Anda di halaman 1dari 2

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari

segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (al- Qur’an surat al-Alaq ayat 1-5)
Ayat di atas merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw, yang juga menjadi
penanda bahwa beliau telah resmi diangkat menjadi Nabi dan Rasul yang terakhir. Nampak dari ayat tersebut
bagaimana komitmen Islam terhadap pendidikan, dan ayat itu pula menunjukkan bagaimana pentingnya
pendidikan dalam Islam.
Ruh pendidikan itu bukan hanya sekedar mencari tapi juga mengamalkannya. Jika orientasi manusia hanya
mencari pendidikan saja maka pendidikan itu akan stagnan dan tidak akan membawa perubahan apapun pada
masyarakat. Baik perubahan mindset (cara pandang), perubahan perilaku ataupun perubahan sosial.
Oleh karenanya, agar pendidikan itu berimplikasi luas pada masyarakat dibutuhkan pengamalan
pendidikan. Melalui surat al – Alaq di atas, Allah Swt. menjelaskan bahwa membaca (baca menuntut ilmu) adalah
kewajiban manusia, sedangkan mencari dan mengamalkan pendidikan atau pengetahuan adalah sifat intrinsic
yang harus ada pada diri manusia.
Lantas model pendidikan yang seperti apa yang harus dicari dan diamalkan? Bapak Pendidikan kita Ki
Hajar Dewantara telah menyampaikan pendidikan yang baik itu harus mengandung lima asas. Pertama, asas
kemerdekaan. Yaitu memberi kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasaan yang leluasa, terbuka
(semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun, yang di arahkan, baik dalam kehidupan individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
Kedua, asas kodrat alam. Karena pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi bagian dari
kodrat alam, maka manusia tidak dapat lepas dari aturan main (sunnatullah). Setiap anak didik diberi keleluasaan,
dibimbing berkembang secara wajar menurut kodratnya.
Ketiga, asas kebudayaan. Tetap berakar pada kebudayaan bangsa, namun tetap mengikuti kebudayaan
luar yang telah maju sesuai dengan zaman. Kemajuan dunia harus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap
menjadi acuan utama (baca jati diri bangsa).
Keempat, asas kebangsaan. Ditanamkan kepada peserta didik untuk selalu membina kesatuan bangsa,
memiliki perasaan satu dalam suka dan duka. Selalu mengingatkan akan perjuangan bangsa namun tetap
menghargai bangsa lain. Kelima, asas kemanusiaan. Mendidik anak didik untuk menjadi manusia yang manusiawi
sesuai kodratnya sebagai makhluk Allah Swt.
Bila kelima asas itu bisa terlaksana maka pendidikan kita akan menghasilkan anak didik yang mumpuni dari
segi spiritualnya maupun intelektualnya. Karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia. Maka pendidikan itu harus bisa membentuk pribadi-pribadi yang bisa berpikir bagaimana
menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dan penghidupan manusia yang mengemban
misi illahiyah dari Allah Swt. yaitu untuk selalu beribadah.
Karena Allah Swt. telah memuliakan manusia dengan menganugerahkan akal, maka manusia harus selalu
mengolah akal pikirnya dengan maksimal. Dan untuk mewujudkan itu diperlukan system dan pola pendidikan
serta pembelajaran yang tepat.
Islam telah memberikan beberapa paradigm dasar bagi sistem pendidikan. Pertama, Islam meletakkan
prinsip kurikulum, strategi dan tujuan pendidikan berdasarkan akidah Islam. Sehingga pada aspek ini diharapkan
akan terbentuk peserta didik dengan pola berpikir Islami dan pola sikap yang Islami pula.
Kedua, pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga nantinya akan melahirkan
amal shaleh dan ilmu yang manfaat. Pendidikan Islam juga berprinsip mengedepankan kualitas bukan kuantitas.
Perhatikan firman Allah Swt. dalam surat al Mulk ayat 2, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Nampak
dalam ayat ini bahwa pendidikan Islam harus menghasilkan peserta didik yang memiliki amal yang bagus, atau
ahsanu amalan.
Ketiga, pendidikan ditujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi-potensi baik
yang ada dalam diri manusia yang selaras dengan fitrah manusia dan meminimalisir potensi-potensi buruknya.
Seperti firman Allah Swt, dalam surat ar Ruum ayat 30, Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Keempat, keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah proses pendidikan.
Keteladanan merupakan sebuah keharusan dalam proses pendidikan. Baik itu pendidikan di rumah, di sekolah
maupun di masyarakat. Dan sentral dari keteladanan ini adalah sosok Rasulullah Saw. Seperti firman Allah Swt.
dalam surat al Ahzab ayat 21, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Akhirnya, bila sistem pendidikan Islam dan lima asas pendidikan dari Ki Hajar Dewantara bisa
dikolaborasikan dengan apik bukan tidak mungkin hal ini bisa menjadi solusi yang tepat untuk mewujudkan
hakikat pendidikan yaitu terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa, berpengetahuan luas dan
mempunyai karakter yang mulia.
Wallahu a’lam bish-shawab.

Penulis :
Akhmad Fakhrur Rouzi / anaskamiil2817@gmail.com / www.al-rhazes.blogspot.com
Telp. 085855899122
Penulis adalah:
1. Guru SMP ‘Aisyiyah Muhammadiyah 3 Malang
2. Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah Blimbing

Anda mungkin juga menyukai