Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL WEBINAR KE-2

KODE/NAMA/SKS MATA KULIAH: PDGK4204/PENDIDIKAN BAHASA


INDONESIA DI SD
PROGRAM STUDI : S1 PGSD

Nama Mahasiswa : Yuyun Farida


NIM : 857763057
Pokjar : Mayong
Kelas : Bangsri

1. Menurut W.F.Mackey, penyusunan buku teks didasarkan pada prinsip berikut ini:
1) Seleksi
Dalam seleksi ini yang perlu dipertimbangkan adalah hal-hal seperti berikut ini:
a. Tujuan pengajaran Bahasa, level Bahasa yang diajarkan dan jumlah waktu belajar.
b. Tipe Bahasa yang akan diajarkan yang meliputi dialek, regiter, style dan media.
c. Jumlah materi yang akan disajikan.
d. Pilihan butir-butir yang akan diajarkan yang mencakup fonetik, tata Bahasa,
kosakata dan makna kata.
e. Kriteria yang dipakai melandasi pilihan.
Contoh:
Dalam penyusunan buku teks, penyusun (guru) harus menyeleksi bahan-bahan yang
akan diajarkan sesuai dengan 5 hal di atas.
2) Gradasi Bahan Pelajaran
Gradasi bahan Pelajaran mempersoalkan tatanan yang dipandang paling baik untuk
menyajikan bahan Pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi. Gradasi ini tampak seperti
berikut ini:
a. Pengelompokan yang mencakup pengelompokan yang berdasarkan sistem, yaitu
pengelompokan fonetis, leksikal. Dan juga pengelompokan bunyi-bunyi Bahasa
menjadi kata, kata menjadi frase, frasa menjadi kalimat, kalimat menjadi konteks.
b. Pengurutan atau sekuensi yang juga mencakup sekuensi berdasarkan sistem di satu
pihak dan berdasarkan struktur di pihak lain.
Contoh:
Sebuah buku teks disusun sesuai dengan kemampuan pembaca dengan kata lain buku
teks tersebut disusun berdasarkan jilid/level. Sebgai contoh Level 1 untuk tingkat
pemula dan level 2 untuk tingkat selanjutnya.
3) Presentasi Bahan
Presentasi bahan mempersoalkan pengomunikasian bahan kepada siswa. Presentasi
bahan Pelajaran tampak pada uraian berikut.
a. Penahapan bahan Pelajaran, baik jumlah maupun satuan-satuannya.
b. Pendemonstrasian bahan Pelajaran yang mungkin secara lisan ataukah secara
tertulis.
c. Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi Pelajaran yang terdiri dari ragam-
ragam prosedur, yaitu eksplanasi, translasi, otentik atau peragaan, gambar,dan
konteks.

Contoh:
Seorang guru dalam penyampaian materi yang ada di buku teks memakai prosedur lisan
dan peragaan.
4) Repetisi Bahan Pelajaran
Repetisi bahan Pelajaran mempersoalkan hal-hal yang patut dilakukan guru di dalam
kelas, menyajikan bahan pelajaranyang telah tertata dalam buku Pelajaran. Repetisi ini
menyangkut perilaku guru dalam megajar, dan siswa dalam belajar, yaitu perilaku yang
berhubungan dengan pembinaan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis.
Contoh:
Dalam proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan aktifitas yang interaktif.
2. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajaranya
dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafal dan
dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d,
E/e, F/f dan seterusnya dilafalkan sebagai [a], [be], [ce], [de], [e], [ef] dan seterusnya.
Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang, tulisan, seperti a, b, c, d, e, f dan

seterusnya atau dengan huruf rangkai a, b, c, d, dan seterusnya.


Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk bekenalan dengan suku kata dengan
cara merangkai beberapa huruf yang sudah di kenalnya.
Contoh:
b, a, d, u menjadi b, a → ba (dieja /be-a/ → [ba] )
d, u → du ( dieja /de-u/ → [du] )
ba-du → dilafalkan /badu/

b, u, k, u, menjadi b, u → bu (dieja /be-u/ → [bu] )


k, u → ku ( dieja /ka-u/ → [ku] )
bu-ku → dilafalkan /buku/
Metode Bunyi
Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan
metode eja, perbedaanya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf (baca : berapa huruf
konsonan).
Contoh :
Proses pembelajaran membaca permulaan ini melalui proses pelatihan. Penguatan-
penguatan yang diberikan dalam melaksanakan proses pembelajaran membaca permulaan
melalui metode ini, mampu membangkitkan motivasi untuk terus belajar dan berlatih.
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja. Perbedaannya terletak hanya pada
cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya).

Metode suku kata


Langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku kata adalah :
a. Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,
seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, cu, da, di, du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan
seterusnya.
b. Tahap kedua perangkaian suku-suku kata menjadi kata.
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai
contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku
kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP.
Contoh :
bo – bi cu – ci da – di ka – ki
bi – bu ca – ci du – da ku – ku
bi – bi ci – ca da – du ka – ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
c. Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana.
Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat
sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada
contoh berikut :
ka – ki ku – da
ba – ca bu – ku
cu – ci ka - ki
d. Tahap keempat, pengintregasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat → kata-
kata → suku-suku kata).

Metode Suku Kata


Proses pembelajaran MMP pada metode ini diawali dengan pengenalan sebuah kata
tertentu. Kata ini kemudian dijadikan kata lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku
kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan perangkaian huruf menjadi suku kata dan
suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi
kebentuk asal sebagai kata lembaga (kata semula). Metode ini dikenal juga sebagai Metode
Kupas-Rangkai.
Contoh :
bo – bi cu – ci da – da ka – ki
bi – bu ca – ci di – da ku – ku
Kemudian kegiatan ini bisa dilanjutkan dengan perangkaian kata menjadi kalimat.
Contoh :
Ka – ki ku – da
Ba – ca bu – ku
Cu – ci ka – ki

3. Di dalam pembelajaran keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, namun


menulislah hal yang paling utama. Perbedaan utama antara menulis dan berbicara, yaitu
orang yang menulis lebih berani daripada orang yang banyak berbicara tanpa memiliki
makna dan tujuan. Orang yang hanya pandai berbicara belum tentu pandai menulis, ia lebih
mengandalkan daya orasi daripada literasi.
Memberdayaan keterampilan berbahasa sebenarnya bersumber dari keterampilan
membaca dan menulis, setelah itu menyimak dan berbicara akan berkembang. Sebab siapa
pun yang mampu membudakan baca dan tulis, maka ia telah memiliki senjata dan sarana
dalam membangun peradaban dan tradisi masyarakat yang berilmu.
Contoh:
Dalam pembelajaran, seorang guru selalu membrri tugas kepada peserta didik untuk
menulis/merangkum materi Pelajaran pada hari itu.

4. Model Pembelajaran Berbicara di SD untuk Kelas Rendah


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/semester : 1/I
Waktu : 1 kali pertemuan
Tema : Diri Sendiri

Kompetensi Dasar : Siswa mampu memperkenalkan diri.


Hasil Belajar :
Siswa mampu memperkenalkan diri dengan menggunakan kalimat sederhana dan Bahasa
yang santun.
Indikator :
1. Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal) dengan kalimat
sederhana.
2. Menyebutkan nama orang tua dan saudara kandung.
3. Menanyakan data diri dan nama orang tua serta saudara kandung teman sekelas.

Langkah-langkah Pembelajaran:

1. Guru memberi salam dan memperkenalkan diri dan diteruskan dengan tanya jawab
tentang nama kelas, nama sekolah, Pelajaran yang akan diajarkan, dan seterusnya.
2. Siswa secara bergilir ditanya tentang nama, orang tua, anggota keluarga, dan tempat
tinggalnya.
3. Siswa secara bergilir memperkenalkan diri dan anggota keluarganya.
4. Salah seorang siswa disuruh memilih kartu nama yang telah disediakan atau yang sudah
dapat menulis disuruh menuliskan Namanya di papan tulis.
5. Secara bersama-sama membaca nama salah satu siswa yang dipilih atau ditulis di papan
tulis.
6. Guru mulai memperkenalkan beberapa tulisan sesuai dengan materi untuk membaca
dan menulis permulaan sebagai bahan pembelajaran berbicara selanjutnya dan juga
sebagai bahan pembelajaran kompetensi dasar yang lain pada pertemuan berikutnya.
7. Siswa berlatih menulis Namanya masing-masing di papn tuli kemudian dibaca
bersama-sama.
8. Menutup Pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai