Anda di halaman 1dari 44

TUGAS KELOMPOK

KALKULUS PEUBAH BANYAK

DOSEN PENGAMPU

Drs. H. Zaenal Saeful, M. Pd dan T. Tutut Widiastuti. A, M. Pd

Disusun oleh :
Anggota :
Hashina Luthfia (1182050041)
Devi Fitri Rahmawati (1212050043)
Fitri Winarti (1212050062)
Frisilia (1212050064)
Ghefira Nur Syihada (1212050065)
Ghina Alifah Rahmaniya (1212050066)
Hami Ahqafi (1212050068)
Imas Meilani (1212050076)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat, nikmat serta karunia-Nya sehingga penulisan makalah kelompok ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada junjunan alah habibana wanabiyana Muhammad SAW. Tak lupa
juga kepada para keluarganya, para sahabatnya, serta kepada kita selaku umatnya
yang insyaallah shaleh dan shalehah hingga akhir zaman.

Dalam penulisan makalah ini tak lepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik moril maupun materi. Maka dalam hal ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, kedua orang tua, Bapak Drs.
H. Zaenal Saeful, M. Pd dan Ibu T. Tutut Widiastuti. A, M. Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Kalkulus Peubah Banyak yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

“Tak ada gading yang tak rapuh”, begitupun dengan penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penulisan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai bahan pembelajaran bagi para pembaca. Serta mudah – mudahan
terselesaikannya makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan penulis untuk terus
belajar kembali tanpa semangat yang memudar dan menjadi lebih baik dimasa yang
akan datang. Aamiin.

Bandung, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1

1.3 Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih ............................................................. 3

2.2 Limit dan Kekontinuan....................................................................... 11

2.3 Keterdiferensialan............................................................................... 17

2.4 Aturan Rantai...................................................................................... 25

2.5 Latihan Soal ........................................................................................ 29

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kesimpulan......................................................................................... 39

3.2 Saran ................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalkulus adalah cabang ilmu matematika yang mencakup limit, turunan,
integral, dan deret takterhingga. Kalkulus adalah ilmu yang mempelajari
perubahan, sebagaimana geometri yang mempelajari bentuk dan aljabar yang
mempelajari operasi dan penerapannya untuk memecahkan persamaan.
Kalkulus dikembangkan pada paruh ke-2 (dua) abad ke-17 (tujuh belas)
oleh dua ahli matematika, Gottfried Leibniz dan Isaac Newton. Newton pertama
kali mengembangkan calculus dan menerapkannya langsung pada pemahaman
sistem fisik. Secara independen, Leibniz sendiri mengembangkan notasi yang
digunakan dalam kalkulus. Sederhananya, sementara matematika dasar
menggunakan operasi seperti plus, minus, kali dan pembagian (+, -, x, dan ÷),
calculus menggunakan operasi yang menggunakan fungsi dan integral untuk
menghitung laju perubahan. Alat-alat itu memungkinkan Newton, Leibniz, dan
ahli matematika lain yang mengikuti untuk menghitung hal-hal seperti
kemiringan kurva yang tepat pada titik mana pun.
Kalkulus Peubah banyak merupakan salah satu bidang kalkulus yang akan
dibahas dalam makalah ini. Kalkulus Peubah Banyak adalah mata kuliah
lanjutan dari mata kuliah Kalkulus Differensial dan Kalkulus Integral. Makalah
ini merupakah salah satu syarat dalam tugas mata kuliah Kalkulus Peubah
Banyak untuk memaksimalkan pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah
ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Fungsi Dua Peubah atau Lebih dan bagaimana
penyelesaian serta penggambaran grafiknya ?
2. Apa yang dimaksud dengan Limit dan Kekontinuan dan bagaimana
penyelesaian serta penggambaran grafiknya ?
3. Apa yang dimaksud dengan Keterdiferensialan dan bagaimana penyelesaian
serta penggambaran grafiknya ?

1
4. Apa yang dimaskud dengan Aturan Rantai serta bagaimana
penyelesaiannya ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari Fungsi Dua Peubah atau
Lebih dan cara penyelesaiannya serta penggambaran grafiknya
2. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari Limit dan Kekontinuan dan
cara penyelesaian serta cara penggambaran grafiknya
3. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari Keterdiferensialan dan cara
penyelesaian serta cara penggambaran grafiknya
4. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari Aturan Rantai serta cara
penyelesaiannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih

Ada dua jenis fungsi yang telah dibahas. Pertama, fungsi yang dinyatakan
dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 2, memadankan bilangan real 𝑥 dengan bilangan real lain
𝑓(𝑥). Fungsi ini bisa disebut sebagai fungsi bernilai-real (real-valued function)
dari variabel real. Jenis fungsi yang kedua, diilustrasikan dengan 𝑓(𝑥) =
(𝑥 3 , 𝑒 𝑥 ) , memadankan bilangan real 𝑥 dengan vektor 𝑓(𝑥). Fungsi ini bisa
disebut sebagai fungsi bernilai-vektor (vector-valued function) dari variabel
real.

Sekarang kita akan fokuskan pada materi fungsi bernilai-real dari dua
peubah real. Fungsi bernilai-real dari duah peubah real (real-valued function
of two real variables), yaitu fungsi yang menghubungkan setiap pasangan
berurutan (𝑥, 𝑦) pada suatu himpunan D dalam suatu bidang dengan sebuah
bilangan real dari (𝑥, 𝑦) . Misalnya,

(1) 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 + 3𝑦 2
(2) 𝑔 (𝑥, 𝑦) = 2𝑥 √𝑦

Himpunan 𝐷 disebut daerah asal fungsi. Jika tidak dinyatakan secara


khusus, kita dapat menyatakan 𝐷 sebagai daerah asal alami (natural domain),
yakni himpunan semua titik (𝑥, 𝑦) pada suatu bidang di mana fungsi tersebut
bermakna dan menghasilkan nilai bilangan real. Untuk 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 + 3𝑦 2 ,
daerah asal alami adalah seluruh bidang; untuk 𝑔(𝑥, 𝑦) = 2𝑥 √𝑦, daerah asal
alami adalah {(𝑥, 𝑦) : −∞ < 𝑥 < ∞, 𝑦 ≥ 0}. Daerah nilai fungsi adalah

3
himpunan nilai-nilainya. Jika 𝑧 = 𝑓 (𝑥, 𝑦) kita sebut 𝑥 dan 𝑦 fungsi eksplisit
dan 𝑧 fungsi implisit.

Fungsi dua peubah atau lebih dapat ditulis dalam bentuk eksplisit atau
implisit. Jika fungsi dua peubah dinyatakan dalam bentuk eksplisit, maka
secara umum ditulis dalam bentuk 𝑧 = 𝐹(𝑥, 𝑦). Sebaliknya jika fungsi
dituliskan dalam bentuk implisit, secara umum ditulis dalam bentuk
𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0.

Contoh :

1. 𝑧 = 2𝑥 + 𝑦
2. 𝑧 = 𝑙𝑛 |𝑥 2 − 2𝑦 4 |
1
3. 𝑧 = 1 − 2√
2𝑠𝑖𝑛𝑥−𝑠𝑖𝑛𝑦

4. 𝑥𝑦 + 𝑥𝑧 − 𝑦𝑧 = 0
5. 𝑥𝑦 − 𝑒 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑦 = 0
𝑦
6. 𝑙𝑛|𝑥 2 − 𝑦 2 | − 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 0
𝑥
𝑦
7. 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 − 2𝑧 = 0
𝑥

Pada contoh di atas, fungsi yang ditulis dalam bentuk eksplisit adalah pada
contoh 1,2, dan 3. Sedangkan contoh 4, 5, 6, dan 7 adalah fungsi yang ditulis
dalam bentuk implisit. Semua fungsi dalam be tuk eksplisit dengan mudah
dapat dinyatakan dalam bentuk eksplisit. Akan tetapi tidak semua bentuk
implisit dapat dinyatakan dalam bentuk eksplisit.

Untuk menggambar fungsi dua peubah dapat dengan membuat sumbu -


sumbu koordinat, yaitu sumbu x, sumbu y, dan sumbu z seperti gambar berikut
:

4
Contoh Soal :

1. Diberikan fungsi dua peubah 𝑓(𝑥, 𝑦) = √𝑥 − 𝑦. Domain fungsi 𝑓


tersebut adalah ….

Jawab :

- 𝐷𝑓 = {(𝑥, 𝑦) ∈ ℜ2 : √𝑥 − 𝑦 } ada

= {(𝑥, 𝑦) ∈ ℜ2 : 𝑥 − 𝑦 ≥ 0}

= {(𝑥, 𝑦) ∈ ℜ2 : 𝑥 ≥ 𝑦}

- 𝑅𝑓 = {𝑦 ∈ ℜ : 𝑦 = √𝑥 − 𝑦 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 (𝑥, 𝑦) ∈ 𝐷𝑓 }

= {𝑦 ∈ ℜ : 𝑦 ≥ 0 }

A. Grafik (graph)

Dari fungsi 𝑓 dengan dua peubah, yang dimaksud adalah grafik dari
persamaan 𝑧 = 𝑓 (𝑥, 𝑦). Grafik ini normalnya merupakan sebuah
permukaan, dan karena terhadap masing - masing (𝑥, 𝑦) di dalam daerah
asal hanya berhubungan dengan suatu nilai 𝑧, maka setiap garis yang tegak
lurus terhadap bidang 𝑥𝑦 akan hanya memotong permukaan di satu titik.

