Sejarah Dan Ruang Liangkup Kajian Antropoligi
Sejarah Dan Ruang Liangkup Kajian Antropoligi
NIM : D1A019485
Contoh lain adalah bencana alam. Sehebat – hebatnya manusia dalam membuat
bangunan, pasti bangunan tersebut akan rusak
B.Manusia menjaga keselarasan dengan alam.
Sebagai contoh, penghargaan Adipura atau Kalpataru merupakan contoh usaha manusia
untuk menjaga keselarasan dengan alam melalui penghargaan bagi daerah yang bisa
menjaga alam agar tetap bersih dan sehat.
Contoh lain adalah PROKASIH (Program Kali Bersih). Ini merupakan contoh dari
pemerintah yang masih peduli terhadap kelestarian lingkungan agar tetap terjaga dari hal
– hal buruk.
C,Manusia berusaha menguasai alam.
Sebagai contoh, para penebang hutan liar di Kalimantan berusaha memanfaatkan alam
untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak memikirkan akibat yang akan ditimbulkan dari
kegiatan ilegal mereka tersebut seperti terjadinya bencana alam.
Contoh lain adalah para pemburu binatang untuk diawetkan. Mereka tidak berpikir bahwa
binatang jika diburu akan dapat merusak habitat dan ekosistem lingkungan alam. Mereka hanya
berpikir jika mereka mendapatkan binatang untuk diawetkan, mereka akan mendapatkan uang
banyak. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM).
A.Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya (berjiwa gotong
royong).
Manusia sejak lahir memiliki rasa untuk ingin hidup bersama dengan yang lain. Manusia
tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain. Maka dari itu, manusia sangat
bergantung pada manusia yang lain sehingga saling membantu antara satu dengan yang lain.
Contohnya adalah bertetangga. Dalam bertetangga kita pasti menjalin hubungan untuk saling
membantu atau gotong royong
B.Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh – tokoh atasan dan berpangkat.
Seseorang dalam hidup pasti membutuhkan orang atau tokoh atasannya untuk
membantunya dalam mengatasi permasalah hidup.
Sebagai contoh, seorang siswa SMA tidak akan bisa lulus Ujian Nasional tanpa adanya bantuan
bimbingan dari tokoh atasannya yaitu gurunya.
Talcott Persons yang bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber
pernahmenganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu sistem
dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan
aktivitasmanusia yang berpola. Maka, serupa dengan J.J Honigmann yang dalam buku
pelajaranantropologinya yang berjudul The World of Man (1959 : hlm.11-12) membedakan
adanya tiga“gejala kebudayaan”. Yaitu (1) ideas. (2) activities. (3) artifacts, pengarang
berpendirian bahwa
kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatau kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peratuaran dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba
atau difoto karena lokasinya yang berada dalam alam fikiran warga masyarakat dimana
kebudayaan itu hidup, namun jika dinyatakan dalam tulisan maka lokasi dari kebudayaan ideal
sering berada dalam kerangka dan buku-buku hasil karya para masyarakat.
Wujud kedua adalah sistem sosial atau social system, mengenai pola dari tindakan
manusia itu sendiri. Sistem ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri yaitu
berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, dari hari ke hari,
dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Wujud ketiga disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukanbanyak penjelasan.
Karena berupa seluruh total hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia
dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan difoto.
C. Adat Istiadat dan Sifat Budaya
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Idedologi. Sistem nilai budaya merupakan
tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-
nilai budaya itu merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
manusia mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup.
Dalam setiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhan ada sejumlah nilai
budaya yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya sehingga menghasilkan suatu sistem,
dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan memberi
pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya.
Menurut seorang ahli antropologi terkenal, C. Kluckhohn, tiap sistem nilai budaya dalam
tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia.
Atas dasar konsepsi itu, ia menyatakan bahwa setiap sistem nilai budaya dalam tiap
kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia, selain itu ia juga
mengembangkan suatu kerangka yang dapat dipakai oleh para ahli antropologi untuk
menganalisa universal tiap variasi dalam system nilai budaya dalam semua macam kebudayaan
yang terdapat di dunia. Menurut C. Kluckhohn, kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia
yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya adalah:
1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia.
