Anda di halaman 1dari 19

NAMA : RAHMAD ADITHYA ZULKARNAIN

NIM : D1A019485

SEJARAH DAN RUANG LIANGKUP KAJIAN ANTROPOLIGI


Penjelasan Adat Istiadat :
Setiap wilayah memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Adat tersebut biasanya memuat
nilai dan norma yang harus dijunjung tinggi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-
nilai yang dimuat berupa nilai agama, sosial, budaya, dan lainnya.
Adat istiadat merupakan aturan atau tata kelakuan yang dihormati dan dipatuhi oleh
masyarakat secara turun temurun. Fungsinya untuk mengatur masyarakat agar tercipta ketertiban
di suatu daerah.
Secara etimologi, kata adat sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni “adah” yang artinya cara atau
kebiasaan. Dalam hal ini, adat diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan berulang sehingga
menjadi kebiasaan yang harus dipatuhi masyarakat di suatu lingkungan.
Adat istiadat memiliki beberapa unsur pembentuk, yaitu nilai budaya yang dianggap
penting oleh masyarakat, sistem norma, sistem hukum yang tegas, dan aturan khusus yang
bersifat mengikat masyarakat.
Berdasarkan bentuknya, adat istiadat dapat dibedakan menjadi tertulis dan tidak tertulis.
Adat tertulis biasanya berupa penataran desa. Kemudian, adat tidak tertulis dapat berupa upacara
adat seperti ngaben di Bali atau acara sesajen pada masyarakat Jawa.
Meskipun tidak tertulis, adat istiadat tetap memiliki pengaruh yang kuat dan mengikat untuk
masyarakat. Jika ada yang melanggar, akan ada sanksi sebagai hukumannya. Biasanya, sanksi
tersebut berupa sanksi sosial seperti pengucilan dari masyarakat.
Orientasi nilai budaya atau yang bisa juga disebut sebagai sistem nilai budaya adalah
konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat yang berkaitan dengan
apa yang diinginkan, pantas, dan berharga, yang mempengaruhi individu yang memiliki dan
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Lalu, apa perbedaan antara orientasi nilai budaya tersebut dengan sikap mental? Menurut
Koentjaraningrat, sikap mental (attitude) merujuk pada individu dan nantinya secara sekunder
kepada masyarakat. Sikap merupakan suatu disposisi atau keadaan mental seseorang untuk
bereaksi terhadap lingkungannya. Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia (HK).
A.Hidup itu buruk.
Hidup itu ditanggapi oleh manusia sebagai hal yang buruk jika manusia tersebut
mengalami kesulitan atau kegagalan dalam hidupnya dan berpendapat bahwa hidup itu
negatif.Sebagai contoh, di Amerika terdapat suku Indian yang memiliki paham bahwa setiap bayi
yang lahir itu adalah suatu kesialan. Dan jika ada orang yang mati, itu merupakan suatu hal yang
menggembirakan.
Hal tersebut terjadi karena mereka berpendapat bahwa bayi yang lahir tersebut nantinya
hanya akan mendapat kesulitan dan kesengsaraan dalam menjalani hidup di dunia. Mereka juga
berpendapat bahwa yang mati akan bahagia hidup di alam sana karena telah terbebas dari
masalah – masalah dalam hidup. Sehingga ketika ada bayi lahir, mereka menyambutnya seperti
pemakaman. Sedangkan ketika ada kematian, mereka merayakannya seperti pesta.

B.Hidup itu baik.


