Anda di halaman 1dari 8

Studi Kasus.

JIM FKep Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022

PENERAPAN ASUHAN PERKEMBANGAN DAN TRANSFUSI PADA BAYI DI


NICU: SUATU STUDI KASUS
Application of Developmental Care and Transfusion to Infants in NICU: A Case Study

T. Putri Berliana Jihan1, Hilman Syarif2, Nova Fajri2


1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Gadar dan Anak, Fakultas KeperawatanUniversitas Syiah Kuala
Email: tengkuputriberlianajihan@gmail.com, hilmansyarif@unsyiah.ac.id, novafajri@unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Tahapan neonatus merupakan tahap penting dalam kehidupan karena risiko kematian yang tinggi.Kelahiran bayi
berat lahir rendah (BBLR) sebagai penyebab tertinggi pada neonatus.Indonesia merupakan salah satu negara di
dunia dengan angka kelahiran BBLR dan prematur terbanyak.Salah satu morbiditas yang umum dijumpai adalah
anemia, sehingga dilanjutkan dengan kejadian ikterus yang masih cukup tinggi. Dengan begitu BBLR akan
berisiko menyebabkanikterik neonatum dan necrotikans enterocilitis (NEC). BBLR juga rentan terhadap kejadian
infeksi pada neonatus.Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui penerapan asuhan perkembangan dan transfusi
pada bayi di NICU Rumah Sakit di Banda Aceh. Penulisan ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan melalui asuhan keperawatan pada Bayi Ny. D. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini
adalah ikterik neonatus, termoregulasi tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, risiko syok (sepsis), defisit
nutrisi, gangguan perlekatan dan risiko gangguan tumbuh kembang. Intervensi yang diberikan berdasarkan
standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI), meliputi tindakan observasi, teurapetik dan kolaborasi serta
penerapan intervensi berdasarkan evidence based seperti asuhan perkembangan dan pemberian transfusi darah
pada BBLR. Evaluasi menunjukan bahwa masalah ikterik teratasi sebagian, termoregulasi teratasi sebagian,
perfusi perifer mengalami peningkatan, tidak menunjukkan terjadinya syok (sepsis), defisiti nutrisi teratasi
sebagian ditandai dengan penambahan diet ASI, dan adanya reflek hisap yang baik serta intervensi dilanjutkan
oleh perawat ruangan untuk mengatasi dan pencegahan masalah.

Kata kunci: Anemia, asuhan perkembangan, ikterik.

ABSTRACT

The neonatal stage is an important stage in life because of the high risk of death. The birth of low birth weight
(LBW) babies is the highest cause in neonates. Indonesia is one of the countries in the world with the highest
LBW and premature birth rates. One of the common morbidity found is anemia, so that the incidence of jaundice
is still quite high. LBW will be at risk of causing neonatal jaundice and necrotizing enterocilitis (NEC). LBW
births are also susceptible to the incidence of infection in neonates. The purpose of this case study is to determine
the application of developmental care and transfusion to infants in the NICU of a hospital in Banda Aceh. This
writing uses a descriptive method with an approach through nursing care to Ny. D. Nursing problems that arise
in this case are neonatal jaundice, ineffective thermoregulation, ineffective peripheral perfusion, risk of shock
(sepsis), nutritional deficits, attachment disorders and the risk of growth and development disorders. The
interventions provided are based on the Indonesian Nursing Intervention Standard (SIKI), including observation,
therapeutic and collaborative actions as well as the application of evidence-based interventions such as
developmental care and blood transfusion for LBW. The evaluation showed that the icteric problem was partially
resolved, thermoregulation was partially resolved, peripheral perfusion had increased, did not show the
occurrence of shock (sepsis), the nutritional deficit was partially resolved as indicated by the addition of a breast
milk diet, and a good suction reflex and continued intervention by the room nurse to overcome and problem
prevention.

Keywords: Anemia, developmental care, jaundice.

