Anda di halaman 1dari 22

HANDOUT

REAKSI SUBSTITUSI ELEKTROFILIK AROMATIK

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Rita Pertiwi (2006103040013)
Siti Sara Rizkia (2006103040047)
Nur Aisyah (2006103040062)
Nadiatul Fonna (2006103040041)
Sasqia Nazila Julnadi (2006103040011)
Faisal Muhairi (2006103040028)

Untuk Melengkapi Tugas-tugas Guna Memenuhi


Persyaratan Mengikuti Matakuliah Reaksi-reaksi Senyawa Organik

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
1. Reaksi Halogenasi
1.1 Pengertian Reaksi Halogenasi
Reaksi halogenasi merupakan jenis reaksi substitusi dimana salah satu
atom hidrogen pada benzene digantikan dengan oleh bromin (Br) maupun klorin
(Cl) (Carey &Sundberg, 2003: 800).

1.2 Contoh Reaksi Halogenasi


1.2.1 Contoh Reaksi Brominasi
Brominasi terjadi melalui reaksi antara benzena dengan brom (Br) dengan
adanya katalis asam lewis. Katalis yang digunakan pada halogenasi brominasi
adalah besi(III) bromida (FeBr3) (Atkins & Carey, 1944: 160). Peranan katalis ini
adalah untuk menghasilkan elektrofil Br+. Ini dapat terjadi oleh reaksi langsung
dan pembelahan ikatan BrBr. Br2 tidak sepenuhnya terbelah pada reaksi dengan
katalis FeBr3 melainkan sekedar terpolarisasikan (Fessenden & Fessenden, 1982:
468).

Gambar 1. Reaksi Brominasi


(Sumber: Fessenden & Fessenden, 1982: 468)
1.2.2 Contoh Reaksi Klorinasi
Cincin aromatik benzena bereaksi dengan Cl2 dengan adanya katalis FeCl3
menghasilkan klorobenzena.

Gambar 2. Reaksi Klorinasi


(Sumber: Fessenden & Fessenden, 1982: 468)
1.3 Mekanisme Reaksi Halogenasi
1.3.1 Mekanisme Reaksi Brominasi
Bila suatu elektrofil seperti Br+ bertabrakan dengan electron-elektron awan
pi aromatik, sepasang elektron pi akan membentuk ikatan sigma dengan elektrofil
itu. Tahap ini merupakan tahap lambat dalam reaksi itu, jadi tahap yang
menentukan laju. (Fessenden dan Fessenden, 1982: 468).

Gambar 3. Reaksi halogenasi


(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1982: 468)
Ion benzenonium menyerahkan sebuah proton kepada basa dalam
campuran reaksi. Produknya ialah bromobenzena, suatu produk yang memperoleh
kembali karakter aromatik (dari) cincinnya. (Fessenden dan Fessenden, 1982:
469).

Gambar 4. Reaksi halogenasi


(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1982: 469)
Tahap ketiga dalam mekanisme reaksi itu (yang searah dengan lepasnya
proton) ialah terbentuknya kembali katalis asam lewis. Proton yang dilepaskan
dalam tahap 2 bereaksi dengan ion FeBr4- membentuk HBr dan FeBr3 (Fessenden
dan Fessenden, 1982: 469).
Gambar 5. Reaksi halogenasi
(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1982: 469)
Dengan tak mengikutkan katalis, persamaan untuk keseluruhan reaksi
brominasi aromatik dari benzena dapat ditulis sebagai berikut:

Gambar 6. Reaksi halogenasi


(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1982: 469)
1.3.2 Mekanisme Reaksi Klorinasi
Tahap pertama yaitu pembentukan ion klorium, klor bereaksi dengan asam
Lewis membentuk kompleks yang membuat klor lebih elektrofil.

