Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“SINTAKSIS DAN SEMANTIK, KEMAJUAN DALAM PRAGMATIK”


DOSEN PENGAMPU: EVI RAHAYU, M.PD
PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA MI/SD

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

Fatimah Tunningsih 1238.21.1153


Beni Pasaribu 1238.21.1134
Wilda Angriani 1238.22.1496
Hasna Juita 1238.21.1163
Husmatul Aini 1238.20.0849
Siti Fatimah Azzahra 1238.22.1477
Lilis Nurhasanah 1238.21.1188
Syamsidar 1238.21.1292

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-KIFAYAH
PEKANBARU 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehafirat Allah SWT Yang Maha Esa atas limpahan segala
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Sistem Informasi
Manajemen. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang yakni addinul Islam.
Makalah yang berjudul “Informasi Sintaksis, Semantik Dan Pragmatik” ini disusun
sebagai kelengkapan tugas matakuliah Sistem Informasi Manajemen. Serta tidak lupa kami
sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Evi Rahayu,M.Pd. selaku dosen
pengampu matakuliah Sistem Informasi Manajemen yang telah membimbing dan membagi
pengalamannya kepada kami.
Dengan segala kerendahan hati, kami memohon kritik dan saran yang membangun
untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 4 November 2023

Penulis Kelompok 4

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................3
C. TUJUAN....................................................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. SINTAKSIS...............................................................................................................6
B. SEMATIK..................................................................................................................7
C. PRAGMATIK............................................................................................................8
BAB III. PENUTUP..........................................................................................................9
A. KESIMPULAN .........................................................................................................10
B. PESAN.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi oleh masyarakat sekarang ini sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, karena kebermanfaatannya yang sudah sangat
membantu dalam berbagai hal. Akan tetapi diperlukan implementasi sistem informasi
manajemen pendidikan yang tepat agar pelaksanaan dan pemanfaatannya optimal sesuai
dengan kepentingan dan sasaran dunia pendidikan. Implementasi sistem informasi
manajemen beserta komponennya telah menandai terjadinya revolusi peradaban yang
memungkinkan pekerjaan-pekerjaan dalam sistem organisasi dapat di selesaikan secara
cepat, akurat, efektif dan efisien.
Dalam hal ini yang menjadi kunci utama tercapai pemanfaatan sistem informasi
manajemen adalah komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang baik akan tercipta
kejelasan terhadap suatu informasi. Manusia dalam bertutur, bercerita ataupun
menyampaikan informasi dapat dikatakan sebagai kegiatan berbahasa. Dalam kegiatan
berbahasa akan muncul kalimat-kalimat sebagai penyalur informasi. Maka dari itu terdapat
suatu ilmu ketatabahasaan yang disebut ilmu linguistik. Ilmu linguistik saat ini masih
dianggap sulit oleh sebagian besar manusia. Padahal ilmu linguistik merupakan ilmu yang
bersifat umum dan hanya mengkaji sebuah bahasa saja. Ilmu linguistik sejatinya merupakan
ilmu yang penting bagi penutur bahasa, karena untuk menciptakan komunikasi yang efektif
perlu memahami makna suatu bahasa dengan baik dan benar.
Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa
atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa sebagai objek kajian
linguistik dapat dibandingkan dengan fenomena-fenomena yang menjadi kajian dari bagian
ilmu lain. Dalam ilmu linguistik, banyak sekali cabang-cabang keilmuan yang dipelajari,
antara lain sintaksis, semantik, dan pragmatik. Berdasarkan uraian di atas, penulis
memaparkan sebuah makalah mengenai informasi sintaksis, semantik, dan pragmatik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sintaksis?
2. Apa yang dimaksud dengan semantik?
3. Apa yang dimaksud dengan pragmatik?

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari sintaksis.
2. Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari semantik.
3. Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari pragmatik.