83
PENDAHULUAN Menurut Sanchez (2019), NEC disebabkan
Bayi baru lahir sampai umur 28 hari perforasi dinding usus kecil maupun besar yang
pertama kehidupan disebut neonatus (Rudolph, sering dijumpai pada bayi berat lahir rendah.
2015). Neonatus merupakan tahap penting Angka kematian bayi berat lahir
dalam kehidupan karena berisiko kematian rendah dapat berkurang dengan perawatan
yang tinggi. Neonatus dengan bayi berat lahir yang lebih lanjut, namun tingkat morbiditas
rendah bisa mengalami sejumlah masalah berkaitan dengan perkembangan terus
kesehatan seperti retardasi pertumbuhan, meningkat. Sebuah kasus menunjukan bahwa
penyakit infeksi sehingga terjadi keterlambatan lebih dari 25% neonatus yang mengalami
perkembangan yang mungkin bisa terjadi BBLR memiliki gangguan perkembangan pada
(Taha et al, 2020). Bayi berat lahir rendah usia 2 tahun dan rasio mencapai 40% pada usia
(BBLR) menyumbang angka 27% sebagai 10 tahun (Johnston et al, 2014). Asuhan
penyebab kematian neonatus tertinggi setelah perkembangan atau developmental care adalah
infeksi neonatal 36% (Kemenkes RI, 2019). sebuah metode untukmenyesuaikan lingkungan
Menurut Marlina (2017), bayi lahir rendah NICU agar mengurangi stres, memanajemen
merupakan salah satu penyebab neonatus nyeri, mengatur posisi, meningkatkan stabilitas
karena mengalami ikterik. fisiologis, menjaga tidur, mempromosikan
Ikterik salah satu penyebab kematian pertumbuhan saraf dan pematangan bayi
neonatus yang sering ditemukan pada (Altimier & Phillips, 2016).
BBLR.Prevalensi BBLR dengan kejadian Bayi dengan berat lahir rendah bisa
ikterik cukup tinggi, sebanyak 395 kasus mengalami terjadinya kehilangan darah atau
(Kemenkes, 2018). Ikterik yang ditandainya produksi sel darah merah yang berkurang, yang
dengan pewarnaan kuning pada kulit dan disebut anemia pada masa neonatus di minggu
produksi bilirubin yang tak berkonjugasi pertama kehidupan dengan usia gestasi < 36
(Marcdante, 2014). Selain berisiko mengalami minggu (Jeon, 2013). Untuk memperoleh sel
ikterik, BBLR juga sangat rentan mengalami darah merah yang cukup, maka selama
kejadian infeksi. perawatan dibutuhkan transfusi darah seperti
Infeksi dapat terjadi pada semua usia packed red cell (PRC) pada BBLR <1500
dengan penyebab utamanya perhatian pada gram. Transfusi PRC merupakan intervensi
bayi baru lahir. BBLR memiliki sistem yang direkomendasikan pada neonatus yang
kekebalan tubuh yang kurang berkembang dan mengalami anemia, dengan begitu akan
lebih rentan terhadap infeksi (Tesini, 2020). menurunkan risiko komplikasi transfusi pada
Menurut WHO, infeksi neonatus salah satu BBLR (Jeon, 2013). Penulisan studi kasus ini
penyebab utama 550.000 kematian neonatus memiliki tujuan untuk melihat bagaimana
setiap tahun. Sebagian besar kematian ini dapat penerapan asuhan perkembangan dan transfusi
dicegah dengan tindakan pencegahan, pada bayi berat lahir rendah, ikterik neonatum,
perawatan tepat waktu, pengobatan dengan infection of newborn dan necrotikans
antibiotik yang tepat dan tindak lanjut. enterocilitis di NICU.
Bayi berat lahir rendah juga bisa terjadi
dengan kejadian kasus necrotikans enterocilitis GAMBARAN KASUS
(NEC). Insiden dari NEC berkisar 15-30% Bayi Ny. D lahir tanggal 4 Januari
pada bayi dengan usia gestasi < 37 minggu, 2022, berjenis kelamin laki-laki. Sesaat setelah
dan sekitar 85% kasus NEC pada BBLR lahir, bayi yang di lahirkan secara section
dengan usia gestasi < 35 minggu (Kim, 2016). caesaria ini tidak menangis segera, dengan

