KATA PENGANTAR
3. Para dosen MM UGM atas segala ilmu yang telah diberikan selama
iv
6. Istriku tercinta Suriati, SKM, anakku Ali Farhan Akhmad dan Alifia
penyempurnaan tesis ini akan sangat berguna bagi kita semua. Akhir kata
semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua terutama untuk perencanaan
Penulis
v
Daftar Is i
DAFTAR ISI
Intisari .........................................................................................................xiv
Abstract ........................................................................................................ xv
vi
2.1. Definisi Outsourcing.................................................................17
Telkomsel .....................................................................59
Telkomsel .....................................................................63
LAMPIRAN .................................................................................................87
Daftar T abel
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2. Forecast industry mobile selular Indonesia tahun 2009 - 2016 .....4
Tabel 2.1. Perbandingan Pros dan Cons untuk Setiap Model Outsourcing .. 32
wawancara ................................................................................. 51
Tabel 4.6. Analisa Koefisien Korelasi biaya O&M dengan Jumlah BTS ..... 61
.................................................................................................. 73
2011) ......................................................................................... 74
Network ..................................................................................... 75
Tabel 4.10. Cost Analysis Sebelum dan Sesudah Outsourcing model Managed
Services ..................................................................................... 76
x
Tabel 4.11. Perbandingan Proyeksi Biaya Telkomsel Tahun 2015 sebelum
xi
Daftar Ga mbar
Daftar Ga mbar
DAFTAR GAMBAR
....................................................................................................8
xii
Daftar L ampiran
DAFTAR LAMPIRAN
Telkomsel .................................................................................. 87
xiii
I ntis ari
INTISARI
xiv
Abs tract
ABSTRACT
Indonesia's telecom industry has been growing rapidly since 2000 with
the number of mobile subscribers at the end of 2010 has reached 222 million,
according to the Business Monitor International (BMI, 2012). This situation
resulted increased competition and affect to operator profit margin decrement.
Outsorcing strategy has become one of the major options ogled by
telecommunications company executives to improve the financial
performance. Telkomsel as the market leader of mobile telecommunications
industry in Indonesia has conducted partial outsourcing since 2005.
Descriptive analysis research aims to identify the mechanism of partial
outsourcing that conducted by directorate Network Telkomsel which can’t
reduce operating costs and recommendation for outsourcing improvement
including possiblibility to adopt managed services outsourcing model that
become trend in the telecommunications industry. The primary data collection
through a purposive sampling technique with interviews a Telkomsel senior
management and vendor managed services in Indonesia that include Ericsson,
NSN and Huawei. Stages of the study include the identification of mechanisms
including current outsourcing motivation and cost analysis, value chain
analysis, identifying critical success factor (CSF) Telkomsel, assesment of
managed services outsourcing model and perform cost analysis between
partial outsourcing and managed services.
Based on research of outsourcing implementation in the directorate
network Telkomsel can be concluded in general that partial outsourcing
performed successfully reduced the cost of O & M Per BTS at 15.56%, but has
not been able to decrease the growth of operating costs due to growth in O &
M costs are strongly correlated with high growth of number of base stations. In
addition, the mechanism of outsourcing that conducted by directorate Network
PT. Telkomsel is still partial, only on the non-core activity, there is no
standardization of the price and scope of work, and performed by many
vendors. Managed services Outsourcing model would be more profitable
based on cost analysis with a reduction in operating costs could reach 9.8%.
xv
B AB 1 PE NDAHUL UAN
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa tahun yang lalu, penggunaan istilah "sourcing" hanya kata lain
untuk pengadaan barang dalam istilah finansial dari suatu fungsi perusahaan.
Dalam era globalisasi sekarang ini yang dibantu kemajuan teknologi yang cepat
mengontrol dan menciptakan capability yang sangat penting, baik berada di dalam
and development, operation, dan marketing. Dan pada gilirannya hal tersebut telah
mengubah cara berpikir perusahaan tentang organisasi, value chain, dan posisi
memperkuat bahwa outsourcing adalah memperoleh jasa atau produk dari pihak
meningkatkan financial performance telah menjadi salah satu pilihan opsi utama
yang dilirik oleh eksekutif perusahaan telekomunikasi. Hal ini seiring dengan
perusahaan tumbuh di bawah biaya operational cost karena terjadi perang harga di
1
dan fokus pada core business mereka yang memberikan pemikiran untuk
Berdasarkan penelitian Booz & Company (2009), banyak operator yang sudah
Berdasarkan hasil penelitian di Gambar 1.1 yang dilakukan oleh Booz &
2
Ericsson, pada tahun 2012 mereka telah melakukan outsourcing sebanyak 300
operator yang tersebar di 60 negara. Berdasarkan data NSN di Gambar 1.2 dapat
operator yang telah melakukan managed services untuk kegiatan operasional dan
managed services yang dilakukan dapat dilihat di tabel 1.1 berikut ini:
3
Tabel 1.1. Managed Service Operator Selular di Indonesia
2000 dengan jumlah pelanggan selular di akhir tahun 2010 telah mencapai 222
tahun 2012 (BPS, 2012) maka penetrasi pelanggan (jumlah pelanggan selular /
pelanggan selular Indonesia akan mencapai 441.8 juta mobile subscribers di akhir
tahun 2016 dengan penetrasi 173.8%. Untuk data lengkapnya dapat dilihat di tabel
Tabel 1.2. Forecast industry mobile selular Indonesia tahun 2009 - 2016
Jumlah Pelanggan
Selular ('000) 175,1 222,7 275,1 316,3 357,4 393,2 420,7 441,7
Penetrasi
Pelanggan (%) 73.8 92.9 113.5 129.2 144.6 157.6 167 173.8
4
ketat dan membuat Indonesia sebagai negara yang mempunyai jumlah operator
terbanyak di dunia. Hal ini mengakibatkan sejak tahun 2008 telah terjadi perang
tarif antar operator sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tarif selular dan
membuat margin profit operator menjadi semakin kecil. Untuk detail jumlah
Industri selular Indonesia di tahun 2011 telah mencapai titik mature dengan
proyeksi pertumbuhan revenue 4-6% pertahun dalam 5 tahun ke depan (Frost &
Sullivan, 2012), hal ini ditandai mulai stagnannya pendapatan operator dari core
business yaitu voice dan short messaging services (SMS) dengan perkiraan
compound annual growth rate (CAGR) sebesar 1.5% dalam 5 tahun kedepan.
Disisi yang lain munculnya new wave revenue operator dari data services (mobile
internet) akan menjadi peluang baru bagi operator dengan prediksi CAGR 19.7%
dalam 5 tahun ke depan (Internal Telkomsel, 2011). Untuk detailnya dapat dilihat
5
120
100 27
20 23
17
11 14
80
Miliyar Rupiah
60
40 78 79 81 82 83 84
76
20
0
2010 2011E 2012F 2013F 2014F 2015F 2016F
Pertumbuhan revenue dari data services ternyata jauh lebih rendah dari
pertumbuhan biaya yang dibutuhkan oleh operator baik dari sisi capital expense
“decoupled” antara data traffic dengan revenue. Hal tersebut menjadi dilema
tersendiri bagi operator untuk bisa tetap tumbuh disisi revenue namun di sisi lain
pertumbuhan biaya yang dikeluarkan jauh lebih tinggi (Nelson et.al, 2015).
Berikut dibawah ini adalah gambar 1.4 yang memperlihatkan “decoupled” antara
data traffic dan network cost dengan revenue yang dialami oleh semua operator di
6
Gambar 1.4. Decoupled Revenue & Traffic Data Services
telah mulai stagnan pendapatannya dari core business yang belum diimbangi
dengan pertumbuhan revenue dari new business yaitu data services dan konten
income). Berdasarkan Gambar 1.5 berikut ini dapat dilihat bahwa dalam empat
tahun terakhir Telkomsel hanya tumbuh dengan CAGR 1.4% dalam hal operating
income walaupun revenue masih tumbuh dengan CAGR 7.4% namun dari sisi
expense tumbuh dengan CAGR 11.8%. Hal ini menjadi problem bagi manajemen
7
60.000
50.000
Milyar Rupiah
40.000
30.000
20.000
10.000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
-10.000
Revenue Expense
Operating Income Linear (Revenue)
Linear (Expense) Linear (Operating Income)
Salah satu strategi yang telah mulai dilakukan oleh bagian Direktorat
Network Telkomsel sejak tahun 2005 untuk mengurangi biaya dengan tujuan cost
kepada pihak ketiga. Kegiatan outsourcing parsial tersebut ternyata belum bisa
menekan pertumbuhan biaya operasional dan masih selalu tumbuh diatas revenue.
Disisi yang lain, pertumbuhan traffic untuk percakapan suara dan short
pelanggannya dan tetap bisa mengakusisi pelanggan baru. Sedangkan untuk new
8
wave business Telkomsel yaitu data services telah mengalami perang harga sejak
revenue dari data services ternyata jauh lebih rendah dari pertumbuhan biaya yang
yang sama dengan industri dan menguasai 50% revenue industri telekomunikasi
mempunyai target untuk tumbuh dua kali di sisi enterprize valuation di tahun
2015 yang mana untuk mencapai itu harus mencapai revenue sebesar 80 triliun
berat karena hanya boleh turun 4% dibandingkan tahun 2011 yang berada di level
57%.
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
9
Berdasarkan gambar 1.6 terlihat bahwa dalam periode tahun 2001-2007
2008 sampai 2011 terjadi penurunan EBIDTA Telkomsel yang signifikan dari
Telkomsel akan sangat sulit mencapai target EBITDA 53% di tahun 2015 apabila
operasional.
dalam rangka mencapai target EBITDA 53% pada tahun 2015 dan munculnya tren
operator telekomunikasi.
10
1.4. Tujuan Penelitian
analysis.
1. Akademik
2. Praktisi
11
3. Perusahaan (Telkomsel)
berikut:
3. Dalam rangka mencapai target EBITDA, ada dua hal yang dapat
Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
12
Gambar 1.7. Kerangka Pikir Penelitian
melakukan penelitian sesuai dengan gambar 1.8. Analisa untuk perbaikan akan
dimulai dengan menentukan core acitivities dari bisnis yang dilakukan dengan
menggunakan tool critical success factors (CSF). Untuk kegiatan yang bukan
dilakukan analisa dengan tool value chain analysis untuk mengetahui detail
13
Gambar 1.8. Kerangka Pikir pengambilan keputusan outsourcing
14
BAB I PENDAHULUAN
Chain Analysis dan Critical Success Factors (CSF). Bab ini juga
15
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan
penelitian selanjutnya.
16
BAB 2 T I NJAUAN PUST AKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mendapatkan pasokan produk atau jasa yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
menjalankan bisnisnya (Harrigan, 1985). Outsourcing terdiri dari dua kata 'Out'
dan 'Sourcing'. Oleh karena itu, untuk menentukan apakah melakukan outsourcing
maka pertama-tama kita harus jelas tentang arti 'Sourcing'. Sourcing mengacu
keputusan kepada pihak lain. Sebagai manajer, kita selalu mendelegasikan sebagai
Karena kita harus memberikan pekerjaan keluar karena ada orang lain yang bisa
melakukannya dengan lebih murah, lebih cepat, lebih baik dan kita juga memiliki
hal lain yang lebih penting untuk dilakukan yang lebih membutuhkan resources
memperoleh jasa atau produk dari pihak ketiga yang biasanya adalah bagian dari
organisasi. Linder (2004) juga menyatakan hal yang sama bahwa outsourcing
menu adalah membeli layanan yang sedang berlangsung dari perusahaan luar yang
17
Menurut McIvor (2005), outsourcing melibatkan sumber perolehan barang
outsourcing manufaktur serta jasa. Istilah outsourcing ini paling sering digunakan
dalam hubungannya dengan switching pasokan kegiatan produk atau jasa kepada
kegiatan terkait dengan fungsi tertentu sementara ada pula yang tetap
jasa outsourcing baik secara lokal maupun luar negeri atau offshoring (Mclvor
et.al, 2009)
kesimpulan bahwa outsourcing adalah memperoleh barang atau jasa dari pemasok
perusahaan karena memberikan benefit yang lebih baik yang bisa berupa
keuntungan biaya, kualitas lebih baik, produksi lebih cepat ataupun bisa lebih
18
2.2. Dasar Teori Outsourcing
Beberapa dasar teori yang menjadi dasar strategi outsourcing adalah sebagai
berikut :
mengindentifikasi hal yang menjadi skill produksi dan teknologi yang unik
berkelanjutan di pasar dan industri (Collis & Montgomery, 2011). RBV memiliki
dasar gagasan bahwa perusahaan mungkin memiliki keterbatasan sumber daya dan
kemampuan, dan itu adalah fungsi dari strategi perusahaan untuk menilai bagian
mana dari perusahaan yang harus dikembangkan secara internal dan bagian mana
19
pekerjaan dari beberapa alternatif tata kelola yang bisa digunakan (Aubert &
Weber, 2001). Biaya transaksi mengacu pada semua biaya baik internal dan
eksternal yang berhubungan dengan produksi barang dan jasa melalui pasar bukan
hanya dari memproduksi sendiri oleh perusahaan. Biaya transaksi termasuk biaya
boleh diambil apabila biaya pengelolaan melebihi nilai manfaat yang didapatkan
Ada tiga faktor utama yang menjadi motivasi untuk melakukan outsourcing
yaitu cost, strategy dan politics. Dari dua kategori pertama tersebut diatas,
al, 2006).
Outsourcing untuk alasan biaya dapat terjadi ketika biaya dari pemasok
dan biaya transaksi pemasok namun tetap dapat memberikan service dengan harga
yang lebih rendah. Satu hal yang menjadi pertanyaan bagaimana suatu perusahaan
20
Keinginan untuk mengamankan indirect costs mungkin menjadi pendorong
dari outsourcing. Perusahaan yang memiliki jumlah karyawan yang lebih kecil
akan membutuhkan infrastruktur dan peralatan pendukung yang lebih sedikit pula
yang akan membuat perusahaan menjadi lebih gesit dan efisien. Beberapa
baik sementara yang lainnya mencoba memindahkan fixed cost menjadi variable
cost.
untuk lebih fokus pada core competency. Karena dengan persaingan yang ketat,
organisasi dipaksa untuk mengarahkan sumber daya yang terbatas untuk tetap
hanya dari perspektif skala produksi tetapi juga dari jenis produk atau jasa yang
hal tersebut. Outsourcing juga dapat dianggap sebagai cara untuk mengurangi
perusahaan harus selalu meningkatkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan.
21
Outsourcing memungkinkan perusahaan untuk mengakses keahlian yang tidak
kepentingan dari penguasa untuk dipilih lagi oleh masyarakat, membangun opini
1. Pengurangan Biaya
22
memungkinkan organisasi untuk mengalihkan biaya tetap menjadi biaya
2. Peningkatan Performansi
kualitas yang lebih tinggi dari service tersebut. Dengan adanya Service
penyedia outsourcing.
