Korespondensi: Nyoman Anita Damayanti, Departemen Kebijakan dan Administrasi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unversitas Airlangga, St. Ir.
Soekarno, Kampus C, Surabaya, East Java, 60115, Indonesia, Tel +62818518232, Fax +62315920948, Email nyoman.ad@fkm.unair.ac.id
Tujuan: Kematian ibu merupakan salah satu masalah yang masih menimpa negara-negara seperti Indonesia dan negara lain secara global. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat negara-negara Asia Tenggara memiliki MMR yang tinggi. Angka kematian ibu di Indonesia menempati urutan ketiga tertinggi
di Asia Tenggara, dengan angka kematian ibu sebesar 177 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Pada tahun 2018, angka kematian ibu mencapai
91,45 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu hamil dapat disebabkan oleh kurangnya perawatan medis karena seringnya mereka berobat. Penelitian ini
bermaksud untuk mengidentifikasi dan menganalisis bagaimana pengetahuan, pendidikan, dan mitos mempengaruhi sikap ibu hamil dalam mencari pelayanan
kesehatan.
Bahan dan Metode: Penelitian ini melibatkan 175 ibu hamil dan nifas yang mengunjungi 10 Puskesmas di dua kota di Jawa Timur dengan cara sampling
aksidental. Data mengenai intrapersonal, interpersonal, dan kearifan lokal dikumpulkan melalui survei dengan instrumen terstruktur dan wawancara mendalam.
Statistik data menggunakan analisis jalur dengan p-value >0,05.
Hasil: Variabel intrapersonal, interpersonal, dan kearifan lokal berpengaruh signifikan baik langsung maupun tidak langsung terhadap pemanfaatan layanan
kesehatan. Pengetahuan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar (t-value 27,96).
Kesimpulan: Mitos dan budaya sebagai kearifan lokal dan faktor intrapersonal berpengaruh signifikan terhadap pola pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Kata Kunci: pemanfaatan layanan kesehatan, kematian ibu, manusia dan kesehatan, kehamilan, sosial budaya
Perkenalan
Indonesia dan negara-negara lain juga berjuang melawan kematian ibu dan masalah lainnya. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan rasio kematian ibu (MMR) global sebesar 211 pada tahun 2021, mencapai angka 1.150 di Sudan Selatan.
Yang mengejutkan, MMR telah meningkat pesat di negara-negara berkembang selama beberapa tahun terakhir, sedangkan hanya sedikit
peningkatan yang dilaporkan di negara-negara maju. Misalnya, angka MMR adalah 462 per 100.000 kelahiran hidup di negara-negara berpendapatan
sangat rendah dibandingkan dengan 11 per 100.000 kelahiran hidup di negara-negara berpendapatan tinggi. Di Asia Tenggara, Indonesia
menduduki peringkat ketiga tertinggi setelah Myanmar dan Laos pada tahun 2017. Angka kematian ibu di Indonesia adalah 177 per 100.000 per
kelahiran hidup.1–5 Profil kesehatan regional menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Provinsi Jawa Timur adalah 91,45 per 100.000 kelahiran
hidup. pada tahun 2018.6,7
Mengurangi angka kematian ibu telah menjadi beban baik secara nasional maupun global. Beberapa upaya nasional yang
telah dilakukan antara lain memberikan pelayanan persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, menciptakan desa siaga,
meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam keluarga berencana, dan mendistribusikan tenaga kesehatan secara adil ke
seluruh desa.6,8 Ibu hamil dapat dengan mudah mendapatkan layanan kesehatan ibu . pengobatan dan menurunkan risiko
kematian ibu.9 Selain itu, kesehatan ibu selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Empat
faktor penentu, yaitu status kesehatan, status reproduksi, akses terhadap layanan kesehatan, dan pemanfaatan layanan,
diketahui berdampak pada kesehatan ibu.10–12 McCarthy dan Maine menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kematian ibu meliputi kesehatan ibu hamil, akses mereka terhadap kesehatan, dan tindakan mereka sebagai ibu untuk menjaga kesehatan optim
Faktor internal dan eksternal mempengaruhi ketiga gagasan yang dikemukakan McCarthy dan Maine.13 Faktor internal meliputi usia,
jenis kelamin, perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan), pendidikan, dan status ekonomi. Faktor eksternal terdiri dari budaya,
lingkungan, dan ketersediaan fasilitas.13–15
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa kematian ibu dipengaruhi oleh usia, usia menikah, media, pendidikan, pengetahuan,
dukungan keluarga, jarak, pekerjaan, ukuran rumah tangga, populasi perkotaan, pendapatan, dan agama. Oleh karena itu, keterkaitan
antara angka kematian ibu dan kearifan lokal, terutama kaitannya dengan mitos dan budaya, perlu digali dan dipahami.
Kematian ibu dapat terjadi pada awal kehamilan karena berbagai sebab, seperti ibu hamil yang terus mempercayai mitos palsu dan
menggunakan layanan medis yang tidak tepat. Berdasarkan hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia, legenda termasuk dalam
faktor sosiokultural yang menyebabkan komplikasi pada ibu hamil, persalinan, dan nifas.16,17 Mitos dapat berdampak pada berat badan
lahir rendah selain menyebabkan komplikasi pada ibu, seperti yang ditunjukkan oleh studi kasus di Bharatpur, Nepal. Karena keterbatasan
masyarakat, perempuan hamil menerima pola makan yang tidak memadai dan kurang terdiversifikasi, yang mengakibatkan kurang
optimalnya penggunaan layanan kesehatan ibu.18 Beberapa mitos dan praktik budaya dianggap sebagai kepercayaan—khususnya yang
dilakukan selama kehamilan—tidak memiliki dasar ilmiah dan bahkan mungkin tidak memiliki dasar ilmiah. berbahaya.
