Diajukan Oleh :
Tugas Akhir
Oleh :
Diterima Oleh :
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
yang telah penulis terima selama melaksanakan tugas akhir ini, sehingga pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah berperan sehingga dapat
terselesaikannya tugas akhir ini, antara lain :
1. Allah SWT yang segala berkah rahmat dan hidayah-Nya
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dari segi moril maupun
materil kepada penulis
iv
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik, dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat menunjang pengembangan dan perbaikan
penulisan selanjutnya.
Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dalam penulisan tugas
akhir ini dan penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang
membangun dari pembaca.
Semoga tugas akhir ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan
wacana bagi rekan-rekan mahasiswa.
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................3
DAFTAR TABEL....................................................................................................4
1. PENDAHULUAN...............................................................................................5
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................8
3. METODOLOGI.................................................................................................21
3.1 Merencana....................................................................................................22
ii
3.1.2 Penjelasan Fungsi Alat..........................................................................24
3.1.3 Pengoperasian Alat...............................................................................24
3.1.4 Analisa Kebutuhan................................................................................24
3.1.5 Keinginan Pengguna.............................................................................25
3.1.6 Merubah Keinginan Pengguna Menjadi Aspek Teknis........................25
3.2 Mengkonsep.................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
4
1. PENDAHULUAN
5
terbang ataupun landing sehingga memperkecil atau menghilangkan kemungkinan
terjadinya crack para bagian removable skin fairing landing gear.
Hasil perancangan komponen penguat dianalisa secara perhitungan teoritis
serta dibandingkan dengan analisa menggunakan software. Salah satu software
untuk mengetahui kekuatan suatu struktur adalah Ansys. Dari software ini dapat
diketahui kekuatan suatu komponen, tegangan maksimum, fleksibilitas dan
daerah kritis suatu struktur ketika mendapat suatu pembebanan, sehingga dari
kekuatan komponen baru yang didesain untuk menghilangkan crack pada support
removable skin fairing landing gear.
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui perancangan ini adalah:
a. Menentukan desain komponen yang akan di rancang.
6
b. Mengetahui kekuatan removable skin sebelum dan sesudah
ditambah komponen yang akan dirancang.
c. Membandingkan hasil perhitungan secara teoritis/numeric dengan
hasil dari simulasi menggunakan software Ansys.
1. BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah,
sistematika penulisan, serta lokasi penelitian.
2. BAB 2 : Landasan Teori
Bab ini membahas mengenai landasan teori terkait konsep
tegangan dan regangan, modulus elastisitas, modulus
geser, poison ratio, klarifikasi bahan, kurva tegangan-
regangan, tegangan batas-tegangan luluh-tegangan izin dan
beban izin, analisa tegangan dengan metoda elemen hingga,
kriteria Von Mises, teori kegagalan dan beban dinamis.
3. BAB 3 : Metodologi
Bab ini menguraikan secara terperinci mengenai metode
perancangan, mulai dari mengidentifikasi objek penelitian,
merumuskan masalah, penyelesaian masalah, hingga
bagaimana penarikan kesimpulan.
4. BAB 4 : Hasil dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan hasil perancangan komponen,
kekuatan dan perbandingan kekuatan pada removeable skin
di fairing landing gear.
5. BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan dari
serangkaian proses penulisan, dan juga saran-saran sebagai
tuntunan perbaikan.
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
8
2.3 Regulasi Analisa Struktur
Dalam dunia penerbangan di Indonesia semua persyaratan keselamatan
dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara,
navigati penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya telah
diatur oleh CASR (Civil Aviation Safety Regulation) untuk membangun atau
membuat pesawat terbang. Pemerintah telah menetapkan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor: PM 45 Tahun 2014 tentang Civil Aviation Safety
Regulation (CASR) part 23 mengenai “Standar Kelaikan Udara untuk Pesawat
Udara Kategori Transport”.
9
faktor koreksi material yang sesuai harus diterapkan pada hasil pengujian,
kecuali jika struktur, atau bagiannya, yang diuji memiliki fitur sehingga
sejumlah elemen berkontribusi terhadap kekuatan total struktur dan
kegagalan Satu elemen menghasilkan redistribusi muatan melalui jalur
beban alternatif.
10
didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh
penciptaan konsep produk, disusul kemudian dengan perancangan, pengembangan
dan penyempurnaan produk, kemudian diakhiri dengan pembuatan dan
pendistribusian produk.
Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam
proses pembuatan produk. Dalam tahap perencangan dibuatk keputusam-
keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusul.
Diantara keputusan penting tersebut termasuk keputusan yang membawa akibat
apakah industri dalam negeri dapat beradaptasi atau tidak dalam suatu
pembangunan proyek. Hal tersebut menandakan betapa pentingnya keahlian
merancang harus dikuasai.
Dalam melaksanakan tugas merancangnya, perancang memakai dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan, ilmu dasar teknik, pengetahuan empirik, hasil-
hasil penelitian indormasi dan teknologi yang semuanya dalam versi
perkembangan dan kemajuan.
Sebelum sebuah produk dibuat, maka produk tersebut haruslah dirancang
terlebih dahulu. Dalam bentuknya yang paling sederhana, hasil rancangan tersebut
dapat berupa sebuah sket atau gambar sederhana dari produk atau benda teknik
yang akan dibuat.
11
Fase-fase diatas dapat digambarkan pada suatu diagram alir sebagai berikut:
Identifikasi Kebutuhan
Perancangan Produk
Evaluasi Produk
Hasil Rancangan
Deskripsi proses perancangan diatas hanyalah salah satu saja dari beberapa
deskripsi yang ada. Perancang lain akan akan membuat deskripsi perancangan
yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena pengalam merancang yang berbeda
antara para penrancang,
Adapun penjelasan mendetail pengenai fase-fase perancangan diatas adalah
sebagai berikut:
12
dibuat haruslah dikaji lebih lanjut tentang kebenaran akan kebutuhannya, tentang
kelayakan pembuatan dan kebenarannya.
Setelah produk baru terbukti benar, baru diberikan kepada bagian perancang
untuk dirancang dan dikembangkannya lebih lanjut sampai menjadi gambar hasil
perancangan produk dan spesifikasi produk untuk pembuatan.
Kebutuhan produk baru yang diperlukan adalah sebagai problem
perancangan atau masalah perancangan. Sebagai mana halnya sebuah problem
atau masalah, maka perlu adanya pemecahan masalah yang berupa solusi melalui
analisis masalah. Masalah perancangan, solusinya dapat berupa solusi yang
semuanya benar, tetapi diantara solusi-solusi tersebut ada solusi yang terbaik.
Hasil analisis masalah yang utama adalah pernyataan masalah atau problem
statement tentang produk baru (keterangan-keterangan produk baru). Pernyataan
masalah sedikitnya mengandung tiga buah unsur, yaitu: Pernyataan masalah itu
sendiri, Beberapa kendala (constraints), dan Kriteria keterterimaan (acceptability)
dan kriteria lain yang harus dipenuhi produk
Sedangkan spesifikasi produk merupakan dokumen yang sangat penting
dalam proses perancangan.Mengandung keinginan-keinginan pengguna atau
bagian pemasaran. Merupakan dasar dan pemandu bagi perancang dalam
merancang produk Menjadi tolak ukur pada evaluasi hasil perancangan dan
evaluasi produk yang sudah jadi Dinamis sifatnya, yaitu dapat mengalami
perubahan selama proses perancangan dan pembuatan produk. Spesifikasi produk
harus mengandung hal-hal sebagai berikut:
1. Kinerja (performance) yang harus dapat dicapai produk
2. Kondisi lingkungan, seperti temperatur, tekanan dan lain-lain yang dialami
produk
3. Kondisi operasi lain
4. Jumlah produk yang akan dibuat
5. Dimensi produk
6. Berat produk
7. Ergonomik
8. Keamanan (safety)
9. Harga produk
13
Sedangkan perencanaan proyek salah satu contohnya adalah bila waktu
penyelesaian perancangan dan pembuatan produk tercantum dalam spesifikasi,
14
Tabel 2. 1 Langkah membandingkan keinginan pengguna
1 Aspek Teknis 1
Keinginan
A
pengguna 1 2 Aspek Teknis 2 √ √
15
3 Aspek Teknis 3
4 Aspek Teknis 4 √
1 Aspek Teknis 1
2 Aspek Teknis 2 √ √ √
Keinginan
B
pengguna 2 3 Aspek Teknis 3
4 Aspek Teknis 4
1 Aspek Teknis 1 √
2 Aspek Teknis 2 √
Keinginan
C
pengguna 3 3 Aspek Teknis 3 √
4 Aspek Teknis 4
16
2.5.3 Perancangan Produk
Pada fase ini, solusi / solusi-solusi lternatif dalam bentuk skema
dikembangkan lebih lanjut menjadi produk atau benda teknik yang bentuk,
