik,
dimasukkan kedalam labu ukur.
3. Ditambahkan aquadest kedalam labu ukur sampai volume tepat tanda
batas.
4. Dikocok larutan sampai bercampur sempurna.
5. larutan dibiarkan beberapa lama

Analisis Volumetri
Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan
konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan.
Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan
digunakan pada analisis volumetri.
Analisis volumetri adalah teknik analisis kuantitatif berdasarkan jumlah,
yaitu volume suatu larutan yang diketahui konsentrasinya supaya bereaksi
sempurna. Analisis volumetri biasa dikenal dengan nama titrasi atau
dengan kata lain analisis volumetri disebut juga analisis titrimetri.
Titrasi merupakan suatu cara analisis untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya, yaitu
dengan cara mencampurkan keduanya agak terjadi reaksi antara kedua zat
2 tersebut. Zat yang dalam metode umumnya telah diketahui secara pasti
konsentrasinya (standar) disebut dengan titran/titer dan diisikan pada
buret, sedangkan zat yang akan dianalisis konsentrasinya disebut dengan
titrat dan diisikan dalam erlenmeyer. Titer dan titrat pada analisis
volumetri harus berupa larutan agar dapat dianalisis dengan mudah
volumenya. Larutan standar atau larutan baku adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui dan dibuat dengan cara penimbangan zat
dengan jumlah tertentu yang telah dicampur dengan sejumlah air sebagai
pelarut. Proses penentuan konsentrasi larutan standar disebut dengan
pembakuan atau standarisasi.
Metode volumetri atau titrimetri secara umum masih digunakan secara
luas karena metode ini merupakan metode yang handal dari segi teknis
dan prinsip, murah dan mampu memberikan ketepatan yang tinggi.
Keterbatasan dari metode titrimetri adalah metodenya yang kurang
spesifik. Metode titrimetri menggunakan pengukuran volume, yaitu
dengan cara sejumlah zat yang dianalisis direaksikan dengan larutan baku
(standar) yang telah diketahui kadar atau konsentrasinya secara teliti dan
reaksinya berlangsung secara kuantitatif
Syarat reaksi kimia yang tepat untuk berlangsung dalam analisis volumetri
adalah:
a. Reaksinya harus cepat.
b. Reaksinya cukup sederhana sehingga dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi yang tepat.
c. Bahan yang dianalisis harus bereaksi sempurna dengan senyawa baku
(standar) dan perbandingan stoikiometrisnya bisa mencapai
kesetimbangan/setara.
d. Perubahan yang terjadi harus tampak jelas saat titik ekivalen tercapai,
baik perubahan secara fisik maupun kimia.
e. Indikator diperlukan ketika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi
agar pengamatan dengan pengukuran daya hantar listrik (misalna
untuk titrasi potensiometri atau konduktometri) dapat dilakukan
dengan tepat sasaran.
Kelebihan metode volumetri untuk penetapan kadar suatu zat antara lain:
a. Alatnya sederhana, cepat dan tidak memerlukan pekerjaan yang
menjemukan, seperti pengeringan dan penimbangan secara
berulangulang.
b. Memiliki ketelitian hingga part per million (ppm), yaitu 1 bagian dalam
1000.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika analisis volumetri adalah sebagai
berikut:
a. Alat pengukur volume seperti buret, pipet volume dan labu takar
harus ditera secara teliti (telah dikalibrasi).
b. Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau sebagai standar
harus senyawa dengan kemurnian yang tinggi.
c. Indikator atau perangkat lain untuk mengetahui titik akhir (selesai)nya
titrasi.
d. Neraca analitik yang akurat untuk menimbang bahan atau senyawa
baku untuk membuat larutan baku