Mitos dianggap sebagai nilai-nilai dan ritual lama yang berjalan seiring dengan kesepakatan dan tradisi baru berupa informasi
kesehatan yang akurat pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas, yang dapat mempengaruhi perilaku penggunaan layanan kesehatan
ibu.19 Selain itu, kurangnya layanan kesehatan pemanfaatan layanan oleh ibu hamil dapat mengakibatkan ketidaksadaran akan risiko
kematian baik saat hamil maupun saat melahirkan.20,21 Rizqi dan Rubai melaporkan bahwa pemanfaatan layanan kesehatan patut
dipertimbangkan karena merupakan salah satu faktor penentu penerimaan layanan yang tidak tepat dan keterlambatan diagnosis.14
Perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan diartikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang pada saat sakit atau mempunyai
masalah kesehatan yang memerlukan pengobatan untuk menghilangkan suatu masalah kesehatan. Meningkatnya jumlah fasilitas
kesehatan mempengaruhi variasi dalam mencari pengobatan masyarakat, dan jenis, metode, dan peralatan layanan kesehatan yang
tersedia di fasilitas kesehatan juga semakin beragam.22–25 Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini berfokus pada kearifan
lokal dan intrapersonal. faktor ibu hamil serta mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh pendidikan, pengetahuan, dan mitos terhadap
sikap ibu hamil dalam mencari pelayanan kesehatan.
rasio peserta yang mengunjungi puskesmas di pedesaan dan perkotaan sebesar 2:1; Oleh karena itu, ukuran sampel di wilayah pedesaan dan perkotaan masing-masing
adalah 117 dan 58 peserta. Pemanfaatan pelayanan kesehatan digunakan sebagai variabel terikat, sedangkan pemanfaatan pelayanan kesehatan digunakan sebagai variabel terikat
666 https://doi.org/10.2147/IJWH.S379749
Jurnal Internasional Kesehatan Wanita 2023:15
DovePress
faktor intrapersonal (pendidikan, pengetahuan, sikap), interpersonal (dukungan institusi, jarak, dukungan keluarga, dukungan
masyarakat), dan faktor intrapersonal (pendidikan dan pengetahuan) digunakan sebagai variabel independen. Pengetahuan ibu
tentang kehamilan, persalinan, dan nifas dihitung dengan menjumlahkan total skor pertanyaan pengetahuan. Skor “1” berarti
jawaban benar, dan “0” berarti jawaban salah. Kategori pengetahuan dibagi menjadi empat. Responden yang mendapat skor pada
persentil ke-75 ke atas diberi label “pengetahuan sangat baik”; persentil ke-50 hingga ke-75 , “pengetahuan baik”; Persentil ke-25
hingga ke-50 , “pengetahuan sedang”; dan < persentil ke-25, “pengetahuan buruk”. Sikap terhadap kehamilan, persalinan, dan
nifas merupakan total skor yang diperoleh dari skala Likert. Respon peserta terhadap setiap pertanyaan pada variabel sikap dapat
berkisar dari “sangat setuju”, “setuju”, “agak setuju”, “tidak setuju”, atau “sangat tidak setuju”. Untuk pertanyaan yang disukai, skor
5 akan diberikan jika “sangat setuju”; 4, “setuju”; 3, “sangat setuju”; 2, “kurang setuju”; atau 1, “sangat tidak setuju”, sedangkan
pertanyaan yang tidak disukai diberi skor sebaliknya: 1 jika “sangat setuju”; 2, “setuju”; 3, “sangat setuju”; 4, “kurang setuju”; atau
5, “sangat tidak setuju”. Skor tertinggi pada soal sikap adalah 25, sedangkan skor terendah adalah 5. Kategori sikap dibagi menjadi
empat. Responden yang mendapat skor persentil ÿ75 diberi label “sikap sangat baik”; Persentil ke-50 hingga ke-75 , “sikap baik”;
Persentil ke-25 hingga ke-50 , “sikap moderat”; dan < persentil ke-25, “sikap buruk”.
Hasil
Tabel 1 menunjukkan data yang dikumpulkan di Puskesmas Kabupaten Bojonegoro dan Kota Surabaya. Tabel 1 menggambarkan
sebagian besar ibu hamil masih mempercayai mitos-mitos yang ada di masyarakat, diukur dari adanya pantangan makanan,
anjuran makanan, larangan tindakan, dan anjuran tindakan pada 160 (91,4%) partisipan. Selain itu, sebagian besar ibu hamil
tamat SMA (67, 38,3%). Sedangkan tingkat pengetahuan peserta mayoritas baik dan sangat baik sebanyak 59 (33,7%) peserta.
Sebanyak 108 (61,7%) ibu hamil juga memiliki sikap sangat baik terhadap pelayanan kehamilannya, dan 160 (91,4%) di Kota
Surabaya dan Kabupaten Bojonegoro memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan berobat dan mengunjungi puskesmas.
Melalui wawancara mendalam, kami menemukan bahwa ibu hamil memiliki pantangan makanan pada nanas, durian, lele, dan
bunga pisang. Mereka juga pantang melakukan perilaku berikut: setelah melahirkan, tidak boleh keluar rumah saat Maghreb, tidak
menyakiti hewan, dan tidak membenci orang lain. Dari hasil wawancara, ibu hamil beralih ke pengobatan mandiri dengan mencari
pengobatan herbal dan tradisional (dari dukun dan tokoh agama Islam) serta meminum obat yang diberikan tanpa nasehat medis.
Sedangkan yang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah ibu hamil yang melakukan konsultasi dan berobat di fasilitas
kesehatan.
Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi kacang hijau agar rambut anak menjadi lebih tebal saat lahir. Ada juga pantangan bagi ibu hamil untuk
makan nanas. (Ibu Hamil 1)
Ada kepercayaan akan pengendalian diri di masyarakat; Oleh karena itu, bidan desa harus berusaha lebih keras. (Anggota Program
Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Bojonegoro)
Variabel Kategori N%
Kearifan lokal
Intrapribadi
Selesai SD 31 17.7
SMA 3 1.7
Sarjana 14 2.3
Memadai 33 18.9
Bagus 59 33.7
Bagus 66 37.7
Ada pantangan-pantangan yang diberikan masyarakat kepada ibu hamil yang dapat merugikan ibu hamil. (Tokoh masyarakat di
Surabaya)
Dukun masih ada; namun, kami tetap memanusiakan manusia. Kami terus bekerja sama karena syarat-syaratnya, yang akan
kami diskusikan nanti. Biasanya masih ada pembagian peran. Lalu, soal dukun bersalin, tidak ada dukun bersalin; maka pada
prinsipnya kita berkomunikasi dengan dukun. (Pejabat Kesehatan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dan Gizi Bojonegoro)
Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 1 dan 2, faktor intrapersonal seperti pengetahuan dan pendidikan berpengaruh langsung terhadap
manfaat pelayanan kesehatan namun secara tidak langsung berpengaruh terhadap sikap. Faktor intrapersonal, termasuk dukungan masyarakat dan
dukungan kelembagaan, juga mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan dan secara tidak langsung mempengaruhi sikap. Sementara itu, keluarga
668 https://doi.org/10.2147/IJWH.S379749
Jurnal Internasional Kesehatan Wanita 2023:15
DovePress
Gambar 1 Analisis jalur variabel yang mempengaruhi pola pencarian pelayanan kesehatan (t-value) dengan chi-square 4,96 dan p-value >0,05.
Dukungan yang merupakan variabel interpersonal secara tidak langsung mempengaruhi pelayanan kesehatan melalui sikap. Sedangkan faktor lingkungan sosial
yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung antara lain budaya dan mitos.
