Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

Mioma Uteri

Oleh :

Nursyam Setiasari (102122061)


Aldho Dharma Kamil (102122040)

Pembimbing:

dr. Alcholder Sirait, Sp.OG

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU OBGYN DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RUMAH SAKIT HJ. BUNDA HALIMAH
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Mioma Uteri” sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepanitraan Klinik
Senior (KKS) di bagian Ilmu Obgyn dan Genekologi Rumah Sakit Hj. Bunda Halimah.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada dr.Acholder Sirait,Sp.OG sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya
memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di bagian Ilmu Obgyn dan
Ginekologi Rumah Sakit Hj. Bunda Halimah.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus
ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan
yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Batam, 7 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang dialami wanita adalah terjadinya
penyakit mioma uteri. Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak yang paling umum pada
sistem reproduksi wanita, insidensi sekitar 50-60%, dan sering terjadi pada usia reproduksi.
Menurut letaknya mioma uteri, dapat dibagi menjadi tiga jenis berikut: mioma intramural,
mioma submukosa, dan mioma subserosa.
Menurut International Federation of Gynecology and Obstetric, 2016 mioma
submukosa memiliki tiga klasifikasi yaitu mioma submukosa dengan pedunkula atau
bertangkai, mioma submukosa tanpa pedukula yang ≤50% ekspansi ke intramural, dan
mioma submukosa tanpa pedunkula yang >50% ekspansi ke intramural. Jumlah kejadian
mioma uteri di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Medical Survei
Monthly Report, Armed Force Amerika Serikat periode 2001-2010 melaporkan terdapat
11.931 kasus mioma uteri (insedens rate 57,6 per 10.000 tiap tahun) pada wanita usia
reproduksi aktif. Kejadian mioma submukosa uteri menurut survei oleh Yang et al., 2011
adalah sekitar 20-40% dan penyakit ini sering terjadi pada wanita berusia 30-50 tahun.
Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87% dari
semua penderita ginekologi yang dirawat (Prawiroharjo, 2016). Di USA wanita
kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri dibandingkan wanita
berkulit putih, sedangkan di Afrika wanita kulit hitam sedikit sekali menderita
mioma uteri (Baziad, 2016). Wanita yang sering melahirkan sedikit kemungkinannya
untuk perkembangan mioma uteri dibandingkan dengan Wanita yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita
yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali. Prevalensi meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan, dan nullipara.