Pengukuran Volume dan Berat Pada Analisis


Volumetri
Analisa volumetri merupakan kimia Analisa kuantitatif, yaitu penentuan
kadar sebuah zat berdasarkan pengukuran volume larutan atau berat zat
yang telah diketahui konsentrasinya.
Pengukuran volume, yaitu dengan cara sejumlah zat yang dianalisis
direaksikan dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui kadar atau
konsentrasinya secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif.
Reaksi yang terjadi tidak untuk dikhususkan bagi bahan tertentu saja,
akan tetapi dapat mencakup semua bahan dengan sifat yang sama atau
hampir mirip secara umum.
Pengukuran bahan padat dan cair secara akurat merupakan hal yang
sangat penting dalam melakukan percobaan di laboratorium. Pengukuran
yang akurat membutuhkan peralatan yang tepat dan cara pengukuran
yang benar. Pemindahan bahan kimia baik padat maupn cair secara tidak
hati-hati merupakan satu bahaya pada laboratorium.
Bahan Cair, Untuk mengukur volume zat cair, biasanya digunakan labu
ukur atau pipet ukur kemudian zat cair dipindahkan ke labu erlenmeyer
atau labu ukur. Jika cairan yang dipindahkan merupakan reagen pembatas,
timbang terlebih dahulu wadahnya sebelum menuang cairan ke
dalamnya. Setelah dituang, wadah ditimbang lagi untuk mengetahui berat
zat cair yang dipindahkan. Jika cairan yang dipindahkan bukan merupakan
reaksi pembatas, berat cairan dapat dihitung dari volume yang
dipindahkan dan berat jenis cairan, dengan menggunakan rumus :
Berat (g) = berat jenis (g/ml) x volume (ml)
Bahan Padat, Untuk menimbang bahan padat secara akurat, dibutuhkan
neraca dengan ketelitian 0,01 g. tempatkan kaca arloji pada piringan
neraca. Spatula dapat digunakan untuk membantu memindahkan zat
padat ke gelas kimia. Jangan menimbang secara langsung pada labu dan
jangan menuang, melimpahkan, atau mengguncang bahan dalam botol.
Alat Laboratorium yang digunakan pada
Analisis Volumetri

No Nama Alat Kegunaan Gambar


1. Buret dan • Buret sebagai
Statif tempat titran,
biasanya yang
dipakai adalah
buret dengan
volume 50 mL.
Skala O ada
dibagian atas dan
50 ada di bawah.

• Statif dipakai
untuk menahan
buret (meletakkan
buret) pada waktu
titrasi.

2. Tabung Erlenmeyer untuk


Erlenmeyer meletakkan analit.
Biasa yang
dipergunakan untuk
titrasi adalah ukuran
250 mL agar mudah
dipegang dan lebih
mudah melihat analit.
3. Gelas Beaker Sebagai tempat
mereaksikan bahan,
tempat menampung
bahan kimia berupa
larutan, padatan, pasta
ataupun tepung, tempat
melarutkan bahan dan
tempat memanaskan
bahan.

4. Pipet Volume Untuk mengambil analit


dengan volume
tertentu. Misalnya 10
atau 25 mL.

5. Gelas Ukur Untuk mengukur


volume larutan atau zat
dengan tepat.
6. Labu Ukur Labu takar dipakai untuk
membuat larutan
standar dengan volume
tertentu misalnya 10,
25, 50 mL.

7. Botol Semprot Menyimpan Aquades


dan digunakan untuk
mencuci ataupun
membilas bahan-bahan
yang tidak larut dalam
air.

8. Batang Untuk mencampur


Pengaduk larutan. Dapat pula
untuk membantu
dekantasi larutan dari
suatu wadah ke wadah
lain sementara padatan
tetap tertinggal di
wadah asal. Batang
pengaduk dapat
menginduksi kristalisasi
dalam prosedur
rekristalisasi.
Larutan Standar dari zat berwujud padat
(Asam Oksalat)
Untuk membuat larutan pereaksi dari padatannya diperlukan
informasi/data seperti yang tertera dalam tabel kemasan meliputi kadar
dan berat molekul (BM). Massa padatan yang harus diambil untuk
membuat larutan pereaksi dengan konsentrasi dan volume tertentu dapat
dihitung dengan mempertimbangkan kemurnian padatannya.
Alat-alat:
• Neraca analitik
• Corong gelas
• Labu ukur 1000 mL

Pereaksi:
• (COOH2)2 . 2H2O

Cara kerja:
• Timbang tepat (COOH2)2 . 2 H2O sebanyak 0,1000 x 63 gr x 100/1000 =
0,6300 gram dengan kertas timbang.
• Masukkan larutan tersebut kedalam labu ukur 100 mL dengan
menggunakan corong gelas.
• Encerkan larutan sampai garis takar dengan air suling.
• Kocok 12 x sampai isinya serba sama (homogen).
• Larutan siap dipakai sebagai larutan baku primer.