Gambar 1 menjelaskan bahwa dukungan keluarga, budaya, mitos, dukungan masyarakat, pendidikan, dukungan kelembagaan, dan pengetahuan berpengaruh
signifikan terhadap sikap dengan nilai t-nilai ÿ2,07; 2.14; ÿ3.23; 3,58; ÿ3.72; 4.13; dan 7,47, masing-masing. Sedangkan budaya, jarak ke fasilitas kesehatan,
dukungan kelembagaan, pendidikan, dukungan masyarakat, mitos, dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan layanan kesehatan dengan
nilai t sebesar ÿ4,94; ÿ6.41; 14.35; ÿ15.08; 15,72; ÿ15,91 dan 27,96, masing-masing. Selain itu sikap berpengaruh langsung terhadap pola pemanfaatan pelayanan
kesehatan dengan nilai t-nilai 15,53. Gambar 1 memberikan nilai uji statistik >1,96 dan menunjukkan jalur pengaruh yang signifikan. Besarnya pengaruh masing-
masing variabel bebas terhadap variabel antara dan variabel terikat ditunjukkan pada Gambar 2. Variabel terikatnya adalah mencari fasilitas kesehatan.
Gambar 2 menunjukkan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil. Pengetahuan mempunyai pengaruh langsung sebesar 0,62 terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, sedangkan sikap mempunyai pengaruh tidak
langsung sebesar 0,47×0,36 = 0,169. Dukungan masyarakat dan mitos berdampak signifikan terhadap pemanfaatan layanan kesehatan, sedangkan mitos
berdampak negatif karena semakin banyak masyarakat mempercayai mitos maka semakin sedikit masyarakat yang memanfaatkan layanan kesehatan. Gambar
2 menunjukkan bahwa dampak langsung terhadap penggunaan layanan kesehatan dukungan masyarakat adalah 0,37, dan dampak mitos adalah ÿ0,36.
Dukungan masyarakat memberikan pengaruh positif. Masyarakat akan lebih banyak yang menggunakan layanan kesehatan bila terdapat dukungan masyarakat yang baik dan seba
sebaliknya.
Dukungan keluarga (ÿ0.15), mitos (ÿ0.24), dan tingkat pendidikan (ÿ0.25) mempunyai dampak negatif terhadap sikap. Dukungan keluarga dalam bentuk
pengambilan keputusan pada ibu hamil dapat memberikan pengaruh negatif terhadap sikap. Menerapkan
Gambar 2 Analisis jalur variabel-variabel yang mempengaruhi pola pencarian pelayanan kesehatan (standardized koefisien) dengan chi-square 4,96 dan p-value>0,05.
mitos masyarakat seperti pantangan makanan yang bertentangan dengan ilmu kesehatan dapat berdampak negatif terhadap sudut pandang ibu.
Sedangkan budaya (0,17), dukungan masyarakat (0,33), dukungan kelembagaan (0,28), dan pengetahuan (0,47) berpengaruh positif terhadap
sikap. Praktik budaya pada usia 4 atau 7 bulan juga dapat membantu meningkatkan sikap ibu. Adanya dukungan masyarakat dan institusi seperti
kelas ibu hamil, pengecekan izin, dan kebijakan cuti dapat meningkatkan sikap ibu. Semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin tinggi pula
cara pandang ibu.
Budaya (ÿ0.12), jarak ke fasilitas kesehatan (ÿ0.12), tingkat pendidikan (ÿ0.32), dan mitos (ÿ0.36) berpengaruh negatif terhadap pola
pemanfaatan layanan kesehatan. Budaya dapat berdampak negatif terhadap desain dan pemanfaatan layanan kesehatan.
Ketika ibu mengalami gangguan kesehatan, mereka cenderung memilih pengobatan konvensional seperti pijat dibandingkan mengunjungi rumah
sakit. Akses para ibu terhadap layanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang terletak jauh dari tempat tinggal mereka akan semakin berkurang.
Namun, dukungan kelembagaan (0,31), dukungan masyarakat (0,37), dan pengetahuan (0,62) semuanya mempunyai dampak positif terhadap
seberapa sering masyarakat menggunakan layanan kesehatan. Pemanfaatan layanan kesehatan ibu meningkat seiring dengan meningkatnya
dukungan masyarakat dan institusi. Pola pemanfaatan pelayanan kesehatan berkorelasi langsung dengan tingkat pendidikan ibu. Hal ini sesuai
dengan pola pikir ibu yang berdampak positif pada perencanaan pemanfaatan layanan kesehatan.
Diskusi
Pengaruh Mitos dan Budaya Sebagai Kearifan Lokal Terhadap Perilaku Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
Kesehatan ibu hamil harus sangat diperhatikan karena risikonya yang tinggi bagi ibu dan janinnya. Akses perempuan hamil terhadap layanan
kesehatan berkualitas tinggi merupakan isu sosial yang tidak hanya mencakup bidang kedokteran. Masalah lokal
670 https://doi.org/10.2147/IJWH.S379749
Jurnal Internasional Kesehatan Wanita 2023:15
DovePress
pengetahuan harus dipertimbangkan dalam mengelola kematian ibu. Secara khusus, kepatuhan wanita hamil terhadap mitologi dan budaya daerah
dapat mengganggu kemampuan mereka untuk menjaga kesehatan. Sekalipun periode perkembangan masyarakat pasca-industri telah dimulai, tidak
semua orang sepenuhnya bijaksana dalam mengambil tindakan. Baik ibu hamil di pedesaan maupun perkotaan masih dipengaruhi oleh berbagai
pantangan dan mitos yang tidak rasional.
Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kebiasaan, aturan, dan nilai akibat upaya kognitif yang dilakukan oleh masyarakat tertentu atau lokal yang
dianggap wajar dan bijaksana, yang dilaksanakan dan dipatuhi oleh masyarakat.26 Mitos adalah informasi yang dianggap pernah terjadi meskipun tidak
terjadi. selalu terjadi. Di pedesaan yang masih kental adat istiadatnya, mitos dijadikan sebagai pandangan hidup dan dipegang teguh dalam
kehidupan.27,28
Budaya menjadi identitas lokal suatu komunitas yang unik dan berbeda dari komunitas lainnya.29 Wanita Indonesia berasal dari budaya yang
berbeda dan berusaha menjaga kesehatan kehamilannya dengan berbagai cara berdasarkan budaya lingkungannya. Namun, menjaga kehamilan yang
sehat berdasarkan tradisi budaya masa lalu mungkin berbeda dengan pendekatan saat ini karena adanya intervensi ilmiah.27 Dengan demikian, budaya
dan mitos terkait kehamilan yang diyakini dan diamalkan masyarakat hendaknya dipahami sebagai langkah dalam mengidentifikasi pengetahuan dan
perilaku. kesenjangan yang dapat membahayakan kesehatan ibu hamil dan janin. Banyak perempuan Indonesia yang menjadi ibu baru tidak mengetahui
cara mengasuh anak mereka; oleh karena itu, mereka mendengarkan orang tua dan kakek-nenek mereka, yang juga mengambil keputusan selama
kehamilan dan menerapkan praktik tradisional berdasarkan budaya dan mitos mereka.30 Hasilnya menunjukkan bahwa 91,4% ibu hamil masih
mempraktikkan mitos dan budaya terkait kehamilan, meskipun budaya tersebut dan mitos belum terbukti kebenarannya dan berdampak pada kesehatan
ibu hamil dan janin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos berpengaruh terhadap pola dan sikap mencari pelayanan kesehatan. Secara total, pengaruh mitos
terhadap desain pemanfaatan layanan kesehatan bersifat negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui perspektif). Dengan kata lain,
semakin banyak orang memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, semakin banyak kebohongan yang dilestarikan. Mitos merupakan salah satu
variabel yang mempunyai pengaruh negatif langsung terhadap pola pemanfaatan pelayanan kesehatan, hal ini menunjukkan bahwa semakin kuat ibu
hamil menjalankan mitos maka semakin besar pula kemungkinan ibu hamil untuk melakukan pengobatan sendiri jika mempunyai keluhan. Mitos yang
diturunkan dari zaman ke zaman dan mengandung akibat buruk yang akan diterima jika tidak dilakukan oleh ibu hamil, membuat mereka takut untuk
melanggarnya sehingga memilih melakukannya dengan sukarela atau terpaksa.24,31
Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan Vora yang menemukan hubungan antara mitos dan pemanfaatan layanan kesehatan.32 Mitos yang
tersebar luas di masyarakat biasanya melibatkan kebiasaan dan perilaku makan. Meskipun masyarakat sekitar masih memberlakukan pembatasan
makan makanan tertentu atau melakukan tindakan tertentu pada ibu hamil, namun membatasi makan pada ibu hamil merupakan tindakan yang tidak
dapat diterima, oleh karena itu, mereka boleh makan apa saja asalkan makan makanan sehat dengan baik. nutrisi bagi ibu dan bayinya. Terlebih lagi,
budaya yang diyakini dan dijalani oleh ibu mempunyai pengaruh terhadap pemilihan metode pengobatan pada ibu hamil. Umumnya orang tua atau
mertua berperan penting dalam menentukan, menasihati, dan menasihati anak atau menantunya dalam menjalankan budaya yang diyakini diturunkan
secara turun-temurun dalam keluarga. Selain keluarga, masyarakat tempat tinggal ibu hamil dapat mendorong para ibu untuk menjalankan tradisi.33,34
Pantangan makanan selama kehamilan adalah seperangkat aturan sistematis tentang makanan atau kombinasi mana yang tidak boleh dikonsumsi
karena membahayakan ibu hamil dan janin.29 Ibu hamil tidak mengonsumsi makanan yang kaya akan sumber zat besi, karbohidrat, protein hewani, dan
zat gizi mikro. tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Ethiopia,35 Gambia,36 Nigeria,22 Afrika Selatan,37 dan Republik Demokratik Kongo38 karena bayi
mungkin mempunyai kebiasaan buruk setelah lahir atau mungkin mempunyai penyakit saat lahir. Selain itu, di beberapa negara berpendapatan rendah
dan menengah di Asia, pembatasan pola makan juga mencakup pembatasan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil.1,18,39
Misalnya , makanan kaya protein jarang diberikan kepada ibu hamil. . Semua pantangan makanan di atas hanya berdasarkan kepercayaan tradisional
tanpa dasar ilmiah. Nutrisi seimbang sangat penting bagi ibu hamil dan janin. Faktanya, kerangka konseptual dari The United Nations Children's Fund
Food-Care Health menunjukkan bahwa keyakinan dan praktik budaya terkait makanan selama kehamilan merupakan salah satu penyebab mendasar
malnutrisi ibu yang akan berdampak pada kesehatan dan kebugaran ibu hamil dan ibu hamil. kualitas pertumbuhan dan perkembangan janin bahkan
setelah lahir.
Gizi buruk diartikan sebagai kekurangan zat gizi makro dan zat gizi mikro, terutama vitamin A, asam folat, yodium, zat besi, kalsium, dan seng yang
sangat penting untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.40 Mitos tersebut juga dikaitkan dengan
dengan ditemukannya makanan yang dianjurkan dan dilarang yang berlaku bagi ibu hamil dan menyusui untuk meningkatkan keselamatan
dan kesehatan ibu dan bayi.
Berdasarkan wawancara, mitos mengenai pantangan makanan juga ditentukan dalam penelitian ini, yaitu adanya pantangan makan
nanas bagi ibu hamil. Gizi buruk pada ibu hamil dan janin dapat terjadi apabila kebutuhan gizi ibu hamil tidak terpenuhi karena ibu hamil
memerlukan peningkatan kuantitas dan kualitas zat gizi.
Perilaku ibu hamil mengenai konsumsi makanan tertentu yang dianjurkan atau dilarang oleh budaya dapat membahayakan kesehatan
ibu hamil dan janin. Setiap anjuran atau larangan terhadap ibu hamil mempunyai konsekuensi terhadap status gizinya.41
Dalam penelitian ini budaya secara tidak langsung berpengaruh positif (melalui sikap) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Faktor budaya yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap sikap ibu hamil dan pola pemanfaatan pelayanan kesehatan pada penelitian
ini juga diamati oleh Zambia,36 yang menyatakan bahwa budaya yang ada pada suatu masyarakat sangat mempengaruhi pola pikir dan
sikap yang pada akhirnya mempengaruhi ibu hamil. pemanfaatan layanan kesehatan. Masyarakat memandang permasalahan fisik, psikis,
dan sosial pada masa kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan sebagai tanda terabaikannya hubungan dengan nenek moyang.36
Peran dan fungsi kearifan lokal dalam masyarakat terkait kehamilan dan persalinan salah satunya adalah sebagai pedoman moral
dan spiritual bagi masyarakat karena ukuran kebenaran dalam sistem kehidupan tertentu mengacu pada cara pandang masyarakat
terhadap proses kehamilan dan persalinan. Ukuran kebenaran ini menciptakan nilai-nilai yang diyakini baik oleh masyarakat.26 Keyakinan
sosiokultural dan praktik budaya berdampak buruk terhadap kehamilan dan kelahiran, bahkan di kalangan perempuan berpendidikan.42
Keyakinan yang melekat pada seorang perempuan dipengaruhi oleh pengalaman keluarga, norma dan nilai budaya setempat. , termasuk
pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas.43
Namun budaya tradisional juga memberikan dampak positif. Meskipun dampak dari masing-masing budaya dan mitos terkait
kehamilan yang dianut masyarakat mengenai kehamilan dapat diperhatikan, namun jika berdampak negatif maka harus diubah agar tidak
membahayakan keselamatan jiwa ibu hamil dan janin.33 Kehamilan Keyakinan dan praktik budaya terkait di negara-negara berkembang
dapat menghalangi perempuan hamil untuk mengakses dan menerima layanan persalinan sebelum melahirkan dan pasca melahirkan
yang tepat, termasuk meningkatkan kemungkinan melahirkan di rumah tanpa petugas kesehatan yang kompeten untuk membantu
persalinan. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya mengakses informasi yang dapat membantu ibu hamil dalam mengambil keputusan,
termasuk mencari layanan kesehatan selama kehamilan dan meningkatkan kesadaran ibu hamil dan keluarga akan dampak praktik
budaya kehamilan yang merugikan.44 WHO mendukung layanan perawatan maternitas yang sesuai dengan budaya untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir dengan mempertimbangkan secara cermat preferensi dan aspirasi individu; dengan demikian, budaya
masyarakat dinilai sebagai komponen penting dari layanan berkualitas.28
Salah satu solusi terhadap komplikasi kehamilan dan persalinan adalah dengan memahami bahwa aspek sosial budaya menjadi
penyebab permasalahan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar ibu hamil telah mencari layanan
kesehatan jika mengalami masalah selama kehamilan, namun sebagian besar masih melakukan pengobatan sendiri di rumah. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh kepercayaan nenek moyang yang melarang pelayanan kesehatan modern bahkan melarang mereka untuk
memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan.45 Pengobatan mandiri yang dilakukan oleh ibu hamil dan keluarganya tanpa didampingi
oleh tenaga kesehatan yang berkompeten akan meningkat. komplikasi ibu.