Di Indonesia angka kejadian


mioma uteri ditemukan
2,39% - 11,87%
dari semua penderita
ginekologi yang dirawat
(Prawiroharjo, 2008). Di
USA
wanita kulit hitam 3-9
kali lebih tinggi menderita
mioma uteri dibandingkan
wanita berkulit putih,
sedangkan di Afrika wanita
kulit hitam sedikit sekali
menderita mioma uteri
(Baziad, 2003). Wanita yang
sering melahirkan sedikit
kemungkinannya untuk
perkembangan mioma uteri
dibandingkan dengan wanita
yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik
menunjukkan 60%
mioma uteri berkembang pada
wanita yang tidak pernah
hamil atau hanya hamil
satu kali. Prevalensi
meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga,
ras,
kegemukan, dan nullipara
(Hoffman dkk., 2012)
Di Indonesia angka
kejadian mioma uteri
ditemukan 2,39% - 11,87%
dari semua penderita
ginekologi yang dirawat
(Prawiroharjo, 2008). Di
USA
wanita kulit hitam 3-9
kali lebih tinggi menderita
mioma uteri dibandingkan
wanita berkulit putih,
sedangkan di Afrika wanita
kulit hitam sedikit sekali
menderita mioma uteri
(Baziad, 2003). Wanita yang
sering melahirkan sedikit
kemungkinannya untuk
perkembangan mioma uteri
dibandingkan dengan wanita
yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik
menunjukkan 60%
mioma uteri berkembang pada
wanita yang tidak pernah
hamil atau hanya hamil
satu kali. Prevalensi
meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga,
ras,
kegemukan, dan nullipara
(Hoffman dkk., 2012).
Di Indonesia angka
kejadian mioma uteri
ditemukan 2,39% - 11,87%
dari semua penderita
ginekologi yang dirawat
(Prawiroharjo, 2008). Di
USA
wanita kulit hitam 3-9
kali lebih tinggi menderita
mioma uteri dibandingkan
wanita berkulit putih,
sedangkan di Afrika wanita
kulit hitam sedikit sekali
menderita mioma uteri
(Baziad, 2003). Wanita yang
sering melahirkan sedikit
kemungkinannya untuk
perkembangan mioma uteri
dibandingkan dengan wanita
yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik
menunjukkan 60%
mioma uteri berkembang pada
wanita yang tidak pernah
hamil atau hanya hamil
satu kali. Prevalensi
meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga,
ras,
kegemukan, dan nullipara
(Hoffman dkk., 2012).
Di Indonesia angka kejadian
mioma uteri ditemukan
2,39% - 11,87%
dari semua penderita
ginekologi yang dirawat
(Prawiroharjo, 2008). Di
USA
wanita kulit hitam 3-9
kali lebih tinggi menderita
mioma uteri dibandingkan
wanita berkulit putih,
sedangkan di Afrika wanita
kulit hitam sedikit sekali
menderita mioma uteri
(Baziad, 2003). Wanita yang
sering melahirkan sedikit
kemungkinannya untuk
perkembangan mioma uteri
dibandingkan dengan wanita
yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik
menunjukkan 60%
mioma uteri berkembang pada
wanita yang tidak pernah
hamil atau hanya hamil
satu kali. Prevalensi
meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga,
ras,
kegemukan, dan nullipara
(Hoffman dkk., 2012).
Di Indonesia angka
kejadian mioma uteri
ditemukan 2,39% - 11,87%
dari semua penderita
ginekologi yang dirawat
(Prawiroharjo, 2008). Di
USA
wanita kulit hitam 3-9
kali lebih tinggi menderita
mioma uteri dibandingkan
wanita berkulit putih,
sedangkan di Afrika wanita
kulit hitam sedikit sekali
menderita mioma uteri
(Baziad, 2003). Wanita yang
sering melahirkan sedikit
kemungkinannya untuk
perkembangan mioma uteri
dibandingkan dengan wanita
yang tak pernah hamil atau
hanya satu kali hamil. Statistik
menunjukkan 60%
mioma uteri berkembang pada
wanita yang tidak pernah
hamil atau hanya hamil
satu kali. Prevalensi
meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga,
ras,
kegemukan, dan nullipara
(Hoffman dkk., 2012)

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identias Pasien


Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Rekam Medis : 027627
Usia : 40 Tahun
Alamat : Perum Cipta Emerald
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan
Golongan Darah : O+
MRS : 07 November 2023
Ruangan : 201
HPHT : 15 Oktober 2023
Paritas : Multipara (2)

2.2 Anamnesis (Autoanamnesis)


2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah.
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan 40 tahun datang ke IGD RSHBH dengan keluhan
nyeri perut kanan bawah sejak + 7 jam SMRS. Ps mengatakan nyeri
berulang setiap bulannya ketika selesai haid. Nyeri pinggul (+), Mual (-),
muntah (-), kembung (-), sembelit (+), nyeri ketika BAK (+). Nyeri ketika
berhubungan sex (-).
2.2.3 Riwayat Haid
Teratur tiap bulan (siklus haid 30 hari), lama haid 5-6 hari,
hiperminorea (+), pergantian pembalut 4-5 x/hari
2.2.4 Riwayat Menikah
Menikah 1 x

