Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU DAN TEMPE


DI INDUSTRI RUMAHAN

Disusun oleh :

Nama : Wardiansyah
Nim : 332110023
Kelas : TL.21.B1
Matakuliah : Pengolahan Air Buangan
Dosen Pengampu : Agus Riyadi S.T.,M,Sc.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
2023
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................................... 2
1.2 TUJUAN PENULISAN ............................................................................................................ 4
1.3 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................................... 5
1.4 MANFAAT PENULISAN ........................................................................................................ 5
1.5 METODE .................................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................................. 6
DASAR TEORI .................................................................................................................................. 6
2.1 PENGERTIAN LIMBAH PANGAN ....................................................................................... 6
2.2 KARAKTERISTIK LIMBAH TAHU DAN TEMPE .............................................................. 7
2.3 JENIS LIMBAH TAHU............................................................................................................ 9
2.3.1 Limbah padat ...................................................................................................................... 9
2.3.2 Limbah Cair........................................................................................................................ 9
2.4 LIMBAH TEMPE ................................................................................................................... 10
2.5 DAMPAK LIMBAH PABRIK TAHU DAN TEMPE (INDUSTRY PANGAN) TERHADAP
LINGKUNGAN ............................................................................................................................ 11
BAB III.............................................................................................................................................. 13
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 13
3.1 PENANGANAN LIMBAH CAIR TAHU .............................................................................. 13
3.1.1 Pembuatan Nata de soya .................................................................................................. 14
3.1.2 Limbah Cair tahu menjadi biogas .................................................................................... 15
3.2 CARA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TEMPE ................................................................ 16
3.3 PEMANFAATAN AMPAS TAHU ........................................................................................ 16
BAB IV ............................................................................................................................................. 17
PENUTUP ......................................................................................................................................... 17
3.4 KESIMPULAN ....................................................................................................................... 17
3.5 SARAN ................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 18

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tahu dan tempe merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat
kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang
sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri
tahu dan tempe. Umumnya industri tahu dan tempe termasuk ke dalam industri kecil
yang dikelola oleh rakyat dan beberapa di antaranya masuk dalam wadah Koperasi
Pengusaha Tahu dan Tempe (KOPTI).
Proses pembuatan tahu dan tempe masih sangat tradisional dan banyak memakai tenaga
manusia. Bahan baku utama yang digunakan adalah kedelai (Glycine spp). Konsumsi
kedelai Indonesia pada Tahun 1995 telah mencapai 2.287.317 Ton (Sri Utami, 1997).
Sarwono (1989) menyatakan bahwa lebih dari separuh konsumsi kedelai Indonesia
dipergunakan untuk diolah menjadi tempe dan tahu. Shurtleff dan Aoyagi (1979)
memperkirakan jumlah pengusaha tahu di Indonesia sekitar 10.000 buah, yang sebagian
besar masih berskala rumah tangga, dan terutama terpusat di Pulau Jawa, sebagai
bandingan di Jepang sekitar 38.000 buah, di Korea 1.470 buah, Taiwan 2.500 buah dan
Cina 158.000 buah. Sebagai contoh limbah industri tahu tempe di Semanan, Jakarta
Barat, kandungan BOD 5 mencapai 1.324 mg/l, COD 6.698 mg/l, NH4 84,4 mg/l, nitrat
1,76 mg/l dan nitrit 0,17 mg/l (Prakarindo Buana, 1996). Jika ditinjau dari Kep-
03/MENKLH/11/1991 tentang baku mutu limbah cair, maka industri tahu dan tempe
memerlukan pengolahan limbah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata konsumsi tahu dan tempe per
kapita di Indonesia sebesar 0,304 kilogram (kg) setiap minggu pada 2021. Angka
tersebut naik 3,75% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 0,293 kg setiap minggu.
Secara rinci, rata-rata konsumsi per kapita untuk tahu sebesar 0,158 kg setiap
minggunya pada 2021. Jumlah tersebut naik 3,27% dibanding 2020 yang sebesar 0,153
kg setiap minggu. Sementara, rata-rata konsumsi per kapita untuk tempe sebesar 0,146
kg setiap minggu. Jumlahnya meningkat 4,29% dibanding tahun sebelumnya yang
sebanyak 0,146 kg. . Hal tersebut disebabkan harga tahu dan tempe jauh lebih

