Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KD IPA MTs.

Pengantar
Rekan rekan, rencanaan pembelajaran atau disain instruksional, dalam istilah international dikenal dengan instructional design (ID)
tidak sekedar istilah melainkan sebuah disiplin ilmu. Kata "instructional" dalam Bahasa Indionesia sepadan dengan kata
"pembelajaran". Instructional design dibahasaindonesiakan menjada rancang bangun pembelajaran atau pengembangan pembelajaran
atau pengembangan sistem pembelajaran.
Dalam disiplin ilmu tersebut dikenal banyak sekali model desain instruksional yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan dan praktisi.
Yang paling terkenal sebut saja Model Instruksional DIck and Carrey, Model ADDIE, ARCS, ASSURE dan seterusnya. Bahkan ada
model Repid Instructional Design yang sempat menjadi perhatian. Saya menyarankan Anda untuk membaca di internet seperti apa
model-model instruksional tersebut.
Model-model tersebut menjelaskan prosedur atau langkah dalam merancang pembelajaran. Kita bisa memilih model-model desain
instruksional tersebut dengan mempertimbangkan karakter dan kondisi pembelajaran yang ingin kita laksanakan.
Contoh yang paling sederhana model ADDIE, singkatan dari Analize, Design, Develop, Implement, Evaluate. Singkatan tersebut
menunjukkan langkah-langkah rancang bangun pembelajaran. Dalam model tersebut pembelajaran dikembangkan dalam 5 langkah
yaitu menganalisis, merancang, mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi.
Langkah pertama dalam rancang bangun adalah menganalisis. Yang dimaksud dengan analisis adalah memeriksa, menelaah dan
merumuskan. Yang dianalisis adalah kurikulum, siswa, sarana, lingkungan, media dan sumber, regulasi dan sebagainya. Dengan
menganalisis seorang perancang pembelajaran (instructional designer) menyadari pembelajaran apa yang akan dikembangkan. Hasil
analisis digunakan untuk merancang (membuat bluerint), sejenis silabus. Rancangan dimulai dari tujuan pembelajaran sampai ke
rancangan evaluasi. Ketika rancangannya sudah jadi kemudian dikembangkan menjadi rencana pembelajaran instruksional. Dalam
istilah kita lebih cenderung ke RPP. Setelah itu baru dilaksnakan. Dalam model ADDIE, langkah evaluasi dilakukan untuk 4 langkah
tadi. JAdi setiap langkah selalu dievaluasi.
Model ADDIE merupakan model induk yang dikembangkan menjadi model-model lainnya. Jadi langkah pengembangan pembelajaran
pada umumnya seperti itu. Model-model yang disenutkan di atas kebanyakan pengembangan dari model ini.
Kebanyakan guru di Indonesia bukan mengembangkan pembelajaran melainkan melaksanakan pembelajaran. Bukan
mengembangkan rencana pembelajaran tapi membuat rencana pembelajaran. Mengapa saya mengatakan demikian, karena
pebelajaran tidak pernah dikembangkan. Silabus dan RPP dibuat kemudian dilaksanakan atau disimpan. Hasul survey Anda
menyatakan hanya 55% yang mengajar menggunakan RPP. Setelah itu disimpan. Hanya diubah ketika ada pergantian Waka
Kurikulum atau Kepala Madrasah.
Itu yang membuat pembelajaran tidak berkembang. Banyak guru yang mengatakan RPP sangat bermanfaat bagi guru pemula, bagi uru
lama tidak terlalu bermanfaat karena sudah hafal di luar kepala. Sebabnya adalah karena RPP tidak pernah dikemmbangkan. Jadi ada
RPP seumur hidup.
Harusnya RPP dikembangkan, dilaksanakan, dievaluasi, dikembangkan lagi dan seterusnya. Ketika Anda melaksanakan pembelajaran
menggunakan RPP Anda akan menemukan kelemahan pada RPP dan dicatat. Catatan tersebut dijadikan landasan untuk memperbaiki
RPP untuk pertemuan atau tahun berikutnya. Itulah yang dilakukan guru Jepang dalam Lesson Studi. Di negara lain, RPP untuk kelas
yang satu mungkin berbeda dengan RPP untuk kelas lainnya karena berdasarkan hasil analisis memang memiliki karakter berbeda.
Meskipun KD yang diajarkan sama tapi karakter siswa dan kompnen lainnya dapat berbeda. Bahkan ada guru yang membuat plan A,
dan plan B untuk satu kelas. Dua plan tersebut dirancang karena ada dua kelompok siswa yang berbeda karakter.
