Anda di halaman 1dari 22

1

MODUL 2. MANAJEMEN PENYULUHAN KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN

PENYULUHAN DAN MANAJEMEN PENYULUHAN KESELAMATAN


LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
oleh :

Tri Susila Hidayati MSi


Brasie Pradana SBrA MPd
Joko Siswanto MKom
Suprapto Hadi MT

❖ Pendahuluan

Perilaku berlalu lintas di jalan raya adalah potret kepribadian diri, jika dilakukan
secara massal adalah gambaran citra budaya bangsa. Perilaku berlalu lintas adalah
cerminan budaya masyarakat. Kecelakaan lalu lintas angkutan jalan sering diawali dari
pelanggaran. Fenomena tingginya angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas
angkutan jalan sudah sangat memprihatinkan. Sehingga salah satu alternatif
pemecahan masalah keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah melalui
meningkatan kesadaran masyarakat. Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai
secara efektif melalui penyuluhan yang dikelola secara profesional.

Modul 2 Manajemen Penyuluhan Keselamatan Transportasi Jalan adalah


membahas Hakekat Penyuluhan Keselamatan LLAJ dan Manajemen Penyuluhan
Keselamatan LLAJ. Untuk mempelajari modul 2 ini disediakan Kegiatan Belajar 1 dan
Kegiatan Belajar 2. Pertama, dari Kegiatan Belajar 1 Anda akan memahami proses –
proses pada penyuluhan keselamatan LLAJ dan fungsi manajemen penyuluhan
keselamatan LLAJ. Ke dua, dari Kegiatan Belajar 2 Anda akan memahami identifikasi
dalam manajemen penyuluhan keselamatan LLAJ.

Pada Kegiatan Belajar 1 terdapat 3 kegiatan diskusi yang harus Anda kerjakan.
Kegiatan Belajar 2 Anda mempunyai 1 diskusi dan 3 tugas.
2

KEGIATAN BELAJAR 1

PROSES-PROSES PADA PENYULUHAN DAN MANAJEMEN


PENYULUHAN KLLAJ

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Kompetensi khusus yang diharapkan setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 1 adalah sebagai
berikut :

1. Menjelaskan tentang proses-proses yang terjadi pada penyuluhan keselamatan LLAJ;


2. Melakukan komunikasi penyuluhan persuasif rasional dan emosional;
3. Menjelaskan proses pemberdayaan sasaran penyuluhan keselamatan LLAJ;
4. Melakukan proses komunikasi timbal balik antara penyuluh dan sasaran penyuluhan
keselamatan LLAJ;
5. Menjelaskan fungsi manajemen penyuluhan keselamatan LLAJ.

A. Proses-proses Pada Penyuluhan KLLAJ


Penyuluhan pada dasarnya adalah tindakan komunikasi yang memiliki tujuan.
Untuk mencapai tujuan tidak dapat dilakukan melalui tindakan yang sekenanya,
melainkan harus didasari pengorganisasian tindakan secara sistematis dan strategis.
Penyuluhan yang efektif dapat mempengaruhi perilaku pengguna jalan serta
meningkatkan kesadaran akan hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan di jalan.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan membutuhkan sentuhan manajemen
yakni kemampuan merancang, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi suatu
program kegiatan secara rasional, realistis, efisien dan efektif.
Penyuluhan KLLAJ terkandung proses-proses: 1) Proses komunikasi persuasif oleh
penyuluh keselamatan LLAJ, 2) Proses pemberdayaan sasaran penyuluhan keselamatan
LLAJ, 3) Proses komunikasi timbal balik antara penyuluh dan sasaran penyuluhan.

1. Proses Komunikasi Persuasif oleh Penyuluh KLLAJ.


Istilah persuasi (persuasion) bersumber dari perkataan latin, persuasio, yang kata
kerjanya adalah persuader, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Seorang
penyuluh harus memiliki kemampuan komunikasi persuasif rasional maupun emosional.
Persuasi pada sasaran penyuluhan KLLAJ dapat dilakukan baik secara rasional maupun
emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat
dipengaruhi. Aspek-aspek yang dipengaruhi dapat berupa ide ataupun konsep,
3

sehingga pada orang tadi terbentuk keyakinan ( belief) (Mar'at, 1982 dalam Prof. Dr.
Soleh Soemirat, M. Si. 2014 ). Secara skematik, proses yang terjadi dapat dijelaskan
sebagai berikut
Proses Rasional

Perhatian mengerti menerima keyakinan

Sumber: Mar'at, 1982:36 dalam Prof. Dr. Soleh Soemirat, M. Si, 2014

Persuasi pada sasaran penyuluhan yang dilakukan secara emosional, biasanya


menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional
seseorang. Melalui cara ini, aspek simpati dan empati seseorang digugah, sehingga
muncul proses senang pada diri orang yang dipersuasi ( the liking process). (Mar'at
1982 dalam Prof. Dr. Soleh Soemirat, M. Si 2014). Proses persuasi secara emosional
dapat digambarkan sebagai berikut.
Proses Emosional

Perhatian Empati menerima minat

Sumber: Mar'at, 1982:36 dalam Prof. Dr. Soleh Soemirat, M. Si 2014

DISKUSI 1 : Jika Anda seorang penyuluh keselamatan LLAJ, bagaimana Anda


memberikan penyuluhan kepada sekelompok massa homogen (boleh pilih), berikan
contoh yang melibatkan proses komunikasi persuasif rasional dan emosional.

