Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


II.1 Tinjauan Pustaka
Berikut adalah beberapa literatur untuk mendukung perancangan serta
realisasi dari alat ini:
1. Pengukuran laju aliran air pada tabung venturi dapat dideteksi dengan
sensor beda tekanan MPX2010DP. Hasil dari pembacaan sensor diolah
dengan mikrokontroler dan dapat ditampilkan menggunakan LCD Display
16x2. Cara kerja alat tersebut menggunakan prinsip bernoulli [4].
2. Besarnya aliran atau flow yang mengalir dapat dikendalikan menggunakan
servo valve. Alat yang digunakan untuk pengukuran aliran fluida
menggunakan tabung venturi dan plat orifice dan elemen pengolah data
hasil pengukuran menggunakan Atmega 32. Hasil pengukuran aliran dapat
ditampilkan melalui LCD display. Cara kerja pengukuran aliran
menggunakan tabung venturi menggunakan prinsip bernoulli [5].
3. Beda tekanan yang terdapat pada setiap tapping tabung venturi dapat
dideteksi menggunakan manometer. Cara kerja alat tersebut menggunakan
prinsip bernoulli [6].
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, didapatkan informasi mengenai
berbagai aspek serta fitur yang berkaitan dengan alat yang akan dibuat. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel II. 1 dan Tabel II. 2.
Tabel II. 1 Perbandingan Fitur Yang Digunakan
Fitur Yang Digunakan
No. Referensi Sensor
Ardui- Pom- Mano- Flow- Data-
Differential HMI
no pa meter meter base
Pressure
Fawzi Adi
1 Nugroho, √ √ X X X X X
2018 [4]
Fery K.,
2 X √ √ X √ X X
2017 [5]
Wigati
3 Widowati, X X X √ X X X
2017 [6]
5 TA ini √ √ √ √ √ √ √

4
Tabel II. 2 Perbandingan Berbagai Aspek Proyek Akhir

Karya Ilmiah/Proyek Akhir


No. Aspek Fery Wigati Fawzi Adi
Kurniawan Widowati, 2017 Nugroho, TA ini
Agos, 2017 [5] [6] 2018 [4]
Pengukuran Pengukuran
Sistem Pengendalian Modul
1 ketinggian aliran dan
Plant Laju Aliran flowmeter
manometer tekanan air
Pompa Air dan Manual Pompa dan
2 Aktuator Blower
gate valve valve servo valve

3 Kontroler Atmega 32 - Arduino Arduino

4 Display LCD 16x2 - LCD 16x2 LCD 20x4

Metoda/
5 Bernoulli Bernoulli Bernoulli Bernoulli
Prinsip

II.2 Dasar Teori

II.2.1 Pengukuran
Menurut Sutarno [1], pengukuran merupakan suatu proses untuk
mendapatkan informasi dari besaran fisis tertentu. Besaran fisis contohnya
antara lain suhu, tekanan, volume, tegangan listrik, arus listrik, dan
sebagaianya.
Menurut Alan S. Morris [7], sistem pengukuran diperlukan untuk
mengetahui informasi nilai fisik dari suatu variabel yang diukur. Dalam
unit pengukuran, terdapat standar-standar yang disepakati dalam
menentukan jumlah suatu kuantitas. Seluruh standar unit pengukuran yang
ada saat ini pada awalnya berangkat dari unit dasar (fundemental units)
yang terbagi menjadi 7 yaitu:
Tabel II. 3 Unit Dasar
Kuantitas (Quantity) Unit Standar Simbol
(Standar Unit)
Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu detik s
Arus Listrik ampere A
Suhu kelvin K
Intensitas Cahaya candela cd
Zat / Partikel mole mol

5
Seiring perkembangan waktu, dari ke-7 unit dasar diatas, munculah
unit standar turunan yang diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel II. 4 Unit Turunan
Kuantitas (Quantity) Unit Standar Simbol
(Standar Unit)
Luas meter persegi m2
Volume meter kubik m3
Kecepatan (velocity) meter per detik m/s
Massa Jenis (density) kilogram per meter kg/m3
kubik
Debit (volume flow meter kubik per detik m3/s
rate)
Tekanan (pressure) newton per meter N/m2
persegi