84
Studi Kasus. JIM FKep Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022

badan kemerahan, tangan dan kaki kebiruan. selanjutnya adalah defisit nutrisi hal ini
Kemudian bayi dilakukan resusitasi dengan di disebabkan oleh reflek menghisap dan menelan
hangatkan dan dikeringkan bayi langsung yang lemah, dari hasil foto polos abdomen di
menangis segera dan kuat, badan dan dapatkan Fecal Material: udara usus sampai ke
ekstremitas menjadi kemerahan dan kembali distal, tampak Stone Opaquedan terlihat perut
bergerak aktif. Usia gestasi saat lahir adalah mengalami distensi sehingga terdiagnosis
34-36 minggu dengan berat badan lahir 1540 nekrotikans enterecolitis. Kondisi bayi yang
gram, lingkar kepala 26 cm, lingkar dada 23 terpisah dengan orang tuanya akibat
cm, lingkar perut 21 cm dan LiLA 7 cm, hospitalisasi, ketidakmampuan orangtua
sehingga di kategorikan sebagai neonatus memenuhi kebutuhan bayi dan adanya
kurang bulan kecil masa kehamilan. Saat lahir penghalang fisik (incubator) bisa menyebabkan
nilai APGAR skor menit pertama adalah 7 dan risiko gangguan perlekatan. Bayi lahir
menit kedua adalah 9. Bayi Ny. D juga di premature dengan berat lahir rendah dengan
sarankan di rawat di NICU dan sudah di usia gestasi 34-36 minggu dan BBL 1540
berikan injeksi Vitamin K. gram, refleks hisap yang belum matur sehingga
Hasil pemeriksaan yang dilakukan bisa menyebabkan risiko gangguan tumbuh
penulis (hari rawatan ke 13), tanda-tanda vital kembang.
(TTV) meliputi heart rate (HR) 152 x/m, Studi kasus ini merupakan studi untuk
respiratory rate (RR) 40 x/m, SpO2 99% dan menggambarkan bagaimana penerapan asuhan
suhu 37,7oC. Pasien terlihat pucat di dalam perkembangan dan transfusi pada bayi berat
incubator, membran mukosa lembab dan sklera lahir rendah, ikterik neonatum, infection of
ikterik serta seluruh ekstremitas terlihat newborn dan necrotikans enterocilitis di NICU
ikterik. Didapatkan hasil laboratorium Rumah Sakit Umum Banda Aceh. Studi kasus
bilirubin total pada tanggal 15 januari yaitu di lakukan mulai tanggal 17 Januari sampai 20
16,86mg/dL. Untuk diagnosis pertama yang Januari 2022.Asuhan keperawatan dimulai dari
sesuai kondisi pasien adalah ikterik pengkajian data, analisis data yang dilakukan
neonatus.Pasien mengalami suhu tubuh yang sejak penulis di lapangan. Analisa data di
fluktuatif (35,7-37,7 0C), kulit dan lemak yang lakukan dengan cara mengemukakan fakta,
tipis, BBL 1540 gram dan mempunyai riwayat serta membandingkan teori yang ada kemudian
alergi, sehingga muncul masalah keperawatan dituangkan dalam pembahasan. Teknik analisis
termoregulasi tidak efektif. Dengan kadar yang digunakan dengan cara menarasikan hasil
albumin 2,70 g/dL, hemoglobin 8,4 g/dL, pengkajian untuk menjawab rumusan masalah,
eritrosit 24%, turgor kulit menurun, warna kulit selanjutnya di interprestasikan, dibandingkan
pucat, kulit menguning, pengisian kapiler > 2 dengan teori yang ada sebagai bahan untuk
detik, dengan riwayat transfusi Packed Red memberikan rekomendasi dan pertimbangan
Cell (PRC), Fresh Frozen Plasma (FFP)dan dalam intervensi.
Trombocyt Concetrate (TC),sehingga pasien
terdiagnosis anemia normokrom dengan HASIL
masalah keperawatan yaitu perfusi perifer Ikterik neonatus
tidak efektif. Diagnosis selanjutnya yaitu Ikterik neonatus adalah kulit dan
risiko syok (sepsis), pasien terdiagnosis membran mukosa pada neonatus menguning
infection of newborn di karenakan kadar akibat bilirubin tak terkonjugasi ke dalam
albumin yang menurun 2,70 g/dL, leukosit 8,2 sirkulasi. Implementasi yang diberikan selama
103/mm3, akral teraba hangat. Diagnosis 4 hari perawatan adalah memantau ikterik,