2.2.5 Riwayat penyakit dahulu


• Hal yang serupa : (-)
• Riwayat darah tinggi : (-)
• Riwayat asma : (-)
• Riwayat kencing manis (DM) : (-)
• Riwayat penyakit jantung : (-)
• Riwayat operasi : (-)
2.2.6 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes melitus dan asma
disangkal.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata :
Keadaa Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
BB/ TB : 59 / 157
Status Gizi (BMI) : 23.9 (IMT)
Turgor Kulit :baik
Tekanan Darah :130/70 mmhg
Nadi : 80x/i
Pernapasan : 22x/i
Suhu :36,4 C
Status Obstetrik
Inspeksi : Bekas luka operasi (+), pembesaran perut (-)
Palpasi : Soepel, teraba massa (+)
Auskultasi : Bising usus (DBN)
Perkusi : Timpani
HPHT : 15 Oktober 2023
Pemeriksaan dalam (VT) : tidak dilakukan VT

2.4 Pemeriksaan penunjang


Darah rutin, Gol darah, Hemostatis, Kimia Darah, Imunoserelogi (07/09/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
Hemoglobin 8.5 g/dL 11.0-16.0
Hematokrit 28.1 % 40.0-54.0
Eritrosit 4.20 10ˆ6/uL 4.00.5.50
Leukosit 5.85 10ˆ3/uL 4.00 – 10.00
Trombosit 224 10/uL 100-300
MCV 66.9 fL 80 – 100
MCH 20.3 Pg 27.0 – 34.0
MCHC 30.3 g/dL 320– 360
Golongan Darah
Golongan Darah
Rhesus
O+
Hemostasis
Waktu Perdarahan (BT) 1-3 menit
Waktu Pembekuan (CT)
5-15 menit
Kimia Darah
Diabetes
Gula darah Sewaktu 87 < 180 Mg/dl
Imunoserelogi
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
Anti-HIV
Non Reaktif Non Reaktif
Sifilis
Negatif Negatif

Hasil USG Abdomen (06 November 2023)


KESAN:
Uterus posisi retrofleksi, ukuran tampak bulging dengan echo inhmogen dan
fokus-fokus parenchymal corpus posterior uterus kecil-kecil, dd:
adenomyosis uterine. Suspect cystitis Ultrasonografis hepar, VF, lien,
pancreas, ren bilateral yang tervisualisasi saat ini tak tampak kelainan
Struktur appendix tak tervisualisasi
2.5 Diagnosis
“Mioma Uteri, Adenomiosis”

2.6 Planning
Advice dr. Alcholder Sirait, Sp.OG :
- Ketorolac 3x1 k/p
- R/ operasi histerektomi + miomektomi
2.7 Follow Up Pasien
Hari/Tanggal Follow-Up
Senin/6 November 2023 S/ pasien ngeluh nyeri A/ susp adenomiosis
18.10 WIB perut kanan bawah sejak uteri
7 hari SMSR, memberat
2 hari SMSR. P/
Acc alih rawat indikasi
O/ St. Present histerektomi
KU : Baik
Sens : Compos mentis
TD : 134/70 mmHg
DN : 78 x/i
RR : 22 x/i
T : 36
Vas :7/10
USG : cystitis susp
adenomyosis uteri

Senin / 06 November S/ nyeri akut kanan A/ susp adenomiosis


2023 bawah uteri
00.30 WIB
O/ St. Present P/
KU : Baik R/USG besok
Sens : Compos mentis
TD : 134/75 mmHg Indikasi histerektomi
DN : 78 x/i R/ transfusi 2 kolf PRC
RR : 20 x/i premed dexamethasone 1
T : 36.3
amp
Selasa/ 07 November S/ nyeri perut kanan A/ susp adenomiosis
2023 bawah uterus
07.30
O/ St. Present P/
KU : Baik -obs ttv
Sens : Compos mentis
TD : 131/78 mmHg - R/USG
DN : 74x/i - R/cek DR jam 10.00
RR : 20 x/i - kolaborasi DPJP dalam
S : 36.1
pemberian therapy
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Tumor jinak miometrium


