DOSEN PENGAMPU
Disusun oleh :
Anggota :
Hashina Luthfia (1182050041)
Devi Fitri Rahmawati (1212050043)
Fitri Winarti (1212050062)
Frisilia (1212050064)
Ghefira Nur Syihada (1212050065)
Ghina Alifah Rahmaniya (1212050066)
Hami Ahqafi (1212050068)
Imas Meilani (1212050076)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat, nikmat serta karunia-Nya sehingga penulisan makalah kelompok ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada junjunan alah habibana wanabiyana Muhammad SAW. Tak lupa
juga kepada para keluarganya, para sahabatnya, serta kepada kita selaku umatnya
yang insyaallah shaleh dan shalehah hingga akhir zaman.
Dalam penulisan makalah ini tak lepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik moril maupun materi. Maka dalam hal ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, kedua orang tua, Bapak Drs.
H. Zaenal Saeful, M. Pd dan Ibu T. Tutut Widiastuti. A, M. Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Kalkulus Peubah Banyak yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
“Tak ada gading yang tak rapuh”, begitupun dengan penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penulisan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai bahan pembelajaran bagi para pembaca. Serta mudah – mudahan
terselesaikannya makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan penulis untuk terus
belajar kembali tanpa semangat yang memudar dan menjadi lebih baik dimasa yang
akan datang. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Keterdiferensialan............................................................................... 17
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 39
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa yang dimaskud dengan Aturan Rantai serta bagaimana
penyelesaiannya ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari Fungsi Dua Peubah atau
Lebih dan cara penyelesaiannya serta penggambaran grafiknya
2. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari Limit dan Kekontinuan dan
cara penyelesaian serta cara penggambaran grafiknya
3. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari Keterdiferensialan dan cara
penyelesaian serta cara penggambaran grafiknya
4. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dari Aturan Rantai serta cara
penyelesaiannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada dua jenis fungsi yang telah dibahas. Pertama, fungsi yang dinyatakan
dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 2, memadankan bilangan real 𝑥 dengan bilangan real lain
𝑓(𝑥). Fungsi ini bisa disebut sebagai fungsi bernilai-real (real-valued function)
dari variabel real. Jenis fungsi yang kedua, diilustrasikan dengan 𝑓(𝑥) =
(𝑥 3 , 𝑒 𝑥 ) , memadankan bilangan real 𝑥 dengan vektor 𝑓(𝑥). Fungsi ini bisa
disebut sebagai fungsi bernilai-vektor (vector-valued function) dari variabel
real.
Sekarang kita akan fokuskan pada materi fungsi bernilai-real dari dua
peubah real. Fungsi bernilai-real dari duah peubah real (real-valued function
of two real variables), yaitu fungsi yang menghubungkan setiap pasangan
berurutan (𝑥, 𝑦) pada suatu himpunan D dalam suatu bidang dengan sebuah
bilangan real dari (𝑥, 𝑦) . Misalnya,
(1) 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 + 3𝑦 2
(2) 𝑔 (𝑥, 𝑦) = 2𝑥 √𝑦
3
himpunan nilai-nilainya. Jika 𝑧 = 𝑓 (𝑥, 𝑦) kita sebut 𝑥 dan 𝑦 fungsi eksplisit
dan 𝑧 fungsi implisit.
Fungsi dua peubah atau lebih dapat ditulis dalam bentuk eksplisit atau
implisit. Jika fungsi dua peubah dinyatakan dalam bentuk eksplisit, maka
secara umum ditulis dalam bentuk 𝑧 = 𝐹(𝑥, 𝑦). Sebaliknya jika fungsi
dituliskan dalam bentuk implisit, secara umum ditulis dalam bentuk
𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0.
Contoh :
1. 𝑧 = 2𝑥 + 𝑦
2. 𝑧 = 𝑙𝑛 |𝑥 2 − 2𝑦 4 |
1
3. 𝑧 = 1 − 2√
2𝑠𝑖𝑛𝑥−𝑠𝑖𝑛𝑦
4. 𝑥𝑦 + 𝑥𝑧 − 𝑦𝑧 = 0
5. 𝑥𝑦 − 𝑒 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑦 = 0
𝑦
6. 𝑙𝑛|𝑥 2 − 𝑦 2 | − 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 0
𝑥
𝑦
7. 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 − 2𝑧 = 0
𝑥
Pada contoh di atas, fungsi yang ditulis dalam bentuk eksplisit adalah pada
contoh 1,2, dan 3. Sedangkan contoh 4, 5, 6, dan 7 adalah fungsi yang ditulis
dalam bentuk implisit. Semua fungsi dalam be tuk eksplisit dengan mudah
dapat dinyatakan dalam bentuk eksplisit. Akan tetapi tidak semua bentuk
implisit dapat dinyatakan dalam bentuk eksplisit.