Suatu sistem pengukuran diperlukan untuk mendapatkan nilai


pengukuran dari suatu variabel yang diukur. Sistem pengukuran
setidaknya minimal terdapat beberapa elemen penunjang seperti: elemen
sensor, variable conversion element, pemroses sinyal, dan elemen
penampil/recording hasil pengukuran. Elemen dari sistem pengukuran
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar II. 1:

Gambar II. 1 Elemen dari Sistem Pengukuran [7]

II.2.2 Aliran
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, aliran adalah sesuatu yang
mengalir. Pada tugas akhir ini, sesuatu yang mengalir yang dimaksud
adalah aliran fluida. Fluida yang bergerak (fluida dinamis) setiap
partikelnya memiliki kecepatan untuk setiap posisinya. Pada fluida ideal,
setiap aliran fluida memiliki kecepatan aliran yang sama, juga tidak ada
gaya gesek antara lapisan fluida dengan dinding tabung atau tempat fluida

6
mengalir. Dengan demikian, fluida ideal adalah fluida yang tidak
terpengaruh oleh gaya tekanan yang diterimanya sehingga volume dan
massa jenisnya tidak berubah meskipun ada tekanan [8].
Velocity atau kecepatan aliran dapat diartikan sebagai suatu ukuran
kecepatan dan arah objek. Kecepatan aliran fluida bervariasi di seluruh
aliran. Saat cairan bersentuhan dengan dinding yang membatasi kecepatan
partikel cairan, nilainya mendekati nol sedangkan ditengah aliran partikel,
aliran akan memiliki kecepatan maksimum. Sehingga, yang digunakan
dalam perhitungan kecepatan aliran biasanya adalah kecepatan aliran
tingkat rata-rata [1]. Aliran fluida memiliki dua jenis. Untuk aliran yang
teratur dinamakan sebagai aliran laminer, sedangkan aliran yang tidak
teratur dinamakan aliran turbulen [9].

Gambar II. 2 Gambar Aliran Laminer dan Turbulen [9]


Pada fluida yang mengalir, debit atau flowrate dapat diartikan
sebagai besaran yang menyatakan banyaknya air yang mengalir selama 1
detik yang melewati suatu penampang luas [9].

𝑉
𝑄= (II.1)
𝑡
Persamaan II. 1 Persamaan Debit (Flowrate) [9]

Dimana: Q = Debit (m3/s)


V = Volume (m3)
t = Waktu (s)

II.2.3 Tekanan
Menurut Indrajit [8], tekanan adalah besar gaya yang bekerja pada
suatu permukaan dibagi dengan luas permukaan tersebut. Fluida memiliki
sifat yang berbeda dengan sifat benda padat. Bentuk benda padat tidak
akan berubah meskipun kita memindahkannya dari satu tempat ke tempat
yang lain. Lain halnya dengan fluida, bentuk fluida akan berubah-ubah
sesuai dengan tempatnya. Salah satu sifat fluida adalah tidak dapat
menopang tegangan geser sehingga bentuknya akan berubah sesuai bentuk
tempatnya

7
Fluida memberikan sebuah gaya yang tegak lurus pada setiap
permukaan benda yang ada di dalam fluida. Gaya persatuan luas yang
ditimbulkan oleh fluida akan sama di setiap titik pada permukaan benda di
kedalaman yang sama. Gaya persatuan luas ini dinamakan tekanan fluida:

𝐹
𝑃= (II.2)
𝐴
Persamaan II. 2 Persamaan Tekanan FLuida [9]

Dimana: P = Tekanan (Pa)


F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)
Pengukuran tekanan sangat umum digunakan dalam sistem kontrol
proses di industri [7]. Tekanan memiliki beberapa tipe dengan artian yang
berbeda seperti yang akan diuraikan pada beberapa poin dibawah ini:
1. Tekanan absolut adalah perbedaan antara tekanan fluida dan tekanan
absolut nol.
2. Gauge pressure adalah perbedaan antara tekanan fluida dan tekanan
atmosfer. Oleh karenanya, tekanan absolut dan gauge pressure
memiliki hubungan dimana tekanan absolut = gauge pressure +
tekanan atmosfir.
3. Tekanan diferensial merupakah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan antara dua nilai tekanan absolut, seperti
tekanan pada dua titik berbeda dalam suatu fluida yang sama.