A. Anatomi uterus
Uterus merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk seperti buah pir,sedikit
gepeng kearah muka belakang dan terletak di dalam cavum pelvis antararektum (posterior)
dan vesika urinaria (anterior). Dinding uterus terdiri dari ototpolos dengan ukuran panjang
uterus sekitar 7-7,5 cm, lebar > 5,25 cm, dengantebal sekitar 1,25 cm. Berat uterus
normal kurang lebih 57 gram. Pada masakehamilan uterus akan membesar pada
bulan-bulan pertama dibawah pengaruhhormon estrogen dan progesteron yang kadarnya
meningkat. Pembesaran ini padadasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos
uterus diikuti serabut-serabutkolagen yang ada menjadi higroskopik akibat
meningkatnya kadar estrogensehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin.
Setelah menopause, uteruswanita nullipara maupun multipara, akan mengalami atrofi dan
kembali ke ukuranpada masa predolesen.

Pembagian Uterus
a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak antara kedua
pangkal tuba uterina.
b. Korpus Uteri : bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri mempunyai
fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri.
c. Serviks Uteri (leher rahim): ujung serviks yang menuju puncak vagina disebutporsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu bagian
serviks yang ada di atas vagina

Pembagian Dinding Uterus


a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak
pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Pada masa haid sebagian besar
endometrium akan dilepaskan sedangkan pada masa kehamilan endometrium akan
tumbuh menebal diikuti dengan bertambah banyaknya pembuluh darah yang
diperlukan untuk memberi makanan pada janin.
b. Miometrium (lapisan otot polos)
Otot polos di bagian dalam miometrium berbentuk sirkuler sedangkan di
bagian luarnya berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan otot
oblik yang berbentuk anyaman. Lapisan otot polos ini merupakan bagian yang paling
penting pada proses persalinan karena setelah proses lahirnya plasenta otot-otot
ini akan berkontraksi dengan kuat guna menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada
di sekitarnya sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan post partum.
c. Perimetirum atau lapisan serosa (peritoneum viseral) Lapisan ini terdiri dari lima
ligamentum yang berfungsi untuk mengfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
1. Ligamentum kardinale kiri dan kanan, yakni ligamentum yang terpenting,mencegah
supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, danberjalan dari
serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis.Didalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteriauterine.
2. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan, yakni ligamentum
yangmenahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagianbelakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang menahanuterus
agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uterikiri dan kanan,
ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterusberkontraksi kuat.
4. Ligamentum latum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang meliputi tuba,berjalan dari
uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tubafallopi,
berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Didalamnyaditemukan
urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika

B. Mioma uteri
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos
rahim. Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh
faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensnya 3 - 9 kali lebih banyak pada ras kulit
berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Selama 5 dekade terakhir, ditemukan 5O
% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna.2,8,9
Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali dite
mukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi, dan ha nya
bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya mioma terjadi di beberapa tempat.
Pertumbuhan mikroskopik menjadi masalah utama dalam penanganan mioma karena
hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik yang memung kinkan untuk
ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor ini adalah 15 cm, tetapi cukup
banyak yang melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg (100 lbs).9,10