Pengobatan sendiri merupakan praktik umum di masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia, termasuk Meksiko.
Namun dampak yang ditimbulkan oleh ketidaktahuan dalam penanganan ibu hamil perlu diperhatikan agar dapat meningkatkan kesehatan
ibu hamil dan janin secara optimal. Misalnya saja parasetamol yang dinilai aman untuk meredakan gejala demam, pusing, dan nyeri.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dosis parasetamol yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan saraf
pada bayi baru lahir.46 WHO mendefinisikan pengobatan mandiri sebagai pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk mengobati
penyakit yang dialami dan dikenali sendiri. Pengobatan sendiri tidak hanya terbatas pada obat-obatan yang biasa diresepkan dokter,
tetapi juga produk herbal tradisional dan penggunaan obat sisa dari resep sebelumnya. Ibu hamil cenderung melakukan pengobatan
sendiri karena alasan berikut: obat mudah didapat, hemat waktu, faktor sosiodemografi, riwayat penyakit ibu, dan kurangnya pengetahuan
tentang efek dan risiko penggunaan obat tanpa anjuran dokter.47,48 Target SDG dapat dicapai dengan mengidentifikasi faktor-faktor
penentu pengobatan sendiri pada ibu hamil dan seberapa sering pengobatan tersebut dilakukan. Hal ini terkait dengan peningkatan
pelayanan penjualan obat dari apotek atau toko obat tanpa resep dokter.
Kurangnya penegakan peraturan bahwa setiap obat yang dikonsumsi ibu hamil harus menggunakan resep dokter
672 https://doi.org/10.2147/IJWH.S379749
Jurnal Internasional Kesehatan Wanita 2023:15
DovePress
mengurangi risiko dan memberikan edukasi kepada keluarga dan masyarakat, sebagai lingkungan sosial budaya agar lebih bijak dalam
menggunakan dan menyarankan obat herbal35,49 mengenai akibat pengobatan sendiri dan penggunaan obat herbal pada ibu hamil.50
Setiap perempuan hamil yang menganut kepercayaan, budaya, norma, dan praktik tradisionalnya dapat secara langsung atau tidak langsung
melindungi atau bahkan membahayakan kesehatannya sendiri dan janinnya.29 Kesehatan dan kesejahteraan perempuan di sebagian besar
masyarakat akan bergantung pada konteks budaya di mana mereka berada. yang mereka jalani. Pengetahuan budaya yang diperoleh berasal
dari kisah hidup, dan pengalaman sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi, yang sangat mempengaruhi keputusan kesehatan mereka
selama kehamilan dan dengan demikian mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yang belum lahir.51 Pengambilan keputusan
selama kehamilan, termasuk memilih untuk mengobati diri sendiri dan melahirkan di rumah, juga dipengaruhi oleh kerentanan sosial dan
ketidakberdayaan, serta ketakutan akan hal yang tidak diketahui; Oleh karena itu, keluarga yang pernah mengalami kehamilan umumnya yang
mengambil keputusan.24
Di Indonesia, perilaku terkait kesehatan masyarakat menjadi lebih kompleks karena merupakan negara multikultural dengan beragam etnis
dan penyedia layanan kesehatan yang beragam. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan
dapat ditentukan oleh berbagai faktor internal, seperti karakteristik individu dan persepsi serta keyakinan tentang penyakit dan pengobatannya,
termasuk kehamilan.52 Kemampuan perempuan untuk mencari layanan kesehatan selama kehamilan akan memastikan penurunan dalam
MMR saat melahirkan. Hal ini dianggap sebagai salah satu strategi penting untuk mengurangi angka kematian ibu dengan menyediakan akses
dan pemanfaatan layanan kesehatan ibu dan anak.31
Perempuan yang berpendidikan cenderung memiliki kesadaran yang lebih besar mengenai keberadaan layanan ANC dan keuntungan menggunakan
layanan tersebut. Mereka lebih sadar akan masalah kesehatan, mengetahui lebih banyak tentang ketersediaan layanan kesehatan, dan menggunakan
lebih banyak informasi secara efektif dibandingkan perempuan yang tidak berpendidikan. Selain itu, tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung
berpengaruh positif terhadap perilaku pemanfaatan layanan kesehatan, dan pendidikan dapat meningkatkan kontrol perempuan terhadap kehamilannya.