Data dan perhitungan:


Berat Molekul (BM) = 126
Berat Equivalen (BE/ BS) = BM / valensi = 126/2 = 63 g/L.
1N~1 BE ~ 1 grek = 63,000 g/L.
Larutan baku atau standar :
• Primer : H2C2O4
• Sekunder : NaOH
• Tersier : CH3COOH

Dalam mengencerkan larutan harus tepat pada garis karena jika sedikit
saja lebih maka kadar asam oksalat akan berubah. Setelah itu larutan
harus dikocok minimal 12 kali karena jika tidak larutan tidak akan
homogen. Dari perhitungan ini menghasilkan kadar asam oksalat yaitu
0,6300 g/L.

Larutan Standar dari zat berwujud Cair (HCl)


Larutan standar ialah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan
teliti, di mana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram
ekivalen tertentu. Larutan standar yang dibuat dari zat dengan kemurnian
yang tinggi, dan dapat langsung dipergunakan sebagai larutan standar
dalam proses titrasi (tanpa distandarisasi terlebih dahulu) disebut larutan
standar primer. Apabila larutan standar itu dibuat dari zat yang tidak
mempunyai kemurnian tinggi, sehingga masih perlu distandarisasi lebih
dahulu dengan larutan standar primer, disebut dengan larutan standar
sekunder.

Alat, Bahan, dan Cara Kerja:


Alat:
• gelas ukur • Pipet
• labu takar 2 buah • Statif
• Erlenmeyer 3 buah • Corong
Bahan:
• Larutan HCl • Indikator MO (Methyl Orange)
• Larutan Na2B4O7.10H2O (0,4gr) • Aquadest
• Larutan Na2CO3 (0,75gr)
Cara Kerja:
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
• Mengambil x ml HCl pekat lalu memasukan dalam labu takar 100 ml
• Menambahkan aquadest ke dalam labu takar tersebut sampai tanda
garis
• Mengocok larutan tersebut hingga menjadi homogen
• Memindahkan larutan HCl yang sudah dibuat kedalam Erlenmeyer.
b. Standarisasi 0,1 N HCl dengan borax (Na2B4O7.10H2O)
• Mengambil 0,4 gr borax murni.
• Memasukan borax kedalam labu erlenmeyer.
• Melarutkan dengan 5 ml akuades + 3 tetes indikator MO.
• Mentitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna.
• Menghitung N HCl.
c. Menentuan kadar Na2CO3
• Menimbang 0,75 gr.
• Memasukan kedalam labu takar 50 mL.
• Menambahkan aquadest ke dalam labu takar tersebut sampai tanda
garis.
• Mengambil 10 mL kemudian memasukan kedalam Erlenmeyer
• Menambahkan indikator MO 3 tetes ke dalam erlenmeyer
• Mentitrasi dengan HCl yang telah dibuat
• Menentukan kadar Na2CO3.

Hasil Pengamatan:
a. Tabel Pembuatan larutan HCl 0,1 N
Volume Larutan HCl BJ HCl Kadar HCl X ml HCl
(mL) (gram/mL) (%)
250 1,19 372,1
b. Tabel Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax
m Borax Volume HCl Warna
(gram) (mL) Awal Proses Akhir
0,4 30 Bening Orange Merah Muda

c. Tabel Penentuan kadar Na2CO3


Volume HCl Kadar HCl Warna
(mL) (%) Awal Proses Akhir
24,8 19.628,373 Bening Orange Merah Muda

Perhitungan Hasil Pengamatan:


a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
Diketahui : V HCl = 250 mL
K = 1,19 gr/mL
L = 37%
Ditanya : x HCl = ?
Keterangan : x = jumlah HCl yang dihasilkan (mL)
V = volume HCl 0,1 N yang diinginkan (mL)
k = berat jenis HCl (gr/mL)
L = kadar HCl pekat (%)