2. Proses Pemberdayaan Sasaran Penyuluhan KLLAJ


Penyuluhan KLLAJ dalam makna pemberdayaan masyarakat selaku pengguna
jalan (road user) mengisyaratkan bahwa pengguna jalan adalah masyarakat yang
mampu mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan potensi sumber daya yang ada
di sekitar mereka. Dengan potensi tersebut pengguna jalan diharapkan mampu
mengubah pola berpikirnya tentang perilaku KLLAJ yang biasa dilakukan ke arah
perilaku KLLAJ yang lebih baik. Sehingga mempercepat pembangunan budaya KLLAJ.
4

Hal ini berarti penyuluhan KLLAJ dapat dikatakan sebagai bentuk pendidikan kepada
pengguna jalan dan keluarganya selaku anggota masyarakat.
Makna pemberdayaan menurut kamus Oxford dari kata empower sinonim dengan
memberi daya atau kekuasaan kepada. Ada dua citra pemberdayaan, yaitu:
(1) yang memberi manfaat baik kepada pihak yang memberi kuasa maupun
kepada pihak yang mendapat kuasa. Tipe inilah yang disebut sebagai
pemberdayaan (empowerment);
(2) kekuasaan didapat oleh pihak yang sebelumnya tidak berkuasa melalui
perjuangan sendiri. Hal ini disebut sebagai “ self-empowerment” atau
pemberdayaan sendiri.
Seorang penyuluh KLLAJ memiliki kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Pemberdayaan masyarakat tentang KLLAJ mencakup peningkatan kesadaran yang
mencakup perubahan struktur dan tata nilai KLLAJ yang berkembang. Elemen
kesadaran dan pertimbangan yang tinggi dari kedua belah pihak yang terlibat, didapat
dari (win win solution) yang menyediakan kesempatan bagi kemajuan untuk hidup
lebih sejahtera bagi semua masyarakat yang terlibat.
Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat
mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) mampu
mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. Oleh karena itu,
memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk (terus menerus) meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang sangat rendah perilaku KLLAJ dan sulit
berubah menjadi lebih baik. Mereka terperangkap pada keterbelakangan pengetahuan
KLLAJ dan terperangkap dalam kebiasaan perilaku buruk KLLAJ. Bentuk, jenis dan cara
pemberdayaan masyarakat atau penguatan masyarakat ( strengthening community)
sangat beragam, yang hanya berwujud jika ada kemauan mengubah struktur
masyarakat. Oleh karena itu, usaha untuk mengentaskan masyarakat dari lembah
ketidakberdayaan secara hakiki pekerjaan tersebut sama sulitnya dengan usaha
memberdayakan mereka. Tugas itu bukanlah pekerjaan mudah yang bersifat instant
(segera dapat dilihat hasilnya), melainkan harus butuh waktu, perencanaan yang
holistik, tenaga dan biaya serta kebijakan yang berpihak pada kaum tersebut dan
keluarganya. Perencanaan yang holistik dalam pengentasan keterbelakangan budaya
KLLAJ diutamakan ke.arah struktur sosial masyarakat melalui proses partisipasi,
sehingga masyarakat dapat mengetahui segala aspek yang direncanakan untuk
meningkatkan keberdayaan mereka dan terbebas dari keterbelakangan.
5

CONTOH MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DALAM PENYULUHAN KLLAJ :


1. Event pemilihan pelajar pelopor. Semua peserta yang menang maupun kalah dalam lomba
diberdayakan menjadi penyuluh atau agen perubahan di sekolahnya masing-masing tentang
perilaku keselamatan berlalu lintas;
2. Bimbingan teknis SALUD (sadar lalu lintas usia dini) memiliki sasaran guru-guru PAUD. Guru
PAUD lulusan bintek diberdayakan menjadi penyuluh untuk guru-guru satu komunitas dan para
orang tua murid selain membelajarkan SALUD pada anak-anak PAUD.

Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mengubah pembiasaan dan kebiasaan


perilaku yang salah atau melanggar dalam berlalu lintas angkutan jalan adalah tidak
mudah. Contoh perilaku yang sudah menjadi kebiasaan : 1) sudah disediakan zebra
cross atau jembatan penyeberangan orang (JPO) tetapi pejalan kaki masih lebih suka
menyeberang di tempat lain dengan alasan agak jauh atau malas berjalan menuju
fasilitas penyeberangan tersebut, 2) melebihi batas kecepatan walaupun sudah ada
rambu batas kecepatan, 3) tidak menggunakan APD ketika berkendara, 4)
menggunakan HP ketika mengemudi, 5) melebihi batas muatan, 6) modifikasi
kendaraan yang tidak mengindahkan keselamatan, 7) trotoar disalah gunakan untuk
berjualan dan parkir, 8) pejalan kaki menyebrang dengan berlari dll.

DISKUSI 2 : Sebagai seorang penyuluh keselamatan harus jeli mengamati kebiasaan perilaku
salah atau melanggar para pengguna jalan sehingga membahayakan keselamatan pengguna
jalan yang lain. Berikan contoh perilaku yang salah atau melanggar tersebut dan berikan
penjelasan mengapa dapat membahayakan bagi diri sendiri dan pengguna jalan yang lain.

Upaya-upaya pembangunan budaya KLLAJ seringkali menghadapi kendala-kendala


yang sangat besar, antara lain 1) kemauan untuk mau berubah masyarakat yang masih
sangat rendah, 2) masih adanya praktek pembiaran penggunaan fasilitas pejalan kaki
seperti trotoar untuk pedagang kaki lima dan tempat parkir, 3) tingkat kepedulian
kepada keselamatan diri dan orang lain masih rendah atau ego pribadi yang masih
tinggi, 4) masih lemahnya penegakan hukum, 5) kemudahan kepemilikan atau
pembelian kendaraan, dll.

DISKUSI 3 : Berikan contoh hal hal yang menjadi hambatan perkembangan


budaya K LLAJ
6

Pembangunan infra struktur jalan sudah merambah sampai ke pedesaan, maka


diperlukan percepatan pembangunan budaya KLLAJ. Pendekatan pemberdayaan
masyarakat dalam pembangunan budaya KLLAJ mengandung makna bahwa
masyarakat pengguna jalan ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari
proses mencari solusi dari masalah tingginya pelanggaran dan kecelakaan berlalu lintas
dan meraih hasil pembangunan budaya keselamatan yakni rendahnya angka
pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas angkutan jalan bahkan jika bisa zero accident.
Dengan demikian masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian dalam
mengatasi masalah yang mereka dihadapi. Karena masyarakat tidak menyadari jika
tingginya angka pelanggaran dan kecelakaan adalah masalah mereka sendiri.
KLLAJ dapat ditingkatkan dengan mengupayakan perubahan perilaku pengguna
jalan, yaitu melalui penanganan yang bertujuan untuk mengubah perilaku yang tidak
aman (unsafe behavior) menjadi perilaku yang aman (safe behavior). Dibutuhkan
penyuluhan dengan memberdayakan masyarakat selaku pengguna jalan. Penyuluhan
dengan pemberdayaan seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia terutama dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat untuk
mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Untuk itu diperlukan manajemen
penyuluhan KLLAJ untuk mencapai tujuan penyuluhan keselamatan baik skala kecil,
skala daerah maupun skala nasional.

3. Proses Komunikasi Timbal Balik Antara Penyuluh dan Sasaran


Penyuluhan Keselamatan LLAJ
Penyuluhan KLLAJ adalah proses komunikasi dari penyuluh KLLAJ selaku
sumber/komunikator dengan sasaran penyuluhan KLLAJ selaku komunikan. Sebagai
respons dari pengertian yang diterima, sasaran mengirim kembali informasi kepada
sumber. Informasi balik ini dalam komunikasi sering disebut umpan balik ( feed back).
Dengan adanya umpan balik (feed back) yang disampaikan oleh sasaran maka sumber
(dalam hal ini adalah penyuluhan keselamatan LLAJ ) dapat menilai atau mengetahui
apakah sudah terjadi saling pengertian ( mutual understading ) tentang
pesan (mesagge) atau tujuan komunikasi tersebut. Umpan balik ( feed back) sangat
bermanfaat bagi penyuluh untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dalam proses
komunikasi sampai tujuan komunikasi dapat tercapai secara baik.
Kesamaan persepsi ini dapat terwujud kalau pelaku-pelaku dalam komunikasi
(sumber dan sasaran) memiliki kesamaan dalam pengalaman. Seseorang akan memiliki
persepsi yang berbeda dengan orang lain tentang sesuatu hal, apabila berbeda
7