Gambar 7. Mekanisme Reaksi Klorinasi


(Sumber: Atkins & Carey, 1944)
Tahap kedua yaitu serangan ion klorium pada cincin benzena. Elektrofil
ikatan rangkap dari CC aromatik bertindak sebagai nukleofil, menyerang Cl
elektrofilik dan terjadi delokalisasi.
Gambar 8. Tahap Kedua Klorinasi
(Sumber: Atkins & Carey, 1944)
Langkah ketiga yaitu transfer proton meregenerasi karakter cincin
aromatik.

Gambar 9. Tahap Kedua Klorinasi


(Sumber: Atkins & Carey, 1944)

1.4 Kegunaan
Kegunaan dari persenyawaan yang diperoleh dari reaksi halogenasi
diantaranya:
1. Reaksi klorinasi digunakan dalam sintesis berbagai bahan farmasi termasuk
obat penenang diazepam (valium) (McMurry, 1994: 151).

Gambar 10. Obat Penenang Diazepam


(Sumber: McMurry, 1994: 151)
2. Digunakan dalam produksi pestisida DDT dan 1,2,3-triklorobenzena.

Gambar 11. Diklorodifeniltrikloroetana dan 1,2,3-triklorobenzena


(Sumber: Rathore, 2012: 29)
2. Reaksi Nitrasi
2.1 Pengertian Reaksi Nitrasi
Reaksi nitrasi adalah reaksi kimia di mana gugus fungsional nitro (NO2)
ditambahkan ke molekul organik. Proses ini melibatkan penggabungan nitrogen
dioksida (NO2) dengan senyawa organik untuk membentuk gugus nitro. Biasanya
dilakukan dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat atau yang biasa disebut
dengan missed acid. Kegunaan asam sulfat dalam nitrasi adalah sebagai zat
penarik air (pada reaksi nitrasi akan terbentuk air), sehingga reaksi berlangsung
sampai berakhir. Reaksi nitrasi aromatik terbanyak dilakukan dengan
menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat. Benzene, misalnya
menghasilkan nitrobenzena dengan perolehan 95% jika dilakukan pada 25-40 oC
(Pine, dkk. 1988: 691).

2.2 Contoh Reaksi Nitrasi


Apabila benzena direaksikan dengan asam nitrat pekat, dengan asam sulfat
pekat sebagai katalisator akan terbentuk nitrobenzena.

Gambar 12. Nitrasi


(Sumber: Carey, 1992: 456)

2.3 Mekanisme Reaksi Nitrasi


Tahap 1 dan 2, tahap pembentukan elektrofil. Elektrofil diperoleh dari
protonasi HNO3 pekat oleh H2SO4 pekat yang menghasilkan asam nitrat
terprotonasi yang kemudian melepaskan molekul air, diperoleh ion nitronium
(NO2+) (Fessenden dan Fessenden, 2012: 216).
Tahap 1

Tahap 2

Gambar 13. Reaksi Pembentukan Elektrofil Nitronium


(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 2012: 216)
Tahap 3: Elektrofil menyerang cincin benzena

Elektrofil menyerang cincin benzena menghasilkan zat antara.

Tahap 4: Zat antara yang dihasilkan (karbokation) melepas proton, dihasilkan


produk subtitusi

Zat tantara (karbokation) melepas proton, sehingga dihasilkan produk subtitusi.

2.4 Kegunaan
Reaksi nitrasi digunakan untuk produksi bahan peledak, contohnya
konversi guanidin menjadi nitroguanidin dan konversi toluena menjadi
trinitrotoluena. Senyawa polinitro sendiri banyak digunakan sebagai bahan
peledak. 2,4,6-Trinitrotoluena (TNT) dibuat dengan penitroan nitrotoluena. Jika
masing-maisng gugus nitro dimasukkan, lingkar aromatik makin tertaaktifkan.
Tahapan penitroan harus menjadi lebih hebat. Langkah terakhir umumnya dicapai
dengan menggunakna peraksi penitro yang sangat kuat, asam nitrat dan asam
sulfat berasap. (Hendrickson, 1988: 694)

Gambar 14. Reaksi Pembentukan Trinitrotoluena


(Sumber: Hendrickson, 1988: 695)