2
terjangkau jika dibandingkan dengan harga daging. Tahu adalah makanan yang dibuat
dari kacang kedelai, diolah dengan fermentasi dan diambil sarinya. Dengan kata lain,
tahu merupakan dadih kedelai, yaitu susu kedelai yang dibuat menjadi kental (curd)
kemudian dicetak dan dipres (FG Winarno: 1993).
Pada saat ini sebagian besar industri tahu tempe masih merupakan industri kecil
skala rumah tangga yang tidak dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sedangkan
industri tahu dan tempe yang dikelola koperasi beberapa diantaranya telah memiliki
unit pengolah limbah. Unit pengolah limbah yang ada umumnya menggunakan sistem
anaerobik dengan efisiensi pengolahan 60-90%. Dengan sistem pengolah limbah yang
ada, maka limbah yang dibuang ke peraian kadar zat organiknya (BOD) masih
terlampau tinggi yakni sekitar 400 – 1 400 mg/l. Untuk itu perlu dilakukan proses
pengolahan lanjut agar kandungan zat organik di dalan air limbah memenuhi standar
air buangan yang boleh dibuang ke saluran umum
Proses produksi tahu dan tempe memerlukan banyak air yang digunakan untuk
perendaman, perebusan, pencucian serta pengupasan kulit kedelai. Limbah yang
diperoleh dari proses-proses tersebut dapat berupa limbah cair maupun limbah padat.
Sebagian besar limbah padat pada tempe dan tahu berasal dari kulit kedelai, kedelai
yang rusak dan mengambang pada proses pencucian serta lembaga yang lepas pada
waktu pelepasan kulit. Selain itu juga limbah padat pada tahu dapat berupa ampas tahu.
Limbah padat pada tempe dan tahu sudah banyak dimanfaatkan untuk makanan ternak
seperti sapi, kambing, kelinci, ayam. Limbah cair berupa air bekas rendaman kedelai
dan air bekas rebusan kedelai masih dibuang langsung diperairan sekitarnya. Jika
limbah tersebut langsung dibuang keperairan maka dalam waktu yang relative singkat
akan menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun fosfin sebagai akibat dari
terjadinya fermentasi limbah organic tersebut. Adanya proses pembusukan, akan
menimbulkan bau yang tidak sedap, terutama pada musim kemarau dengan debit air
yang berkurang. Ketidakseimbangan lingkungan baik fisik, kimia maupun biologis dari
perairan yang setiap hari menerima beban limbah dari proses produksi temped an tahu
ini, akan dapat mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di perairan
tersebut. (http://tiji.wordpress.com).

3
Bahan-bahan organic yang terkandung dalam buangan industri tempe dan tahu
sangat tinggi. Senyawa-senyawa organic dalam buangan air tersebut dapat berupa
protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Diantara bahan organic yang paling besar
dibuang adalah protein dan lemak mencapai 10-60%. Jika dibiarkan terlalu lama
dilingkungan akan mempersulit proses degradasi dari limbah tersebut karena beberapa
zat tersebut sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Salah satunya adalah amoniak
terdapat dalam protein tersebut masih bentuk NH3N (Amoniak bebas) yang sulit
terdegradasi oleh mikroorganisme. Amoniak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan
sekitar perairan bila sudah diubah menjadi nitrat dan nitrit
Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 -
10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l. Limbah tempe dengan kandungan protein
merupakan salah satu limbah yang masih memiliki nilai ekonomis, karena kandungan
senyawa organic dan nutrient yang terdapat di dalamnya masih relative tinggi jika
dibandingkan dengan yeast extract. Pemanfaatan limbah cair tempe dari proses
perebusan dan perendaman dapat dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair berisi bakteri
yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Peran bakteri bermanfaat
dalam pupuk cair ini adalah mengikat nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K) dan unsur
lain untuk kebutuhan tanaman, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Sedangkan limbah cair dari pencucian dapat didaur ulang kembali untuk perebusan dan
perendaman dengan teknologi tepat guna dapat mengurangi pencemaran limbah tempe
terutama kandungan DO, Zat Organic dan NH3.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Mengelola hasil buangan industri tahu dan tempe
2. Mengkaji dan mengembangkan teknologi pengolahan air limbah khususnya
pengolahan air limbah industri tahu-tempe yang sederhana, murah dan dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi di Indonesia, sehingga dapat digunakan langsung
oleh masyarakat.