Dengan alasan tersebut tidak ada guru yang tidak membuat RPP, tidak ada guru yang hapal di luar kepala pembelajaran yang akan
dilakukan, dan tidak ada RPP seumur hidup; karena setiap mau melaksanakan pembelajaran guru menghadapi KD dan situasi yang
erbeda. Guru yang hafal langkah pembelajaran artinya guru tersebut tidak pernah mengembangakn pembelajaran.
Oleh karena itu mari kita selalu merencanakan pembelajaran dan terus mengembangkannya.
B. Pemetaan KD
Pemetaan SK/KD dalam menyusun Silabus terkadang tidak disertai telaah yang
mendalam. Memang dalam menyusun silabus, pemetaan SK/KD menjadi hal tersulit
dilakukan oleh guru. Yang menjadi pertanyaan apakah silabus yang Anda susun
sudah melalui pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK/KD)?
Apakah Anda langsung menyusun silabus? Dapatkah silabus langsung disusun
tanpa melalui pemetaan? Pernahkah Anda menyusun silabus tanpa pemetaan?

Apa jawaban guru-guru atas pertanyaan di atas? Yup, tidak mungkin silabus disusun
tanpa melalui pemetaan. Pada waktu guru pertama kali diminta untuk menyusun
silabus, apakah pada waktu itu menyusunnya melalui pemetaan? Silabus yang
pertama menjadi milik sekolah, apakah disusun sendiri oleh guru-guru?
Kenyataannya tidak, guru-guru memperoleh silabus yang sudah jadi dari MGMP,
ada yang download contoh silabus dari internet. Silabus itu diperoleh tanpa
pemetaan, bukan berarti si penyusun silabus itu tidak melalui pemetaan.
Dewasa ini guru diminta untuk menganalisis/memetakan SK/KD sebelum menyusun
silabus dan silabus tahun lalu harus dikembangkan. Bagaimanakah Anda
menganalisis/memetakan SK/KD? Mudahkah pemetaan ini? Apa yang harus Anda
perhatikan dalam memetakan SK/KD?

Untuk memetakan KI/KD, sekolah telah menyediakan format pemetaan tersebut,


kemudian dalam MGMP sekolah guru menganalisis bersama-sama. Pemetaan ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat berpikir siswa yang digunakan dalam KI/KD.
Setelah kita menentukan tingkat berpikir atau tingkat keterampilan psikomotor
tertinggi untuk masing-masing Ki, kita lanjutkan untuk Kompetensi Dasar-nya. Tingkat
berpikir dan psikomotor tertinggi untuk KD harus sama dengan SK. Setelah itu, kita
menentukan indikator yang secara berturut-turut diperlukan untuk mencapai KD
tersebut.
1. Untuk mencapai tingkat berpikir dan psikomotor suatu KD, maka tingkat
berpikir dan psikomotor indikator dimulai dari yang terendah, ranah C1 atau
C2 sudah cukup.
2. Secara bertahap diharapkan proses berpikir itu meningkat hingga tingkat
tertinggi tercapai (C6). Karena psikomotor membantu mempermudah proses
berpikir siswa, maka tingkatan psikomotor cukup dipilih yang sesuai, tidak
bertahap secara rinci seperti tingkat berpikir.
Untuk menyusun pemetaan dapat diterapkan prinsip berikut.
 Guru memiliki kebebasan untuk mendistribusikan KD untuk setiap sub tema
dalam sebuah tema yang KD-nya tidak dibatasi. Contoh pada sub tema 2 dan
3 pada tema Diriku, lihat di silabus, tidak ada batas yang jelas, jadi guru
menentukan mana KD yang cocok utnuk setiap sub tema.
 Jumlah JP sebanya 26 adalah jam untuk pembelajaran tematik, di luar mata
pelajaran Agama. Misalnya di kelas I, pada silabus tertulis jumlah jam per
minggu adalah 30. Jumlah tersebut terdiri dari tematik 26 JP, dan agama 4
JP. Untuk MI jumlah jam pelajaran Agama disesuaikan dengan Kurikulum
Mapel Agama dari Kemenag.
 Dokumen silabus buka di http://www.izalmuslim.com/2016/12/silabus-tematik-
sd-revisi-2016.html.
C. Materi Esensial Fisik pada Mapel IPA MTs
Ilmu alam berkembang sangat pesat sehingga cabang disiplin ilmunya sangat
banyak. Namun demikian cabang-cabang tersebut dalam mata pelajaran IPA
MTs/SMP hanya dikelompokkan dalam kelompok sederhana yaitu fisika, kimia,
biologi, astronomi dan ilmu bumi. Malah dalam kurikulum MTs/SM hanya
dikelompokkan kedalam fisika, biologi, lingkungan dan bumi dan antariksa.