3. Reaksi Sulfonasi
3.1 Pengertian Reaksi Sulfonasi
Sulfonasi adalah reaksi organik di mana atom hidrogen pada hidrokarbon
aromatik digantikan oleh asam sulfonat (SO 3H) dalam reaksi substitusi. Reaksi
sulfonasi terjadi pada benzena dan asam sulfat (H2SO4) dengan adanya
pemanasan. Hart (2003:137) menyatakan, dalam sulfonasi dapat menggunakan
asam sulfat pekat atau asam sulfat berasap, dan elektrofilnya dapat berupa sulfur
trioksida atau sulfur trioksida terprotonasi. Sulfonasi adalah reaksi industri
penting yang digunakan dalam pembuatan deterjen dan antibiotik keluarga obat
sulfa (Murry, 1994:152).
3.2 Contoh Reaksi Sulfonasi
Sulfonasi benzene dengan asam sulfat berasap (H2SO4 + SO3)
menghasilkan asam benzenasulfonat.

Gambar 15. Reaksi sulfonasi


(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1982: 474)

3.3 Mekanisme Reaksi Sulfonasi


3.1.1 Mekanisme Pembentukan Elektrofilik

Gambar 16. Reaksi pembentukan elektrofilik SO3+


(Sumber: Mehta, 2015: 453)
3.1.2 Mekanisme Reaksi Sulfonasi
Berikut adalah urutan langkah-langkah yang menggambarkan mekanisme
sulfonasi benzena:
Langkah 1:
Ketika asam sulfat dipanaskan, sulfur trioksida (SO 3) terbentuk, dan diyakini
merupakan spesies elektrofilik yang menyerang cincin aromatik (Atkins & Carey,
1944:160).

Langkah 2:
Sebuah proton hilang dari karbon terhibrididasi sp3 pada zat antara untuk
memulihkan cincin aromatik.

Tahap 3:
Transfer proton yang cepat dari oksigen asam sulfat ke oksigen benzenesulfonate
melengkapi proses tersebut. Dan berikut merupakan urutan reaksinya:

Gambar 17. Mekanisme reaksi sulfanasi pada pembentukan benzenesulfonic acid


(Sumber: Atkins & Carey, 1944:160)
Tidak seperti reaksi substitusi elektrofilik benzena lainnya, sulfonasi
bersifat mudah balik dan menunjukkan efek isotop kinetik yang sedang.
Perdeuteriobenzena mengalami sulfonasi dengan laju kira-kira separuh laju
benzena biasa. Berdasarkan data ini, disimpulkan bahwa ion benzonium antara
dalam sulfonasi dapat kembali ke benzena atau terus ke asam benzenasulfonat
dengan hampir sama mudahnya (kalau tidak demikian, maka reaksi itu tidak
mudah balik) (Fessenden dan Fessenden, 1982 :474).

3.4 Kegunaan
Beberapa kegunaan persenyawaan yang diperoleh dari reaksi sulfonasi
diantaranya:
1. Digunakan dalam industry pembuatan deterjen.

2. Digunakan dalam komponen pembuatan antibiotik golongan obat sulfa.

SO3 + H2SO4 → SO3H+ + HSO4-

4. Reaksi Alkilasi Friedel Craft


4.1 Pengertian Reaksi Alkilasi Fridel Craft
Reaksi alkilasi Friedel-Crafts adalah jenis reaksi kimia yang digunakan
untuk menambahkan gugus alkil (CH3) ke dalam cincin aromatik (biasanya cincin
benzena) dengan bantuan katalis asam Lewis, seperti aluminium klorida (AlCl 3)
atau besi(III) klorida (FeCl3). Alkilasi Friedel-Crafts melibatkan alkilasi dari
cincin aromatik dan alkil halida menggunakan katalis Asam Lewis kuat dengan
menggunakan feri klorida sebagai katalis, gugus alkil melekat pada posisi ion
klorida sebelumnya. Alkilasi benzena berupa substitusi sebuah gugus alkil untuk
sebuah hidrogen pada cincin. Alkilasi dengan alkil halida dan runutan AlCl 3
sebagai katalis sering dirujuk sebagai alkilasi Friedel-Crafts, menurut nama ahli
kimia Perancis Charles Friedel dan James Crafts, seorang ahli kimia Amerika
yang mengembangkan reaksi ini pada tahun 1877. Reaksi 2-kloropropana dengan
benzena dalam kehadiran AlCl3 merupakan reaksi alkilasi Friedel-Crafts yang
khas.