II.2.4 Prinsip Bernoulli


Persamaan bernoulli adalah persamaan untuk aliran yang
didasarkan pada hukum kekekalan energi. Teorema bernoulli menyatakan
bahwa energi total dari setiap partikel suatu fluida bergerak tetap konstan
asalkan tidak ada energi yang masuk atau meninggalkan sistem pada titik
mana pun. Persamaan bernoulli memberikan hubungan antara tekanan,
kecepatan fluida, dan ketinggian dalam sistem aliran [10]. Penerapan dari
teorema ini seperti yang diterapkan pada diagram bejana pada Gambar II.
3 dibawah ini.

8
Gambar II. 3 Diagram Bejana [8]
Pemodelan diagram bejana berhubungan seperti yang terdapat pada
Gambar II. 3, permukaan zat cair pada setiap tempat akan sama tinggi
apabila zat cair dalam keadaan diam. Beda halnya jika zat cair tersebut
bergerak, tinggi permukaan zat cair pada setiap pipa akan berbeda. Secara
matematis, persamaan yang menggambarkan aliran fluida pada gambar
tersebut adalah
𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
𝑊= 𝐹×s
𝑊 = 𝜌𝐴 × 𝑉𝑡

Dikarenakan usaha total yang digunakan untuk mengalirkan fluida


dari keadaan 1 ke keadaan 2 sama dengan perubahan energi mekanik
fluida, maka secara matematis dapat dituliskan.

𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐸𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑘

𝑊= 𝐹×S

1 1
𝑃1 𝑉1 × 𝑚𝑉12 × 𝑚𝑔ℎ1 = 𝑃2 𝑉2 × 𝑚𝑉2 2 × 𝑚𝑔ℎ2
2 2
𝑚
Dengan mensubtitusikan 𝑉 = 𝜌
dari persamaan diatas, didapatkan
suatu persamaan bernoulli.

1 1
𝑃1 × 𝜌𝑉1 2 × 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑃2 × 𝜌𝑉2 2 × 𝜌𝑔ℎ2
2 2
1 2
𝑃 × 2 𝜌𝑉 × 𝜌𝑔ℎ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (II.3)
Persamaan II. 3 Persamaan Bernouli [8]

Dimana: V1 = Kecepatan Aliran (m/s)


P = Tekanan (Pa)
𝜌 = Massa jenis air (997 kg/m3 dalam 25˚C)
𝑔 = Percepatan gravitsi (m/s2)

9
h = Tinggi cairan
Berdasarkan persamaan bernoulli, diketahui bahwa tekanan
didalam fluida yang bergerak dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida
tersebut [8].

II.2.5 Tabung Venturi


Tabung venturi merupakan salah satu alat yang biasa digunakan
dalam mengukur aliran fluida. Gambar II. 4 dan Gambar II. 5 merupakan
pemodelan tabung venturi yang dipasang manometer.

Gambar II. 4 Pipa Venturi [8]

Gambar II. 5 Tabung Venturi dengan Manometer [8]


Cara kerja tabung venturi yaitu dimana saat aliran fluida masuk
kedalam tabung venturi, akan terjadi peningkatan kecepatan aliran fluida
saat melewati bagian dalam area penyempitan tabung. Peningkatan
kecepatan aliran ini juga menyebabkan terjadinya peningkatan energi.
Didasarkan pada hukum kekekalan energi bahwa energi total harus tetap
konstan, maka dalam disaat bersamaan, akan ada penurunan energi
potensial yang sesuai dan juga penurunan tekanan fluida. Setelah fluida
melewati bidang penyempitan, di bagian hilir tabung venturi tekanan pada
dinding pipa akan meningkat kembali karena luas aliran yang mengalir
meningkat dan kecepatan fluida turun ke nilai aslinya [10].