Penyelesaian :
Volume HCl pekat:
3.65 (V)
X ml HCl =
10 (k)(L)
3.65 (250)
=
10 (1.19)(37)
= 2.07 (dibulatkan menjadi 2.1)

b. Standarisasi 0, 1 N HCl dengan Borax


Diketahui : m Borax = 0,4 gr
Koef HCl = 2
BM Borax = 481,46
V HCl = 30 mL
Ditanya : N HCl = ?
Keterangan: N = normalitas HCl (N)
m = massa Borax (gr)
Koef HCl = koefisien HCl
BM Borax = massa rumus Borax
V HCl = volume HCl (mL)
Penyelesaian :
m Borax (koef HCl)1000
N HCl =
BM Borax (V HCl)
0.4 (2)(1000)
=
481.46 (30)
= 0,056 N

c. Penentuan kadar Na2CO3


Diketahui : N = 0,056 N
V HCl = 24,8 mL
BM Na2CO3 = 106 gr/mol
m Na2CO3 = 0,75 gr
Ditanya : Kadar Na2CO3 = ?
Keterangan : N HCl = Normalitas HCl
V HCl = Volume HCl
BM Na2CO3 = Massa rumus Na2CO3
m Na2CO3 = Massa Na2CO3
Penyelesaian :
V HCl (N HCl)(BM Na2 CO3 )
Kadar Na2CO3 = X 100 %
m Na2 CO3
24.8 (0.056)(106)
= X 100%
0.75
= 19628,373 %
Dari percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan larutan 0,1 N HCl diperlukan 2,1 mL HCl.
2. Konsentrasi larutan sebenarnya dapat diketahui dengan standarisasi
yang dilakukan dengan cara titrasi.
3. Pada penitrasian Borax (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3 diperoleh warna
bening diawal, kemudian warna orange pada proses, dan warna merah
muda di akhir. Dengan volume HCl 30 mL pada standarisasi dengan
Borax dan volume HCl 24,8 ml pada Na2CO3.
4. Pada standarisasi borax diperoleh normalitas HCl 0,056 N.
5. Dan kadar Na2CO3 diperoleh 19628,373 %.

Standarisasi
Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer (John Kenkel, 2003).
Standarisasi ialah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang tepat
dari calon larutan baku. Standarisasi secara titrasi ini, maka bahan
perstandarisasian haruslah suatu bahan baku primer, yakni suatu bahan
yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditemukan dari berat bahan
sangat murni yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi. Larutan
yang dibuat dari bahan baku primer tersebut dinamakan larutan baku
primer (Yayan, 2009:107)

Cara Membuat Standarisasi Larutan NaOH


Biasanya larutan standar yang digunakan adalah NaOH, dalam membuat
larutan NaOH maka kita harus menimbang kristalnya dan melarutkan
dalam air. Karena Kristal NaOH bersifat higroskopis dan mudah mengikat
karbon dioksida dalam udara dalam penimbangan juga akan
mempengaruhi dalam ketelitiannya. Untuk memperoleh kosentrasi
larutan dengan akurasi tinggi adalah:
a. Tersedia dalm kemurnian tinggi
b. Tidak higroskopis dan tidak bereaksi dengan sesuatu diudara
c. Mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang relatif besar, sehingga
lebih teliti dengan penimbangan Larutan dalam pelarut yang
diinginkan, misalnya dalam air bersifat stabil tidak mudah terurai atau
berubah menjadi zat lain. Sebaiknya relatif murah, tidak beracun
beracun dan aman bagi lingkungan.
larutan NaOH perlu distandarisasi karena larutan NaOH merupakan zat
yang mudah terkontaminasi, bersifat higroskopis sehingga mudah menarik
uap air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara.
Dengan demikian apabila ingin menggunakan larutan NaOH sebagai
pereaksi dalam suatu titrasi maka larutan NaOH harus distandarisasi
terlebih dahulu.
Untuk menstandarisasi NaOH, digunakan larutan asam oksalat sebagai
titrat karena larutan asam oksalat merupakan larutan primer yang
konsentrasinya diketahui secara pasti dan tidak higroskospis. Sehingga
terbentuk garam natrium oksalat dan air.
Reaksi :
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(aq)
Alat dan Bahan
Alat:
1) Buret dan Stand
2) Labu Erlenmeyer
3) Gelas beaker
4) Pipet volumetric
5) Gelas ukur
6) Labu ukur
7) Botol semprot
8) Batang pengaduk
9) Tissue

