Anda di halaman 1dari 247

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI DALAM


MUATAN PPKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BARENGLOR
KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Francisca Nanda
Kurniawati NIM: 171134158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI DALAM


MUATAN PPKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BARENGLOR
KLATEN

Oleh:
Francisca Nanda Kurniawati
NIM: 171134158

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Drs. Paulus Wahana, M.Hum. Tanggal 30 Maret 2021

Pembimbing II

Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. Tanggal 30 Maret 2021

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur, peneliti persembahkan karya tulis ini kepada:


1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat-Nya, yang selalu memberikan
berkat, kekuatan dan rencana terbaik di setiap langkah yang dijalani.
2. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberi dukungan, doa,
semangat, bantuan, dan kekuatan.
3. Adikku tercinta Stella Nadya Kurniasari yang selalu memberi dukungan,
bantuan, doa, semangat, kekuatan dan penghiburan.
4. Keluarga besarku Trah Wignyo Sumarto yang selalu memberikan
dukungan, doa, semangat, dan kekuatan.
5. Sahabat maupun teman seperjuangan yang berjuang bersama dalam
memperoleh gelar sarjana.
6. Almamater yang saya banggakan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Rencana yang bagus itu tidak selalu berhasil, tetapi melangkah dengan rencana
jauh lebih baik dibandingkan melangkah tanpa rencana”
(Francisca Nanda K.)

“Jadilah pribadi yang selalu bermimpi dan berusaha untuk menggapai mimpi itu.
Lakukan yang terbaik disetiap langkahnya selebihnya serahkanlah pada Tuhan”
(Francisca Nanda K.)

"Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan
penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang."
(R.A Kartini)

“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena
mereka, sebab Tuhan Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau. Ia tidak
akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau”
(Ulangan 31:6)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 April 2021


Peneliti

Francisca Nanda Kurniawati

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata


Dharma: Nama : Francisca Nanda Kurniawati
Nomor Mahasiswa : 171134158

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI DALAM MUATAN PPKn
PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BARENGLOR KLATEN, beserta perangkat
yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 13 April 2021
Yang menyatakan

Francisca Nanda Kurniawati

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TOLERANSI DALAM


MUATAN PPKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BARENGLOR
KLATEN

Francisca Nanda Kurniawati


Universitas Sanata Dharma
2021

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebijakan pemerintah dengan


dicanangkannya program Penguatan Pendidikan Karakter. Program ini perlu
untuk diwujudkan atau diimplementasikan dalam lembaga pendidikan agar tujuan
dari program tersebut dapat tercapai. Pada penelitian ini, program Penguatan
Pendidikan Karakter difokuskan pada PPK berbasis kelas Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perencanaan pembelajaran, gambaran pelaksanaan
pembelajaran dan hasil atau dampak yang dirasakan siswa terhadap implementasi
pendidikan karakter toleransi dalam muatan pembelajaran PPKn.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode Expost


Facto. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, kuesioner dan wawancara.
Pada penelitian ini melibatkan kepala sekolah, guru kelas V A dan V B serta 2
siswa kelas V A dan V B untuk memperoleh data. Teknik analisis data berupa
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Program Penguatan Pendidikan


Karakter telah dimasukkan oleh guru ke dalam silabus dan RPP, 2) Guru telah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat serta sudah
mengimplementasikan pendidikan karakter toleransi melalui muatan pembelajaran
PPKn dengan memberikan contoh kebiasaan baik, 3) Hasil atau dampak yang
dirasakan yaitu siswa mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Karakter Toleransi, PPKn

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

EDUCATION IMPLEMENTATION OF TOLERANCE CHARACTER IN


THE CONTENT OF PPKn IN FIFTH GRADE STUDENTS OF
BARENGLOR PUBLIC ELEMENTARY KLATEN

Francisca Nanda Kurniawati


Sanata Dharma University
2021

This research was motivated by government policy with the launch of the
Strengthening Character Education program. This program needed to be realized
or implemented in educational institutions so that the objectives of the program
can be achieved. In this research, the Strengthening Character Education
program was focused on class based. This study aimed to determine the planning
of learning, a description of the implementation of learning and the results or
impact that students feel on the implementation of tolerance character education
in the learning content of PPKn.
This research was a qualitative descriptive used the Expost Facto method.
Data collection techniques in the form of documentation, duestionnaires and
interviews. This study involved the principal, teachers of classes V A and V B and
2 students of grades V A and V B to obtain data. Data analysis techniques were
data reduction, data presentation and conclusion drew.

The results of the research were as follows: 1) The Character Education


Strengthening Program has been included by the teacher into the syllabus and
lesson plans, 2) The teacher has carried out learning in accordance with the
lesson plans made and has implemented tolerance character education through
the PPKn learning content by providing examples good habits, 3) The results or
impacts felt by students being able to apply them in everyday life

Keywords: Character Education, Character Tolerance, PPK

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan dan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya yang tak terhingga sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar dan tepat waktu.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini, banyak
pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, arahan dan dukungan, maka
dari itu dalam kesempatan kali ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberikan izin penelitian.
2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. dan Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan kritik, saran, dan
mengarahkan peneliti dalam menyusun skripsi ini.
5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing
Akademik (DPA) dan dosen-dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) yang telah membimbing dan mengajarkan banyak matakuliah
yang sangat membantu dalam menyusun skripsi ini.
6. Guru di SD Negeri 1 Klaten sebagai validator yang sudah bersedia
memberikan masukan untuk kuesioner yang dibuat oleh peneliti.
7. Dosen PPKn sebagai validator yang sudah bersedia memberikan masukan
untuk kuesioner yang dibuat oleh peneliti.
8. Kepala Sekolah dan guru kelas V SD Negeri 1 Barenglor Klaten, yang
telah memberikan izin dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah


membantu proses perizinan penelitian skripsi.
10. Kedua orang tua saya, Petrus Nanung Budi Triyannto dan Yulia Sri Rejeki
dan saudara trah Wignyo Sumarto yang sudah memberikan kasih sayang,
doa, semangat dukungan dan kasih sayang.
11. Adik, Stella Nadya Kurniasari yang sudah memberikan semangat, doa dan
menjadi penghibur.
12. Sahabat, Etrin Rhut dan Veronica Riza yang sudah banyak melewati
proses dalam berjuang menyelesaikan skripsi.
13. Sahabat, Eleonora, Clara, Rety, Anna, Sisca, Yovita, Dela, dan Ninit yang
selalu memberikan semangat, doa, dan penghibur dalam penyusunan
skripsi ini.
14. Teman-teman kost wuluh, Mbak Reni, Mbak Ulfa, Mbak Anis, Mbak
Fanny, dan Stevia yang selalu memberikan semangat, doa dan menjadi
penghibur.
15. Teman-teman satu bimbingan skripsi yang menjadi teman diskusi dan
berbagi informasi dalam menyelesaikan penelitian ini.
16. Teman-teman PGSD Angkatan 2017 kelas A yang sudah berproses selama
perkuliahan ini.
17. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan.
Peneliti berharap skrispi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca
dan dunia pendidikan.
Yogyakarta, 13 April 2021
Peneliti

Francisca Nanda K.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv
HALAMAN MOTTO............................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...............................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS....vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR............................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................7
E. Asumsi Penelitian...................................................................................................7
F. Definisi Operasional...............................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................9
A. Kajian Pustaka.......................................................................................................9
1. Karakter...................................................................................................9
2. Pendidikan Karakter.............................................................................10
3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)..............................................15
4. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas...............................22
5. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan....................................30
6. Karakter Toleransi................................................................................31
7. Siswa Sekolah Dasar..............................................................................33

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Hasil Penelitian yang Relevan.............................................................................35


C. Kerangka Berpikir...............................................................................................38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................40
A. Jenis Penelitian..........................................................................................40
B. Setting Penelitian.......................................................................................41
1. Tempat Penelitian....................................................................................41
2. Waktu Penelitian.....................................................................................41
3. Subjek Penelitian.....................................................................................42
4. Objek Penelitian......................................................................................42
C. Desain Penelitian.........................................................................................43
1. Perencanaan.............................................................................................43
2. Penyusunan Instrumen.............................................................................43
3. Pengumpulan Data...................................................................................43
4. Analisis Data...........................................................................................44
5. Kesimpulan..............................................................................................44
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................45
1. Dokumentasi............................................................................................45
2. Kuesioner atau Angket............................................................................45
3. Wawancara..............................................................................................46
E. Instrumen Penelitian............................................................................................47
1. Pedoman Dokumentasi............................................................................48
2. Pedoman Kuesioner.................................................................................48
3. Pedoman Wawancara..............................................................................50
F. Kredibilitas dan Transferbilitas.........................................................................51
1. Kredibilitas (credibility / validitas internal)............................................51
2. Transferability.........................................................................................53
G. Teknik Analisis Data............................................................................................53
1. Pengumpulan Data...................................................................................54
2. Reduksi Data...........................................................................................54
3. Penyajian Data.........................................................................................54
4. Penarikan kesimpulan / verifikasi...........................................................55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................56
A. Deskripsi Penelitian.............................................................................................56
1. Langkah Kegiatan Penelitian...................................................................56

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Validasi Kuesioner dan Hasil..................................................................58


B. Hasil Penelitian.....................................................................................................59
1. Dokumentasi............................................................................................59
2. Kuesioner.................................................................................................64
3. Wawancara..............................................................................................72
C. Pembahasan..........................................................................................................87
BAB V PENUTUP..............................................................................................100
A. Kesimpulan.........................................................................................................100
B. Keterbatasan Penelitian....................................................................................101
C. Saran...................................................................................................................101
DAFTAR.............................................................................................................102
LAMPIRAN........................................................................................................109
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................219

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget….....................35


Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data.....................................47
Tabel 3.2 Matriks Pedoman Dokumentasi Kelas V A dan V B Mengenai
Implementasi Pendidikan Karakter Toleransi Pada Muatan
PPKn…................................................................................................48
Tabel 3.3 Matriks Pedoman Kuesioner/angket Guru Kelas V A dan V B Mengenai
Implementasi Pendidikan Karakter Toleransi Pada Muatan
Pembelajaran
PPKn…..............................................................................................49
Tabel 3.4 Matriks Pedoman Kuesioner/angket Siswa Kelas V A dan V B
Mengenai Implementasi Pendidikan Karakter Toleransi Pada
Muatan Pembelajaran
PPKn…..............................................................................................49
Tabel 3.5. Matriks Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Mengenai Pogram
Pendidikan Karakter…........................................................................50
Tabel 3.6 Matriks Pedoman Wawancara Guru Kelas V A dan V B Mengenai
Implementasi Pendidikan Karakter Toleransi Pada Muatan
Pembelajaran PPKn….........................................................................51
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan dokumentasi…......................................................57
Tabel 4.2 Jadwal pelaksanaan angket atau kuesioner…........................................57
Tabel 4.3 Jadwal pelaksanaan wawancara.............................................................58
Tabel 4.4. Hasil dokumentasi RPP...................................................................59-61

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara.........................16


Gambar 2.2 Kristalisasi Nilai-Nilai PPK............................................................18
Gambar 2.3 Bagan Literature Map.....................................................................37
Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian…..............................................................43
Gambar 3.2 Bagan Alur Analisis Data Miles dan Huberman….........................54

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1.1 Surat Permohonana Melakukan Validasi Instrumen Penelitian... 111