Selain itu, hal ini dapat membantu memberikan lebih banyak pesan kesehatan kepada perempuan, memungkinkan mereka mengenali tanda-tanda bahaya
dan komplikasi serta mengambil tindakan yang tepat. Perempuan-perempuan ini mungkin mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menerima
informasi kesehatan dan memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan ibu.59 Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seorang perempuan hamil, semakin tinggi pula kemungkinan untuk menggunakan layanan kesehatan berkelanjutan, termasuk pengelolaan
ibu hamil. komplikasi selama kehamilan; dengan demikian, tujuan terwujudnya kesehatan ibu hamil akan tercapai secara optimal.60
kesehatan pada masa kehamilan (dukun). Sikap dalam menentukan keputusan ibu hamil untuk menunda kondisi kesehatannya didasarkan pada berbagai
pertimbangan, seperti kebutuhan pribadi, dukungan keluarga, sosial budaya, dan kemudahan akses terhadap layanan kesehatan.23
Kesimpulan
Budaya, mitos, pendidikan, dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap sikap ibu hamil. Selain itu, budaya, pengajaran, mitos, dan pembelajaran
berpengaruh besar terhadap pola pemanfaatan layanan kesehatan pada ibu hamil. Oleh karena itu, hal ini harus dijadikan landasan dalam memberikan
pendidikan kesehatan pada ibu hamil untuk menanamkan pesan-pesan budaya. Sikap berpengaruh langsung terhadap pola pemanfaatan pelayanan
kesehatan; Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ibu hamil perlu dipertimbangkan secara matang untuk memaksimalkan pemanfaatan
layanan kesehatan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil dan janin secara optimal, serta menurunkan angka AKI dan AKB di
Indonesia.
674 https://doi.org/10.2147/IJWH.S379749
Jurnal Internasional Kesehatan Wanita 2023:15
DovePress
telah menandatangani formulir inform consent. Semua prosedur yang melibatkan peserta dilakukan sesuai dengan standar etika yang ditetapkan
oleh komite institusi dan penelitian serta Deklarasi Helsinki tahun 1964.
Dalam formulir tersebut, peserta telah memberikan persetujuannya untuk gambar dan informasi klinis lainnya untuk dilaporkan dalam jurnal.
Mereka memahami bahwa nama dan inisial mereka tidak akan dipublikasikan dan akan dilakukan upaya untuk menyembunyikan identitas mereka,
namun anonimitas tidak dapat dijamin.
Kontribusi Penulis
Semua penulis sama-sama memberikan kontribusi terhadap ide, desain penelitian, implementasi, pengumpulan data, analisis, dan interpretasi.
Artikel ini ditulis, direvisi, dan ditinjau secara kritis oleh semua penulis, yang juga menyetujui jurnal tujuan pengirimannya. Penulis juga setuju untuk
bertanggung jawab atas semua aspek pekerjaan dan meninjau serta menyetujui setiap versi sebelum selama penyerahan, revisi, dan penerimaan
akhir untuk publikasi.
Penyingkapan
Para penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan yang terkait dengan karya ini.
Referensi
1. Javaheri M, Mohammadi Y. Tren dan penyebab kematian ibu di Iran Barat dari tahun 2002 hingga 2016: implikasi terhadap pembangunan berkelanjutan
sasaran. J Obstet Gynaecol Fed Asia Selatan. 2020;12:159–162. doi:10.5005/jp-journals-10006-1785
2. Kusuma D, Cohen J, McConnell M, Berman P. Dapatkah bantuan tunai meningkatkan faktor penentu kematian ibu? Bukti dari rumah tangga dan
program kemasyarakatan di Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial Med. 2016;163:10–20. doi:10.1016/j.socscimed.2016.06.020
3. Mohamed AA, Bocher T, Magan MA, dkk. Pengalaman di lapangan: studi kualitatif yang mengeksplorasi hambatan terhadap layanan kesehatan ibu dan anak
pemanfaatan di lingkungan pengungsi Somalia. Kesehatan Wanita Int J. 2021;13:1147–1160. doi:10.2147/IJWH.S330069
4. Organisasi Kesehatan Dunia. Kematian ibu di berbagai negara; 2017.
5. Lawrence ER, Klein TJ, Beyuo TK. Kematian ibu di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kebidanan Ginekol. 2022;2022:713–733.
doi:10.1016/j.ogc.2022.07.001
6. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional UNCF. Laporan dasar SDG mengenai anak-anak di Indonesia; 2017.
7. Rizkianti A, Afifah T, Saptarini I, Rakhmadi MF. Otonomi perempuan dalam pengambilan keputusan di rumah tangga dan penggunaan layanan kesehatan ibu: an
Studi kasus di Indonesia. Kebidanan. 2020;90:102816. doi:10.1016/j.midw.2020.102816
8. Indriani D, Damayanti NA, Teguh D, dkk. Sistem aplikasi mobile rujukan ibu untuk meminimalkan risiko persalinan. J Kesehatan Masyarakat
Res. 2020;9:105–109. doi:10.4081/jphr.2020.1813
9. Omer S, Zakar R, Zakar MZ, Fischer F. Pengaruh praktik sosial dan budaya terhadap kematian ibu: studi kualitatif dari Punjab Selatan, Pakistan. Kesehatan Reproduksi.
2021;18:97. doi:10.1186/s12978-021-01151-6
10. Rachmawati PD, Kurnia ID, Asih MN, et al. Determinants of under-five mortality in Indonesia: a nationwide study. J Pediatr Nurs. 2022;65:e43–
e48. doi:10.1016/j.pedn.2022.02.005
11. Zhang M, Zhang W, Yang H, dkk. Desain dan evaluasi sistem peringatan dini ibu untuk mengurangi kematian ibu dalam kehamilan yang dapat dicegah
dan masa nifas bagi wanita berisiko tinggi di Tiongkok. Kebidanan. 2022;112:103392. doi:10.1016/j.midw.2022.103392
12. Renbarger KM, McIntire E, Twibell R, dkk. Deskripsi kematian ibu dari perawat yang berpraktik di lingkungan perinatal. Perawat Wanita
Kesehatan. 2022;26(4):288-298. doi:10.1016/j.nwh.2022.05.003
13. McCarthy J, Maine D. Kerangka kerja untuk menganalisis faktor-faktor penentu kematian ibu. Rencana Keluarga Pejantan. 1992;23:23–33. doi:10.2307/1966825
14. Rizqi YNK, Rubai WL. Integrasi program pencegahan kematian ibu berdasarkan kerangka model keyakinan kesehatan. KEMAS J Kesehat
Mas. 2020;15:432–440. doi:10.15294/kemas.v15i3.20373
15. Yadav AK, Jena PK, Sahni B, Mukhopadhyay D. Studi perbandingan pemanfaatan layanan kesehatan ibu di negara bagian Kelompok Aksi Pemberdayaan tertentu di India.
Komunitas Peduli Sosial Kesehatan. 2021;29:1948–1959. doi:10.1111/hsc.13309
16. Novitasari F, Fitriyah N. Socio-cultural aspects and knowledge of pregnant women about pregnancy-related myths in the Village of Mojosarirejo, District of Driyorejo, Gresik
Regency. J Biom Dan Kependud. 2019;8:83. doi:10.20473/jbk.v8i1.2019.77-86
17. Yadav AK, Jena PK. Menjelaskan perubahan pola dan kesenjangan dalam pemanfaatan layanan kesehatan ibu di India. J Publik Aff. 2022;22:e2570.
doi:10.1002/pa.2570
18. Bansal P, Garg S, Upadhyay HP. Prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah dan hubungannya dengan faktor risiko sosial budaya dan ibu pada persalinan di institusi di
Bharatpur, Nepal. Ilmu Pengetahuan J Med Asia. 2019;10:77–85. doi:10.3126/ajms.v10i1.21665
19. Juariah J. Kepercayaan dan praktik budaya pada masa kehamilan masyarakat Desa Karangsari, Kabupaten Garut [Cultural beliefs and practices in pregnancy community in
Karangsari Village, Garut District]. Sosiohumaniora. 2018;20:162–167. Indonesian. doi:10.24198/sosiohumaniora. v20i2.10668
20. Damayanti NA, Wulandari RD, Hargono A. Pengembangan model sistem informasi surveillance faktor risiko dan kohort ibu dan anak integrasi berbasis continum of care
di Surabaya [Development of risk factor surveillance information system model and integrated mother and child cohort based on continum of care in Surabaya]; 2016.
Indonesian.
21. Damayanti NA, Setijanto D, Hargono A, dkk. Sistem informasi terpadu untuk deteksi dini faktor risiko ibu berdasarkan continuum of care
pendekatan kohort ibu dan balita. Informasi Kesehatan Res. 2019;25:153–160. doi:10.4258/hir.2019.25.3.153
22. Chika O. Perilaku pencarian kesehatan pada wanita hamil di Tenggara Nigeria: implikasi terhadap peningkatan perawatan kelahiran dan pascakelahiran. Int J Sains.
2017;6:37–41.
23. Liu G, Xue Y, Qian Z, dkk. Perilaku mencari layanan kesehatan di kalangan wanita hamil dalam sistem medis hierarki Tiongkok: cross-sectional
belajar. Kesehatan Ekuitas Int J. 2019;18:129. doi:10.1186/s12939-019-1037-8
24. Ahmad R, Zhu NJ, Lebcir RM, Atun R. Bagaimana perilaku pencarian kesehatan ibu hamil mempengaruhi hasil neonatal: temuan sistem
pemodelan dinamika di Pakistan. Kesehatan Global BMJ. 2019;4:e001242. doi:10.1136/bmjgh-2018-001242
25. Yadav AK, Nag S, Jena PK, Paltasingh KR. Penentu pemanfaatan layanan antenatal di India: pendekatan pemodelan data hitungan. J Kebijakan Pengembangan
Praktis. 2021;6:210–230. doi:10.1177/24551333211030349
26. Pesurnay AJ. Kearifan lokal dalam paradigma baru: penerapan teori sistem dalam kajian Budaya Lokal di Indonesia. IOP Conf Ser Ilmu Lingkungan Bumi.
2018;175:012037. doi:10.1088/1755-1315/175/1/012037
27. Susie Perbawasari I. Internalisasi nilai siklus hidup berbasis kearifan lokal: mengukur keteladanan indungbeurang dalam menjaga kehamilan
kesehatan pada Masyarakat Adat Desa Naga. Biol Sel Sosial Ann Romania. 2021;25:8941–8948.
28. Jones E, Lattof SR, Coast E. Intervensi untuk menyediakan layanan perawatan maternitas yang sesuai dengan budaya: faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi.
Persalinan Kehamilan BMC. 2017;17:267. doi:10.1186/s12884-017-1449-7
29. Nayak D, Dey S. Keyakinan budaya tentang perawatan antenatal di kalangan wanita di wilayah tertentu di bhubaneswar- sebuah studi deskriptif. Klinik Med. 2020;7:11.
30. Turner C, Pol S, Suon K, dkk. Keyakinan dan praktik selama kehamilan, pasca melahirkan dan hari-hari pertama kehidupan bayi di pedesaan Kamboja. Persalinan
Kehamilan BMC. 2017;17:116. doi:10.1186/s12884-017-1305-9
31. Dapaah JM, Nachinaab JO. Faktor penentu sosiokultural pemanfaatan layanan kesehatan ibu di Kabupaten Tallensi Timur Atas
Wilayah Ghana. Adv Kesehatan Masyarakat. 2019;2019:e5487293. doi:10.1155/2019/5487293
32. Vora KS, Koblinsky SA, Koblinsky MA. Prediktor pemanfaatan layanan kesehatan ibu oleh perempuan miskin di pedesaan: studi perbandingan di India
Negara Bagian Gujarat dan Tamil Nadu. J Kesehatan Popul Nutr. 2015;33:9. doi:10.1186/s41043-015-0025-x
33. Sahin E, Sahin NH. Praktik budaya sebelum dan selama kehamilan: contoh di Turki. Tren Baru Masalah Proc Adv Pure Appl Sci. 2018;97–103.
doi:10.18844/gjpaas.v0i10.3749
34. Yadav AK, Jena PK. Hasil kesehatan ibu dari kelompok marginal secara sosial di India. Jaminan Kualitas Perawatan Kesehatan Int J. 2020;33(2):172–188.
doi:10.1108/IJHCQA-08-2018-0212
[ PubMed ] 35. Beyene KG, Beza SW. Praktik pengobatan sendiri dan faktor terkait pada wanita hamil di Addis Ababa, Ethiopia. Kesehatan Terlalu Med. 2018;46:1
doi:10.1186/s41182-018-0091-z
36. Honkavuo L. Pengalaman perempuan tentang kepercayaan budaya dan kesehatan tradisional tentang kehamilan dan persalinan di Zambia: sebuah studi etnografi.
Perawatan Kesehatan Wanita Int. 2021;42:374–389. doi:10.1080/07399332.2021.1898613
37. Marabele PM, Maputle MS, Ramathuba DU, Netshikweta L. Faktor budaya yang berkontribusi terhadap angka kematian ibu di pedesaan di Provinsi Limpopo, Afrika
Selatan. Kesehatan Wanita Int J. Wahyu 2020;12:691–6 doi:10.2147/IJWH.S231514
38. Ramazani IB-E, Ntela S-DM, Ahouah M, Ishoso DK, Monique RT. Studi kematian ibu di Republik Demokratik Timur Kongo.
Persalinan Kehamilan BMC. 2022;22:452. doi:10.1186/s12884-022-04783-z
39. Tieu Y, Konnert C, Quigley L. Sifat psikometrik dari inventarisasi sikap terhadap mencari layanan kesehatan mental (versi Cina). Bisa
J Penuaan Rev Can Vieil. 2018;37:234–244. doi:10.1017/S0714980818000041
40. Chakona G, Shackleton C. Tabu makanan dan kepercayaan budaya mempengaruhi pilihan makanan dan preferensi makanan di kalangan wanita hamil di Eastern Cape,
Afrika Selatan. Nutrisi. 2019;11:2668. doi:10.3390/nu11112668
41. Jardí C, Aparicio E, Bedmar C, dkk. Konsumsi makanan selama kehamilan dan pasca melahirkan Studi ECLIPSES. Nutrisi. 2019;11:2447.
doi:10.3390/nu11102447
42. Al-Ateeq MA, Al-Rusaiess AA. Pendidikan kesehatan selama perawatan antenatal: perlunya lebih banyak lagi. Kesehatan Wanita Int J. 2015;7:239–242. doi:10.2147/
IJWH.S75164
43. Downe S, Finlayson K, Oladapo O, Bonet M, Gülmezoglu AM. Apa yang penting bagi wanita saat melahirkan: tinjauan kualitatif sistematis. PLoS
Satu. 2018;13:e0194906. doi:10.1371/journal.pone.0194906
44. Abebe H, Beyene GA, Mulat BS. Praktik budaya yang berbahaya selama periode perinatal dan faktor-faktor terkait di kalangan wanita usia subur di
Ethiopia Selatan: studi cross-sectional berbasis komunitas. PLoS Satu. 2021;16:e0254095. doi:10.1371/journal.pone.0254095
45. Takaeb AEL. Eksplorasi determinan sosio-kultural kematian ibu di Indonesia. Konferensi Internasional ke-5 tentang Pariwisata, Ekonomi, Akuntansi, Manajemen dan Ilmu
Sosial (TEAMS 2020). Atlantis Pers; 2020:482–487.
46. Alonso-Castro AJ, Ruiz-Padilla AJ, Ruiz-Noa Y, dkk. Praktek pengobatan sendiri pada wanita hamil dari Meksiko tengah. farmasi saudi j.
2018;26:886–890. doi:10.1016/j.jsps.2018.03.008
47. Pereira G, Surita FG, Ferracini AC, Madeira C de S, Oliveira LS, Mazzola PG. Pengobatan sendiri di kalangan wanita hamil: prevalensi dan faktor terkait. Farmakol
Depan. 2021;12:659503.
48. Niriayo YL, Mohammed K, Asgedom SW, Demoz GT, Wahdey S, Gidey K. Praktik pengobatan sendiri dan faktor-faktor yang berkontribusi pada kehamilan
wanita. PLoS Satu. 2021;16:e0251725. doi:10.1371/journal.pone.0251725
49. Zewdie T, Azale T, Shimeka A, Lakew AM. Pengobatan sendiri selama kehamilan dan faktor terkait pada wanita hamil di kota Goba,
Ethiopia tenggara: studi cross sectional berbasis komunitas. Catatan Resolusi BMC. 2018;11:713. doi:10.1186/s13104-018-3821-8
50. Tuha A, Faris AG, Mohammed SA, Gobezie MY. Pengobatan sendiri dan faktor terkait pada wanita hamil yang menghadiri pemeriksaan antenatal di
Rumah Sakit Umum Kemisie, Ethiopia Timur Laut. Pasien Lebih Memilih Kepatuhan. 2020;14:1969–1978. doi:10.2147/PPA.S277098
51. Andina-Díaz E. Keyakinan dan praktik diet pada kehamilan dan masa nifas: penerapan Model Tradisi Kesehatan. Enferm Glob.
2021;12:110–121.
52. Widayanti AW, Green JA, Heydon S, Norris P. Perilaku masyarakat dalam mencari kesehatan di Indonesia: tinjauan naratif. J Epidemiol Kesehatan Glob. 2020;10:6–15.
doi:10.2991/jegh.k.200102.001
https://doi.org/10.2147/IJWH.S379749
676 DovePress
Jurnal Internasional Kesehatan Wanita 2023:15
53. Abdulrida H, Hassan R, Sabri M. Pengetahuan dan praktik pencarian kesehatan ibu yang mengunjungi pusat layanan kesehatan primer di Bagdad al-karkh
sektor tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir. Mustansiriya Med J. 2018;17:29. doi:10.4103/MJ.MJ_7_18
54. Wau H, Razella N. Pemanfaatan layanan Antenatal Care (ANC) oleh ibu hamil di Kota Binjai dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. KEMAS J Kesehat Masy.
2020;15:390–398. doi:10.15294/kemas.v15i3.20613
55. Tassi WD, Sinaga M, Riwu RR. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care (K4) di wilayah kerja
puskesmas tarus [Analysis factors associated with the behavior of pregnant women in the utilization of antenatal care services (K4) in the Tarus Health Centre's working
area]. Media Kesehat Masy. 2021;3:175–185. Indonesian
56. Khan S, Haider SI, Bakhsh R. Penentu sosio-ekonomi dan budaya kematian ibu dan neonatal di Pakistan. Registrasi Glob Rev. 2020;1–7.
doi:10.31703/grr.2020(VI).01
57. Inayah N, Fitriahadi E. Hubungan pendidikan, pekerjaan dan dukungan suami terhadap keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil trimester III [Relationship between
education, work and husband’s support on the regularity of ANC visits in third trimester pregnant women]. JHeS J Health Stud. 2019;3:64–70. Indonesian. doi:10.31101/
jhes.842
58. Nasrin M, Sarker MNI, Huda N. Faktor penentu perilaku pencarian layanan kesehatan pada ibu hamil di daerah kumuh di Bangladesh; 2018. Tersedia dari: https://
www.semanticscholar.org/paper/Determinants-of-health-care-seeking-behavior-of-in-Nasrin-Sarker/1a28e07a04ecbc19ae316e34ed0b186 f0e0fe982. Diakses pada
bulan Juni. 23 Agustus 2022.
59. Ali S, Ali S, Suhail N. Pentingnya penyimpanan obat pada suhu yang dibutuhkan di apotek dan peran apotek komunitas di pedesaan:
Tinjauan Literatur. Manajer J Nurs. 2016;6:32–42.
60. Dharmayanti I, Azhar K, Tjandrarini DH, Hidayangsih PS. Pelayanan pemeriksaan kehamilan berkualitas yang dimanfaatkan ibu hamil untuk persiapan persalinan di
Indonesia [Quality pregnancy check services used by pregnant women for delivery preparation in Indonesia]. J Ekol Kesehat. 2019;18:60–69. Indonesian. doi:10.22435/
jek.18.1.1777.60-69
[ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ] 61. Peprah P, Mawuli Abalo E, Nyonyo J, Okwei R, Agyemang-Duah W, Amankwaa G. Persepsi dan sikap terhadap bidan modern dan
tradisional di pedesaan Ghana. Int J Afr Nurs Sci. 2018;8:66–7 doi:10.1016/j.ijans.2018.03.003
62. Osuala E. Kesadaran dan persepsi hipertensi: Implikasi Pendidikan Kesehatan terhadap pencegahan dan pengendalian di kalangan penduduk pedesaan, Tenggara
Nigeria. IOSR J Ilmu Kesehatan Keperawatan. 2017;6:63–68. doi:10.9790/1959-0601046368