Contoh Soal :

1. Perhatikan Grafik fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = 4 − 𝑥 2 − 𝑦 2


- Bidang 𝑥𝑜𝑦 (𝑧 = 0) → 𝑥 2 + 𝑦 2 = 4, lingkaran berpusat di
(0,0) berjari-jari 2
- Bidang 𝑥𝑜𝑧 (𝑦 = 0)
→𝑧 = 4 − 𝑥2

= (2 − 𝑥)(2 + 𝑥)

𝑥 = 2, 𝑥 = −2

- Bidang 𝑦𝑜𝑧 (𝑥 = 0)

5
→𝑧 = 4 − 𝑥2
= (2 − 𝑦)(2 + 𝑦)

𝑦 = 2, 𝑦 = −2

Mengenai grafik fungsi dari dua peubah atau lebih, lebih sulit
digambarkan secara manual atau terkesan sangat sulit. Namun terdapat
beberapa perangkat lunak yang mampu menghasilkan grafik - grafik
berdimensi tiga yang rumit dengan sangat mudah. Berikut contoh grafik
yang dihasilkan oleh salah satu perangkat lunak yang biasa digunakan

Fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 − 𝑦 2

B. Kurva Ketinggian

Seringkali sangat sukar mensketsa permukaan yang berpadanan dengan


grafik fungsi dua peubah 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦). Pembuat peta telah memberikan cara
lain dan biasanya ada cara yang lebih mudah untuk menggambarkan sebuah
permukaan, yang disebut peta kontur. Setiap bidang horizontal 𝑧 = 𝑐
memotong permukaan di dalam sebuah kurva. Proyeksi kurva ini pada
bidang 𝑥𝑦 disebut kurva ketinggian atau level curve (Gambar 1), dan
kumpulan lengkungan-lengkungan yang demikian adalah suatu plot kontur
atau peta kontur.

6
Contoh 1 :

Gambar peta-peta kontur untuk permukaan yang berpadanan dengan


1
`𝑧 = √(36 − 9𝑥 2 − 4𝑦 2 ) dan 𝑧 = 𝑦 2 − 𝑥 2 (Lihat Gambar 3)
3

Penyelesaian :
1
Kurva-kurva ketinggian dari 𝑧 = 3 √(36 − 9𝑥 2 − 4𝑦 2 ) berpadanan

dengan 𝑧 = 0,1,1,5,1,75,2 diperlihatkan pada Gambar 4 (sebelah


kiri).

7
1
𝑧 = 3 √(36 − 9𝑥 2 − 4𝑦 2 )

⇔ 9𝑥 2 + 4𝑦 2 + 9𝑧 2 = 36

36 − 9𝑥 2 − 9𝑧 2
⇔𝑦=√
4

36−9𝑥2
● 𝑧=0→𝑦=√ 4

27−9𝑥2
● 𝑧=1→𝑦=√ 4

15,75−9𝑥2
● 𝑧 = 1,5 → 𝑦 = √
4

8,4375−9𝑥2
● 𝑧 = 1,75 → 𝑦 = √ 4

9𝑥2
● 𝑧=2→𝑦=√
4

Kurva-kurva tersebut adalah elips.

Dengan cara yang sama, pada Gambar 4 (sebelah kanan), kita


perlihatkan kurva ketinggian dari 𝑧 = 𝑦 2 − 𝑥 2 untuk 𝑧 =
−5, −4, −3, . . . . . ,2,3,4.

● −5 = 𝑦 2 − 𝑥 2 → 𝑦 = √𝑥 2 − 5
● −4 = 𝑦 2 − 𝑥 2 → 𝑦 = √𝑥 2 − 4
.

● 4 = 𝑦 2 − 𝑥 2 → 𝑦 = √𝑥 2 + 4
● 5 = 𝑦 2 − 𝑥 2 → 𝑦 = √𝑥 2 + 5

8
Kurva-kurva ini berbentuk hiperbola kecuali untuk 𝑧 = 0 berupa
sepasang garis yang berpotongan.

C. Penerapan Plot Kontur


Peta kontur sering digunakan untuk menunjukkan kondisi cuaca atau
kondisi-kondisi dari berbagai titik di dalam peta. Sebagai contoh, suhu
bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Kita dapat membayangkan
𝑇(𝑥, 𝑦) sama dengan suhu pada lokasi 𝑥, 𝑦. Kurva ketinggian yang
mewakili suhu-suhu yang sama disebut isotern atau kurva isoternal.
Gambar 20 memperlihatkan peta isoternal untuk Amerika Serikat.

Pada tanggal 9 April 1917 terjadi sebuah gempa dahsyat yang


berpusat di tepi Sungai Mississippi tepat di sebelah selatan kota Saint

9
Louis. Intensits gempa diukur dengan skala I sampai XII dimana semakin
besar skala yang ditunjukkan semakin besar pula gempa yang dirasakan.
Sebuah gempa dengan skala mulai dari VI akan mengakibatkan kerusakan
fisik dari stuktur-struktur bangunan. Jika kita membayangkan intensitas I
sebagai fungsi dari lokasi (𝑥, 𝑦) maka kita dapat mengilustrasikan
intensitas gempa menggunakan sebuah peta dengan kurva-kurva
ketinggian yang bersesuaian dengan intensitas yang sama. Kurva-kurva
dengan intensitas konstan yang sama disebut kurva isoseismik.

Gambar (A) menunujukkan countour plot yang dihasilkan, terdiri dari


berbagai varias warna yang masing-masing menunjukkan range besarnya
respon yang dihasilkan. Kondisi paling maksimal untuk plot diatas berada
di warna biru muda dengan nilai kuat tekan diatas 50 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 . Range

10
warna inilah yang akan memberi garis besar petunjuk letak titik optimum
variabel. Penentuan kondisi optimum dari faktor diatas dibuktikan dengan
bentuk kurva tiga dimensi yang membentuk puncak optimum seperti
ditunjukkan pada Gambar B. Gambar ini menampilkan contour plot dalam
tiga dimensi. Terlihat dengan jelas bahwa kuat tekan akan semakin besar
apabila proporsi semen berada pada proporsi 21%, proporsi pasir sebesar
29%, dan proporsi tanah sekitar 50%. Nilai tersebut hanya berupa
perkiraan kasar saja, masih sulit untuk mengetahui dengan jelas besarnya
variabel independen (𝑥1 ,𝑥2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 ) yang mampu mengoprimalkan
respon dengan plot permukaan respon, sehingga perlu dilakukan optimasi
lanjutan lagi dengan menggunakan fitur optimazion plot pada Minitab 17.

2.2 Limit dan Kekontinuan

Dalam bahasa yang biasa, kata kontinu digunakan untuk memeriksa suatu
proses yang berkelanjutan tanpa perubahan yang mendadak. Gagasan inilah,
yang berkenaan dengan fungsi, yang sekarang ingin dibuat secara persis.
Pandang tiga grafik yang diperlihatkan dalam Gambar 1. Hanya grafik yang
ketiga memperlihatkan kekontinuan di c.

A. Definisi Kekontinuan di satu titik


Andaikan f terdefinisi pada sebuah selang terbuka yang mengandung c. Kita
katakan bahwa f kontinu di c jika : 𝑙𝑖𝑚 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐) .
𝑥→𝑐

Dengan definisi ini kita bermaksud mensyaratkan 3 hal :

11
Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tak terpenuhi, maka f tak kontinu
(diskontinu) di c. Jadi, fungsi yang diwakili oleh grafik yang pertama dan
kedua di atas tak kontinu di c, tetapi kontinu di titik-titik lain dari daerah
asalnya.
CONTOH 1
(𝑥2 − 4)
Andaikan 𝑓(𝑥) = , 𝑥 ≠ 2. Bagaimana seharusnya f didefinisikan
𝑥 −2

di 𝑥 = 2 agar kontinu di titik itu ?


Penyelesaian :
𝑥2 − 4 (𝑥 − 2) (𝑥 + 2)
𝑙𝑖𝑚 = 𝑙𝑖𝑚 = 𝑙𝑖𝑚 (𝑥 + 2) = 4
𝑥→2 𝑥−2 𝑥→2 𝑥 −2 𝑥→2

Karena itu, kita definisikan 𝑓 (2) = 4. Grafik dari fungsi yang


didefinisikan diperlihatkan dalam Gambar . Kenyataannya, kita lihat bahwa
𝑓(𝑥) = 𝑥 + 2 untuk semua x.

Kekontinuan Beberapa Fungsi


TEOREMA A : Fungsi polinom kontinu di setiap bilangan riil c. Fungsi
rasional kontinu di setiap bilangan riil c dalam daerah daerah asalnya, yaitu
kecuali di mana penyebutnya adalah 0.

12
TEOREMA B : Fungsi nilai mutlak adalah kontinu di setiap bilangan riil
c. Jika n ganjil, fungsi akar ke n kontinu di setiap bilangan riil c; jika n genap
fungsi ini kontinu di setiap bilangan riil positif c.
Kekontinuann Dalam Operasi Fungsi
TEOREMA C : Jika f dan g kontinu di c, maka demikian juga kf, 𝑓 + 𝑔,
𝑓
𝑓 – 𝑔, (asalkan 𝑔(𝑐) ≠ 0, fn, dan 𝑛√𝑓 (asalkan 𝑓(𝑐) > 0 jika n genap).
𝑔

CONTOH 2 :
Pada bilangan – bilangan berapa saja dikatakan kontinu ?
(3|𝑥| − 𝑥2 )
𝑓(𝑥) = (√𝑥 + 3√𝑥)

Penyelesaian :
Kita tidak perlu memandang bilangan – bilangan tak positif, karena f tak
terdefinisi di bilangan – bilangan yang demikian. Untuk setiap bilangan
positif, fungsi – fungsi √𝑥, 3 √𝑥 , |𝑥|, dan 𝑥 2 semuanya kontinu (Teorema
A dan B).
Menyusul dari Teorema C bahwasanya 3|𝑥|, 3|𝑥| − 𝑥 2, √𝑥 + 𝑥, 3√𝑥
(3|𝑥| − 𝑥2 )
akhirnya ( 3 adalah kontinu di setiap bilangan positif.
√𝑥 + √𝑥 )

Kontinuitas Fungsi Trigonometrik


TEOREMA D : Fungsi sin dan cos adalah kontinu di setiap bilangan riil c.
Fungsi tanx, cotx, secx, dan cscx adalah kontinu di setiap bilangan riil c
pada daerah asalnya.
CONTOH 3 :
𝑠𝑖𝑛 𝑥
Tentukan semua titik kekontinuan dari fungsi 𝑓(𝑥) = , 𝑥 ≠ 0,
(𝑥(1 − 𝑥))

klasifikasikan masing-masing titik kekontinuan sebagai dapat dihapuskan


atau tidak dapat dihapuskan (removable or nonremovable).
Penyelesaian:
Menurut Teorema D, pembilang adalah kontinu di setiap bilangan riil.
Penyebut juga kontinu di setiap bilangan riil, tetapi saat 𝑥 = 0 atau 𝑥 =
1, penyebutnya adalah 0. Oleh karena itu, menurut Teorema C, f adalah
kontinu di setiap bilangan rill kecuali pada 𝑥 = 0 dan 𝑥 = 1. Karena :

13
𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑥 1
𝑙𝑖𝑚 = 𝑙𝑖𝑚 . 𝑙𝑖𝑚 = (1) (1) = 1
𝑥 → 0 𝑥(1 − 𝑥) 𝑥→0 𝑥 𝑥 → 0 (1 − 𝑥)

kita bisa mendefinisikan 𝑓(0) = 1 dan fungsi akan kontinu di sana.