Lampiran 1.2 Surat Izin Melaksanakan Penelitian.............................................112
Lampiran 2.1 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah….....................................114
Lampiran 2.2 Pedoman Wawancara Bapak/Ibu Guru….....................................115
Lampiran 2.3 Kuesioner Terbuka Untuk Guru Sebelum di Validasi…..............116
Lampiran 2.4 Kuesioner Terbuka Untuk Guru Sesudah di Validasi…...............119
Lampiran 2.5 Kuesioner Untuk Siswa Sebelum di Validasi…...........................122
Lampiran 2.6 Kuesioner Terbuka Untuk Siswa Sesudah di Validasi….............124
Lampiran 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas V A….......................127
Lampiran 3.2 LKPD Kelas V A…......................................................................137
Lampiran 3.3 Materi Pembelajaran Kelas V A…...............................................138
Lampiran 3. 4 Soal Evaluasi Pembelajaran V A.................................................142
Lampiran 3.5 Daftar Nilai Siswa Kelas V A…...................................................143
Lampiran 3.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas V B............................145
Lampiran 3.7 LKPD Kelas V B...........................................................................155
Lampiran 3.8 Materi Pembelajaran Kelas V B....................................................156
Lampiran 3.9 Soal Evaluasi Kelas V B...............................................................160
Lampiran 3.10 Daftar Nilai Kleas V B…............................................................161
Lampiran 3.11 Hasil Kuesioner Terbuka Guru Kelas V A.................................163
Lampiran 3.12 Hasil Kuesioner Terbuka Guru Kelas V B….............................166
Lampiran 3.13 Hasil Kuesioner Terbuka Untuk Siswa......................................169
Lampiran 3.14 Hasil Kuesioner Terbuka Untuk Siswa......................................171
Lampiran 3.15 Hasil Kuesioner Terbuka Untuk Siswa......................................173
Lampiran 3.16 Hasil Kuesioner Terbuka Untuk Siswa......................................175
Lampiran 3.17 Rekap Data Hasil Wawancara....................................................177
Lampiran 4.1 Hasil Validasi Dosen PPKn (Bapak YB. Adimassana)................185
Lampiran 4.2 Hasil Validasi Dosen PPKn (Ibu Brigita Intan)............................195
Lampiran 4.3 Hasil Validasi Guru Kelas V A SD N 1 Klaten............................205
Lampiran 4.4. Hasil Validasi Kuesioner Guru Kelas V B SD N 1 Klaten..........211
Lampiran 5.1 Foto-foto kegiatan penelitian........................................................218

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN
Uraian dari bab ini terdiri atas (a) latar belakang masalah, (b) rumusan
masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) asumsi penelitian, dan
(f) definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan secara
sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai, dengan demikian nilai
tersebut terinternalisasi dalam diri peserta didik dengan mendorong dan
mewujudkan perilaku serta sikap yang baik (Nurjannah, 2018: 80). Melalui
pendidikan karakter, siswa diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan mengaplikasikan nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia dalam perilaku sehari-hari (Koesoema, 2007: 80).
Meskipun demikian, belakangan ini banyak terjadi kemerosotan moral akhlak,
etika, dan dangkalnya pemahaman terhadap nilai-nilai karakter (Yaumi, 2014:
121). Contoh kasus terjadinya kemerosotan toleransi masyarakat indonesia
yang masih rendah yaitu kasus SMK Negeri 2 Padang yang mewajibkan siswi
non-Muslim untuk mengenakan hijab (Arika, 2021: Januari 25). Selain itu,
juga terdapat kasus intoleransi yang terjadi di SDN Karangtengah III
Gunungkidul yang mewajibkan siswa baru mengenakan pakaian muslim
(Pertana, P, 2019: Juni 25).
Pendidikan karakter adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu
seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai
etis (Lickona dalam Samani dan Hariyanto, 2011: 44). Dalam pendidikan
karakter mengandung tiga unsur, yaitu antara lain untuk mengetahui kebaikan
(knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan
kebaikan (doing the good), dengan demikian pendidikan karakter tidak hanya
sekedar mengajarkan namun juga berfokus pada menanamkan karakter
tersebut agar menjadi suatu kebiasaan (Thomas Lickona dalam Wahyuddin
dan Suryani, 2012: 271).

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penguatan pendidikan karakter di era zaman sekarang merupakan hal yang


penting untuk dilakukan. Hal ini mengingat bahwa banyaknya peristiwa yang
menunjukkan terjadinya krisis moral baik di kalangan anak-anak, remaja,
maupun orang tua. Penguatan pendidikan karakter juga sejalan dengan fungsi
pendidikan nasional yaitu mengembangkan serta membentuk watak peradaban
bangsa yang bermartabat. Hal ini berguna untuk mewujudkan cita-cita bangsa,
yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa serta berupaya dalam
mengembangkan potensi serta kemampuan peserta didik dan juga menjadikan
mereka menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, berilmu cakap,
kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung
jawab (Undang-Undang No 20 Tahun 2003). Pernyataan ini juga sejalan
dengan prioritas pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 antara lain adalah dalam
mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila (Undang-Undang No
17 Tahun 2007). Melihat banyaknya krisis moral yang melanda membuat
pemerintah peduli akan pentingnya pendidikan karakter. Dengan demikian,
pendidikan karakter juga menjadi fokus tujuan utama presiden dalam
kebijakannya di dunia pendidikan. Kebijakan presiden tersebut berguna untuk
mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam
sistem pendidikan nasional. Kebijakan tersebut bernama Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK).
Kebijakan PPK ini terintegrasi ke dalam Gerakan Nasional Revolusi
Mental yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan cara berpikir, bersikap,
dan bertindak ke arah yang lebih baik. Program Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) lahir karena melihat adanya tantang generasi muda ke depan
yang semakin kompleks dan tidak pasti, sehingga melihat adanya banyak
harapan ke arah yang lebih baik bagi masa depan. Perlunya penguatan
pendidikan karakter dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya
melalui penguatan nilai- nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2017.

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pendidikan Karakter. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan


pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat
karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik),
olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan pelibatan dan kerja sama
antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat. Untuk itu, dunia
pendidikan diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik yang tangguh dan
kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Hal ini juga senada
dengan tujuan program PPK yaitu membangun dan membekali peserta didik
sebagai generasi emas Indonesia pada tahun 2045 guna menghadapi dinamika
perubahan di masa depan (Tim PPK, Kemendikbud 2017: 16). Untuk
mencapai tujuan kebijakan tersebut maka dibutuhkan dukungan publik agar
dapat menambah kualitas pendidikan karakter yang lebih baik, serta juga
membutuhkan keterlibatan orang tua, sekolah dan masyarakat. Kebijakan
program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) terlibat melalui 3 basis yaitu
berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan berbasis masyarakat. Dalam
penelitian ini, pendidikan karakter ditekankan dengan berbasis kelas dengan
melalui salah satu muatan pelajaran yaitu Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Salah satu nilai karakter yang lebih ditekankan dan
perlu untuk dikembangkan yaitu karakter toleransi karena dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme dan persatuan dalam diri siswa serta
mengurangi terjadinya kemerosotan toleransi yang terjadi di Indonesia.
Toleransi merupakan sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, dan pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional dalam
Daryanto dan Darmiatun, 2013: 70). Adapun indikator seseorang bersikap
toleransi yaitu terbuka terhadap berbagai pendapat orang, menerima
pandangan baru, akomodatif terhadap keragaman kultur, berpartisipasi dan
mendengarkan dengan baik, serta memiliki keinginan yang kuat untuk belajar
dari orang lain (Stevenson dalam Yaumi, 2014: 92). Kemajemukan
masyarakat merupakan salah satu faktor penyebab sering terjadinya konflik di
masyarakat. Hal ini diketahui karena rendahnya toleransi antar sesama
masyarakat sehingga menjadi kecenderungan munculnya konflik (Widiyanto,
2017: 110). Toleransi

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

antarumat beragama dapat mengakibatkan pemeluk agama dan penganut


kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berbeda–beda untuk bisa
hidup saling berdampingan satu sama lain serta aman dan damai, sehingga
akan terjadi sebuah kerukunan hidup yang menunjang untuk terciptanya
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang sangat diperlukan dalam
pembangunan nasional. Dalam rangka menumbuhkan sikap toleransi antar
umat beragama, maka perlu menghindari dan menjauhi hal-hal berikut: sikap
fanatik yang berlebihan, sikap mencampur adukkan ajaran agama atau
kepercayanaan kita dengan ajaran atau kepercayaan lain, serta sikap acuh tak
acuh terhadap agama dan kepercayaan orang lain (Suharyanto, 2013: 199).
Adapun manfaat dari sikap toleransi khususnya dalam kehidupan
bermasyarakat antara lain: tercipta keharmonisan dalam hidup bermasyarakat;
menciptakan rasa kekeluargaan; menimbulkan rasa kasih sayang satu sama
lain; dan tercipta kedamaian, rasa tenang, dan aman (Muawanah, 2018: 62).

Penerapan pendidikan karakter toleransi dapat dikembangkan dalam


muatan pembelajaran salah satunya dalam muatan pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan tidak hanya mengharapkan pada aspek intelektual manusia
Indonesia (cognitive) melainkan juga terdapat aspek lain yang harus dimiliki
yaitu aspek sikap atau nilai (afektif) dan aspek psikomotor. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah muatan pelajaran yang sarat
isi dengan nilai- nilai Pancasila untuk membentuk kepribadian seseorang.
Maka dari itu, dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan tidak cukup menekankan pada penghafalan melainkan
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dipraktekkan dan diterapkan
dalam kehidupan nyata (Azhar, 2018: 36). Oleh karena itu, karakter toleransi
dapat ditemukan dalam nilai-nilai Pancasila yang terdapat pada sila pertama
diwujudkan dengan menghargai perbedaan agama, sila 2 diwujudkan dengan
mengembangkan sikap tenggang rasa antar sesama, sila 3 diwujudkan dengan
mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa, sila 4 diwujudkan dengan
menghormati perbedaan pendapat yang dilakukan pada saat musyawarah
mufakat dan sila 5 diwujudkan dengan mengembangkan sikap adil terhadap
sesama. Pemerintah menganjurkan agar

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penanaman pembangunan karakter bangsa dimasukkan ke dalam kurikulum


mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Di
dalam standar isi mata pelajaran PPKn, disebutkan bahwa PPKn merupakan
mata pelajaran yang berfokus terhadap pembentukan warga negara agar
dapat memahami serta mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Hal
ini seperti yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Tujuan utama
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk dapat
menumbuhkan wawasan serta kesadaran bernegara, membentuk sikap dan
perilaku cinta tanah air yang bersendikan pada kebudayaan serta filsafat
bangsa yaitu Pancasila (Rahayu, 2013: 3). Selain itu, tujuan utama mata
pelajaran PPKn yaitu untuk membentuk warga negara muda yang baik
dengan memiliki karakter sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila
(Muldiono, 2012: 47).

