Laporan Peningkatan Mutu
Laporan Peningkatan Mutu
UPTD PUSKESMAS
NON RAWAT INAP INDRALIKA JAYA
OLEH :
TIM MUTU
1
LAPORAN PELAKSANAAN UJI COBA PENINGKATAN MUTU
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan jumlah kasus TBC terbesar di
dunia. Jumlah kasus TBC di dunia sebesar 56% berada di lima negara, yakni India,
China, Indonesia, Filipina dan Pakistan (WHO, 2019). Tuberkulosis Paru (TBC) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium Tuberculosis”. World
Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sebanyak 1,5 juta orang meninggal
karena TBC (1.1 juta HIV negatif dan 0.4 juta HIV positif) dengan rincian 89.000 laki-
laki, 480.000 wanita dan 140.000 anak-anak (WHO,2020). Angka Prevalensi
Tuberkulosis menggambarkan jumlah pasien baru TBC semua tipe yang ditemukan
dan tercatat diantara 100.000 penduduk. Hasil Survei Prevalensi TB secara Regional
Estimasi Kasus TBC di Di Provinsi Lampung , jumlah kasus baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologis berjumlah total135 kasus per 100.000 penduduk
(Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan hasil Studi Kasus TBC Tahun 2017, insiden TBC di Indonesia adalah 319
per 100.000 penduduk, atau setara sekitar 842.000 kasus. Dari studi ini dapat
diidentifikasi bahwa telah terjadi underreporting (kasus yang tidak dilaporkan) sebesar
41%, meliputi under-reporting di puskesmas sebesar 15%, dan pada fasyankes non-
puskesmas (rumah sakit, klinik, dokter parktik mandiri dan laboratorium) sebesar 71%.
Underreporting case diterjemahkan sebagai proporsi jumlah kasus yang didiagnosis
sebagai TB tetapi tidak dilaporkan ke sistem surveilans TB nasional yang dikelola oleh
NTP (National Tuberculosis Program) (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024). Berdasarkan data dari profile dinas kesehatan provinsi lampung
2
tahun 2020 menerangkan presentasi Case Detection Rate (CDR) penemuan kasus TBC
di masing-masing wilayah puskesmas di Kabupaten/Kota yaitu tertinggi ada di
Lampung Barat (47%) dan terendah di Kabupaten Tulang Bawang Barat (21%).
Semakin tingginya CDR mengartikan semakin Banyak kasus TBC yang ditemukan
secara dini dan diobati, sehingga menurunkan angka penularan dimasyarakat
sedangkan CDR yang rendah mengartikan kasus TBC masih banyak yang belum
ditemukan sehingga mengidentifikasi penularan TBC yang tinggi di Kabupaten/Kota
tersebut (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2020).
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tulalng Bawang Barat, target pencapaian kasus
TBC pertahun Puskesmas Indraloka Jaya adalah 20 kasus dan target perbulan adalah 2
kasus sedangkan hasil capaian dari Januari-Juni hanya ada 2 kasus 2022. Selanjutnya
target pencapaian suspek TBC pertahun adalah 108 kasus dan perbulan 9 kasus
sedangkan hasil capaian Januari-Juni 2022 hanya ada 12 kasus (Monitoring Dan
evaluasi Dinas Kesehatan Kabupupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2022).
Rendahnya hasil pencapaian tersebut mengartikan kasus TBC masih banyak yang
belum ditemukan sehingga mengidentifikasi penularan TBC yang tinggi di Wilayah
Kerja Puskesmas Indraloka Jaya.
Rendahnya rendahnya hasil diatas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
belum optimalnya upaya penemuan suspek TB oleh petugas kesehatan maupun kader,
kurangnya kesadaran masyarakat untuk deteksi dini setelah muncul gejala, serta
kesulitan mengeluarkan dahak atau kurangnya kualitas dahak yang diperiksa. Belum
optimalnya angka penemuan kasus suspek TB merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang Kesehatan. Oleh karena itu, belum optimalnya penemuan suspek TB paru dan
penemuan penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Indraloka Jaya
diangkat sebagai isu utama dalam Laporan Uji coba peningkatan mutu nilai-nilai dasar
ASN yang berjudul “Upaya Optimalisasi Penemuan Penderita Tuberkulosis melalui
3
SOBAT TB di Wilayah Kerja Puskesmas Berbah Dinas Kesehatan Kabupaten
Sleman”. Melalui Laporan Uji coba peningkatan mutu ini, diharapkan kesadaran
masyarakat tentang TBC dan pemahaman kader terkait penemuan kriteria diagnosis
TBC, dapat ditingkatkan sehingga capaian penemuan penderita Tuberkulosis di
Puskesmas Puskesmas Indraloka Jaya dapat tercapai sesuai target program TBC.
a. Analisis Masalah
Setelah dilakukan identifikasi isu, langkah selanjutnya dilakukan analisis
lanjut pada beberapa isu di atas menggunakan metode analisis USG (Urgency,
Seriousness, Growth) yaitu metode untuk menyusun urutan prioritas,
sehingga didapat isu yang harus diselesaikan.
Cara penetapan isu menggunakan USG melalui tiga hal berikut, yaitu:
1. Urgency (U) yaitu seberapa mendensak suatu isu harus dibahas, dianalisis
dan ditindak lanjuti
2. Seriousness (S) yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitan
dengan akibat yang ditimbulkan
3. Growth (G) yaitu seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut
jika tidak ditangani sebagaimana mestinya.
Kriteria B
Identifikasi Isu Rank
U S G ∑
Melakukan
pemantauan
atau penilaian
staf dalam 3 4 4 11 3
upaya
kepatuhan cuci
tangan
Belum
lengkapnya
pengisian rekam 4 4 4 12 2
medis
Kurang
optimalnya
penemuan suspek 5 4 4 13 1
dan kasus
Tubercolusis
4
Kriteria Penetapan USG
a. Urgency
Bahwa isu yang diangkat sangat penting dan mendesak karena
mengingat data pencapaian baik suspek maupun kasus yang belum
pernah mencapai target mengartikan bahwa kasus TBC masih banyak
yang belum ditemukan sehingga mengidentifikasi penularan TBC
yang tinggi di wilayah kerja Puskesmas Indraloka Jaya.
b. Seriousness
Bahwa isu yang diangkat berpengaruh bagi kesehatan masyarakat
karena apabila masih banyak kasus yang belum ditemukan dan tanpa
pengobatan akan berdampak pada kesehatan terutama paru-paru
ataupun komplikasi pada anggota tubuh yang lainnya mengingat
penularannya sangat mudah dan cepat yaitu melalui droplet atau
butiran-butiran air ludah dari penderita saat batuk.
c. Growth
Isu ini akan menjadi buruk jika tidak segera ditangani, karena apabila
masih banyak kasus yang belum ditemukan dan tidak diobati dapat
mengancam nyawa dan menyebabkan kematian.
5
Meningkatkan cakupan penemuan kasus dan pengobatan pada MDR TB.
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020
Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024).
6
B. PELAKSANAAN UJI COBA PENINGKATAN MUTU
1. PELAKSANAAN UJI COBA PENINGKATAN MUTU KEGIATAN
Kegiatan 1 : Menyusun rencana Uji coba peningkatan mutu kegiatan
Tanggal 1-2 Maret 2023
Bukti
pendukung :
Foto kegiatan
1 Gambar 3.31 SPT Gambar 3.32 Surat
Bukti
pendukung :
Foto kegiatan
2
7
Gambar 3.43 Screenshot proses pembuatan
8
Kegiatan 3 : Melakukan penyuluhan, tatalaksana penjaringan TB dan cara pengisian
form screening Tuberkulosis
Tanggal 8-13 Maret 2023
Bukti
pendukung :
Foto kegiatan
3
9
Gambar 3.55 Barcode
Pelaksanaan Kegiatan 3
Kegiatan 4 : Membentuk Group WhatsApp SOBAT TB (Sakit dan obati TB) dan
pemantauan pemantauan penjaringan suspek & kasus Tuberkulosis.
Bukti
pendukung :
Foto kegiatan
4
10
grup whatsapp
11
Gambar 3.67 Catatan
Hasil kegiatan 5
12
Kegiatan 6 : Melakukan evaluasi kegiatan dan pelaporan kepada atasan
Tanggal 5-8April 2023
Bukti
pendukung :
Foto kegiatan
6 Gambar 3.75 Melaporkan hasil evaluasi kepada atasan
13
Gambar 3.80 laporan hasil evaluasi bulan April
14
2. Kendala dan Solusi
No Kegiatan Kendala Solusi
1 Menyusun rencana Uji Pada kegiatan ini secara
coba peningkatan mutu umum tidak ada hambatan.
kegiatan Mentor sangat mendukung
kegiatan Uji coba
peningkatan mutu yang
akan dilakukan. Terdapat
beberapa masukan dan saran
untuk memaksimalkan
kegiatan Uji coba
peningkatan mutu
2 Membuat media informasi Kurangnya keterampilan Berkonsultasi dengan
seputar penyakit TB penulis dalam menggunakan rekan kerja yang bisa
aplikasi pengeditan gambar menggunakan aplikasi
dan video saat pembuatan pengeditan gambar dan
leaflet, poster dan video video serta melihat
penyuluhan. Terdapat tutorial di Youtube
beberapa revisi dan dalam pembuatan
masukan dari mentor agar poster, leaflet dan video
terciptanya media informasi penyuluhan. Serta
yang efektif, efisien dan menerima masukan dari
mudah dipahami. mentor untuk
menjadikan media
informasi yang dapat
bermanfaat bagi
masyarakat.
3 Melakukan penyuluhan, Belum semua kader Merefresh materi
tatalaksana penjaringan mendapat pelatihan tentang gejala, cara
TB dan cara pengisian mengenai penjaringan dan penularan, pengobatan
form screening pelatihan Tuberculosis dan pencegahan
Tuberkulosis penyakit serta
penjaringan suspek dan
kasus Tuberculosis.
Memberikan media
informasi seperti poster,
leaflet dan video TBC
kepada kader baik
dalam bentuk hard
maupun file via Wa.
4 Membentuk Group Kurangnya partisipasi dalam Selalu dilakukan
WhatsApp SOBAT TB penjaringan TB dan followup di Group
(Sakit dan obati TB) dan keterlambatan dalam WhaatApp
pemantauan penjaringan merespon pesan masuk
suspek & kasus dalam Group WhatsApp
Tuberkulosis SOBAT TB karena ada
kader yang berprofesi
sebagai guru honorer.
5 Melakukan sosiaisasi Pada kegiatan ini tidak
video, poster dan leaflet ditemukan hambatan.
6 Melakukan evaluasi Pada kegiatan ini tidak
kegiatan dan pelaporan ditemukan hambatan.
kepada atasan
15
BAB III
PENUTUP
16