Dengan demikian, 𝑥 = 0 adalah ketidakkontinuan yang dapat dihapuskan
(a removable discontinuity). Juga, karena :
𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑥 1
𝑙𝑖𝑚 = 𝑙𝑖𝑚 . 𝑙𝑖𝑚 = (1) (1) = 1
𝑥 → 0 𝑥(1 − 𝑥) 𝑥→0 𝑥 𝑥 → 0 (1 − 𝑥)

tidak ada cara untuk mendefinisikan f(1) untuk membuat f kontinu di 𝑥 =


1. Oleh karena itu, 𝑥 = 1 adalah ketidakkontinuan yang tidak dapat
dihapuskan (a nonremovable discontinuity). Sebuah grafik 𝑦 = 𝑓(𝑥) :

Terdapat operasi fungsi lain yang akan sangat penting dalam pekerjaan
nantinya, yakni komposisi. Operasi ini juga mempertahankan kekontinuan.
Teorema Limit Komposit
TEOREMA E : Jika 𝑙𝑖𝑚 𝑔(𝑥) = 𝐿 dan jika f kontinu di L, ,maka
𝑥→𝑐

𝑙𝑖𝑚 𝑓(𝑔(𝑥)) = 𝑓 ( 𝑙𝑖𝑚 𝑔(𝑥)) = 𝑓(𝐿) khususnya jika g kontinu di c


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

dan f kontinu di 𝑔(𝑐), maka fungsi komposit 𝑓𝑜 𝑔 kontinu di c.


CONTOH 5 :
𝑥4 − 3𝑥 + 1
Tunjukkan bahwa ℎ(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 adalah kontinu kecuali di 3 dan
𝑥2 − 𝑥 − 6

−2.
Penyelesaian :
𝑥 2 − 𝑥 − 6 = (𝑥 − 3) (𝑥 + 3) Oleh karena itu, fungsi rasional
𝑥4 − 3𝑥 + 1
𝑔(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 𝑥2 − 𝑥 − 6
adalah kontinu kecuali di 3 dan −2.

(Teorema A). Kita tahu dari Teorema D bahwa fungsi sin adalah kontinu
di setiap bilangan riil. Oleh karena itu, dari Teorema E, kita simpulkan
bahwa, karena ℎ(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛(𝑔(𝑥)), h juga kontinu kecuali di 3 dan −2.

14
B. Definisi Kekontinuan Pada Selang
Fungsi f adalah kontinu kanan di a jika 𝑙𝑖𝑚 + 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎) dan
𝑥→𝑎

kontinu kiri di b jika 𝑙𝑖𝑚 + 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑏). Kita katakan f adalah kontinu
𝑥→𝑏

pada selang terbuka (a,b) jika f kontinu pada setiap titik (a,b) dan f kontinu
pada selang tertutup [a,b] jika f kontinu pada (a,b), kontinu kanan di a, dan
kontinu kiri di b.
1
Sebagai contoh, pernyataan bahwa 𝑓(𝑥) = kontinu pada (0,1) dan bahwa
𝑥

𝑔(𝑥) = √𝑥 kontinu pada [0,1] adalah benar.


CONTOH 6 :
Dengan menggunakan definisi di atas, uraikan sifat-sifat kekontinuan dari
fungsi yang grafiknya disketsakan dalam Gambar

Penyelesaian :
Fungsi itu kontinu pada selang terbuka (−∞,0), (0,3), dan (5,∞) dan juga
pada selang tertutup [3,5].
Teorema Nilai Antara
TEOREMA F : Jika f kontinu pada [a,b] dan jika W sebuah bilangan antara
f(a) dan f(b) maka terdapat sebuah bilangan c di antara a dan b, sedemikian
sehingga f(c) = W.
Ditunjukkan grafik fungsi f(x) yang kontinu pada [a,b]. Teorema
Nilai Antara mengatakan bahwa untuk setiap W dalam (f(a), f(b)) pasti ada
sebuah nilai c pada [a,b] sehingga f(c)=W. Dengan kata lain, f mengambil
setiap nilai antara f(a) dan f(b). Kekontinuan diperlukan untuk teorema ini,
jika tidak demikian mungkin akan ditemukan sebuahfungsi f dan bilangan
W antara f(a) dan f(b) di mana tidak terdapat c dalam [a,b] yang memenuhi
f(c) = W.

15
Kebalikan dari teorema ini, yang mana tidak benar secara umum,
mengatakan bahwa jika f mengambil setiap nilai antara f(a) dan f(b) maka f
adalah kontinu. Gambar diatas menunjukkan fungsi yang mengambil semua
nilai antara f(a) dan f(b), tetapi fungsi dalam gambar 7 tidak kontinu pada
[a,b]. Hanya karena sebuah fungsi mempunyai sifat nilai antara, itu tidak
berarti bahwa fungsi tersebut kontinu.

CONTOH 7 :
Gunakan Teorema Nilai Antara untuk menunjukkan bahwa persamaan 𝑥 −
𝜋
𝑐𝑜𝑠 𝑥 = 0 mempunyai sebuah solusi antara 𝑥 = 0 dan 𝑥 = .
2

Penyelesaian:
Andaikan 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 𝑐𝑜𝑠 𝑥, dan misalkan W = 0. Maka 𝑓(0) = 0 −
𝜋 𝜋 𝜋 𝜋 𝜋
𝑐𝑜𝑠 0 = −1 dan 𝑓 ( 2 = − 𝑐𝑜𝑠 2 = ). Karena f kontinu pada [0, 2 ]
2 2
𝜋
dan W = 0 berada antara f(0) dan 𝑓 [0, 2 ], Teorema Nilai Antara
𝜋
mengimplikasikan kehadiran sebuah c pada interval [0, 2 ] dengan sifat

bahwa f(c) = 0. Nilai c tersebut merupakan sebuah solusi untuk persamaan


𝑥 − 𝑐𝑜𝑠 𝑥 = 0. Kita bisa meneruskan satu langkah lebih lanjut. Titik

16
𝜋 𝜋 𝜋
tengah interval [0, 2 ] adalah titik 𝑥 = . Saat kita mengevaluasi 𝑓 ( 4 ), kita
4

peroleh :
𝜋 𝜋 𝜋 𝜋 √2
𝑓( ) = − 𝑐𝑜𝑠 = − ≈ 0.0782914
4 4 4 4 2
𝜋
yang lebih besar dari 0. Dengan demikian, 𝑓(0) < 0 dan 𝑓 ( 4 ) > 0 ,

sehingga aplikasi lain dari Teorema Nilai Antara memberitahu kita bahwa
𝜋
terdapat sebuah c antara 0 dan 4 sehingga f(c) = 0.

2.3 Keterdiferensialan

Untuk suatu fungsi satu variabel, keterdiferensialan dari 𝑓 di 𝑥 berarti


adanya turunan 𝑓′(𝑥 ). Pada gilirannya, keterdiferensialan ini akan ekuivalen
dengan grafik 𝑓 yang mempunyai garis singgung tak-vertikal di 𝑥. Pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimanakah konsep yang benar tentang
keterdiferensialan untuk suatu fungsi dua variabel? Tentunya hal ini
berhubungan dengan kaidah normal tentang keberadaan sebuah bidang
singgung, dan jelaslah bahwa hal ini membutuhkan lebih dari sekedar
keberadaan turunan-turunan parsial dari 𝑓 semata, karena turunan-turunan
tersebut mencerminkan sifat 𝑓 hanya dalam dua arah. Untuk memperjelas
masalah ini, perhatikan :

𝑓 (𝑥, 𝑦) = −10√|𝑥𝑦|

Yang diperlihatkan pada Gambar 1. Perhatikan bahwa 𝑓𝑥 (0,0) dan


𝑓𝑦 (0,0) keduanya ada dan sama dengan 0, namun tak seorangpun akan

17
menuntut bahwa grafik mempunyai sebuah bidang singgung di titik asal.
Alasannya, tentu saja, bahwa grafik 𝑓 tidak diaproksimasi secara baik di sana
oleh sebarang bidang (khususnya, bidang −𝑥𝑦) kecuali dalam dua arah. Suatu
bidang singgung seharusnya mengaproksimani grafik secara sangat baik dalam
semua arah.