Nurjannah (2018) menunjukkan bahwa perubahan tingkah laku, nilai-


nilai sikap dalam pembelajaran sebagai penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai benar-salah, PPKn salah satu pembelajaran yang aktif,
efektif dan menyenangkan. Membentuk karakter siswa tersebut melalui
pembelajaran PPKn dengan cara menjelaskan contoh-contoh yang kongkrit
melalui media gambar atau dalam lingkungan sehari-hari yang sering dilihat
dan diamati oleh siswa. Muliaty (2019) menunjukkan bahwa implementasi
pendidikan karakter bertoleransi antar umat beragama pada peserta didik
dapat dilakukan melalui kegiatan sekolah yang terintegrasikan ke dalam dua
kegiatan yaitu (1) kegiatan pengembangan diri diwujudkan dalam kegiatan
rutin, kegiatan spontan, keteladanan guru dan pengkondisian, (2)
pengintegrasian nilai toleransi ke dalam mata pelajaran dilakukan dengan
cara mencantumkan nilai toleransi ke dalam silabus dan RPP. Putranti dan
Susanti (2019), menunjukkan bahwa penerapan program Penguatan
Pendidikan Karakter berbasis kelas dapat dilakukan dengan cara guru yang
sudah mendapatkan informasi PPK, melaksanakan upacara bendera setiap
hari Senin, mengawali doa sebelum memulai pelajaran, menyanyikan lagu
Indonesia Raya, lagu wajib, dan lagu daerah pada awal dan akhir pelajaran,
menyisipkan nilai karakter pada RPP, menggunakan metode pembelajaran

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang tepat, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik tentang
karakter yang dituangkan dalam RPP.

Menyadari pentingnya pendidikan karakter, presiden melalui Perpres


Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter dan
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal, untuk mengimplementasikan
penguatan pendidikan karakter termasuk karakter toleransi. Maka dari itu,
pada penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada
“Implementasi Pendidikan Karakter Toleransi Dalam Muatan PPKn
Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Barenglor Klaten” dengan mengamati
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru,
menyebarkan kuesioner kepada guru dan siswa serta melakukan wawancara
kepada kepala sekolah dan guru untuk memperoleh data yang mendukung
penelitian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan karakter toleransi melalui muatan pembelajaran
PPKn direncanakan dalam RPP di SD Negeri 1 Barenglor Klaten?
2. Bagaimana pendidikan karakter toleransi dilaksanakan dalam proses
pembelajaran di kelas melalui muatan pembelajaran PPKn?
3. Bagaimana hasil atau dampak pembelajaran bagi siswa dari implementasi
pendidikan karakter toleransi dalam muatan pembelajaran PPKn?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran pendidikan karakter
toleransi melalui muatan pelajaran PPKn dalam RPP di SD Negeri 1
Barenglor Klaten.
2. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pendidikan karakter toleransi
dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas melalui muatan
pembelajaran PPKn.
3. Untuk mengetahui hasil atau dampak yang dirasakan siswa dari
implementasi pendidikan karakter toleransi dalam muatan pembelajaran
PPKn.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Mengetahui gambaran tentang pendidikan karakter yang dapat menjadi
modal untuk tugas mendampingi siswa.
2. Guru
Mendapatkan pengarahan yang benar dalam membangun karakter toleransi.
3. Sekolah
Menemukan cara dalam melaksanakan pendidikan karakter yang baik dan
benar.

E. Asumsi Penelitian
1. Sekolah sudah memperoleh sosialisasi dan melaksanakan Kurikulum 13
yang memiliki muatan PPKn.
2. Sekolah sudah memperoleh sosialisasi program penguatan pendidikan
karakter.
3. Guru sudah mengintegrasikan pendidikan karakter (khususnya toleransi)
dalam RPP

F. Definisi Operasional
Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
1. Karakter
Merupakan suatu kebiasaan yang menghasilkan ciri khas sikap dan
perilaku individu untuk mengetahui, menginginkan dan melakukan sesuatu
hal yang baik sesuai dengan kaidah moral.
2. Pendidikan Karakter
Merupakan suatu usaha dalam proses pendidikan yang dilakukan untuk
mengembangkan, mendorong, memberdayakan, menanamkan nilai dan
mewujudkannya dalam perilaku dan sikap agar menjadi suatu kebiasaan
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)


Merupakan muatan pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk
mengembangkan, melestarikan nilai- nilai luhur pancasila, membekali
budi pekerti yang bertujuan agar cinta tanah air, cerdas, dan berkarakter
yang di dalamnya termasuk karakter toleransi.
4. Toleransi
Merupakan suatu sikap kebebasan untuk menciptakan kerukunan yang
terbuka pada pendapat, menerima pandangan baru, akomodatif terhadap
keragaman kultur, berpartisipasi, serta belajar hal baru.

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tiga bagian, yaitu teori yang mendukung, hasil penelitian
yang relevan dan kerangka berpikir. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan
sebagai berikut.
A. Kajian Pustaka
1. Karakter
Pengertian karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani
“karasso”, yang memiliki arti ‘cetak biru’, ‘format dasar’, ‘sidik’ seperti
dalam sidik jari. Karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dikuasai
oleh intervensi manusia (Koesoema, 2012: 55). Karakter merupakan aspek
penting dari pembentukan kualitas sumber daya manusia karena kualitas
karakter yang dimiliki menentukan kemajuan suatu bangsa dan negara
(Ingsih, 2018:19). Karakter merupakan sekumpulan tata nilai yang
tertanam atau terinternalisasi dalam jiwa seseorang yang membedakannya
dengan orang lain serta menjadi dasar dan panduan bagi pemikiran, sikap,
dan perilakunya (Aisyah, 2018: 12). Karakter merupakan titik tertinggi
dari kebiasaan yang dihasilkan melalui pilihan etnis, perilaku dan sikap
yang dimiliki individu yang merupakan moral yang prima walaupun ketika
tidak seorangpun yang melihatnya. Karakter merupakan sebuah keinginan
seseorang untuk dapat melakukan sesuatu yang terbaik melalui kepedulian
terhadap kesejahteraan orang lain, kognisi dari pemikiran kritis serta
alasan moral, pengembangan keterampilan interpersonal dan emosional
yang dapat menyebabkan kemampuan seorang individu untuk bisa bekerja
secara efektif dengan orang lain dalam situasi setiap saat (Yaumi, 2016: 7).
Thomas Lickona berpendapat bahwa “Character as “knowing the
good, desiring the good, and doing the good (karakter memiliki fungsi
untuk dapat mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan dan melakukan
segala sesuatu yang baik)” (Lickona dalam Yaumi, 2016: 7). Selain itu, ia
juga berpendapat bahwa “Character so conceived has three interrelated
parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior (karakter mulia
(good character) meliputi pengetahuan kebaikan (moral knowing),
dimana akan
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menimbulkan suatu komitmen terhadap kebaikan (moral feeling) sehingga


akhirnya dapat melakukan kebaikan moral (moral behavior) (Lickona
dalam Ingsih, 2018: 19). Karakter merupakan sesuatu hal penting dan vital
yang berguna untuk tercapainya tujuan hidup sehingga mendorong
seseorang dalam menentukan pilihan yang terbaik di hidup (Samani, 2011:
22).
Karakter dapat dilihat dari dua dimensi. Pertama, ia menunjukkan
bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak
jujur, kejam, serta rakus, maka tentulah orang tersebut memanifestasikan
karakter tidak mulia. Kedua, istilah karakter erat berkaitannya dengan
personality. Seseorang akan disebut sebagai orang berkarakter (a person of
character) apabila ia memiliki tingkah laku yang sesuai dengan kaidah
moral (Winnie dalam Gunawan, 2012: 2). Karakter yang dimiliki
seseorang tidak dapat terpisah dari moralitas. Oleh karena itu, di dalam
karakter, terdapat 5 komponen penting diantaranya moralitas, kebenaran,
kebaikan, kekuatan dan sikap. Karakter seseorang tidak bisa jauh dari
moralitas. Hal ini karena baik buruknya karakter tergambar dalam
moralitas yang dimiliki seseorang. Kebenaran, kebaikan dan kekuatan
merupakan suatu sikap yang ditunjukkan terhadap lingkungan. Dimana hal
tersebut merupakan bagian integral yang menyatu dalam karakter (Yaumi,
2016: 8).
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik benang merah bahwa
yang dimaksud dengan karakter merupakan suatu kebiasaan yang
terbentuk agar menghasilkan sikap dan perilaku individu untuk
mengetahui, menginginkan dan melakukan sesuatu hal yang baik sesuai
dengan kaidah moral.

2. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha yang disengaja untuk
mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti baik
untuk individu dan baik untuk masyarakat (Thomas Lickona dalam
Yaumi, 2016: 9). Pendidikan karakter merupakan proses pemberian

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tuntunan terhadap anak didik untuk dapat menjadi manusia yang


seutuhnya dengan memiliki karakter dalam hati, pikir, raga serta rasa
dan karsa. Pendidikan karakter memiliki makna sebagai pendidikan
nilai, budi pekerti, moral, serta watak yang bertujuan untuk membantu
memberikan keputusan baik maupun buruk, memelihara hal baik serta
mewujudkan kebaikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Samani
& Haryanto, 2013: 45). Pendidikan karakter merupakan upaya yang
dilakukan dengan sungguh dengan cara mengembangkan, mendorong
dan memberdayakan kepribadian positif yang didapatkan melalui
keteladanan, kajian dan praktik (Scerenko dalam Samani dan
Hariyanto, 2011: 45). Pendidikan karakter merupakan usaha yang
dilakukan dengan sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai.
Dengan demikian, nilai tersebut akan terinternalisasi ke dalam diri
peserta didik untuk dapat mendorong serta mewujudkannya pada
perilaku maupun sikap yang baik (Nurjannah, 2018: 80).
Pendidikan nilai karakter mengandung tiga unsur, antara lain untuk
mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan
(desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good),
sehingga pendidikan karakter tidak hanya sekedar mengajarkan namun
berfokus pada menanamkan karakter tersebut agar menjadi kebiasaan
(Lickona dalam Wahyuddin & Suryani, 2012: 271). Pendidikan
karakter merupakan suatu proses kegiatan yang memiliki arah pada
peningkatan kualitas pendidikan maupun pengembangan budi harmoni
dimana selalu mengajarkan, membimbing, serta membina setiap
manusia untuk memiliki suatu kompetensi intelektual, karakter serta
keterampilan (Yahya, 2010: 34).
Pendidikan karakter merupakan gerakan nasional dalam
menciptakan sekolah yang dapat mengembangkan peserta didik untuk
memiliki etika, tanggung jawab, dan kepedulian dengan menerapkan
serta mengajarkan karakter-karakter yang baik (Yaumi, 2016: 9).
Pendidikan karakter merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
upaya pencapaian visi pembangunan nasional, maka dari itu
pendidikan

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karakter memiliki fungsi yang amat penting. Pendidikan karakter


adalah salah satu fondasi bangsa yang sangat penting dan perlu untuk
ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Jika kita mendidik anak-anak
dengan cara yang baik dan bijaksana makan akan menghasilkan
generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berjiwa besar
(Rosidatun, 2018: 2).
Pendidikan karakter memiliki berbagai fungsi, yaitu untuk (1)
mengembangkan potensi dasar agar dapat memiliki perilaku berhati
baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat serta
membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia (Samani dan
Hariyanto, 2011: 9). Pendidikan karakter memiliki misi untuk dapat
mengembangkan watak dasar yang seharusnya dimiliki oleh peserta
didik (Zubaedi, 2011: 72).
Pendidikan karakter merupakan salah satu amanat Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada
pasal 3 ditegaskan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat. Hal ini merupakan salah satu rangka dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi pribadi beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab” (Samani dan Hariyanto, 2011:
26). Pendidikan karakter adalah hal baik yang sangat penting untuk
dilaksanakan. Hal ini berfokus terhadap karakter seseorang di dalam
keluarga, sekolah dan komunitas yang akan menghasilkan pengaruh
baik. Arah, kebijakan dan prioritas pendidikan karakter merupakan
bagian yang tidak terpisah dari upaya pencapaian visi pembangunan
nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Tahun 2005-2025 (Samani dan Hariyanto, 2011: 27).