pengalamannya tentang hal tersebut. Adanya perbedaan persepsi inilah yang


sebenarnya menimbulkan akibat tidak adanya saling pengertian tentang pesan yang
disampaikan, sehingga tujuan dari proses komunikasi tidak terwujud. Dengan adanya
proses interaksi dimana para pelaku berkomunikasi dan saling tukar –menukar
(mengirim dan menerima) informasi serta pengalaman inilah maka kesamaan persepsi
dan saling pengertian dapat terjadi, artinya dalam keadaan inilah sesungguhnya proses
komunikasi telah berlangsung secara efektif.
Komunikasi akan dapat terjadi secara efektif apabila sumber dan sasaran berada
dalam suatu sistem yang serupa. Misalnya bila si A berbicara kepada si B
(berkomunikasi), maka A dan B pada saat itu ada dalam sistem yang sama. Bila A
berbicara dalam bahasa Indonesia, maka B yang diajak bicara harus mengerti bahasa
indonesia. Bila pengguna jalan tidak dapat berbahasa Indonesia dan hanya mengerti
bahasa daerah, maka penyuluh harus belajar menggunakan bahasa daerah mereka.
Bila pengguna jalan tidak dapat menulis dan membaca, penyuluh harus menggunakan
gambar atau lukisan-lukisan atau lambang-lambang lainnya yang mudah di mengerti
oleh mereka.

B. Manajemen Penyuluhan KLLAJ


Arti kata manajemen menurut John F MEE dalam Nina Rahmayanti (2013),
manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang
minimal demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal bagi
pimpinan maupun pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada
masyarakat. Dengan kata lain, dalam manajemen ada suatu usaha dengan efektivitas
dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal.
Nugraha, MQ (2009 : 1.2), manajemen strategik adalah proses yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas keputusan-
keputusan dan tindakan -tindakan dalam suatu organisasi publik atau organisasi yang
berkaitan dengan perlunya penerapan strategi. Manajemen strategik senantiasa
diperlukan oleh suatu organisasi publik, dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa
tujuan-tujuan organisasi akan dapat dicapai secara tepat waktu dan tepat sasaran.
Praktik manajemen dalam kegiatan penyuluhan KLLAJ bukanlah hal baru. Sebuah
kegiatan penyuluhan KLLAJ selalu meliputi tahapan perencanaan, pengarahan,
pelaksanaan hingga evaluasi. Berbagai tahapan tersebut dikenal dengan istilah
manajemen penyuluhan KLLAJ yakni proses pengelolaan kegiatan penyuluhan KLLAJ
secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan dimasukkannya unsur manajerial
dalam pengelolaan penyuluhan KLLAJ diharapkan peluang keberhasilan pencapaian
tujuan penyuluhan KLLAJ menjadi lebih terbuka dan lebih besar.
8

Pengertian manajemen penyuluhan dan manajemen sumber daya manusia


memiliki arti yang hampir sama tetapi dalam manajemen penyuluhan terdapat
kompleksitas dalam sasarannya. Dalam manajemen Sumber Daya Manusia lebih
menekankan kepada orang atau individunya saja, sedangkan dalam manajemen
penyuluhan bukan hanya menekankan pada orang atau individunya saja tetapi lebih
kepada proses yang dimulai dari proses perencanaan sampai evaluasi dan dalam
pelaksanaannya dibutuhkan personal yang dapat melakukan fungsi manajerial.
Manajemen penyuluhan KLLAJ memiliki empat fungsi yang paling penting yaitu
planning, organizing, actuating, dan controlling :
1) Perencanaan ( Planning ) : disebut juga tahap penyusunan desain
penyuluhan KLLAJ yang meliputi langkah : 1) Identifikasi : Penelitian untuk
menentukan sasaran dan kebutuhan penyuluhan KLLAJ, 2) Menyusun profil
kelompok sasaran penyuluhan KLLAJ, 3) Menentukan tujuan penyuluhan
KLLAJ, 4) Menentukan materi penyuluhan KLLAJ, 5) Menentukan bentuk
komunikasi penyuluhan KLLAJ, 6) Menentukan media komunikasi penyuluhan
KLLAJ, 7) Menyusun skenario stau rencana kegiatan penyuluhan KLLAJ, 8)
Rencana anggaran biaya penyuluhan KLLAJ, 9) Rencana monitoring evaluasi;
2) Pengorganisasian ( Organizing ) : Penentuan sumber daya dan kegiatan yang
dibutuhkan untuk penyuluhan KLLAJ, menyusun organisasi atau kelompok
kerja, penugasan wewenang dan tanggung jawab serta koordinasi.
3) Pengarahan ( Actuating ) : Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk
mengarahkan sasaran mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya.
4) Pengawasan ( Controlling ) : Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan,
dan pengambilan tindakan korektif.
Rincian siklus kegiatan manajemen penyuluhan keselamatan LLAJ dapat dilihat
pada Gambar II.1.