4
Contoh Soal :
Jawab :
- 𝐷𝑓 = {(𝑥, 𝑦) ∈ ℜ2 : √𝑥 − 𝑦 } ada
= {(𝑥, 𝑦) ∈ ℜ2 : 𝑥 − 𝑦 ≥ 0}
= {(𝑥, 𝑦) ∈ ℜ2 : 𝑥 ≥ 𝑦}
= {𝑦 ∈ ℜ : 𝑦 ≥ 0 }
A. Grafik (graph)
Dari fungsi 𝑓 dengan dua peubah, yang dimaksud adalah grafik dari
persamaan 𝑧 = 𝑓 (𝑥, 𝑦). Grafik ini normalnya merupakan sebuah
permukaan, dan karena terhadap masing - masing (𝑥, 𝑦) di dalam daerah
asal hanya berhubungan dengan suatu nilai 𝑧, maka setiap garis yang tegak
lurus terhadap bidang 𝑥𝑦 akan hanya memotong permukaan di satu titik.
Contoh Soal :
= (2 − 𝑥)(2 + 𝑥)
𝑥 = 2, 𝑥 = −2
- Bidang 𝑦𝑜𝑧 (𝑥 = 0)
5
→𝑧 = 4 − 𝑥2
= (2 − 𝑦)(2 + 𝑦)
𝑦 = 2, 𝑦 = −2
Mengenai grafik fungsi dari dua peubah atau lebih, lebih sulit
digambarkan secara manual atau terkesan sangat sulit. Namun terdapat
beberapa perangkat lunak yang mampu menghasilkan grafik - grafik
berdimensi tiga yang rumit dengan sangat mudah. Berikut contoh grafik
yang dihasilkan oleh salah satu perangkat lunak yang biasa digunakan
Fungsi 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 − 𝑦 2
B. Kurva Ketinggian
6
Contoh 1 :
Penyelesaian :
1
Kurva-kurva ketinggian dari 𝑧 = 3 √(36 − 9𝑥 2 − 4𝑦 2 ) berpadanan
7
1
𝑧 = 3 √(36 − 9𝑥 2 − 4𝑦 2 )
⇔ 9𝑥 2 + 4𝑦 2 + 9𝑧 2 = 36
36 − 9𝑥 2 − 9𝑧 2
⇔𝑦=√
4
36−9𝑥2
● 𝑧=0→𝑦=√ 4
27−9𝑥2
● 𝑧=1→𝑦=√ 4
15,75−9𝑥2
● 𝑧 = 1,5 → 𝑦 = √
4
8,4375−9𝑥2
● 𝑧 = 1,75 → 𝑦 = √ 4
9𝑥2
● 𝑧=2→𝑦=√
4
● −5 = 𝑦 2 − 𝑥 2 → 𝑦 = √𝑥 2 − 5
● −4 = 𝑦 2 − 𝑥 2 → 𝑦 = √𝑥 2 − 4
.
● 4 = 𝑦 2 − 𝑥 2 → 𝑦 = √𝑥 2 + 4
● 5 = 𝑦 2 − 𝑥 2 → 𝑦 = √𝑥 2 + 5
8
Kurva-kurva ini berbentuk hiperbola kecuali untuk 𝑧 = 0 berupa
sepasang garis yang berpotongan.
9
Louis. Intensits gempa diukur dengan skala I sampai XII dimana semakin
besar skala yang ditunjukkan semakin besar pula gempa yang dirasakan.
Sebuah gempa dengan skala mulai dari VI akan mengakibatkan kerusakan
fisik dari stuktur-struktur bangunan. Jika kita membayangkan intensitas I
sebagai fungsi dari lokasi (𝑥, 𝑦) maka kita dapat mengilustrasikan
intensitas gempa menggunakan sebuah peta dengan kurva-kurva
ketinggian yang bersesuaian dengan intensitas yang sama. Kurva-kurva
dengan intensitas konstan yang sama disebut kurva isoseismik.
10
warna inilah yang akan memberi garis besar petunjuk letak titik optimum
variabel. Penentuan kondisi optimum dari faktor diatas dibuktikan dengan
bentuk kurva tiga dimensi yang membentuk puncak optimum seperti
ditunjukkan pada Gambar B. Gambar ini menampilkan contour plot dalam
tiga dimensi. Terlihat dengan jelas bahwa kuat tekan akan semakin besar
apabila proporsi semen berada pada proporsi 21%, proporsi pasir sebesar
29%, dan proporsi tanah sekitar 50%. Nilai tersebut hanya berupa
perkiraan kasar saja, masih sulit untuk mengetahui dengan jelas besarnya
variabel independen (𝑥1 ,𝑥2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 ) yang mampu mengoprimalkan
respon dengan plot permukaan respon, sehingga perlu dilakukan optimasi
lanjutan lagi dengan menggunakan fitur optimazion plot pada Minitab 17.