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik benang merah bahwa


yang dimaksud dengan pendidikan karakter merupakan suatu usaha
dalam proses pendidikan yang dilakukan untuk mengembangkan,
mendorong, memberdayakan, menanamkan nilai dan mewujudkannya
dalam perilaku dan sikap agar menjadi suatu kebiasaan yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Pendidikan Karakter


Tujuan pendidikan karakter (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 16)
adalah:
1) Mengembangkan pendidikan nasional yang meletakkan makna
dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama
penyelenggaraan pendidikan.
2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045
menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan
keterampilan abad 21.
3) Mengembangkan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi
pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan apiritual),
olah rasa (estetik), olah piker (literasi dan numerasi), dan olah
raga (kinestetik).
4) Merevitalisasi dan memperkuat pendidikan (kepala sekolah,
guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung
perluasan implementasi pendidikan karakter.
5) Membangun keterlibatan masyarakat sebagai sumber-sumber
belajar di dalam dan di luar sekolah.
6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam
mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tujuan pendidikan karakter menurut Kusuma (2011: 9) adalah


sebagai berikut:
1) Meningkatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
penting sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan khas
peserta didik.
2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan
nilai yang telah dikembangkan.
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab.
Frankena (dalam Adisusilo, 2014: 128) merinci tujuan pendidikan
karakter sebagai berikut:
1) Membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan tingkah
laku yang secara moral baik dan benar.
2) Membantu peserta didik untuk dapat meningkatkan
kemampuan refleksi secara otonom, dapat mengendalikan diri,
dapat meningkatkan kebebasan mental spiritual dan mampu
mengkritisi prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang sedang
berlaku.
3) Membantu peserta didik untuk menginternalisasikan nilai
moral, norma-norma dalam rangka menghadapi kehidupan
konkretnya.
4) Membantu peserta didik untuk mengadopsi prinsip-prinsip
universal fundamental, nilai-nilai kehidupan sebagai pijakan
untuk pertimbangan moral dalam menentukan suatu keputusan.

c. Prinsip Pendidikan Karakter


Terdapat beberapa prinsip yang dapat digeneralisasikan untuk
mengukur tingkat keberhasilan suatu pelaksanaan pendidikan karakter
(Lickona dalam Yaumi, 2016: 11), antara lain:
1) Sekolah mengembangkan nilai-nilai etika dan kemampuan inti
sebagai landasan karakter yang baik.
2) Sekolah mendefinisikan karakter secara komprehensif.

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Sekolah menggunakan pendekatan komprehensif, sengaja dan


proaktif untuk pengembangan karakter.
4) Sekolah menciptakan masyarakat peduli karakter.
5) Sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan tindakan moral.
6) Sekolah menawarkan kurikulum akademik yang berarti dan
menantang yang menghargai semua peserta didik dalam
mengembangkan karakter.
7) Sekolah mengembangkan motivasi diri peserta didik.
8) Staf sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan
karakter dan memasukkan nilai inti kepada peserta didik.
9) Sekolah mengembangkan kepemimpinan bersama dan dukungan
besar terhadap permulaan atau perbaikan pendidikan karakter.
10) Sekolah melibatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai
mitra dalam upaya pembangunan karakter.
11) Sekolah secara teratur menilai dan mengukur budaya dan iklim,
fungsi- fungsi staf sebagai pendidik karakter serta sejauh mana
peserta didik mampu memanifestasikan karakter yang baik dalam
pergaulan sehari-hari.

3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


a. Pengertian Program Penguatan Pendidikan Karakter
Dalam pasal 1 ayat 1 Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017
menegaskan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan
suatu gerakan pendidikan di sekolah yang berguna untuk dapat
memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah
rasa (estetis), olah pikir (literasi) dan olah raga (kinestik) serta melalui
dukungan pelibatan publik maupun kerja sama antara sekolah,
keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM) (Kemendikbud, dalam Dewayani, 2018: 1).
Berikut ini merupakan filosofi pendidikan karakter menurut Ki Hajar
Dewantara:

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara


(Sumber: https://manajemenpendidikan.net/artikel/penguatan-
pendidikan-karakter-senang-belajar-di-rumah-kedua/)

Olah hati (etik) berkaitan dengan dimana individu yang memiliki


kerohanian mendalam, beriman dan bertakwa. Olah rasa (estetis) yang
berkaitan dengan dimana individu dapat memiliki integritas moral, rasa
berkesenian serta berkebudayaan. Olah pikir (literasi) berkaitan degan
individu yang memiliki keunggulan akademis sebagai hasil
pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat. Olah raga (kinestik)
berkaitan dengan individu yang sehat dan mampu mampu
berpartisipasi aktif sebagai warga negara (Kemendikbud dalam
Dewayani, 2018: 2). Gerakan program Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) merupakan salah satu jalan perwujudan dari Nawacita dan
Gerakan Revolusi Mental, dimana menjadi inti kegiatan pendidikan
yang berujung terhadap terciptanya revolusi karakter bangsa ( Tim
PPK Kemendikbud, 2017: 6).
b. Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki beberapa tujuan.
Dalam pasal 2 Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017 menjabarkan
bahwa Penguatan Pendidikan Karakter memiliki 3 tujuan (Peraturan
Presiden, 2017: 4), antara lain:
1) Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas
Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa


depan.
2) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan
pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik
yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia.
3) Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik,
tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat dan lingkungan
keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
c. Nilai Utama dalam Penguatan Pendidikan Karakter
Adapun 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter dalam Pasal 3
Perpres Nomor 87 Tahun 2017 meliputi nilai-nilai religius, jujur,
toleran, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut juga senada dengan
Pasal 2 Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018. Nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi
berasal dari empat sumber yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan
pendidikan (Zubaedi, 2011:73).
Dalam pasal 2 ayat 2 Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018,
terdapat lima unsur utama nilai karakter yang saling berkaitan
sehingga membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai
prioritas Gerakan PPK (Tim PPK Kemendikbud, 201: 8) yaitu
religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.
Nilai-nilai utama tersebut berdasarkan nilai-nilai Pancasila, 3 pilar
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), kekayaan budaya bangsa
(kearifan lokal) dan kekuatan moralitas yang dibutuhkan bangsa
Indonesia menghadapi tantangan di masa depan. Kristalisasi nilai-nilai
PPK dimaksud adalah sebagai berikut :

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.2 Kristalisasi Nilai-Nilai PPK


(Sumber: https://slidetodoc.com/perpres-nomor-87-tahun-
2017- tentang-penguatan-pendidikan/ )
1) Religiusitas
Nilai religiusitas merupakan nilai yang mencerminkan
keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan
dalam perilaku sehari-hari seperti melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama,
menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan
pemeluk agama lain. Nilai religiusitas merupakan nilai yang terdiri
dari tiga dimensi relasi sekaligus yaitu, hubungan antara individu
dengan Tuhan, individu dengan sesama, serta individu dengan
alam semesta (lingkungan). Nilai religiusitas ini mampu
ditunjukkan dalam perilaku mencintai serta menjaga keutuhan
ciptaan.
2) Nasionalisme
Nilai nasionalisme merupakan nilai yang berkaitan dengan cara
untuk dapat berpikir, bersikap maupun berbuat dengan
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan
politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
3) Kemandirian

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nilai kemandirian merupakan nilai yang berkaitan dengan sikap


serta perilaku yang tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
4) Gotong royong
Nilai gotong royong merupakan nilai yang dapat mencerminkan
suatu tindakan untuk dapat saling menghargai, semangat untuk
kerja sama, bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi serta persahabatan, dan mampu
memberi bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan.
5) Integritas
Nilai integritas merupakan nilai yang berkaitan terhadap perilaku
yang didasarkan pada upaya dalam menjadikan seseorang sebagai
orang yang dapat dipercaya melalui perkataan, tindakan maupun
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Kelima nilai utama karakter ini, bukanlah nilai yang mampu untuk
berdiri dan berkembang sendiri. Melainkan kelima nilai tersebut
merupakan nilai yang saling berinteraksi satu sama lain, yang
berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi (Tim
PPK Kemendikbud, 2017: 9).
d. Manfaat Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) memiliki beberapa
manfaat (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 16) yaitu antara lain:
1) Penguatan karakter siswa dalam mempersiapkan daya saing siswa
dengan kompetensi abad 21 (berpikir kritis, kreatif, mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi).
2) Pembelajaran dilakukan terintegrasi di sekolah dan di luar sekolah
dengan pengawasan guru.
3) Revitalisasi peran kepala sekolah sebagai manajer dan guru sebagai
inspirator PPK.

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4) Revitalisasi komite sekolah sebagai badan gotong royong sekolah


dan partisipasi masyarakat.
5) Penguatan peran keluarga melalui kebijakan pembelajaran lima (5)
hari.
6) Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga
masyarakat, pegiat pendidikan, pegiat kebudayaan dan sumber-
sumber belajar lainnya.
e. Fokus Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Dalam gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) terdapat 3
hal yang menjadi fokus gerakan (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 5). 3
hal tersebut antara lain:
1) Struktur Program
Struktur program dalam gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) berfokus pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Struktur program dilakukan dengan
cara memanfaatkan ekosistem pendidikan yang ada di lingkungan
sekolah serta melakukan penguatan kapasitas terhadap kepala
sekolah, guru, orang tua, komite sekolah dan pemangku
kepentingan lain yang relevan.
2) Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum dalam gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada, melainkan
dengan cara melakukan optimalisasi kurikulum pada satuan
pendidikan, yaitu melalui kegiatan intrakurikuler (berkaitaan
dengan mempelajari mata pelajaran umum untuk memenuhi
kurikulum), kokurikuler (berkaitan dengan kegiatan untuk
memperdalam kompetensi dasar pada kurikulum), dan
ekstrakurikuler (berkaitan dengan kegiatan untuk mengasah bakat
dan minat anak serta keagamaan) di lingkungan sekolah.
3) Struktur Kegiatan
Struktur kegiatan dalam gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) berfokus untuk dapat mengajak masing-masing sekolah

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam menemukan ciri khasnya. Sehingga dengan demikian,


sekolah akan menjadi kaya dan unik serta dapat mewujudkan
kegiatan pembentukan karakter empat dimensi pengolahan karakter
yang telah digagas oleh Ki Hadjar Dewantara meliputi olah rasa,
olah hati, olah pikir dan olah raga.
f. Basis Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
Terdapat 3 basis yang digunakan dalam gerakan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 6) yaitu
antara lain:
1) Berbasis Kelas
a) Integrasi proses pembelajaran dalam kelas melalui isi
kurikulum dalam mata pelajaran, baik secara tematik maupun
terintegrasi.
b) Memperkuat manajemen kelas dan pilihan metodologi dan
evaluasi pengajaran.
c) Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
2) Berbasis Budaya Sekolah
a) Pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah.
b) Keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
c) Melibatkan ekosistem sekolah.
d) Ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui kegiatan
ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
e) Memberdayakan manajemen sekolah.
f) Mempertimbangkan norma, peraturan dan tradisi sekolah.
3) Berbasis Masyarakat
a) Potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti
keberadaan serta dukungan pegiat seni & budaya, tokoh
masyarakat, dunia usaha dan dunia industri.
b) Sinergi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup
akademisi, pegiat pendidikan dan LSM.
c) Sinkronisasi program dan kegiatan melalui kerjasama dengan
pemerintah daerah dan juga masyarakat serta orang tua siswa.