Khususn pada materi fisika tercantum 14 Kompetensi Dasar. Kompetensi dasar
terebut tersebar di setiap kelas dengan rincian 4 KD di kelas VII, 5 KD di kelas VIII
dan 4 KD di kelas IX. Berikut tabel rincian materi fisika yang dimaksud dan tingkat
kognisi minimal yang harus dicapai.

MATERI
NO VII VIII IX
(Menerapkan)
Pengukuran berbagai
(Menganalisis) Gerak
besaran dengan standar dan pengaruh gaya (Menjelasakan) Listrik
1 baku terhadap gerak statis
(Menjelasakan) (Menerapkan)
Campuran, zat tunggal, (Menjelaskan) Usaha Rangkaian listrik, enegi
2 sifat fisika dan sifat kimia
dan pesawat sederhana dan daya listrik
(Menerapkan)
(Menganalisis) Suhu dan (Menerapkan) Tekanan Kemagnetan dan
3 kalor zat dan penerapannya induksi elektromagnit
4 (Menganalisis) Energi (Menganalisis) Getaran, (Menganalisis) Partikle
dan perubahannya gelombang dan bunyi materi
(Menganalisis) Sifat
cahaya dan prinsip kerja
5 alat optik
Dalam tabel terlihat konsep fisika yang harus dipelajari oleh peserta didik serta
tingkat kognisinya. Tingkat kognisi yang paling rendaha adalah “menjelaskan”, dan
paling tinggi adalah “menganalisis”. Tentu saja tingkat kognisi yang tercantum dalam
KD adalah tingkat kognisi terendah. Guru dapat meningkatkan tingkat kognisi
apabila konisi peerta didik memungkinkan.
Materi ajar fisika disajikan dalam kalimat KD yaitu KD3 (pengetahuan). KD
pengetahuan terdiri dari dua bagian utama yaitu tingkat kognisi dan materi pokok.
Mari kita lihat salah satu KD materi fisika pada mata pelajaran IPA MTs/SMP berikut.

KD 3.5 Kleas IX
Menerapkan konsep rangkaian listrik, energi dan daya listrik, sumber energi listrik
dalam kehidupan sehari-hari termasuk sumber energi listrik alternatif, serta berbagai
upaya menghemat energi listrik (Permendikbud No 37 Tahun 2018, 2018).
Pertama, tingkat kognisi pada KD di atas adalah “menerapkan”. Pada taksonomi
Bloom yang sudah direvisi Anderson dan Krathwohl tangka kognisi tersebut berada
pada tingkat 3 yaitu “penerapan”. Yang dimaksud dengan menerapkan Menurut
Lorin dan Anderson adalah sebuah proses mental kognisi yang digunakan ketika
melakukan lltihan atau memecahkan masalah. Tingkat kognisi ini berkaitan dengan
pengetahuan procedural. Oleh karena itu bentuk nyata dari kemampuan
“penerapan” adalah kemampuan menggunakan prosedur melakukan
pekerjaan (Anderson & Krathwohl, 2001).
Sedangkan materi pokok yang harus dipelajari peserta didik terdiri dari beberapa
konpse yaitu:
1. Rangkaian listrik
2. Energi dan daya listrik
3. Sumber energi listrik konvensional dan aternatif
4. Penghematan energi listrik
Materi pokok dan tingkat kognisi yang menyertai kalimat KD berimplikasi
metodologis terhadap guru. Setidaknya hasil analisis di atas memberikan informasi
kepada guru mengenai aspek metodologis berikut:
1. Rincian dan tingkatan materi yang harus dicapai oleh peserta didik.
2. Model dan metode pembelajaran yang harus digunakan untuk mencapai
materi dan tingkat kognisi.
3. Sumber dan media belajar yang harus digunakan.
4. Instrumen evaluasi hasil belajar yang haus digunakan.
5. Jumlah jam pelajaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan KD tersebut.
D. Keterampilan Esensial Fisika pada Mapel IPA MTs
Pada materi fisika sudah ditetapkan KD keterampilan yang berpasangan dengan KD
pengetahuannya. Pasangan KD pengetahuan dengan KD keterampilan menyiratkan
bahwa pembelajaran fisika harus mengajarkan aspek pengetahuan sikap dan
keterampilan secara integral (tidak terpisah).