Dalam bahasa yang biasa, kata kontinu digunakan untuk memeriksa suatu
proses yang berkelanjutan tanpa perubahan yang mendadak. Gagasan inilah,
yang berkenaan dengan fungsi, yang sekarang ingin dibuat secara persis.
Pandang tiga grafik yang diperlihatkan dalam Gambar 1. Hanya grafik yang
ketiga memperlihatkan kekontinuan di c.
11
Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tak terpenuhi, maka f tak kontinu
(diskontinu) di c. Jadi, fungsi yang diwakili oleh grafik yang pertama dan
kedua di atas tak kontinu di c, tetapi kontinu di titik-titik lain dari daerah
asalnya.
CONTOH 1
(𝑥2 − 4)
Andaikan 𝑓(𝑥) = , 𝑥 ≠ 2. Bagaimana seharusnya f didefinisikan
𝑥 −2
12
TEOREMA B : Fungsi nilai mutlak adalah kontinu di setiap bilangan riil
c. Jika n ganjil, fungsi akar ke n kontinu di setiap bilangan riil c; jika n genap
fungsi ini kontinu di setiap bilangan riil positif c.
Kekontinuann Dalam Operasi Fungsi
TEOREMA C : Jika f dan g kontinu di c, maka demikian juga kf, 𝑓 + 𝑔,
𝑓
𝑓 – 𝑔, (asalkan 𝑔(𝑐) ≠ 0, fn, dan 𝑛√𝑓 (asalkan 𝑓(𝑐) > 0 jika n genap).
𝑔
CONTOH 2 :
Pada bilangan – bilangan berapa saja dikatakan kontinu ?
(3|𝑥| − 𝑥2 )
𝑓(𝑥) = (√𝑥 + 3√𝑥)
Penyelesaian :
Kita tidak perlu memandang bilangan – bilangan tak positif, karena f tak
terdefinisi di bilangan – bilangan yang demikian. Untuk setiap bilangan
positif, fungsi – fungsi √𝑥, 3 √𝑥 , |𝑥|, dan 𝑥 2 semuanya kontinu (Teorema
A dan B).
Menyusul dari Teorema C bahwasanya 3|𝑥|, 3|𝑥| − 𝑥 2, √𝑥 + 𝑥, 3√𝑥
(3|𝑥| − 𝑥2 )
akhirnya ( 3 adalah kontinu di setiap bilangan positif.
√𝑥 + √𝑥 )
13
𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑥 1
𝑙𝑖𝑚 = 𝑙𝑖𝑚 . 𝑙𝑖𝑚 = (1) (1) = 1
𝑥 → 0 𝑥(1 − 𝑥) 𝑥→0 𝑥 𝑥 → 0 (1 − 𝑥)
Terdapat operasi fungsi lain yang akan sangat penting dalam pekerjaan
nantinya, yakni komposisi. Operasi ini juga mempertahankan kekontinuan.
Teorema Limit Komposit
TEOREMA E : Jika 𝑙𝑖𝑚 𝑔(𝑥) = 𝐿 dan jika f kontinu di L, ,maka
𝑥→𝑐
−2.
Penyelesaian :
𝑥 2 − 𝑥 − 6 = (𝑥 − 3) (𝑥 + 3) Oleh karena itu, fungsi rasional
𝑥4 − 3𝑥 + 1
𝑔(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 𝑥2 − 𝑥 − 6
adalah kontinu kecuali di 3 dan −2.
(Teorema A). Kita tahu dari Teorema D bahwa fungsi sin adalah kontinu
di setiap bilangan riil. Oleh karena itu, dari Teorema E, kita simpulkan
bahwa, karena ℎ(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛(𝑔(𝑥)), h juga kontinu kecuali di 3 dan −2.
14
B. Definisi Kekontinuan Pada Selang
Fungsi f adalah kontinu kanan di a jika 𝑙𝑖𝑚 + 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎) dan
𝑥→𝑎
kontinu kiri di b jika 𝑙𝑖𝑚 + 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑏). Kita katakan f adalah kontinu
𝑥→𝑏
pada selang terbuka (a,b) jika f kontinu pada setiap titik (a,b) dan f kontinu
pada selang tertutup [a,b] jika f kontinu pada (a,b), kontinu kanan di a, dan
kontinu kiri di b.
1
Sebagai contoh, pernyataan bahwa 𝑓(𝑥) = kontinu pada (0,1) dan bahwa
𝑥
Penyelesaian :
Fungsi itu kontinu pada selang terbuka (−∞,0), (0,3), dan (5,∞) dan juga
pada selang tertutup [3,5].