Walaupun seringkali asimtomatik, gejala yang mungkin ditimbulkan sangat


bervariasi, seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas. Perdarahan hebat
yang dise babkan oleh mioma merupakan indikasi utama histerektomi di
Amerika Serikat. Yang meyulitkan adalah anggapan klasik bahwa mioma adalah
asimtomatik karena hal ini seringkali meyebabkan gejala yang ditimbulkan dari organ
sekitarnya (tuba, ovarium, atau usus) menjadi terabaikan. Masalah lain terkait dengan
asimtomatik mioma adalah mengabaikan pemeriksaan lanjutan dari spesimen hasil
enukleasi atau histerektomi sehingga miosarkoma menjadi tidak dikenali. 2,9,10
Tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi penyebab
mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor pertumbuhan
miomatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma memang lebih tinggi
dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih rendah dibandingkan de ngan
di endometrium. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar estrogen dan
mengecil atau menghilang setelah menopause. Walaupun progesteron di anggap sebagai
penyeimbang estrogen tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak
konsisten.2,10
Walaupun mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi jaringannya
dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya sehingga mudah di kupas
(enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding li cin, dan
apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesan kan bahwa
permukaan luarnya adalah kapsul.2,9,10
a. Klasifikasi
Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat berdasarkan lokasinya.
 Mioma submukosa menempati lapisan di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
(kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas permukaan endometrium
menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler.2
Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui ostium
serviks. Yang harus diperhatikan dalam menangani mioma bertangkai adalah ke
mungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko infeksi sangatlah tinggi.
 Mioma intramural atau insterstisiel adalah mioma yang berkembang di antara
miometrium.
 Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan
dapat bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai. Mioma subserosa juga dapat
menjadi parasit omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi
pertumbuhannya.2,9
b. .Degenerasi
Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya, maka mioma dapat
mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut.2,9,10
a) Degenerasi jinak
- Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah per
salinan atau menopause.
- Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau "tua" di mana bagian yang
semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan
berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan
gela tin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
- Kistik: setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya
gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik .
Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan
keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau
retroperitoneum.
- Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai
mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat
menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
- Septik: Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di
bagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan
nyeri, kaku din ding perut, dan demam akut.
- Kaneus: disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis yang
dikuti dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga
menyebabkan perubahan warna mioma, Degenerasi jenis ini, seringkali terjadi
bersamaan dengan kehamilan karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi
miometrium lebih di prioritaskan sehingga mioma mengalami defisit pasokan
dan terjadi degenerasi aseptik dan infark. Degenerasi ini disertai rasa nyeri
tetapi akan menghilang sen diri (self limited). Terhadap kehamilannya sendiri,
dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata intravaskuler.
- Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses
degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya
asimtomatik
- Degenerasi ganas.
- Transformasi ke arah keganasan (menjadi miosarkoma) terjadi pada 0,1% -
0,5% penderita mioma uteri.
c. Gambaran Klinik
Gejala klinik hanya terjadi pada 35% - 50% penderita mioma. Hampir sebagian besar
penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya, terutama
sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung pula dari
lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan penderita dapat berupa,2,9,10
 Perdarahan Abnormal Uterus
Perdarahan menjadi manifestasi linik utama pada mioma dan hal ini terjadi pada
30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat
besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk
dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa
seringkali di akibatkan olch hambatan pasokan darah endometrium, tekanan, dan
bendungan pem buluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi
endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis
vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum
uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat
disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, ter masuk hipoksia lokal
miometrium, 2,9,10
 Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian
terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi
akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus
sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala
abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau
degenerasi merah yang meng iritasi selaput peritoneum (seperti peritonitis).
Mioma yang besar dapat menekan rek tum sehingga menimbulkan sensasi untuk
mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan
persyarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.2,9,10
 Efek Penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah
mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Mioma
intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik
mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan
omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan
sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia, dan infertilitas.
Bila ukutan tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter,kandung kemih
dan rektum. (Gambar 13-37). Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui
pemeriksaa IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus spontan dapat
disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri.
 Terapi
Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi
reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien
sangat buruk, la kukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi,
suplementasi zat esensial, ataupun transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat
infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat darurat untuk
menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah terkait dengan mioma uteri
adalah miomektomi atau histerektomi,2,9,10
C. Faktor Predisposisi

a. Umur
Frekuensi kejadian mioma
uteri paling tinggi terjadi
antara usia 35-50
tahun yaitu mendekati angka
40%, sangat jarang ditemukan
pada usia dibawah
20 tahun, sedangkan pada
usia menopause hampir
tidak pernah ditemukan.
Pada usia sebelum menarche
kadar estrogen rendah, dan
meningkat pada usia
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi terjadi antara usia 35-50 tahun yaitu
mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun,
sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan. Pada usia
sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta
akan turun pada usia menopause, pada wanita menopause mioma uteri
ditemukan sebesar 10%. Proporsi mioma meningkat pada usia 35- 45 tahun.
Penelitian Chao-Ru Chen di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44
tahun beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30 tahun.
Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahun beresiko 27,5 kali untuk
menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30 tahun.
b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Pada Wanita tertentu,
khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri lebih tinggi.
c. Obesitas