10
Berikut ini adalah persamaan bernoulli yang diterapkan pada
tabung venturi menggunakan manometer:

1 1
𝑃1 × 𝜌𝑉1 2 × 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑃2 × 𝜌𝑉2 2 × 𝜌𝑔ℎ2 (II.4)
2 2

Persamaan II. 4 Persamaan Bernoulli pada Tabung Venturi [8]


Berdasarkan Gambar II. 4 jika ketinggian h1 = h2, dari Persamaan
II. 4 diperoleh persamaan berikut:

1
𝑃1 − 𝑃2 = × 𝜌 × (𝑉2 2 − 𝑉12 ) (II.5)
2
Persamaan II. 5 Persamaan Bernoulli Jika Ketinggian Cairan Manometer Sama pada Tabung Venturi [8]

Dalam kondisi ideal, berlaku hukum kontinuitas yang artinya


energi total dari setiap partikel suatu fluida yang mengalir pada tabung
venturi bergerak tetap konstan dan tidak ada energi yang masuk atau
meninggalkan sistem pada titik mana pun. Sehingga berlaku persamaan
kontinuitas seperti berikut:
𝑄1 = 𝑄2
𝐴1 𝑉1 = 𝐴2 𝑉2 (II.6)

Persamaan II. 6 Persamaan Kontinuitas [8]


Jika Persamaan II. 5 dan Persamaan II. 6 disubstitusikan, didapat
persamaan seperti berikut ini:

1
𝑃1 − 𝑃2 = × 𝜌 × (𝑉2 2 − 𝑉12 )
2
1 𝐴 2
𝑃1 − 𝑃2 = 2
× 𝜌 × 𝑉1 2 × ((𝐴1 ) − 1) (II.7)
2

Persamaan II. 7 Persamaan untuk Beda Tekanan pada Tabung Venturi

Dimana: Q1 = Flow rate pada entrance cylinder (m3/s)


Q2 = Flow rate pada cylindrical throat (m3/s)
V1 = Velocity pada entrance cylinder (m/s)
V2 = Velocity pada cylindrical throat (m/s)
P1 = Tekanan pada entrance cylinder (Pa)
P2 = Tekanan pada cylindrical throat (Pa)
𝜌 = Massa jenis air (997 kg/m3 dalam 25˚C)
𝑔 = Percepatan gravitsi (m/s2)
A1 = Luas penampang tabung venturi pada entrance
cylinder (bagian inlet).
A2 = Luas penampang tabung venturi pada cylindrical
throat (bagian penyempitan)

11
II.2.6 Sensor Piezoresistive
Menurut Andreas, Emil [11], piezoresistive sensor merupakan
sebuah membran yang dapat mengalami defleksi jika diberi tekanan dari
luar. Pada umunya bahan yang digunakan piezoresistive sensor adalah
semikonduktor berupa silikon. Cara kerja sensor jenis ini yaitu ketika ada
tekanan, membran sensor akan mengalami defleksi yang menyebabkan
perubahan nilai hambatan. Semakin besar tekanan yang diberikan, maka
semakin besar defleksi yang terjadi, maka akibatnya semakin besar
perubahan pada nilai hambatan. Biasanya, sensor berjenis piezoresistive
diaplikasikan bersamaan dengan jembatan wheatstone.

Gambar II. 6 Pemodelan Sensor Piezoresistive [11]


Nilai resistansi dari suatu bahan dapat diketahui dengan
persamaan:
𝑙
𝑅=𝜌 (II.8)
𝐴
Persamaan II. 8 Persamaan Nilai Hambatan [11]

Dimana: R = Hambatan (Ω)


𝜌 = Hambatan jenis (Ωm)
𝑙 = Panjang (m)
𝐴 = Luas penampang (m2)
Faktor yang memengaruhi nilai hambatan yaitu hambatan jenis,
panjang, dan luas penampang. Contoh penerapannya yaitu pada strain
gauge. Saat strain gauge mengalami tekanan akan ada perubahan pada
panjang penampang sehingga menyebabkan berubahnya nilai hambatan
akibat adanya defleksi yang terjadi. Akan tetapi, jika bahan sensor tersebut
berupa semikonduktor, saat mengalami defleksi, akan terjadi perubahan
nilai pada hambatan jenisnya akibat konsetrasi partikel yang berubah [11].
Efek piezoresistive pada sensor differential pressure dimodelkan
seperti pada Gambar II. 7.

12
Gambar II. 7 Pengaplikasian Efek Piezoresistive pada Sensor Differential
Pressure [12]
Berdasarkan Gambar II. 7, dua buah tekanan yang berbeda
menekan pada dua buah sisi membran semikonduktor. Besarnya kedua
tekanan tersebut memengaruhi arah defleksi dari membran sehingga
menentukan nilai hambatan pada sensor tersebut.