Hidup itu sebagai suatu hal yang baik jika kita beranggapan bahwa hidup merupakan
suatu anugerah dari Tuhan dan merupakan hal yang berdampak positif.
Sebagai contoh, seorang yang sukses di dunia pasti beranggapan bahwa hidup di dunia
merupakan anugerah dari Tuhan karena bisa menikmati hidup serta sukses di dunia.
C.Hidup itu buruk
Tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu menjadi baik.Sebagai contoh, seorang
yang kurang mampu dan serba kekurangan, pasti akan beranggapan bahwa hidup itu buruk
karena banyak mengalami kesulitan. Namun, orang yang memiliki agama pasti beranggapan
bahwa hidup memang buruk tetapi akan menjadi lebih baik apabila kita berikhtiar. Sehingga,
untuk mencapai suatu hidup yang lebih baik tersebut, manusia perlu berikhtiar untuk mencapai
kesuksesan dan kemudahan dalam hidup.
A. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia (MK). A.Karya itu nafkah hidup.
Sebagai contoh, seorang pencipta lagu yang membuat berbagai lagu untuk penyanyi lain.
Orang lain pasti beranggapan bahwa karya hasil ciptaannya yang berupa lagu untuk penyanyi
baru tersebut adalah hal yang membuat penyanyi tersebut tenar. Namun, sebenarnya di sisi lain
seorang pencipta lagu beranggapan bahwa karyanya itu dibuat untuk orang lain agar mendapat
royalti atau pendapatan dari penyanyi baru tersebut. Jadi, sebuah karya diciptakan untuk
menafkahi hidup sang pembuat karya tersebut.
B. Karya itu untuk kedudukan, kehormatan, dsb.
Sebagai contoh, Bill Gates membuat sebuah karya berupa Operating System yang
diproduksi oleh perusahaannya yaitu Microsoft. Ia membuat karya tersebut awalnya bukan
karena ingin menjadi orang yang nantinya kaya raya.
Namun, ia membuat karya tersebut agar mendapat penghargaan dan kehormatan atas
karyanya yang mampu memperlancar segala kegiatan IT dan memotivasi orang lain untuk
berkarya kreatif seperti dirinya, sehingga ia mampu menjadi Presiden Microsoft. Jadi, karya itu
dianggap sebagai alat untuk mendapat kehormatan atau kedudukan yang lebih tinggi.
C. Karya itu untuk menambah karya.
Sebagai contoh, seorang penyair atau pembuat puisi membuat puisi tersebut selain untuk
berkarya, juga untuk menambah karya – karyanya yang dulu sudah ada agar bertambah banyak
dan menjadi terkenal karena puisinya yang banyak.
Contoh yang lain yaitu seorang pencipta lagu keroncong. Ia membuat karyanya itu bukan untuk
mendapatkan uang, tetapi lebih kepada untuk menambah lagu keroncong Indonesia yang sudah
jarang ada dan untuk melestarikan budaya keroncong.
Masalah mengenai hakikat dari kehidupan manusia dalam ruang waktu (MW). a.Orientasi ke
masa kini.
Sebagai contoh, orang – orang kaya yang tingkat konsumsinya tinggi hanya berpikir
untuk masa kini. Mereka membeli sesuatu hanya untuk digunakan atau hura – hura di masa
sekarang. Mereka tidak berpikir untuk kedepannya dan apakah kekayaan mereka bisa untuk
mencukupi kebutuhannya di masa yang akan datang. Biasanya orang yang berpikir seperti itu
selalu kesusahan di masa mendatang.
a.Orientasi ke masa lalu.
Sebagai contoh, orang – orang yang sudah tua dan selalu berpikir dengan cara yang dulu.
Mereka selau mengingat masa lalu mereka dan tidak melihat ke depan. Jika dihadapi dengan
persoalan mengenai masa kini atau masa depan, mereka selalu kesulitan. Biasanya orang yang
berpikir seperti ini memiliki sifat keras kepala.
b. Orientasi ke masa depan.
Sebagai contoh, orang – orang yang sukses selalu berpikir untuk masa depan hidup
mereka. Namun, mereka juga belajar dari masa lalu mereka untuk mendapatkan kemudahan di
masa depannya. Biasanya orang yang berpikir seperti ini selalu merencanakan segala sesuatunya
dengan baik dan teratur. Orang – orang yang seperti ini selalu mendapat kesuksesan di masa
yang akan datang walaupun dalam prosesnya sering mendapat kesusahan.
Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya (MA). A.Manusia
tunduk kepada alam yang dahsyat.
Sebagai contoh, BBM yang merupakan bahan bakar minyak. Manusia di dunia sebagian
besar menggunakan kendaraan yang berbahan bakar BBM. Jika alam tidak menyediakan bahan
untuk membuat BBM, maka manusia akan kesulitan dan akhirnya tak berdaya karena kehendak
alam.

Contoh lain adalah bencana alam. Sehebat – hebatnya manusia dalam membuat
bangunan, pasti bangunan tersebut akan rusak
B.Manusia menjaga keselarasan dengan alam.
Sebagai contoh, penghargaan Adipura atau Kalpataru merupakan contoh usaha manusia
untuk menjaga keselarasan dengan alam melalui penghargaan bagi daerah yang bisa
menjaga alam agar tetap bersih dan sehat.
Contoh lain adalah PROKASIH (Program Kali Bersih). Ini merupakan contoh dari
pemerintah yang masih peduli terhadap kelestarian lingkungan agar tetap terjaga dari hal
– hal buruk.
C,Manusia berusaha menguasai alam.
Sebagai contoh, para penebang hutan liar di Kalimantan berusaha memanfaatkan alam
untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak memikirkan akibat yang akan ditimbulkan dari
kegiatan ilegal mereka tersebut seperti terjadinya bencana alam.
Contoh lain adalah para pemburu binatang untuk diawetkan. Mereka tidak berpikir bahwa
binatang jika diburu akan dapat merusak habitat dan ekosistem lingkungan alam. Mereka hanya
berpikir jika mereka mendapatkan binatang untuk diawetkan, mereka akan mendapatkan uang
banyak. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM).
A.Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya (berjiwa gotong
royong).
Manusia sejak lahir memiliki rasa untuk ingin hidup bersama dengan yang lain. Manusia
tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain. Maka dari itu, manusia sangat
bergantung pada manusia yang lain sehingga saling membantu antara satu dengan yang lain.
Contohnya adalah bertetangga. Dalam bertetangga kita pasti menjalin hubungan untuk saling
membantu atau gotong royong

B.Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh – tokoh atasan dan berpangkat.
Seseorang dalam hidup pasti membutuhkan orang atau tokoh atasannya untuk
membantunya dalam mengatasi permasalah hidup.
Sebagai contoh, seorang siswa SMA tidak akan bisa lulus Ujian Nasional tanpa adanya bantuan
bimbingan dari tokoh atasannya yaitu gurunya.

C.Individualisme menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri.