4
3. Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah pengolahan air
buangan

1.3 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pengolahan limbah tahu dan tempe
2. Apa dampak limbah pabrik tahu dan tempe terhadap lingkungan
3. Apa manfaat dari pengolahan limbah tahu dan tempe
4. Bagaimana proses pengolahan limbah tahu dan tempe menjadi produk

1.4 MANFAAT PENULISAN


Manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Sebagai acuan atau referensi bagi mahasiswa yang akan mempelajari tentang
pengolahan limbah tahu dan tempe.
2. Sebagai sarana atau sumber pemberian informasi bagi pembaca tentang pengolahan
limbah tahu dan tempe.
3. Menghasilkan produksi sampingan dari limbah tahu dan tempe
4. Mengurangi pencemaran lingkungan sekitar industry
5. Memenuhi tugas matakuliah air buangan

1.5 METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan yakni mengumpulkan data yang diperlukan dari bahan-bahan referensi
seperti buku, makalah, dan jurnal yang bersangkutan dengan topik yang akan dibahas
oleh penulis serta tambahan bahan dari internet.

5
BAB II

DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN LIMBAH PANGAN
Secara garis besar, limbah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, pertama limbah
organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari
alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, rumah tangga,
industri dll., yang secara alami mudah terurai (oleh aktivitas mikroorganisme). Kedua,
limbah anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan
minyak bumi, atau hasil samping proses industri. Limbah anorganik tidak mudah
hancur/lapuk. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan bahkan tidak dapat diuraikan
oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat
lama. Ketiga, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), merupakan sisa suatu usaha
yang mengandung bahan berbahaya/beracun, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat merusak atau mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnya.
(http://www.sinarharapan.co.id).
Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (source
reduction), penggunaan kembali, pemanfaatan (recycling), pengolahan (treatment) dan
pembuangan. Banyak jenis limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang atau
dikonversikan ke produk lain yang berguna. Limbah yang dapat dikonversikan ke
produk lain, misalnya limbah dari industri pangan. Limbah tersebut biasanya masih
mengandung: serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan mineral, sehingga
dapat mengalami perubahan secara biologis dan dapat dikonversikan ke produk lain
seperti: energi, pangan, pakan, dan lain-lain. (http://www.menlh.go.id).
Limbah industri menjadi salah satu bagian lingkungan yang paling dekat
dengan kehidupan kita sehari-hari, apalagi limbah industri rumah tangga yang secara
umum belum dikelola dengan baik. Jika penanganan limbah yang dihasilkan industri
seperti industri rumah tangga tidak tepat, maka limbah dapat menurunkan kualitas dari
lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat merugikan ekosistem. Oleh karena itulah

6
maka pengelolaan limbah industri rumah tangga menjadi suatu kewajiban yang harus
dilakukan dan tidak bisa dihindari oleh para pemilik dan pengelola industri.

Pada dasarnya, limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis Tingginya
produksi limbah industri terjadi akibat perkembangan industrialisasi. Perkembangan
industri di Indonesia saat ini menunjukkan terjadinya kemajuan pesat dibidang
ekonomi. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di skala industri besar tetapi juga terus
merambah sampai di tingkat industri kecil seperti industri rumah tangga (home
industry). Dampak yang ditimbulkan pun beragam mulai dari dampak positif seperti
peningkatan pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja, serta dampak negative
berupa meningkatnya jumlah limbah. Salah satu limbah industri rumah tangga bidang
pangan yang banyak ditemukan adalah limbah pengolahan tahu. limbah tahu
berkorelasi dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang mengandalkan
sumber protein nabati dari kacang-kacangan terutama kedele dan hasil olahnya seperti
tahu dan tempe yang sama-sama menghasilkan limbah pangan.