Teorema Nilai Antara
TEOREMA F : Jika f kontinu pada [a,b] dan jika W sebuah bilangan antara
f(a) dan f(b) maka terdapat sebuah bilangan c di antara a dan b, sedemikian
sehingga f(c) = W.
Ditunjukkan grafik fungsi f(x) yang kontinu pada [a,b]. Teorema
Nilai Antara mengatakan bahwa untuk setiap W dalam (f(a), f(b)) pasti ada
sebuah nilai c pada [a,b] sehingga f(c)=W. Dengan kata lain, f mengambil
setiap nilai antara f(a) dan f(b). Kekontinuan diperlukan untuk teorema ini,
jika tidak demikian mungkin akan ditemukan sebuahfungsi f dan bilangan
W antara f(a) dan f(b) di mana tidak terdapat c dalam [a,b] yang memenuhi
f(c) = W.
15
Kebalikan dari teorema ini, yang mana tidak benar secara umum,
mengatakan bahwa jika f mengambil setiap nilai antara f(a) dan f(b) maka f
adalah kontinu. Gambar diatas menunjukkan fungsi yang mengambil semua
nilai antara f(a) dan f(b), tetapi fungsi dalam gambar 7 tidak kontinu pada
[a,b]. Hanya karena sebuah fungsi mempunyai sifat nilai antara, itu tidak
berarti bahwa fungsi tersebut kontinu.
CONTOH 7 :
Gunakan Teorema Nilai Antara untuk menunjukkan bahwa persamaan 𝑥 −
𝜋
𝑐𝑜𝑠 𝑥 = 0 mempunyai sebuah solusi antara 𝑥 = 0 dan 𝑥 = .
2
Penyelesaian:
Andaikan 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 𝑐𝑜𝑠 𝑥, dan misalkan W = 0. Maka 𝑓(0) = 0 −
𝜋 𝜋 𝜋 𝜋 𝜋
𝑐𝑜𝑠 0 = −1 dan 𝑓 ( 2 = − 𝑐𝑜𝑠 2 = ). Karena f kontinu pada [0, 2 ]
2 2
𝜋
dan W = 0 berada antara f(0) dan 𝑓 [0, 2 ], Teorema Nilai Antara
𝜋
mengimplikasikan kehadiran sebuah c pada interval [0, 2 ] dengan sifat
16
𝜋 𝜋 𝜋
tengah interval [0, 2 ] adalah titik 𝑥 = . Saat kita mengevaluasi 𝑓 ( 4 ), kita
4
peroleh :
𝜋 𝜋 𝜋 𝜋 √2
𝑓( ) = − 𝑐𝑜𝑠 = − ≈ 0.0782914
4 4 4 4 2
𝜋
yang lebih besar dari 0. Dengan demikian, 𝑓(0) < 0 dan 𝑓 ( 4 ) > 0 ,
sehingga aplikasi lain dari Teorema Nilai Antara memberitahu kita bahwa
𝜋
terdapat sebuah c antara 0 dan 4 sehingga f(c) = 0.
2.3 Keterdiferensialan
𝑓 (𝑥, 𝑦) = −10√|𝑥𝑦|
17
menuntut bahwa grafik mempunyai sebuah bidang singgung di titik asal.
Alasannya, tentu saja, bahwa grafik 𝑓 tidak diaproksimasi secara baik di sana
oleh sebarang bidang (khususnya, bidang −𝑥𝑦) kecuali dalam dua arah. Suatu
bidang singgung seharusnya mengaproksimani grafik secara sangat baik dalam
semua arah.
Gambar 1 𝑧 = −10√|𝑥𝑦|
18
Gambar 2
Agar lebih tepat, kita katakana bahwa fungsi f adalah linear secara local di a
jika terdapat konstanta m sedemikian sehingga :
𝑓 (𝑎 + ℎ) = 𝑓 (𝑎) + ℎ𝑚 + ℎ𝜀(ℎ)
Dimana 𝜀(ℎ) adalah fungsi yang memenuhi lim 𝜀(ℎ) = 0. Dengan
ℎ→0
Fungsi 𝜀(ℎ) adalah selisih antara kemiringan garis tali busur yang melalui
titik (𝑎, 𝑓(𝑎)) dan (𝑎 + ℎ, 𝑓(𝑎 + ℎ)) dan kemiringan garis singgung yang
melalui (𝑎, 𝑓(𝑎)). Jika 𝑓 adalah linear secara local di a, maka
𝑓 (𝑎+ℎ)−𝑓 (𝑎)
lim 𝜀(ℎ) = lim [ − 𝑚] = 0
ℎ→0 ℎ→0 ℎ
karenanya, 𝑓 adalah linear secara lokal. Karena itu, dalam kasus satu
variable, 𝑓 adalah linear secara lokal di a jika dan hanya jika 𝑓
terdiferensialkan di a. konsep linearitas ini memang berlanjut ke situasi dalam
hal 𝑓 adalah fungsi dua variable, dan kita akan menggunakan ciri ini untuk
mendefinisikan keterdiferensialkan fungsi dua variable. Pertama, kita
definisikan linearitas lokal.