Gambar II.1. Siklus Kegiatan Manajemen


9

KEGIATAN BELAJAR 2

IDENTIFIKASI DALAM MANAJEMEN PENYULUHAN KLLAJ

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Kompetensi khusus yang diharapkan setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 2


adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan manfaat identifikasi untuk penyuluhan keselamatan LLAJ


2. Membedakan data primer dan data sekunder penyuluhan keselamatan LLAJ
3. Menjelaskan manfaat data kecelakaan dan data pelanggaran untuk
kegiatan penyuluhan keselamatan LLAJ
4. Menyusun hasil identifikasi masalah keselamatan keselamatan LLAJ

Penyuluhan KLLAJ yang efektif dapat mempengaruhi perilaku pengguna jalan


serta meningkatkan kesadaran akan hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan di
jalan. Penyuluhan KLLAJ mempunyai potensi efektivitas sangat tinggi, karena dapat
menjangkau masalah KLLAJ bagi khalayak yang cukup luas dengan menggunakan
media serta bahan-bahan terkait. Namun, penyuluhan KLLAJ dapat pula memubazirkan
sumber-sumber yang tersedia apabila tidak dilaksanakan dengan perencanaan yang
matang. Untuk itu dibutuhkan manajemen penyuluhan KLLAJ. Seperti yang sudah
dijelaskan pada kegiatan belajar sebelumnya, manajemen penyuluhan memiliki empat
fungsi yang paling penting yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling .

Perencanaan ( Planning ) Penyuluhan KLLAJ yang matang sangat mendukung


tercapainya tujuan penyuluhan KLLAJ. Tahap perencanaan disebut juga tahap
penyusunan desain penyuluhan KLLAJ. Dalam menyusun desain penyuluhan KLLAJ
dibutuhkan tahapan sebagai berikut :
10

1) Identifikasi : Penelitian untuk menentukan sasaran dan materi penyuluhan


KLLAJ;
2) Menyusun profil kelompok sasaran penyuluhan KLLAJ;
3) Menentukan tujuan penyuluhan KLLAJ;
4) Menentukan materi penyuluhan KLLAJ;
5) Menentukan bentuk komunikasi penyuluhan KLLAJ;
6) Menentukan media komunikasi penyuluhan KLLAJ;
7) Menyusun skenario atau rencana kegiatan penyuluhan KLLAJ;
8) Menyusun rencana anggaran biaya (RAB);
9) Rencana monitoring dan evaluasi.

Kegiatan Belajar 2 modul ini membahas langkah identifikasi untuk mengawali


tahap perencanaan penyuluhan KLLAJ. Penyuluhan KLLAJ bertujuan untuk membentuk
atau mengubah perilaku KLLAJ yang tidak benar menjadi benar atau mengurangi
perilaku manusia yang membahayakan keselamatan di jalan. Agar penyuluhan KLLAJ
dapat membawakan pesan yang tepat, maka perlu diadakan identifikasi sifat dan
karakteristik permasalahan keselamatan jalan. Permasalahan KLLAJ masing-masing
daerah tentunya berbeda-beda. Secara umum, pengertian identifikasi adalah suatu
tindakan atau proses meneliti, mencari, menemukan, mencatat informasi dan data
mengenai sesuatu, fakta, atau seseorang.
Identifikasi masalah KLLAJ adalah titik awal dari persiapan sebuah penyuluhan
KLLAJ. Alasan pentingnya dilakukan identifikasi masalah, pertama, antara lain untuk
membuat skala prioritas program penyuluhan KLLAJ dengan topik apa yang lebih
didahulukan. Kedua, untuk memberikan bukti yang menguatkan alasan bagi
penyelenggara program bahwa program penyuluhan KLLAJ ini harus dilakukan dan
didukung oleh berbagai pihak. Masalah yang teridentifikasi dapat dijadikan sebagai data
dasar untuk membuktikan apakah sosialisasi yang dilakukan dapat merubah sesuatu ke
arah positif atau tidak.
Identifikasi sasaran penyuluhan KLLAJ penting dilakukan untuk mendapatkan fokus
kepada siapa penyuluhan ditujukan. Efeknya terletak pada aspek efektivitas dan
11

efisiensi. Sasaran yang tepat dapat digunakan sebagai prediksi penggunaan media
sosialisasi yang tepat juga. Identifikasi sasaran penyuluhan KLLAJ pada dasarnya
merupakan rangkaian dari proses identifikasi masalah KLLAJ.

DISKUSI 1 :

Apa saja manfaat identifikasi bagi kegiatan penyuluhan keselamatan LLAJ ?