3. Fleksibilitas
namun hal ini telah menjadi strategi yang berhasil sampai ketika pasar
23
chain yang mempunyai spesialisasi untuk memberikan fleksibilitas yang
4. Spesialisasi
cara yang sama yaitu fokus kepada capabilities dan resources yang
5. Akses ke Inovasi
1. Peningkatan Cost
24
Seperti dijelaskan sebelumnnya bahwa perusahaan melakukan strategi
kenaikan biaya.
yang telah dilakukan secara internal untuk waktu yang lama akan dapat
dalam hal biaya, kualitas dan kegagalan pasokan. Kedua dan sebenarnya
3. Loss of Skills
25
advantage. Setiap organisasi harus menjaga kontrol atas resource dan
depan di pasar.
dari outsourcing dengan hanya focus kepada efisiensi dan kualitas hasil
yang mana motivator, manfaat, risiko, dan faktor-faktor yang biasanya dihadapi
26
Gambar 2.1. Outsourcing Decision Framework
27
Gambar 2.2. Four-stage outsourcing framework
28
1. Mengidentifikasi kegiatan inti dan non-inti perusahaan. Kegiatan inti
evaluasi dari kegiatan rantai nilai yang relevan 'dan analisis total biaya
dalam kegiatan sourcing. Pada tahap ini, dua jenis biaya diidentifikasi:
pilihan sourcing yang tersedia bagi perusahaan. Dengan berbagai pilihan tersebut,
maka pemilihan ini sangat dipengaruhi oleh hasil outsourcing yang diinginkan dan
29
proses operasinya. Berikut ini adalah jenis model outsourcing yang umum
kebutuhan tenaga kerja perusahaan. Kegiatan yang dilakukan oleh vendor adalah
sesuai yang diperintahkan oleh klien, dan mereka tidak memiliki risiko atau
tanggung jawab. Model ini dapat memberikan penghematan biaya karena biaya
rendah dan biasanya diperoleh oleh perusahaan yang baru mulai melakukan
2.7.2. Out-Tasking
Dalam model ini, vendor bertanggung jawab untuk fungsi tertentu dalam
sementara vendor atau penyedia layanan melakukan kegiatan tertentu seperti yang
diminta oleh klien. Vendor tidak memiliki kepemilikan proyek apapun karena
mereka hanya melakukan tugas tertentu dari proyek tersebut dan bertanggung
dan bertanggung jawab untuk menjalankan kegiatan sehari-hari dari suatu proyek
tertentu yang diberikan oleh klien. Fungsi klien hanya melakukan monitoring dan
kontrol pekerjaan yang dilakukan oleh vendor outsourcing. Akan ada service level
30
agreement (SLA) antara vendor dan klien yang disusun berdasarkan kebutuhan
klien ataupun benchmark yang ada dipasar. SLA ini akan mencakup rincian scope
of work, tanggung jawab, dan deliverable dari vendor (Subramanian & Williams,
2007).
untuk memberikan pelayanan dari klien. Tanggung jawab vendor termasuk desain,
Umumnya, vendor akan memasuki bisnis yang berbasis service level agreement
(SLA) untuk pekerjaan outsourcing tersebut. Dan biasanya vendor akan terlibat
kebutuhan mereka sehingga perusahaan harus memilih model yang tepat dan
cocok bagi mereka. Seperti telah disebutkan, alasan utama untuk mengadopsi opsi
outsourcing adalah adanya kebutuhan untuk mengurangi biaya yang timbul dari
CAPEX yang terus meningkat dan anggaran OPEX (yang disebabkan oleh
persaingan dan globalisasi), akses ke tenaga kerja terampil, dan kesempatan bagi
31
Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan perbandingan antara setiap model
Tabel 2.1. Perbandingan Pros dan Cons untuk Setiap Model Outsourcing
Model
Pros Cons Prevelance Preferensi
Outsourcing
Stafff Memastikan Kehilangan Medium Menurun
Augmentation ketersedian metrik atau
resource dan proses
skill
Ketidakpastikan
Mempercepat kualitas vendor
time to market
Tantangan dalam
Cost Flexibility me-manage
resources
Out-Tasking Spesifik hal Membagi Medium Menurun
yang susah aktivitas untuk
dilakukan dapat menfasilitasi out-
didapatkan tasking
Memanfaatkan Potensial tidak
skill unik dari akan maksimal
vendor dalam mengambil
alih pekerjaan
Memungkinkan
memanage Bukan
peningkatan partnership yang
beban pekerjaan sebenarnya
yang tiba-tiba karena vendor
tidak
bertanggung
jawab secara
keseluruhan
32
Tabel 2.1, lanjutan
Model
Pros Cons Prevelance Preferensi
Outsourcing
Stafff Memastikan Kehilangan Medium Menurun
Augmentation ketersedian metrik atau
resource dan proses
skill
Ketidakpastikan
Mempercepat kualitas vendor
time to market
Tantangan dalam
Cost Flexibility me-manage
resources
Out-Tasking Spesifik hal Membagi Medium Menurun
yang susah aktivitas untuk
dilakukan dapat menfasilitasi out-
didapatkan tasking
Memanfaatkan Potensial tidak
skill unik dari akan maksimal
vendor dalam mengambil
alih pekerjaan
Memungkinkan
memanage Bukan
peningkatan partnership yang
beban pekerjaan sebenarnya
yang tiba-tiba karena vendor
tidak
bertanggung
jawab secara
keseluruhan
dahulu melihat tingkat kesiapan sumber dari outsourcing yang bisa disebut
33
tinggi, sedang atau rendah, menentukan kematangan outsourcing yang dilakukan
selanjutnya. Tingkat kematangan dari sourcing dapat kita dilihat di gambar 2.3
berikut ini :
hasil yang diharapkan, impact dan kesadaran perusahaan dari setiap tingkat
34
Tabel 2.2. Penjelasan Tingkat Kematangan Sourcing
35
Berdasarkan tabel 2.2 diatas dapat kita lihat bahwa sebuah perusahaan
yang mempunyai kematangan outsourcing yang masih rendah tidak akan memiliki
outsourcing atau managed services, namun perusahaan akan terbatas pada model
tingkat rendah seperti staff augmentation. Pilihan yang terbatas ini akan membuat
tingkat tinggi maka harus merumuskan strategi yang akan meningkatkan pilihan
membuat langkah strategis untuk bisa tumbuh ke tingkat berikutnya sehingga bisa
36
B AB 3 ME T ODA PE NE L IT I AN danPROFI L PE RUSAHAAN
BAB III
penelitian ini juga akan ditunjang dengan data kuantitatif, terutama aspek finansial
Unit analisa untuk penelitian ini adalah organisasi yang ada dalam industri
dengan metode interview dari para pengambil keputusan untuk Direktorat Network
Huawei. Selain dari data interview, penelitian ini juga akan mengambil data
pengumpul dan penganalisa data. Penelitian ini menggunakan sumber data sebagai
berikut :
1. Data Primer
37
Data yang diperoleh melalui survei dan observasi langsung pada obyek
Group
dianggap mewakili area Jawa Bali, yang mana Head of ICT Network
38
Wawancara dilakukan dengan Head of ICT Network Management
existing di regionalnya.
Siemens Networks
Services Indonesia
39
outsourcing terbesar di dunia dan mempunyai market share
2. Data Sekunder
primer. Data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah data yang
literatur, yaitu :
40
Data ini merupakan data yang diambil dari Business Monitoring
menjadi critical success factors oleh John F. Rockart pada tahun 1979
dan 1981. Critical Success Factors (CSF) didefinisikan sebagai area atau
elemen kunci dari kinerja yang penting bagi organisasi untuk mencapai
41
(1981) mengatakan bahwa ada sumber atau tipe dari CSF dalam
organisasi yaitu:
perusahaan berkompetisi.
teori CSF maka sumber CSF yang akan dianalisa disini adalah yang
42
dengan pimpinan atau managemen Telkomsel di bagian terkait yang
43
Analisa value chain akan digunakan untuk menganalisa semua
44
Gambar 3.3. Tahapan Penelitian
45
berawal dari pemerintah yang meminta PT Telkom untuk melakukan pilot project
di Batam dan Bintan pada bulan November 1993. Pada tanggal 31 Desember
1993, proyek tersebut dapat beroperasi. Pada tanggal 26 Mei 1995, atas keputusan
setelah PT. Satelit Indonesia (Satelindo) yang berdiri pada tanggal 29 Januari
1993. Pada awal berdirinya, kepemilikan saham Telkomsel dimiliki oleh Telkom
sebagai operator telepon seluler yang bertaraf internasional dengan produk yang
asing dan PT Sedco Megacell Asia sebagai mitra lokal. KPN membeli 17,28%
sedangkan PT. Sedco Megacell Asia membeli 5% saham. KPN dan Sedco masuk
42,72%, Indosat 35%, KPN 17,28% dan Secdo 5%. Dengan masuknya dua mitra
46
Pada tahun 1999 diterbitkannya Undang-Undang No. 36/1999 tentang
Telekomunikasi yang berlaku efektif sejak tanggal 8 September 2008 dan antara
2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari Indosat sebagai bagian
Telkom dengan Indosat. Setelah transaksi ini, Telkom menguasai 77,72% saham
membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat
ditandatanganinya perjanjian jual beli tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal
30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. Telkom
menjual saham Telkomsel kepada Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd (SingTel)
sehingga setelah penjualan saham ini Telkom memiliki 65% saham Telkomsel dan
teknologi GSM 900Mhz dan GSM 1800 Mhz (Dual Band) yang pertama di
Indonesia.
47
NMT) yang tidak memberikan jaminan keamanan pembicaraan dan wilayah
cakupannya yang terbatas. Teknologi seluler GSM pun jauh lebih unggul karena
GSM untuk memberikan pelayanan data services yang lebih cepat. Jaringan 3G
Telkomsel telah tersedia di 100 kota diseluruh Indonesia dengan kecepatan bisa
akan membuat semakin banyak pelanggan Telkomsel yang akan bisa mengakses
internet yang pada akhirnya bisa meningkatkan pendapatan Telkomsel dan disisi
masyarakat Indonesia.
menengah.
48
3.2.3. Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi Telkomsel
Penyedia layanan mobile lifestyle dan solusi terbaik di Indonesia (The best
2. Misi Telkomsel
service and solution in excellent way that exceed customer expectation, create
value for all stakeholders, and the economic development for nation)
49
3.2.5. Direktorat Network
business dari PT. Telkomsel. Direktorat Network dibentuk pada tahun 2011 yang
Telkomsel:
50
B AB 4 HASIL PE NE LI T I AN DAN PE MB AHASAN
BAB IV
sumber data seperti yang dijelaskan di Bab 3 Metode Penelitian yaitu melalui
Studi Jurnal & data piha ketiga, In-depth interview dan observasi di lapangan.
perusahaan besar yang menjadi vendor outsourcing di dalam negeri maupun luar
wawancara
Waktu
No Nama Jabatan Tempat Wawancara Wawancara
1 Bpk. Anky Head of ICT Ruang Bapak Anky, 16 Agustus 2012
A Priyagung Network Kantor Telkomsel Pukul 11:51 AM
Management Regional Jabotabek sampai 12:22 PM
Jabotabek Jabar Atrium Mulia Lt. 8,
Group, PT. Jakarta
Telkomsel
51
Tabel 4.1, lanjutan
Waktu
No Nama Jabatan Tempat Wawancara Wawancara
2 Bpk. Andrias Head of ICT Ruang Bapak 27 Agustus 2012
Indra Network Andrias, Baruga Pukul 1:37 PM
Management Telkomsel, Jl. A. P. sampai 2:03 PM
Pamasuka Group, Pettarani No. 3
PT. Telkomsel (Lantai 4), Makassar
3 Bpk. Andi Customer Ruang Kantor 15 Oktober 2012
Wisramwan Engagagement Telkomsel Lt.9 Pukul 02:55 PM
Director - Managed Wisma Mulia, sampai 03:37 PM
Services at PT. Jakarta
Ericsson Indonesia
4 Bpk. Managed Services Ruang Kantor 12 Desember
Raymond Solution Consultant Telkomsel Lt.9 2012 Pukul 2.00
Sugiaman at Nokia Siemens Wisma Mulia, PM sampai 3.10
Networks Jakarta PM
5 Bpk. Tri Services Solution Kafe Mangkok 5 Desember 2012
Waluyo Manager at Huawei Putih, City Plaza, Pukul 5.44 PM
Services Indonesia Jakarta sampai 6.13 PM
Kantor Telkomsel Wisma Mulia, Jl. Gatot Subroto No. 52, Jakarta dan Kantor
Agustus 2012.
adalah cost driven, strategy driven dan political driven. Tiga faktor tersebut yang
52
Telkomsel telah melakukan outsourcing sejak tahun 2005 dengan motivasi
sebagai berikut :
efisiensi biaya.
53
4.2.2. Model Outsourcing Direktorat Network Telkomsel
untuk kegiatan operasional yang bukan merupakan core activity seperti kegiatan
54
Berdasarkan penjelasan Bpk A. A. Priyagung (komunikasi personal,
Agustus 16, 2012) bahwa kegiatan outsourcing yang dilakukan sekarang masih
service level agreement (SLA). Apabila dihubungkan dengan teori sourcing model
managed services karena bukan partnership yang sebenarnya karena vendor tidak
Telkomsel dan observasi dilapangan, maka hasil analisis value chain di Telkomsel
55
Gambar 4.1. Value Chain Telkomsel
kegiatan operasi yang apabila dilihat di gambar 4.1 adalah meliputi kegiatan
network build dan network & field operation. Berdasarkan hasil wawancara dan
kegiatan tersebut adalah core activity atau tidak dapat dilihat di tabel 4.2 berikut:
56
4.2.4. Kegiatan Outsourcing Direktorat Network Telkomsel
data internal Telkomsel maka mapping analisis value chain dengan kegiatan
Core
Detail Kegiatan Outsourcing Keterangan
Activity
Network Planning Insourcing oleh Kantor Pusat
Dilakukan oleh Vendor Equipment
sedangkan Telkomsel hanya review dan
Network Design persetujuan (Model Out-Tasking) dan di
manage oleh Kantor Pusat
Dilakukan oleh Tower Provider dan di
Infrastructure Build manage oleh Kantor Pusat
Instalasi oleh Vendor Equipment
sedangkan Project Management oleh
Network Roll-Out Telkomsel (Model Out-Tasking) dan di
manage oleh Kantor Pusat
Network Monitoring System disediakan
oleh Telkomsel, sumber daya untuk
Network Operation Centre melakukan monitoring (Model staff
augmentation) dan di manage oleh
Kantor Pusat dan Regional
1st Line Fault Handling Insourcing oleh Regional
2nd Line Fault Handling Insourcing oleh Regional
Preventive Maintenance Insourcing oleh Regional
Dilakukan dalam project based ke
pihak ketiga kalau diperlukan (Model
Optimization Out-Tasking) oleh Kantor Pusat dan
Regional
Untuk Infrastruktur milik Telkomsel
dilakukan Pihak Ketiga (Model Out-
Infrastructure Tasking). Sedangkan untuk milik Tower
Management & Secuirity Provider dilakukan oleh Tower
Provider sendiri dan di manage oleh
Regional
Dilakukan oleh pihak ketiga dengan
monitoring tetap dilakukan Telkomsel
Spare Part Management (Model Out-Tasking) dan di manage
oleh Kantor Pusat
57
Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa outsourcing yang dilakukan
masih parsial dan masih dilakukan oleh partner atau pihak ketiga yang berbeda-
outsourcing.
kontrak ditemukan bahwa scope of work dari kegiatan outsourcing yang dilakukan
di setiap Regional ternyata tidak sama dengan summary dapat dilihat di tabel 4.4
berikut ini :
Jenis Kegiatan
Regional Field Jasa Supply
Maintenance Maitenance Security
Trouble Backup BBM
Site Genset Site
Shooting Power Genset
Jabotabek
Jabar
Kalimantan
Sumalpua
1. Kontrak Outsourcing di regional tidak ada yang sama dari sisi scope of
harga.