19
Definisi : Linearitas Lokal Untuk Fungsi Dua Varibel
Sama hal nya seperti h adalah pertambahan kecil dalam x untuk kasus satu-
variabel, kita dapat memikirkan ℎ1 𝑑𝑎𝑛 ℎ2 masing-masing sebagai
pertambahan kecil dalam x dan y, untuk kasus dua-variabel.
Gambar 3
20
Definisi : Keterdiferensialan Untuk Fungsi Dua Variabel Atau Lebih
Vektor (𝑓𝑥 (𝐩), 𝑓𝑦 (𝐩)) = 𝑓𝑥 (𝐩)𝐢 + 𝑓𝑦 (𝐩)𝐣 dinyatakan oleh ∇𝑓(𝐩) dan
disebut gradien 𝑓. Jadi, 𝑓 terdiferensialkan di p jika dan hanya jika
Teorema A
21
𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎, 𝑏) = [𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏) − 𝑓(𝑎, 𝑏)] + [𝑓(𝑎 +
ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏)] pers (3)
Sekarang kita terapkan Teorema Nilai Rataan untuk Turunan dua kali sekali :
sekali terhadap selisih (𝑎 + ℎ1 , 𝑏) − 𝑓(𝑎, 𝑏) dan sekali terhadap selisih 𝑓(𝑎 +
ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏). Dalam kasus yang pertama, kita definisikan
𝑔1 (𝑥) = 𝑓(𝑥, 𝑏) untuk x dalam interval (𝑎, 𝑎 + ℎ1 ), dan dari Teorema Nilai
Rataan untuk Turunan kita simpulkan bahwa terdapat nilai 𝑐1 dalam (𝑎, 𝑎 +
ℎ1 ), sedemikian sehingga 𝑔1 (𝑎 + ℎ1 ) − 𝑔1 (𝑎) = 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏) − 𝑓(𝑎, 𝑏) =
ℎ1 𝑔1 ′(𝑐1 ) = ℎ1 𝑓𝑥 (𝒄𝟏 , 𝑏). Untuk kasus kedua, kita definisikan 𝑔2 𝑦 = 𝑓(𝑎 +
ℎ1 , 𝑦) untuk y dalam interval [𝑏, 𝑏 + ℎ2 ] terdapat 𝒄𝟐 dalam interval (𝑏, 𝑏 + ℎ2 )
sedemikian sehingga 𝑔2 (𝑏 + ℎ2 ) − 𝑔2 (𝑏) = ℎ2 𝑔2 ′(𝑐2 ) ini memberikan
𝑔2 (𝑏 + ℎ2 ) − 𝑔2 (𝑏) = 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎 + ℎ1 , 𝑏) = ℎ2 𝑔2 ′(𝑐2 ) =
ℎ2 𝑓𝑦 (𝑎 + ℎ1 , 𝑐2 )
𝑓 (𝑎 + ℎ1 , 𝑏 + ℎ2 ) − 𝑓(𝑎, 𝑏) = ℎ1 𝑓𝑥 (𝑐1 , 𝑏) + ℎ2 𝑓 (𝑎 + ℎ1 , 𝑐2 )
22
dengan membiarkan 𝐩 = 𝐩𝟎 + 𝐡, kita temukan bahwa fungsi T yang
didefinisikan oleh :
Contoh 1 :
Penyelesaian :
𝜕𝑓 𝜕𝑓
= 𝑒 𝑦 + 2𝑥𝑦 dan = 𝑥𝑒 𝑦 + 𝑥 2 kedua fungsi ini continue diman-mana,
𝜕𝑥 𝜕𝑦
Contoh 2 :
Penyelesaian :
𝜕𝑓 𝜕𝑓 𝜕𝑓
Turunan-turunan parsialnya adalah 𝜕𝑥
= 𝑠𝑖𝑛 𝑧 + 2𝑥𝑦, 𝜕𝑦 = 𝑥 2 , 𝜕𝑧 = 𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝑧
23
Sifat Turunan
𝜕 𝜕 𝜕 𝜕
= 𝜕𝑥 𝑓(𝐩) 𝐢 + 𝜕𝑥 𝑔 (𝐩) 𝐢 + 𝜕𝑦 𝑓(𝐩) 𝐣 + 𝜕𝑦 𝑔(𝐩) 𝐣
𝜕 𝜕 𝜕 𝜕
= [𝜕𝑥 𝑓 (𝐩) 𝐢 + 𝜕𝑦 𝑓(𝐩) 𝐣] + [𝜕𝑥 𝑔(𝐩) 𝐢 + 𝜕𝑦 𝑔 (𝐩) 𝐣]
= ∇𝑓(𝐩) + ∇g(𝐩)
Teorema C
Solusi : Diketahui
𝑓 𝜕 𝑓 𝜕 𝑓
i ∇(𝑔 ) = ( 𝜕𝑥 ( 𝑔 ), 𝜕𝑦 ( 𝑔 )):
𝜕 𝑓 𝑓𝑥 𝑔−𝑓𝑔𝑥 𝜕 𝑓 𝑓𝑦 𝑔−𝑓𝑔𝑦
=𝜕𝑥 (𝑔 ) = dan 𝜕𝑦 ( 𝑔 ) = sehingga
𝑔2 𝑔2
𝑓 𝑓 𝑔−𝑓𝑔𝑥 𝑓𝑦 𝑔−𝑓𝑔𝑦
∇(𝑔 ) = ( 𝑥 , )
𝑔2 𝑔2
𝑔∇𝑓−𝑓∇𝑔
= 𝑔2
24
medan gradien untuk 𝑓. Dalam gambar 4 dan 5 diperlihatkan grafik-grafik
dari permukaan 𝑧 = 𝑥 2 − 𝑦 2 dan medan gradien yang berpadanan.