II.2.7 Sensor Hall-Effect


Untuk mengukur besarnya aliran yang mengalir pada pipa salah
satunya menggunakan flow sensor. Flow sensor bekerja salah satunya
menggunakan prinsip hall-effect. Cara kerja sensor berjenis hall-effect
yaitu ketika arus yang merambat pada konduktor dan berada didalam
medan magnet, maka tegangan akan dibangkitkan tegak lurus diantara arus
dan konduktor [13]. Prinsip hall-effect dapat dimodelkan seperti pada
Gambar II. 8 dibawah ini.

Gambar II. 8 Prinsip Hall-Effect [13]


Pada sensor hall-effect dengan keluaran digital, output dari sensor
ini berupa keadaan logic saja. Cara kerja dasar dari keluaran sensor ini
berasal dari jenis output analog dimana pada keluarannya diberi shcmitt
trigger yang menyebabkan outputnya berupa keadaan logic. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar II. 9 dibawah ini.

13
Gambar II. 9 Digital Output Hall Effect Sensor [13]

II.2.8 Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan sebuah chip yang telah memiliki
perangkat pheriperal yang terintegrasi didalamnya (built-in) [14].
Keuntungan perangkat peripheral yang dimilikinya antara lain:
o Memiliki waktu proses yang sedikit dan meningkatkan kecepatan
proses.
o Sistem hardware microcomputer tertanam dalam satu buah chip.
o Memangkas ukuran hardware, ukuran PCB, dan meningkatkan
keandalan sistem.
Pada mikrokontroler setidaknya memiliki beberapa fitur, diantaranya:
1. Mikrokontroler memiliki microprocessor, memori (ROM dan
RAM), rangkaian antarmuka I/O dan pheripheral seperti A/D
converter, serial I/O, timer, dll.
2. Memiliki satu atau dua perintah untuk memindahkan data antara
memori dan CPU.
3. Mampu menangani banyak perintah bit.
4. Waktu yang singkat untuk mengakses memori dan perangkat I/O.
5. Memiliki peta memori terpisah untuk data dan kode.
6. Memiliki banyak pin yang multifungsi.

II.2.9 Human Machine Interface (HMI)


Mesin digunakan untuk banyak hal dan mesin selalu dikendalikan
oleh sistem kontrol. Ketika manusia melakukan sesuatu dengan bantuan
mesin, mesin dan manusia harus dapat berkomunikasi dengan cara tertentu
melalui antarmuka. Dengan bantuan grafis antarmuka, manusia dapat
mengetahui mesin tersebut apa dan bagaimana yang harus dilakukan
mesin. Antarmuka tersebut disebut HMI [15].

14
II.2.10 Manometer
Manometer merupakan alat sederhana yang dapat digunakan untuk
mengukur tekanan. Tabung berisi cairan yang diaplikasikan dengan
tekanan gas menyebabkan ketinggian fluida bergeser secara proporsional.
[3]. Pada Gambar II. 10 dapat dilihat bahwa pada manometer berjenis U-
tube pengukuran beda tekanan (differential peressure) ditunjukkan oleh
pergeseran kolom cairan.

Gambar II. 10 U-tube Manometer [3]


Gambar II. 11 di bawah ini merupakan ragam jenis dari tabung
manometer

Gambar II. 11 Macam-macam Jenis Manometer [3]


II.2.11 Motor Servo
Motor servo adalah sebuah motor DC dengan sistem umpan balik
tertutup di mana posisi rotor-nya akan diinformasikan kembali ke
rangkaian kontrol yang ada di dalam motor servo. Motor ini terdiri dari
sebuah motor DC, serangkaian gear, potensiometer, dan rangkaian

15
kontrol. Potensiometer pada motor servo berfungsi untuk menentukan
batas sudut dari putaran servo. Sedangkan sudut dari sumbu motor servo
diatur berdasarkan lebar pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel
motor [16].
Motor servo dikendalikan dengan mengirimkan serangkaian pulsa
melalui jalur sinyal. Frekuensi sinyal kontrol biasanya sebesar 50Hz
sehingga akan menghasilkan pulsa setiap 20ms. Lebar pulsa menentukan
posisi sudut servo dan jenis servo ini biasanya dapat berputar hingga 180
derajat [17].