85
Studi Kasus. JIM FKep Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022

melihat keluasan ikterik, observasi sklera, kuku Defisit nutrisi


dan membran mukosa pada bayi, observasi Tujuan implementasi yang diberikan
vital sign perjam sekali serta menganjurkan ibu adalah manajemen status nutrisi dan monitor
untuk memerah ASI dan menyusui kemudian asupan makanan. Pasien memiliki toleransi diet
berkolaborasi untuk melakukan fototerapi. yang baik dan mengalami kenaikan berat badan
setiap hari, dari awal lahir 1540 gram hingga
Termoregulasi tidak efektif naik 1665 gram. Dibuktikan dengan diet ASI
Implementasi termoregulasi tidak terus meningkat secara perlahan selama 4 hari
efektif yaitu memonitor suhu tubuh bayi tiap rawatan. ASI diberikan secara oral mulai dari
dua jam, memonitor warna dan suhu kulit serta 4-11 cc/ 3 jam. Untuk masalah nekrotikans
catat tanda dan gejala hipotermia atau enterecolitis (NEC) selama 4 hari rawatan
hipertermia. Setelah 4 hari rawatan tidak terlihat distensi abdomen pada pasien sudah
ditemukan adanya penurunan/peningkatan mulai berkurang.
suhu (T=36,9 oC), yang dibuktikan dengan
tidak terlalu signifikannya perubahansuhu Risiko gangguan perlekatan
fluktuatif, menggigil berkurang, pucat Bayi yang dihospitalilasi berisiko
berkurang, tidak adanya hipoksia, tidak lagi untuk mengalami gangguan perlekatan pada
menunjukkan tanda-tanda hipertermi atau ibunya. Dalam 4 hari rawatan yang dapat
hipotermi. dilakukan adalah memfasilitasi keluarga
selama jam kunjungan. Selama asuhan
Perfusi perifer tidak efektif keperawatan ibu pasien melakukan kunjungan
Implementasi yang di berikan dengan sebanyak 2 kali, melakukan interaksi langsung
berkolaborasi dalam pemberian transfusi darah dengan pasien seperti mengajak berbicara dan
di karenakan kondisi klinis pasien mengalami bershalawat, kontak mata yang baik menyentuh
anemia dengan kadar hemoglobin 8,4 g/dL, dan bayi serta memanggil nama bayi.
eritrosit 24% serta pemberian analgetik.Pasien
sudah menerima transfusi PRC III Kolf, FFP Risiko gangguan tumbuh kembang
III Kolf dan TC I Kolf. Perencanaan transfusi Implementasi 4 hari perawatan yang
PRC, FFP dan TC tetap dilanjutkan sampai dilakukan yaitu perawat menerapkan asuhan
nilai trombosit, hemoglobin dan eritrosit dalam perkembangan, mempertahankan sentuhan
rentang normal. seminimal mungkin, handling dilakukan 3 jam
sekali pada saat pemberian ASI, pasien terjaga
Risiko syok (sepsis) dari pencahayaan dengan kain penutup
Implementasi yang diberikan selama 4 inkubator, meminimalkan kebisingan ruangan
hari rawatan adalah pencegahan syok, tidak dan mempertahankan kenyamanan pasien
terjadinya syok pada pasien, kondisi pasien sertaposisi pasien di atur dalam nesting.
membaik seperti saturasi oksigen yang baik,
akral hangat, pucat menurun, berkolaborasi PEMBAHASAN
pemberian antiobiotik intravena dan transfusi Asuhan Perkembangan
darah serta pencegahan infeksi. Pemberian Bayi prematur dengan berat lahir
antibiotik masih tetap dilanjutkan. Monitor rendah rentan berisiko mengalami gangguan
tanda dan gejala syok dilanjutkan sehingga jika tumbuh kembang. Intervensi yang sudah
terjadinya syok dapat segera diatasi. diberikan pada bayi dengan penerapan asuhan
perkembangan seperti pertahankan sentuhan