58
3. Kontrak disusun oleh masing-masing regional sesuai dengan
kebutuhannya.
biaya maka gambar 4.2 berikut ini memperlihatkan perbandingan biaya operation
and maintenance (O&M) per BTS sebelum dan sesudah outsourcing parsial.
outsourcing di tahun 2005 terjadi penurunan biaya O&M Per BTS seperti tabel 4.5
berikut ini :
59
Tabel 4.5. Perbandingan Biaya Sebelum dan Sesudah Outsourcing Parsial
Presentase
Sebelum Sesudah Penurunan
Biaya Outsourcing Outsourcing Biaya Sebelum
(Tahun 2001–2004) (Tahun 2005–2011) dan Sesudah
Outsourcing
Rata-Rata Biaya
O&M Per BTS
327.476.158 276.511.942 15.56%
(Rupiah) per
Tahun
menurunkan biaya O&M Per BTS sebesar 15.56% sehingga dapat disimpulkan
bahwa walaupun tujuan utama kegiatan outsourcing saat itu adalah solusi
kekurangan karyawan organik namun ternyata bisa mengurangi biaya O&M per
Dan apabila dianalisa lebih lanjut ternyata biaya O&M sangat berkorelasi dengan
60
Gambar 4.3. Perbandingan Biaya O&M dengan Pertumbuhan Jumlah BTS
Gambar 4.3 diatas memperlihatkan korelasi yang kuat antara biaya O&M
dengan pertumbuhan jumlah BTS. Namun untuk membuktikan secara uji statistik
tersebut:
Tabel 4.6. Analisa Koefisien Korelasi biaya O&M dengan Jumlah BTS
Jumlah
Biaya O&M
BTS dalam
Tahun dalam Miliar xy x2 y2
Unit
Rupiah (x)
(y)
2001 610 1.995 1.216.950 372.100 3.980.025
2002 1.190 3.483 4.144.770 1.416.100 12.131.289
2003 1.652 4.820 7.962.640 2.729.104 23.232.400
2004 1.984 6.205 12.310.720 3.936.256 38.502.025
2005 2.742 9.895 27.132.090 7.518.564 97.911.025
2006 4.367 16.057 70.120.919 19.070.689 257.827.249
2007 6.236 20.858 130.070.488 38.887.696 435.056.164
61
Tabel 4.6, lanjutan
(Σ ) − (Σ )(Σ )
=
[ Σ − (Σ ) ][ Σ − (Σ ) ]
dimana :
x = Variabel 1
y = Variabel 2
n = Jumlah sampel
koefisien korelasi:
11(1.536.203.145) − (55.898)(201.798)
=
[(11 416.209.512 ) − (55.898) ][(11 5.706.459.484 − (201.798) ]
r = 0.9923
Dari hasil uji statistic diatas terlihat bahwa korelasi koefisien (r) antara
variabel biaya O&M dengan variabel jumlah BTS adalah 0.9923 yang artinya
mempunyai hubungan yang sangat kuat (r antara 0.5 sampai 1 artinya mempunyai
62
Berdasarkan gambar 4.3 dan hasil uji statistik diatas menjelaskan bahwa
walaupun kegiatan outsourcing yang dilakukan sejak tahun 2005 bisa menurunkan
biaya O&M per BTS sebesar 15.56% namun karena pertumbuhan BTS pertahun
yang besar sehingga selama periode sebelum outsourcing tahun 2001 – 2004 biaya
selanjutnya setelah periode outsourcing dari tahun 2005 – 2011 biaya tetap
tumbuh dengan CAGR 20.8% karena pertumbuhan jumlah BTS sebesar CAGR
karena pertumbuhan biaya O&M masih berkorelasi positif dan sangat kuat dengan
Telkomsel dalam 5 tahun terakhir yang hanya tumbuh 9.6% pertahun maka
adalah:
bisa mengikuti pertumbuhan jumlah BTS yang sangat tinggi sehingga bisa
63
dikatakan sebagai strategy driven dan cost driven sebagai motivasi
outsourcing belum bisa memberikan manfaat yang maksimal baik dari sisi
memiliki cost yang tinggi disisi sumber daya dan alat-alat bantu lainnya
harga kontrak.
kegiatan yang seharusnya bisa dilakukan oleh vendor yang sama sehingga
64
7. Outsourcing parsial yang dilakukan telah berhasil menurunkan biaya
O&M Per BTS sebesar 15.56% namun secara total biaya masih tumbuh
tahun 2004, yang mana berdasarkan data Oliver Wyman Consultant (2007) bahwa
sejak 2004 kontrak managed services meningkat tiga kali lipat. Oliver Wyman
Consultant memprediksikan 60% dari operator selular dunia dan 80% dari
operator baru akan melakukan managed services. Lebih dari itu, 20% dari
atau istilah yaitu managed operation dan managed capacity (Chaudhury &
65
1. Managed operation adalah model managed service yang mana
“pay per use” sehingga operator akan berbagi resiko dengan vendor
sebesar 20-30% dan lebih dari 80% operator yang di survei puas atau sangat puas
dengan kegiatan outsourcing yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan data
hasil wawancara dengan 3 vendor utama managed services yaitu Ericsson, Huawei
& NSN bahwa managed services memberikan operator struktur biaya yang jelas,
lebih tepat dan mereka dapat mengurangi biaya operasi jaringan biasanya hingga
20 persen.
66
pengurangan biaya kurang lebih 22% sedangkan untuk high growth rata-rata di
21%. Dan setelah operator melakukan outsourcing mereka puas dengan
managed services bukan alasan utamanya karena penurunan biaya namun
mereka lebih puas karena biayanya lebih terkontrol sehingga biaya lebih bisa
diprediksi dengan pertumbuhan biaya tidak lagi sejalan dengan pertumbuhan
jumlah perangkat jaringan BTS yang dipasang namun lebih sejalan dengan
pertumbuhan pendapatan.
67
Indonesia adalah direct cost yaitu biaya listrik untuk membayar PLN dan
Genset. Sehingga Scope managed services yang dilakukan Huawei di XL
termasuk Power untuk mendapatkan penghematan yang maksimal yang mana
bisa mengurangi biaya sampai 20%.
menjadi lebih efisien dan optimal. Hal ini disebabkan untuk setiap
68
masalah yang mereka temui di berbagai operator yang menjadi
dan apabila ditemukan kejadian yang sama maka solusi tersebut akan
Three.
69
mereka akan bisa mengurangi resource untuk melakukan pekerjaan
murah.
genset menjadi genset yang lebih kecil dan battere charge discharge
(CDC).
yang cukup maka outsourcing harus dilakukan dengan periode waktu yang cukup
70
implementasi managed services di Indonesia adalah XL 7 tahun, Axis 3 tahun
dan Three 3 tahun.
Hal ini tentu saja menjadi pertimbangan bagi operator sebelum melakukan
managed services karena lamanya periode kontrak akan membuat resiko semakin
tinggi namun dari segi biaya yang ditawarkan vendor outsourcing kemungkinan
71
Dalam hal kesuksesan Telkomsel untuk mencapai misinya sangat
mempunyai beberapa CSF yang harus dicapai yang menurut Bpk A. A. Priyagung
pedesaan.
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa CSF Telkomsel yang
yang luas (coverage). Terjadi perbedaan CSF antara daerah Jabotabek dan Jawa
Barat dengan daerah Indonesia timur yaitu untuk daerah Jabotabek dan Jawa Barat
jaringan yang memenuhi kebutuhan pelanggan, hal ini disebabkan hampir semua
operator sudah mempunyai jangkuan jaringan yang sama sehingga faktor yang
yang lebih baik sedangkan untuk daerah Indonesia Timur, faktor luasnya
72
disaingi oleh operator lain sehingga Telkomsel harus sudah mulai meningkatkan
kedepannya maka perlu dilakukan mapping value chain dengan CSF Telkomsel
direkomendasikan outsourcing.
73
4.3.3. Cost Analysis Core Activities
melakukan total cost analysis untuk core activities. Cost analysis membandingkan
Tabel 4.8. Pertumbuhan Revenue, Expense & EBITDA Telkomsel (2007 – 2011)
Presentase
Tahun CAGR
Indikator
(Tahun 2007-
2007 2008 2009 2010 2011 2011)
Revenue (Trilyun Rp) 36,670 37,199 41,582 42,770 46,032 4.7%
Expense (Trilyun Rp) 11,066 13,137 14,251 16,172 18,483 10.8%
EBITDA (Trilyun Rp) 25,604 24,062 27,331 26,598 27,549 1.5%
EBITDA Margin (%) 70% 65% 66% 62% 60% -3.0%
Dari tabel 4.8 diatas, dapat kita lihat bahwa dalam periode tahun 2007 – 2011
berikut:
74
Tabel 4.9. Detail Cost Telkomsel Mapping dengan Kegiatan Direktorat Network
Komponen
Komponen Komponen Biaya
Sub Biaya Presentase Mapping
Biaya Laporan Sub Biaya Tahun 2011 Outsour
Level 2 Komposisi dengan
Tahunan Internal (Miliar cing
Internal Biaya Kegiatan
Telkomsel Telkomsel Rupiah)
Telkomsel
Gaji
Personnel
Personnel Dir. Network 523 2.83% Dir.Network
Dir. Non
Network 1.344 7.27%
75
Tabel 4.9, lanjutan
Komponen
Komponen Komponen Biaya
Sub Biaya Presentase Mapping
Biaya Laporan Sub Biaya Tahun 2011 Outsour
Level 2 Komposisi dengan
Tahunan Internal (Miliar cing
Internal Biaya Kegiatan
Telkomsel Telkomsel Rupiah)
Telkomsel
Biaya
Support
General & Personnel
Administrative Dir. Network 273 1.48% Dir.Network
Dir. Non
Network 703 3.80%
Marketing 1.830 9.90%
Other
operating
expenses 2.902 15.70%
Total
18.483 100%
Tabel 4.9 diatas menjelaskan mengenai struktur biaya Telkomsel yang akan di
sekunder laporan tahunan Telkomsel dan internal data Telkomsel yang diolah.
Tabel 4.10. Cost Analysis Sebelum dan Sesudah Outsourcing model Managed
Services
76
Tabel 4.10, lanjutan
managed services yang mana diprediksi terjadi penurunan biaya dari 18.483
miliar rupiah menjadi 16.670 miliar rupiah atau turun 9.8%. Data prediksi
77
dianggap sebagai direct cost dan dimasukkan kedalam scope outsourcing
untuk pengelolaannya.
proyeksi revenue, expense dan EBITDA Telkomsel pada tahun 2015 dengan
Dari tabel 4.10 diatas terlihat bahwa secara cost analysis maka akan lebih
Telkomsel hanya akan mencapai EBITDA 50% artinya target EBITDA 53%
tercapai.
78
model managed services maka berikut ini usulan dari penulis untuk perbaikan
rupiah menjadi 16.670 miliar rupiah atau turun 9.8% dengan proyeksi
79
3. Telkomsel direkomendasikan menggunakan managed services dengan
jaringan yang sudah besar dan berdasarkan cost analysis untuk biaya
80
B AB 5 SI M PUL AN DAN SARAN
BAB V
dalam bab ini penulis menarik simpulan yang merupakan inti dari seluruh
pembahasan. Selain itu penulis juga akan mengemukakan beberapa saran yang
5.1. Simpulan
Telkomsel adalah masih parsial, hanya pada kegiatan non core activity,
tidak ada standarisasi harga dan ruang lingkup pekerjaan, dan kegiatan
15.56% namun secara total biaya masih tumbuh dengan CAGR 20.8%
81
pertumbuhan jumlah BTS dan cost driven sebagai motivasi
yang sudah mempunyai jaringan yang besar dan memiliki resiko yang
5.2. Saran
outsourcing model managed services maka saran yang dapat diberikan oleh
penulis adalah:
parsial yang dilakukan sekarang ini baik dari sisi standarisasi ruang
82
lingkup pekerjaan dan service level agrement (SLA) outsourcing di
yang optimal.
komprehensif di level korporat baik dari sisi benefit dan risk dan
83
DAFTAR PUSTAKA
Aubert, B.A., & Weber, R. (2001). Transaction Cost Theory, The Resource-Based
View, and Information Technology sourcing decisions : A Re-examination
of lacity et.all findings. ISSN 0832-7203
Besanko, D., Dranove, D., Shanley, M., & Schaefer, S. (2010). Economics of
strategy (4th ed.). New Jesey: John Wiley & Sons.
Chaudhury, R., & Terfloth, C. (2007). The Lure of Network Outsourcing. Oliver
Wyman Consultant
Cooper, D.R., & Schindler, P.S. (2011). Business research methods (11th ed.).
New York: McGraw-Hill.
Friedrich, R., Weichsel, P., Miles, J., & Rajvanshi, A. (2009). Outsourcing
Network Operations Maximizing the Potential. Booz&co
Gottfredson, M., Puryear, R., & Phillips, S. (2005). Strategic outsourcing: from
periphery to the core. Harvard Business Review , 1-10.
Heizer, J., & Render, B. (2011). Operations management (10th ed.). New Jersey:
Pearson Education.
84
Kremic, T., Tukel, O.I., & Rom, W.O. (2006). Outsourcing decision support: a
survey of benefits, risks, and decision factors. Supply chain management:
An International Journal 11/6, 467-485
Nelson, E. Dam, R.V.D. (2010). Telco 2015 Five telling years, four future
scenarios. IBM Global Business Services, Executive Report.
Porter, M.E. (1980). Competitive strategy: Techniques for analyzing industry and
competitors. New York: Free Press.
Power, M. J., Desouza, K. C., & Bonifazi, C. (2006). The Outsourcing Handbook.
How to implement a successful outsourcing process. British Library
Cataloguing-in-Publication Data
Prahalad, C.K., & Hamel, G. (1990). The Core competence of the corporation.
Harvard Business Review , 6528.
McIvor, R., Wall, A., Humphreys, P., & McKittrick, A. (2009). A study of
performance measurement in the outsourcing decisión. Burlington, MA:
CIMA Publishing.
Tanner, J.C. (2011, December). 2012 Telecoms business outlook: Bring it on.
Telecomasia, 12-18.
Thompson, A.A., Strickland III, A.J., & Gamble, J.E. (2011). Crafting and
executing strategy: The Quest for competitive advantage (17th ed.). New
York: McGraw-Hill.
85
Quinn, J.B., & Hilmer, F.G. (1994). Strategic outsourcing. Sloan Management
Review, 43-55.
86
LAMPIRAN
Transkrip Wawancara :
P: Terima kasih Pak Anky ini untuk waktunya, jadi saya akan coba meng-
interview Pak Anky untuk masalah outsourcing di Telkomsel sehubungan
dengan tesis saya yang judulnya adalah Implementasi Outsourcing di bagian
Direktorat Network PT. Telkomsel. Jadi saya coba mengidentifikasi bahwa
Telkomsel telah melakukan outsourcing, itu semenjak tahun berapa yach Pak ?