material dan dimensi komponen-komponennya telah ditentukan. Jika terdapat
lebih dari satu solusi alternatif, maka harus ditetukan satu solusi akhir yang
terbaik melalui suatu proses pemilihan solusi terbaik (dalam bentuk general
arrangement drawiing dalam susunan umum)
Sebelum terpilih solusi akhir, fase ini memberi umpan balik ke fase
analisis masalah dan perencanaan proyek. Fase perancangan produk diakhiri
dengan perancangan detail komponen-komponen produk (dituangkan dalam
gambar detail untuk proses pembuatan produk)
17
2.6 Patah Lelah (Fatigue)
Kegagalan suatu komponen biasanya diawali dengan retakan yang menjalar
sehingga menyebabkan suatu cacat. Retakan yang terjadi dapat dikatagorikan atas
ciri-ciri makroskopis, yaitu sebagai berikut :
1. Patah ulet (Ductile fracture)
2. Patah getas (Brittle fracture)
3. Patah lelah (Fatigue fracture)
4. Retak korosi tegangan (Stress corrosion cracking)
5. Penggetasan (Embrittlement)
6. Mulur (Creep) dan Stress rupture
Salah satu kegagalan komponen yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah
mengenai patah lelah atau fatigue. Kelelahan (Fatigue) adalah salah satu jenis
kegagalan (patah) pada komponen akibat beban dinamis (pembebanan yang
berulangulang atau berubah-ubah), meskipun harga tegangan nominalnya masih
dibawah kekuatan luluh material.
Patah lelah berawal dari lokasi yang mengalami pemusatan tegangan (stress
concentration) dimana apabila tegangan setempat tersebut tinggi bahkan
melampaui batas luluh material, akibatnya di tempat tersebut akan terjadi
deformasi plastis dalam skala makroskopis. Dari lokasi tersebut akan berawal
retak lelah (Crack initiation) yang selanjutnya terjadi perambatan retak (Crack
propagation) sejalan dengan pembebanan yang berfluktuasi. Bila perambatan
retak lelah ini telah jauh, sehingga luas penampang yang tersisa tidak lagi mampu
mendukung beban, maka komponen akan patah. Peristiwa patah tahap akhir ini
disebut patah akhir (Final fracture). Modus patahan pada tahap tersebut adalah
patah statik, yaitu karena tegangan yang bekerja pada penampang yang tersisa
sudah melampaui kekuatan tarik material.
Pada Gambar. 2.3 dibawah ini ditunjukkan secara skematis penampilan
permukaan patahan dari kegagalan lelah pada berbagai kondisi pembebanan.
Karakteristik kelelahan logam dapat dibedakan menjadi 2 yaitu karakteristik
makro dan karakteristik mikro. Karakteristik makro merupakan ciri-ciri kelelahan
yang dapat diamati secara visual (dengan mata telanjang atau dengan kaca
18
pembesar). Sedangkan karakteristik mikro hanya dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop.
Karakteristik makroskopis dari kelelahan logam adalah sebagai berikut:
1. Tidak adanya deformasi plastis secara makro.
2. Terdapat tanda ’garis-garis pantai’ (beach marks) atau clam shell atau
stop/arrest marks.
3. Terdapat ’Ratchet marks’
Gambar 2. 3 Skematis permukaan patah lelah dari penampang bulat pada berbagai
kondisi pembebanan.
19
2.7 Keinginan pengguna Metalurgi pada Kelelahan Logam
Kelelahan logam diawali dengan pembentukan awal retak dan dilanjutkan
dengan penjalaran retakan hingga komponen mengalami patah. Lokasi awal retak
pada komponen atau logam yang mengalami pembebanan dinamis atau siklik
adalah pada titik daerah dimana memiliki kekuatan yang paling minimum dan
atau pada titik daerah dimana mengalami tegangan yang paling maksimum. Oleh
karena itu untuk memperkirakan umur lelah suatu komponen merupakan suatu hal
yang cukup sulit, hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi umur lelahnya. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Pembebanan:
a. Jenis beban: uniaksial, lentur, puntir.
b. Pola beban: periodik, random.
c. Besar beban (besar tegangan).
d. Frekuensi siklus beban.
2. Kondisi material:
a. Ukuran butir. g. Kondisi permukaan (surface finish).
b. Kekuatan. h. Ukuran Komponen.
c. Penguatan dengan larutan padat.
d. Penguatan dengan fasa ke-2.
e. Penguatan regangan.
f. Struktur mikro.