Konsep pembelajaran integrative tersebut dicanangkan untuk mnghindari konsep
pembelajaran IPA masa lalu yang memisahkan antara teori dengan praktik. Di masa
lalu peserta didik diajarkan dulu teori kemudian dilakukan praktikum untuk
membuktikan bahwa teori yang dipelajari dapat dibuktikan. Pada konsep
pembelajaran IPA sekarang praktek merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan
teori. Malah praktek dilakukan untuk memfasilitasi peserta didik menemukan konsep
yang sedang dipelajari. Pada pembelajaran praktek tersebut peserta didik berlatih
keterampilan proses sain, dan hasilnya adalah pemahaman mengenai konsep sain
terkait.
Seperti pada KD pengetahuan, dalam kalimat KD keterampilan terdapat penjelasan
mengenai keterampilan proses sain yang harus dikuasai peserta didik setelah
mempelejari KD tersebur. Hanya saja pada KD keterampilan tidak tertulis dengan
jelas tingkatan keterampilan yang harus dikuasai. Itu artinye guru memiliki pilihan
untuk menentukan tingkat keterampilan yang harus dicapai peserta didik sesuai
dengan kondisi local. Guru dapat memilih level keterampilan yang dinginkan
misalnya dengan model Harrow yang terdiri dari 5 tingkatan yaitu imitasi, manipulasi,
presisi, artikulasi dan naturalisasi.
Mari kita lihat contoh KD keterampilan pasangan dari KD pengetahuan pada contoh
di atas.
KD 4.5: Menyajikan hasil rancangan dan pengukuran berbagai rangkaian listrik.
Apa maksud dari substansi KD tersebut? Guru harus menginterpretasi dan
menetapkan keputusan mengenai keterampilan yang akan diajarkan dan menjadi
tagihan, kemudian menetapkan jenis/bentuk kegiatan latihan untuk mencapai
kompeteni tersebut. Mari kita mencoba menginterpretasinya.
1. Produk hasil latihan ada dua yaitu rancangan rangkaian listrik dan hasil
pengukuran satuan listrik dalam rangkaian listrik.
2. Produk pertama yaitu rancangan rangkain listrik berupa gambar atau desain
rangkain listrik seperti skema/site plan jaringan listrik di sebuah rumah atau
rangkaian listrik yang ada dalam sebuah alat-alat yang berbasis listrik seperti
kipas angin, kompor listarik dan sejenisnya.
3. Produk kedua adalah laporan hasil pengukuran variebal kelistrikan seperti
arus, tegangan dan tahanan yang ada dalam sebiah rangkauan listrik.
Misalnya pada rangkaian seri atau parallel pada sebuah rangkaian listrik
buatan.
4. Kegiatan belajar atau latihan yang harus disajikan oleh guru setidaknya ada
dua. Pertama mengajak peserta didik untuk menggambar skema rangkaian
listrik seperti menggambar skema instalasi listrik di rumah. Kedua,
menyajikan kegiatan membuat rankaian arus listrik seri dan parallel
menggunakan minimal menggunakan batu baterai, stop kontak/swich dan
lampu.
Seperti juga KD pengetahuan, hasil analisis KD keterampilan berimplikasi
metodologis terhadap rencana dan pelaksanaan pembelajaran. Beberapa implikasi
metodologis diantaranya:
1. Model/Metode dan jenis kegiatan belajar yang haus tertulis pada RPP.
2. Alat/bahan/sumber/media belajar yang harus disediakan.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan KD.
4. Instrumen penilaian yang harus digunakan untuk menilai keterampilan.
E. Program Semester
Pengalaman saya bertemu dengan guru-guru dalam kediklatan, banyak guru yang
mengeluh kekurangan jam pelajaran. Atau ada juga yang sebaliknya, merasa
kelebihan jam pelajaran. Kelompok guru pertama mengeluh: “Semester sudah
berakhir, materi belum tuntas. Materi kebanyakan!!!”. Kelompok kedua curhat:
“Waktu masih 1,5 bulan, materi sudah habis. Saya hebat. Mau ngapain lagi
saya???”.
Semoga Anda tidak termasuk kedua golongan guru tersebut. Kalau ada yang
mengalami, kemungkinan besar ada kekliruan. Ada beberapa kemungkinan
kekeliruan. Pertama belum memahami substansi KD, sehingga materinya dan
kegiatan kelebihan, atau kekurangan. Kedua tidak meranancang program semester,
ketiga tidak menyusun rencana pembelajaran, keempat, mengajar tidak sesuai
dengan rencana. Seorang guru bisa melakukan satu kesalahan, atau, dua, atau tiga,
atau keempat-empatnya. Tapi apabila seorang guru melakukan kesalahan satu saja,
atau empat, dampaknya sama saja. Oleh karena itu jangan melakukan kesalahan
sama sekali.