Sebagai contoh, seorang pebulutangkis yang bermain tunggal akan menganggap bahwa
kemenangan dia merupakan hasil jerih payahnya yang membuktikan dirinya lebih bagus dari
pebulutangkis yang lain. Dia menganggap bahwa dirinya tak perlu bantuan orang lain untuk
bermain ganda agar menang. Sikap ini sering kali menimbulkan rasa sombong yang akhirnya
membuat orang lain tidak suka terhadap sikapnya tersebut.
KONSEP BUDAYA DAN KEBUDAYAAN
Wujud Perbudayaan :

Talcott Persons yang bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber
pernahmenganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu sistem
dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan
aktivitasmanusia yang berpola. Maka, serupa dengan J.J Honigmann yang dalam buku
pelajaranantropologinya yang berjudul The World of Man (1959 : hlm.11-12) membedakan
adanya tiga“gejala kebudayaan”. Yaitu (1) ideas. (2) activities. (3) artifacts, pengarang
berpendirian bahwa
kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatau kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peratuaran dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba
atau difoto karena lokasinya yang berada dalam alam fikiran warga masyarakat dimana
kebudayaan itu hidup, namun jika dinyatakan dalam tulisan maka lokasi dari kebudayaan ideal
sering berada dalam kerangka dan buku-buku hasil karya para masyarakat.
Wujud kedua adalah sistem sosial atau social system, mengenai pola dari tindakan
manusia itu sendiri. Sistem ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri yaitu
berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, dari hari ke hari,
dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Wujud ketiga disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukanbanyak penjelasan.
Karena berupa seluruh total hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia
dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan difoto.
C. Adat Istiadat dan Sifat Budaya

Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Idedologi. Sistem nilai budaya merupakan
tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-
nilai budaya itu merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
manusia mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup.
Dalam setiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhan ada sejumlah nilai
budaya yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya sehingga menghasilkan suatu sistem,
dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan memberi
pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya.
Menurut seorang ahli antropologi terkenal, C. Kluckhohn, tiap sistem nilai budaya dalam
tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia.
Atas dasar konsepsi itu, ia menyatakan bahwa setiap sistem nilai budaya dalam tiap
kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia, selain itu ia juga
mengembangkan suatu kerangka yang dapat dipakai oleh para ahli antropologi untuk
menganalisa universal tiap variasi dalam system nilai budaya dalam semua macam kebudayaan
yang terdapat di dunia. Menurut C. Kluckhohn, kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia
yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya adalah:
1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia.
2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia.
3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam wuang waktu.
4. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
5. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Kendati kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan
mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan
bersifat universal.
Di mana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan
manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkunagan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki
yang berlaku umum bagi semua budaya di mana pun. Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut
antara lain:
1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan
mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang
diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
D. Unsur Kebudayaan
Para sarjana antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan (misalnya kebudayaan
Minangkabau, kebudayaan Bali, atau kebudayaan Jepang) sebagai suatu keseluruhan itu
terintegrasi, pada waktu analisa membagi keseluruhan itu kedalam unsur-unsur besar yang
disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” atau cultural universals. Dengan mengambil dari
berbagai kerangka tentang unsur-unsur kebudayaan universal yang disusun oleh beberapa sarjana
antropologi ini, Koentjaraningrat berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan bangsa di dunia, yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatn hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal dapat menjelma dalam tiga wujud kebudayaan
yaitu wujud yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial, dan yang berupa unsur-unsur
kebudayaan fisik.
Tiap unsur dapat diperinci kedalam unsur-unsur yang lebih kecil sampai beberapa kali.
Dengan mengikuti metode pemerincian dari seorang ahli antropologi bernama R. Linton, maka
pemerinci itu akan dilakukan sampai empat kali, dan dari ketujuh unsur tadi masing-masing
harus juga dilakukan dengan ketiga wujud itu.
Fungsi dari unsur-unsur kebudayaan menurut beberapa sarjana antropologi yang
mencoba mencapai pengertian mengenai masalah integrasi kebudayaan dan jaringan yang
berkaitan dengan unsur-unsur antropologi. Adapun istilah “fungsi” itu dapat dipakai dalam
bahasa sehari-hari maupun dalam bahasa ilmiah dengan arti yang berbeda-beda.
Seorang sarjana antropologi, M.E. Spiro, pernah mendapatkan bahwa dalam karangan
ilmiah ada tiga cara pemakaian fungsi unsur kebudayaan, yaitu:
1. Pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna anatara suatu hal dengan
suatu tujuan tertentu.
2. Pemakaian yang menerangkan kaitan korelasi antara satu hal dengan hal yang lain.
3. Pemakaian yang menerangkan hubungan yang terjadi anatar satu hal dengan hal-hal
dalam suatu sistem yang terintegrasi