Gambar 4 Gambar 5
Versi Pertama Jika 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦), dengan x dan y adalah fungsi t, maka
𝑑𝑧
masuk akal untuk menanyakan 𝑑𝑡 , dan seharusnya ada rumus untuknya.
𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡
Contoh 1
𝑑𝑧
Andaikan 𝑧 = 𝑥 3 𝑦, dengan 𝑥 = 2𝑡 dan 𝑦 = 𝑡 2 Carilah
𝑑𝑡
Penyelesaian
𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡
= 40𝑡 4
25
Kita juga dapat mengerjakan soal no.1 dengan menggunakan substitusi
langsung. Namun sering tidak tersedia atau tidak tepat.
Contoh 2
Contoh 3
Penyelesaian
𝑑𝑤 𝜕𝑤 𝑑𝑥 𝜕𝑤 𝑑𝑦 𝜕𝑤 𝑑𝑧
= + +
𝑑𝜃 𝜕𝑥 𝑑𝜃 𝜕𝑦 𝑑𝜃 𝜕𝑧 𝑑𝜃
𝑑𝑤 1 3 𝜋 2 √3 1 1 2𝜋 1 1 𝜋 2 √3 𝜋
= −2 ∙ ∙ − ∙ + ( +1) + ∙ =− − +
𝑑𝜃 2 4 9 2 4 2 3 2 8 18 3
26
Teorema B (Aturan Rantai)
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
2. = +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡
Contoh 4
𝜕𝑧
Jika 𝑧 = 3𝑥 2 − 𝑦 2 dengan 𝑥 = 2𝑠 + 7𝑡 dan 𝑦 = 5𝑠𝑡 carilah dan nyatakan
𝜕𝑡
Penyelesaian :
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
= +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡
Tentu saja jika di substitusikan ekspresi untuk x dan y kedalam rumus untuk z
dan kemudian mengambil turunan parsial terhadap t, kita peroleh jawab yang
sama :
𝜕𝑧 𝜕
= [3 (2𝑠 + 7𝑡)2 − (5𝑠𝑡) 2 ]
𝜕𝑡 𝜕𝑡
𝜕
= 𝜕𝑡 [12𝑥 2 + 84𝑠𝑡 + 157𝑡 2 − 25𝑠 2 𝑡 2 ]
Barikut ini hasil yang berpadanan untuk tiga variabel antara yang diilistrasikan
dalam contoh.
27
Contoh 5
Penyelesaian :
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑥 𝜕𝑤 𝜕𝑦 𝜕𝑤 𝜕𝑧
= + 𝜕𝑦 +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑧 𝜕𝑡
= 2𝑠 2 𝑡 + 𝑠 2 − 2𝑠𝑡 + 2𝑠 + 10𝑡
𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦
+ =0
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥
=−
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦
Contoh 6
a. Aturan Rantai
b. Diferensiasi Implisit
Penyelesaian :
28
𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥 3𝑥 2 + 2𝑥𝑦
=− =− 2
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦 𝑥 − 40𝑦 3
d. Turunkan kedua ruas terhadap x untuk memperoleh
𝑑𝑦 𝑑𝑦
3𝑥 2 + 𝑥 2 + 2𝑥𝑦 − 40𝑦 3 =0
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Jika z suatu fungsi implisit dari x dan y yang didefinisikan oleh persamaan
𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0, maka diferensiasi kedua ruas terhadap x dengan
mempertahankan y tetap menghasilkan
𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦 𝜕𝐹 𝑑𝑧
+ + =0
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑥
Jika kita selelsaikan persamaan untuk mencari nilai 𝜕𝑧/𝜕𝑥 dan dengan
𝜕𝑦
memperhatikan 𝜕𝑥 = 0, kita peroleh yang petrtama dari rumus-rumus dibawah.