86
Studi Kasus. JIM FKep Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022

seminimal mungkin pada bayi, minimalkan melihat keluasan ikterik, observasi sklera, kuku
kebisingan di ruangan, mempertahankan dan membran mukosa pada bayi, observasi
lingkungan yang mendukung perkembangan vital sign perjam sekali. Selain itu
dan pertahankan kenyamanan anak. Dalam menganjurkan ibu untuk memerah ASI dan
menerapkan asuhan perkembangan salah menyusui, kemudian berkolaborasi untuk
satunya dengan pemberian ASI selama di ruang melakukan fototerapi. Fototerapi sudah
intensif memiliki dampak positif pada hasil dilakukan 1 x 24 jam pada tanggal 16 januari
perkembangan saraf selama masa bayi, kanak- 2022. Penelitian Dewi (2016), mengemukakan
kanak, remaja hingga dewasa (Sammallahti et pemberian fototerapi direkomendasikan
al., 2017). penanganan yang sangat baik untuk pasien
Dalam penelitian Burke (2018), asuhan hiperbilirubin. Pemberian fototerapi salah satu
perkembangan meliputi pengaturan posisi, bentuk terapi yang paling banyak digunakan
menilai dan mengadaptasi stimulasi sensoris, untuk bayi berat lahir rendah yang mengalami
perawatan metode kanguru, non nutritive hiperbilirubenia, untuk menurunkan beban
sucking (kompeng), mengontrol nyeri, tubuh dari bilirubin (Singh et al, 2017).
penempatan perawat khusus, dan perawatan Masalah keperawatan selanjutnya yaitu
berfokus pada keluarga memiliki efek positif termoregulasi tidak efektif, dengan suhu tubuh
pada perkembangan saraf bayi, diantaranya yang fluktuatif (35,7-37,70C), kulit dan lemak
meningkatkan maturitas neuromuskuler. yang tipis. Penulis melakukan pengukuran suhu
Bayi yang rentan karena sistem tubuh tiap duajam dan observasi warna kulit.
neurologis yang belum matang dan Pada tanggal 18 Januari pasien mengalami
berkembang, dengan pemberian asuhan kenaikan suhu 38,10C, sehingga langsung
perkembangan sangat mendukung selama diberikan injeksi antibiotik. WHO
proses rawat di ruang NICU. Menurut Kenner merekomendasikan pada neonatus yang
dan McGrath (2010), asuhan perkembangan mengalami infection of newborn harus segera
diklasifikasikan dalam lima tindakan: 1) di atasi dengan setidaknya pemberian antibiotik
kualitas tidur (protectif sleep), 2) manajemen gentamicin dan penicillin selama 7 hari (Kapeu
rasa sakit (pain management), 3) aktivitas et al, 2015). Pada bayi Ny. D antibiotik yang
harian yang mendukung perkembangan sudah diberikan selama rawatan secara
neonatus (developmental support activities intravena yaitu Ampicilin 75 mg/8jam,
daily living), yang didalamnya terdapat Morepenem 30 mg/8 jam, di lanjutkan dengan
positioning dan pemberian ASI, 4) perawatan Fluconazole 20 mg/24 jam.
yang berpusat pada keluarga (familly center
care) dan 5) dengan modifikasi lingkungan. Pemberian Transfusi
Dalam penelitian Gabis et al (2015), selama Bayi prematur terutama dengan berat
melakukan observasi 2-3 tahun terhadap bayi lahir rendah yang dirawat intensif sering kali
prematur yang di rawat di NICU, didapatkan mengalami anemia (Murti dkk, 2015). Dalam
bahwa pada bayi dengan intervensi asuhan hal ini kejadian anemia merupakan salah satu
perkembangan memiliki kemampuan pada komplikasi yang sering dialami oleh bayi
perkembangan bahasa dan motorik yang lebih prematur dan merupakan salah satu populasi
baik Untuk itu intervensi ini penting karena pasien terbanyak yang mendapatkan transfusi
memiliki efek jangka panjang pada pasien. (Guillen, 2016). Intervensi yang sudah
Pada masalah keperawatan ikterik diberikan pada bayi Ny. D, pasien sudah
neonatus, implementasi yang dilakukan adalah menerima terapi transfusi Packed Red Cell

87
Studi Kasus. JIM FKep Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022

(PRC), Fresh Frozen Plasma (FFP) dan mengurangi insideni nfeksi nosocomial pada
Trombocyt Concetrate (TC) selama di ruang bayi prematur dan BBLR, jika diberikan pada
NICU. Hal ini juga di dukung dari penelitian dosis dan waktu yang tepat (Jansen et al, 2021).
Guillen (2016), yang menyatakan salah satu Penelitian lainnya juga mengatakan ASI
transfusi yang di terima oleh pasien BBLR merupakan pendekatan yang aman dan efektif
yaitu transfusi PRC dan merupakan tatalaksana untuk mengurangi risiko morbiditas pada
yang diberikan pada neonatus dengan anemia, BBLR selama rawat di intensif (Rossman et al,
hingga saat ini masih menjadi terapi pilihan 2017).
pada bayi prematur dan BBLR yang Bayi prematur dengan BBLR yang
mengalami anemia. Bayi Ny. D lahir prematur menderita nekrotikans enterecolitis (NEC) juga
dengan memiliki berat badan lahir rendah 1540 harus rawat inap di ruangan intensif. Pasien
gram. Hal ini berkaitan dengan penelitian Patel terdiagnosis nekrotikans enterecolitis, dimana
et al (2017), di antara neonatus yang prematur, dari hasil foto polos abdomen terdapat
transfusi sel darah merah adalah pengobatan Metorismus dengan Fecal Material, udara usus
yang umum untuk anemia, dengan 90% dari sampai ke distal dan tampak “Stone Opaque.
berat badan lahir rendah dan setidaknya sudah Menurut Sanchez (2019), NEC di sebabkan
pernah diberikan transfusi sel darah merah. peradangan yang terjadi di usus besar atau usus
Masalah yang sering timbul pada kasus halus pada bayi dan salah satu gejala yang
bayi dengan BBLR antara lain suhu tubuh yang dialami serupa dengan kondisi pasien seperti
tidak stabil, gangguan pencernaan imaturitas perut terlihat membuncit dan kulit perut yang
hati, anemia dan infeksi (Riskesdas, 2018). tampak kemerahan selama hari rawatan.
Secara umum, anemia didefinisikan sebagai Implementasi yang dilakukan yaitu dengan
keadaan kadar hemoglobin yang melebihi batas memonitor perdarahan gastrointestinal dan
normal yang saat ini sesuai dengan kondisi pemantauan ketat pada vital sign, mengukur
pasien sekarang, yaitu dengan nilai hemoglobin lingkar perut serta pemberian antibiotik (Rich
8,4 g/dL. Pada penelitian Pusparini (2017), & Dolgin, 2017).
bayi prematur dengan berat lahir rendah, Bayi dengan berat lahir rendah yang di
dengan pemberian terapi transfusi PRC sangat rawat intensif berisiko mengalami gangguan
dindikasikan, apabila kadar hemoglobin < 8,0 interaksi antara orang tua atau orang terdekat
g/dL, sehingga dengan diberikan transfusi akan yangdapat mempengaruhi proses asah, asih,
mengalami kenaikan kadar hemoglobin yang dan asuh. Bayi yang dihospitalilasi juga sangat
stabil. berisiko mengalami gangguan perlekatan,
Masalah keperawatan selanjutnya pada maka untuk itu diperlukan intervensi seperti
bayi prematur dengan berat lahir rendah adalah promosi perlekatan untuk memonitoring
defisit nutrisi, yaitu asupan nutrisi tidak cukup kemampuan bayi menghisap, perlekatan yang
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. tepat saat menyusui memfasilitasi selama jam
Disini penulis melakukan implementasi dengan kunjungan bayi serta mengajarkan ibu isyarat
memonitoring status nutrisi dan asupan bayi yang dapat meningkatkan hubungan ibu
makanan pada pasien, sehingga setiap harinya dan anak (Tim Pokja SIKI PPNI, 2018).
terjadinya penambahan berat badan setelah Hubungan dibangun dan dikembangkan ketika
berkolaborasi terkait kebutuhan ASI. orang tua hadir di NICU. Bayi dengan BBLR,
Penelitian mengungkapkan bahwa pada hubungan orangtua dan anak dimulai di NICU,
pemberian ASI mempunyai kandungan dimana hubungan dibangun dan dikembangkan
komponen anti microbial yang dapat ketika orang tua hadir, dengan menyebut nama