2.2 KARAKTERISTIK LIMBAH TAHU DAN TEMPE


Untuk limbah industri tahu tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni
karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, suhu, warna
dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu
buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu
pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C sampai 46 0C. Suhu yang
meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan
oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.

7
Baku Mutu Air Limbah kedelai Kemenlhk 2014

Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah
cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 40oC sampai 46oC. Suhu
yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis,
kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu tempe pada
umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat
berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut,
protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987),
yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak (Sugiharto,
1987). Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini
akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh
mikroorganisme di dalam air limbah tahu tempe tersebut. Untuk menentukan besarnya
kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan
TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat
pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga.
Air buangan industri tahu tempe kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air
buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan

8
industri tahu tempe ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair
tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya
limbah cair tahu tempe ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di
peraian tersebut.
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ), oksigen
(O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan metana
(CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat
di dalam air buangan.

2.3 JENIS LIMBAH TAHU


2.3.1 Limbah padat
Limbah padat (ampas tahu) merupakan hasil sisa perasan bubur kedelai.
Ampas ini mempunyai sifat cepat basi dan berbau tidak sedap kalau tidak segera
ditangani dengan cepat. Ampas tahu akan mulai menimbulkan bau yang tidak
sedap 12 jam setelah dihasilkan. Limbah padat atau disebut ampas yang
dihasilkan belum dirasakan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak sapi, serta dibuat produk
makanan yang bermanfaat meskipun masih sangat terbatas yaitu menjadi tempe
gembus. Pemanfaatan menjadi tempe gembus dapat dilakukan karena limbah
tahu termasuk dalam limbah biologis yang merupakan sumber bahan organik
terutama karbon, dalam bentuk karbohidrat dan bahan berguna lainnya yaitu
protein, lemak, vitamin dan mineral (Kasmidjo, 1991). Ampas tahu masih layak
dijadikan bahan pangan karena masih mengandung protein sekitar 5%. Oleh
karena itu pemanfaatan ampas tahu menjadi produk pangan masih terus
dikembangkan, diantaranya adalah pembuatan kecap ampas tahu yang
diperoleh melalui proses fermentasi ampas tahu.
2.3.2 Limbah Cair
Limbah cair tahu adalah limbah yang ditimbulkan dalam proses
pembuatan tahu dan berbentuk cairan. Limbah cair mengandung padatan
tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia dan

9
biologis yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk
tumbuhnya kuman dimana kuman tersebut dapat berupa kuman penyakit
ataupun kuman yang merugikan baik pada tahu sendiri maupun tubuh manusia.
Selain itu, limbah cair yang berasal dari industri tahu merupakan masalah serius
dalam pencemaran lingkungan, karena menimbulkan bau busuk dan
pencemaran sumber air.
Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai
akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair : sisa air tahu
yang tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur pada saat proses karena
kurang sempurnanya proses penggumpalan. Limbah cair yang dihasilkan
mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan
fisika, kimia dan biologi. (www.menlh.go.id).
Perkiraan jumlah limbah cair = 100 kg kedelai bahan baku akan
menimbulkan 1,5 – 2 m3 limbah cair. Diantara limbah cair dari proses produksi
tahu, whey memberikan beban pencemaran terbesar, karena whey masih
mengandung zat-zat organic seperti protein, karbohidrat dan lemak.

2.4 LIMBAH TEMPE


Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah karena sejumlah besar
nutrisi sehingga dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba.
Umumnya limbah industry pangan tidak membahayakan kesehatan masyarakat, karena
tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit. Akan tetapi dapat berperan sebagai
pasokan makanan berlimpah bagi mikroorganisme, yang bila berkembang biak dengan
cepat akan mereduksi oksigen terlarut dalam air dan menimbulkan bau yang tidak
diinginkan. Limbah padat berupa kulit kedelai dihasilkan pada tahap pengupasan,
sedangkan limbah cair dihasilkan pada tahap perebusan, perendaman (pengasaman
alami) dan pencucian. limbah padat industry tempe telah mulai dimanfaatkan sebagai
medium fermentasi dan makanan ternak yang baik dan ekonomis karena nilai
proteinnya (Murti dan Nasution, 1996).