𝜕𝑧 𝜕𝐹/𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝐹/𝜕𝑦
=− =
𝜕𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑧
Jawaban : B
29
Pembahasan :
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 3 𝑦 − √𝑦
= ( −2)3 (4) − √4
= −32 − 2
= −34
Pembahasan :
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
Jawaban : A
Pembahasan :
sin 𝑎𝑥
lim =𝑎
𝑥→0 𝑥
30
1
sin 7𝑥+tan 3𝑥−sin 5𝑥 sin 7𝑥+tan 3𝑥−sin 5𝑥 𝑥
lim = lim × 1
𝑥→0 tan 9𝑥−tan 3𝑥−sin 𝑥 𝑥→0 tan 9𝑥−tan 3𝑥−sin 𝑥 𝑥
sin 7𝑥+tan3𝑥−sin5𝑥
𝑥
= lim tan 9𝑥−tan3𝑥−sin𝑥
𝑥→0
𝑥
7+3−5
= 9−3−1
5
=5=1
4−x2
4. Nilai dari lim 3−√x2 +5 adalah…
𝑥→2
A. 3
B. 6
C. 9
D. 12
E. 15
Jawaban : B
Pembahasan :
= lim 3 + √x 2 + 5
𝑥→2
= 3 + √22 + 5 = 9
31
E. 4𝑖 + 𝑗 + 𝑘
Jawaban : E
Pembahasan :
𝛻𝑓(1,2,0) = 4𝑖 + 𝑗 + 𝑘
Jawaban : C
Pembahasan :
𝜕𝑓 𝜕𝑓
= 3𝑥 2 𝑦 + 6𝑦 2 = 𝑥 3 + 6𝑥𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑥
32
𝜕𝑓 𝜕𝑓
∇𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑖+ 𝑗
𝜕𝑥 𝜕𝑦
= (3𝑥 2 𝑦 + 6𝑦 2 )𝑖 + (𝑥 3 + 6𝑥𝑦)𝑗
= (3𝑥 2 𝑦 + 6𝑦 2 , 𝑥 3 + 6𝑥𝑦)
𝑧 = 𝑇 (𝒑)
𝑧 = 8 + (−12, −16). (𝑥 − 2, 𝑦 + 2)
𝑧 = 8 + (−12 𝑥 + 24 − 16 𝑦 − 32)
𝑧 = 8 + (−12 𝑥 + 24 − 16 𝑦 − 32)
𝑧 = −12 𝑥 − 16 𝑦
Jawaban : B
Pembahasan :
1
𝑓 (𝑥 ) = (6𝑥 + 7)2
Misalkan 𝑈 = 6𝑥 + 7
𝑈′ = 6
33
1
𝑓 (𝑈) = 𝑈 2
1
1
𝑓′(𝑈) = 𝑈−2
2
1
𝑓′(𝑈) = 2√𝑈
𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑓 ′ (𝑈) . 𝑈′
1
𝑓 ′ (𝑥) = .6
2√𝑈
3
𝑓 ′ (𝑥) =
√6𝑥+7
3
𝑓 ′ (3) =
√6𝑥+7
3 3
𝑓 ′ (3) = =
√25 5
Jawaban : D
Pembahasan :
Misalkan 𝑈 = 5𝑥 − 3
𝑈′ = 5
𝑓(𝑈) = 𝑈3
𝑓′(𝑈) = 3𝑈3−1
𝑓′(𝑈) = 𝑈2
𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑓 ′ (𝑈). 𝑈′
𝑓 ′ (𝑥 ) = 3𝑈2 . 5
34
A. (2𝑥𝑦 + 3𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥) 𝑗
B. (3𝑥𝑦 + 2𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 2𝑥 )𝑗
C. (4𝑥𝑦 + 3𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥 )𝑗
D. (2𝑥𝑦 + 𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥 )𝑗
E. (2𝑥𝑦 + 5𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥 )𝑗
Jawaban : A
Pembahasan :
𝜕𝑓 (𝑥,𝑦) 𝜕𝑓 (𝑥,𝑦)
𝛻𝑓 = 𝑖 + 𝑗 = (2𝑥𝑦 + 3𝑦) 𝑖 + (𝑥 2 + 3𝑥) 𝑗
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑑𝑧
10. Misalkan 𝑧 = 𝑥 3 𝑦 dengan 𝑥 = 2𝑡 dan 𝑦 = 𝑡 2 , maka nilai
𝑑𝑡
adalah…
A. 42 𝑡 2
B. 30 𝑡 2
C. 40 𝑡 2
D. 25 𝑡 2
E. 37 𝑡 2
Jawaban : C
Pembahasan :
𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡
= 40𝑡 4
ESSAY
35
𝑥 = 0, 𝑦 = 0
Untuk 𝑘 = 1 → 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 1
𝑥2 𝑦2
+ 1 =1
1
2
Untuk 𝑘 = 2 → 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 2
