BAGIAN PERTAMA ( I ):
1. Saya dilahirkan dalam keluarga penegak hukum dimana ayah seorang polisi dan
ibu seorang panitera Pengadilan negeri di Jembrana. SD, SMP dan SMA dilalui di
daerah kelahiran dan sarjana dilalui di sebuah Universitas di Malang Jawa Timur.
Bercita-cita meneruskan jejak ayah menjadi seorang polisi namun kemudian
justru menjadi seorang penyelenggara Pemilu. Sejak 2008 hingga 2013 menjadi
anggota KPU kabupaten Jembrana sebagai divisi teknis penyelenggaraan,
berlanjut menjadi ketua panwaslu Kabupaten Jembrana sejak 2013 sampai
dengan 2018 pada berbagai perhelatan demokrasi di Jembrana sebagai divisi
SDM dan organisasi serta beberapa kali menjadi Koordinator divisi hukum dan
penanganan pelanggaran. Sejak 2018 hingga sekarang tetap dipercaya sebagai
ketua Bawaslu Kabupaten Jembrana dan memegang Koordinator divisi SDM dan
organisasi.
2. Sejak kecil hingga beranjak dewasa dididik untuk bekerja keras, jujur dan disiplin
dalam semua hal karena dilahirkan oleh orangtua yang berprofesi sebagai
penegak hukum, sehingga dengan cara itu dapat menempuh pendidikan dengan
hasil memuaskan dan tepat waktu.
3. Aktivitas saya diluar waktu pekerjaan resmi tidak berbeda halnya dengan warga
lainnya. tidak membatasi pergaulan dan aktif dalam kegiatan tempek atau banjar.
Berkebun menjadi kegiatan sekaligus hobby yang saya jalani hingga saat ini.
4. Saya pernah menjadi anggota Badan Perwakilan Desa sebagai sekretaris dan
anggota, selain itu juga pernah menjadi kelian tempek dan sekretaris banjar adat
sebelum menjadi penyelenggara pemilu.
5. Pertama Muhammad Basir seorang awak media salah satu media cetak ternama,
kedua putu adi juga seorang awak media elektronik, dan ketiga Ketut Raka
seorang PNS di Pemkab Jembrana. Kami berinteraksi sebagai seorang sahabat
dan teman berdiskusi tentang berbagai hal terkait hobby, pekerjaan, informasi
serta hal lainnya yang bersifat positif. Saling mengisi berbagi informasi dan solusi
menjadi keseharian pergaulan kami.
1. Yakin
2. Dalam skala 0-100, skor integritas saya 90 persen
3. Dalam skala 0-100 skor integritas saya adalah 90 persen dapat saya
jelaskan sebagai berikut:
Dalam keseharian baik dalam penugasan pekerjaan maupun diluar
pekerjaan saya selalu berusaha untuk selalu mengingat dan melaksanakan
apa yang sering disampaikan orangtua kepada saya. Dalam keadaan sadar
kecil kemungkinan melakukan kesalahan namun suatu hal yang tidak
dapat dipisahkan adalah bahwa tiada sesuatu yang sempurna. Dalam
sebuah lontar disebutkan ‘tan hana wong suasta nulus’ yang artinya tidak
ada manusia yang sempurna termasuk saya sebagai manusia biasa yang
tidak mungkin luput dari salah daan khilaf yang tidak disengaja.
BAGIAN KEDUA ( I ):
1. Saya tidak setuju dengan pernyataan bahwa ada pelanggaran yang dapat
ditoleransi dan ada pelanggaran yang tidak dapat ditoleransi. Secara prinsip bagi
saya tidak ada pelanggaran (kecurangan/manipulasi) yang dapat ditoleransi oleh
seorang pengawas pemilu
2. Alasan pernyataan saya diatas adalah bahwa dalam penegakan hukum pemilu
tidak ada yang mendapat perlakuan istimewa. Terhadap setiap pelanggaran
(kecurangan/manipulasi) harus dilakukan proses penanganan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku terlepas dari siapa yang melakukannya. Penegakan
hukum pemilu bagi saya adalah sebuah strategi pencegahan yang sangat efektif
sebelum menjadi kebiasaan buruk oleh yang berpotensi melakukan pelanggaran.
Contohnya adalah pada saat pelaksanaan pilgub Bali tahun 2018 yang secara
kebetulan deklarasi salah satu bacagub dilaksanakan di Jembrana, dengan
menindak beberapa oknum perbekel yang hadir saat deklarasi maka secara
meluas menimbulkan efek jera bagi oknum lainnya di seluruh Bali. Contoh lainnya
adalah dengan menindak 2 pejabat dilingkungan Pemkab yang patut diduga
melakukan tindakan mengarah keberpihakan, maka PNS yang lain menjadi takut
melakukan hal yang sama.
BAGIAN KEDUA ( II ):
Sebagai Pengawas pemilu, jika ada peristiwa yang dapat mengganggu tahapan
namun belum diatur dalam peraturan yang ada maka sebagai sebuah Lembaga yang
bersifat hierarkis maka saya akan mencoba mendiskusikan dengan sesame anggota
dan bilamana tidak ada kesepakatan maka hal ini akan saya konsultasikan kepada
pimpinan diatas saya yaitu Bawaslu Provinsi untuk mendapatkan pemecahan atau
solusi/sikap Lembaga atas peristiwa yang terjadi dan jika dianggap perlu maka arahan
secara formal dalam bentuk tertulis akan sangat membantu dalam pengambilan
keputusan/tindakan.
BAGIAN KETIGA ( I ):
BAGIAN KEEMPAT ( II ):
b. Untuk menghindari intervensi negative dengan pihak lain jika saya terpilih
sebagai anggota Bawaslu Kabupaten adalah dengan selalu berpedoman
kepada semua aturan yang ada yang telah diatur dalam peraturan Bawaslu
dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.
Selain buku atau jurnal kepemiluan, saya juga membaca buku tentang sejarah dan
perjalanan tokoh-tokoh terkenal misalnya Soekarno, Hitler, Sintong Panjaitan, Benny
Murdani
1. Salah satu buku yang saya miliki dan saya baca adalah buku Politik Hukum
Pemilu karya Janedjri M Gaffar mantan sekjen Mahkamah Konstitusi
2. Substansi buku diatas adalah tentang pasang surut praktik pemilu di
Indonesia setelah perubahan Undang-undang Dasar 1945 termasuk dinamika
pemilu legislative, pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah. Peran Mahkamah Konstitusi juga menjadi
pembahasan yang menarik dalam buku ini.
Bawaslu kabupaten memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pemilu
dan pemilihan agar tercipta proses yang berintegritas dan demokratis. Seorang
anggota Bawaslu kabupaten diharapkan memiliki visi dan misi yang jelas dalam
melaksanakan tugasnya. visi dan misi adalah panduan dalam menjalankan tugas
pengawasan pemilu dan pemilihan untuk memastikan terlaksananya semua proses
dengan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
Visi dan misi saya seandainya terpilih sebagai anggota Bawaslu kabupaten
Jembrana tentunya harus selaras dan sejalan dengan visi Bawaslu yaitu menjadi
Lembaga Pengawas Pemilu yang terpercaya dan misi yang telah digariskan untuk
mewujudkan visi dimaksud.
Misi :