Gambar 18. Reaksi alkilasi yang khas oleh Friedel-Crafts


(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1997: 100)
Apabila benzena direaksikan dengan suatu haloalkana (RX) dengan
katalisator suatu asam Lewis (dalam reaksi ini AlX3), benzenanya diubah menjadi
alkilbenzena. Menurut Sitorus (2013:42), pereaksi adalah alkil halida (R-X)
dengan katalisator AlX3 atau FeX3 dan mekanisme elektrofil adalah sebagai
berikut :

Gambar 19. Mekanisme elektrofil alkilasi Friedel-Crafts


(Sumber : Sitorus, 2013: 42)

4.2 Contoh Reaksi


Sebuah kelompok alkil dapat ditambahkan ke molekul benzena dengan
reaksi substitusi aromatik elektrofil disebut reaksi alkilasi Friedel-Crafts. Salah
satu contoh adalah penambahan gugus metil pada cincin benzena.

Gambar 20. Penambahan metil pada benzena


(Sumber : Sitorus, 2010: 80)
4.3 Mekanisme reaksi
Langkah 1 pada mekanisme reaksi dimulai dengan pembentukan
karbokation. Langkah 2 karbokation bertindak sebagai elektrofil dan menyerang
cincin benzena untuk membentuk ion arenium. Ion arenium pada langkah 3
kemudian melepaskan proton untuk menghasilkan isopropilbenzena.

Gambar 21. Mekanisme reaksi alkilasi Friedel-Crafts


(Sumber: Solomon,1994: 606-607)
Masalah lain dalam alkilasi Friedel-Crafts ialah bahwa elektrofil yang
menyerang itu dapat mengalami penataan-ulang oleh adanya geseran-1,2 dari H
atau R.
Gambar 22. Beberapa masalah reaksi alkilasi Friedel-Crafts
(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1997: 101)
Penataan ulang yang ditunjukkan adalah dari alkil halida primer, yang
tidak mudah membentuk karbokation. Dalam kasus-kasus ini, agaknya reaksi
berlangsung lewat kompleks RX-AlCl3.

Gambar 23. Penataan ulang pada alkil halida primer


(Sumber : Fessenden dan Fessenden, 1997: 101)
Kompleks ini dapat (1) bereaksi dengan benzena menghasilkan produk
tanpa mengalami penataan ulang atau (2) mengalami penataan-ulang menjadi
karbokation sekunder atau tersier yang menghasilkan produk tertata-ulang.

Gambar 24. Hasil dari produk penataan ulang


(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1997: 101)
Alkilasi dapat pula dicapai dengan alkena dengan hadirnya HCl dan AlCl 3.
Mekanismenya serupa dengan alkilasi dengan suatu alkil halida dan berlangsung
lewat karbokation yang lebih stabil.
Gambar 25. Mekanisme alkilasi
(Sumber: Fessenden dan Fessenden, 1997: 102)