2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia.
3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam wuang waktu.
4. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
5. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Kendati kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan
mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan
bersifat universal.
Di mana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan
manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkunagan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki
yang berlaku umum bagi semua budaya di mana pun. Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut
antara lain:
1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan
mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang
diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
D. Unsur Kebudayaan
Para sarjana antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan (misalnya kebudayaan
Minangkabau, kebudayaan Bali, atau kebudayaan Jepang) sebagai suatu keseluruhan itu
terintegrasi, pada waktu analisa membagi keseluruhan itu kedalam unsur-unsur besar yang
disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” atau cultural universals. Dengan mengambil dari
berbagai kerangka tentang unsur-unsur kebudayaan universal yang disusun oleh beberapa sarjana
antropologi ini, Koentjaraningrat berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan bangsa di dunia, yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatn hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal dapat menjelma dalam tiga wujud kebudayaan
yaitu wujud yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial, dan yang berupa unsur-unsur
kebudayaan fisik.
Tiap unsur dapat diperinci kedalam unsur-unsur yang lebih kecil sampai beberapa kali.
Dengan mengikuti metode pemerincian dari seorang ahli antropologi bernama R. Linton, maka
pemerinci itu akan dilakukan sampai empat kali, dan dari ketujuh unsur tadi masing-masing
harus juga dilakukan dengan ketiga wujud itu.
Fungsi dari unsur-unsur kebudayaan menurut beberapa sarjana antropologi yang
mencoba mencapai pengertian mengenai masalah integrasi kebudayaan dan jaringan yang
berkaitan dengan unsur-unsur antropologi. Adapun istilah “fungsi” itu dapat dipakai dalam
bahasa sehari-hari maupun dalam bahasa ilmiah dengan arti yang berbeda-beda.
Seorang sarjana antropologi, M.E. Spiro, pernah mendapatkan bahwa dalam karangan
ilmiah ada tiga cara pemakaian fungsi unsur kebudayaan, yaitu:
1. Pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna anatara suatu hal dengan
suatu tujuan tertentu.
2. Pemakaian yang menerangkan kaitan korelasi antara satu hal dengan hal yang lain.
3. Pemakaian yang menerangkan hubungan yang terjadi anatar satu hal dengan hal-hal
dalam suatu sistem yang terintegrasi
C. Hakikat Karya
a. Karya itu untuk menafkahi hidup.
Ada beberapa yang menganggap kerja adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk
bertahan dalam kehidupan (survival). Dan saya termasuk dalam beberapa orang tersebut. Saya
setuju bahwa kerja merupakan salah satu cara untuk menafkahi hidup. Meskipun sebenarnya
rezeki kita sudah diatur oleh Yang Maha Esa.
Tapi kalau kita hanya diam diri tidak bekerja, rezeki itu tidak akan datang kepada kita.
Dengan bekerja juga selain mendapat rezeki, bonusnya kita juga dapat kehormatan jika ditempat
kerja kita sudah mendapat jabatan yang disegani. Jadi intinya, menurut saya kerja atau karya itu
untuk menafkahi hidup, kehormatan hanya sebagai bonus.
Karena kehormatan selalu tidak dapat menolong kita dalam bertahan hidup.
b. Karya itu untuk kehormatan.
Ada juga yang berpendapat bahwa bekerja itu untuk mendapatkan pangkat, jabatan,
bahkan ada yang berpikir bekerja untuk meninggikan prestasi. Bukan harta yang dicari, namun
status sosial yang dimiliki setiap individu.
Latar belakang.
Manusia adalah makhluk yang paling berkuasa di mana pun ia berada. Diciptakan dengan
segala kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Selain memiliki akal pikiran, manusia juga
dianugerahi naluri yang merupakan bawaan dari alam. Naluri dan akal pikiran tersebut akan
digunakan untuk memenuhi hasrat hidupnya guna menjamin kelangsungan hidup manusia.