3. Proses pengerjaan.
a. Proses pengecoran.
b. Proses pembentukan.
c. Proses pengelasan.
d. Proses pemesinan.
e. Proses perlakuan panas.
4. Temperatur operasi.
5. Kondisi lingkungan.
20
3. METODOLOGI
21
5. Keinginan Pengguna
6. Menetapkan Keinginan pengguna Teknis.
3.1 Merencana
Pada bagian merencana melakukan identifikasi masalah terkait masalah yang
dihadapi dan pencarian data yang diperlukan untuk merancang reinforce. Dalam
perencanaan reniforce sendiri terdiri dari Penjelasan identifikasi dan fungsi alat,
pengoperasian alat, analisa kebutuhan, membuat keinginan pengguna dan
menetapkan keinginan pengguna teknis.
22
skin akibat dari tekanan angin ketika pesawat landing yang mengakibatkan
vibrasi sehingga seiring berjalannya waktu membuat crack atau patah lelah
pada bagian support removable.
Bulkhead
Center Fuselage
Faillure
Support
Rear Removeable
Front Skin
Removeable Skin
23
Support
Crack
24
1. Reinforce yang akan dirancang akan digunakan oleh mekanik
ahli/tidak?
25
Tabel 3. 1 Aspek Teknis
3.2 Mengkonsep
Tahap selanjutnya adalah membuat konsep yang sesuai dengan daftar
tuntutan. Mengonsep terdiri dari 5 Tahap yaitu mentukan fungsi utama, sub
fungsi, membuat alternatif desain, membuat variasi konsep dan pemilihan konsep
yang terbaik.
3. Mengikat: Reinforce terbuat dari dua part atau lebih yang dihubungkan
dan diikat dengan standar part untuk pengikatnya.
26
4. Menyetel antar part: Reinforce terbuat dari dua part atau lebih yang dapat
disetel untuk memudahkan proses assembly.
27
3.2.3 Matriks Morfologi
Setelah menentukan sub fungsi dari Reinforce tahap berikutnya adalah membuat alternatif desain yang disusun pada matriks morfologi, yang dapat
dilihat pada Tabel 3.2:
ALTERNATIF
ALTERNATIF ALTERNATIF ALTERNATIF
1 2 3
FUNGSI
BAGIAN
Menyambungkan
ke-Skin
A
Penyambungan menggunakan Penyambungan menggunakan Penyambungan menggunakan Bolt
Anchor Nut dengan Bolt Solid Rivet dan Nut
Menyambungkan ke
Bulkhead Center
Fuselage
B
Penyambungan menggunakan Bolt Penyambungan menggunakan
dan Nut Solid Rivet
Penyambungan menggunakan Lock
Bolt
ii
Mengikat Antar Part
Menyetel
D
Penyetelan dapat dilakukan pada Penyetelan dapat dilakukan pada
Penyetelan hanya dapat dilakukan
posisi vertikal dan horizontal posisi vertikal, horizontal dan derajat
pada posisi horizontal
29
3.2.4 Variasi konsep rancangan
B3
C2
A1
D1 D1
ii
konsep 1 ini pada sambungan partnya dibuat lubang fix pada bagian lower
angle dan dibuat slot pada bagian supportnya sehingga mendapatkan kekuatan
sambungan yang baik dan proses setting dapat dilakukan dengan mudah
karena dapat juga disetting ke arah horizontalnya sehingga dapat mengikuti
kontur removeable skin.
Kelebihan Variasi 1:
1. Proses setting lebih mudah karena adanya slot pada bagian support.
2. Dapat disetting pada posisi horizontal.
3. Cukup kuat karena ditopang 2 baut adjustable.
Kekurangan Variasi 1:
1. Cukup sulit saat proses setting
2. Proses Assembly cukup lama karena hanya tersedia 1 posisi pengaturan.
3. Ada kemungkinan terjadi pergeseran pada posisi horizontal jika baut
kurang kencang.
31
Gambar 3. 5 Reinforce variasi 2
Kelebihan Variasi 2:
1. Proses setting lebih mudah karena adanya slot pada bagian support dan
lower angle.
2. Dapat disetting pada posisi vertikal dan horizontal.
3. Cukup kuat karena ditopang 2 baut adjustable.
Kekurangan Variasi 2:
1. Ada kemungkinan terjadi pergeseran pada posisi vertikal jika baut kurang
kencang.
2. Ada kemungkinan terjadi pergeseran pada posisi horizontal jika baut
kurang kencang.
32
terdiri dari dua part yang berfungsi untuk memudahkan pada saat proses
manufakturnya dan mempermudah juga pada saat proses setting dan assembly.
B3
C2
D3
D3 A1
Kekurangan Variasi 3:
1. Ada kemungkinan terjadi pergeseran pada posisi vertikal jika baut kurang
kencang.
2. Ada kemungkinan terjadi pergeseran pada posisi horizontal jika baut
kurang kencang.
3. Ada kemungkinan terjadi pergeseran setting derajat jika baut kurang
kencang.
33
3.2.5 Konsep Rancangan Terpilih
Dalam menentukan konsep terpilih sendiri terdiri dari beberapa tahapan,
pada tahap awal ini menetukan keinginan pengguna apa saja yang dianggap
penting dalam perancangan reinforce, ditentukan dan diberi keterangan
penilaian, maka tahap selanjutnya adalah membandingkan antar keinginan
pengguna. Tujuan membandingkan antara satu keinginan pengguna dengan
keinginan pengguna yang lainnya adalah menentukan prioritas atau bobot
penilaian. Dengan kata lain, keinginan pengguna dengan bobot terbesar
merupakan keinginan pengguna yang menjadi prioritas sebuah produk.
Melalui proses ini pula penilaian akan bersifat objektif.
Proses membandingkan keinginan pengguna dilakukan dengan cara
memasukkan semua keinginan pengguna ke dalam sebuah tabel yang akan
diberi penilaian 1 (satu) atau 0 (nol). Angka 1 menunjukkan bahwa keinginan
pengguna tersebut lebih utama dibandingkan dengan keinginan pengguna
yang lain begitu juga dengan angka 0 yang berarti keinginan pengguna
tersebut bukan prioritas utama. Setelah itu, nilai dari setiap keinginan
pengguna dijumlahkan kemudian dibagi nilai total untuk mendapatkan bobot
setiap keinginan pengguna. Berikut tabel penentuan kriteria untuk
perancangan fixture dapat dilihat pada tabel III-8.
A Kuat 1 1 0 1 1 4 26% 1
B Tahan lama 0 0 1 1 1 3 20% 3
C Mudah di Setting 0 1 0 0 1 2 14% 4
Mudah di
D 1 0 1 1 1 4 26% 2
Assembly
Proses
E manufaktur 0 0 1 0 0 1 7% 5
komponen
Harga Produksi
F 0 0 0 0 1 1 7% 6
Murah
Jumlah 15 100%
34
3.2.5.1 Penjabaran dan Penilaian Kriteria
Pada tahap ini, seluruh variasi konsep yang sudah ada akan dinilai
sesuai dengan keinginan-keinginan pengguna yang berkaitan dengan desain
tersebut. Setelah dinilai berdasarkan keinginan - keinginan penggunanya dan
dibandingkan dengan aspek teknis terkait, maka variasi konsep dengan nilai
tertinggi akan menjadi desain terpilih. Setelah itu, desain terpilih akan
difokuskan untuk penggambaran detail dan pendokumentasian (drafting).
35
1 Membutuhkan 1 kali pengerjaan
Proses 2 Membutuhkan 2 kali pengerjaan √
E manufaktur
komponen 3 Membutuhkan 3 kali pengerjaan √ √
4 Membutuhkan 4 kali pengerjaan
1 >Rp 5.000.000
Harga
F Produksi 2 Rp 3.000.000 s/d Rp 5.000.000 √ √
Murah
3 Rp 1.000.000 s/d Rp 3.000.000 √
4 <Rp 1.000.000
36
Berdasarkan penilaian bobot rating diatas diperoleh bahwa variasi 3
yang dapat dilihat pada Gambar 3.6 sebagai konsep terpilih yang akan
difokuskan dalam pengembangan dan pendetailan. Pengembangan dilakukan
dengan menyempurnakan konsep dengan menganalisa dan melakukan
perhitungan gaya dan kekuatannya, modifikasi lanjutan, pemilihan material,
menyempurnakan mekanisme, modeling detail, Bill of Material, manual book
dan membuat gambar kerja.
37
DAFTAR PUSTAKA
Shigley, J.E., Mitchell, L.D. and translator : Harahap, Gandhi (1986). Perancangan
Teknik Mesin Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Pahl, G., and Beidz, W., Engineering Design, A Systematic Approach, Springer-
Verlag, Inc., London 1996
38