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas


PPK berbasis kelas artinya bahwa PPK dilaksanakan terintegrasi dalam
mata pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan diperkuat dengan kegiatan
yang manajemen kelas (Saprin dalam Yuliana,dkk, 2019: 110). Program
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas lebih banyak
melibatkan siswa terhadap aktivitas yang merangsang rasa ingin tahu
siswa daripada metode ceramah serta dapat menerapkan kurikulum
berbasis luas (broad based curriculum) sehingga akan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber-sumber belajar (Effendy dalam Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 6). Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas
dilaksanakan melalui kegiatan pengintegrasian PPK dalam kurikulum,
manajemen kelas, pilihan dan penggunaan metode, mata pelajaran khusus,
gerakan literasi, dan layanan bimbingan konseling (Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 27).
a. Pengintegrasian PPK dalam Kurikulum
Pengintegrasian program PPK ke dalam kurikulum memiliki arti
bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama yang terdapat di
PPK pada proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran.
Pengintegrasian nilai utama karakter ini bertujuan agar dapat
menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran,
serta mempraktikkan nilai utama PPK. Langkah yang dilakukan untuk
menerapkan PPK melalui pembelajaran terintegrasi ke dalam
kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut (Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 27):
1) Melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang
terkandung dalam materi pembelajaran. Analisis nilai-nilai karakter
dalam kompetensi (KI/KD) yang dilakukan oleh guru bertujuan
untuk menentukan prioritas nilai yang akan diajarkan dalam satu
pembelajarn atau satu kompetensi dasar (Tim PPK Kemendikbud,
2017: 8), seperti KD yang tercantum dalam mata pelajaran PPKn
kelas 5 tema 3 sub tema 1 yaitu KD 4.3 Menyelenggarakan
kegiatan yang mendukung keragaman sosial budaya masyrakat.
Melalui KD tersebut, karakter yang ingin dikembangkan adalah

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

toleransi.

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2) Mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan


memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas
yang relevan. Saat mengimtegrasikan karakter toleransi ke dalam
perencanaan pembelajaran, langkah yang dilakukan oleh guru yaitu
memilih metode dan model pembelajaran serta menguraikan
langkah pembelajaran (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 12).
Misalnya dalam mempelajari KD 4.3 tersebut, peserta didik
membuat laporan hasil pengamatan mengenai keragaman
masyarakat yang dilakukan secara berkelompok. Oleh karena itu,
model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif dan menggunakan model diskusi. Penanaman nilai
karakter toleransi yang dilakukan dalam pembelajaran dapat dilihat
pada saat diskusi kelompok. Dalam memilih metode dan model
pembelajaran, guru perlu untuk melihat karakteristik dan dimensi
pengetahuan/keterampilan yang tertuang pada Kompetensi Dasar
(KD), melihat karakter peserta didik dan lingkungan, memilih
aktivitas pembelajaran yang relevan, memvariasikan metode
pembelajaran, dan menentukan model pembelajaran (Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 13).
3) Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP.
Langkah yang dilakukan oleh guru antara lain (Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 16) :
a) Mengelola kelas.
Dalam PPK berbasis kelas langkah yang dilakukan untuk
mengelola kelas yaitu (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 17-19)
antara lain dapat menjadikan kelas sebagai tempat belajar yang
aman, nyaman, ramah dan menyenangkan, menata tempat
duduk yang memungkinkan agar peserta didik dapat bekerja
kelompok dan berdiskusi dengan nyaman, menumbuhkan rasa
kepemilikan peserta didik terhadap ruang kelas dengan
melibatkan mereka dalam penataan dan perawatan kebersihan
ruang kelas, menghiasi ruang kelas secara berkala dengan
karya siswa,

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

slogan, dan kutipan inspiratif, membudayakan nilai-nilai


karakter melalui pengelolaan kelas dengan cara menyepakati
aturan dalam interaksi sosial di kelas, menyepakati pembagian
tanggung jawab di kelas yang dirotasi secara berkala dengan
cara membagi piket kebersihan dan keamanan, menyepakati
jadwal kegiatan rutin harian, minggu dan bulanan seperti
jadwal kegiatan pembuka harian, jadwal menyanyikan lagu
wajib dan nasional. Pada dasarnya, pengelolaan kelas bertujuan
agar pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan baik
dan membantu siswa untuk dapat berkembang maksimal dalam
belajar.
b) Melaksanakan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
c) Memperkaya dan menyeimbangkan kegiatan pembelajaran.
d) Merefleksikan pelaksanaan pembelajaran melalui umpan balik,
kuesioner, anekdot dan selebrasi. Umpan balik yang diberikan
kepada siswa ini penting agar materi yang sudah disampaikan
tidak terlepas dan tanpa kesan (Tim PPK Kemendikbud, 2017:
21)
4) Melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan.
Dalam melakukan penilaian secara otentik, langkah yang
dilakukan oleh guru antara lain (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 24)
: guru mengamati perilaku peserta didik dan mencatatnya dalam
jurnal harian atau mingguan, siswa melakukan penilaian diri dan
memberikan umpan balik positif antar teman dan guru membuat
catatan karakter siswa secara individu. Permendikbud Tahun 2016
Nomor 23 pasal 12 ayat 1, dijelaskan juga bahwa penilaian aspek
sikap dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : mengamati
perilaku peserta didik selama pembelajaran, mencatat perilaku
peserta didik dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan,
menindaklanjuti hasil pengamatan dan mendeskripsikan perilaku
peserta didik.

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5) Melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses


pembelajaran.
b. PPK Melalui Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan momen pendidikan yang
menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan
memiliki otonomi dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk
mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan
mengajak seluruh komunitas kelas untuk membuat komitmen bersama
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan berhasil.
Guru memiliki kewenangan untuk mempersiapkan, mengajar dan
setelah pengajaran dengan cara mempersiapkan skenario pembelajaran
yang berfokus terhadap penanaman nilai-nilai utama karakter. Pada
saat proses pengelolaan dan pengaturan kelas tersebut, terdapat momen
untuk dapat melakukan penguatan nilai pendidikan karakter yaitu
contohnya : sebelum memulai pelajaran, pendidik dapat
mempersiapkan siswa untuk secara psikologis dan emosional agar
dapat memasuki materi pembelajaran dalam menanamkan nilai
kedisiplinan dan komitmen bersama, guru bersama dengan siswa
membuat komitmen yang disepakati pada saat belajar. Tujuan
pengaturan kelas yaitu agar proses pembelajaran berjalan dengan baik
serta dapat membantu setiap individu untuk berkembang secara
maksimal dalam belajar (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 28).
c. PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terintegrasi
ke dalam kurikulum, dapat dilakukan melalui pembelajaran di kelas
dengan cara memilih dan juga menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang tepat. Guru harus pandai dalam memilih dan
menentukan metode pembelajaran agar secara tidak langsung dapat
menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Metode
pembelajaran yang telah dipilih oleh guru harus mampu membantunya
dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
oleh siswa. Melalui metode tersebut diharapkan siswa dapat memiliki

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI, seperti kecakapan


berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan
bahasa internasional serta kerja sama dalam pembelajaran
(collaborative learning).
Beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih guru secara
kontekstual, antara lain:
1) Metode pembelajaran saintifik (scientific learning), merupakan
metode pembelajaran yang didasarkan pada proses keilmuan
dengan langkah kegiatan yang dimulai dari merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan.
2) Metode Inquiry/discovery learning merupakan metode yang berupa
penelitian/penyingkapan.
3) Metode pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning)
merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada
mengidentifikasi serta memecahkan masalah nyata, praktis,
kontekstual, berbentuk masalah yang strukturnya tidak jelas atau
belum jelas solusinya (ill-structured) atau open ended.
4) Metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning)
merupakan metode pembelajaran yang menggunakan proyek
sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada metode ini
penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas siswa untuk
menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti,
menganalisis, membuat sampai dengan mempresentasikan produk
berdasarkan pengalaman nyata.
5) Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
metode pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan
keanggotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin,
dan suku/ras berbeda). Dalam menyelesaikan tugas kelompok,

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk


memahami suatu bahan pembelajaran.
6) Metode pembelajaran berbasis teks (text-based instruction/genre-
based instruction) merupakan metode pembelajaran yang
berorientasi terhadap kemampuan siswa untuk menyusun teks.
Dasar metode ini terletak pada permodelan teks dan analisis
terhadap fitur-fiturnya secara eksplisit serta berfokus pada
hubungan antara teks dan konteks penggunaanya. Perancangan unit
mengarahkan siswa agar mampu memahami dan memproduksi teks
baik lisan maupun tulis dalam berbagai konteks. Oleh karena itu,
siswa perlu memahami fungsi sosial, struktur dan fitur kebahasaan
teks.
d. PPK Melalui Pembelajaran Tematis
Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran tematis
merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan
nilai-nilai tertentu. Tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkan
dalam bentuk pembelajaran di kelas yang diharapkan agar semakin
memperkaya praksis PPK di sekolah. Satuan pendidikan mendesain
sendiri tema dan prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan
ditekankan. Satuan pendidikan juga dapat menyediakan guru khusus
atau dapat juga memberdayakan guru yang ada untuk mengajarkan
materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan
karakter.
e. PPK Melalui Gerakan Literasi
Gerakan literasi merupakan kegiatan yang mengasah kemampuan
untuk mengakses, memahami, mengolah dan memanfaatkan informasi
secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis,
menyimak dan berbicara untuk menumbuh kembangkan karakter
seseorang menjadi pribadi yang tangguh, kuat dan baik. Dalam konteks
kegiatan PPK berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat
diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran
yang

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ada dalam struktur kurikulum. Guru dapat mengajak siswa membaca,


menulis, menyimak dan mengomunikasikan secara teliti, cermat, dan
tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai sumber, baik
melalui buku, surat kabar, media sosial maupun media-media lain.
Sekolah biasanya akan menyediakan pojok baca di setiap ruang kelas
yang dapat digunakan oleh siswa untuk membaca dan mendukung
gerakan literasi.
f. PPK Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling
Penguatan Pendidikan Karakter dapat dilakukan secara terintegrasi
melalui pendampingan siswa dalam melalui bimbingan dan konseling.
Peranan guru BK untuk membantu semua siswa dalam pengembangan
ragam potensi meliputi pengembangan aspek belajar/akademik, karier,
pribadi dan sosial. Bimbingan dan konseling dilaksanakan secara
kolaboratif dengan para guru mata pelajaran, tenaga kependidikan,
maupun orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Peran dan
tanggung jawab bimbingan dan konseling dalam PPK adalah
pengembangan perilaku jangka panjang yang menyangkut lima nilai
utama tersebut sebagai kekuatan nilai pada pribadi individu di dalam
mengembangkan potensi di bidang belajar, karier, pribadi dan sosial.
Keutuhan layanan bimbingan dan konseling diwujudkan dalam
landasan filosofis bimbingan dan konseling yang memandirikan,
berorientasi perkembangan, dengan komponen-komponen program
yang mencakup (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3)
perencanaan individual dan peminatan, dan (4) dukungan sistem
(sesuai Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah):
1) Layanan Dasar
Layanan Dasar merupakan pendampingan yang diperuntukkan bagi
seluruh peserta didik (konsel) melalui kegiatan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok untuk mengembangkan
perilaku jangka panjang dalam pengembangan perilaku belajar,
karier, pribadi dan sosial. Nilai utama PPK diindentifikasi dan

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diintegrasikan ke dalam pengembangan perilaku belajar/akademik,


karier, pribadi dan sosial yang dikeams dalam topik atau tema
tertentu dan dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Layanan
Bimbingan dan Konseling (RPLBK). Layanan dasar merupakan
momen utama BK yang paling memungkinkan integrasi nilai-nilai
utama PPK ke dalam layanan bimbingan dan konseling. Integrasi
nilai-nilai utama PPK ke dalam pengembangan perilaku belajar,
karier, pribadi, dan sosial.
2) Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi
peserta didik tertentu, baik individual maupun kelompok, yang
memerlukan bantuan segera agar peserta didik tidak terhambat
dalam pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Bantuan
diberikan melalui konseling,konsultasi, kolaborasi, kunjungan
rumah, dan alih tangan (pengalihan penanganan konseli pada ahli
lain karena sudah di luar kewenangan konselor/guru BK). Nilai-
nilai utama PPK diinkorporasikan dalam proses pemberian bantuan
baik secara individual maupun kelompok.
3) Layanan Perencanaan Individual dan Permintaan
Layanan ini dimaksudkan untuk membantu setiap peserta didik
dalam pengembangan bakat dan minatnya, melalui pemahaman
diri, pemahaman lingkungan, dan pemilihan program yang cocok
dengan bakat dan minatnya. Nilai-nilai utama PPK
diinkorporasikan dalam proses pemahaman diri dan penguatan
pilihan serta pembelajaran dalam pengembangan bakat dan minat.
Pembelajaran sebagaimana disebutkan, lebih merupakan tanggung
jawab guru mata pelajaran atau bidang yang sesuai dengan minat
peserta didik.
4) Dukungan Sistem
Dukungan sistem terkait dengan aspek manajemen dan
kepemimpinan sekolah di dalam mendukung layanan bimbingan
dan konseling untuk memperkuat PPK. Dukungan sistem ini
termasuk di dalamnya kebijakan, ketenagaan, dana, dan fasilitas.

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


a. Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah
yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan
Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai
yang terakhir pada kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan sekarang kembali lagi
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia dan
diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik (Sucahyono, 2016: 7).
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah muatan
pelajaran yang sarat isi dengan nilai-nilai Pancasila untuk membentuk
kepribadian seseorang. Maka dari itu dalam pembelajaran pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan tidak cukup menekankan pada
penghafalan melainkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
dipraktekkan dan diterapkan dalam kehidupan nyata (Azhar, 2018 :
36). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara
dengan negara. Selain itu, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
menekankan pada pembangunan karakter dan pelestarian nilai-nilai
pancasila (Warsono, 2010: 350). Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang membentuk watak
warga negara yang baik dengan karakter yang sesuai dengan Pancasila
dan UUD 1945 (Widiyanto, 2017: 28). Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran untuk
membentuk calon warga negara yang baik dengan memiliki 3 aspek
yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan (Widiyanto, 2017: 33).
Dalam mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

materi yang diajarkan lebih banyak membangun karakter siswa bukan


ranah kognitif / teori tetapi lebih ke ranah afektif dan psikomotornya
agar peserta didik memiliki karakter Pancasila dimana ia mampu
menempatkan dirinya dalam arus globalisasi terutama dalam
menyikapi kemajuan teknologi informasi (Zulhemin, 2015: 63).
Tujuan utama mata pelajaran PPKn yaitu untuk membentuk warga
negara muda yang baik dengan memiliki karakter sesuai dengan UUD
1945 dan Pancasila (Murdiono, 2012: 47). Selain itu, tujuan utama
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk
sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan
filsafat bangsa yaitu Pancasila (Rahayu, 2013: 3). Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan bertujuan untuk menjadikan warga
negara yang cerdas dan baik serta mampu untuk mendukung
keberlangsungan bangsa dan negara (Japar, 2019: 22).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik benang merah bahwa
yang dimaksud dengan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
adalah muatan pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk
mengembangkan, melestarikan nilai-nilai luhur pancasila, membekali
budi pekerti yang bertujuan agar cinta tanah air, cerdas, dan
berkarakter yang di dalamnya termasuk karakter toleransi.

6. Karakter Toleransi
a. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari kata “toleran” yang berarti bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan),
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan
sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan
pendiriannya (Poerwadarminta, 2008: 1477-1478). Toleransi
merupakan pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau
masyarakat untuk menjalankan keyakinan atau mengatur hidupnya
serta nasibnya masing-masing, dan tidak melanggar dan tidak
bertentangan

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

saat menjalankan dan menentukan sikapnya sehingga tercipta


ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat (Hasyim, 1979: 22).
Toleransi adalah kerukunan yang tercipta karena perbedaan, yang
bukan berkaitan dengan tugas atau kewajiban moral, melainkan
berkaitan juga dengan persyaratan politik dan hukum (Yaumi, 2014:
91). Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya. Toleransi menjadi wujud sikap menerima
dengan kepenuhan hati akan keberadaan setiap warga negara dengan
seluruh perbedaan latar belakang agama, budaya dan suku bangsa
(Suseno, 1998: 11). Toleransi merupakan salah satu kunci utama untuk
mewujudkan kerukunan umat beragama maupun kehidupan pada
umumnya (Sapsuha, 2013: 179).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik benang merah
bahwa yang dimaksud toleransi adalah suatu sikap kebebasan untuk
menciptakan kerukunan yang terbuka pada pendapat, menerima
pandangan baru, akomodatif terhadap keragaman kultur, berpartisipasi,
serta belajar hal baru.
Seseorang yang bersikap toleransi akan menekan setiap hal yang
dapat memicu timbulnya perselisihan, permusuhan dan perpecahan
yang diakibatkan oleh adanya persoalan perbedaan kepercayaan, adat
istiadat, suku dan agama. Toleransi sangat penting diinternalisasikan
dan dibiasakan sejak dini. Nilai toleransi dapat diinternalisasikan
melalui pendidikan di sekolah (Rianawati, 2019: 34). Toleransi
merupakan penghargaan dan penghormatan terhadap pluralitas yang
mengedepankan aspek kemanusiaan dan etika sebagai pilar utaa
penyangga terbentuknya masyarakat yang terbuka dan mampu bekerja
sama dalam kemajemukan (Muawanah, 2018: 62). Toleransi antar
umat beragama merupakan penentu kerukunan dan keharmonisan
kehidupan masyarakat dimana terciptanya hubungan sosial yang
dinamis serta menyangkut hubungan orang perorang maupun antar
kelompok masyarakat. Toleransi yang tinggi antar umat beragama
terlihat dengan tidak pernah terjadi konflik terbuka antar umat

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

beragama, bahkan

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diantara mereka terjalin kerjasama antara kelompok agama yang satu


dengan lainnya (Faridah, 2013: 17).
b. Indikator Karakter Toleransi
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur dan
menilai sikap toleran yaitu (Stevenson dalam Yaumi, 2014: 92) yaitu
(1) terbuka terhadap berbagai pendapat orang (terbuka dalam
mempelajari tentang keyakinan dan pandangan-pandangan orang lain),
(2) menerima pandangan baru (menunjukkan sikap menerima terhadap
pandangan baru dengan memberi respons positif), (3) akomodatif
terhadap keragaman kultur (mampu menyesuaikan diri terhadap
keragaman suku, ras, agama, tradisi, etnik, bahasa, warna kulit, dan
sebagainya), (4) berpartisipasi dan mendengarkan dengan baik
(menunjukkan partisipasi aktif terhadap orang lain dan mendengarkan
dengan penuh penghargaan), dan (5) keinginan kuat untuk belajar dari
orang lain (menunjukkan keinginan kuat untuk mempelajari sesuatu
dari orang lain).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik benang merah
bahwa yang dimaksud toleransi adalah suatu sikap kebebasan untuk
menciptakan kerukunan yang terbuka pada pendapat, menerima
pandangan baru, akomodatif terhadap keragaman kultur, berpartisipasi,
serta belajar hal baru.

7. Siswa Sekolah Dasar


Siswa adalah kelompok orang dengan usia tertentu yang belajar,
baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut dengan murid
atau pelajar ( Lanti, 2016: 12). Anak usia sekolah adalah anak yang berada
pada usia-usia sekolah dengan usia 6-12 tahun (Walansendow. 2016 : 1).
Anak sekolah dasar adalah murid-murid yang sedang menuntut ilmu di
lembaga pendidikan dasar ataupun yang sederajat. Biasanya berusia antara
6-12 tahun. Anak-anak pada masa usia tersebut sering disebut dengan
masa sekolah karena pada masa itu anak sedang matang-matangnya untuk
masuk sekolah (Marsetyaningsih, 2014 : 21). Anak usia SD/MI adalah
anak yang

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berusia 6 hingga 12 tahun yang berada pada tahap perkembangan tertentu


baik secara kognitif, fisik, moral maupun sosio-emosional (Trianingsih,
2018 : 3).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik benang merah bahwa
yang dimaksud dengan anak sekolah dasar adalah anak yang sedang
berusia 6-12 tahun yang berada pada tahap perkembangan tertentu baik
secara kognitif, fisik, moral maupun sosio-emosional serta sedang
menuntut ilmu di lembaga pendidikan dengan belajar secara kelompok
maupun individu.
Perkembangan kognitif anak merupakan suatu proses genetik yaitu
suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan
syaraf. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin
komplekslah susunan sel syaraf dan semakin meningkat pula
kemampuannya. Oleh karena itu proses belajar seseorang akan mengikuti
pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya (Darmadi,
2017: 11).
Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif
seorang anak menjadi empat tahap yaitu: (1) tahap sensorimotor (usia 0-2
tahun), (2) tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), (3) tahap operasional
konkret (usia 8-11 tahun), dan (4) tahap operasional formal (usia 11 tahun
ke atas). Tahap sensorimotor ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan
tindakan inderawinya. Tahap pra-operasional ditandai dengan mulai
digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau
pemikiran, khususnya penggunaan bahasa. Tahap operasional konkret
merupakan tahap yang ditandai dengan penggunaan aturan logis yang
jelas. Tahap operasional formal dicirikan dengan pemikiran abstrak,
hipotesis, deduktif, serta induktif . Secara skematis tahap tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini (Suparno, 2001: 24).

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan


Sensorimotor 0-2 tahun  Berlandaskan tindakan
 Langkah demi langkah
Pra-operasional 2-7 tahun  Penggunaan simbol/bahasa
tanda
 Konsep intuitif
Operasional 8-11 tahun  Pakai aturan jelas/logis
Konkret  Reversible dan kekekalan
Operasional Formal 11 tahun  Hipotesis
ke atas  Abstrak
 Deduktif dan induktif
 Logis dan probabilitas
Tabel 2.1 Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap-tahap perkembangan di atas saling berkaitan satu sama lain.