4.4 Kegunaan
1. Pembuatan senyawa aromatik teralkilasi: memungkinkan penambahan rantai
alkil pada cincin aromatik, menghasilkan senyawa aromatik yang dapat
digunakan sebagai bahan kimia industri, bahan bakar, atau bahan kimia dalam
sintesis lebih lanjut.
2. Reaksi ini dapat digunakan untuk menghasilkan isopropil benzena, yang
merupakan senyawa kimia yang memiliki banyak manfaat dalam pembuatan
produk kimia organik, bahan baku pembentukan fenol, pembentukan aseton,
dan juga meningkatkan nilai oktan bahan bakar
3. Pembuatan bahan kimia industri: industri kimia menggunakan reaksi ini untuk
menghasilkan bahan kimia industri seperti alkil benzena, yang digunakan
dalam pembuatan deterjen dan pelumas
4. Sintesis obat dan bahan kimia: reaksi Friedel-Crafts dapat digunakan dalam
sintesis senyawa yang digunakan dalam obat-obatan, bahan kimia farmasi, dan
agrokimia.
5. Produksi bahan kimia industri: beberapa senyawa hasil reaksi Friedel-Crafts
digunakan sebagai bahan kimia industri penting dalam berbagai proses
manufaktur.
6. Sintesis polimer: proses Friedel-Crafts juga digunakan dalam beberapa reaksi
yang melibatkan sintesis polimer, menghasilkan polimer aromatik yang
memiliki sifat-sifat khusus.

5. Reaksi Asilasi Friedel Craft


5.1 Pengertian Reaksi Asilasi Friedel-Crafts
Reaksi asilasi senyawa aromatik, disebut juga reaksi Friedel-Crafts,
berdasarkan nama penemunya Charles Friedel (kebangsaan Prancis) dan James
Mason Crafts (kebangsaan Amerika Serikat), yang pertama kali menemukan
reaksi ini pada tahun 1877. Reaksi ini diawali dengan pembentukan elektrofilik.
Dimana elektrofilnya ialan karbokation, yang dapat terbentuk baik dengan
mengambil ion halida dari suatu asil halida dengan katalis asam Lewis (contohnya
AICI3), maupun dengan menambahkan proton pada alkena (Hart, dkk, 2003).
Reaksi asilasi Fiedel-Crafts pada senyawa aromatik, merupakan metode
yang penting dalam sintesis keton aromatik. Senyawa-senyawa keton aromatic
banyak digunakan sebagai senyawa intermediet untuk sintesis pada industry
farmasi, zat warna, pengharum, dan agrokimia. Asam Lewis, terutama golongan
halida logam, dan beberapa asam Bronsted, seperti polyphosphoric acids dan
sulfuric acids, merupakan jenis katalis yang umum digunakan dalam reaksi
Fiedel-Crafts, termasuk reaksi alkilasi dan asilasi (Magnus & Boris, 2010).
Reaksi asilasi Fiedel-Crafts merupakan reaksi yang penting dalam dunia
industri dan membutuhkan aluminium(III) klorida dalam jumlah yang besar.
Sebuah penelitian terdahulu telah berhasil melakukan reaksi asilasi pada cairan
ionik asam kloroaluminat(III). Telah dilakukan pula pengamatan mengenai
perbandingan antara reaksi asilasi Fiedel-Crafts pada cairan ionik asam dengan
reaksi asilasi Fiedel-Crafts konvensional. Pengamatan ini dilakukan terhadap
reaksi asilasi Fiedel-Crafis pada benzena dalam cairan ionik asam
kloroaluminat(III). Sebual produk monoasilasi diperoleh sebagai hasil dari
deaktifasi cincin aromatik oleh substituen asil (Zhao & Sanjay, 2002).
Reaksi asilasi Friedel-Crafts merupakan cara yang efektif untuk
memasukkan gugus asil ke dalam cincin benzena. Reaksi berlangsung jika
senyawa aromatik direaksikan dengan asil halida menggunakan katalis AlCl 3 dan
menghasikan aril keton.

5.2 Contoh Reaksi


Contoh dari reaksi substitusi aromatik elektrofilik mirip dengan reaksi
alkilasi Friedel Crafts, kecuali bahwa zat yang bereaksi dengan benzena adalah

asil halida, bukan sebuah alkil halida, R-X (Riswiyanto, 2010: 145).
Suatu reaksi asetil klorida muncul sebagai produk:

Gambar 26. Reaksi asetil klorida


(Sumber: Riswiyanto, 2010: 145)

5.3 Mekanisme Reaksi

Mekanisme untuk generasi ion acylium, adalah

Gambar 27. Tahapan mekanisme reaski


(Sumber: Riswiyanto, 2010: 145)

1. Reaksi asetil klorida dengan alumunium klorida membentuk sebuah


elektrofil.

