Anda di halaman 1dari 2

Pendapat Kontra Hukuman Mati Menurunkan Korupsi

Korupsi adalah tindakan yang sangat merugikan, namun hukuman mati pun belum tentu
dapat memberikan efek jera kepada para pelaku. Selain itu, di negara-negara maju juga mulai
menghapuskan adanya hukuman tersebut. Hukuman mati merupakan bentuk hukuman buruk,
kejam, dan merendahkan harkat martabat manusia. Narapidana juga akan mendapatkan siksaan
mental, fisik, dan dihantui oleh waktu yang akan terus berjalan. Hukuman mati juga melanggar
hak untuk hidup yang diatur dalam Protokol Opsional Tambahan Kedua dari Kovenan
Internasional tentang Hak Hak Sipil dan Politik (ICCPR).

Lebih jauh, hukuman mati melanggar komitmen Indonesia yang juga sudah mengesahkan
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia (CAT) melalui UU No. 5 tahun 1998. Dalam
kerangka hukum nasional, hak untuk hidup dan untuk tidak disiksa juga diatur dalam Konstitusi
Indonesia dan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Hukuman mati tidak akan memberikan efek jera kepada para pelaku, hal tersebut
dikarenakan proses dan tata cara hukuman mati khususnya di Indonesia membutuhkan waktu yang
cukup lama. Umumnya setelah pelaku di vonis hukuman mati maka eksekusi akan dilakukan
hingga waktu yang ditentukan minimal 10 tahun masa tahanan. Vonis tersebut juga akan dapat
berubah sewaktu-waktu dan diberikan grasi apabila narapidana berperilaku baik dalam masa
tahanan.

Hukuman mati juga sangat tidak efektif karena akan memakan biaya yang cukup fantastis mulai
dari membayar eksekutor (algojo), perawatan kesehatan narapidana, makan dan minum, hingga
biaya kehidupan narapidana.

Pendapat kontra terhadap hukuman mati dalam konteks menurunkan korupsi dapat
disampaikan dengan beberapa argumen. Beberapa orang berpendapat bahwa hukuman mati
tidak efektif dalam mencegah tindakan korupsi, dan bahkan bisa memperburuk situasinya.
Berikut adalah beberapa alasan yang mungkin diungkapkan oleh para pendukung pandangan
kontra:
1. Deterrensi yang meragukan: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hukuman mati tidak
selalu efektif dalam mencegah kejahatan, termasuk korupsi. Faktor-faktor lain seperti
ketidakpastian hukuman dan sistem peradilan yang lamban dapat mengurangi potensi hukuman
mati untuk menjadi faktor pencegah.

2. Potensi eksekusi yang salah: Hukuman mati bisa berpotensi mengakibatkan eksekusi orang
yang tidak bersalah. Dalam konteks korupsi, kesalahan peradilan dapat berarti orang yang tidak
bersalah dituduh atau dihukum mati tanpa bukti yang kuat.
3. Fokus pada reformasi sistem peradilan: Sebaliknya, pendukung kontra berpendapat bahwa
upaya harus difokuskan pada reformasi sistem peradilan untuk meningkatkan keadilan dan
akuntabilitas dalam penanganan kasus korupsi, bukan pada hukuman mati.

Pendapat ini dapat berbeda-beda tergantung pada pandangan individu dan pandangan negara
dalam hal hukuman mati dan upaya pencegahan korupsi

Anda mungkin juga menyukai