Gambar 1 𝑧 = −10√|𝑥𝑦|

Perhatikan pertanyaan kedua. Apa yang memegang peranan turunan


untuk suatu fungsi dua variable? Lagi-lagi turunan parsial tidak mencukupi,
jika bukan untuk alasan lain daripada karena terdapat dua dari mereka. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita mulai dengan menghilangkan perbedaan
antara titik (𝑥, 𝑦) dan vector ⟨𝑥, 𝑦⟩ . Jadi, kita tuliskan p=(𝑥, 𝑦) = ⟨𝑥, 𝑦⟩ dan
𝑓(𝒑) = 𝑓 (𝑥, 𝑦) . Ingat Kembali bahwa :

𝑓 (𝑥)−𝑓 (𝑎) 𝑓 (𝑎+ℎ)−𝑓 (𝑎)


1) 𝑓′(𝑎) = lim = lim analoginya akan terlihat berupa
𝑥→𝑎 𝑥−𝑎 ℎ→0 ℎ
𝑓 (𝑝)−𝑓 (𝑃𝑜 ) 𝑓 (𝑃𝑜 +ℎ)−𝑓 (𝑃𝑜 )
2) 𝑓′(𝑃𝑜 ) = lim = lim tetapi, sayangnya pembagian
𝑝→𝑃𝑜 𝑝−𝑃𝑜 ℎ→0 ℎ

oleh vector tidak masuk akal.

Cara lain untuk melihat keterdiferensialan fungsi variable tunggal adalah


sebagai berikut. Jika 𝑓 terdiferensialkan di a, maka terdapat garis singgung
melalui (𝑎, 𝑓(𝑎)) yang mengakporksimasi fungsi untuk nilai x dekat dengan a.
dalam perkataan lain, 𝑓 hampir linear dekat a. Gambar a mengilustrasikan
fungsi ini untuk fungsi variable tunggal; ketika kita melihat perbesaran grafik
𝑦 = 𝑓(𝑥), kita lihat bahwa garis singgung dan fungsi menjadi hampir tidak
terbedakan.

18
Gambar 2

Agar lebih tepat, kita katakana bahwa fungsi f adalah linear secara local di a
jika terdapat konstanta m sedemikian sehingga :
𝑓 (𝑎 + ℎ) = 𝑓 (𝑎) + ℎ𝑚 + ℎ𝜀(ℎ)
Dimana 𝜀(ℎ) adalah fungsi yang memenuhi lim 𝜀(ℎ) = 0. Dengan
ℎ→0

memecahkan persamaan untuk mencari nilai 𝜀(ℎ) memberikan


𝑓 (𝑎+ℎ)−𝑓 (𝑎)
𝜀 (ℎ) = −𝑚

Fungsi 𝜀(ℎ) adalah selisih antara kemiringan garis tali busur yang melalui
titik (𝑎, 𝑓(𝑎)) dan (𝑎 + ℎ, 𝑓(𝑎 + ℎ)) dan kemiringan garis singgung yang
melalui (𝑎, 𝑓(𝑎)). Jika 𝑓 adalah linear secara local di a, maka
𝑓 (𝑎+ℎ)−𝑓 (𝑎)
lim 𝜀(ℎ) = lim [ − 𝑚] = 0
ℎ→0 ℎ→0 ℎ

yang bermakna bahwa


𝑓 (𝑎+ℎ)−𝑓 (𝑎)
lim = 𝑚
ℎ→0 ℎ

Kita simpulkan bahwa 𝑓 haruslah terdiferensialkan di a dan bahwa 𝑚


harus sama dengan 𝑓′(𝑎).
𝑓 (𝑎+ℎ)−𝑓 (𝑎)
Sebaliknya, jika 𝑓 terdiferensialkan di a, maka lim = 𝑓′(𝑎) = 𝑚
ℎ→0 ℎ

karenanya, 𝑓 adalah linear secara lokal. Karena itu, dalam kasus satu
variable, 𝑓 adalah linear secara lokal di a jika dan hanya jika 𝑓
terdiferensialkan di a. konsep linearitas ini memang berlanjut ke situasi dalam
hal 𝑓 adalah fungsi dua variable, dan kita akan menggunakan ciri ini untuk
mendefinisikan keterdiferensialkan fungsi dua variable. Pertama, kita
definisikan linearitas lokal.

19
Definisi : Linearitas Lokal Untuk Fungsi Dua Varibel

Kita katakan bahwa 𝑓 linear secara lokal di (a,b) jika 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) =


𝑓(𝑎, 𝑏) + ℎ1 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏) + ℎ2 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏) + ℎ1 𝜀1 (ℎ1 , ℎ2 ) + ℎ2 𝜀2 (ℎ1 , ℎ2 ) dengan
𝜀1 (ℎ1 , ℎ2 ) → 0 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 = (ℎ1 , ℎ2 ) → 0 𝑑𝑎𝑛 𝜀2 (ℎ1 , ℎ2 ) →
0 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 (ℎ1 , ℎ2 ) → 0.

Sama hal nya seperti h adalah pertambahan kecil dalam x untuk kasus satu-
variabel, kita dapat memikirkan ℎ1 𝑑𝑎𝑛 ℎ2 masing-masing sebagai
pertambahan kecil dalam x dan y, untuk kasus dua-variabel.

Gambar 3

Gambar 3 memperlihatkan apa yang dapat terjadi ketika kita masuk ke


perbesaran grafik fungsi dua variabel. (Pada Gambar 3 kita melakukan
perbesaran pada grafik di titik (x, y) = (1, 1) ) Jika kita melakukan perbesaran
cukup jauh, permukaan menggambarkan sebuah bidang, dan plot kontur
nampak terdiri atas garis-garis lurus. Kita dapat menyederhanakan definisi di
atas dengan mendefinisikan 𝑷𝒐 = (𝒂, 𝒃), 𝐡 = (ℎ1 , ℎ2 ), 𝑑𝑎𝑛 𝜀(𝒉) =
(𝜀1 (ℎ1 , ℎ2 ), 𝜀2 (ℎ1 , ℎ2 )). Fungsi 𝜀(𝒉) adalah fungsi bernilai fektor dari variable
vector. Jadi

𝑓(𝑷𝒐 + 𝐡) = 𝑓(𝑷𝒐 ) + (𝑓𝑥 (𝑷𝒐 ), 𝑓𝑦 (𝑷𝒐 )) . 𝐡 + 𝛆(𝐡) . 𝐡

Perumusan ini dengan mudah berlanjut ke kasus dalam hal 𝑓 adalah


fungsi tiga variabel (atau lebih). Sekarang kita definisikan keterdiferensiasian
sebagai sinonim dengan linearitas lokal.

20
Definisi : Keterdiferensialan Untuk Fungsi Dua Variabel Atau Lebih

Fungsi 𝑓 terdiferensialkan di p jika ia linear secara lokal di p. Fungsi 𝑓


terdiferensialkan pada himpunan terbuka R jika ia terdiferensialkan di
setiap titik di dalam R.

Vektor (𝑓𝑥 (𝐩), 𝑓𝑦 (𝐩)) = 𝑓𝑥 (𝐩)𝐢 + 𝑓𝑦 (𝐩)𝐣 dinyatakan oleh ∇𝑓(𝐩) dan
disebut gradien 𝑓. Jadi, 𝑓 terdiferensialkan di p jika dan hanya jika

(𝐩 + 𝐡) = 𝑓(𝐩) + ∇𝑓(𝐩) . 𝐡 + ε(𝐡) . 𝐡

Dengan ε(𝐡) → 𝟎 ketika 𝐡 → 𝟎. Operator ∇ dibaca “del” dan seringkali


disebur operator del.

Dalam nalar yang diuraikan diatas, gradien menjadi analog dalam


turunan. Mari kita tunjukan beberapa aspek definisi kit aini:

1. Turunan 𝑓′(𝑥 ) adalah bilangan, tetapi gradien ∇𝑓(𝐩) adalah vector.


2. Hasilkali ∇𝑓(𝐩) . 𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝛆(𝐡) . 𝐡 adalah hasilkali titik.

Teorema berikut memberikan syarat yang menjamin keterdiferensialan fungsi


di sebuah titik.

Teorema A

Jika 𝒇(𝒙, 𝒚) mempunyai turunan-turunan parsial kontinu


𝒇𝒙 (𝐱, 𝐲) 𝒅𝒂𝒏 𝒇𝒚 (𝒙, 𝒚) pada cakram D yang bagian dalamnya memuat
(a,b) maka 𝒇(𝒙, 𝒚) terdiferensialkan di (a,b)

Contoh 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 + 𝑦 2 mempunyai turunan parsial 𝑓𝑥 = 2𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑓𝑦 = 2𝑦


yang kontinu pada R, sehingga f mempunyai turunan di setiap titik.

Bukti Misalkan ℎ1 𝑑𝑎𝑛 ℎ2 masing-masing adalah pertambahan dalam


𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦, yang demikian kecilnya sehingga (𝑎 + ℎ1 𝑏 + ℎ2 ) berada di bagian
dalam cakram D. Bahwa nilai-nilai ℎ1 𝑑𝑎𝑛 ℎ2 yang demikian ada merupakan
konsekuensi dari fakta bahwa bagian dalam cakram D adalah himpunan
terbuka). Selisih antara 𝑓(𝑎 + ℎ1 𝑏 + ℎ2 ) 𝑑𝑎𝑛 𝑓(𝑎, 𝑏) adalah

21
𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎, 𝑏) = [𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏) − 𝑓(𝑎, 𝑏)] + [𝑓(𝑎 +
ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏)] pers (3)

Sekarang kita terapkan Teorema Nilai Rataan untuk Turunan dua kali sekali :
sekali terhadap selisih (𝑎 + ℎ1 , 𝑏) − 𝑓(𝑎, 𝑏) dan sekali terhadap selisih 𝑓(𝑎 +
ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏). Dalam kasus yang pertama, kita definisikan
𝑔1 (𝑥) = 𝑓(𝑥, 𝑏) untuk x dalam interval (𝑎, 𝑎 + ℎ1 ), dan dari Teorema Nilai
Rataan untuk Turunan kita simpulkan bahwa terdapat nilai 𝑐1 dalam (𝑎, 𝑎 +
ℎ1 ), sedemikian sehingga 𝑔1 (𝑎 + ℎ1 ) − 𝑔1 (𝑎) = 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏) − 𝑓(𝑎, 𝑏) =
ℎ1 𝑔1 ′(𝑐1 ) = ℎ1 𝑓𝑥 (𝒄𝟏 , 𝑏). Untuk kasus kedua, kita definisikan 𝑔2 𝑦 = 𝑓(𝑎 +
ℎ1 , 𝑦) untuk y dalam interval [𝑏, 𝑏 + ℎ2 ] terdapat 𝒄𝟐 dalam interval (𝑏, 𝑏 + ℎ2 )
sedemikian sehingga 𝑔2 (𝑏 + ℎ2 ) − 𝑔2 (𝑏) = ℎ2 𝑔2 ′(𝑐2 ) ini memberikan
𝑔2 (𝑏 + ℎ2 ) − 𝑔2 (𝑏) = 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏) = ℎ2 𝑔2 ′(𝑐2 ) =
ℎ2 𝑓𝑦 (𝑎 + ℎ1 , 𝑐2 )