10
Air limbah rendaman kedelai banyak mengandung bakteri penghasil asam laktat
seperti Lactobacillus sp organic dan bakteri lain seperti bakteri pembusuk yang secara
alami terdapat dalam air rendaman (http://www.jevuska.com). Kandungan bahan
organic dan mikroorganismedalam air limbah rendaman kedelai meningkatkan nilai
BOD dan menghabiskan oksigen terlarut dalam air. Apabila suplai oksigen terus
menurun, keseimbangan ekologi air terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian
ikan dan biota perairan lainnya (http://karya.ilmiah.um.ac.id)
Air limbah rendaman kedelai juga bersifat asam (pH 3,5 – 5,2), karena pada
tahap perendaman terjadi proses pengasaman. Selain mengganggu kehidupan hewan
air disekitarnya juga bersifat korosif dan dapat menyebabkan pengkaratan pada pipa-
pipa besi (Fardiaz, 1992). Namun demikian limbah hasil pengasaman kimiawi dapat
digunakan kembali sebagai bahan pengasam untuk proses pengasaman berikutnya.
Selain itu limbah hasil pengasaman kimiawi tidak mengandungbahan organic dan
mikroorganisme sebanyak limbah cair hasil perendaman alami. Bahan organic dan
mikroorganisme menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan meningkatkan BOD
sehingga mengganggu kehidupan biota air (http://www.klair.bppt.go.id)

2.5 DAMPAK LIMBAH PABRIK TAHU DAN TEMPE (INDUSTRY PANGAN)


TERHADAP LINGKUNGAN
Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik industri pangan (jangka
pendek) yaitu :
1. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna
jernih, berubah menjadi keruh dan berbau busuk, sehingga tidak layak
dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi
untuk bahan baku air minum.
2. Ditinjau dari segi kesehatan, kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul
penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa
cacat genetic pada anak cucu dan generasi berikut.
3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.

11
4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di
musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang
berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah .
6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan
debu.
Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya
karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral,
dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air
buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological
Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol,
panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian
ikan dan biota perairan lainnya.
Kondisi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sektor industri
berpengaruh besar terhadap kondisi pencemaran di Indonesia. Saya sangat berharap
agar para pelaku industri mulai melakukan perbaikan dan pembenahan dalam hal
pembuangan limbah sehingga kegiatan industri dapat berjalan seiring dengan
pelestarian lingkungan.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PENANGANAN LIMBAH CAIR TAHU


Upaya untuk penanganan limbah cair sudah dilakukan baik oleh pemerintah
maupun warga dengan membangun Instalasi Pengolahan Akhir Limbah (IPAL), tapi
belum semua industri memiliki IPAL sehingga limbah cair kebanyakan langsung
dibuang ke aliran sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu pada hal limbah cair akan
mengakibatkan bau busuk dan akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut.
Disamping upaya untuk penanganan limbah cair sebagaimana yang sudah dilakukan
tentu saja perlu dicari upaya lain. Untuk itu perlu dicoba alternatif pemanfaatan limbah
tahu (whey) menjadi nata de soya dengan harapan bisa mengurangi limbah yang
mengganggu lingkungan sekitar pabrik.
Limbah tahu (whey) yang dihasilkan dari industri pengolahan tahu memiliki
potensi untuk dimanfaatkan menjadi nata de soya. Sebagaimana diketahui bahwa
limbah tahu (whey) merupakan limbah cair hasil pemisahan curd serta limbah cair yang
keluar saat pengepresan curd. mengatakan bahwa whey memberikan beban
pencemaran terbesar dibandingkan limbah cair yang lain. Pemanfaatan whey menjadi
nata de soya dengan pertimbangan : pertama, kontinuitas ketersediaannya cukup
terjamin, kedua, ketersediaan nutrisi hampir sama dengan air kelapa dan pH cukup
rendah yang mendekati pH optimal untuk pertumbuhan bakteri A.xylinium.
Pembuatan nata de soya selain menghasilkan produk yaitu nata, namun juga
menimbulkan limbah. Nutrisi media fermentasi akan menentukan pertumbuhan A.
xylinium dan kemampuannya mengubah komponen dalam media menjadi nata,
sehingga komposisi nutrisi dalam media fermentasi juga akan berpengaruh terhadap
karakteristik nata yang dihasilkan serta karakteristik limbah yang ditimbulkan dari
proses pembuatan nata. Pemilihan yang tepat terhadap sumber nitrogen yang
merupakan faktor penting untuk pertumbuhan A. xylinium maka akan didapatkan
karakteristik nata yang maksimal serta beban pencemaran limbah yang minimal
sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan industri nata de soya.

13
3.1.1 Pembuatan Nata de soya
WHEY TAHU

Diendapkan dan disaring beberapa lapis kain kassa

Dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk-aduk

Ditambah asam asetat glacial 10 ml/L whey

Gula 80 g/L whey

WHEY ASAM BERGULA

Ammonium sulfat 5g/L whey

asam bergula, atau

ekstrak kecambah kacang hijau

MEDIA NATA

dipindah dalam wadah plastik yang ditutup kertas

ditambah starter (50-100 ml starter/L media nata)

disimpan selama 10 hari pada suhu kamar

NATA DE SOYA

Panen dan Pencucian


LEMBARAN NATA DE SOYA

Dicuci dengan air bersih

Direndam dalam air yang diganti-ganti dengan air segar (3 hari)

Dipotong-potong kecil-kecil dan direbus 5-10 menit

Dicuci dan direbus lagi 10 menit

14
Berbau asam

NATA DE SOYA SIAP OLAH

3.1.2 Limbah Cair tahu menjadi biogas

Alat yang digunakan :


- Bak kontrol berfungsi menyaring ampas yang berasal dari pengepresan
limbah tahu
- Pipa penyalur
- Bak digester
- Bak peluap

Bahan yang digunakan :


- Limbah cair tahu
Cara kerja :
- Limbah cair tahu disalurkan ke bak kotor untuk disaring
- Kemudian masuk kedalam bak penampungan digester yang lama-lama akan
menjadi biogas

15
- Bak penampung akan dialiri limbah cair industri secara terus menerus
hingga luber yang nantinya akan mengalir ke bak peluap
- Biogas siap untuk digunakan
- Awal pembuatan biogas bisa digunakansetelah 2 bulan dari pengisian

3.2 CARA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TEMPE


Teknik-teknik pengolahan air buangan secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan yaitu pengolahan secar fisika, pengolahan secara kimia dan
pengolahan secara biologi. Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurai
kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organic, padatan
tersuspensi, mikroba pathogen, dan senyawa organic yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yang terdapat dialam.

3.3 PEMANFAATAN AMPAS TAHU


Teknologi pengawetan dapat diterapkan pada tahu dan limbahnya, yaitu: Pembekuan,
yaitu penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku untuk mempertahankan kualitas
dan memperbaiki penampilan makanan. Suhu pembekuan yang digunakan adalah -24
sampai -40 derajat celcius. Pengeringan, yaitu suatu cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan melalui penggunaan energi panas baik
alami (sinar matahari) maupun buatan (cabinet dryer). Keuntungan pengeringan adalah
bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga
menguntungkan dalam penyimpanan, pengepakan dan tranportasi. Fermentasi, yaitu
teknologi pengolahan menggunakan bantuan bahan lain berupa mikroorganisme baik
jamur maupun bakteri. Diantara lainya bisa dibuat.
1. Tepung ampas tahu
2. Kerupuk ampas tahu
3. Kecap ampas tahu

16
BAB IV

PENUTUP

3.4 KESIMPULAN
- Limbah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu limbah organic, limbah anorganik dan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3)
- Jenis limbah pada tahu tempe terbagi menjadi dua yaitu limbah cair dan limbah padat
- Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (source reduction),
penggunaan kembali, pemanfaatan (recycling), pengolahan (treatment) dan pembuangan
- Untuk limbah industri tahu tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni karakteristik
fisika dan kimia
- Limbah tahu tempe dapat dimanfaatkan dalam pembuatan makanan, dan energy.

3.5 SARAN
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini
mendapat kritik yang membangun agar dalam penyusunannya dapat lebih sempurna lagi.
Dan alangkah baiknya jika isis dari makalah ini dapat dikoreksi oleh dosen pengampu agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami materi tentang Sistem Pengolahan Limbah
Tahu dan Tempe ini.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaswinarni, Fibria. Kajian Teknik Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu.
Wiryani, Erry. Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. Lab. Ekologi dan
Biosistematik Jurusan Biologi F MIPA. UNDIP. Semarang
2. Auliana, Rizqie. Pengolahan Limbah Tahu menjadi Berbagai Produk Makanan.
Yogyakarta. Jurnal Imiah. Satya Negara Indonesia. Vol.4.
3. Rahayu, dkk. Rekayasa Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dan Tempe dalam
Upaya Mendapatkan Sumber Energi Pedesaan. Politeknik Negeri Semarang.
4. Subekti, Sri. Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNPAND.
5. Peraturan Mentri Klhk Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Pengolahan Kedelai.
6. Mutiara intan regacy, intan ayu zulaeha, studi Fmipa Universitas sebelas
maret.Pengolahan limbah tahu dan potensinya.
7. Tuhu agung hair,hanry sutan winata, prodi Teknik lingkungan universitas veteran jawa
timur Pengolahan air limbah industry tahu menggunakan metode plasma.
8. Prayitno,sri ruliniah,hilman nurhadi, Pembuatan biogas dari limbah cair tahu
menggunakan bakteri indegeneus
9. Juprianto siringgoringgo,sampe hararap,eko purwanto. Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Efektifitas
Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Menggunakan EM4 dalam Biofilter untuk
Menurunkan Kadar BOD dan COD.
10. Erwin Kurnianto1) Isna Apriani1) Suci Pramadita1) 1) Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
Pengolahan limbah cair tahu dengan penambahan kitosan pada reaktor anaerob
dengan variasi waktu tinggal
11. Icha Diari Sandi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas
Negeri Surabaya. Analisis kualitas air dan distribusi limbah cair industri tahu di sungai
murong kecamatan jogoroto kabupaten jombang.
12. Wahyu Puji Pangestu, Hada Sadida, Denny Vitasari.Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengaruh Kadar BOD, COD,
pH dan TSS Pada Limbah Cair Industri Tahu dengan Metode Media Filter Adsorben
Alam dan Elektrokoagulasi

18
13. Habrina Arika Zahra, Sri Sumiyati, Endro Sutrisno Program Studi Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Penurunan konsentrasi bod dan cod pada
limbah cair tahu dengan teknologi kolam (pond) biofilm menggunakan media biofilter
jaring ikan dan bioball.
14. Sepriani,Jemmy Abidjulu1,Harry S.J. Kolengan1 1 Program Studi Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado.
Pengaruh limbah cair industri tahu terhadap kualitas air sungai paal 4 kecamatan
tikala kota manado.
15. Eddy Wiyanto1 , Budi Harsono1 , Amelia Makmur2 , Rudy Pangputra1 , Julita3 &
Mario Stefanus Kurniawan3 1 Jurusan Teknik Elektro, 2Teknik Sipil, 3Teknik Industri
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Waca. Penerapan
elektrokoagulasi dalam proses penjernihan limbah cair.
16. Iswan Dunggio , Weni JA Musa, Program Studi Magister Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo, Program Studi
Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Pengujian Kualitas
Kimia dan Fisika Limbah Cair Pada Industri Kecil dan Menengah di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Poso Kabupaten Gorontalo Utara.
17. Ditta Kharisma Yolanda Putri1 , Hanggara Sudrajat2 , Ari Susanti3 , Susilowati4 , M.
Wildan Ibnu Batuthoh5 1, 4,5 Universitas Jember 2Badan Riset dan Inovasi Nasional
3Politeknik Negeri Malang. Pemanfaatan limbah ampas tahu dalam pembuatan tepung
berserat pangan tinggi dan rendah lemak sebagai alternatif bahan pangan fungsional.
18. http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html
19. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/dampak-limbah-industri-terhadap-lingkungan/
20. http://catataninformatika.blogspot.com dampak-industri-terhadap-lingkungan.html.

19

Anda mungkin juga menyukai