Obesitas juga berperan dalam


terjadinya mioma uteri. Hal ini
mungkin
berhubungan dengan konversi
hormon androgen menjadi
estrogen oleh enzim
aromatase di jaringan
lemak. Hasilnya terjadi
peningkatan jumlah
estrogen
tubuh, dimana hal ini dapat
menerangkan hubungannya
dengan peningkatan
prevalensi dan pertumbuhan
mioma uteri.
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim
aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah
estrogen
tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan
prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil
atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali.
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan
ditemukan sebesar 0,3% – 7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat
mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan
bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini ada
kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga
mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesterone lebih
dominan.

B. Adenomiosis.
 Gambaran Umum
Adenomiosis merupakan lesi pada lapisan miometrium yang ditandai dengan
invasi jinak endometrium yang secara normal hanya melapisi bagian dalam
dinding uterus/ kavum uteri . Pada beberapa hal, terdapat kesamaan antara
adenomiosis dengan endometriosis walaupun adenomiosis lebih banyak diderita
oleh perempuan berusia 40-an tahun dan multipara, sedangkan endometriosis
pada perem puan dewasa muda dan infertil. Oleh sebab itu, sebagian pakar
keilmuan menggolongkan adenomiosis sebagai endometriosis interna untuk
membedakannya dengan endometriosis pelvik (eksterna).2,11,
 Gambaran Klinik
Dalam literatur disebutkan bahwa sekitar 10% - 20% spesimen histerektomi
adalah adenomiosis tetapi apabila gambaran epitel endometrium dalam
miometrium dijadikan patokan untuk diagnosis maka insidensnya meningkat
menjadi 38,5%. Pembesaran oleh adenomiosis bersifat difus (tidak nodular
seperti mioma). Terjadi penebalan yang sangat nyata pada dinding endometrium
dan umumnya tidak simetris. Gambaran histopatologi yang spesifik dari
adenomiosis adalah adanya pulau-pulau epitel en dometrium yang menyusup jauh
dari membrana basalis jaringan asal dan kadang kadang dapat mencapai lapisan
serosa uterus. Pulau-pulau endometrium di dalam otot berfungsi seperti yang ada
di kavum uteri sehingga di bagian tengahnya terdapat cairan merah kecokelatan
seperti darah menstruasi. Sebagian besar epitel endometrium adenomiosis bukan
termasuk yang matur atau dewasa, non-fung sional, dan tersusun seperti keju
Swiss (Swiss-cheese hyperplasia). 2,11,12
Simtom utama adenomiosis adalah menoragia dan dismenorea yang semakin
lama akan semakin berat, terutama pada perempuan berusia 40 tahunan.
Dismenorea yang terjadi, bersifat seperti kolik sebagai akibat kontraksi yang kuat
dan pembengkakan intramural oleh timbunan darah di dalam pulau-pulau
jaringan endometrium. 2
Dengan memperhatikan faktor predisposisi dan gambaran klinik yang
jelas maka upaya diagnosis relatif mudah dilaksanakan. Pemeriksaan rontgen
tidak banyak mem bantu untuk adenomiosis karena hanya menampakkan
gambaran tumor atau adanya filling defect apabila menggunakan kontras,
Gambaran yang lebih jelas dapat ditun jukkan dengan pemeriksaan MRI. 2,11,12
 Terapi
Terapi pilihan adalah histerektomi karena terapi konservatif (hormonal) hanya
akan menunda penyembuhan dan upaya untuk mengatasi keluhan penderita,
termasuk gangguan kesehatan akibat perdarahan atau stres psikis yang
berkepanjangan. Untuk tindakan tambahan (salpingo-ooforektomi) sangat
tergantung dari faktor usia, status fisik, tenggang waktu dari saat operasi hingga
menopause, dan ada tidaknya gangguan lain pada ovarium (termasuk
endometriosis) pada saat laparotomi dilakukan.1 Pada pasien-pasien yang
terdapat kontra indikasi untuk operasi atau jika takut operasi dapat dilakukan
pemberian penghambat aromatase (aromatase inhibitor).