Pers (3) menjadi :

𝑓 (𝑎 + ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎, 𝑏) = ℎ1 𝑓𝑥 (𝑐1 , 𝑏) + ℎ2 𝑓 (𝑎 + ℎ1 , 𝑐2 )

= ℎ1 [𝑓𝑥 (𝑐1 , 𝑏) + 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏) − 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏) ] + ℎ2 [𝑓𝑦 (𝑎 + ℎ1 , 𝑐2 ) + 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏)


− 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏)]

= ℎ1 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏) + ℎ2 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏) + ℎ1 [𝑓𝑥 (𝑐1 , 𝑏) − 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏) ] + ℎ2 [𝑓𝑦 (𝑎 + ℎ1 , 𝑐2 )


− 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏)]

Sekarang, misalkan 𝜀1 (ℎ1 , ℎ2 ) = 𝑓𝑥 ( 𝑐1 ,𝑏) − 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏) dan 𝜀2 (ℎ1 , ℎ2 ) =


𝑓𝑦 (𝑎 + ℎ1 , 𝑐2 ) − 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏) karena 𝑐1 ∈ (𝑎, 𝑎 + ℎ1 ) 𝑑𝑎𝑛 𝑐2 ∈ (𝑏, 𝑏 + ℎ2 ), kita
simpulkan bahwa 𝑐1 → 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑐2 → 𝑏 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 ℎ1 ℎ2 → 0. 𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏 +
ℎ2 ) − 𝑓(𝑎, 𝑏) = ℎ1 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏) + ℎ2 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏) + ℎ1 𝜀1 (ℎ1 ,ℎ2 ) + ℎ2 𝜀2 (ℎ1 , ℎ2 ).

Di mana 𝜀1 (ℎ1 , ℎ2 ) → 0 𝑑𝑎𝑛 𝜀2 (ℎ1 , ℎ2 ) → 0 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 (ℎ1 , ℎ2 ) → (0,0). Maka,


𝑓 adalah linear secara lokal dan akibatnya terdiferensialkan di (a,b). Jika fungsi
𝑓 terdiferensialkan di 𝐩0 , maka Ketika h mempunyai panjang kecil

𝑓(𝐩0 + 𝐡) ≈ 𝑓(𝐩0 ) + ∇𝑓(𝐩0 ) . 𝐡

22
dengan membiarkan 𝐩 = 𝐩𝟎 + 𝐡, kita temukan bahwa fungsi T yang
didefinisikan oleh :

𝑇(𝒑) = 𝑓(𝐩0 ) + ∇𝑓(𝐩0 ) . (𝐩 − 𝐩0 )

Akan merupakan aprokmasi yang bagus terhadap 𝑓(𝐩) jika 𝐩 dekat ke 𝐩0 .


Persamaan 𝑧 = 𝑇(𝐩) mendefinisikan sebuah bidang yang mengarokmasikan
𝑓 dekat 𝐩0 . Secara alami bidang ini disebut bidang singgung.

Contoh 1 :

Perlihatkan bahwa 𝑓(𝐱, 𝐲) = x𝑒 𝑦 + 𝑥 2 𝑦 dapat dideferensialkan dimana-mana


dan hitung gradiennya. Kemudian carilah persamaan bidang singgung di (2,0).

Penyelesaian :
𝜕𝑓 𝜕𝑓
= 𝑒 𝑦 + 2𝑥𝑦 dan = 𝑥𝑒 𝑦 + 𝑥 2 kedua fungsi ini continue diman-mana,
𝜕𝑥 𝜕𝑦

sehingga menurut Teorem A, 𝑓 dapat dideferensialkan dimana-mana. Dengan


begitu gradiennya adalah :

∇𝑓(𝑥, 𝑦) = (𝑒 𝑦 + 2𝑥𝑦)𝐢 + (𝑥𝑒 𝑦 + 𝑥 2 )𝐣 = ⟨𝑒 𝑦 + 2𝑥𝑦, 𝑥𝑒 𝑦 + 𝑥 2 ⟩

Jadi, ∇𝑓(2,0) = 𝐢 + 𝟔𝐣 = ⟨1,6⟩

dan persamaan bidang singgungnya adalah :

𝑧 = 𝑓(2,0) + ∇𝑓(2,0) . ⟨𝑥 − 2, 𝑦⟩ = 𝟐 + ⟨1,6⟩ . ⟨𝑥 − 2, 𝑦⟩ = 𝟐 + 𝑥 − 2 + 6𝑦


= 𝑥 +6

Contoh 2 :

Untuk 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑥𝑠𝑖𝑛𝑧 + 𝑥 2 𝑦, carilah ∇𝑓(1,2,0).

Penyelesaian :
𝜕𝑓 𝜕𝑓 𝜕𝑓
Turunan-turunan parsialnya adalah 𝜕𝑥
= 𝑠𝑖𝑛 𝑧 + 2𝑥𝑦, 𝜕𝑦 = 𝑥 2 , 𝜕𝑧 = 𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝑧

di (1,2,0) turunan-turunan parsial ini masing-masing bernilai 4,1, dan 1. Jadi


∇𝑓(1,2,0) = 4𝐢 + 𝐣 + 𝐤.

23
Sifat Turunan

Operator del ∇, memenuhi sifat-sifat :

1. ∇[𝑓(𝐩) + 𝑔 (𝐩)] = ∇𝑓(𝐩) + ∇g(𝐩)


2. ∇[α𝑓(𝐩)] = 𝛼∇𝑓(𝐩)
3. ∇[𝑓(𝐩) 𝑔 (𝐩)] = 𝑓(𝐩) ∇g(𝐩) + 𝑔(𝐩) ∇𝑓 (𝐩)

Bukti (akan dibuktikan poin 1)


𝜕 𝜕
∇[𝑓(𝐩) + 𝑔(𝐩)] =𝜕𝑥 [𝑓 (𝐩) + 𝑔 (𝐩)]𝐢 + 𝜕𝑦 [𝑓(𝐩) + 𝑔 (𝐩)]𝐣

𝜕 𝜕 𝜕 𝜕
= 𝜕𝑥 𝑓(𝐩) 𝐢 + 𝜕𝑥 𝑔 (𝐩) 𝐢 + 𝜕𝑦 𝑓(𝐩) 𝐣 + 𝜕𝑦 𝑔(𝐩) 𝐣

𝜕 𝜕 𝜕 𝜕
= [𝜕𝑥 𝑓 (𝐩) 𝐢 + 𝜕𝑦 𝑓(𝐩) 𝐣] + [𝜕𝑥 𝑔(𝐩) 𝐢 + 𝜕𝑦 𝑔 (𝐩) 𝐣]

= ∇𝑓(𝐩) + ∇g(𝐩)

Teorema C

Jika 𝑓 dapat dideferensialkan di p, maka 𝑓 kontinu di p.

Kontraposisi dari teorema ini berbunyi : “jika 𝑓 tidak kontinu di p, maka 𝑓


tidak mempunyai turunan di p”
𝑓 𝑔∇𝑓−𝑓∇𝑔
Contoh Buktikan bahwa ∇( 𝑔 ) = 𝑔2

Solusi : Diketahui
𝑓 𝜕 𝑓 𝜕 𝑓
i ∇(𝑔 ) = ( 𝜕𝑥 ( 𝑔 ), 𝜕𝑦 ( 𝑔 )):

𝜕 𝑓 𝑓𝑥 𝑔−𝑓𝑔𝑥 𝜕 𝑓 𝑓𝑦 𝑔−𝑓𝑔𝑦
=𝜕𝑥 (𝑔 ) = dan 𝜕𝑦 ( 𝑔 ) = sehingga
𝑔2 𝑔2

𝑓 𝑓 𝑔−𝑓𝑔𝑥 𝑓𝑦 𝑔−𝑓𝑔𝑦
∇(𝑔 ) = ( 𝑥 , )
𝑔2 𝑔2

𝑔∇𝑓−𝑓∇𝑔
= 𝑔2

Medan Gradien – gradien ∇𝑓 berpadanan masing-masing titik p didalam


daerah definisi 𝑓 suatu vector ∇𝑓(𝐩). Himpunan semua vector ini dinamakan

24
medan gradien untuk 𝑓. Dalam gambar 4 dan 5 diperlihatkan grafik-grafik
dari permukaan 𝑧 = 𝑥 2 − 𝑦 2 dan medan gradien yang berpadanan.

Gambar 4 Gambar 5

2.4 Aturan Rantai

Versi Pertama Jika 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦), dengan x dan y adalah fungsi t, maka
𝑑𝑧
masuk akal untuk menanyakan 𝑑𝑡 , dan seharusnya ada rumus untuknya.