ADAT ISTIADAT DAN ORIENTASI NILAI BUDAYA


A. Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan
sebuah konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga
suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup.
Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai –
nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa
yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan
berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994).
Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang
atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan.
Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab,
nilai – nilai tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan
wujud konsepsional dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para
individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan
secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup,
(2) hakekat kerja atau karya manusia,
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,
(4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)
Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang
universal itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap masyarakat dan
kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal
tersebut di atas selalu ada.
Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk
menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik – titik kelemahan
dari kebudayaan Indonesia yang menghambat pembangunan nasional. Kelemahan utama
antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya kepada
diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab.
Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner
untuk mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku – suku di Indonesia umumnya
yang menguntungkan dan merugikan pembangunan.
Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping
untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok – kelompok etnik di Indonesia,
tetapi juga untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system orientasi
nilai budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.
a. Hakikat Hidup
b. Hidup itu buruk.
c. Hidup itu baik.
d. Hidup bisa buruk bisa baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikhtiar agar hidup bisa
menjadi baik.
e. Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan.
Hakikat atau tujuan hidup saya :
Hidup itu bisa baik bisa buruk, tergantung bagaimana kita menyikapi kehidupan itu
sendiri. Nasib kita memang sudah ditentukan oleh Allah, tapi bukan kah ada nasib yang bisa kita
rubah dengan cara berikhitiar? Itu yang menjadi pegangan saya.
Saya yakin kalo kita berusaha dengan sungguh-sungguh nasib kita pasti bisa berubah.
Membahas tentang nasib dan kehidupan, saya disini ingin sedikit menceritakan atau membagikan
tujuan atau hakikat hidup saya.
Tujuan hidup saya terbilang mainstream atau umum, apalagi tujuan hidup saya sebagai
seorang anak yang ingin membahagiakan orang tua saya disisa hidup mereka. Mainstream
bukan? Karena saya rasa itu tujuan hidup atau lebih tepatnya keinginan semua anak dimuka bumi
ini. Saya ingin mereka melihat saya sukses sesuai keinginan mereka.
Tujuan hidup yang paling saya ingin kabulkan dalam waktu dekat ini adalah saya ingin
mendapat ipk minimal 3,00 disemester ini sesuai keinginan ayah saya. Karena saya ingin
menembus rasa kecewa mereka terhadap saya karena saya tidak berhasil masuk ke kampus
impian saya sesuai dengan janji saya kepada mereka.
Tujuan hidup saya yang lainnya juga bisa dibilang mainstream yaitu saya ingin menjadi
hamba yang benar-benar taat kepada agama saya. Kenapa hal itu menjadi salah satu tujuan hidup
saya? Ya karena bukan kah memang tujuan hidup kita di dunia ini? Karena kehidupan itu bukan
hanya di dunia saja bukan? Masih ada kehidupan lainnya yang akan kita tuju.
Jadi saya ingin menyiapkan kehidupan selanjutnya dari sekarang, supaya dikehidupan
selanjutnya saya mempunyai kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Tujuan hidup saya yang
lainnya tidak akan saya ceritakan disini, biarkan itu jadi rahasia pribadi saya.

C. Hakikat Karya
a. Karya itu untuk menafkahi hidup.
Ada beberapa yang menganggap kerja adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk
bertahan dalam kehidupan (survival). Dan saya termasuk dalam beberapa orang tersebut. Saya
setuju bahwa kerja merupakan salah satu cara untuk menafkahi hidup. Meskipun sebenarnya
rezeki kita sudah diatur oleh Yang Maha Esa.
Tapi kalau kita hanya diam diri tidak bekerja, rezeki itu tidak akan datang kepada kita.
Dengan bekerja juga selain mendapat rezeki, bonusnya kita juga dapat kehormatan jika ditempat
kerja kita sudah mendapat jabatan yang disegani. Jadi intinya, menurut saya kerja atau karya itu
untuk menafkahi hidup, kehormatan hanya sebagai bonus.
Karena kehormatan selalu tidak dapat menolong kita dalam bertahan hidup.
b. Karya itu untuk kehormatan.
Ada juga yang berpendapat bahwa bekerja itu untuk mendapatkan pangkat, jabatan,
bahkan ada yang berpikir bekerja untuk meninggikan prestasi. Bukan harta yang dicari, namun
status sosial yang dimiliki setiap individu.

D. Persepsi Manusia Terhadap Waktu


a. Berorientasi hanya kepada masa kini
“Apa yang dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi orientasi ini bagus karena
seseorang yang berorientasi kepada masa kini pasti akan bekerja semaksimal mungkin untuk
hari-harinya.”
Membahas masa kini, pandangan saya mengenai masa sekarang adalah saya harus
menjalani masa ini dengan sangat maksimal sesuai dengan isi teori di atas. Meskipun ungkapan
saya itu hanya kata-kata saja. Karena dikehidupan nyata saya tidak seambisius itu, saya
menjalani hidup saya saat ini dengan santai saja.
Padahal kalo melihat dari tujuan hidup saya harusnya saya bekerja keras untuk
mewujudkan itu bukan? Tapi memang harapan itu kadang tidak sesuai dengan kenyataannya.
Hidup memang seperti itu. Jadi ya jalani saja hidup kita didunia ini dengan sesantai dan
sebahagia mungkin. Tapi jangan terlalu santai, karena ingat kita punya tujuan hidup yang harus
kita capai.
b. Orientasi masa lalu
“Masa lalu memang bagus untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri mengenai apa
yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan.”
Membahas mengenai masa lalu, sebenarnya sih saya bukan termasuk orang yang terlalu
memikirkan masa lalu. Saya menganggap bahwa masa lalu hanya bagian dari hidup saya yang
tidak perlu saya pikirkan dan sesali.
Masa lalu saya jadikan sebagai pembelajaran dalam menghadapi berbagai masalah
dimasa sekarang maupun masa depan supaya saya tidak mengulangi kesalahan saya di masa lalu.
c. Orientasi masa depan
“Manusia yang futuristik pasti lebih maju dibandingkan dengan yang lainnya, pikirannya
terbentang jauh ke depan dan mempunyai pemikiran yang lebih matang mengenai langkah-
langkah yang harus dilakukannya.”
Saya sangat suka dengan teori di atas. Manusia itu memang seharusnya berorientasi ke
masa depan. Kenapa harus berorientasi ke depan? Supaya di masa depan kita tidak mengalami
penyesalan dalam kehidupan kita dimasa depan dan supaya kehidupan kita juga tertata rapih dan
sesuai dengan keinginan kita, meskipun tidak akan 100% sesuai dengan keinginan kita.
E. Pandangan Manusia Terhadap Alam
a. Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat
Masalah ini menyangkut kepercayaan bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia.
b. Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam
Ada kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam
c. Manusia berusaha menguasai alam
Ada juga yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai
manusia.

F. Hubungan Manusia Terhadap Manusia Lain


a. Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya.
Manusia itu makhluk sosial, sebagai makhluk sosial memang sudah menjadi suatu
kodratnya untuk hidup berdampingan (interaksi) bersama orang lain atau masyarakat karena
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Itulah yang mendorong manusia
untuk menjadi makhluk sosial. Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian.
Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya.
Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dan
ketergantungan dengan manusia lain.
Contohnya dikehidupan saya menjadi mahasiswi, saya sangat bergantung pada teman-
teman sekelas saya terutama teman perempuan, saya memerlukan mereka untuk sekedar curhat
masalah pribadi, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen dan masih banyak lagi.
b. Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh yang mempunyai otoriter untuk
memerintah dan memimpin
Dalam kehidupan organisasi pasti terdapat rasa ketergantungan terhadap tokoh-tokoh
yang memimpin organisasi tersebut. Karena dalam kehidupan organisasi itu pasti kita dipimpin
oleh seorang pemimpin, tugas seorang pemimpin adalah mengatur dan memerintah supaya
organisasi tersebut berjalan dengan sehat.
Apa jadinya apabila disuatu organisasi tidak ada seorang pemimpin? Pasti organisasi itu
tidak akan berjalan lancar.
c. Individualism, menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri
PROSES DIFUSI/PENYEBARAN KEBUDAYAAN ASING
Difusi adalah suatu proses menyebarnya unsur-unsur ke budayaan dari satu kelompok ke
kelompok lainnya atau dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), difusi diartikan sebagai proses penyebaran atau perembesan suatu unsur
kebudayaan dari satu pihak kepada pihak lain. W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi adalah
penyebaran kebiasaan atau adat istiadat dari kebudayaan satu kepada kebudayaan lain. Proses
difusi berlangsung menggunakan teknik meniru atau imitasi. Meniru lebih mudah daripada
menciptakan sendiri, terutama tentang hal-hal yang baru. Menurut Koentjaraningrat, difusi
adalah proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi yang disertai dengan proses
penyesuaian atau adaptasi fisik dan sosial budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu
beratus-ratus ribu tahun lamanya sejak zaman purba.
Jenis Difusi Budaya :
Ada dua jenis difusi yaitu difusi intramasyarakat dan difusi antarmasyarakat. Difusi
intramasyarakat, yaitu difusi yang terjadi pada masyarakat itu sendiri.
Adapun difusi antarmasyarakat, yaitu difusi yang terjadi antarmasyarakat yang satu dan
masyarakat lain.
1. Difusi Intramasyarakat
Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
a) Suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut mempunyai kegunaan.
b) Ada tidaknya unsur-unsur yang memengaruhi diterima dan ditolaknya unsur-unsur baru.
c) Suatu unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama kemungkinan besar tidak akan
diterima.
d) Pemerintah dapat membatasi difusi yang akan diterima.
2. Difusi Antarmasyarakat
Difusi antarmasyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
a) Adanya kontak dalam masyarakat tersebut.
b) Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat baru tersebut.
c) Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.
d) Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini.
e) Paksaan dapat juga digunakan untuk menerima suatu penemuan baru.
Bentuk-Bentuk Difusi Kebudayaan
Bentuk penyebaran yang mendapat perhatian dari para antropolog dan berdasarkan prosesnya,
difusi dapat digolongkan menjadi beberapa bentuk.
Bentuk-bentuk tersebut antara lain, hubungan symbiotic, hubungan penetration pacifique, dan
stimulus diffusion.
1. Hubungan Symbiotic
Symbiotic adalah hubungan yang terjadi hampir tidak mengubah unsur kebudayaan yang
dimiliki. Contoh hubungan barter yang terjadi selama berabad-abad antara suku Afrika dengan
kelompok Negrito. Suku bangsa Afrika memberikan hasil pertanian, dan kelompok Negrito
memberikan hasil berburu dan hasil hutan. Selama hubungan itu kebudayaan masing-masing
suku tidak mengalami perubahan.
2. Hubungan Penetration Pacifique
Penetration pacifique adalah terjadinya pemasukan unsur-unsur kebudayaan tanpa adanya
paksaan. Contoh yang pernah terjadi adalah unsur kebudayaan yang dibawa masuk oleh para
pedagang dari India ke Indonesia. Cerita Ramayana dan Mahabarata salah satunya diperoleh
melalui aktivitas perdagangan masyarakat India ke Indonesia. Masuknya unsur-unsur
kebudayaan tersebut terjadi tanpa sengaja ke dalam kebudayaan penduduk setempat.
3. Stimulus Diffusion
Stimulus diffusion adalah bentuk difusi yang terjadi karena penyebaran kebudayaan
secara beruntun. Contoh suku bangsa A bertemu B terjadi difusi, B bertemu C terjadi difusi, C
bertemu D terjadi difusi, demikian seterusnya. Misalnya, kewajiban melakukan seikirei pada
masa penjajahan Jepang di Asia.
Proses difusi telah berlangsung sangat lama. Para ahli berpendapat bahwa manusia zaman
purba telah melakukan proses difusi. Menurut paleoantropologi, diperkirakan manusia pertama
kali ada di daerah sabana tropikal Afrika Timur, kemudian menyebar hampir ke seluruh
permukaan bumi yang memiliki musim yang berbeda-beda.
Dampak Difusi atau Pergeseran Budaya
Dampak dari difusi atau pergeseran nilai budaya lokal mulai membawa pengaruh yang nyata.
Nilai sakral suatu dogma telah bergeser, demikian pula halnya dengan mitos dan kepercayaan.
Suatu kejujuran telah berubah menjadi manipulasi dan keserakahan. Kapitalisme mulai
merambah hingga pelosok negeri.
Nilai humanisasi bergeser ke arah dehumanisasi. Seiring dengan itu kecepatan
perkembangan informasi luar biasa pesat bersama dengan difusi budaya. Sementara itu banyak
yang tidak menguasai teknologi.
Konsep – konsep dan konsepsi- konsepsi khusus mengenai pergeseran masyarakat dan
kebudayaan.
Berbagai konsep kebudayaan diantaranya:
1. Kategori sosial merupakan kesatuan manusia yang terjadi karena adanya suatu ciri atau suatu
kompleks ciri- ciri obyektif yang dapat di kenakan pada parawarga atau anggota.
2. Golongan sosial merupakan kesatuan manusia yang memiliki ciri tertentu yang bahkan sering
di kenakan pihak luar kepada mereka yang terikat nilai, norma/ adat istiadat.
3. Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata,
dan berinteraksi secara continyu sesuai dengan sistem adat istiadat, dan terikat oleh rasa identitas
komunitas.
4. Kelompok adat merupakan adalah organisasi yang terbentuk kerena adanya ikatan alamiah
dan keturunan, yang mengikat para warganya dengan adat-istiadat serta sistem norma yang telah
tumbuh sejak dulu kala.
5. Perkumpulan adat-istiadat adalah organisasi yang sengaja dibentuk, lengkap dengan aturan-
aturannya serta sistem norma yang mengikat para anggotanya.
6. Pranata sosial adalah sisitem norma khusus yang menata serangkaian tindakan belpola mantap
guna memenuhi suatu keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat.
Semua konsep diatas guna untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan
kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antropologi dan sosiologi yang di sebut “ Dinamika
sosial”.
Konsep yang terpenting mengenai proses belajar kebudayaan diantaranya internalisasi,
sosialisasi, dan enkulturasi. Selain itu ada juga perkembangan kebudayaan umat manusia “
Evolusi kebudayaan”, proses penyebaran kebudayaan yang bersamaan dengan perpindahan
bangsa-bangsa dimuka bumi “proses difusi”, proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing “
proses akulturasi dan asimilasi, yang pada akhirnya adanya proses pembaharuan “Inovasi”.
2. Proses belajar kebudayaan sendiri
a. Proses internalisasi
Merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup individu.
b. Proses sosialisasi
Semua pola tindakan individu yang menempati berbagai kehidupan dalam masyarakat
yang di jumpai seseorang dalam kehidupan sehari-hari sejak ia dilahirkan, dicerna olehnya
sehingga individu tersebut akan menjadikan pola-pola tindakan tersebut sebagai bagian
kepribadiannya.
Oleh karena itu untuk dapat memahami suatu kebudayaan , mengamati jalan nya proses
sosialisasi baku yang lazim dialami sebagian besar individu dalam suatu kebudayaan merupakan
metode yang sangat diminati para ahli antropologi sosial.
c. Proses enkulturasi (Pembudayaan)
Merupakan proses belajar yang menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat,
sistem norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Proses ini
berawal dari sejak awal kehidupan yaitu lingkungan keluarga kemudian dalam lingkungan yang
makin lama makin luas.
Contohnya cara seorang individu Indonesia mengetahui adat yang menganjurkan bahwa
orang yang kembali dari suatu perjalanan jauh, sebauknya membawa oleh-oleh bagi para
tetangga dan kerabatdekatnya. Dalam proses sosialisasinya dia telah mempelajari cara bergaul
dengan berbagai individu. Norma sopan santun yang didapat yaitu ajaran dari lingkungan
keluarga.
3. Proses Evolusi sosial
Proses evolusi dapat dianalisis secara menditail (mikroskopik) tetapi dapat juga dilihat
dari keseluruan dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi
(mikroskopik). Proses sosial budaya yang dianalisa secara detil dapat memberi gambaran
mengenai berbagai proses perubahan ( recurrent processes) yang terjadi di kehidupan sehari-hari
masyarakat.proses sosial-budaya secara mikroskopik berlangsung dalam jangka waktu yang
panjang”proses pemberi arah”.
Proses-proses berulang dalam evolusi sosial-budaya. Proses ini ada bersamaan dengan
perhatian individu dengan masyarakat.Sebelumnya, para ahli antropologi umumnya hanya
memperhatikan adat-istiadat yang lazim berlaku dalam masyarakat yang di teliti tanpa
memperhatikan sikap, perasaan, tingkah laku, kebutuhan yang dirasakan individu yang
bertentangan dengan adat-istiadat. Upacara, aktivitas serta perbuatan yang menyimpang yang
terjadi karena berbagai situasi, keadaan yang berulang kali umumnya di abaikan / kurang
diperhatikan. Adadua konsep yang perlu diperhatikan : 1) kebudayaan sebagai komplek dari
konsep norma, pandangan yang bersifat abstrak(sistem budaya). 2) kebudayaan merupakan
serangkaian tindakan yang konkret, para individu saling berinteraksi (sistem sosial).
Proses mengarah dalam evolusi kebudayaan. Apabila evolusi masyarakat dan kebudayaan
di pandang dari suatu jarak yang jauh ini diperhatikan oleh sub-ilmu dari antropologi khususnya
prasejarah.
4. Proses difusi
Penyebaran manusia. Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia
pertama hidup di daerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang menempati
hampir di seluruh muka bumi yang mungkin terjadi dengan proses pengembang biakan, migrasi,
adaptasi fisik dan sosial budaya.
Proses evolusi itu menyebabkan makhluk manusia senantiasa memerlukan daerah yang
makin lama makin luas. Migrasi tidak merupakan garis lurus namun berbentuk garis spiral di
karenakan perpindahan kelompok manusia yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat
panjang.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi yang merupakan salah
satu obyek penelitian ilmu antropologi terutama sub-ilmu antropologi diakronik. Proses difusi
dari unsur-unsur kebudayaan antara lain :
a. Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain pada zaman prasejarah.
b. Dengan tanpa berpindah tempat, kelompok manusia yang sengaja dibawa oleh para pedagang
dan pelaut.
c. Pertemuan antara individu-individu dari berbagai kelompok yang berbeda.
Dari hubungan ini yang berlangsung selama berabad-abad hampir tidak mempengaruhi