N: 2005
P: Oh 2005. Sebelumnya saya ingin menanyakan dulu ke pak Anky kira-kira apa
yang menjadi critical success factor Telkomsel dari sisi network untuk bisa
membantu Telkomsel untuk sustainable growth dalam memenangkan kompetisi
di industri telekomunikasi di Indonesia.
N: Ok mungkin kalau kita melihat dari aspek bisnis bahwa ada beberapa
indikator-indikator dari industri telekomunikasi khususnya di Telkomsel yang
lebih banyak kaitannya dangan bisnis maupun kaitannya dengan network yang
mana network itu sebagai salah satu faktor penting terhadap bisnis seluler itu
sendiri, jadi kalo misalnya ditanyakan kira-kira apa yang menjadi critical factor
dari kinerja tersebut kita ketahui kalau di telkomsel ini sendiri kita khususnya di
tahun ini, itu ditargetkan untuk double digit growth yang mana ini merupakan
suatu tantangan yang cukup besar khususnya dari tren bisnis seluler yang terjadi
sekarang, banyak operator seluler di Indonesia ini dan tidak hanya Telkomsel
yang sudah berada di level saturasi sehingga harus ada semacam second curve
yang mana second curvenya ini di diharapkan bisa menjadi karunia berikut untuk
growth bisnis dari industri seluler itu sendiri khususnya Telkomsel. Salah satu
87
faktor yang sangat penting didalam mencapai bisnis tersebut, pertama mungkin
kita harus melihat adanya transformasi, transformasi khususnya, untuk kata
kuncinya mungkin transaformasi, transformasi, transformasi khususnya untuk
network itu sendiri dari sisi mindset atau dari sisi etos kerja, atau mindset kita
dalam bekerja. Di teman-teman network sendiri dari tatanan mindset elemen,
mereka sudah saatnya dan memang sebenarnya sudah wajib hukumnya
melakukan transformasi menjadi service mindset, service mindset itu sangat
penting untuk mendukung second curve growth bisnis kita sendiri, dan service
ini lebih banyak dilihatnya adalah bagaimana kita sebagai orang network lebih
mengerti secara detail, sesuatu yang bisa kita deliver dari network ini yang
berupa service paling tidak tatanan service ini sendiri bisa kita bagi-bagi menjadi
beberapa aspek, contohnya dari sisi experiencenya, experience terhadap service
itu sendiri atau mungkin secara teori orang banyak menyebut quality of service
ataupun quality of experience. Itu adalah 2 indikator yang mau tidak mau dan
wajib hukumnya sudah kita gunakan di level corporate atau dilevel perusahaan
untuk mencapai double digit growth itu tersebut. Itu mungkin dilihat dari sisi
network yach, nach salah satu gebrakan yang memang kita lakukan ini mungkin
kaitannya dari sisi efisiensi terhadap cost yang memang harus dikeluarkan oleh
Telkomsel itu sendiri, salah satunya adalah melakukan pekerjaan yang yang kita
sebut sebagai full maintenance concept (FMC). Maintanance konsep ini salah
satu tujuannya adalah kita ingin melakukan efisiensi dari sisi operasional cost
kita. Nah, efesiensi ini yang membutuhkan banyak strategi kalau boleh
disimpulkan yang kita tangkap khususnya di level regional ini ada 3 yaitu,
pertama adala meng-empower organik, sumber daya manusianya lebih efektif
lagi atau lebih optimal. Yang kedua adalah melihat operasional cost secara lebih
detail, paling tidak kita harus sudah menentukann indikator OPEX ratio kita
dibandingkan dengan jumlah elemen, yang ketiga adalah memappingkan
outsourcing kita didalam demografikal ataupun topologi dari network kita
sendiri, sehingga nanti akan ditemukan se adanya suatu efisiensi dari cost, kita
harapkan dengan adanya konsep efisiensi paling tidak operational cost itu bisa
ditekan minimal 5%.
P : Awal motivasi outsourcing yang dilakukan oleh Telkomsel ini, apakah lebih
kearah untuk mengurangi cost atau mungkin karena ada masalah yang lain
misalnya dari sisi jumlah pengurangan jumlah karyawan atau apa ?
N : Secara history agak sulit kita sebut kalau kita ingin melakukan pengurangan
sumber daya manusia ataupun man power yach, karena telkomsel itu tumbuhnya
dari awal pun sudah dengan kondisi jumlah karyawan yang boleh dikatakan
optimal dari sisi industry seluler, jadi yach memang simplenya adalah
mengoptimalkan pekerjaan dengan melakukan menambah sumber daya manusia
tapi kembali lagi industri seluler yang yang dipunyai oleh telkomsel itu memang
tumbuh dan bergerak dari awalnya itu dengan kondisi SDM yang boleh
dikatakan optimal, kita tidak bisa bilang itu kurang ataupun itu disebut lebih
karena sampai sekarang pun kita melihat secara number itu boleh dikatakan
sudah sangat optimal buat telkomsel itu sendiri dikaitkan dengan growth bisnis
maupun kinerja yang selama ini ditunjukkan oleh telkomsel sehingga memang
arahnya mungkin enggak kesana, mungkin ya arahnya mungkin hanya melihat
88
dari sisi performance dari bisnis itu sendiri, apakah ada sesuatu celah atau ruang
yang bisa kita improve, nah kalo kita berbicara efesien mungkin yang bisa kita
improve adalah dari sisi oprasional costnya dibandingkan dengan investasinya.
P : Jadi memang itu lebih ke masalah cost yach, karena kalau kita berbicara
motivasi outsorcing itu, kalo dari teori sebenarnya ada 3 Pak Anky, jadi ada
memang cost driven, yang kedua itu ada strategi driven, strategi driven itu lebih
kalo misalnya perusahaan itu ingin lebih fokus ke core kompetensi atau
perusahaan memang merasa bahwa fokusnya dia harus disitu sehingga memang
dia ingin mengalokasikan resoucenya lebih ke sesuatu yang bersifat strategic.
Yang ketiga itu memang outsourcing ini kadang kala ada politik driven, jadi
memang ada kepentingan dibelakangnya, tapi itu biasanya terjadi di organisasi
public yang di pemerintahan, artinya kalo memang hubungannya dengan
Telkomsel hanya dua itu tadi, tapi berarti dari penjelasan Pak Anky lebih ke cost
driven yach
N : iya kita bisa melihatnya dari sisi cost itu yang lebih tepatnya
P : Nah, selanjutnya dari semua kegiatan direktorat network, kira-kira yang
sudah dilakukan outsourcing sekarang ini bagian apa saja Pak ?
N : Ok kalau dari segi konsep outsourcingnya itu sendiri ataupun maintenance
kontrak tadi, didalam pekerjaan operasional yang ada di regional khususnya itu,
selama ini kita sudah melakukan klasifikasi dari pekerjaan itu sendiri, pertama
adalah level satu oprasional, yang mana level satu operasional itu lebih banyak
melihatnya dari sisi pekerjaan trouble shooting ataupun lebih tepatnya disebut
corrective maintenance, itu merupakan porsi terbesar dari level satu operasional.
Lalu yang kedua adalah level dua operasional, yang mana level dua oprasional
ini lebih banyak sifatnya kita sebut technical support dan juga preventive
maintenance sehingga terbentuk adanya suatu eskalasi proses apabila dilevel satu
oprasionalnya memang tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik dan akan
dilakukan eskalasi pekerjaan ke level dua. Nah dari kedua level atau dua
klasifikasi pekerjaan ini, cosr terbesar yang selama ini kita pikir paling banyak
kontribusinya itu lebih banyak kita melihatnya adalah dari sisi pekerjaan di level
satu operasional. Yang mana level satu operasional itu sangat melekat dari sisi
gangguan yang terjadi di lapangan dan juga sangat melekat dari sisi komplain
terhadap pelanggan, sehingga dari sisi resource pun itu mau tidak mau kita
membutuhkan cukup banyak tenaga kerja ditambah pengalokasian-
pengalokasian resourcenya sendiri pun tidak bisa kita menggunakan prinsip
sentralisasi, harus selalu menggunakan konsep desentralisasi sehingga faktor
penyebabnya juga cukup banyak dan ini yang kita rasakan dari sisi cost itu
sangat berat. Untuk meng-empower sumber daya manusia kita sendiri, kita pikir
kedepannya dari sisi long term, dengan secara seksama malah kita melihat asset
terbesar kita justru adanya di level dua operasional yang mana level dua
operasional itu menjadi salah satu model telkomsel untuk dipertahankan paling
tidak dari sisi cord competence nya ataupun dari sisi perubahan budaya kerja, itu
justru bisa kita pertahankan dan secara costnya pun sebenarnya tidak terlalu
mahal karena growing dari level dua itupun itu bisa kita lakukan dengan konsep
sentralisasi dibandingkan dengan desentralisasi, nah itu sebenarnya asal muasal
konsep outsourcing itu diterapkan, di regional tapi mungkin kedepannya tidak
89
tertutup kemungkinan level dua pun bisa jadi kita menggunakan konsep
outsourcing, tergantung dari strategi bisnis telkomsel itu sendiri karena ada salah
satu opini bahwa dengan adanya perubahan bisnis, yang mana membutuhkan
perubahan mindset dan perubahan knowledge ataupun perubahan kompetisi bisa
jadi karena Orang atau memang organic SDM yang kita punya secara
kompetensi sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk menopang ataupun
mensupport bisnis barunya Telkomsel dan itu akan ada kemungkinan terjadi
proses perubahan title atau boleh sering disebut transfer title terhadap level dua
kita dari karyawan organic menjadi karyawan outsourcing, khususnya dilevel
dua tapi kalo menurut kita atau kondisi sekarang sepertinya dengan melihat
jumlah SDM dan sesuatu yang kita juga dari sisi method kita dan bisnis kita
sepertinya langkah untuk untuk outsourcing itu ditahun ini khususnya atau
mungkin tiga tahun kedepan sampai 2014 masih belum perlu dilakukan.
P : Jadi dari penjelasan Pak Anky tadi jelas bahwa kegiatan yang di
outsourcingkan sekarang itu bukan sesuatu dianggap sebagai kort kompetensi ?
N : Ya
P : Sedangkan kegiatan level dua itu memang ada kemungkinan
dioutsourcingkan tapi tidak dalam jangka pendek untuk tiga tahun kedepan,
mungkin bisa dalam lima tahun kedepan tergantung dari requirement bisnis
telkomsel sendiri
N : Betul
P : Saya lanjutkan pertanyaan selanjutnya, apakah ada mungkin di bagian
network, kegiatan yang lebih menguntungkan apabila dioutsourcingkan menurut
Bapak, karena kalau kita berbicara di telco ini, kan mulai dari awal
pembangunan mulai dari planning terusroll out terus di operation sampai dengan
optim, nah…kira-kira apakah menurut Bapak, masih ada bagian yang lain yang
sebenarnya apabila dioutsourcingkan…di outsourcingkan itu akan memberikan
benefit buat telkomsel ?
N : Sesuatu yang sangat mungkin ada suatu pekerjaan yang diluar dari operasi
atau diluar dari operasional yang kalo kita rasakan itu juga perlu dan layak untuk
di outsourcingkan dan memang itu adalah kalau kita melihat dari kacamata dunia
industri seluler, malah pekerjaan pekerjaan itu atau program kerja itu sebenarnya
sudah lebih duluan dilakukan konsep outsourcing dibandingkan dengan
pekerjaan operasional, contoh yang paling gampang adalah projek manajemen
karena projek manajemen itu sebenarnya itu lebih layak kita melakukan konsep
outsourcing dibandingkan operasional, pada dasarnya seperti itu, tapi kembali
lagi bahwa memang selain projek manajemen mungkin operasional juga
alternatif kedua yang sekarang sudah kita jalankan di Telkomsel ini dengan
menggunakan konsep outsourcing, projek manajemen ini kenapa saya sebut
lebih layak karena projek manajemen ini sangat berkaitan dengan kegiatan yang
sifatnya jadi konsep yang sifatnya berjangka waktu dan memang target ini,
target-target yang diberikan bukan target yang sifatnya long term, target-target
yang diberikan itu selalu sifatnya short term, dalam arti setahun dan ini yang
memang kita rasakan bahwa justru ini yang lebih layak duluan digunakan konsep
outsourcing. Salah satu yang paling mudah mungkin adalah roll out terhadap
radio akses network elemen kita ya, yang mana roll out terhadap radio ini ada
90
hampir sebagian besar pekerjaan ini masuk di handle oleh teman-teman
organiknya Telkomsel, Which is kalo buat kita secara cost, itu sangat
membebani, dan ini yang kita rasakan sudah selayaknya atau mungkin dalam
jangka waktu yang sangat dekat harusnya konsep roll out atau projek manajemen
di Telkomsel ini sudah harus dirubah, sehingga sesuatu yang kita berikan kepada
supplier kita itu berupa komitmen saja, baik yang sifatnya SLA ataupun KPI
ataupun mungkin komitmen terhadap sisi bisnis, yang mana menurutnya itu bisa
berupa manage capacity ataupun nantinya pun juga bisa berupa sharing revenue,
kalo kita lihat di Negara lain konsep projek manajemen ini malah justru lebih
duluan mereka lakukan dengan menggunakan konsep outsourcing secara total
yach, atau yang istilahnya yang paling sering disebut adalah manage service,
sehingga manage service ini sebenarnya awalnya itu adalah dari konsep dari
konsep pekerjaan projek manajemen. Nah setelah itu waktu berjalan
diterapkanlah dicoba di di aplikasikan di konsep operasional dan memang di
konsep operasionalnya banyak pekerjaan di operasional yang memang kelihatan
ada improve nya setelah kita melakukan konsep outsourcing itu tersebut.
P : Oke, terima kasih Pak, terus pertanyaannya selanjutnya untuk outsourcing
sekarang ini yang dilakukan itu model kontraknya seperti apa Pak, apakah lebih
ke SLA atau hanya memberikan pekerjaan aja ?
N : ada dua tahapan yang sebenarnya sudah masuk bagian dari rencana kita tapi
keliatannya bakalan molor sampai tahun depan, jadi konsep yang kita buat
sebenarnya adalah pertama fase pertama itu adalah kita memberikan pekerjaan
kepada pihak ketiga. Lalu fase kedua kita harapkan ada pekerjaan-pekerjaan
tertentu yang bisa kita SLA kan secara langsung kepada mereka sehingga akhir
tanggung jawab dari merekapun lebih tinggi dibandingkan sekarang dan ini yang
kelihatannya masih harus bisa kita kerjakan ditahun ini dikarenakan pekerjaan
roll out yang terlalu besar dan perubahan teknologi yang terlalu sering sehingga
mungkin tahun depan kita akan coba start untuk memberikan SLA kepada
konsep pekerjaan outsourcing kita.
P : Ok, Jadi yang sekarang masih sifatnya bukan SLA, Pak ya ?
N : Masih Memberikan pekerjaan
P : Hanya memberikan pekerjaan ya dan kita yang melakukan control terhadap
pekerjaan tersebut
N : Iya artinya tetap ada SLA disitu tapi mungkin bukan SLA secara penuh ya.