Teorema A (Aturan Rantai)

Misalkan 𝑥 = 𝑥(𝑡) dan 𝑦 = 𝑦(𝑡) terdiferensiasikan di t dan misalkan 𝑧 =


𝑓(𝑥, 𝑦) terdiferensiasikan di (𝑥(𝑡) , 𝑦(𝑡) ). Maka 𝑧 = 𝑓(𝑥(𝑡) , 𝑦(𝑡) ) dapat
didiferensiasikan di t dan

𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡

Contoh 1
𝑑𝑧
Andaikan 𝑧 = 𝑥 3 𝑦, dengan 𝑥 = 2𝑡 dan 𝑦 = 𝑡 2 Carilah
𝑑𝑡

Penyelesaian

𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡

= (3𝑥 2 𝑦)(2) + (𝑥 3 )(2𝑡)

= 6(2𝑡) 2 (𝑡 2 ) + 2(2𝑡) 3 (𝑡)

= 40𝑡 4

25
Kita juga dapat mengerjakan soal no.1 dengan menggunakan substitusi
langsung. Namun sering tidak tersedia atau tidak tepat.

Contoh 2

Ketika sebuah tabung lingkaran tegak pejal dipanaskan, jari-jarinya r dan


tingginya h bertambah; sehingga demikian pula luas permukaannya S.
Andaikan bahwa pada saat Ketika r = 10 cm dan h = 100 cm, r bertambah pada
laju 0,2 cm/jam dan h bertambah pada laju 0,5 cm/jam. Seberapa cepat S
bertambah pada saat ini?

Penyelesaian Rumus total luas permukaan sebuah tabung 𝑆 = 2𝜋𝑟ℎ + 2𝜋𝑟 2


𝑑𝑆 𝜕𝑆 𝑑𝑟 𝜕𝑆 𝑑ℎ
Jadi, 𝑑𝑡 = + 𝜕ℎ = (2𝜋ℎ + 4𝜋𝑟)(0,2) + (2𝜋𝑟)(0,5)
𝜕𝑟 𝑑𝑡 𝑑𝑡

Pada r = 10 dan h = 100


𝑑𝑆
= 2𝜋 ∙ 100 + 4𝜋 ∙ 10)(0,2) + (2𝜋 ∙ 10)(0,5) = 58𝜋 cm2/jam
𝑑𝑡

Contoh 3

Andaikan bahwa 𝑤 = 𝑥 2 𝑦 + 𝑦 + 𝑥𝑧 dengan 𝑥 = cos 𝜃,𝑦 = sin𝜃, dan 𝑧 = 𝜃 2 .


𝑑𝑤 𝜋
Carilah 𝑑𝜃 dan hitung nilainya di 𝜃 = 3

Penyelesaian

𝑑𝑤 𝜕𝑤 𝑑𝑥 𝜕𝑤 𝑑𝑦 𝜕𝑤 𝑑𝑧
= + +
𝑑𝜃 𝜕𝑥 𝑑𝜃 𝜕𝑦 𝑑𝜃 𝜕𝑧 𝑑𝜃

= (2𝑥𝑦 + 𝑧)(− sin𝜃 ) + ( 𝑥 2 + 1)(cos 𝜃 ) + (𝑥)(2𝜃)

= −2 cos 𝜃 sin2 𝜃 − 𝜃 2 sin 𝜃 + cos3 𝜃 + cos 𝜃 + 2𝜃 cos 𝜃


𝜋
𝐷𝑖 𝜃 =
3

𝑑𝑤 1 3 𝜋 2 √3 1 1 2𝜋 1 1 𝜋 2 √3 𝜋
= −2 ∙ ∙ − ∙ + ( +1) + ∙ =− − +
𝑑𝜃 2 4 9 2 4 2 3 2 8 18 3

Versi Kedua Selanjutnya andaikan bahwa 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dengan 𝑥 = 𝑥(𝑠, 𝑡) dan


𝑑𝑧 𝑑𝑧
𝑦 = 𝑦(𝑠, 𝑡) maka masuk akal untuk menanyakan 𝑑𝑠 dan 𝑑𝑡 .

26
Teorema B (Aturan Rantai)

Misalkan 𝑥 = 𝑥(𝑠, 𝑡) dan 𝑦 = 𝑦(𝑠, 𝑡) mempunyai turunan-turunan parsial


pertama di (𝑠, 𝑡) dan misalkan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) terdiferensiasikan di 𝑥(𝑠, 𝑡), 𝑦(𝑠, 𝑡) .
Maka 𝑧 = 𝑓(𝑥(𝑠, 𝑡), 𝑦 (𝑠, 𝑡) ) mempunyai turunan-turunan parsial pertama
yang diberikan oleh :
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
1. = + 𝜕𝑦
𝜕𝑠 𝜕𝑥 𝜕𝑠 𝜕𝑠

𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
2. = +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡

Contoh 4
𝜕𝑧
Jika 𝑧 = 3𝑥 2 − 𝑦 2 dengan 𝑥 = 2𝑠 + 7𝑡 dan 𝑦 = 5𝑠𝑡 carilah dan nyatakan
𝜕𝑡

dalam bentuk s dan t.

Penyelesaian :

𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
= +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡

= (6𝑥 )(7) + (−2𝑦)(5𝑠)

= 42 (2𝑠 + 7𝑡) − 10𝑠𝑡(5𝑠)

= 84𝑠 + 294𝑡 − 50𝑠 2 𝑡

Tentu saja jika di substitusikan ekspresi untuk x dan y kedalam rumus untuk z
dan kemudian mengambil turunan parsial terhadap t, kita peroleh jawab yang
sama :

𝜕𝑧 𝜕
= [3 (2𝑠 + 7𝑡)2 − (5𝑠𝑡) 2 ]
𝜕𝑡 𝜕𝑡
𝜕
= 𝜕𝑡 [12𝑥 2 + 84𝑠𝑡 + 157𝑡 2 − 25𝑠 2 𝑡 2 ]

= 84𝑠 + 294𝑡 − 50𝑠 2 𝑡

Barikut ini hasil yang berpadanan untuk tiga variabel antara yang diilistrasikan
dalam contoh.

27
Contoh 5

Jika 𝑤 = 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑥 2 + 𝑥𝑦, dengan 𝑥 = 𝑠𝑡, 𝑦 = 𝑠 − 𝑡, dan 𝑧 = 𝑠 + 2𝑡,


𝜕𝑤
carilah 𝜕𝑡

Penyelesaian :

𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑥 𝜕𝑤 𝜕𝑦 𝜕𝑤 𝜕𝑧
= + 𝜕𝑦 +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑧 𝜕𝑡

= (2𝑥 + 𝑦)(𝑠) + (2𝑦 + 𝑥 )(−1) + (2𝑧)(2)

= (2𝑠𝑡 + 𝑠 − 𝑡)(𝑠) + (2𝑠 − 2𝑡 + 𝑠𝑡)(−1) + (2𝑠 + 4𝑡) 2

= 2𝑠 2 𝑡 + 𝑠 2 − 2𝑠𝑡 + 2𝑠 + 10𝑡

Fungsi Implisit Andaikan bahwa 𝐹 (𝑥, 𝑦) = 0 mendefinisikan y secara implisit


sebagai fungsi x, misalnya y = g(x), tetapi bahwa fungsi g sukar atau tidak
mungkin ditentukan. Kita masih tetap dapat mencari dy/dx. Satu metode untuk
melakukan ini, yakni diferensiasi implisit.

Mari kita turunkan kedua ruas 𝐹 (𝑥, 𝑦) = 0 terhadap x dengan menggunakan


aturan rantai. Maka diperoleh:

𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦
+ =0
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑥

Dengan menyelesaikan persamaan untuk mencari nilai dy/dx, dihasilkan rumus

𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥
=−
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦

Contoh 6

Carilah dy/dx jika 𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 − 10𝑦 4 = 0 menggunakan :

a. Aturan Rantai
b. Diferensiasi Implisit

Penyelesaian :

c. Misalkan 𝐹 (𝑥, 𝑦) = 𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 − 10𝑦 4 maka

28
𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥 3𝑥 2 + 2𝑥𝑦
=− =− 2
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦 𝑥 − 40𝑦 3
d. Turunkan kedua ruas terhadap x untuk memperoleh

𝑑𝑦 𝑑𝑦
3𝑥 2 + 𝑥 2 + 2𝑥𝑦 − 40𝑦 3 =0
𝑑𝑥 𝑑𝑥

Dengan menyelesaikan persamaan untuk mencari nilai dy/dx memberikan hsil


sama seperti yang diperoleh dengan aturan rantai.

Jika z suatu fungsi implisit dari x dan y yang didefinisikan oleh persamaan
𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0, maka diferensiasi kedua ruas terhadap x dengan
mempertahankan y tetap menghasilkan

𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦 𝜕𝐹 𝑑𝑧
+ + =0
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑥

Jika kita selelsaikan persamaan untuk mencari nilai 𝜕𝑧/𝜕𝑥 dan dengan
𝜕𝑦
memperhatikan 𝜕𝑥 = 0, kita peroleh yang petrtama dari rumus-rumus dibawah.

Perhitungan serupa dengan mempertahankan x tetap dan mendiferensiasikan


persamaan terhadap y menghasilkan rumus yang kedua.