Dalam perkembangannya, manusia akan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Manusia akan semakin mengembangkan akal pikirannya karena
mengandalkan naluri saja tidak akan mampu membuat mereka bertahan hidup.
Dengan mengembangkan akal pikirannya maka kemampuan manusia akan semakin
bertambah. Cara-cara untuk bertindak melakukan aktivitas kehidupan juga semakin bervariasi.
Tindakan yang semula hanya berasal dari naluri dan refleks, selanjutnya akan semakin
dirombak agar mempermudah aktivitas manusia atau hanya sekedar untuk menghasilkan sesuatu
yang berbeda dari sebelumnya yang pernah dilakukan. Dalam perkembangannya, tindakan-
tindakan tersebut akan menghasilkan sebuah benda-benda (peralatan), baik untuk membantu
manusia atau untuk fungsi lainnya.
Tindakan, rasa, dan karya yang dihasilkan tersebut tentu saja melalui sebuah proses
belajar. Sebab kemampua-kemampuan tersebut tidak akan bisa muncul apabila tanpa dibiasakan
dengan belajar dan mencoba. Proses belajar untuk menghasilkan tindakan ini akan membentuk
suatu kebudayaan. Kebudayaan tersebut akan dibahas lewat ilmu “antropologi” yang menjadikan
budaya menjadi salah satu dari pokok bahasannya. Cabang dari antropologi yang membahas
budaya ini biasa disebut “antropologi kebudayaan”.
PROSES EVALUASI SOSIAL DAN PEMBAHARUAN ATAU INOVASI
Evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang seolah-olah dari suatu jarak yang
jauh,dengan mengambil interval waktu yang panjang [misalnya beberapa ribu tahun],maka akan
tampak perubahan-perubahan yang seolah-olah bersifat menentukan arah [directional] dari
sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
Perubahan-perubahan besar ini dalam abad ke-19 yang lalu telah menjadi perhatian
utama para sarjana ilmu antropologi budaya dalam arti umum. Pada masa sekarang , gejala ini
menjadi perhatian khusus dari suatu subilmu dalam antropologi, yaitu ilmu prehistori. Ilmu ini
mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia dalam jangka waktu yang panjang dan
juga oleh para sarjana ilmu sejarah yang mencoba merekonstruksi kembali sejarah
perkembangan seluruh umat manusia.
Inovasi dan penemuan
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan
modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga
terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Dengan demikian, inovasi adalah
pembaruan unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan.
Suatu proses inovasi berkaitan dengan penemuan baru dalam teknologi yang merupakan
proses sosial melalui tahap discovery, yaitu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru,
baik suatu alat atau gagasan baru dari seorang atau sejumlah individu. Discovery baru menjadi
invention apabila suatu penemuan baru telah diakui dan diterima serta diterapkan oleh
masyarakat.
Proses sejak dicovery menjadi invention, sering kali hanya melibatkan seorang individu
saja, tetapi sering kali terdiri atas sejumlah pencipta yang membentuk serangkaian mata rantai.
Penemuan mobil diawali dengan pengembangan motor gas oleh Marcus di Amerika pada
tahun 1875. Bentuk mobil yang kemudian berkembang sehingga menjadi salah satu alat yang
terpenting dalam kehidupan masyarakat manusia sekarang ini, merupakan invention.
Pada saat suatu penemuan menjadi suatu invention, proses penemuan belum selesai.
Walaupun kira-kira sudah 1911 produksi mobil di mulai dan menjadi suatu inovasi teknologi
yang ekonomis, namun mobil belum belum di kenal oleh seluruh masyarakat. Penyebarannya
harus di propagandakan kepada khalayak ramai.lagi pula, waktu itu biaya produksi masih
demikian tingginya sehingga hanya suatu golongan yang sangat kecil saja dapat membelinya .
untuk membuat agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin masih di perlukan
serangkaian penemuan perbaikan lagi dan kemudian penerimaan dari masyarakat juga belum
dapat meluas apabila masyarakat belum siap dan belum matang untuk menerimanya.