KESIMPULAN

Mioma uteri yang juga dikenal sebagai leiomioma uteri atau fibromioma uteri
merupakan neoplasma otot polos jinak yang berasal dari miometrium. Mioma uteri sering
ditemukan pada wanita usia reproduksi sekitar 20% - 25%, angka kejadian ini lebih tinggi
pada usia diatas 35 tahun, yaitu sekitar 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35
50 tahun menunjukkan adanya hubungan antara mioma uteri dengan hormon estrogen. Di
Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87 % dari semua penderita
ginekologi yang dirawat. Hingga saat ini penyebab pasti dari mioma uteri masih belum
diketahui dan diduga merupakan penyakit multifaktorial selain itu terdapat juga korelasi
antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan
mioma uteri. Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori
Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri
harus terdapat dua komponen penting yaitu sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen
(perangsang sel nest secara terus menerus). Mioma uteri dijumpai setelah menarche.
Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.
Berdasarkan lokasi tumbuhnya mioma di miometrium, mioma uteri dapat dibagi menjadi
mioma submukosa, mioma intramural, dan mioma subserosa. Gejala yang timbul akibat
mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar, dan jumlah
mioma. Hanya dijumpai pada 35% – 50% saja mioma uteri yang menimbulkan keluhan
sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenore dan menometroragia merupakan
gejala klasik dari mioma uteri, selain itu gejala lain yang dapat timbul ialah terasa adanya
massa di perut bawah, perdarahan abnormal, nyeri perut, efek penekanan, penurunan
kesuburan, serta abortus spontan.

Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan bimanual, serta pemeriksaan penunjang seperti USG. Penatalaksanaan mioma
uteri harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi reproduksi, keadaan
umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya
perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat esensial, ataupun transfusi.
Pada keadaan gawat darurat akibat infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan
bedah gawat darurat untuk menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah terkait dengan
mioma uteri adalah miomektomi atau histerektomi. Prognosis mioma uteri dengan lesi soliter
biasanya sangat baik, khususnya bila dilakukan eksisi. Fertilitas dapat terpengaruh,
tergantung dari ukuran dan lokasi mioma. Mioma uteri sendiri jarang bertransformasi
menjadi kanker. Tindakan operatif histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma
merupakan suatu tindakan kuratif.
DAFTAR PUSTAKA

1.
2. DeCherney AH, Pernoll MD. Current Obstetrics and Gynecologic Diagnosis
and Treatment, Lange Er Appleton, London 7994: 700-53
3. Center for Disease Control. Sexually transmitted disease guidelines. MM\il/R
1989: 38 Suppl 8
4. Lorincz AT. Humanpapilomavirus infection of the cervix: Relative risk
associations of 15 common anogenital types. Obstet Gynecol 1993;8l:728
5. Azhari, Saleh ZS. Prevalensi infeksi HPV di lokalisasi PSK Teratai Putih
Palembang, Thesis PPDS FK Unsri, Palembang 7995: 22-36
6. Holst. Endometrial finding following curettage in 2018 women according to
age and indications. Ann Chir Gynaecol 1,983; 72: 274
7. Siegler AM. Panoramic CO2 hysteroscopy. Clin Obstet Gynaecol 1983;26:
242
8. Marrugo M. Estrogen and progesteron receptors in uterine leiomyomata. Acta
Obstet Gynecol Scand 1989; 8: 731
9. Carlson KJ, Nichois DH, Schi{f I. Indication for hysterectomy. N Eng J Med
1993; 328: 856
10. Azziz R. A&nomyosis: Current perspectives. Obstet Gynecol Clin Nonh Am
7989; 1,6: 221
11. Thomas JS Jr, Clark JF. Adenomyosis: A retrospective vGw- j Nxl Med
Assoc 1989; 81: 969

Anda mungkin juga menyukai