𝜕𝑧 𝜕𝐹/𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝐹/𝜕𝑦
=− =
𝜕𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑧

2.5 Latihan Soal

Pilihan Ganda (PG)

1. Misalkan 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 3 𝑦 − √𝑦. Carilah setiap nilai jika 𝑓(−2,4)


A. 32
B. −34
C. 33
D. 34
E. −32

Jawaban : B

29
Pembahasan :

𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 3 𝑦 − √𝑦

= ( −2)3 (4) − √4

= −32 − 2

= −34

2. Daerah asal dari fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = √𝑥𝑦


A. 𝐷𝑓 = {(𝑥, 𝑦) |𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ≥ 0, 𝑥 ∈ ℜ}
B. 𝐷𝑓 = {(𝑥, 𝑦) |𝑥 ≤ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ≥ 0, 𝑥 ∈ ℜ}
C. 𝐷𝑓 = {(𝑥, 𝑦) |𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ≤ 0, 𝑥 ∈ ℜ}
D. 𝐷𝑓 = {(𝑥, 𝑦) |𝑥 ≤ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ≤ 0, 𝑥 ∈ ℜ}
E. 𝐷𝑓 = {(𝑥, 𝑦) |𝑥 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 > 0, 𝑥 ∈ ℜ}
Jawaban : A

Pembahasan :

Agar 𝑓(𝑥, 𝑦) ∈ ℜ syaratnya adalah : (𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ≥ 0) atau (𝑥 ≥


0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ≤ 0) jadi daerah definisi fungsi 𝑓 adalah 𝐷𝑓 = {(𝑥, 𝑦) |𝑥 ≥
0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ≥ 0, 𝑥 ∈ ℜ}.
sin 7𝑥+tan 3𝑥−sin 5𝑥
3. Nilai dari lim adalah…
𝑥→0 tan 9𝑥−tan 3𝑥−sin 𝑥

A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

Jawaban : A

Pembahasan :
sin 𝑎𝑥
lim =𝑎
𝑥→0 𝑥

30
1
sin 7𝑥+tan 3𝑥−sin 5𝑥 sin 7𝑥+tan 3𝑥−sin 5𝑥 𝑥
lim = lim × 1
𝑥→0 tan 9𝑥−tan 3𝑥−sin 𝑥 𝑥→0 tan 9𝑥−tan 3𝑥−sin 𝑥 𝑥

sin 7𝑥+tan3𝑥−sin5𝑥
𝑥
= lim tan 9𝑥−tan3𝑥−sin𝑥
𝑥→0
𝑥
7+3−5
= 9−3−1
5
=5=1
4−x2
4. Nilai dari lim 3−√x2 +5 adalah…
𝑥→2

A. 3
B. 6
C. 9
D. 12
E. 15

Jawaban : B

Pembahasan :

4−x2 4−x2 3+√x2 +5


lim 3−√x2 +5 = lim 3−√x2 +5 × 3+√x2 +5
𝑥→2 𝑥→2

(4−x2 )(3+√x2 +5)


= lim
𝑥→2 9−(x2 +5)

(4−x2 )(3+√x2 +5)


= lim (4−x2 )
𝑥→2

= lim 3 + √x 2 + 5
𝑥→2

= 3 + √22 + 5 = 9

5. Nilai 𝛻 𝑓 dari 𝑓 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑧 + 𝑥 2 𝑦 jika diketahui 𝛻 𝑓 =


(1, 2, 0) adalah…
A. 2𝑖 + 𝑗 + 3𝑘
B. 4𝑖 + 2𝑗 + 3𝑘
C. 4𝑖 + 𝑗 + 3𝑘
D. 2𝑖 + 𝑗 + 𝑘

31
E. 4𝑖 + 𝑗 + 𝑘

Jawaban : E

Pembahasan :

Perhatikan bahwa turunan-turunan parsial


𝜕𝑓 𝜕𝑓 𝜕𝑓
𝜕𝑥
= sin 𝑧 + 2𝑥𝑦 ; 𝜕𝑦 = 𝑥 2 ; 𝜕𝑧 = 𝑥 cos 𝑧 masing-masing bernilai 4, 1

dan 1 pada titik (1, 2, 0) sehingga 𝛻𝑓 (1, 2, 0) = 4𝑖 + 𝑗 + 𝑘

∇𝑓(1,2,0) = (sin 𝑧 + 2𝑥𝑦)𝑖 +(𝑥 2 )𝑗 + (𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝑧)𝑘

∇𝑓(1,2,0) = (sin(0) + 2(1)(2))𝑖 +((1)2 )𝑗 + ((1) 𝑐𝑜𝑠(0))𝑘

𝛻𝑓(1,2,0) = 4𝑖 + 𝑗 + 𝑘

Jadi nilai 𝛻𝑓 dari persamaan 𝑓 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑧 + 𝑥 2 𝑦 jika


𝛻𝑓 (1,2,0) adalah 4𝑖 + 𝑗 + 𝑘

6. Dibawah ini yang merupakan gradien dan persamaan bidang singgung


dari fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 𝑥 3 𝑦 + 3𝑥𝑦 2 pada titik p = (2,-2) adalah...
A. (18, 6) dan 9𝑥 – 12𝑦
B. (−18, − 6) dan 9𝑥 + 12𝑦
C. (−12, −16) dan −12 𝑥 − 16 𝑦
D. (−18, 6) dan −18 𝑥 + 6 𝑦
E. (12, −16) dan 24 𝑥 + 32 𝑦

Jawaban : C

Pembahasan :

𝜕𝑓 𝜕𝑓
= 3𝑥 2 𝑦 + 6𝑦 2 = 𝑥 3 + 6𝑥𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑥

Karena kedua persamaan di atas merupakan fungsi polinomial dua


peubah maka persamaan tersebut akan kontinu dimanapun. Sehingga
berdasarkan teorema, f dapat didiferensialkan dimanapun. Karena f
dapat dideferensialkan dimanapun maka gradiennya adalah :

32
𝜕𝑓 𝜕𝑓
∇𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑖+ 𝑗
𝜕𝑥 𝜕𝑦

= (3𝑥 2 𝑦 + 6𝑦 2 )𝑖 + (𝑥 3 + 6𝑥𝑦)𝑗

= (3𝑥 2 𝑦 + 6𝑦 2 , 𝑥 3 + 6𝑥𝑦)

∇𝑓(𝑥, 𝑦) = (−12, −16)

Jadi gradien nya adalah (−12, −16)

Maka bidang singgungnya adalah:

𝑧 = 𝑇 (𝒑)

𝑧 = 𝑓 (2, −2) + ∇𝑓 (2, −2). (𝑥 − 2, 𝑦 + 2)

𝑧 = 8 + (−12, −16). (𝑥 − 2, 𝑦 + 2)

𝑧 = 8 + (−12 𝑥 + 24 − 16 𝑦 − 32)

𝑧 = 8 + (−12 𝑥 + 24 − 16 𝑦 − 32)

𝑧 = −12 𝑥 − 16 𝑦

Jadi persamaan bidang singgungnya adalah 𝑧 = −12 𝑥 − 16 𝑦

7. Jika 𝑓(𝑥 ) = √6𝑥 + 7, maka poin 𝑓 ′ (3) = ⋯


2
A.
3
3
B. 5
5
C. 7
7
D.
9
9
E.
11

Jawaban : B

Pembahasan :
1
𝑓 (𝑥 ) = (6𝑥 + 7)2
Misalkan 𝑈 = 6𝑥 + 7
𝑈′ = 6

33
1
𝑓 (𝑈) = 𝑈 2
1
1
𝑓′(𝑈) = 𝑈−2
2
1
𝑓′(𝑈) = 2√𝑈

𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑓 ′ (𝑈) . 𝑈′
1
𝑓 ′ (𝑥) = .6
2√𝑈
3
𝑓 ′ (𝑥) =
√6𝑥+7
3
𝑓 ′ (3) =
√6𝑥+7
3 3
𝑓 ′ (3) = =
√25 5

8. Turunan pertama fungsi 𝑓 (𝑥 ) = (5𝑥 − 3)3 adalah…


A. 𝑓′(𝑥 ) = 3(5𝑥 − 3)2
B. 𝑓′(𝑥 ) = 5(5𝑥 − 3)2
C. 𝑓′(𝑥 ) = 8(5𝑥 − 3)2
D. 𝑓′(𝑥 ) = 15(5𝑥 − 3)2
E. 𝑓′(𝑥 ) = 45(5𝑥 − 3)2

Jawaban : D

Pembahasan :

Misalkan 𝑈 = 5𝑥 − 3

𝑈′ = 5

𝑓(𝑈) = 𝑈3

𝑓′(𝑈) = 3𝑈3−1

𝑓′(𝑈) = 𝑈2

𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑓 ′ (𝑈). 𝑈′

𝑓 ′ (𝑥 ) = 3𝑈2 . 5

𝑓′(𝑥) = 15(5𝑥 − 3)2

9. Gradien 𝛻𝑓 dari fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 𝑦 + 3𝑥𝑦 adalah…

34
A. (2𝑥𝑦 + 3𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥) 𝑗
B. (3𝑥𝑦 + 2𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 2𝑥 )𝑗
C. (4𝑥𝑦 + 3𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥 )𝑗
D. (2𝑥𝑦 + 𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥 )𝑗
E. (2𝑥𝑦 + 5𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥 )𝑗

Jawaban : A

Pembahasan :
𝜕𝑓 (𝑥,𝑦) 𝜕𝑓 (𝑥,𝑦)
𝛻𝑓 = 𝑖 + 𝑗 = (2𝑥𝑦 + 3𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥) 𝑗
𝜕𝑥 𝜕𝑥

𝑑𝑧
10. Misalkan 𝑧 = 𝑥 3 𝑦 dengan 𝑥 = 2𝑡 dan 𝑦 = 𝑡 2 , maka nilai
𝑑𝑡

adalah…
A. 42 𝑡 2
B. 30 𝑡 2
C. 40 𝑡 2
D. 25 𝑡 2
E. 37 𝑡 2

Jawaban : C

Pembahasan :
𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡

= (3𝑥 2 𝑦) (2) + (𝑥 3 ) (2𝑡) = 6 (2𝑡)2 (𝑡 2 ) + 2 (2𝑡)3 (𝑡)

= 40𝑡 4

ESSAY

1. Sketsalah kurva ketinggian 𝑧 = 𝑘, untuk nilai 𝑘 yang diberikan 𝑧 = 𝑘


dari 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 + 2𝑦 2 dengan 𝑘 = 0,1,2,4
Pembahasan :
Untuk 𝑘 = 0 → 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 0

35
𝑥 = 0, 𝑦 = 0
Untuk 𝑘 = 1 → 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 1
𝑥2 𝑦2
+ 1 =1
1
2

Untuk 𝑘 = 2 → 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 2
𝑥2
+ 𝑦2 = 1
2

Untuk 𝑘 = 4 → 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 4
𝑥2 𝑦2
+ =1
4 2