P : Oke lanjut mungkin untuk pertanyaan keuntungan, Pak. Kira-kira dengan
outsourcing tadi pak Anky sudah menjelaskan mengenai cost, harapannya bisa
turun sampai 5%, tapi kira-kira keuntungan apa sich yang memang sudah
dirasakan sekarang ini dari kegiatan outsourcing tersebut ?
N : Yang pertama yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah kita bisa prediksi
efek terhadap operasional cost kita, malah itu sudah keliatan. Dari benefit budget
yang kita usulkan diawal tahun, Nah yang kedua yang paling kelihatan adalah
dari sisi kecepatan. Kecepatan di dalam melakukan menanggulangan gangguan,
kita melihat dengan cost yang yang kita sediakan itu speed dari penanggulangan
gangguan itu bisa dua kali ataupun tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan
konsep pekerjaan kita yang lama.
Penanya : Terus kalo dari segi kerugian sendiri, apakah ada kerugian pak yang
91
dirasakan dari telkomsel ?
Nara Sumber : Nah, kalo kerugian itu mungkin kita melihatnya dari sisi human
ya, masalah human maksudnya mereka bekerja tidak dalam arti seperti ini,
karyawan ataupun orang bekerja didalam konsep outsourcing iitu mungkin tidak
memiliki sense of belonging yang lebih tinggi, dibandingkan dengan karyawan
organic. Itu merupakan hukum alam yang terjadi di seluruh dunia ini kalo kita
meng-outsourcing. Nah konsep itulah yang sangat penting dan wajib hukumnya
kita jaga dan kita control. Sehingga yang namanya trust esense of ownership itu
merupakan dua faktor yang menjadi kerugian apabila kita menggunakan konsep
outsourcing dan kalau dibilang bahwa dua factor itu bakalan tidak ada, itu tidak
mungkin, jadi selama kita melakukan outsourcing, dua isu itu pasti ada, tinggal
bagaimana caranya kita menyikapi membuat suatu strategi sehingga faktor
kerugiannya bisa kita tekan.
P : Oke Pak, itukan artinya kalo kita lihat faktor eksternal dari yang melakukan
pekerjaan itu yach sedangkan dari sisi internal sendiri apakah ada kerugian pak,
maksudnya mungkin dari sisi karyawan telkomselnya yang merasa pekerjaannya
mereka diambil atau kerugian-kerugian lainnya misalnya malahan cost nya
malah meningkat ?
N : Kalo dari internal sendiri sebenrnya salah satu keuntungan yang bisa kita
berikan kepada kawan-kawan organik kita adalah kita bisa memberikan suatu
skill baru yang menjadi tambahan dari experience-experience mereka sendiri,
saya memberikan suatu kisi bahwa ada seorang staf yang dulunya saya
pekerjakan dia sebagai seorang engineer untuk melakukan trouble shooting, dan
sekarang semenjak ada konsep outsourcing saya tunjuk dia sebagai suatu
koordinator terhadap pihak-pihak ketiga yang berada, yang melakukan trouble
shooting tersebut, artinya ada suatu ilmu baru yang harus harus mereka pelajari.
Iya, seperti yang saya jelaskan tadi mungkin kalo ditanyakan kerugian dari sisi
internal so far saya melihatnya itu tidak ada malah justru itu menjadi suatu
keuntungan yaitu dari segi kemam…kemampuan ataupun skill terhadap teman-
teman organic kita.
P : Oke, ya memang si ini Pak…Jadi mungkin saya menambahkan sedikit bahwa
salah satu kerugian outsourcing itu seperti yang disampaikan Pak Anky tadi
adalah tidak adanya sense of belonging dari vendor yang melakukan pekerjaan
tersebut, mungkin controlingnya juga yang akan susah dan biasanya yang dari
internal itu memang yang itu, Pak jadi kadangkala perusahaan itu akan
kehilangan core competency yang mereka sudah miliki saat ini yang di
outsourcingkan tersebut cuma kalo kita liat cost nya telkomsel inikan yang di
outsourcingkan adalah masih di level satu sehingga memang dari segi impact ke
karyawan itu masih kurang, mungkin kalo yang seperti Pak Anky mungkin
sampaikan tadi kalau itu sudah sampai di level dua mungkin cost nya akan
berbeda nanti. Selanjutnya kira-kira apa saja tantangan dan maslah yang
dihadapi dari kegiatan outsourcing selama ini, mungkin dari pembuatan
kontraknya, dari segi kontroling projeknya sendiri, kira-kira apa yang menjadi
tantangan hambatannya, Pak ?
Nara Sumber : Ya, tantangannya mungkin kita enggak bisa bilang itu suatu
hambatan, yang itu kan lebih banyak adalah tantangan yang memang mau tidak
92
mau harus kita hadapi dan cari solusinya. Yang pertama adalah dari sisi
pengenalan bisnis proses, karena walaupun kita berada didalam suatu industri
yang sama dengan perusahaan-perusahaan atau competitor yang lain tetap saja
selalu kita berbicara masalah bisnis proses dari suatu pekerjaan yang bisa ikut
angkut sama dengan operator lain, itu kembali lagi kalau kita sudah berbicara
bisnis proses, dia bisnis proses situpun akhirnya berbeda dan dengan bisnis
proses-bisnis proses yang sudah dibentuk atau sudah di great oleh telkomsel itu
sendiri, itu harus kita, harus membutuhkan waktu yang cukup panjang dan cukup
lama dari sisi sosialisasi dan edukasi kepada teman-teman non organik ataupun
teman-teman outsourcing kita dan ini kalo menurut kita itu adalah suatu hal yang
tidak mudah kita kerjakan karena apabila kita melakukan kesalahan dari sisi
penjelasan ataupun sosialisasi baik dari sisi bahasa dari impactnya terhadap
pekerjaan itu, itu bisa jadi masing-masing outsourcing bisa menangkap atau
mendeskripsikannnya secara berbeda. Itu adalah point pertama atau tantangan
pertama yang kita lihat menjadi tantangan yang yang berulang, berulang dan
memang itu menjadi suatu yang harus kita kerjakan apabila mulai lagi atau
membuat suatu kontak baru, kaitannya ke masalah konsep agensi itu sendiri.
Lalu yang kedua yang boleh kita katakan juga merupakan suatu tantangan adalah
mendefenisikan kemampuan dari outsourcing tersebut, kita inline kan dengan
pekerjaan itu sendiri apapun yang sering kita terima dari sisi yang boleh
dikatakan lebih simple nya misalnya dari sisi CV dari mereka ataupun
pengalaman ataupun summary dari pengalaman kerja mereka, itupun kadang-
kadang lebih banyak boleh dikatakan butuh waktu untuk untuk untuk dilakukan
klarifikasi terhadap apa yang sedang mereka kerjakan selama ini sebelum
mereka bekerja dengan dengan Telkomsel, jadi boleh dikatakan skill dari
manusianya itu sendiri pun itu adalah suatu yang yang yang menjadi tantangan
kita karena bagaimanapun juga dari sisi kita sebagai pemilik atau pemegang
proyek agensi itu sendiri kita juga mungkin tidak bisa mengharapkan atau
ekspektasi mendapatkan SDM dari pihak ketiga itu sesuai dengan apa yang kita
inginkan dan itu harus membutuhkan waktu dan akibatnya impactnya dari itu
kadang-kadang atau mau tidak mau kita harus membuat suatu training kecil
ataupun on job training kepada mereka. Dan itu memang merupakan salah satu
resiko yang harus kita hadapi apabila kita ingin melakukan konsep outsourcing
itu ke pekerjaan operasional
P : Disisi lain apakah mungkin dari pengalaman selama ini ada vendor yang
mungkin tidak kompeten atau dalam implementasinya itu mereka bermasalah
misalnya dengan deliverynya ?
N : Iya itu pasti ada dan itu bagian dari mungkin juga bagian dari resiko-resiko
dari konsep kerja ini maksudnya kadang-kadang apa yang mereka mereka
commit diawal dan pada saaat kondisinya berjalan kadang-kadang mereka juga
tidak bisa commit terhadap hal tersebut ataupun mereka tidak bisa mendeliver
sesuai dengan kemampuan nya atau ekspektasinya dari Telkomsel, dan ini
kembali lagi, ini resiko kita harus melakukan sharing resiko. Terhadap konsep
outsourcing ini walaupun secara SLA kita tidak melakukan full SLA, jadi SLA
nya juga mungkin tidak keseluruhan kita drive sebagai SLA Cuma ada penilaian
lain yang yang yang kita berbicara dari sisi over of contract yang bisa kita
93
jadikan esuatu sesuatu hal yang kita sebut bonus ataupun pinalti sehingga
resikon itu bisa kita sharing, antara kita sebagai pelaku Telkomsel nya dengan
pihak ketiga yang mendeliver outsourcing tersebut.
Penanya : Kalau untuk case daerah untuk Jabotabek ini ada berapa vendornya
untuk FMC nya Pak?
N : Kita ada 28 Cluster dengan kekuatan 4000 site dan cluster ini kita memilih
15 vendor sehingga ada vendor yang mendapatkan dua cluster, ada vendor yang
hanya mendapatkan satu cluster.
P : Sekarang ini untuk reviewnya itu dilakukan setiap berapa bulan sekali ?
N : Kita melakukan review secara regular per 3 bulan sesuai dengan pekerjaan
yang sudah kita berikan kepada mereka dan konsep bonus pinaltinya kita
lakukan per 6 bulan.
Penanya : Oke mungkin sudah cukup Pak Anky, terima kasih untuk waktunya
Assalamu Alaikum Warahmatullahi wabarakatu
Nara Sumber : Waalaikum salam
94
Lampiran 2. Transkrip Wawancara dengan Bpk. Andrias Indra selaku Head
of ICT Network Management Pamasuka Group, PT. Telkomsel
Transkrip Wawancara :
P: Terima kasih Pak Andreas untuk waktunya untuk memberi kesempatan saya
untuk melakukan interview mengenai implemaentasi outsourcing di bagian
network operation Telkomsel, hal ini menjadi bahan untuk pembuatan tesis saya.
Jadi mungkin langsung mulai saja Pak. Pertanyaan pertama adalah kira-kira apa
yang menjadi critical success factor dari sisi network telkomsel untuk bisa sustable
growth dan memenangkan kompetisi industry telekomunikasi di Indonesia ?
Mungkin untuk menambahkan bahwa critical success factor ini menekankan
bahwa apa factor atau elemen kunci dari sisi network yang memang sangat
berpengaruh terhadap bisnis Telkomsel, jadi ini menjadi konsen pelanggan
sehingga memang pelanggan telkomsel itu tetap menggunakan service telkomsel,
dan mereka juga menjadi loyal, mungkin Pak Andreas bisa menjelaskan sekilas
kira-kira seperti apa ?
N: Iya, kalo diluar jawa khususnya di area IV ya, jadi critical succes factor yang
paling utama adalah coverage sebetulnya, jadi kan, kenapa begitu, karenakan
kalau diliat penetrasi fix pun disini juga tidak bisa menjangkau sampai ke pelosok-
pelosok trus kemudian televisi ataupun hiburan-hiburan lain yang apalagi internet
ya, itupun tidak bisa menjangkau sampai ke pelosok-pelosok sehingga mereka
hanya mengandalkan komunikasi atau hiburannya via telepon, otomatis dengan
coverage yang menjadi kunci utama, tentunya disatu hal lagi adalah kualitas, jadi
kita tidak akan bisa melakukan service dengan baik ke pelanggan kalo coverage
tidak diimbangi dengan kualitas, jadi itu factor yang cukup utama di sisi network
untuk area IV.
P: Oke, jadi memang kalo area IV ini, daerahnya pulau-pulau ya Pak Andrias ya.
N: Iya.
P: Sehingga fasilitas komunikasi memang masih jarang disini sehingga memang
yang namanya coverage adalah menjadi penentu utama bagi operator untuk bisa
95
memenangkan persaingan sepertinya.
N: Iya.
P: Oke, mungkin kita langsung lanjut saja Pak, seperti yang kita ketahui bahwa
telkomsel itu dibagian network operation telah melakukan outsourcing. Mungkin
kalau Pak Andrias bisa cerita kira-kira itu mulai tahun berapa ya Pak dan kira-kira
latar belakang yang membuat telkomsel melakukan outsourcing itu yang mungkin
biasa di panggil FMC. Mungkin bisa diceritakan Pak.
N: Iya jadi sebetulnya mungkin cikal bakalnya itu begini ya, jadi ceritanya itukan
pertumbuhan network telkomsel sangat sangat cepat yach. Sementara
pertumbuhan resource yang benar-benar atau organicnya, karyawan organic itu
dimaintance karena itu juga berpengaruh sama sama EBOTDA kita. Jadi untuk
memaintance cost nya dari sisi human, kemudian gimana caranya kalau ternyata
dengan pertumbuhan network elemen yang cukup tinggi tapi dari pertumbuhan
SDM nya kita kendalikan, ujung-ujungnya kita beralih ke namanya outsourcing
tapi kita tidak langsung serta merta pindah ke outsourcing itu, jadi pertama-tama
kita cari kegiatan-kegiatan yang memang tidak menyentuh core. Jadi, misalnya
kayak maintenance atau misalnya bersih-bersih perangkat terus lama-lama
akhirnya dikenal namanya FMC, FMC ini dikenal kira-kira tiga atau lima tahun
yang lalu sebetulnya, jadi konsepnya itu membikin satu cluster tertentu dimana
cluster itu dilakukan tender yang mana guna melakukan apa aja misalnya dia
melakukan bersih-bersih ruangan, bersih-bersih AC, kemudian cek in perangkat,
cek in tegangan, cek arus PLN dan macam-macam, seperti itu tapi belum
menyentuh hal-hal yang core. Jadi seperti yang khususnya penggantian atau
maintenance perangkat atau modul, itu belum sampai saat itu, nah kedepannya
kita juga udah mulai karena dengan perkembangan tadi teknologi yang cukup
tinggi sementara SDM Telkomsel terbatas makanya itu hal-hal seperti yang ke
core sudah mulai dicoba satu persatu, jadi mulai dari inisiatif misalnya
penggantian modul dulu, modul BTS, modul transmisi, ataupun modul rectifier,
sementara teman-teman di Telkomselnya sendiri, dia selaku supervisinya, jadi itu
adalah apa namanya ceritanya kenapa itu muncul, jadi kalo dibilang sebetulnya
FMC itu adalah solusi SDM, dimana SDM telkomsel terbatas dan dan dengan
pertumbuhan elemen telkomsel yang cukup tinggi, jadi mungkin seperti itu
ceritanya dan juga satu sisi adalah mengoptimalkan cost yach dari sisi operasional.
P: Oke, jadi kalau mungkin saya mencoba membuat intisari dari penjelasan Pak
Andrias, bahwa FMC ini pertama motivasinya lebih ke masalah keterbatasan
resource SDM yach tapi disamping itu ada tujuan juga untuk optimains cost yach.
N: Iya.
P: Selanjutnya untuk masalah FMC ini hampir disemua area di telkomsel sudah
melakukan Pak. Tapi itu belum distandarisasi yach secara nasional sekarang ini.
N: Iya.
P: Iya jadi memang tergantung regionalnya sendiri untuk mendesain scopenya.
N: Iya betul.
P: Atau seperti apa Pak kedepannya ?