Gambar 28. Tahap awal reaksi


(Sumber: Riswiyanto, 2010: 145)
2. Elektrofil menarik elektron π sistem dari cincin benzena untuk membentuk
karbokation nonaromatik.

Gambar 29. Tahapan mekanisme reaksi


(Sumber: Riswiyanto, 2010: 145)
3. Muatan positif pada karbokation yang terbentuk terdelokalisasi di seluruh
molekul.

Gambar 30. Tahapan mekanisme reaski


(Sumber: Riswiyanto, 2010: 146)
4. Hilangnya proton dari atom ke mana kelompok asetil telah terikat
mengembalikan aromatisitas tersebut.

Gambar 31. Tahapan mekanisme reaski


(Sumber: Riswiyanto, 2010: 146)
5. Proton bereaksi dengan AlCl4- untuk menumbuhkan katalis AlCl3 dan bentuk
produk HCl.

Gambar 32. Tahapan mekanisme reaski


(Sumber: Riswiyanto, 2010: 145)

5.4 Kegunaan
Reaksi asilasi Friedel-Crafts memiliki beberapa kegunaan yang penting
dalam bidang kimia. Berikut adalah beberapa kegunaan reaksi Asilasi Friedel-
Crafts:
1. Sintesis senyawa organik: reaksi asilasi Friedel-Crafts digunakan dalam
sintesis senyawa organik seperti pembuatan asam benzoat, anhidrida asetat,
asam asetat. Senyawa-senyawa ini memiliki berbagai aplikasi dalam industri
farmasi, kosmetik, dan bahan kimia lainnya.
2. Pembuatan obat-obatan: reaksi asilasi Friedel-Crafts digunakan dalam
pembuatan obat-obatan seperti antihistamin, analgesik, dan antidepresan.
Senyawa-senyawa ini memiliki aktivitas biologis yang penting dalam
pengobatan penyakit-penyakit tertentu.
3. Industri parfum: reaksi asilasi Friedel-Crafts digunakan dalam pembuatan
senyawa-senyawa aroma yang digunakan dalam industri parfum. Senyawa-
senyawa ini memberikan aroma khas pada berbagai produk parfum dan
wewangian.
4. Industri polimer: reaksi asilasi Friedel-Crafts digunakan dalam pembuatan
polimer seperti polistirena dan poliakrilat. Polimer-polimer ini memiliki
berbagai aplikasi dalam industri plastik, kemasan, dan bahan bangunan.
5. Industri minyak dan bahan bakar: reaksi asilasi Friedel-Crafts dapat
digunakan dalam pembuatan senyawa-senyawa yang meningkatkan nilai
oktan bahan bakar, seperti isopropil benzena. Senyawa ini digunakan dalam
industri minyak dan bahan bakar untuk meningkatkan kualitas bahan bakar.
6. Penelitian kimia: reaksi asilasi Friedel-Crafts sering digunakan dalam
penelitian kimia untuk mempelajari mekanisme reaksi dan mengembangkan
metode sintesis baru. Penelitian ini dapat membantu memahami sifat dan
aplikasi senyawa-senyawa organik.