Proses identifikasi masalah KLLAJ dapat dilakukan dengan data dan kegiatan
analisis sederhana. Ada dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang digali oleh peneliti secara langsung dari nara sumber atau
objek yang diteliti dengan melakukan wawancara atau observasi. Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari peneliti dari sumber informasi yang telah tersedia seperti
dokumen, buku atau sumber kepustakaan lainnya.
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya
berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data primer
dan data sekunder, dapat pula digolongkan menurut jenisnya sebagai data
kuantitatif yang berupa angka-angka dan data kualitatif yang berupa kategori-
kategori. Data sekunder dalam rangkai identifikasi untuk menemukan masalah dan
sasaran penyuluhan KLLAJ adalah : 1) data kecelakaan, 2) data pelanggaran, ,
dan lain-lain
a. Data kecelakaan.
Data kecelakaan dianalisis untuk dapat mengidentifikasikan sifat dan
karakteristik permasalahan, serta kelompok pengguna jalan yang akan menjadi
sasaran penyuluhan keselamatan LLAJ. Data kecelakaan memberikan suatu
gambaran umum, serta indikasi tentang kelompok pengguna jalan, jenis kelamin
ataupun kelompok umur yang paling rawan kecelakaan. Data kecelakaan dapat
digunakan sebagai titik awal, dan akan cukup memadai apabila tersedia data rinci,
karena mungkin saja ada hambatan untuk menggunakan data lain. Data
12

kecelakaan tiga tahun yang lampau pada umumnya dapat diterima sebagai
indikasi permasalahan.

TUGAS 1 : temukan data kecelakaan 3 tahun terakhir . Boleh dipilih data tingkat nasional,
tingkat propinsi atau tingkat daerah. Kemudian pilih sasaran penyuluhan, rumusan profil
sasaran, rumusan tujuan penyuluhan keselamatan LLAJ

Sayangnya data kecelakaan seringkali tidak lengkap, dan besar


kemungkinan tidak dapat memberikan pengertian yang jelas tentang wilayah yang
merupakan prioritas ataupun sebab-sebab di belakang kecelakaan tersebut (yang
diperlukan bagi penentuan langkah-langkah untuk menghindari kejadian yang
sama). Data kecelakaan juga tidak akan memberikan gambaran mengenai
persepsi orang tentang masalah keselamatan jalan.
b. Data Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas yang dimaksud adalah pelanggaran yang
sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 yang
berbunyi : 1) Berperilaku tertib dan/atau 2) Mencegah hal-hal yang dapat
merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan
jalan atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan. Dalam konteks ini pengguna
jalan dikatakan melanggar apabila tidak berperilaku tertib di ruang lalu lintas
sehingga dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas
angkutan jalan.
Ketertiban berlalu lintas merupakan salah satu perwujudan disiplin nasional
yang merupakan cermin budaya bangsa dalam menggunakan ruang lalu lintas,
oleh sebab itu setiap insan pengguna ruang lalu lintas wajib turut
mewujudkannya. Generasi muda harus dapat menjadi contoh dalam menjalankan
peraturan pemerintah agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
ada. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran lalu lintas maka masyarakat
diharapkan dapat mengetahui dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Berbagai jenis pelanggaran lalu lintas di
antaranya :
13

1) Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi dan


membahayakan pengguna jalan lain;
2) Melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan fungsi rambu lalu
lintas, marka dan lain-lain (Pasal 275 Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan);
3) Mengemudikan kendaraan bermotor umum dalam trayek tidak singgah
di terminal (Pasal 276 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
4) Mengemudikan kendaraan bermotor tidak dilengkapi peralatan berupa
ban cadangan, pertolongan pertama pada kecelakaan dan lain-lain
(Pasal 278 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
5) Mengemudi kendaraan bermotor yang dipasangi perlengkapan yang
dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas (Pasal 279 Undang-
Undang lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
6) Mengemudikan kendaraan bermotor tidak dipasangi tanda nomor
ditetapkan Kepolisian Republik Indonesia (Pasal 280 Undang-Undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
7) Mengemudikan kendaraan bermotor tanpa menggunakan Surat Izin
Mengemudi (Pasal 281 Undang-Undang lalu Lintas dan Angkutan
Jalan);
8) Pengguna jalan tidak patuh perintah yang diberikan petugas POLRI
(Pasal 282 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
9) Mengemudikan kendaraan bermotor secara tidak wajar dan melakukan
kegiatan lain, dipengaruhi suatu keadaan dan dapat mengakibatkan
gangguan konsentrasi dalam mengemudi jalan (Pasal 283 Undang-
Undang Lalu Lintad dan Angkutan Jalan);
10) Mengemudi kendaraan bermotor tidak mengutamakan keselamatan
pejalan kaki atau pesepeda (Pasal 284 Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan);
14