BAB II
PEMBAHAAN
A. INFORMASI SINTAKSIS
Dalam suatu organisasi informasi mempunyai peranan yang sangat penting. Tanpa
informasi, para anggota organisasi tersebut tidak dapat bekerja dengan efisien. Informasi
menurut Gaol (2008:7) adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk para
pengambil keputusan/manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah
ditetapkan. Sedangkan menurut KBBI, informasi adalah keseluruhan makna yang
menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu. Dapat disimpulkan
informasi merupakan keterangan yang memberikan manfaat seperti menambah
pengetahuan dan memudahkan pengambilan keputusan bagi si penerima.
Dalam unsur tata kebahasaan terdapat cabang ilmu bahasa (linguistic) yang
mengatur hubungan kata dengan kata lain atau dapat disebut stuktur bahasa yaitu
sintaksis. Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tata kalimat. Ilmu yang lebih
memfokuskan kajiannya pada kata, kelompok kata (frasa), klausa, dan kajian yang
berkaitan dengan jenis-jenis kalimat. Jenis-jenis kalimat tersebut, meliputi kalimat
tunggal, kalimat majemuk, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat transitif, dan kalimat
intransitive.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sintaksis adalah pengaturan
hubungan kata dengan kata atau satuan lain yang lebih besar; cabang linguistik tentang
susunan kalimat dengan bagian-bagiannya atau ilmu tata kalimat; subsistem ilmu bahasa
yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatikal; bagian lain ialah
morfologi). Sedangkan menurut Supriyadi (2014:1) sintaksis adalah bagian dari
tatabahasa yang membahas tentang kaidah penggabungan kata menjadi satuan gramatik
yang lebih besar yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem
suprasegmental (intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan pembicara
sebagai dasarnya.Dari segi etimologi, menurut Verhaar dalam Suhardi (2013:13) kata
sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti dengan serta kata
tattein yang berarti menempatkan. Sehingga kata suntattein berarti.

B. INFORMASI SEMANTIK
Setiap kata demi kata tentulah memiliki sebuah arti. Bidang studi dalam linguistik
yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa ialah semantik. Kata semantik dalam
bahasa Indonesia (Inggris: semantics) diturunkan dari kata bahasa Yunani Kuno sema
(bentuk nominal) yang berarti "tanda" atau "lambang". Bentuk verbalnya adalah
semaino yang berarti menandai" atau "melambangkan". Yang dimaksud dengan tanda
atau lambang di sini sebagai padanan kata "sema" itu adalah tanda linguistic (Prancis:
signe linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure dalam Chaer
dan Muliastuti (2014:3). Sudah disebutkan bahwa tanda linguistik itu terdiri dari
komponen penanda (Prancis: signifie) yang berwujud bunyi, dan komponen petanda
(Prancis: signifie) yang berwujud konsep atau makna.
Menurut KBBI, semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan
mengenai seluk beluk dan pergeseran arti kata; bagian struktur bahasa yang
berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. Sedangkan
menurut Cann (1994:1), semantik adalah ilmu tentang makna dan ilmu tentang makna
yang diekspresikan oleh kata, frase, dan kalimat dari bahasa manusia. Semantik
merupakan suatu bagian dari tata bahasa yang menyelidiki tentang tata makna atau arti
kata dan bentuk linguistik, yang berfungsi sebagai simbol dan peran yang dimainkan
dalam hubungannya dengan kata-kata lain dan tindakan manusia (Partanto dan Albarry,
1994:700). Matthews (1997:337) mendefinisikan arti sebagai hubungan antara bentuk
bahasa dengan sesuatu diluar bahasa, sedangkan makna didefinisikan sebagai hubungan
di antara kata itu sendiri di dalam bahasa. Dapat disimpulkan bahwa semantik adalah
ilmu tentang makna kata, frasa, maupun kalimat dalam sebuah bahasa. Semantik
merujuk kepada makna perkataan sedangkan sintaksis merujuk kepada struktur
kebahasaan.
Dalam satu bahasa, makna kata terkadang saling berhubungan dengan kata yang
lain. Hal ini dinamakan relasi makna. Relasi makna ini mewujud dalam berbagai jenis,
seperti homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi dan meronimi. Darmojuwono
dan Kushartanti (2005:116) menjelaskan bahwa hiponimi adalah relasi makna antarkata
yang penulisan dan pelafalannya sama tetapi maknanya berbeda, contohnya ada pada
kata tahu, yang bisa diartikan sebagai jenis makanan dari ampas tempe tapi juga bisa
diartikan sebagai “paham”. Yang kedua adalah polisemi, merupakan kata yang memiliki
beberapa makna berhubungan. Bebeda dengan sinonimi yang merupakan relasi makna
antarkata yang maknanya sama. Selanjutnya antonimi, yang artinya relasi kata yang
bertentangan maknanya. Kelima ada hiponimi, adalah relasi makna berkaitan dengan
peliputan makna spesifik dan makna general. Dan selanjutnya ada meronimi, yaitu relasi
makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karna di meronimi ini makna bersifat
hirarkis dan lebih menjelaskan makna bagian dengan makna keseluruhan, lebih jelasnya
bisa dilihat pada kata atap atau mungkin pintu dan jendela yang merupakan meronimi
dari kata rumah.
Semantik menurut Resmini (2014:48) memiliki tiga unsur yaitu:
1. Tanda dan lambang, adalah substitusi untuk hal lain. Oleh karena itu, tanda
memerlukan interpretasi. Contoh:tomat berwarna merah menandakan tomat sudah
matang.
2. Makna leksikal dan hubungan referensial. Makna leksikal adalah makna hubungan
antara kata-kata dengan unsur-unsur tertentu dalam sebuah peristiwa bahasa.
Hubungan antara kata, makna kata, dan dunia kenyataan disebut hubungan
referensial. Hubungan referensial adalah hubungan-hubungan yang terdapat pada,
antara a) kata sebagai satuan fonologis, yang membawa makna, b) makna atau konsep
yang dibentuk oleh kata, dan c) dunia kenyataan yang ditunjuk oleh kata.
3. Penamaan, adalah proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek
konsep, proses, dan lain-lain. Berfungsi sebagai istilah, istilah-istilah akan menjadi
jelas bila diberi definisi, demikian pula nama. Istilah sama halnya dengan definisi,
keduanya berisi pembahasan tentang suatu fakta, peristiwa atau kejadian, dan proses.
Semantik merupakan subdisiplin linguistik yang objeknya adalah makna. Makna
dapat dikaji dari banyak aspek seperti teori maupun aliran. Terdapat dua jenis
semantic menurut Affandi dan Su’ud (2016:114), yaitu Leksikal dan Historis sebagai
berikut ini:
a. Semantik Historis, adalah semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian
waktu, bukan pada sejarah perubahan bentuk kata. Contohnya; kata juara dahulu
bermakna pengatur pesta atau hakim, pada suatu acara menyabung ayam, dan
sekarang telah dimaknai dengan seorang yang mendapat peringkat teratas dalam
suatu perlombaan.
b. Semantik Leksikal, merupakan kajian semantik yang lebih memuaskan pada
pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik ini tidak terlalu
sulit, contohnya adalah sebuah kamus, dimana makna kata diuraikan di dalamnya
secara komplit.

Dalam suatu organisasi sering terjadi komunikasi kurang lancar yang


menyebabkan pemahaman wacana tidak jelas. Ilmu semantik dalam sistem informasi
manajemen berguna untuk memaknai dan menyusun kata dalam informasi yang akan
di sampaikan. Bahasa Indonesia memiliki beragam makna, agar tidak terjadi
kerancuan penafsiran makna, timbullah relasi makna yang meminimalisir terjadi miss
communication. pada pelaksanaan fungsi manajame
menempatkan kata atau ilmu tentang penempatan kata atau ilmu tata kalimat.
Dengan demikian, secara etimologi, kata sintaksis berarti dengan menempatkan.
Lebih lanjut lagi, menurut Ramlan dalam Noortyani (2017:2) sintaksis berasal dari
bahasa Belanda, syintaxis, yang kemudian dalam bahasa Inggris menggunakan istilah
syntax. Dengan kata lain sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kaimat, klausa, dan frasa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu
tata bahasa yang mempelajari tentang susunan kata dengan kata lain sehingga
membentuk suatu frasa, klausa, maupun kalimat. Menurut Supriyadi (2014:5) frasa
adalah satuan gramatik/kebahasaan yang terdiri atas satu kata atau lebih yang tidak
melebihi batas fungsi unsur klausa. Batas fungsi unsur klausa ada S, P, O, Pel, dan K.
Sedangkan klausa menurut Arifin dan Junaiyah (2009:34) adalah satuan gramatikal
yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Lebih lanjut lagi, kalimat
adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan (Supriyadi, 2014:54).
Menurut Kridalaksana (2008) empat macam alat sintaksis meliputi urutan,
bentuk kata, intonasi, dan kata tugas. Dengan menggunakan urutan, bentuk kata,
intonasi, dan kata tugas yang berbeda-beda dapat dibentuk frase, klausa, dan atau
kalimat yang berbeda-beda. Konstruksi frase pedagang panci dapat diubah urutannya
menjadi panic pedagang. Demikian pula konstruksi frase petani jeruk, gergaji mesin,
dan rumah sewa dapat diubah urutannya menjadi jeruk petani, mesin gergaji, dan
sewa rumah. Konstruksi klausa sapi itu makan rumput dapat diubah urutannya
menjadi makan rumput, sapi itu. Sehingga dapat dipahami bahwa urutan kata dapat
dipakai untuk membentuk berbagai konstruksi frase, klausa, dan kalimat.
Pemakaian bentuk kata yang berbeda-beda juga dapat digunakan untuk
membentuk konstruksi sintaksis yang berbeda-beda. Pemakaian kata mencuci akan
menghasilkan konstruksi sintaksis yang berbeda dengan penggunaan kata dicuci.
Contohnya: Ibu mencuci baju dengan baju dicuci ibu. Perbedaan urutan kata tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan bentuk kata yang digunakan.
Intonasi juga dapat membentuk konstruksi sintaksis yang berbeda-beda. Sebuah
konstruksi kalimat yang jenis dan urutan katanya sama dapat diubah menjadi kalimat-
kalimat yang berbeda dengan menggunakan intonasi yang berbeda. Seperti:
1. Nenek kembali ke Jakarta. (intonasi berita)
2. Nenek kembali ke Jakarta? (intonasi tanya)
3. Nenek kembali ke Jakarta! (intonasi perintah)
Selanjutnya, pemakaian kata tugas yang berbeda-beda juga dapat digunakan
untuk menyusun konstruksi sintaksis yang bentuk dan maknanya berbeda-beda.
Seperti:
1. Kakak dan adik (bermakna penjumlahan)
2. Kakak atau adik (bermakna pemilihan)
Perbedaan makna kedua konstruksi frase itu disebabkan oleh perbedaan kata
tugas yang digunakan, yaitu kata tugas dan dan atau.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa informasi semantik dibutuhkan