kebudayaan masing-masing adalah hubungan symbolik. Namun ada juga pertemuan kelompok
yang berbeda dengan akibat yang lebih jauh dari hubungan simbolik yaitu penetration pasifique (
penerobosan dengan jalan damai).
Akhirnya proses difusi tidak hanya dilihat dari satu unsur bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain namun dari proses dibawanya suatu kebudayaan ke individu budaya lain. Unsur
kebudayaan yang didifusikan tak berdiri sendiri namun suatu komplek yang tidak bisa
dipisahkan atau kata lain digabungkan dari unsur kebudayaan disebut kulturkomplek.
5. Akulturasi dan asimilasi
Akulturasi dalam antropologi memiliki beberapa makna (acculturation / culture contact)
yang menyangkut konsep yang mengenai proses sosial yang timbul apabila suatu kebudayaan
tertentu yang di hadapkan pada kebudayaan asing sehingga lambat laun kebudayaan asing
tersebut diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan sendiri.
Proses akulturasi sudah ada sejak dulu tetapi proses akulturasi dengan sifat yang khusus
baru ada ketika abad ke 15. Pada tahun 1910 para ahli antropologi melakukan penelitian sekitar
masalah aklturasi yang bersifat deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran mengenai keadaan
kebudayaan yang diteliti saat kebudaan tersebut terkena pengaruh kebuayaan Ero Amerika.
Masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkas, akan tampak 5 golongan masalah yaitu :
1. Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi,mencatat dan melukisan suatu proses
akulturasi dalam suatu masyarakat.
2. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah di terima
olehsuatu masyarakat.
3. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah di ganti atau di ubah
oleh unsur-unsur kebudayaan asing
4. Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat menerima
unsir-unsur kebudayaan asing,dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam
menerimanya.
5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul akibat
akultursi .
Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi,seorang peneliti sebaiknya memerhatikan
beberapahal, yaitu:
1. Keadaan sebelum proses akulturasi di mulai.
2. Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.
3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam
kebudayaan penerima.
4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.
5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.
Dengan demikian, pada waktu melakuakan penelitian mengenai proses akulturasi, kelima
hal tersebut sebainya di perhatikan dan juga mengandung 5 bab yang secara khusus yang
menguraikan hal-hal tersebut.
Bahan yang terhimpun mengenai keadaan masyarakat sebelum proses akulturasi di mulai
merupakan sejarah dari masyarakat yang bersangkutan. Apabila masyarakat yang diteliti
memiliki sumbersumber tertulis, maka bahan tersebut dapat dikumpulkan dengan menggunakan
metode-metode yang umumnya di pakai para ahli sejarah. Apabila sumber tertulis tidak ada
masih banyak metode lain yang dapat di gunakan antara lain dengan mewawancarai orang-orang
tua. Dengan metode wawancara seperti itu peneliti dapat mengetahui keadaan sebelum terjadi
proses akultirasi,hingga pada saat proses itu mulai bejalan yang dalam antropologi disebut
baseline of acculturation, atau “ titik awal proses akulturasi”.
Asimilasi. Asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan
manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif,
sehngga sifat masing-masing beruah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya
terjadi antara suatu golongan minoritas dan golongan mayoritas, sehngga sifat khas dari
kebudayaan lambat laun berubah dan menyatu dengan kebudayaan mayoritas.
Proses asimilasi yang telah diteliti, diketahui bahwa pergaulan intensif saja belum tentu
mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi tanpa adanya toleransi dan simpati antara kedua
glongan.
Pembaharuan (Inovasi)
Inovasi adalah suatu pembaharuan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan
modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru sehinga terbentuk
suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Dengan demikian inovasi adalah pembaruan
unsur teknolgi dan ekonomi dari kebudayaan. Suatu proses inovasi tentu berkaitan baru dalam
teknologi yang biasanya meruakan suatu proses sosial yang melalui tahap discvery dan invention
(discovery adalah penemuan dari suat unsur kebudayaan yang baru, baik suatu alat atau gagasan
baru dari seorang atau sejarah atau sejumlah individu, discovery baru menjadi ivention apabila
suatu penemuan baru telah diakui, diterima, dan ditetapkan oleh masyarakat).
Contohnya produksi mobil, walaupun mobil telah di produksi namun belum di kenal secara luar
maka perlu di propagandakan.
Pendorong penemuan baru. Faktor yang menjadi pendorong seseorang untuk mengembangkan
penemuan baru adalah 1) kesadaran akan kukurangan dalam kebudayaan; 2) mutu dari keahlian
dalam suatu kebudayaan; 3) sistem perangsang bagi kegiatan mencipta.
Inovasi dan evolusi. Suatu penemuan baru selalu harus dilihat dalam rangka kebudayaan tempat
penemuan tersebut terjadi, karena suatu penemuan baru jarang merupakan penemuan yang
bersifat mendadak yaitu dari tidak ada menjadi ada. Dengan demikian proses inovasi (proses
pembaharuan teknologi ekonomi dan selanjutnya) itu merupakan proses evolusi juga. Bedanya
ialah bahwa dalam proses inovasi para individu berperan secara aktif sedangkan dalam proses
evolusi individu itu pasif, bahkan seringkali negatif. Karena kegiatan dan upaya individu itulah,
maka suatu inovasi merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang lebih cepat dari pada
proses evolusi kebudayaan.
PROSES PENGENALAN KEBUDAYAAN SENDIRI DAN PROSES PENGENALAN
KEBUDAYAAN ASING

