Proposal Project Galifu Analisis Dampak
Proposal Project Galifu Analisis Dampak
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Lailatul Fitria 175040200111066
Yudhistira Ahmad Santoso 175040200111070
Octa Aulia Kurniawati 175040201111017
Muhammad Reziq 175040207111118
Rizky Fariz Alfandy 175040207111168
Wassalamualaikum.Wr.Wb.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
“ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG BROMO DENGAN METODE
PEMODELAN ALIRAN LAHAR DI KAWASAN GUNUNG BROMO,
KABUPATEN LUMAJANG”
Mengesahkan
Tanggal Pengesahan :
ii
DAFTAR ISI
iii
1
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Berdasarkan identifikasi tersebut, maka tujuan yang dirumuskan ialah
mengidentifikasi bahaya Gunung Bromo secara komprehensif dengan pendekatan
geomorfologi yang dibantu dengan teknologi sistem informasi geografi (GIS).
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dari kegiatan ini ialah dapat mengidentifikasi bahaya
Gunung Bromo secara komprehensif dengan pendekatan geomorfologi yang
dibantu dengan teknologi sistem informasi geografi (GIS).
1.4 Alur Pikir
b. Daerah bahaya tingkat I, yaitu daerah yang tidak dapat diserang oleh awan
panas, namun ketika terjadi letusan daerah tersebut dapat tertimpa hembusan
piroklastik (pyroclastic surge) dan jatuhan piroklastik (hujan abu).
c. Daerah bahaya tingkat II, merupakan daerah yang berdekatan dengan sungai
yang memiliki hulu di puncak gunung api. Secara topografis merupakan
kawasan yang rendah, sehingga ketika hujan dapat terkena aliran lahar.
2.2 Bencana Erupsi
Bencana merupakan rangkaian peristiwa dapat mengganggu kehidupan
masyarakat secara menyeluruh akibat faktor-faktor alam atau buatan, sehingga
berdampak pada munculnya berbagai masalah seperti korban jiwa, rusaknya
lingkungan, kerugian dari segi harta benda, dan dampak secara psikologis (UU
No. 24 Tahun 2007). Sedangkan, menurut Priambodo, (2009) bencana adalah
kejadian yang terjadi di alam dan buatan manusia atau gabungan antara keduanya
yang menimbulkan dampak negatif (merugikan) bagi kelangsungan kehidupan.
Bencana saling berkaitan, dan faktor penyebab utama bencana lainnya yang
terjadi dalam jangkauan wilayah tertentu, seperti bencana gempa bumi berkaitan
dengan tsunami, tanah longsor, letusan gunung api, dan lain lain. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, erupsi merupakan letusan gunung berapi atau semburan
sumber dan uap panas dari dalam bumi. Akibat terdapat pergerakan atau aktivitas
magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi. Erupsi gunung api
dibagi menjadi 2 macam yaitu berdasarkan kekuatan dan kandungan material
serta berdasarkan dapur magma, kekentalan magma dan tekanan gas. Erupsi
gunung berapi adalah salah satu bencana alam yang menghasilkan dampak sangat
luas terhadap daerah terkena dampak bencana. Dampak Becana ini bisa jadi
berdampak negatif dan dampak secara positif. Bencana erupsi merupakan
bencana terjadi secara alami akibat adanya pengeluran material material vulkan
dari kawah gunung berapi. Material vulkan ini bisa saja berbentuk partikel yng
halus, sedang, hingga besar. Menurut Suryani (2014) material letusan gunung
berapi disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik bahan material
vulkanik. Material ini di lontarkan ke udara. Saat terjadi muntahan material
vulkanik batuan yang berukuran besar (bongkah kerikil) akan jatuh di sekitar
kawah dengan radius 5 hingga 7 km. Jika untuk material berukuran halus akan
7
jatuh dengan jarak mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer dari kawah
tergantung pada kecepatan angin.
2.3 Dampak Becana Erupsi Gunung Berapi
Dampak akibat bencana erupsi gunung berapi sangat beraneka ragam hal
itu tergantung kembali pada skala letusan, materil yang dikeluarkan, dan jenis
gunung berapinya. Potensi bahaya pada suatu wilayah sangat berkaitan dengan
karakteristik medan wilayah tersebut (Rahayu, 2014). Menurut Nurhadi, dkk
(2015) kondisi komponen-komponen medan seperti sejarah kegunung apian,
bentuk lahan, kemiringan lereng, unit relief, jarak dari kepunden, jarak dari
sungai, serta kerapatan vegetasi merupakan komponen utama yang berpengaruh
terhadap perbedaan tingkat bahaya antar wilayah. Seperti yang diketahui seperti
rata rata gunung berapi yang ada di Pulau Jawa, merupakan gunung api yang
berjenis gunung api aktif dengan bentuk kerucut/strato. Gunung api berbentuk ini
sering mengeluarkan letusan erupsi eksplosif dan efusif. Eksplosif dimaksudkan
bahwa letusan yang dikeluarkan secara kuat dan meledak seketika, karena adanya
tekanan kuat dari dalam, sedangkan efusif merupakan ledakan magma tergolong
rendah. Karena tekanan dari dalam perut magma tergolong kecil sehingga yang
dimuntahkan tidak meledak dengan kuat.