Urutan tahap-tahap tidak dapat diukur atau dibalik, karena tahap
sesudahnya mengandaikan terbentuknya tahap sebelumnya. Tetapi, tahun
terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi seseorang
(Suparno, 2001 : 25).
Pada penelitian ini, peneliti memilih kelas 5 SD sebagai subjek
dalam penelitian dikarenakan pada usia ini anak memasuki tahap
perkembangan kognif yaitu operasional konkret. Dimana pada tahap ini
anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis serta
ditandai dengan adanya reversible dan kekekalan. Pada tahap ini juga anak
sudah memiliki kematangan baik secara perilaku, moral maupun kognitif.
Hal ini dapat membawa dampak kepada anak untuk membedakan perilaku
yang baik dan buruk.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Bagian ini memaparkan beberapa penelitian yang relevan mengenai
implementasi pendidikan nilai dan karakter toleransi melalui muatan
pembelajaran PPKn pada siswa kelas V SD, sebagai berikut:

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nurjannah (2018) meneliti pembentukan karakter melalui pembelajaran


ppkn siswa SDN Peunaga Cut Ujong. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pembentukan karakter melalui penerapan pembelajaran PPKn di
SDN Peunaga Cut Ujong Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa guru di SDN Peunaga Cut Ujong membentuk karakter
siswa melalui pembelajaran PKn dengan cara menjelaskan contoh-contoh
yang kongkrit melalui media gambar atau dalam lingkungan sehari-hari yang
sering dilihat dan diamati oleh siswa.
Muliaty (2019) meneliti implementasi pendidikan karakter bertoleransi
antarumat beragama melalui kegiatan sekolah di SDN INPRES 6.88 Perumnas
2 Kota Jayapura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
pendidikan karakter bertoleransi antarumat beragama melalui kegiatan sekolah
di SDN inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan pedagogik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter bertoleransi antarumat
beragama pada peserta didik melalui kegiatan sekolah terintegrasikan ke
dalam dua kegiatan, yaitu: Pertama, kegiatan pengembangan diri diwujudkan
dalam kegiatan rutin (berjabat tangan, berdoa setiap hari di akhir
pembelajaran, doa bersama, english day, baca senyap, senam waniambey,
dan peringatan hari besar agama), kegiatan spontan (menegur peserta didik
yang tidak membaur dengan teman lain, membuat kelompok sendiri, dan
melakukan tindakan intoleran, serta membiasakan peserta didik untuk
memiliki kepedulian sosial terhadap temannya), keteladanan guru, dan
pengkondisian (pemasangan poster dan slogan yang berkaitan dengan sikap
toleransi dan pembentukan kelompok belajar). Kedua, pengintegrasian nilai
toleransi ke dalam mata pelajaran dilakukan dengan cara mencantumkan nilai
toleransi ke dalam silabus dan RPP. Putranti dan Susanti (2019) meneliti
tentang penerapan program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di
sekolah dasar se-Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis
kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Sleman saat ini. Penelitian ini

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei.


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru sudah menerapkan program
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas dengan memperhatikan 3
aspek. Pada aspek sosialisasi sudah diterapkan sebesar 83,75%, aspek pra
observasi sebesar 97%, dan aspek observasi kelas sebesar 96,71%. Hal itu
ditunjukkan dengan guru yang sudah mendapatkan informasi PPK,
melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin, mengawali doa sebelum
memulai pelajaran, menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu wajib, dan lagu
daerah pada awal dan akhir pelajaran, menyisipkan nilai karakter pada RPP,
menggunakan metode pembelajaran yang tepat, dan memberikan umpan balik
kepada peserta didik tentang karakter yang dituangkan dalam RPP.
Berdasarkan penelitian terdahulu, implementasi pendidikan karakter dapat
ditekankan melalui muatan pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Peneliti
melihat bahwa dari penelitian terdahulu lebih banyak meneliti tentang
pendidikan karakter dalam muatan pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Maka dari itu pada penelitian ini, peneliti mengembangkan dan memfokuskan
pada Implementasi Pendidikan Nilai dan Karakter Toleransi Melalui Muatan
Pelajaran PPKn Bagi Siswa Kelas V. Berikut literature map mengenai ketiga
penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti:
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dari gambar 2.3 bagan
literature map

Nurjannah (2018) Siswa SD –


Pembentukan Karakter

Yang diteliti :
Muliaty,dkk (2019) Kegiatan Implementasi Pendidikan Nilai
Sekolah – Pendidikan dan Karakter Toleransi Melalui
Karakter Bertoleransi Muatan Pelajaran PPKn Bagi
Siswa Kelas V

Putranti (2019) SD Se-


Kecamatan Sleman – PPK
Berbasis Kelas

Gambar 2.3 Bagan Literature Map

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.3 memaparkan bahwa tiga penelitian relevan yang digunakan


oleh peneliti memiliki hubungan dengan penelitian ini karena ketiganya
meneliti tentang penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar. Ketiga
penelitian ini menunjukkan adanya penerapan pendidikan karakter toleransi
melalui muatan pembelajaran dalam basis kelas dan kebiasaaan di sekolah.
oleh karena itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan
penelitian sebelumnya karena penerapan pendidikan karakter toleransi dalam
penelitian ini mengintegrasikan pendidikan karakter toleransi dalam muatan
pembelajaran PPKn, rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran PPKn di dalam kelas.

C. Kerangka Berpikir
Pendidikan karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk
mengetahui, mencintai, melakukan, mengembangkan, mendorong dan
memberdayakan nilai-nilai kebaikan dengan menanamkannya agar menjadi
suatu kebiasaan. Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk karakter dan
kepribadian yang baik dalam diri seseorang. Salah satu karakter penting yang
harus dibentuk dan dikembangkan oleh anak adalah karakter toleransi.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di


sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik),
olah rasa (estetis), olah piker (literasi) dan olah raga (kinestik) dengan
dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga dan
masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Terdapat 3 basis dalam PPK yaitu: kelas, budaya sekolah dan masyarakat.

Pada penelitian ini, difokuskan pada PPK berbasis kelas. PPK berbasis
kelas adalah PPK yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran, kegiatan belajar
mengajar dan diperkuat dengan kegiatan manajemen kelas. Salah satu karakter
yang dikembangkan adalah karakter toleransi.

Toleransi adalah suatu sikap berupa kebebasan yang diberikan kepada


manusia atau masyarakat untuk menjalankan keyakinan atau mengatur
hidupnya masing-masing dengan tidak melanggar atau bertentangan pada saat

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjalankan kebebasannya sehingga tercipta kerukunan dan perdamaian.


Terdapat indikator seseorang memiliki karakter toleransi yaitu: terbuka
terhadap berbagai pendapat orang (terbuka dalam mempelajari tentang
keyakinan dan pandangan-pandangan orang lain), menerima pandangan baru
(menunjukkan sikap menerima terhadap pandangan baru dengan memberi
respons positif), akomodatif terhadap keragaman kultur (mengakomodasi
keragaman suku, ras, agama, tradisi, etnik, bahasa, warna kulit, dan
sebagainya), berpartisipasi dan mendengarkan dengan baik (menunjukkan
partisipasi aktif dalam orang lain dan mendengarkan dengan penuh
penghargaan), dan keinginan kuat untuk belajar dari orang lain (menunjukkan
keinginan kuat untuk mempelajari sesuatu dari orang lain).

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah program mata


pelajaran yang membentuk manusia menjadi pribadi yang memiliki rasa
kebangsaan, cinta tanah air, memahami dan menerima keragaman. Pendidikan
Pancasila adalah bagian dari Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, antara lain: manusia beriman
dan bertaqwa pada Tuhan, berbudi pekerti luhur, bekerja mandiri, cerdas,
kreatif, terampil, disiplin, memiliki etos kerja, profesional, tanggung jawab,
produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) perlu diimplementasikan di


sekolah. Salah satunya melalui pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini,
peneliti berusaha meneliti tentang implementasi pendidikan karakter toleransi
melalui muatan pembelajaran PPKn yang diselenggarakan di salah satu SD
yang berada di Klaten yaitu SD Negeri 1 Barenglor Klaten.

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
Uraian bab ini terdiri atas (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) desain
penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrument penelitian, (6) kredilitas
dan transferbilitas, (7) teknik analisi data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah penelitian
deskriptif kualitatif dengan metode Expost Facto. Penelitian dengan metode
Expost Facto merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti sesuatu
peristiwa yang telah terjadi dan peristiwa itu sendiri terjadi bukan atas kendali
peneliti. Dimana peneliti mencoba mengungkap kaitan antara variable tertentu
pada kejadian tersebut (Samani, dkk, 2020: 79) Peneliti menggunakan penelitian
kualitatif karena ingin mendeskripsikan serta menyajikan data secara alamiah
dalam bentuk kata-kata berdasarkan hasil dokumentasi, kuesioner atau angket dan
wawancara yang sesuai fakta di lapangan. Peneliti sebagai salah satu kunci yang
berperan penting sebagai instrument dalam melaksanakan penelitian untuk
mengumpulkan data.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (antara dokumentasi,
kuesioner dan wawancara), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014: 1).
Penelitian kualitatif berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara
naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan yang dilakukan
terhadap kehidupan mereka (Erickson dalam Anggito, 2018: 8). Secara mendasar,
penelitian kualitatif memiliki dua tujuan, yaitu: (1) menggambarkan dan
mengungkapkan (to describe and explore), dan (2) menggambarkan dan
menjelaskan (to describe and explain) (Anggito, 2018: 14).
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
deskriptif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun
rekayasa manusia yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas,
serta keterkaitan antar kegiatan. Data yang diperoleh bersifat apa adanya karena
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada

44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penelitian ini lebih menekankan makna pada hasilnya (Sukmadinata, 2011: 73).
Penelitian kualitatif deskriptif memiliki tujuan untuk “mengambil sebuah gambar”
dan mendeskripsikan gambar tersebut menggunakan kata-kata (Manzilati, 2017 :
53). Hal ini dikarenakan peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana implementasi
pendidikan pendidikan nilai karakter toleransi dalam muatan pembelajaran PPKn
pada siswa kelas V A dan V B di SD Negeri 1 Barenglor. Peneliti memilih 2
narasumber yaitu kepala sekolah dan guru kelas V A dan B SD Negeri 1
Barenglor sebagai acuan peneliti untuk memperoleh data melalui wawancara
untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan nilai dan karakter toleransi
dalam muatan pembelajaran PPKn. Dan juga hasil data diperoleh dari 2 siswa
kelas V serta guru kelas kelas V A dan V B berupa kuisioner/angket. Data yang
dikumpulkan berupa perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis data
dan kesimpulan.

B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri 1 Barenglor yang terletak di
Jl Panembahan Senopati, Barenglor, Klaten Utara, Klaten. Sekolah dasar
ini dibangun di tempat yang strategis. Untuk mencari sekolah tidak
memerlukan waktu yang lama dan sangat mudah untuk dicari karena posisi
sekolah terletak di dekat kantor camat Klaten Utara.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan
penelitian yaitu pada awal bulan Agustus 2020 sampai Desember 2020.
Tahap Waktu Keterangan
Perencanaan Agustus 2020 Melakukan penyusunan
proposal penelitian.
Penyusunan Instrumen September – Oktober Menyusun instrument
2020 penelitian berupa
dokumentasi,
kuesioner/angket dan
wawancara.