6. Kesimpulan
1) Reaksi halogenasi merupakan jenis reaksi substitusi dimana salah satu atom
hidrogen pada benzene digantikan oleh bromin (Br) maupun klorin (Cl).
Katalis yang digunakan pada halogenasi brominasi adalah besi (III) bromida
(FeBr3) sedangkan katalis yang digunakan pada reaksi klorinasi adalah katalis
FeCl3.
2) Reaksi nitrasi terjadi ketika suatu reaksi kimia di mana gugus fungsional nitro
(NO2) ditambahkan ke molekul organik, dimana melibatkan penggabungan
nitrogen dioksida (NO2) dengan senyawa organik untuk membentuk gugus
nitro.
3) Senyawa nitrobenzena akan terbentuk apabila benzena direaksikan dengan
asam nitrat pekat serta asam sulfat pekat sebagai katalisator.
4) Reaksi sulfonasi merupakan jenis reaksi substitusi dimana salah satu atom
hidrogrn pada benzene digantikan oleh asam sulfonat (SO3H). Reaksi ini
menggunakan asam sulfat pekat atau asam sulfat berasap. Sulfonasi bersifat
mudah balik dan menunjukkan efek isotop kinetik yang sedang.
5) Reaksi alkilasi Friedel-Crafts adalah jenis reaksi kimia yang digunakan untuk
menambahkan gugus alkil (CH3) ke dalam cincin aromatik (biasanya cincin
benzena) dengan bantuan katalis asam Lewis, seperti aluminium klorida
(AlCl3) atau besi(III) klorida (FeCl 3). Reaksi ini dinamai dari nama dua
ilmuwan kimia, Charles Friedel dan James Crafts, yang mengembangkan
metodenya pada abad ke-19.
6) Salah satu contoh reaksi alkilasi Friedel-Crafts adalah penambahan gugus
metil pada cincin benzena dengan bantuan katalis aluminium klorida (AlCl3).
7) Reaksi asilasi Friedel-Crafts merupakan cara yang efektif untuk memasukkan
gugus asil ke dalam cincin benzena. Reaksi berlangsung jika senyawa
aromatik direaksikan dengan asil halida menggunakan katalis AlCl 3 dan
menghasilakan aril keton.
8) Reaksi Asilasi Friedel-Crafts dapat digunakan untuk memperkenalkan gugus
asil ke dalam cincin aromatic dan menghasilkan produk asilasi yang berguna
dalam pembuatan senyawa organic seperti seperti asam benzoat, anhidrida
asetat dan asam asetat.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, C. R., & Carey, A. F. (1944). Organic Chemistry. Edisi Ketiga. Mc Graw
Hill: New York.
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S. (1982). Kimia Organik. Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1997). Dasar-Dasar Kimia Organik
(Penerjemah: Aloysius Hadyana P.). Jakarta: Binarupa Aksara.
Hart, H. Craine, L E. Hart, D. J. (2003). Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat
Edisi Kesebelas (Penerjemah: Suminar Setiadi Achmadi). Jakarta:
Erlangga.
Hart,H. Dkk. (2003). Kimia Organik. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Hendrickson, J. B., Pine, H. S., & Cram, D J. Hammond, G S. (1988). Kimia
Organik Jilid 2 Edisi Keempat (Penerjemah: Roehyati Joedodibroto).
Bandung: ITB.
Magnus, R. & Boris, J. N. (2010). A review of new developments in the Friedel–
Crafts alkylation – From green chemistry to asymmetric catalysis.
Beilstein Journal of Organic Chemistry, (6): 1-24.
McMurry, J. (1994). Fundamentals of Organic Chemistry. Edisi Ketiga.
California: Cole Publishing Company.
Mehta, B., & Mehta, M. (2015). Organic Chemistry. Edisi Kedua. Delhi: PHI
Learning Private Limited.
Rathore, H.S. (2012). New Chlorobenzene Pestcides, Their Impacts on
Environment and Food Quality. International Jornal of Engineering
Research and Science and Technology. 1(1), 29-55.
Riswiyanto. (2016). Kimia Organik. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Sitorus, M. (2010). Kimia Organik Umum. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sitorus, M. (2013). Kimia Organik. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Solomons. (1994). Fundamentals of Organic Chemistry. Fourth Edition. USA:
Brooks/Cole-Thomson.
Zhao, H & Sanjay, V. M. (2002). Applications of Ionic Liquids in Organic
Synthesis. USA.

Anda mungkin juga menyukai