Menurut PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi),
ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakteristik atau perilaku erupsi
diantaranya :
a. Jenis dan sifat magma, serta jenis komponen kimia, kekentalan, kandungan
gas dan air
b. Bentuk, struktur, dimensi pipa saluran magma yang dimiliki
c. Letak, posisi serta volume kantong magma (menentukan besarnya pasokan).
Abu vulkanik yang keluar dari gunung berapi memiliki dampak negatif
bagi lingkungan. Karena ketika terjadi erupsi abu vulkanik membentuk awan
panas. Hal ini membuat daerah sekitarnya memiliki dampak dari kandungan dan
temperaturnnya. Akibatnya bisa mematikan dan bersifat beracun, bagi makhluk
hidup yang terpapar. Menurut Suryani, (2014) abu vulkanik memiliki bahan
bahan yang memiliki senyawa kimia bersifat asam yang dapat merusak berbagai
siklus baik hidrologi, tanah, dan ekosistem. Sangat dikhawatirkan terlebih lagi
8
ketika adanya interaksi dengan air hujan dapat menyebabkan hujan asam yang
bersifat korosif. Sifat korosif inilah yang menyebabkan rusaknya berbagai jenis
infrastruktur dan utilitas. Berdasarkan penelitian Suryani (2014) abu vulkanik
memiliki berbagai kandungan kimia yang komplek, diantaranya unsur mayoritas
seperti aluminium, silika, kalium dan besi, kemudian unsur minor seperti iodium,
magnesium, mangan, natrium, pospor, sulfur dan titanium dan tingkat trace
seperti aurum, asbes, barium, kobalt, krom, tembaga, nikel, plumbum, sulfur,
stibium, stannum, stronsium, vanadium, zirconium, dan seng. Dari beberapa
kandungan kimia yng terdapat dari bahan vulkanik terdapat beberapa jenis kimia
tertinggi pada kandungan tanah abu vulkanik gunung berapi yaitu silikon
dioksida 55%, aluminium oksida 18%, besi oksida 18%, kalsium oksida 8%,
dan magnesium oksida 2,5%. Kemudian mengetahui tentang bahaya mengenai
kesehatan sangat berbahaya komposisi kimia yang dihasilkan erupsi tersebut,
seperti karbon dioksida (CO2), sulfu oksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), gas
hidrogen (H2), hidrogen klorida (HCL), hidorgen florida (HF), dan helium (He).
Kandungan tersebut memiliki dampak yang berbahaya pada tubuh seperti sakit
kepala, pusing, diare, bronchitis (saluran nafas), bronchopneumonia (radang
jaringan paru), iritasi selaput lendir saluran pernafasan, iritasi kulit, serta
mempengaruhi gigi dan tulang. Hal ini tergantung pada seberapa banyak
kandungan yang masuk kedalam tubuh dan konsentrasi zat nya (Suryani, 2014).
Menurut Rahayu (2014) erupsi memiliki bahaya secara lansung dan tidak
lansung yang dapat merusak lahan. Kerusakan lahan akibat erupsi pada umumnya
berupa hilangnya plasma nutfah dan berubahnya biodiversitas tumbuhan,
Rusaknya daerah tangkapan air, rusaknya hutan, tertutupnya sumber air, saluran
saluran air hilang dan tertutup, terkuburnya tanah dan terhambatnya pembentukan
tanah, hilangnya jalan-jalan akses ke lahan pertanian dan hilangnya batas-batas
kepemilihan lahan oleh erupsi dan lahar dingin.
2.4 Mitigasi Bencana
Mitigasi Bencana Menurut Undang Undang no. 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana. Mitigasi merupakan rangkaian kegiatan guna
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan akan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (Rahayu,
9
terjadi di gunungapi yang memiliki danau kawah. Sedangkan lahar hujan terjadi
ketika hujan turun di puncak gunung selama beberapa waktu dan membawa air
hujan beserta endapan piroklastik di bagian atas sungai yang berhulu di puncak
gunung (Sudradjat et al., 2010).
LAHARZ adalah perangkat lunak untuk pemodelan aliran lahar yang
dibuat oleh Steve Schiling dari USGS pada tahun 1998. LAHARZ ini merupakan
implementasi dari persamaan empiris yang memprediksi luas penampang sungai
dan area inundasi, serta volume lahar. LAHARZ dibuat dalam format Arclnfo
Macro Language (AML) sehingga bisa dijalankan dalam perangkat lunak
ArcGIS. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan aplikasi LAHARZ dengan
menggunakan data DEM dan histori volume lahar gunung api yang didapat dari
studi literatur. Aplikasi tersebut mampu melakukan pemodelan aliran lahar untuk
dapat dipetakan menjadi sebuah peta bahaya aliran lahar.
11
III. METODE
Hasil Pemodelan kemudian akan dioverlay dengan peta KRB Gunung Bromo
untuk mengetahui perbedaan serta persamaannya. Selanjutnya peta dasar yang
sebelumnya sudah dilakukan pengkelasan (skoring) kemudian dilakukan overlay
berdasarkan beberapa parameter (kelerengan, curah hujan, jenis tanah,
penggunaan lahan).
3.3.4 Tahap Akhir
Tahapan terakhir dari kegiatan fieldtrip adalah penyusunan laporan
fieldtrip. Semua data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tulisan
karya ilmiah, tabel, gambar, dan peta.
14
DAFTAR PUSTAKA