Bahan:
1) NaOH
2) Asam oksalat 0,1 M
3) Indikator phenolphtalein (PP)
4) Aquades

Cara Kerja:
Adapun langkah-langkah mestandarisasi larutan NaOH sebagai berikut:
1) Memasukkan 10 mL larutan asam oksalat 0,1 M ke dalam Erlenmeyer
menggunakan pipet volume dengan posisi pipet lurus vertikal tegak
lurus dengan Erlenmeyer yang dibuat miring
2) Memasukkan 30 mL Aquades
3) Memasukkan 10 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer kemudian
4) Menambahkan 2-3 tetes indikator PP kedalam larutan yang terdapat
pada Erlenmeyer.
5) Menitrasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat, dengan cara
digoyang secara perlahan lahan. titik akhir ekivalen diketahui ketika
warna larutan NaOH berubah warna dari bening menjadi merah muda
maka pada saat itu titrasi dihentikan.
6) Mencatat volume larutan asam oksalat yang digunakan dalam titrasi
larutan NaOH.
7) Lakukan titrasi sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata volume
asam oksalat yang digunakan dari 3 kali titrasi yang telat dilakukan
8) Selanjutnya, melakukan perhitungan untuk menentukan konsentrasi
larutan NaOH
Dari perobaan standarisasi NaOH diatas diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan Volume larutan NaOH Volume larutan asam oksalat
Titrasi 1 10 mL 25 mL
Titrasi 2 10 mL 24 mL
Titrasi 3 10 mL 26 mL
*Rata-rata volume asam oksalat saat titrasi = 25 mL

Perhitungan:
Konsentrasi larutan asam oksalat
Diketahui:
Volume asam Oksalat : 100 mL = 0,1 L
Mm asam Oksalat : 126 gram/mol
Massa asam oksalat : 2,52 gram
Penyelesaian:
massa asam oksalat
Mr asam oksalat
Molaritas asam oksalat =
volume asam oksalat
2,52 𝑔𝑟𝑎𝑚
126 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
Molaritas asam oksalat =
0,1 L
Molaritas asam oksalat = 0,2 mol/L

Konsentrasi NaOH
Diketahui:
Volume NaOH : 10mL
Penyelesaian:
Mol NaOH = 2 x mol H2C2O4
V NaOH . M NaOH = 2 x V H2C2O4 . M H2C2O4
10 mL . M NaOH = 2 x 25 mL. 0,2 mol/L
10 mL. M NaOH = 10 mL. mol/L
10 mL. mol/L
M NaOH =
10 mL

M NaOH =1M
Maka dapat diketahui bahwa konsentrasi NaOH yang akan digunakan
adalah sebesar 1 M
Setelah mengetahui konsentrasi NaOH tersebut secara pasti, maka larutan
NaOH dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, Widia. 2017. Keefektifan Pembelajaran Di Laboratorium Berbasis


Hands on Teknik Challenge Exploration Activity Terhadap
Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Siswa. Universitas Negeri
Semarang.
Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Hal.35.
John Kenkel. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Washington,
Lewis Publishers
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga.
Mundriyastuti, Yayuk., Maulida, Iffana Dani & Retniwati, Eko. 2021.
Analisis Volumetri (Titrimetri). Kudus: MU Press.
Petrucci, Ralph H. 2008. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern.
Jakarta: Erlangga.
Sudjadi, A. 2004. Kimia Analitik. Jakarta: Pustaka Belajar.
Soediromargoso, Soerais & Abdul. 2008. Kimia Farmasi Analisis Titrimetri
dan Volumetri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Yayan, S. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Setia Purna
Invers.

Anda mungkin juga menyukai