N: Jadi sebetulnya khan masing-masing regional punya background sendiri-
sendiri, masing-masing regional juga punya jumlah resource yang sendiri-sendiri,
jadi kalo contohnya di regional IV itu begitu tahun ini kita udah mulai
96
menerapkan FMC ini disisi maintenance site, pengisian BBM sama supply catu
daya, jadi tiga item itu kita gabung jadi satu mitra, jadi kita kira di Makassar jadi,
satu mitra itu bertanggung jawab di area cluster tertentu unutk tiga point itu,
kenapa tiga point itu ? Kita gabung karena pengalaman sebelumnya yang kita
pisah-pisah di satu site itu ada yang melakukan maintenance site, ada pengisian
BBM sementara supply catu dayanya mitra lain biasanya tidak terkendali jadi
saling lempar-lemparan begitu, kayak gitu, makanya kita anggap, yang sudah satu
paket itu, satu mitra, sehingga dia bertanggung jawab dari ujung sampai ujung,
begitu kan. Nah kita juga lagi coba juga yang untuk penggantian modul transmisi,
penggantian modul rectifier, hal-hal yang bisa tidak menyentuh benar ke impact
ke service pelangganlah atau quality yang di deliver dari network.
P: Tapi pekerjaan itu sebenarnya sudai mulai mengarah ke core competency
walaupun itu bukan critical Pak ya ?
N: Iya.
P: oke kita lanjut lagi Pak, untuk pertanyaan point tiga, sebenarnya udah dijawab
tadi oleh Pak Andrias, jadi kegiatan apa saja yang sudah di outsourcingkan ke
pihak ketiga, trus selanjutnya point ke empat apakah kegiatan outsourcing itu
adalah merupakan core competency, tadi juga sudah dijawab bahwa pekerjaan
sekarang ini dilakukan bukan core competency tapi sebagian sudah mulai
mengarah ke core competency, untuk kedepannya sendiri kira-kira seperti apa
Pak, apakah kedepannya ada kemungkinan untuk menuju ke Full outsourcing atau
seperti apa dibandingkan, karena sepertinya itu sudah menjadi trend dari operator
yang bukan hanya di Indonesia tapi di luar negeri sudah terlebih dahulu
melakukan itu.
N: Iya jadi sebetulnya dari intinya lebih penting, jadi sebetulnya kita
mengharapkan bahwa teman-teman telkomsel itu tidak lagi menjadi tenaga yang
dilapangan yach, jadi sebenarnya dia menjadi tenaga supervise, tenaga ting-
tengnya lah, tenaga intinya atau tenaga pemikirnya, gimana memanage suatu
network, sementara nanti yang berjalan itu yang dilakukan baik oleh pihak ketiga
tadi, jadi itu diharapkan sebenarnya, ujung-ujungnya kesitu, cuman apa-apanya
nanti semuanya di outsource atau enggak itu sebetulnya yang samapai sekarang
kita juga lagi cari konsepnya karena yang agak berat sebetulnya menentukan SLA
nya atau KPI nya itu, jadi gimana mendesain suatu SLA atau KPI yang benar-
benar merepresentatikan kenyamanan pelanggan. Itu yang agak berat sebetulnya,
jadi dari pengalaman-pengalaman yang 3G lah misalnya itu kan. Dari KPI nya oke
tapi ternyata service ke pelanggannya kurang nyaman, nach itu jadi sebetulnya
yang menjadi point terpentingnya adalah ya itu tadi SLA atau defenisi KPInya
gimana, yang membikin parameter atau tolak ukur itu benar-benar
mempresentasikan kenyamanan pelanggan, itu yang agak beratnya disitu.
P: Oya iya Bapak tadi sempat menyinggung masalah di 3G ya, outsourcing di 3G
kalo tidak salah, dulu kan telkomsel pernah melakukan outsourcing di 3G ya yang
sifatnya manage service dan kemudian itu dianggap gagal yach. Dan akhirnya
dikembalikan ke Telkomsel, mungkin ya bapak bisa cerita sedikit kira-kira apa si
yang menjadi masalah dan kendala waktu itu.
N: Jadi memangkan tadi yang saya bilang, yang sempat saya singgung masalah
KPI atau SLA nya ya, waktu dulu emang sudah didifain jadi misalnya SLA nya
97
atau KPI nya itu untuk satu network yang bagus itu ada CCR, ada SCR ada call
drop, macam-macam kan, ada manage service gitukan, ternyata setelah semuanya
itu terpenuhi tapikan yang dirasakan pelanggan ini tidak sebagus apa yang
didesain di sisi statistic, itu makanya terus akhirnya di take off balik ke Telkomsel,
makanya sebetulnya kuncinya outsourcing ini adalah itu tadi take and human
design atau parameter yang benar-benar dia bisa mempresentasikan kenyamanan
pelangganlah. Apakah itu QOS yang maksudnya parameter-parameter teknis yang
benar-benar mewakili pelanggan itu yang kalau dia trek, tu dia tergantung disitu,
itu sebetulnya beratnya disitu.
P: Oke mungkin kalo kita kembali lagi ke maslah FMC Pak, kira-kira dari
kegiatan yang sudah di outsourcingkan sekarang ini, kalo menurut Pak Andreas,
yang bapak lihat, apakah ada kegiatan di bagian network operation telkomsel yang
idealnya itu sebenarnya di outsourcingkan saja saat ini, menurut Pak Andreas.
Masih ada enggak mungkin karena mulai dari pembangunan, mulai dari
implementasi samapai menjadi operation dan optimization, kira-kira menurut Pak
Andreas ?
N: Sebetulnya iya kalau awal dari situ sebetulnya kita ngomongnya dari masalah
ini apa namanya projek, projek itu kan sekarang teman-teman memanage sendiri
kan, gimana dia antara vendor transmisi sama vendor BTS, cuman teman-teman
harus mengkoordinir satu sama lain kesiapannya. Nah itu sebetulnya, hal-hal itu di
deliver aja ke ke outsource atau ke third partylah, karena terus terang tenaga PM
kita enggak cukup kan, sampai disitu kan, jadi teman-teman PM atau teman-teman
planning tinggal mendisain misalnya kapasitasnya, kualitasnya seperti ini nanti
masalah pembangunannya terserah di deliver mejadi responsibility dari projek,
kemudian dari sisi kualitas atau performance sama juga tapi ini agak berat
sebetulnya ya itu tadi karena kondisinya kalo performance sama kualitas
tergantung parameter yang kita define, bisa enggak kita mendefine satu parameter
yang benar-benar memang itu mengunci pada pihak ketiga itu bahwa kalo dia
bagus yach service pelanggan juga tapi kalo misalnya dia ada satu fail, pelanggan
juga merasakan satu fail, itu sebetulnya.
P: Oke Pak selanjutnya untuk outsourcing yang sudah dilakukan Telkomsel
mungkin kalau kita bisa dilihat mungkin competive advantagenya dibanding
dengan opearator lain, mungkin Pak Andrias bisa cerita.
N: Jadi sebetulnya ujung-ujungnya ada disisi manage EBITDA tadikan minimal
cost kan, anggap aja kalo kita naruh suatu karyawankan, gitukan mestinya kan
harus bertanggung jawab terhadap apa namanya pengembangan karyawan itu
sendiri disamping misalnya salary terus kesehatan terus tunjangan macam-
macamnya, kan tentunya kalo kita pakai outsources tentunya akan lebih murah
kan, itu jadi untung-untungnya cost nya dari sisi apa manage EBITDA nya itu,
karena kita juga tidak bisa memastikan bahwa revenue itu akan meningkat.
Tentunya dari standart di sisi cost nya nah, terus dengan asas…asas ini sebetulnya
kita bisa memenej e.. dari sisi cost untuk opearational, itu… Kemudian kalo yang
lain disbanding … disbanding operator lain ada, kalo kita misalnya di pulau-pulau
gitu ya. Kita dengan menaro bantek, bantek itu kita bisa lebih dekat dengan
network elemen atau BTS yang ada di pulau-pulau itu dibandingkan misalnya
dikirim dari Jakarta atau dikirim dari Makassar, itu kan butuh waktu, kan butuh
98
cost kan, nah dengan menaroh bantek disana cost nya sama juga. Jadi ujung-
ujungnya tetap di cost.
P: Lebih dekat ini berarti jadinya untuk mungkin penanganan gangguannya juga
lebih cepat Pak ya dibandingkan sebelumnya ya.
N: Lebih cepat.
P: Oke mungkin kalau keuntungan lain dari sisi karyawan Pak, apakah
karyawannya mungkin bisa lebih dioptimalkan.
N: Iya jadi karyawan kan, untuk ujung-ujungnya dia levelnya bisa naik kan, dia
bisa jadi level supervise bisa memanage, maksudnya pola pikirnya bisa lebih
helikopter view lagi, jadi tidak terjebak di gangguan sehari-hari karena dia
melakukan misalnya yang lebih jauh lagi, sehingga dia tahu harus ngapain, harus
memanage networknya, seperti apa, sementara gangguan yang diikuti di handle
oleh outsource.
P: Oke lanjut Pak, Kalo kita tadi sudah berbicara keuntungan disisi yang lain
apakah ada kerugian yang dirasakan mungkin Telkomsel selama ini mungkin
selain berbicara cost, apakah mungkin bisa saja cost nya meningkat terus yang
mungkin dari sisi internalnya sendiri, mungkin dari sisi karyawan yang merasa
tidak puas, kehilangan pekerjaan atau seperti apa, mungkin bisa dijelaskan.
N: Kadang-kadang misperseption aja kan, kalo dibilang ada isu outsourcing gitu
kan, teman-teman telkomsel kadang-kadang merasa wah, itu pekerjaanku diambil,
sebenarnya butuh semacam sharing atau pembukaan wawasanlah tentang
outsourcing itu, trus yang kerugian berikutnya adalah mungkin apa namanya,
sense of belongingnya itu. Ya itu kan, jadi kan tentunya beda dimana kita
memanage sautu perangkat dibandingkan pihak ketiga memanage perangkat
kitakan, nah itu kan itu juga butuh butuh sentuhan yang cukup harus ada juga jadi
maksudnya nggak bisa serta merta itu, pihak ketiga sense of belongingnya akan
timbul.
P: Oya itu artinya memang kalo itu diberikan pada pihak ketiga sense of belonging
mereka ya berbeda lah dibandingkan dengan diberikan ke karyawan di Telkomsel.
N: Iya berbeda.
P: Nah..kira-kira ya strategi apa yang dilakukan Pak untuk meningkatkan sense of
belonging itu.
N: Itu sebetulnya mengapa kita bisa memastikan bahwa masing-masing pihak
ketiga itu punya long term bisnisnya dia, nah kuncinya disitu. Kalo mereka punya
long term bisnis, mereka juga akan mencari tenaga-tenaga bantuan yang cukup
bagus juga kan, nah di satu sisi kita juga coba assess dengan misalnya SDM atau
apa, kalo mereka dari tenaga-tenaga praktek itu cukup bagus atau apa pada suatu
saat kita ada kebutuhan, tenaga-tenaga praktek itu yang cukup bagus itu bisa
dikasi kesempatan bergabung dengan Telkomsel. Jadi itu sebetulnya dengan kaya’
gitu sebetulnya menumbuhkan semacam motivasi di sisi mereka, atau mereka juga
sebetulnya bisa belajar bisa meningkatkan pengetahuan mereka sehingg sense of
belongingnya itu ada disitu.
P: Oke disisi yang lain untuk selama ini apakah ya mungkin ada pihak ketiga yang
tidak recommended atau seperti apa dari pengalaman selama ini
N: Adalah kalo kayak gitu dimana-mana juga ada kan. Jadi wajarlah jadi tambah
tahun kita juga bikin mekanisme yang lebih lebih bagus lagi, jadi kalo tahun lalu
99
begitu, ada mitra atau pihak ketiga yang tidak recruitment, kita juga bingung cari
penggantinya, tambah tahun kita juga bikin tender itu pesertanya banyak, jadi
begitu dia tidak memenuhi requirement kita kasi misalnya peringatan pertama, nah
peringatan pertama itu juga mereka harus approve, jadi SLA nya dari awal kita
rentetan dari satu dua tiga, kalo memang tidak satu dua tiga berarti fail ya, oke
mereka approve, kita approve, nanti ada bukti pertama, bukti kedua, bukti ketiga,
begitu bukti ketiga, ada mitra yang lain yang bisa take over hariannya.
P: Biasanya itu reveiewnya tiap berapa lama, Pak ?
N: Tiga bulan review pertama, enam bulan review kedua.
P: Dan untuk dilakukan penggantian itu sampai ada peringatan tiga kali juga ya.
N: Iya, tiga kali itu juga melibatkan FA karena kan FA yang initiate tendernya.
P: Oooh berarti dari FA itu dibagian adumnya Pak yang akan memberikan
peringatan kepada vendornya.
N: Iya.
P: Oke lanjut, kira-kira apa tantangan dan masalah mungkin yang dihadapi dalam
outsourcing selama ini ?
N: Outsourcing si sebetulnya kayak gini tadi masalah sense of belonging ya.
Terutama kalo masalah transportasi terutama kalau di pulau-pulau terpencil itu
kan adanya kapal hanya seminggu sekali. Kalau tiba-tiba kondisi ekstrim
kekurangan bahan bakar itu kan ngirimnya susah. Nah itu masing-masing mitra
sebetulnya harus ready dengan cash flow yang cukup bagus sehingga dia harus
mau nggak mau harus kalau pas kondisi ekstrim harus membeli bahan bakar
ataupun mengirim tenaga-tenaganya ke pulau-pulau itu dengan segera, itu
sebenarnya, mungkin cost kalo disini, cost nya mereka harus cukup bagus lah.
P: Oke, jadi lebih challengenya ke vendornya itu memang harus mempunyai
financing yang kuat, yang lumayan kuatlah.
N: Iya, itu dari sisi mereka cuman kalo dari sisi Telkomsel kalau sampai sekarang
yang pola FMC sekarang sich masih oke ya, cuma nanti kalo sudah mengarah ke
core-nya ke sisi network. Itu sebetulnya tantangan yang muncul adalah masalah
ini, masalah gimana caranya mendeliver knowledge yang ada di teman-teman
Telkomsel. Karena bisnis yang diluar-luar itu rata-rata kalau ada namanya di
manage service itu operatornya itu agak susah kalo dia mengembangkan
kemampuannya internal di karyawannya itu sendiri karenakan kalau Saya pernah
discuss dengan sama yang yang teman-teman di manage service, jadi prinsipnya
yang di mamage service itu tidak akan mendeliver pengetahuan yang full itu ke
operator. Karena kalo itu di deliver full manage servicenya mereka terancam, jadi
sebenarnya dualismenya disitu, itu kan, opearator pengen manage service tapi
internal karyawannya pengen berkembang juga kan. Tapi dari sisi manage service
nggak akan full pengetahuannya itu di deliver ke karyawan karena begitu di
deliver abcdef nya perangkat itu, kan operator tahu, otomatis semakin susah
bahwa untuk harusnya nggak gini dong. Jadi dua sisi itu sebetulnya yang yang
mungkin kalo manage service kedepannya itu, ya itu.
P: Iya, challengenya disitu Pak yang artinya vendor juga tidak ingin operator itu
mengetahui semua ya, mengenai knowledge inilah. Transfer ke mereka gitu ya.