11) Mengendarai kendaraan bermotor tidak memenuhi persyaratan teknis


dan layak jalan yang meliputi kaca spion, klakson, dll (Pasal 285
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
12) Mengemudikan kendaraan bermotor melanggar rambu lalu lintas dan
marka jalan (Pasal 287 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan);
13) Mengemudikan kendaraan bermotor tidak dilengkapi Surat Tanda
Nomor Kendaraan, tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi,
dan tidak dilengkapi surat keterangan uji berkala dan tanda uji berkala
(Pasal 288 Undang-Undang lalu lintas dan Angkutan Jalan);
14) Mengemudikan kendaraan bermotor penumpang yang ada di samping
tidak mengenakan sabuk pengaman (Pasal 289 Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan);
15) Mengemudikan dan menumpang kendaraan bermotor tidak
mengenakan sabuk keselamatan dan menggunakan helm (Pasal 290
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
16) Mengendarai sepeda motor tidak mengenakan helm Standar Nasional
Indonesia (Pasal 291 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
17) Mengendarai sepeda motor tanpa kereta samping mengangkut lebih
dari satu orang (Pasal 292 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan);
18) Mengemudikan kendaraan bermotor tanpa menyalakan lampu utama
pada siang hari dan malam hari pada kondisi tertentu (Pasal 293
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
19) Mengemudikan kendaraan nermotor yang akan belok atau balik arah
tanpa memberi isyarat dengan lalu atau tangan (Pasal 294 Undang-
Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan)
20) Mengemudikan kendaran bermotor yang akan pindah jalur atau
bergerak ke samping tanpa memberi isyarat (Pasal 295 Undang-Undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
15

21) Mengemudikan kendaraan bermotor di perlintasan kereta api pada saat


alarm sudah berbunyi dan palang pintu sudah ditutup (Pasal 296
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
22) Mengemudikan kendaraan bermotor berbalapan di jalan (Pasal 297
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
23) Mengemudikan kendaraan bermotor tidak memasang segitiga
pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya atau isyarat lain pada saat
berhenti parkir atau darurat (Pasal 298 Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan);
24) Mengendarai kendaraan tidak bermotor berpegang pada kendaraan
bermotor untuk ditarik, atau menarik benda (Pasal 299 Undang-Undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
25) Tidak menggunakan lajur yang telah ditentukan lajur kiri, tidak
menghentikan kendaraan saat menaikkan penumpang, tidak menutup
kendaran selama perjalanan (Pasal 300 Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan);
26) Mengendarai kendaraan bermotor angkutan barang yang tidak
menggunakan kelas jalan (Pasal 301 Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan).
27) Mengendarai kendaraan bermotor umum berhenti selain di tempat yang
ditentukan, mengerem mendadak, menurunkan penumpang selain di
tempat pemberhentian (Pasal 302 Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan);
28) Mengemudikan mobil barang untuk mengangkut orang (Pasal 303
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
29) Mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang
menaikkan dan menurunkan penumpang lain di sepanjang jalan (Pasal
304 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
16

30) Mengemudikan kendaraan bermotor yang mengangkut barang khusus


yang tidak dipenuhi ketentuan (Pasal 305 Undang-Undang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan);
31) Mengemudikan kendaraan bermotor angkutan umum barang yang tidak
mematuhi tata cara muatan, daya angkut dan dimensi kendaraan (Pasal
306 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
32) Mengemudikan kendaraan angkutan barang yang tidak dimuati surat
muatan dokumen perjalanan (Pasal 307 Undang-Undang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan);
33) Orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memiliki
izin angkutan orang dalam trayek, angkutan orang tidak dalam trayek,
angkutan barang khusus dan alat berat, dan menyimpang dari izin
(Pasal 308 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan);
34) Tidak mengasuransikan tanggung jawabnya untuk mengganti rugi
penumpang, barang, pihak ketiga (Pasal 309 Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan);
35) Tidak mengasuransikan awak kendaraan dan penumpang (Pasal 313
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

Dari uraian di atas pelanggaran lalu lintas adalah suatu perbuatan atau
tindakan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
lalu lintas dan angkutan jalan. Perbuatan atau tindakan yang bertentangan
dengan ketentuan undang-undang ini biasanya suatu perbuatan yang dalam
pemenuhan akibat hukumnya dikenakan sanksi yang berupa sanksi administrasi,
denda maupun kurungan. Pelanggaran lalu lintas angkutan jalan dapat diartikan
juga sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang
berperan sebagai pengguna jalan (pengemudi kendaraan, pengendara sepeda
atau sepeda motor, pejalan kaki, dll) yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan lalu lintas yang berlaku. Dan pelanggaran - pelanggaran
tersebut dapat berpotensi bahaya untuk diri sendiri atau orang lain.
17

Data pelanggaran lalu lintas angkutan jalan di tingkat nasional, propinsi atau
daerah dapat dijadikan acuan untuk identifikasi masalah keselamatan LLAJ. Dari
kegiatan menganalisis data pelanggaran lalu lintas dapat dipilih skala prioritas
sasaran penyuluhan KLLAJ, dapat digunakan untuk merumuskan tujuan
penyuluhan KLLAJ, menyusun materi keselamatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan penyuluhan KLLAJ.