Latar belakang.
Manusia adalah makhluk yang paling berkuasa di mana pun ia berada. Diciptakan dengan
segala kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Selain memiliki akal pikiran, manusia juga
dianugerahi naluri yang merupakan bawaan dari alam. Naluri dan akal pikiran tersebut akan
digunakan untuk memenuhi hasrat hidupnya guna menjamin kelangsungan hidup manusia.
Dalam perkembangannya, manusia akan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Manusia akan semakin mengembangkan akal pikirannya karena
mengandalkan naluri saja tidak akan mampu membuat mereka bertahan hidup.
Dengan mengembangkan akal pikirannya maka kemampuan manusia akan semakin
bertambah. Cara-cara untuk bertindak melakukan aktivitas kehidupan juga semakin bervariasi.
Tindakan yang semula hanya berasal dari naluri dan refleks, selanjutnya akan semakin
dirombak agar mempermudah aktivitas manusia atau hanya sekedar untuk menghasilkan sesuatu
yang berbeda dari sebelumnya yang pernah dilakukan. Dalam perkembangannya, tindakan-
tindakan tersebut akan menghasilkan sebuah benda-benda (peralatan), baik untuk membantu
manusia atau untuk fungsi lainnya.
Tindakan, rasa, dan karya yang dihasilkan tersebut tentu saja melalui sebuah proses
belajar. Sebab kemampua-kemampuan tersebut tidak akan bisa muncul apabila tanpa dibiasakan
dengan belajar dan mencoba. Proses belajar untuk menghasilkan tindakan ini akan membentuk
suatu kebudayaan. Kebudayaan tersebut akan dibahas lewat ilmu “antropologi” yang menjadikan
budaya menjadi salah satu dari pokok bahasannya. Cabang dari antropologi yang membahas
budaya ini biasa disebut “antropologi kebudayaan”.
PROSES EVALUASI SOSIAL DAN PEMBAHARUAN ATAU INOVASI
Evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang seolah-olah dari suatu jarak yang
jauh,dengan mengambil interval waktu yang panjang [misalnya beberapa ribu tahun],maka akan
tampak perubahan-perubahan yang seolah-olah bersifat menentukan arah [directional] dari
sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
Perubahan-perubahan besar ini dalam abad ke-19 yang lalu telah menjadi perhatian
utama para sarjana ilmu antropologi budaya dalam arti umum. Pada masa sekarang , gejala ini
menjadi perhatian khusus dari suatu subilmu dalam antropologi, yaitu ilmu prehistori. Ilmu ini
mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia dalam jangka waktu yang panjang dan
juga oleh para sarjana ilmu sejarah yang mencoba merekonstruksi kembali sejarah
perkembangan seluruh umat manusia.
Inovasi dan penemuan
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan
modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga
terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Dengan demikian, inovasi adalah
pembaruan unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan.
Suatu proses inovasi berkaitan dengan penemuan baru dalam teknologi yang merupakan
proses sosial melalui tahap discovery, yaitu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru,
baik suatu alat atau gagasan baru dari seorang atau sejumlah individu. Discovery baru menjadi
invention apabila suatu penemuan baru telah diakui dan diterima serta diterapkan oleh
masyarakat.
Proses sejak dicovery menjadi invention, sering kali hanya melibatkan seorang individu
saja, tetapi sering kali terdiri atas sejumlah pencipta yang membentuk serangkaian mata rantai.
Penemuan mobil diawali dengan pengembangan motor gas oleh Marcus di Amerika pada
tahun 1875. Bentuk mobil yang kemudian berkembang sehingga menjadi salah satu alat yang
terpenting dalam kehidupan masyarakat manusia sekarang ini, merupakan invention.
Pada saat suatu penemuan menjadi suatu invention, proses penemuan belum selesai.
Walaupun kira-kira sudah 1911 produksi mobil di mulai dan menjadi suatu inovasi teknologi
yang ekonomis, namun mobil belum belum di kenal oleh seluruh masyarakat. Penyebarannya
harus di propagandakan kepada khalayak ramai.lagi pula, waktu itu biaya produksi masih
demikian tingginya sehingga hanya suatu golongan yang sangat kecil saja dapat membelinya .
untuk membuat agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin masih di perlukan
serangkaian penemuan perbaikan lagi dan kemudian penerimaan dari masyarakat juga belum
dapat meluas apabila masyarakat belum siap dan belum matang untuk menerimanya.

Anda mungkin juga menyukai