Anda di halaman 1dari 3

Nomor SOP :

Tanggal Pembuatan :
Tanggan Pembuatan :
Tanggal Revisi :
Disahkan Oleh : Kepala Puskesmas Oebobo

DINAS KESEHATAN KOTA KUPANG dr. Maria Kurniawati Mari


PUSKESMAS BAKUNASE NIP. 198508132014122001
NAMA SOP ANEMIA DEFISIENSI BESI (ADB)

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


1. Undang-undang kesehatan NO 36 Tahun 2009 tentang 1. Memahami Tupoksi Kerja
kesehatan 2. Memiliki Kualifikasi Pendidikan
2. KEPMENKES No 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar Kebidanan
puskesmas
3. KEPMENKES No 938 tahun 2007 tentang standar asuhan
kebidanan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 97 Tahun
2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa
hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan
kesehatan seksual
5. PERMENKES No 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien

KETERKAITAN PERALATAN/ PERLENGKAPAN


SOP Layanan Klinis 1. Tensimeter,Stetoskop,Timbangan berat
SOP Pengkajian Awal badan,Pita cm,Pita
SOP Pelayanan Apotek LILA,Dopler,Tissue,Reflek hamil,Jam,
SOP Pelayanan Laboratorium handscoen ( digunakan bila diperlukan )
2. Lembar balik
3. Alat Tulis

PERINGATAN PENCATATAN/ PENDATAAN


Penanganan Pasien Anemia Defisiensi Besi (ADB) akan terkendala Rekam Medik Pasien, Register KIA, Kartu
ketika terjadi penyimpangan prosedur Ibu, Kohort Ibu, Buku KIA, E Kohort
Pengertian Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia akibat kekurangan zat besi
untuk sintesis hemoglobin, dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling
banyak pada anak dan menyebabkan masalah kesehatan yang paling
besar di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Dari hasil SKRT 1992 diperoleh prevalens ADB pada anak
balita di Indonesia adalah 55,5%. Komplikasi ADB akibat jumlah total besi
tubuh yang rendah dan gangguan pembentukan hemoglobin (Hb)
dihubungkan dengan fungsi kognitif, perubahan tingkah laku, tumbuh
kembang yang terlambat, dan gangguan fungsi imun pada anak
Tujuan Sebagai pedoman untuk melaksanakan penatalaksanaan Anemia di
Puskesmas
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedis terampil
Prosedur Anamnesis
Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan.
Mudah lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya tahan
tubuh terhadap infeksi menurun, serta gangguan perilaku dan prestasi
belajar .
Gemar memakan makanan yang tidak biasa (pica) seperti es batu, kertas,
tanah, rambut.
Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi, bahan
makanan yang menghambat penyerapan zat besi seperti kalsium dan fitat
(beras,gandum), serta konsumsi susu sebagai sumber energi utama sejak
bayi sampai usia 2 tahun (milkaholics).
Infeksi malaria, infestasi parasit seperti ankylostoma dan schistosoma.
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan
oleh keluarga.
Bila kadar Hb <5 g/dL ditemukan gejala iritabel dan anoreksia
Pucat ditemukan bila kadar Hb <7 g/dL
Tanpa organomegal
Dapat ditemukan koilonikia, glositis, stomatitis angularis, takikardia, gagal
jantung, protein-losing enteropathy
Rentan terhadap infeksi
Gangguan pertumbuhan
Penurunan aktivitas kerja
Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap yang terdiri dari: hemoglobin rendah; MCV, MCH, dan
MCHC rendah.
Red cell distribution width(RDW) yang lebar dan MCV yang rendah
merupakan salah satu skrining defisiensi besi.
Nilai RDW tinggi >14.5% pada defisiensi besi, bila RDW normal (<13%)
pada talasemia trait.
Ratio MCV/RBC (Mentzer index) » 13 dan bila RDW index (MCV/RBC
xRDW) 220, merupakan tanda anemia defisiensi besi, sedangkan jika
kurang dari 220 merupakan tanda talasemia trait.
Apusan darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis, dan poikilositosis.
Kadar besi serum yang rendah, TIBC, serum ferritin <12 ng/mL
dipertimbangkan sebagai diagnostik defisiensi besi
Nilai retikulosit: normal atau menurun, menunjukkan produksi sel darah
merah yangtidak adekuat
Serum transferrin receptor
Tata laksana Antibiotik
Mengetahui faktor penyebab: riwayat nutrisi dan kelahiran, adanya
perdarahan yang abnormal, pasca pembedahan.
Preparat besi
Preparat yang tersedia ferous sulfat, ferous glukonat, ferous fumarat, dan
ferous suksinat. Dosis besi elemental 4-6 mg/kgBB/hari. Respons terapi
dengan menilai kenaikan kadar Hb/Ht setelah satu bulan, yaitu kenaikan
kadar Hb sebesar 2 g/dL atau lebih.
Bila respons ditemukan, terapi dilanjutkan sampai 2-3 bulan.
Komposisi besi elemental:
Ferous fumarat: 33% merupakan besi elemental
Ferous glukonas: 11,6% merupakan besi elemental
Ferous sulfat: 20% merupakan besi elemental
Transfusi darah
Jarang diperlukan, hanya diberi pada keadaan anemia yang sangat berat
dengan kadar Hb <4g/dL. Komponen darah yang diberi PRC
Diagram Alir

Unit Terkait

Anda mungkin juga menyukai