Pada tutorial yang lalu kita sudah mendiskusikan pemetaan kompetensi. Anda
sudah memetakan masing-masing kompetensi bukan? Seperti kita diskusikan
kemarin bahwa pada pemetaan kompetensi guru mencoba memahami kompetensi
minimal yang harus dikuasai para siswa. Dengan memahaminya, seorang guru akan
menentukan materi kurikulum dan kegiatan belajar dengan tepat, sehinga tidak
kelebihan atau kekurangan.
Langkah selanjutknya adalah menyusun program semester dan program tahuanan.
Program tahunan merupakan gabungan dari dua semester, oleh karena itu yang
paling penting adalah menyusun program semester.
Program semester adalah pemetaan kegiatan pembelajaran setiap KD kedalam
waktu. Biasanya waktu yang digunakan dalam satuan minggu. Pada memetaan
tersebut guru menentukan minggu dan bulan dimana sebuah KD akan diajarkan.
Misalnya KD 3.1 dan 4.1 akan dilaksanakan minggu ketiga bulan Juli. Kemudian
dilanjutkan KD 3.2, dan 4.2 pada minggu keempat bulan Juli, dan seterusnya. Untuk
pembelajaran tematik misalnya pembelajaran tema Hidup Bersih dan Sehat, sub
tema 1 (hidup bersh dan sehat di rumah), akan dilaksanakan bulan Agustus minggu
minggu ke 2. Sub tema 2 (Hidup sehat di sekolah) akan dilaksanakan minggu ke 3.
Pada program semester semua KD, atau tema-sub tema dipetakan, tidak boleh ada
yang tertinggal. Untuk pembelajaran tematik sudah dipatok bahwa pembelajaran
setiap sub tema dilaksanakan seminggu. Oleh kareana itu pemetaan tidak terlalu
sulit. Jumlah seluruh minggu efektif minimal 18, sedangkan jumlahsub tema ada 16.
Jadi ada dua minggu untuk cadangan.
Untuk program semester mata pelajaran, setiap KD harus ditentukan berapa
pertemuan. Ketika kita menyusun pemetaan KD, kita sudah menentukan jumlah jam
pelajaran untuk setiap KD. Misalnya untuk pembelajaran KD 3.1, dan 4.1 dibutuhkan
waktu 10 JP. Jumlah JP per minggu 3 JP. Berarti membutuhkan waktu 2 pertemuan,
ditambah 1 JP untuk tes formatif. Untuk 2 pertemuan tersebut berarti butuh waktu 2
minggu. Pada program semester ditentukan pada bulan dan minggu keberapa
pembelajaran KD tersebut akan dilaksanakan.
Dengan cara memetakan seperti itu guru sudah memiliki panduan waktu untuk
melaksanakan pembelajaran tiap KD, tinggal guru mempersiapkan dan
melaksanakan pembelajaran dengan disiplin. Apabila tidak dipetakan seperti itu
maka pelaksanaan pembelajaran akan sekenanya. Akibatnya bisa kesasar dan tidak
sampai-sampai.
Pada lampiran saya cantumkan contoh program semester. Anda boleh
menggunakannya atau menggunakan format lain yang lebih baik. Silakan Anda lihat
dan mencoba mengisinya berdasarkan hasil pemetaan KD yang telah Anda buat
sebelumnya. Cara mengisinya kira-kira sebagai berikut.
1. Siapkan format program semester.
2. Lihat kalender akademi, dan kalender local. Identifikasi kegiatan-kegiatan
yang tidak dapat digunakan untuk pembelajaran. Dalam kalender akademik
ada kegiatan awal masuk, libur nasional, libur awal puasa dan sebagainya.
Mungkin ada kegiatan local yang akan menggunakan minggu tertetnu
sehingga tidak dapat digunakan untuk pembelajaran, itu harus diidentifikasi
juga. Tandai terlebih dahulu bulan dan minggu untuk kegiatan-kegiatan
tersebut.
3. Isikan KD, atau tema-sub tema kedalam format, dan tandai bulan dan minggu
pembelajarannya dengan cara memberi warna.
4. Perikasa lagi ketepatannya.
F. Penutup
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang direncanakan. Perencanaan
pembelajaran diawali dari dengan menganalisis Kompetensi inti dan Kompetensi
Dasar pada ketiga ranah. Hasil analisis berimplikasi metodologis yang dapat
digunakan oleh guru sebagai pertimbangan untuk merancang RPP dan menyajikan
pembelajaran. Dengan demikian melalui kegiatan analisis kompetensi maka guru
tidak merencanakan dan melaksanakan pembelajaran seadanya sehingga memiliki
jaminan mutu.

Anda mungkin juga menyukai