dalam sistem infomasi manajamen agar tidak terjadi kerancuan dalam penafsiran.
Dalam penyampaian informasi dibutuhkan kalimat yang baik sesuai bahasa Indonesia
yaitu memakai struktur subyek, predikat, objek, dan keterangan yang dapat dijadikan
kalimat berbeda-beda dengan menggunakan alat sintaksis. Sehingga informasi yang
sesuai kaidah ini dapat disebarkan dan melancarkan berbagai fungsi manajemen
dalam suatu organisasi. Sintaksis juga berperan dalam pemrograman yang harus
sesuai dengan aturan struktur bahasa agar program berjalan dengan lancar.
C. INFORMASI PRAGMATIK
Istilah pragmatik diperkenalkan oleh seorang filosof yang bernama Charless Morris
tahun 1938. Ketika ia membicarakan bentuk umum ilmu tanda (semiotic). Ia
menjelaskan dalam bahwa semiotik memiliki tiga bidang kajian, yaitu sintaksis
(syintax), semantik (semantics), dan pragmatik (pagmatics). Sejak itulah, pragmatik
mengalami dua perkembangan makna yang berbeda. Di satu sisi pragmatik dengan
konsep sebagaimana yang dimaksudkan oleh Morris di atas tetap dipertahankan. Di sisi
lain, istilah pragmatik mengalami penyempitan makna. Pengertian pragmatik menurut
Pevensie (2011:1) dapat diintisarikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur bahasa
secara eksternal, yang ditentukan oleh konteks dan situasi yang melatarbelakangi
pemakaian bahasa dalam komunikasi yang merupakan dasar penentuan pemahaman
maksud penggunaan tuturan oleh penutur dan mitra tutur.
Menurut Abdurrahman (2011:3) menyebutkan bahwa apabila di dalam suatu
penelitian terdapat rujukan yang konkret terhadap pembicara atau dalam istilah yang
lebih umum, terhadap pengguna bahasa, maka dia menetapkan bahwa penelitian tersebut
berada dalam bidang kajian pragmatik. Kemudian dalam perkembangan berikutnya, oleh
Levinson (1983:21) pengertian tersebut dianggap terlalu sempit dan ekslusif; dan oleh
karenanya pengertian tersebut dimodifikasi menjadi kajian bahasa yang bereferensi atau
berhubungan dengan faktor dan aspek-aspek kontekstual.
Menurut Nurkamto (2000:134), pragmatik yang sekarang berkembang pada
umumnya mengacu pada dua pengertian. Pertama, Pragmatics is the study of the
relation between language and context that are basic to an account of language
understanding. Pengertian ini menunjukkan bahwa untuk memahami makna bahasa
orang seorang penutur dituntuk untuk tidak saja mengetahui makna kata dan hubungan
gramatikal antar kata tersebut tetapi juga menarik kesimpulan yang akan
menghubungkan apa yang dikatakan dengan apa yang diasumsikan, atau apa yang telah
dikatakan sebelumnya. Kedua, Pragmatics is the study of the ability of language users to
pair sentences with the contexts in which they would be appropriate. Pengertian kedua
ini lebih menekankan pada pentingnya kesesuaian antara kalimat-kalimat yang diujarkan
oleh pengguna bahasa dengan konteks tuturannya.
Dari dua pengertian diatas terdapat hal-hal penting yang perlu di cermati dari
pengertian pragmatik di atas, yaitu penggunaan bahasa dan konteks tuturan. Penggunaan
bahasa di sini menyangkut fungsi bahasa (language functions). Abdurrahman (2011:3)
menjelaskan fungsi dari bahasa dalam pragmatik di kategorikan fungsi bahasanya
menjadi 6 (enam) macam yaitu: (1) menyampaikan dan mencari informasi faktual; (2)
Mengekspresikan dan mengubah sikap; (3) Meminta orang lain berbuat sesuatu; (4)
Sosialisasi; (5) Membangun wacana, dan (6) Meningkatkan keefektifan komonikasi.