N: Jadi intinya begini kalau aku yang manage service dapat operator itu, tidak
tahu sehingga tetap bergantung ke aku, nah itu kan tapi bagi operator ya kalo aku
100
udah bayar manage service, aku boleh berhak dong dapat mendapatkan
pengetahuan sehingga aku bisa tahu bahwa perangkat ini udah optimal atau
belum. Nah disitu, itu tantangannya yang ada di pola manage service.
P: Oke tapi dengan pola yang sekarang ini, yakan dengan masalah partial inilah
intinya pak, manage service artinya kayak penggantian modul sudah coba
diberikan juga ke pihak ketiga, untuk mentransfer knowledgenya dari telkomsel ke
pihak ketiga seperti apa karena pasti kan jadi tantangan juga tersendiri disitu.
N: Kalau kayak gitu sich nggak ada maslah sebetulnya jadi kadang-kadang ada
hari libur atau hari sabtu gitu kan, bantek-bantek yang ada di area kita kumpulin
kan. Selain kita juga pengen mereka bisa lebih lebih pintar kan, jadi penanganan
failnya bisa cepat kita kasih training kecil-kecilan tapi masih belum
menyangkutkan sebetulnya konsep networkkan, masalah cuman masalah OM aja
kan, jadi gimana mematikan modul, gimana cara memasang conector yang bagus,
gimana cara menangani alarm supaya cepat, nah kayak gitu-gitu saja.
P: Oke jadi itu sudah, model kayak training kecil-kecilan yach untuk mentransfer
knowledge ya .
N: Iya.
P: Oke, lanjut masalah full manage service, kira-kira menurut Bapak dalam tiga
tahun lima tahun mendatangTelkomsel apakah akan melakukan itu atau seperti
apa Pak ?
N: Sebetulnya kita tinggal meliat goalnya mau kemana dulu, itu kan goalnya mau
kemana dulu, mau tetap manage EBITDA segitu atau mau apa namanya kita mau
tetap bisnisnya mau kemana dulu, jadi sebenarnya tergantung itu dulu, itu tadi,
kita nggak akan, akan bisa menjamin dua tiga tahun atau empat tahun lagi akan ke
manage service tergantung policy nya, masing-masing ini kan sekarang
compenynya mau kemana, tergantung policy nya. Jadi sebetulnya, begini
sebetulnya di area ini kan, ini potensi revenue masih cukup bagus, kita sebetulnya
dua sisi gitukan, secara kegiatan-kegiatan yang memang tidak menyangkut konsep
desain network, policy-policy network, kita outsourcingkan begitu kali ke pihak
ketiga, disamping di satu sisi kita menggenjot revenue, revenue disinikan cukup
bagus. Otomatis dengan revenue itu EBITDA masih bisa termainten ya begitu,
tapi kalo memang revenue udah mau nggak mau tidak bisa dipastikan, itu nanti
aku dapat sekian, otomatis costnya harus minimalkan, nah kalo yang namanya
manage cost yach ujung-ujungnya yach disitu lah.
P: Oke, kayaknya sudah cukup informasinya Pak Andrias, terima kasih banyak
untuk waktunya.
N: Sama-sama.
101
Lampiran 3. Transkrip Wawancara dengan Bpk. Andi Wisramwan selaku
Customer Engagagement Director - Managed Services at PT. Ericsson
Indonesia
Transkrip Wawancara :
P: Terima kasih Pak Andi untuk waktunya dan telah bersedia menjadi narasumber
untuk tesis saya mengenai outsourcing.
N: Sama-sama Pak Akhmad.
P: Mulai dari pertanya pertama Pak, didalam industry telekomunikasi dikenal 2
tipe managed services yaitu manage operation dan managed capacity. Bisa bapak
ceritakan mengenai alasan operator melakukan managed operation ataupun
managed capacity. Dan yang banyak dilakukan sekarang ini yang mana dan kira-
kira alasannya apa ?
N: Jadi main drivers dari Managed Services adalah reduce cost yang biasanya
menjadi driver utama, selanjutnya meningkatkan network performance, grow
faster than market, focus on customer, transform organization, handle increased
capacity dan access key competences.
P: Menurut Bapak apabila kegiatan tersebut di lakukan outsourcing dengan model
managed operation, kira-kira berapa persen penghematan cost yang didapatkan
oleh operator berdasarkan pengalaman perusahaan anda
N: Tergantung scope of work dan operatornya apakah sudah mature atau high
growth market. Berdasarkan pengalaman Ericsson, untuk kondisi mature market
pengurangan kurang lebih 22% sedangkan untuk high growth rata-rata di 21%.
Dan yang menariknya, setelah operator melakukan outsourcing mereka puas
dengan managed services bukan alasan utamanya karena penurunan biaya namun
mereka lebih puas karena operation lebih terkontrol dan yang kedua pertumbuhan
biaya lebih terkontrol yang mana tidak lagi sejalan dengan pertumbuhan jumlah
BTS namun lebih sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, biasanya dengan opsi
revenue sharing sehingga mengontrol EBITDA lebih gampang.
P: Kiat-kiat/strategi apa yang dilakukan oleh perusahaan Bapak sehingga bisa
102
mendapatkan pengurangan biaya seperti itu untuk Managed Operation ?
N: Network Operation Centre (NOC) dengan menggunakan offshoring yang ada
di India, China, Mexico & Rumania sehingga lebih scalable. Kedua, competence
set yang lengkap berdasarkan pengalaman di beberapa operator sehingga effort
lebih kecil dan pengamanan masalah lebih cepat. Ketiga, menggunakan resource
yang lebih efisien dengan model pool resource dan resource bisa menghandle
proyek outsource di operator lainnya. Keempat, membangun system automation
sehingga proses yang lebih cepat karena banyaknya alarm di network element
sehingga langsung dilakukan alarm correlation, trouble ticketing system. Terakhir
Ericsson mempunyai 3rd party negotiation yang lebih baik dibandingkan
Telkomsel dalam hal kepastian pemesanan dan pembayaran.
P: Minimum berapa lama kontrak outsourcing dengan model managed operation
akan memberikan hasil yang maksimal untuk operator dan vendor dari sisi biaya ?
N: untuk managed operation minimal kontrak adalah 3 tahun sedangkan untuk
managed operation dan managed capacity maka minimal kontrak adalah 5 tahun.
P: Selanjutnya, kira-kira untuk managed capacity seperti apa ?
N: Untuk managed capacity kami yang sudah melakukan di Bharti India dan
Sprint USA itu yang terbesar. Namun sekarang ini untuk Indonesia belum ada
operator yang melakukan outsourcing karena biasanya mereka diawal menjajaki
dulu dengan managed operation baru dan apabila sukses baru berpikir melakukan
managed capacity.
P: Saya rasa sudah cukup Pak Andi dan terima kasih atas waktunya.
N: Sama-sama Pak Akhmad
103
Lampiran 4. Transkrip Wawancara dengan Bpk. Raymond Sugiaman selaku
Managed Services Solution Consultant at Nokia Siemens Networks
Siemens Networks
Transkrip Wawancara :
P: Terima kasih Pak Raymond untuk waktunya dan telah bersedia menjadi
narasumber untuk tesis saya mengenai outsourcing.
N: Sama-sama Pak.
P: Mulai dari pertanya pertama Pak, didalam industry telekomunikasi dikenal 2
tipe managed services yaitu manage operation dan managed capacity. Bisa bapak
ceritakan mengenai alasan operator melakukan managed operation ataupun
managed capacity. Dan yang banyak dilakukan sekarang ini yang mana dan kira-
kira alasannya apa ?
N: Mungkin untuk detailnya bisa adalah sebagai berikut Pak :
1. Management focus: memungkinkan manajemen untuk fokus pada bisnis inti
seperti pemasaran, penjualan dan hubungan pelanggan. Operator juga akan dapat
fokus pada penggunaan sumber daya berharga yang ada ke fungsi yang membuat
bisnis maksimal.
2. Cost-efficient network operations : Managed Services Vendor menyediakan
sebuah organisasi yang lebih ramping dalam proses operasi. Hal ini dicapai karena
pengalaman yang luas vendor dalam mengoperasikan jaringan dan pengembangan
operasi jaringan.
3. Visibility and predictability of OPEX : Memiliki mitra managed services untuk
memberikan operasi jaringan layanan akan memastikan visibilitas dan
prediktabilitas dari pengeluaran operasional. Hal ini akan meningkatkan Operator
proses bisnis perencanaan dan penganggaran OPEX, sehingga mengurangi risiko
bisnis.
4. Clear service level agreement with relevant metrics and incentive : Managed
services menawarkan SLA yang jelas dan deliverable pekerjaan yang jelas untuk
mendukung kualitas jaringan dan layanan.
P: Menurut Bapak apabila kegiatan tersebut di lakukan outsourcing dengan model
104
managed operation, kira-kira berapa persen penghematan cost yang didapatkan
oleh operator berdasarkan pengalaman perusahaan anda
N: Penghematan sangat bergantung dari scope kerjanya Pak, resources yang
digunakan serta pengeluaran-2 lainnya (tools, training skills etc) tapi biasanya bisa
antara 20 – 30%.
P: Kiat-kiat/strategi apa yang dilakukan oleh perusahaan Bapak sehingga bisa
mendapatkan pengurangan biaya seperti itu untuk Managed Operation ?
N: Pengurangan biaya tidak melulu bergantung dari sedikitnya jumlah
resource/headcount yang terlibat dalam suatu proyek Managed Operation. Lebih
jauh dari sekedar resource, maka proses dan juga penggunaan tools yang tepat
akan mempengaruhi struktur biaya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mempengaruhi struktur biaya:
1. Standarisasi. Seluruh proses dalam suatu proyek Managed Operation (MO)
harus diidentifikasi dan dibandingkan dengan proyek yang lainnya untuk melihat
apakah ada kesenjangan performance. Jika terdapat kesenjangan, maka
pembelajaran yang sudah didapat dari proyek lain dapat diaplikasikan.
Selain itu starndarisasi berdasarkan model eTOM tetap harus dilakukan untuk
menyelaraskan proses yang ada dengan standar umum.
Standardisasi akan menghasilkan proses yang seragam di seluruh organisasi,
terukur dan outcome-oriented.
2. Optimasi. Struktur organisasi baru akan dikembangkan menggunakan
Operations Model yang harus disetujui antara tim gabungan operator dan vendor.
Fungsi-fungsi yang harus terpusat dan resources yang dapat dikelola secara
regional harus didefinisikan dengan jelas.
3. Otomasi. Otomasi merupakan peluang untuk meningkatkan efisiensi. Poin
utamanya adalah workforce management dan remote monitoring. Selanjutnya juga
planning, design, alarm management dan fungsi-fungsi lain yang akan mendapat
keuntungan melalui otomasi. Komponen penting dari otomasi adalah
dibutuhkannya infrastruktur IT untuk mengoperasikan transformasi yang
dimaksud.
4. Off-shoring. Setelah standarisasi, optimasi, dan otomasi, peluang untuk
memindahkan fungsi tertentu ke lokasi dengan biaya yang lebih efektif ataupun
secara operasional lebih efisien harus diidentifikasi dan diimplementasikan.
5. Continuous Improvement. Peningkatan ataupun perbaikan dalam struktur biaya
bisa tercapai dengan melakukan kegiatan2 terfokus seperti yang sudah disebutkan
diatas dan lebih dari itu dengan melakukan program peningkatan secara terus-
menerus. Syarat dari continuous improvement adalah dengan menciptakan suatu
perubahan yang mendasar pada tenaga kerja yang ada dimana salah satunya
adalah “selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dan lebih efisien”.
6. Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia adalah factor penting selama
proses transfromasi dijalankan dan termasuk didalamnya adalah mengelola
perbedaan kebudayaan, pengembangan karir, pelatihan dan bagaimana menjaga
agar motivasi pegawai tetap tinggi.
P: Minimum berapa lama kontrak outsourcing dengan model managed operation
akan memberikan hasil yang maksimal untuk operator dan vendor dari sisi biaya ?
N: Secara umum minimum kontrak outsourcing yang disarankan adalah 3 tahun.
105
Hasil maksimal untuk operator tidak harus selalu bergantung pada berapa lamanya
outsourcing. Karena dari sejak tahun pertama beroperasi, tergantung dari scheme
pembayaran Managed Operation tersebut seharusnya operator sudah bisa
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Minimum kontrak outsourcing lebih
berpengaruh pada vendor yang dengan berjalannya waktu akan dapat melakukan
efisiensi pada proses operasi sehari2nya untuk menjalankan Managed Operation
dengan cost yang semakin optimal dan memungkinkan vendor untuk mengerjakan
transformasi di sisi operasional proyek.
P: Untuk managed capacity, apakah NSN menawarkan seperti tersebut juga ?
N: Sekarang ini untuk managed capacity masih kurang menarik buat vendor Pak
karena resikonya sangat besar dan kebanyakan projectnya merugi di beberapa
Negara.
P: Terima kasih atas waktunya, saya rasa sudah cukup dan terima kasih atas
bantuan Pak Raymond
N: Sama-sama Pak Akhmad.
106
Lampiran 5. Transkrip Wawancara dengan Bpk. Tri Waluyo selaku Services
Solution Manager at Huawei Services Indonesia
Indonesia
Transkrip Wawancara :
P: Terima kasih Pak Tri untuk waktunya dan bersedia menjadi narasumber untuk
tesis saya mengenai outsourcing.
N: Sama-sama Pak Akhmad.
P: Mulai dari pertanya pertama Pak, didalam industry telekomunikasi dikenal 2
tipe managed services yaitu manage operation dan managed capacity. Bisa bapak
ceritakan mengenai alasan operator melakukan managed operation ataupun
managed capacity. Dan yang banyak dilakukan sekarang ini yang mana dan kira-
kira alasannya apa ?
N: Jadi, yang namanya manage capacity itu adalah infrastructure, service,
financial, dan business solution. Intinya, infrastructure itu seperti manage
operation, infrastructure sekaligus supply barangnya. Nah, sebagai total solusi ini
namanya manage capacity solution dimana nanti outcome-nya kita bisa lower total
cost of ownership (TCO). TCO lebih rendah karena kita bisa controlling entire
supply chain, creating synergy and controlling from production, planning, supply,
design, resolution, integration, sampai dengan operation and maintenance.
Karena kita kontrol seluruh supply chain Pak, misalnya katakanlah tadinya
orangnya sekaligus untuk implementasi, jadi bisa juga dipakai untuk operation,
maintenance dan sebagainya. Artinya, ya kita akan punya lower TCO karena itu.
P: Jadi yang satu dengan yang dua kita gabung ya misalnya?
N: Iya, sebenarnya kalau melihat operation saja, yaitu service saja dan tidak
termasuk infrastructure sudah bisa menurunkan TCO.
P: Manage operationnya sendiri kenapa bisa turun Pak? Apa saja yang dilakukan
sehingga bisa turun?
N: Secara garis besar ada 3 hal yang bisa menurunkan, contohnya saja ada
operator yang biasa, yang jelek biasanya 75 persen dari revenue habis buat OPEX
sedangkan justifikasi cuma 50 persen, yang ini di Europe ya Pak. Mau dimana
107
melakukan efisiensi, itu ada yang namanya rasionalisasi, optimisasi, dan
modernisasi, judul besarnya seperti itu. Rasionalisasi itu seperti apa, misalnya
network IT itu mengharmonisasi network and IT sources, standardnya sama share
resources. Jadi ya, katakanlah sekarang ada proyek Excelcom dan Axis. Terus
kemudian konsolidasi sistem.
P: Bisa turun sampai berapa persen Pak ?
N: Cuma kalo mau tau berapa persennya begini, kira-kira kalau dari OPEX 60
persen revenue, untuk network dan site rata-ratanya. Nah, biasanya network dari
60 persen ini 70 persennya. Nah, 70 persennya ini misalnya pake best practice
network operation bisa menurunkan 5 persen. Kalau operation rationalization
bisa disinergikan, bisa turun 10 persen.
P: Apakah profil itu sama disemua operator ?
N:Itu kan kira-kira diambil dari seluruh dunia Pak. Jadi, kebanyakan kalau disini
kan di Eropa, di Asia Pacific sebenarnya juga masih sedikit. Untuk Indonesia
sendiri belum ada yang istilahnya success story yang bisa dijadikan patokan
sehingga kita pakai yang sudah ada terutama yang ada di Eropa.
P: Excel kemarin itu mengurangi karyawan berapa Pak?
N: Tidak dikurangi Pak?
P: Yang ditransfer itu berapa?
N: Itu 1200.
P: Orang networknya jadi sisanya tinggal berapa?
N: Zero. Cuma sekarang diambil sebagai vendor management. Itu hanya beberapa
orang saja.
P: Itu berapa persen kira-kira yang tinggal?
N: Bukan berapa persen lagi Pak, mungkin di bawah 20, vendor management saja.
Karena rasionalisnya susah ya. Memang sih ya sebenarnya sekarang sebagai
contoh kalau di Huawei itu sudah mengarah kalau dibolehkan remote NOC antara
operator lain digabung dengan XL.
P: Sudah dilakukan ya?
N: Sedang dilakukan, karena kan tools nya juga disesuaikan, cuma sudah
mengarah kesitu. Dengan itu, nanti semua orang yang tadinya 1200 dari Excel
bisa dilebihkan, begitu. Yang jalan sekarang di Indonesia modernization sama
optimization. Tetapi, untuk di Indonesia cost terbesar bukan di marketing, tapi
terutama di direct cost.
P: Sewa daya itu maksudnya kayak IDC ya?
N: Bukan. Kayak itu lho, charge discharge. Dalamnya ya charge discharge atau
apa, tapi kita terima service pokoknya keluarlah daya sekian ribu. Jadi, di
Indonesia agak beda sedikit karena yang paling besar justru bukan dari segi ini.
Kalau di Eropa kan orang mahal, kalau disini lebih kepada ini yang mahal. Kalau
Indonesia yang paling besar biayanya ada di job maintenance karena power itu
tadi masuknya digi tool. Kalau disini kan Bapak liat 10 persen ada di lock and tool
operationalization, ini dalam arti orang. Tapi kalau ditambahkan dengan scope
misalnya manage power kayak Excelcom, itu sebenarnya katakanlah begini,
OPEX setahun itu 1 trilyun, 600 miliarnya kan buat ini dan 400 miliar yang buat
baru beneran ON. Tadinya mau dioutsource cuma 400 itu, cuma ga nendang.
108
Akhirnya digabung dengan sewa daya, solar, PLN kita yang nanggung. Dengan
itu kita harus melakukan modernisasi power, tapi kalau nanti ada yang istilahnya
penghematan setiap bulan dari sini, buat kita. Disitu penghematannya sangat besar
Pak.
P: Itu hemat disitu ya Pak? Bisa turun 20 persen ya dengan manage power itu?
N: Ya, bisa 20 persen kurangnya dengan catatan kita harus keluarkan CAPEX di
depan. Saya harus invest battery yang deep cycle. Ya kebanyakan sih pakai charge
discharge itu.
P: Oke, artinya dengan invest sperti itu, costnya reduce 20 persen tapi kontraknya
harus long term.
N: Betul.
P: BEP nya berapa Pak kalau invest di battery berapa tahun minimum?
N: Sebenarnya begini, ini sama aja kan dengan hitungan manage capacity atau
manage operation itu harus berapa lama. Semua itu tergantung dari hitung-
hitungan, tergantung dari besarnya region dan scope yang kita pegang. Tapi rata-
rata 3 tahun.
P: Itu untuk manage operation kan?
N: Ya, untuk manage operation. Tapi manage capacity juga 3 tahun sebenarnya
bisa balik karena biasanya yang suffered tahun pertama, tahun kedua normal,
tahun ketiga buat menutupi tapi baru BEP.
P: Oh, baru BEP. Berarti seharusnya 5 tahun ya?
N: Biasanya vendor tidak mengambil untung dari itu. Bisa dari jualan
equipmentnya kan jadi lebih banyak, lewat manage capacity itu dia bisa jual lebih
banyak juga. Kalau Indonesia, ditambahkan lagi 20 persen kalau kita manage
service power.
P: Itu berkurang dari powernya saja kan? Bukan overall?
N: Iya, dari powernya saja. Jadi kalau yang tadi Telkomsel bilang sekarang 600
miliar tiap tahun, untuk tahun kedua dan ketiga diharapkan turun sehingga overall
rata-rata turun 20 persen. Caranya bagaimana, sekarang kan kebetulan masih
banyak yang 247 solar semua itu semuanya diganti. Kita pakai solar cell atau
pakai charge discharge/hybrid atau pakai cara lain karena memang mahal sih.
P: Sorry Pak, direct cost tadi apa ya?
N: Direct cost itu sebenarnya masuk ke yang frekuensi. Jadi yang tadi manage
capacity dan operation sudah jelas ya. Lalu kiat-kiat apa saja, sebenarnya kalau
secara konsep menggunakan 3 hal yaitu better process, better tools dan better
organization atau orang. Jadi penggunaan yang 3 tadi lebih di-optimize, jadi kalau
proses itu tadinya 3 atau 4 langkah karena sekarang kita punya library yang
berdasarkan.........itu kita bisa cuma 2 langkah, walaupun tidak semua proses bisa
diimplementasikan. Tools kita sudah punya seperti monitoring tools dan
sebagainya itu kita library nya lengkap, makanya untuk Excelcom juga kita
mengganti monitoring tools
P: Oh diganti juga? OSS nya sama mereka diganti semua ya?
N: Ya, sedang proses sih. Sekarang sedang dianalisa mana yang perlu
dipertahankan dan mana yang perlu diganti. Yang ketiga organization atau orang,
orangnya itu dikonsolidasi dalam arti katakanlah kalau dulu baru dapat HCPT saja
109
manage servicenya, di setiap provinsi ada orang tetapi hanya mengurus HCPT
saja, kalau sekarang sudah punya Excelcom orangnya sekaligus sharing, sinergi.
Jadi hanya 3 itu saja, people, tools dan process.
P: Oke, kalau dari sisi yang ini bagaimana Pak? Kemarin saya sempat diskusi
dengan Pak Andi beliau bilang dapat harganya untuk pihak ketiga lebih bagus
dibandingkan dengan operator sendiri?
N: Relatif. Misalnya kita ingin multi vendor TSA atau SPNs, kalau kita langsung
nego dengan vendor lain untuk dapat support pasti lebih mahal tetapi kalau
operator lebih murah. Akhirnya biasanya kalau untuk multi vendor under manage
service kita pakai manage contract scheme alias agent model scheme. Jadi bapak
yang nego dulu, kalau sudah dapat harga murah baru kita yang jalani. Kalau
secara paradigmanya ya cuma 3 tadi pegangannya, people, process, tools. Nah,
penjabaran dari people, process, tools itu modernize, optimize, passionate untuk
yang people, kalau tools itu optimize. Lalu, maksimum berapa lama kontrak
outsourcenya dengan manage operation akan berpenghasilan maksimal ya.
Kebetulan saya ikut seluruh vendor manage service yang ada di Indonesia mulai
dari awal Telkomsel. Berapa lama itu tergantung karena bisa saja scope nya beda,
bisa saja tadi scope of work/area juga mempengaruhi, kalau saya dapat area
Jakarta sama Sumbagut pasti lebih cepat BEP di Jakarta. Jadi beda-beda, tapi
kalau boleh dibilang rata-rata seperti yang sudah saya bilang itu 3 tahun. Tapi
rata-rata di awal ditanya vendor mau berapa lama, pasti mintanya kalau bisa 5
tahun karena kalau 3 tahun. Pada tahun pertama masih minus karena kita invest
OPEX, tahun kedua apa yang kita keluarkan dengan apa yang kita dapat itu sama,
tahun ketiga baru dapat plus nya. Nah, satu lagi seharusnya seluruh manage
service yang kita lakukan kalau menurut aturan di luar negeri adalah kita ngga
akan di tutupi. Artinya apa, oke kita bikin solusi berdasarkan asumsi-asumsi yang
kita buat, terus misalnya katakanlah saya bisa nanti menggaransi 20 persen
powernya akan turun karena saya punya perkiraan Bapak pakai solar sekian liter
sebulan, bayar PLN sekian dan sewa daya sekian. Sekarang saya punya solusi
sewa daya dan solar diganti. Jadi tadi pertama kali saya berani jamin dengan
asumsi seperti ini, oke sekarang kita buka-bukaan tidak apa-apa saya melihat buku
Bapak benar apa tidak. Ternyata salah semua kemudian saya hitung ulang, wah
ternyata saya tidak bisa Pak, seharusnya saat itu bilang tidak bisa berarti harus
mundur karena disitulah fairnessnya. Kalau dalam 3 tahun tidak bisa, artinya
harusnya mundur. Tapi tidak ada manage operation yang kurang dari 3 tahun,
kecuali itu namanya manage operation yang out-tasking, itu bukan manage
operation yang outsourcing. Nah, jadi kalau kembali lagi kita tidak ada waktu
yang pas Pak. Tapi sebagai contoh begini, kalau Excelcom sekarang ini 7 tahun,
Huawei dengan Axis 3 tahun tapi mau diperpanjang lagi, HCPT juga sama.
P: HCPT juga 3 tahun Pak?
N: Iya benar. Kebanyakan kalau yang namanya manage operation itu kalau sekali
sudah outsource tidak akan pernah dikembalikan insource lagi karena ya buat apa.
Disitulah kenapa vendor itu berlomba-lomba untuk menawarkan manage service
karena siapa yang dapat diawal biasanya dapat terus kalau performance nya bagus,
tetapi tidak menutup kemungkinan performance nya tidak bagus. Maksudnya,
seluruh network operation kan pasti ada yang naik-turun.
110
P: Berapa persen penghematan cost yang didapat dari total cost?
N: Di slide ini terlihat berapa persen penghematannya. Seluruh vendor sekarang
kalau menawarkan manage capacity ke operator sudah tidak dibuka lebar-lebar.
Kenapa? Untuk kasus Ericsson di awal itu jebol lho Pak. Karena pada awalnya per
kapasitas sekian, ternyata kapasitas yang dibutuhkan tidak sebesar apa yang sudah
direncanakan sehingga pendapatannya kurang. Walaupun ada penambahan
kapasitas biayanya lebih besar daripada pemasukannya. Jadi, kalau dulu untuk
menambah kapasitas itu costly, tapi seperti di Eropa dan Jepang yang side nya
rapat-rapat dan teknologinya juga sudah sampai, tinggal menambah capacity itu
bisa untung. Tetapi kalau di negara berkembang seperti Indonesia ini kalau untuk
menambah capacity harus menambah macam-macam akan sulit. Mungkin suatu
saat manage capacity akan naik lagi, tapi kalau sekarang turun, tidak disarankan
untuk dilakukan karena rugi.
P: Vendornya yang rugi ya Pak?
N: Betul. Tapi disini akan kelihatan bahwa yang bagus-bagusnya dulu, yang ini
saja cuma 3 tahun kontrak terus dibagi dua strukturnya, yang satu buat manage
capacity yaitu harga dolar per erlang buat bagian CAPEX sama buat service.
P: Tetapi dari sisi operator risikonya akan semakin tinggi ya kalau kontraknya
semakin lama?
N: Iya. Oleh sebab itu, biasanya sih antara 3-5 tahun.
P: Berarti Excel itu di luar dari 3-5 tahun ini ya?
N: Excel itu nekat, bahkan dulu waktu sebelum outsourcing kita yakin bahwa
yang akan dipilih 2. vendor Kenapa? Karena kalau menyerah ke satu vendor
peluangnya itu semua ditaruh dalam satu keranjang, tapi dia berani. Kenapa?
Karena untuk beli keranjang lain pasti ada biaya, dia tidak mau, pokoknya dia mau
paling murah walaupun risikonya besar. Nah, masalahnya kalau di Telkomsel saya
lihat belum perlu mengambil risiko sebesar itu. Kalau Excelcom kan istilahnya
sedang mengejar nih, kalaupun apes paling ketinggalan lagi. Kalau Telkomsel
untuk apa, yang mengejar saja istilahnya masih terengah-engah. Jadi, Telkomsel
untuk manage operation, capacity dan sebagainya belum terlalu perlu. Kalau mau
dibantu, seperti di Sumbagteng itu ya kita bantu di manage powernya sehingga
kalau Bapak punya banyak vendor untuk me-manage power satu saja pintunya
dan pasti ada SLI nya, tinggal bayar saja per site sekian. Jadi seperti sewa daya
semua tapi tidak keseluruhan. Misalnya, mau site nya pakai PLN, genset, ataupun
sewa daya itu satu harga semua tetapi tidak yang 10 kali, jadi semua rata-rata 2,5.
P: Infonya managed service dalam 3 tahun itu cost nya sama dan tidak bertambah,
itu bagaimana ya Pak?
N: Oke jadi begini, seharusnya kan network bertambah terus, biasanya di manage
service efisensi harus ada. Jadi seperti yang saya bilang ada proses, tools dan
people. Nah seperti sekarang ini Excelcom case dengan 1.200 orang networknya
itu kalau tidak salah kemarin 14.000 site harus cukup, kalau tahun depan kalau
tidak salah naik sekian ribu. Apakah kita akan maintain 1.200 orang? Tidak, pasti
bertambah tetapi penambahannya tidak linier sehingga kalau dibagi dengan price
per site secara total cost dibagi dengan jumlah site nya malah turun.
P: Tren turunnya itu tidak ada berapa persen kenaikannya ya?
N: Kembali lagi Pak, itu tergantung scope. Kemarin datang lagi Excelcom hanya
111
dikasih scope yang network operationnya tanpa power, ya business case kita tidak
bagus bahkan dalam 3 tahun saja kita masih belum bisa menutupi. Tetapi begitu
ditambah power jadi menambah 600 miliar lagi, bayangkan saja kalau kita bisa 20
persen itu 200 miliar sudah masuk. Tapi di awal kita harus buat CAPEX yang
tidak sedikit, seperti waktu di Ericsson invest battery saja perlu 50 juta dolar. Tapi
kalau Telkomsel tidak perlu, beli battery sendiri juga bisa. Kalau Excelcom beli
battery berarti karena Excelcom sedang mengejar.
P: Terima kasih Pak Tri, saya rasa sudah cukup dan terima kasih atas bantuannya.
N: Sama-sama Pak Akhmad.
112
Lampiran 6. Struktur Biaya Operasional, Jumlah BTS, Pelanggan dan
Karyawan Telkomsel berdasarkan Laporan Tahunan Peiode 2001 - 2011
113