88
Studi Kasus. JIM FKep Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022

bayi dan menyentuh bayi (Cockroct, 2012). REFERENSI


Partisipasi orang tua di NICU yang meliputi Altimier L, Phillips R. (2016). The neonatal
kehadiran orang tua dengan menyentuh bayi integrative developmental care model:
dan mengenggam bayi bisa meningkatkan advanced clinical applications of the
seven Core measures for Neuroprotective
perasaan berguna dan dapat meningkatkan
family-centered developmental care.
keterikatan. Orang tua dapat membantu Newborn Infant Nurs Rev.16(4):230–44.
meningkatkan kemampuan bayi untuk
mengatasi stresor NICU dan memberikan Burke, S. (2018). Systematic review of
developmental care interventions in the
rangsangan sensorik yang bermakna (Pineda et
neonatal intensive care unit since 2006.
al, 2019). Journal of Child Health Care, 22(2), 269–
286. https://doi.org/10.1177/13674935177
KESIMPULAN 53085
1. Asuhan keperawatan pada bayi Ny. D yang
Dewi, A. K. (2016). Efektifitas fototerapi
disertai beberapa masalah kesehatan lainya terhadap penurunan kadar bilirubin
yang berhubungan dengan berat badan lahir total pada hiperbilirubinemia neonatal di
rendah sebagai penyebab utama seperti RSUP Sanglah. Jurnal ilmu kesehatan
ikterik neonatum, infection of newborn dan anak.81-86.
necrotikans enterocilitis dengan masalah Gabis, L.V., Hacham-Pilosof, K., Yosef, O.B.,
keperawatan ikterik neonatus, termoregulasi Rabinovitz, G., Leshem, G., ShilonHadass,
tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, A., Bart, O. (2015). The influence of a
risiko syok (sepsis), defisit nutrisi, risiko multisensory intervention for preterm
gangguan perlekatan dan risiko gangguan infants provided by parents, on
tumbuh kembang. developmental abilities and on parental
stress levels. Journal of Child Neurology,
2. Asuhan perkembangan memiliki efek
30(7), 896–903.
jangka pendek dan panjang sehingga dapat
dijadikan penerapan yang baik untuk Guillen U, Cummings JJ, Bell EF, Hosono S,
intervensi dilaksanakan di NICU terutama Frantz AR, Maier RF, dkk. (2016).
pada BBLR. International survey of transfusion practices
3. Pemberian transfusi sel darah merah pada for extremely premature infants.Semin
bayi yang mengalami anemia merupakan Perinatol. 36:244–7.
intervensi yang diindikasikan di ruang Jansen et al. (2021).The road to zero
intensif dan sangat baik dijadikan terapi nosocomial infections in neonates-a
pilihan khususnya untuk BBLR. narrative review.Acta Paediatrica.00.1–
10.
UCAPAN TERIMAKASIH Jeon GW, Sin JB. (2013). Risk factors of
Ucapan terimkasih penulis kepada transfusion inanemia of very low birth
pembimbing dan pihak Rumah sakit khusunya weight infants.Yonsei Med Journal. 54:366–
di ruang NICU yang telah membantu selama 73.
studi kasus serta kepada orang tua pasien yang Kapeu,A.S., Seale, A.C., Wall, S.,Nyange, C.,
telah mengizinkan penulis untuk melakukan Qazi, S. A. Lawn, J. E. (2015). Treatment of
studi terhadap kasus Bayi Ny. D. neonatal infections: a multi-country analysis
of health system bottlenecks and potential
solutions. BMC Pregnancy Childbirth;
15(2) doi: 10.1186/1471-2393-15-S2-S6.