TUGAS 2 : temukan data pelanggaran lalu lintas di daerah Anda, pilih sasaran penyuluhan,
rumuskan profil sasaran dan tujuan penyuluhan keselamatan LLAJ

2. Data primer
Data primer adalah data utama atau data pokok yang digunakan dalam penelitian.
Data pokok dapat dideskripsikan sebagai jenis data yang diperoleh langsung dari
tangan pertama subjek penelitian atau responden atau informan. Perkecualian pada
riset kuantitatif. Data Primer dapat juga didefinisikan data yang diperoleh langsung dari
subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer ini disebut
juga dengan Data Tangan Pertama. Pengertian Data primer yang lain adalah sumber
data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa
wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi
dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda).
Untuk mendapatkan data primer tentang perilaku keselamatan LLAJ dapat
dilakukan survei dengan pengamatan secara langsung misalnya di ruas jalan atau
simpang bersinyal atau tidak bersinyal yang merupakan ruas jalan wajah kota atau
simpang wajah kota. Sebagai contoh survei yang dilakukan oleh Taruna/i PKTJ di
simpang bersinyal wajah kota Tegal.
18

Gambar 1. Hasil Survei Pelanggaran Sepeda Motor Di Jl Brigjend Katamso Kota


Tegal

Gambar 2. Hasil Survei Pelanggaran Kendaraan Ringan Di Jl Brigjend Katamso


Kota Tegal
19

Gambar 3. Hasil Survei Pelanggaran Kendaraan Berat Di Jl Brigjend Katamso


Kota Tegal

Gambar 4. Hasil Survei Pelanggaran Pejalan Kaki Di Jl Brigjend Katamso Kota


Tegal
20

Gambar 5. Hasil Survei Pelanggaran Kendaraan Tidak Bermotor Di Jl Brigjend


Katamso Kota Tegal

Gambar 1 sampai 5 tersebut adalah contoh hasil identifikasi melalui kegiatan


survei langsung ke lapangan di suatu ruas jalan yang menggambarkan perilaku
masyarakat dalam berlalu lintas. Perilaku yang sehari-hari yang menjadi kebiasaan
dan secara massal dilakukan oleh generasi tua dan muda serta anak-anak adalah
gambaran budaya keselamatan berlalu lintas dari masyarakat kita. Gambar 1 adalah
hasil identifikasi untuk pelanggaran pengendara sepeda motor. Pelanggaran
terbanyak adalah penggunaan helm, melanggar berhenti di stop line dan melanggar
lalmpu merah. Dari hasil identifikasi ini pengendara sepeda motor dapat dijadikan
sasaran penyuluhan keselamatan LLAJ. Topik penyuluhan bisa dipilih tentang tata
cara berkendara sepeda motor dengan penekanan materi helm, atau topik marka
dan rambu di simpang bersinyal.

Gambar 2 adalah hasil identifikasi pelanggaran kendaraan ringan. Perilaku


melanggar yang ditemukan adalah tidak menggunakan sabuk pengaman dan
menggunakan hand phone saat mengemudi. Gambar 3 menggambarkan perilaku
melanggar kendaraan berat yaitu tidak menggunakan sabuk pengaman dan
pengemudi merokok. Dari gambaran tersebut pengguna jalan pengemudi kendaraan
roda empat dapat menjadi sasaran penyuluhan. Akan tetapi sasaran penyuluhan
21

dipilih lagi atau dikelompokkan lagi agar homogen sehingga memudahkan


komunikasi penyuluhan. Contoh homogenitas sasaran penyuluhan misalnya :
pengemudi angkutan umum, pengemudi wanita, bapak-bapak pegawai pemerintah
daerah, dan lain-lain.

Gambar 4 adalah hasil identifikasi perilaku melanggar dari pengguna jalan


pejalan kaki. Kasus yang ditemukan adalah pejalan kaki tidak menggunakan zebra
cross saat menyebrang jalan dan tidak menggunakan trotoar karena trotoar banyak
pedagang kaki lima dan parkir sepeda motor. Gambar 5 adalah pelanggaran
pengguna jalan kendaraaan tidak bermotor seperti sepeda, becak. Pelanggaran
yang dilakukan adalah berhenti menunggu lampu merah di tengah atau melewati
stop line, parkir di bahu jalan, menerobos lampu merah. Pejalan kaki juga dapat
dijadikan pilihan sasaran penyuluhan.

Dari gambaran tersebut dapat menjadi lebih dipahami tentang hasil identifikasi.
Dari hasil identifikasi dapat ditemukan masalah KLLAJ, pengguna jalan yang menjadi
skala prioritas sasaran penyuluhan, topik penyuluhan yang dibutuhkan. Sehingga
memudahkan langkah berikutnya dalam menyusun desain penyuluhan keselamatan
LLAJ.

TUGAS 3:

Lakukan identifikasi pelanggaran keselamatan LLAJ yang banyak berkembang di


daerah Anda. Sebutkan nama daerahnya. Boleh menyangkut semua pilar
keselamatan . Sajikan data-datanya, temukan pelanggaran lalu lintas angkutan jalan,
temukan sasaran penyuluhan, temukan materi penyuluhan yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
22

Rahmayanti, Nina. 2013. Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soemirat, Soleh dan Asep Suryana. 2014. Komunikasi Persuasif. Jakarta : Penerbit
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai