Anda di halaman 1dari 2

Oleh: Akhmad Fakhrur Rouzi

Guru Agama Islam SMP ‘Aisyiyah Muhammadiyah 3 Kota Malang

Suatu saat Nabi pernah berkisah, bahwa pada Bani Fulan ada orang yang dipandang terpercaya. Orang itu
dipuji-puji dengan berbagai macam pujian, ada yang memujinya karena kepandaiannya, memuji karena
kecerdikannya, memuji karena kepandaiannya. Namun dalam hati orang tersebut tidak terdapat iman meski
hanya sebesar biji sawi.
Kemudian Nabi bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “ sungguh telah aku alami suatu
masa ketika aku tidak peduli (tidak pilih-pilih) siapa diantaramu yang akan aku baiat (untuk menunaikan amanat),
jika dia seorang Muslim maka agama akan mengembalikan kepadanya … “.
Penggalan hadist dan kisah diatas menunjukkan suatu pesan penting bahwa amanat itu akan hilang dari
diri seseorang karena tidak dilandasi iman. Meski orang itu di hadapan khalayak umum tampak terpercaya, lantas
menahbiskan dirinya sebagai sosok yang akan sukses mengemban amanat. Maka, kehebatan yang
membersitkan harapan itu akan hampa di kemudian hari karena kehilangan sukma iman.
Amanat dan iman adalah bagian yang tidak terpisahkan, bagai dua sisi uang logam yang selalu bersama.
Al Amanat berasal dari kata a-m-n yang serumpun dengan dengan kata iman yang berarti kepercayaan. Akar
sekaligus puncak dari iman ialah tauhid yaitu kepercayaan mutlak pada Allah Yang Maha Esa.
Jika amanat itu bersendikan iman dan iman berhulu dari mata air tauhid, maka yang akan mengalir adalah
amanat yang jernih murni, asli dan otentik. Sebaliknya jika amanat itu bersumber dari ambisi duniawi maka
amanat itu akan menjadi kotor dan semu, karena amanat yang semacam itu sering bercampur dengan pencitraan
dan hanya untuk meraih kepopuleran serta dukungan umat semata.
Banyak orang yang ingin merebut amanat, tetapi tidak semua orang mau menunaikannya dengan tulus dan
berkhidmat dengan jiwa jihad. Ketika amanat itu ringan dan menyenangkan semua ingin ambil bagian dari amanat
itu. Namun tatkala amanat itu banyak kesulitan, masalah dan penuh tantangan yang berat maka satu persatu
menyamping dari tanggung jawab dan kewajiban.
Pada masa awal meraih amanat, amanat dipikul dengan rasa senang, ketika sudah sampai di tengah-
tengah gelanggang makin lama makin berat mulai kendor dan menepi dan pada akhirnya di ujung masa jabatan
mulai kembali bergairah untuk kembali merebut hati umat.
Amanat yang hanya dipikul di ujung kepala yang penuh dengan ambisi dan kepentingan minus ketulusan
dan pengkhidmatan dilukiskan Nabi sebagai orang yang dicabut amanat itu dari hatinya, fatuqbalu al amanat min
qalbihi. Mengapa demikian karena menurut sabda Nabi, bahwa sumber amanat itu ada di hati (kalbu) dan hati itu
tempat berseminya iman.
Dengan kata lain tiada amanat tanpa hati dan hampalah hati tanpa iman. Amanat itu letaknya bukan di ikrar
lisan tetapi terletak dalam jantung hati dan perbuatan yang bersendikan ikhlas karena Allah dan didasari dengan
dorongan iman.
Berapa banyak orang yang telah berikrar untuk menunaikan amanat, namun dalam praktiknya tidak benar-
benar dijalankan kecuali yang ringan-ringan dan menyenangkan saja. Orang yang semacam ini termasuk kategori
orang yang kehilangan amanat. Boleh jadi yang orang tersebut secara resmi masih memegang amanat, tapi
karena tidak sepenuhnya bermuara di hati yang tulus dan tidak dipondasi dengan iman yang kokoh, maka lama
kelamaan amanat itu akan berbelok arah dan akan semakin jauh dari harapan semula.
Dan pada akhirnya amanat itu tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Itulah ciri orang yang dicabut dan
kehilangan amanat dari hatinya dan Allah menyebut manusia yang ingkar amanat seperti itu dengan sosok
“dhuluman jahula”, yakni orang dzalim dan bodoh, Allah berfirman dalam al Qur’an surat al Ahzab ayat 72,
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh
Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita pemimpin-pemimpin yang amanah. Aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Anda mungkin juga menyukai