Gambar II. 12 Ilustrasi Cara Kerja Motor Servo [17]

II.2.12 Catu Daya


Catu daya atau biasa disebut power supplies bekerja dengan
mengubah tegangan ac ke tegangan dc yang stabil. Tegangan dc ini
diperoleh dari serangkaian proses diantaranya dengan memperbaiki
(rectifying) tegangan ac, kemudian menyaring ke tingkat dc (filtering), dan
terakhir meregulasikan tegangan untuk mendapatkan tegangan dc yang
diinginkan [18]. Berikut ini adalah diagram blok dari catu daya.

Gambar II. 13 Diagram Blok Catu Daya [18]


Dari sekian banyak jenis dari catu daya, salah satunya adalah
berjenis switched mode power supplies (SMPS). Terdapat perbedaan yang
mendasar antara power suplai linear dan SMPS. Untuk menurunkan
tegangan, power suplai linear bekerja dengan menurunkan tegangan input
dan menghasilkan tegangan output yang lebih rendah menggunakan mode
rangkaian regulator linear. Mode operasi ini menyebabkan disipasi pada

16
rangkaian regulator. Akibat dari disipasi tersebut, power suplai linear
kurang efisien dan daya yang digunakan lebih besar [19].
Power suplai SMPS menurunkan tegangan dengan cara bekerja
menggunkan peralihan cepat (switching) dari dua kondisi efisien yaitu saat
cutoff dan saturasi. Pada mode ini, tegangan ac dibangkitkan dari input
tegangan dc. Tegangan ac yang dihasilkan berasal dari trafo yang inputnya
merupakan tegangan dc hasil switching semikonduktor. Tegangan ac yang
dihasilkan ini dapat dinaikkan atau diturunkan bergantung pada kecepatan
switching. Hasil tegangan output ac dari trafo kemudian disearahkan
kembali menjadi tegangan dc [19]. Berikut ini adalah gambar digram blok
dari SMPS.

Gambar II. 14 Diagram Blok Switching Mode Power Supply [20]

II.2.13 Pulse Width Modulation (PWM)


Pulse width modulation atau PWM merupakan teknik
menghasilkan nilai analog secara digital “low” dan “high”. Dalam PWM,
dikenal istilah duty cycle yang artinya adalah persentasi sinyal “high”
terhadap sinyal “low” dalam satu clock cycle [16].

17
Gambar II. 15 Pulse Width Modulation (PWM) [16]

II.2.14 Relay
Relay adalah saklar listrik yang digerakkan oleh kumparan
elektromagnet [3]. Sebagai perangkat saklar relay bekerja dalam dua
keadaan yaitu "ON" dan "OFF" tanpa keadaan perantara. Untuk simbol
relay dengan jenis single-pole single-throw (SPST) seperti yang terdapat
pada gambar dibawah ini.

Gambar II. 16 Relay SPST [3]


Pengembangan dari relay jenis SPST adalah relay berjenis single-
pole double throw (SPDT). Desain saklar ini menyediakan set kontak yang
normal terbuka/normally open (NO) dan normal tertutup/normally close
(NC) dalam satu unit yang di digerakkan oleh koil elektromagnet.

18
Gambar II. 17 Relay SPDT [3]
Pengembangan dari relay jenis SPDT adalah relay berjenis double-
pole double throw (DPDT). Desain sakelar ini menyediakan set kontak
yang /normally open (NO) dan normally close (NC) sebanyak dua pasang
dalam satu unit yang di digerakkan oleh koil elektromagnet.

Gambar II. 18 Relay DPDT [3]

II.2.15 Buck Converter


Buck converter adalah salah satu bentuk konverter DC ke DC yang
dapat mengambil input langsung dari sumber DC [21]. Buck converter
merupakan salah satu penerapan tipe dasar pada rangkaian power suplai
SMPS forward mode converter. Forward mode converter dapat dikenali
oleh adanya filter L-C untuk menghasilkan tegangan output DC. Filter L-C
menghasilkan tegangan output DC berdasarkan rata-rata waktu tegangan
input oleh filter L-C. Model ini memvariasikan nilai duty cycle dari input
tegangan gelombang kotak untuk menghasilkan sinyal output berdasarkan
waktu rata-rata tegangan input [19].

19
Gambar II. 19 Penerapan Forward Mode Converter pada Rangkaian
Buck Converter [19]

Gambar II. 20 Rangkaian Buck Converter [21]

20

Anda mungkin juga menyukai