2. Tentukan apakah fungsi berikut kontinu pada 𝑥 = −2 !


2
𝑓 (𝑥 ) = {𝑥 3 + 2𝑥 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 ≤ −2
𝑥 − 6𝑥 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 > −2
Pembahasan :
𝑥 = −2
𝑥 ≤ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑟𝑡𝑖 {
𝑥 < −2
𝑥 = −2 → 𝑓 (−2) = ( −2)2 + 2(−2) = 0
𝑥 < −2 → lim − 𝑥 2 + 2𝑥 = (−2)2 + 2( −2) = 0
𝑥→−2

𝑥 > −2 → lim + 𝑥 3 − 6𝑥 = (−2)3 − 6( −2) = −8 + 12 = 4


𝑥→−2

𝑓 (−2) = lim − 𝑥 2 + 2𝑥 ≠ lim + 𝑥 3 − 6𝑥


𝑥→−2 𝑥→−2

Jadi, fungsi 𝑓(𝑥) tidak kontinu (diskontinu) di 𝑥 = −2


3. Buktikan bahwa 𝑓(𝑥, 𝑦) = 3𝑥 2 + 2 𝑥𝑦 − 𝑦 2 terdiferensialkan didaerah
definisinya !
Pembahasan :
Fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 3𝑥 2 + 2 𝑥𝑦 − 𝑦 2 terdefinisi di setiap titik pada 𝑅 2

36
Ambil sebarang titik (a,b) pada 𝑅 2, akan dibuktikan bahwa f
terdiferensialkan di (a,b)
∆ 𝑓 (𝑎, 𝑏) = 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏)∆𝑥 + 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏) ∆𝑦 + 𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦
𝑓 (𝑎 + ∆𝑥, 𝑏 + ∆𝑦) − 𝑓(𝑎, 𝑏) = 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏)∆𝑥 + 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏) ∆𝑦 + 𝜀1 ∆𝑥 +
𝜀2 ∆𝑦
3 ( 𝑎 + ∆𝑥) 2 + 2(𝑎 + ∆𝑥 )(𝑏 + ∆𝑦) − (𝑏 + ∆𝑦) 2 − (3𝑎2 + 2𝑎𝑏 −
𝑏2 ) = (6𝑎 + 2𝑏)∆𝑥 + (2𝑎 − 2𝑏) ∆𝑦 + 𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦
3 𝑎2 + 6𝑎∆𝑥 + 3(∆𝑥) 2 + 2𝑎𝑏 + 2𝑎∆𝑦 + 2𝑏∆𝑥 + 2∆𝑥∆𝑦 − 𝑏2 −
2𝑏∆𝑦 − (∆𝑦) 2 − 3𝑎2 − 2𝑎𝑏 + 𝑏2 = 6𝑎 ∆𝑥 + 2𝑏∆𝑥 + 2𝑎∆𝑦 −
2𝑏∆𝑦 + 𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦
𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦 = 3(∆𝑥) 2 + 2∆𝑥∆𝑦 − ∆𝑦 2 direkayasa sedemikian
sehingga:
𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦 = (3∆𝑥 )∆𝑥 + (2∆𝑥 − ∆𝑦) ∆𝑦
Pilih 𝜀1 = 3∆𝑥 dan 𝜀1 = 2∆𝑥 − ∆𝑦, maka
lim 𝜀1 = lim 3∆𝑥 = 0
(∆𝑥∆𝑦)→(0,0) (∆𝑥∆𝑦)→(0,0)

lim 𝜀2 = lim 2∆𝑥 − ∆𝑦 = 0


(∆𝑥∆𝑦)→(0,0) (∆𝑥∆𝑦)→(0,0)

Jadi fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 3𝑥 2 + 2 𝑥𝑦 − 𝑦 2 terdiferensialkan di sebarang


titik (a,b) pada daerah definisinya. Berarti fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = 3𝑥 2 +
2 𝑥𝑦 − 𝑦 2 terdiferensialkan pada daerah definisinya.
4. Pada sebuah tabung lingkaran tegak pejal dipanaskan, jari-jarinya r dan
tingginya h bertambah sehingga luas permukaanya S. Misalkan bahwa
pada saat ketika r = 8 cm dan h = 64 cm, r bertambah pada laju 0,2
cm/jam dan h bertambah pada laju 0,4 cm/jam. Seberapa cepat S
bertambah pada saat ini ?
Pembahasan :
Rumus total luas permukaan sebuah tabung adalah 𝑆 = 2πrh + 2πr 2

37
𝑑𝑆 𝜕𝑠 𝑑𝑟 𝜕𝑠 𝑑ℎ
Jadi , = 𝜕𝑟 𝑑𝑡 + 𝜕ℎ 𝑑𝑡
𝑑𝑡
𝑑𝑆
= (2πh + 4πr)(0,2) + (2πr)(0,4)
𝑑𝑡

Pada r = 8 dan h = 64, maka :


𝑑𝑆
= (2π(64) + 4π(8))(0,2) + (2π(8))(0,4)
𝑑𝑡
𝑑𝑆
= 32 𝜋+6,4𝜋
𝑑𝑡
𝑑𝑆
= 38,4𝜋
𝑑𝑡

Jadi, S bertambah pada 38,4π 𝑐𝑚2/𝑗𝑎𝑚


1. Andaikan seekor serangga berada pada paraboloid hiperbolik 𝑧 = 𝑦 2 −
𝑧 2 di titik (1, 1, 0) . Kearah manakah seharusnya serangga tersebut
bergerak untuk melewati lintasan yang paling curam dan bagaimanakah
kemiringannya ketika serangga tersebut mulai kabur ?
Pembahasan :
Misalkan 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 𝑦 2 − 𝑥 2 maka,
𝛻𝑓 (𝑥, 𝑦) = −2𝑥𝑖 + 2𝑦𝑗
∇𝑓 (1,1) = −2𝑖 + 2𝑗
Jadi, serangga tersebut harusnya bergerak dari (1, 1, 0) pada arah −2𝑖 +
2𝑗 dimana kemiringannya | − 2𝑖 + 2𝑗| = √8 = 2√2 .

38
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Fungsi yang dinyatakan dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 , memadankan bilangan real


𝑥 dengan bilangan real lain 𝑓(𝑥). Fungsi ini bisa disebut sebagai fungsi
bernilai-real (real-valued function) dari variabel real. Jenis fungsi yang
kedua, diilustrasikan dengan 𝑓(𝑥) = (𝑥 3 , 𝑒 𝑥 ), memadankan bilangan
real 𝑥 dengan vektor 𝑓(𝑥). Fungsi ini bisa disebut sebagai fungsi
bernilai-vektor (vector-valued function) dari variabel real.
Fungsi bernilai-real dari duah peubah real (real-valued function of two
real variables), yaitu fungsi yang menghubungkan setiap pasangan
berurutan (𝑥, 𝑦) pada suatu himpunan D dalam suatu bidang dengan
sebuah bilangan real dari (𝑥, 𝑦) .
2. Dalam bahasa yang biasa, kata kontinu digunakan untuk memeriksa
suatu proses yang berkelanjutan tanpa perubahan yang mendadak.
Gagasan inilah, yang berkenaan dengan fungsi, yang sekarang ingin
dibuat secara persis. Pandang tiga grafik yang diperlihatkan dalam
Gambar 1. Hanya grafik yang ketiga memperlihatkan kekontinuan di c.

3. Untuk suatu fungsi satu variabel, keterdiferensialan dari 𝑓 di 𝑥 berarti


adanya turunan 𝑓′(𝑥 ). Pada gilirannya, keterdiferensialan ini akan
ekuivalen dengan grafik 𝑓 yang mempunyai garis singgung tak-vertikal
di 𝑥. Cara untuk melihat keterdiferensialan fungsi variable tunggal
adalah sebagai berikut : Jika 𝑓 terdiferensialkan di a, maka terdapat garis

39
singgung melalui (𝑎, 𝑓(𝑎)) yang mengakporksimasi fungsi untuk nilai
x dekat dengan a.
Medan Gradien – gradien ∇𝑓 berpadanan masing-masing titik p
didalam daerah definisi 𝑓 suatu vector ∇𝑓(𝐩). Himpunan semua vector
ini dinamakan medan gradien untuk 𝑓.
4. Fungsi Implisit → Andaikan bahwa 𝐹 (𝑥, 𝑦) = 0 mendefinisikan y
secara implisit sebagai fungsi x, misalnya y = g(x), tetapi bahwa fungsi
g sukar atau tidak mungkin ditentukan. Kita masih tetap dapat mencari
dy/dx. Satu metode untuk melakukan ini, yakni diferensiasi implisit.
Mari kita turunkan kedua ruas 𝐹 (𝑥, 𝑦) = 0 terhadap x dengan
menggunakan aturan rantai. Maka diperoleh :
𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦
+ =0
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑥
Dengan menyelesaikan persamaan untuk mencari nilai dy/dx, dihasilkan
rumus :
𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥
=−
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦

3.2 Saran

Agar dapat memahami materi – materi tersebut, diperlukan pengetahuan


tentang dasar – dasar matematika yang kuat. Pembaca disarankan untuk
memperbanyak mengerjakan latihan soal. Pembaca juga disarankan belajar
menggunakan media lain, seperti menonton video pembelajaran atau
mempelajari dari sumber materi lainnya. Selain itu, pembaca sebaiknya belajar
dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya masing –
masing.

40
DAFTAR PUSTAKA

Dale Varbeg, E. J. (2011). Kalkulus Edisi Kesembilan, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Purcell, Edwin J., Dale Verberg., dan Steve Rigdon. (2007). Calculus, ed 9. Penerbit
Pearson.

Purcell, Edwin J., dan Dale Verberg. (1987). Calculus with Analytic Geometry, ed
5. Terjemahan Susila, I Nyoman, dkk. Kalkulus dan Geometri Analitis.
Indonesia: Penerbit Erlangga.

Resmawan. (2019). Turunan Fungsi Dua Peubah (Keterdiferensialan).


[Presentasi PowerPoint].

Varberg, P. R. (2011). Kalkulus Edisi Kesembilan, Jilid 2 (Terjemahan Dalam


Bahasa Indonesia). Jakarta: Penerbit Erlangga

41

Anda mungkin juga menyukai