89
Studi Kasus. JIM FKep Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022

KementrianKesehatanRI. (2019). Keputusan adult neurocognitive outcomes.PloS One,


Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 12(9), e0185632.
Nomor HK. 01.07/MENKES/214/2019
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Sanchez JB, Kadrofske M. (2019). Necrotizing
Kedokteran Tata Laksana Asfiksia. enterocolitis.Neurogastroenterol.

Kenner, C., McGrath, J.M., (2010). Singh, Dr. P. K., Chaudhuri, Dr. P. K., &
Developmental Care of Newborns and Chaudhary, Dr. A. (2017). Phototherapy
Infants, National Association of Neonatal Induced Hypocalcemia in Neonatal
Nurses. Illinois. (2). Hyperbilirubinemia. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences, 16(04), 35–
Marcdante K, Kliegman R, Jenson H, Behrman 38.
R. (2014). Nelson ilmu kesehatan anak
Taha, Z., Hassan, A.A., Scott,L.W., &
esensial. Singapore: Saunders Elsevier.
Papandreou, D. (2020). Factors Associated
Murti, M. S. Lily, R. Pulungan, A. B. (2015). with Preterm Birth and Low Birth Weight
Karakteristik bayi prematur yang in Abu Dhabi, the United Arab Emirates.
mengalami anemia dan tranfusi prc International Journal of Environmental
sebelum usia kronologis 4 minggu. Jurnal Research and Public Health.17(1382).
Sari Pediatri.17(2).82-88.
Tesini, B. L. (2020). Overview of Infections in
Patel, R. M., Meyer, E. K., & Widness, J. A. Newborns.Merck manual consumer
(2016).Research Opportunities to Improve version.Di akses dari Overview of Infections
Neonatal Red Blood Cell in Newborns - Children's Health Issues -
Transfusion. Transfusion Medicine Reviews. Merck Manuals Consumer Version.

Pineda, R., Bender, J., Hall, B., Shabosky,L.,


Annecca, A., & Smith, J. (2019). Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar
Parentparticipation in the neonatal intensive Intervensi Keperawatan Indonesia
care unit: predictors and relationships (SIKI),Edisi1, Jakarta, PersatuanPerawat
toneurobehavior and developmental Indonesia.
outcomes. Early Hum Dev. 32–38.

Rich BS, Dolgin SE. (2017).Necrotizing


enterocolitis.Pediatri. Rev.38(12) 552-559.
Rudolph, A. M. (2015). Buku Ajar Pediatri
Rudolph, (1). Jakarta: EGC.

Rossman, B., Meier, P. P., Janes, J. E.,


Lawrence, C., & Patel, A. L. (2017).Human
Milk Provision Experiences, Goals, and
Outcomes for Teen Mothers with Low-
Birth-Weight Infants in the Neonatal
Intensive Care Unit. Breastfeeding
Medicine, 12(6), 351–358.
Sammallahti, S., Kajantie, E., Matinolli, H. M.,
Pyhala, R., Lahti, J., Heinonen,
K., Lahti, M., Pesonen, A. K., Eriksson,
Andersson, S., & Raikkonen, K. (2017).
Nutrition after preterm birth and

90

Anda mungkin juga menyukai