𝑥2
+ 𝑦2 = 1
2
Untuk 𝑘 = 4 → 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 4
𝑥2 𝑦2
+ =1
4 2
36
Ambil sebarang titik (a,b) pada 𝑅 2, akan dibuktikan bahwa f
terdiferensialkan di (a,b)
∆ 𝑓 (𝑎, 𝑏) = 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏)∆𝑥 + 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏) ∆𝑦 + 𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦
𝑓 (𝑎 + ∆𝑥, 𝑏 + ∆𝑦) − 𝑓(𝑎, 𝑏) = 𝑓𝑥 (𝑎, 𝑏)∆𝑥 + 𝑓𝑦 (𝑎, 𝑏) ∆𝑦 + 𝜀1 ∆𝑥 +
𝜀2 ∆𝑦
3 ( 𝑎 + ∆𝑥) 2 + 2(𝑎 + ∆𝑥 )(𝑏 + ∆𝑦) − (𝑏 + ∆𝑦) 2 − (3𝑎2 + 2𝑎𝑏 −
𝑏2 ) = (6𝑎 + 2𝑏)∆𝑥 + (2𝑎 − 2𝑏) ∆𝑦 + 𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦
3 𝑎2 + 6𝑎∆𝑥 + 3(∆𝑥) 2 + 2𝑎𝑏 + 2𝑎∆𝑦 + 2𝑏∆𝑥 + 2∆𝑥∆𝑦 − 𝑏2 −
2𝑏∆𝑦 − (∆𝑦) 2 − 3𝑎2 − 2𝑎𝑏 + 𝑏2 = 6𝑎 ∆𝑥 + 2𝑏∆𝑥 + 2𝑎∆𝑦 −
2𝑏∆𝑦 + 𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦
𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦 = 3(∆𝑥) 2 + 2∆𝑥∆𝑦 − ∆𝑦 2 direkayasa sedemikian
sehingga:
𝜀1 ∆𝑥 + 𝜀2 ∆𝑦 = (3∆𝑥 )∆𝑥 + (2∆𝑥 − ∆𝑦) ∆𝑦
Pilih 𝜀1 = 3∆𝑥 dan 𝜀1 = 2∆𝑥 − ∆𝑦, maka
lim 𝜀1 = lim 3∆𝑥 = 0
(∆𝑥∆𝑦)→(0,0) (∆𝑥∆𝑦)→(0,0)
37
𝑑𝑆 𝜕𝑠 𝑑𝑟 𝜕𝑠 𝑑ℎ
Jadi , = 𝜕𝑟 𝑑𝑡 + 𝜕ℎ 𝑑𝑡
𝑑𝑡
𝑑𝑆
= (2πh + 4πr)(0,2) + (2πr)(0,4)
𝑑𝑡
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
39
singgung melalui (𝑎, 𝑓(𝑎)) yang mengakporksimasi fungsi untuk nilai
x dekat dengan a.
Medan Gradien – gradien ∇𝑓 berpadanan masing-masing titik p
didalam daerah definisi 𝑓 suatu vector ∇𝑓(𝐩). Himpunan semua vector
ini dinamakan medan gradien untuk 𝑓.
4. Fungsi Implisit → Andaikan bahwa 𝐹 (𝑥, 𝑦) = 0 mendefinisikan y
secara implisit sebagai fungsi x, misalnya y = g(x), tetapi bahwa fungsi
g sukar atau tidak mungkin ditentukan. Kita masih tetap dapat mencari
dy/dx. Satu metode untuk melakukan ini, yakni diferensiasi implisit.
Mari kita turunkan kedua ruas 𝐹 (𝑥, 𝑦) = 0 terhadap x dengan
menggunakan aturan rantai. Maka diperoleh :
𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦
+ =0
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑥
Dengan menyelesaikan persamaan untuk mencari nilai dy/dx, dihasilkan
rumus :
𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥
=−
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦
3.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Purcell, Edwin J., Dale Verberg., dan Steve Rigdon. (2007). Calculus, ed 9. Penerbit
Pearson.
Purcell, Edwin J., dan Dale Verberg. (1987). Calculus with Analytic Geometry, ed
5. Terjemahan Susila, I Nyoman, dkk. Kalkulus dan Geometri Analitis.
Indonesia: Penerbit Erlangga.
41