Masing-masing kategori tersebut di atas, dijabarkan kedalam beberapa subkategori yang
lebih rinci dan praktis. Fungsi pertama, misalnya, dijabarkan menjadi 5 (lima) sub-
kategori, yaitu: (1) mengidentifikasi atau mendefinisis; (2) melaporkan,
mendeskripsikan atau menceritakan; (3) mengoreksi; (4) bertanya, dan (5) menjawab
pertanyaan. Adapun masalah konteks, meliputi 6 (enam) dimensi, yaitu: (1) tempat dan
waktu (setting), seperti ruang kelas, di masjid, di ma’had, di perpustakaan, dan di
warung makan, (2) pengguna bahasa (participants), seperti dokter dengan pasien, ustadz
dan santri, penjual dengan pembeli, (3) topik pembicaraan (content) seperti politik, seks,
pendidikan, kebudayaan, (4) tujuan (purpose) seperti bertanya, menjawab, memuji,
menjelaskan, mengejek, dan menyuruh, (5) nada (key) seperti humor, marah, ironi,
sarkasme, dan lemah lembut, dan (6) media/saluran (channel) seperti tatap muka,
melalui SMS, melalui telepon, melalui surat, E-mail, dan, melalui tangan.
Dimasukkannya konteks dalam memahami dan atau menghasilkan ujaran
dimaksudkan untuk membangun prinsip-prinsip kerjasama dan sopan santun dalam
proses komunikasi, sehingga tujuan komunikasi dapat dicapai secara efektif. Konteks itu
sendiri terkait erat dengan budaya, yang berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat
lain.
Menurut Leech (1997:9) untuk mengacu pada kajian tentang kondisi umum
penggunaan bahasa untuk komunikasi, ia lebih suka menggunakan istilah Pragmatik
umum (general pragmatics). Ia mendasarkan gagasannya pada kenyataan bahwa prinsip
kerjasama dan sopan santun dalam berkomunikasi berlaku secara berbeda–beda dalam
setiap masyarakat. Dalam pragmatik umum sama sekali tidak mengatur masalah itu.
Bahkan menurut Leech(1997:10) , hal-hal yang bersifat lokal dan situasional dapat
diatur dalam sosiopragmatik (sociopragmatics) dan pragmalinguistik
(pragmalinguistics), karena kedua bidang ini merupakan cabang dari pragmatik umum.
Sosio-pragmatik dapat di sebut sebagai ketepatan isi (appropriateness in meaning), yaitu
sejauh mana fungsi komunikasi tertentu, sikap dan gagasan dianggap tepat sesuai
dengan situasi yang berlaku. Hal ini berhubungan erat dengan aspek sosiologi.
Sementara itu, pragmalinguistik menurut Leech (1997:10) kurang lebih sama
dengan ketepatan bentuk (appropriateness in form). Hal ini mengacu pada sejauh mana
makna bahasa direpresentasikan ke dalam bentul verbal atau non verbal yang sesuai
dengan konteks pembicaraan. Ini terkait erat dengan dengan tata bahasa yang sesuai
dengan konteks pembicaraan, sedangkan pragmalinguistik berkenaan dengan bagaimana
seorang penutur dapat mengatakan secara tepat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sintaksis adalah ilmu tata bahasa yang mempelajari tentang susunan kata dengan
kata lain sehingga membentuk suatu frasa, klausa, maupun kalimat. Empat macam alat
sintaksis meliputi urutan, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas. Informasi semantik
dibutuhkan dalam sistem infomasi manajamen agar tidak terjadi kerancuan dalam
penafsiran. Semantik adalah ilmu tentang makna kata, frasa, maupun kalimat dalam
sebuah bahasa. Berbagai jenis relasi makna, seperti homonimi, polisemi, sinonimi,
antonimi, hiponimi dan meronimi. Pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan
serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Pentingnya kesesuaian antara
kalimat-kalimat yang diujarkan oleh pengguna bahasa dengan konteks tuturannya.

B. PESAN
Mudah-mudahan makalah ini bisa diterima dengan baik oleh kawan-kawan semua,
kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2011. Pragmatik; Konsep Dasar Memahami Konteks Tuturan, (Online).
(https://www.researchgate.net/publication/283403378_
PRAGMATIK_KONSEP_DASAR_MEMAHAMI_KONTEKS_TUTURAN), diakses 8
September 2019
Affandi, A., dan Su’ud, M. 2016. Antara Takwa dan Takut (Kajian Semantik Leksikal dan
Historis Terhadap Al-Qur’an). Jurnal Al–Hikmah, (Online), 2016/Vol.4 (Nomor 2):114,
(http://jurnal.staiba.ac.id/index .php/alhikmah/article/download/21/19), diakses 8
September 2019.
Arifin, Z., dan Junaiyah. 2009. Sintaksis. Jakarta : PT Grasindo
Cann, R. 1994. Formal Semantics. New York: Cambridge University Press.
Chaer, A., dan Muliastuti, L. 2014. Makna dan Semantik, (Online),
(http://repository.ut.ac.id/4770/1/PBIN4215-M1.pdf), diakses 8 September 2019.
Darmojuwono, S., dan Kushartanti, U.Y. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta: Gramedia Utama
Gaol, C. J. L. 2008. Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (Online),
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/), diakses 07 September 2019.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik: Introduction to Theoretic Linguistics. Jakarta: PT
Gramedia.
Leech, G. 1997. Prinsip-Prinsip Pragmatik. (Terj. Dr. M.D.D. Oka). Jakarta :UI Press.
Levinson, Stephent C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge Univercity Press.
Matthews, Petter H. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford : Oxford
University Press.
Noortyani, R. 2017. Buku Ajar Sintaksis. Yogyakarta: Penebar Pustaka Media.
Parera, J. D (2004) Teori Semantik. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.
Partanto, P.A., dan Albarry. 1994. Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya: Arloka.
Pevensie, E. 2011. Sejarah Singkat Pragmatik. (Online),
(https://www.scribd.com/doc/48254615/SEJARAH-SINGKAT-PRAGMATIK), diakses 8
September 2019.
Resmini, N. 2014. Unsur Semantik dan Jenis Makna,(Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/KEBAHASAAN_I/BBM_8.pdf), diakses 8
September 2019.
Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Supriyadi. 2014. Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press.
Yuliana, R., dkk. 2013. Daya Pragmatik Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya, (Online), 2013/Vol.2 (Nomor 1):3,
(https://media.neliti.com/media/publications/55012-ID-none.pdf), diakses 8 September
2019.

Anda mungkin juga menyukai