45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pengumpulan Data November 2020 Mengurus ijin penelitian,


serta melakukan koordinasi
dengan guru mitra dan
kepala sekolah
mengumpulkan data
penelitian yang dilakukan
melalui dokumentasi,
kuesioner dan wawancara.
Analisis Data Desember 2020 Menganalisis berbagai data
yang telah diperoleh peneliti

3. Subjek penelitian
Subjek penelitian yang peneliti gunakan adalah kepala sekolah,
guru kelas V A dan V B, serta siswa kelas V yang berjumlah 2 orang di SD
Negeri 1 Barenglor.
4. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini peneliti memperoleh sumber informasi
data dari subjek penelitian, yaitu berkaitan dengan perencanaan (RPP) dan
pelaksanaan pembelajaran di kelas dalam mengimplementasikan
pendidikan nilai karakter toleransi pada siswa kelas V A dan V B di SD
Negeri 1 Barenglor. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru kelas V
A dan V B dengan pembelajaran tematik.

46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Desain Penelitian

Perencanaan Penyusunan
Instrumen

Pengumpulan
Data

Kesimpulan Analisis Data

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian


1. Perencanaan
Peneliti melakukan perencanaan dengan menentukan terlebih
dahulu lokasi untuk melaksanakan kegiatan penelitian, yaitu di SD Negeri
1 Barenglor. Kemudian peneliti memilih kelas V A dan V B sebagai kelas
yang akan dilaksanakan kegiatan observasi. Peneliti memilih kelas tersebut
karena kelas tersebut telah melaksanakan implementasi pendidikan
karakter toleransi pada muatan pembelajaran PPKn dan pemilihan kelas
ditentukan oleh guru kelas V. Selanjutnya, peneliti menentukan
narasumber untuk diwawancarai tentang implementasi nilai dan karakter
toleransi pada muatan pembelajaran PPKn yaitu kepala sekolah, guru kelas
V A, dan V B.
2. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan
untuk memperoleh data dari kegiatan proses pembelajaran di kelas V A,
kegiatan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas V A dan V B,
dan kuesioner/angket untuk guru kelas V A dan V B tentang implementasi
pendidikan nilai dan karakter toleransi pada muatan pembelajaran PPKn.
3. Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data melalui teknik dokumentasi,
kuesioner, dan wawancara. Peneliti menggunakan kuesioner terbuka yang
ditujukan kepada guru kelas V A dan V B untuk memperoleh data
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengenai

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

implementasi pendidikan karakter di kelas yang memberikan timbal balik


kepada siswa tersebut, serta memberikan kuesioner kepada siswa kelas V
untuk mengetahui dampak/hasil yang diperoleh siswa dalam implementasi
pendidikan karakter toleransi di kelas. Pada teknik wawancara, peneliti
menggunakan teknik wawancara terstruktur kepada kepala sekolah, guru
kelas V A, dan guru V B di SD Negeri 1 Barenglor. Peneliti
mengumpulkan data terkait dengan implementasi pendidikan nilai dan
karakter toleransi pada muatan pembelajaran PPKn di kelas V A dan V B
SD Negeri 1 Barenglor. Peneliti juga mengumpulkan data menggunakan
teknik dokumentasi yang meliputi RPP dan lembar hasil kuesioner.
4. Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis data dalam penelitian
menurut Miles dan Huberman. Penelitian ini mengemukakan teknik
analisis data kualitatif yang mencakup 4 tahap kegiatan, yaitu sebagai
berikut: (1) Pengumpulan data, berupa kegiatan yang dilakukan selama
penelitian dari awal hingga akhir, (2) Reduksi data, berupa data kasar yang
diubah menjadi bentuk tulisan naratif yang akan dianalisis, (3) Penyajian
data, berupa proses mengolah data dan pengambilan tindakan, (4)
Penarikan kesimpulan atau verifikasi, berupa proses menjawab pertanyaan
dari hasil penelitian.
5. Kesimpulan
Tahap penarikan kesimpulan adalah memberikan kesimpulan
terhadap analisis/penafsiran data dan evaluasi kegiatan yang mencakup
pencarian makna serta pemberian penjelasan dari data yang diperoleh.
Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah melakukan interpretasi
data. Kemudian melakukan reduksi data penelitian, tetapi dengan
bertambahnya data maka perlu dilakukan verifikasi data akhir. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian
pernyataan responden dengan makna yang terkandung dalam masalah
peneliti secara konseptual.

49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan dokumentasi,
kuesioner/angket, dan wawancara (Mamik, 2015 : 103).
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen,
tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang
dapat mendukung penelitian (Sugiyono, 2015: 329). Peneliti memperoleh
data dari metode dokumentasi dalam penelitian ini berupa RPP beserta
perangkat pembelajaran.
2. Kuesioner atau Angket
Angket atau kuesioner adalah cara atau teknik yang digunakan
seorang peneliti untuk mengumpulkan data dengan menyebarkan lembar
kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para
responden (Maryati & Juju Suryawati, 2006: 130). Kuesioner berisi daftar
pertanyaan terstruktur dengan alternatif jawaban yang tersedia, sehingga
responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi,
sikap, keadaan atau pendapat pribadinya (Suyanto & Sutinah dalam
Nugroho, 2018: 19).
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket
terbuka. Kuesioner terbuka ialah kuesioner yang jawabannya belum
tersedia, sehingga responden diberikan kebebasan untuk mejawab
pertanyaan dengan meggunakan kalimat sendiri. Kuesioner terbuka
disusun apabila jenis jawaban yang akan diberikan beraneka ragam.
Kuesioner terbuka biasanya digunakan untuk meminta pendapat
seseorang (Astiti, 2007 :60).Peneliti dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner terbuka yang ditujukan kepada guru dan siswa kelas V A dan V
B di SD Negeri 1 Barenglor.

50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan/kegiatan yang langsung
direncanakan antara pewawancara dengan yang diwawancarai untuk
memberikan atau menerima informasi tertentu (Moleong dalam Manik,
2015: 108). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebuh mendalam (Sugiyono,
2014: 72). Wawancara biasanya bermaksud untuk memperoleh data,
keterangan, atau pendapat secara lisan dari seseorang yang biasanya
disebut responden (Manik, 2015: 108). Dalam melakukan wawancara,
selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara,
maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar,brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar (Sugiyono, 2014: 73).
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur yang
ditujukan kepada kepala sekolah SD Negeri 1 Barenglor untuk
memperoleh data mengenai implementasi pendidikan karakter toleransi
yang telah dilakukan di sekolah tersebut Wawancara terstruktur adalah
wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman pada
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Dengan wawancara terstruktur
ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data
mencatatnya (Sugiyono, 2014 : 73). Peneliti dalam penelitian ini
melakukan wawancara terstruktur untuk memperoleh data dari kepala
sekolah mengenai program pendidikan karakter di SD Negeri 1 Barenglor.
Wawancara yang dilakukan dengan cara merekam dan menuliskan kata
kunci dalam setiap jawaban yang diberikan. Peneliti juga melakukan
wawancara terstruktur kepada guru kelas V A dan V B SD Negeri 1
Barenglor untuk memperoleh data mengenai impelementasi pendidikan
nilai dan karakter toleransi dalam muatan pembelajaran PPKn serta
hambatan-hambatan dalam kegiatan pembelajaran.

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data


No Implementasi Pendidikan Nilai dan Karakter Toleransi pada
Muatan Pembelajaran PPKn Siswa Kelas V
Teknik Pengumpulan Data Sumber Data
1. Dokumentasi Dokumen berupa RPP beserta
perangkat pembelajaran.
2. Angket atau Kuesioner Guru kelas V A dan V B,
Siswa Kelas V SD Negeri 1
Barenglor
3. Wawancara Terstruktur Kepala Sekolah dan Guru Kelas
V A dan V B SD Negeri 1
Barenglor

E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan salah satu penentu keberhasilan penelitian. Instrumen
berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk
instrument berkaitan dengan metode pengumpulan data (Salim & Khaidir, 2019:
83). Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2014: 59-60). Dalam penelitian
ini, peneliti berperan sebagai perencana, penyusun instrumen, pengumpul data
serta penganalisis data. Oleh karena itu, peneliti merupakan hal kunci untuk
melakukan penelitian. Peneliti juga memiliki pengalaman yang relevan berkaitan
dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini yaitu berupa pengamatan atau
observasi yang dilakukan pada saat Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di
sekolah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen sebagai pedoman
atau alat bantu untuk mengetahui implementasi pendidikan nilai dan karakter
toleransi pada muatan pembelajaran PPKn siswa kelas V A dan V B SD Negeri 1
Barenglor. Alat bantu atau pedoman yang digunakan peneliti sebagai suatu
instrumen penelitian yang dikembangkan untuk mengumpulkan data serta
menjawab maslaah dalam

52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penelitian. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai alat bantu atau pedoman
instrumen penelitian.
1. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati
RPP. Berikut adalah pedoman dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.2 Matriks Pedoman Dokumentasi Kelas V A dan V B Mengenai
Implementasi Pendidikan Nilai dan Karakter Toleransi Pada Muatan
Pembelajaran PPKn.
No Daftar Dokumentasi Keterangan
1 Pendahuluan Literasi
Motivasi
Orientasi
Apersepsi
2 Kegiatan Inti Perangkat Pembelajaran
(Materi, Media, LKPD,
Soal Evaluasi dan
Penilaian)
3 Penutup Kesimpulan/rangkuman
Refleksi
Tindak lanjut

2. Pedoman Kuesioner
a. Pedoman kuesioner guru kelas V A dan V B digunakan peneliti
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi pendidikan
nilai dan karakter toleransi pada siswa pada muatan pembelajaran
PPKn di SD Negeri 1 Barenglor. Kuesioner yang digunakan oleh
peneliti menggunakan jenis kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka
digunakan untuk mengetahui lebih lengkap dari informasi yang
diberikan. Berikut adalah pedoman kuesioner/ angket implementasi
pendidikan nilai dan karakter toleransi pada siswa pada muatan
pembelajaran PPKn di SD Negeri 1 Barenglor.

53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 3.3 Matriks Pedoman Kuesioner/angket Guru Kelas V A dan V


B Mengenai Implementasi Pendidikan Nilai dan Karakter Toleransi
Pada Muatan Pembelajaran PPKn
No Aspek yang ditanyakan
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Pelaksanaan Pendidikan Nilai Karakter Toleransi
3. Pelaksanaan pembelajaran PPKn di dalam kelas
4. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan
nilai karakter toleransi di dalam kelas
5. Hasil dan dampak dari pelaksanaan pendidikan nilai karakter
toleransi di dalam kelas

b. Pedoman kuesioner siswa kelas V digunakan untuk meneliti


pengalaman dan pengetahuan apa saja yang didapatkan siswa selama
proses pembelajaran, mengetahui nilai atau manfaat yang dirasakan
oleh siswa setelah mempelajari PPKn serta tindak lanjut apa yang akan
dilakukan siswa setelah mempelajari nilai karakter tersebut.
Tabel 3.4 Matriks Pedoman Kuesioner/angket Siswa Kelas V A dan V
B Mengenai Implementasi Pendidikan Nilai dan Karakter Toleransi
Pada Muatan Pembelajaran PPKn
No Aspek yang ditanyakan
1. Pengalaman yang didapatkan setelah mempelajari nilai karakter toleransi.

2. Pengetahuan yang di dapatkan mengenai nilai karakter toleransi.


3. Manfaat yang didapatkan dari pembelajaran PPKn terkait dengan nilai
karakter toleransi.
4. Dorongan yang dilakukan untuk menerapkan nilai karakter toleransi.

5. Hambatan dalam menerapkan di kehidupan sehari-hari terkait dengan


nilai
karakter toleransi.

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Pedoman Wawancara
Peneliti menggunakan pedoman wawanacara dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data dari kepala sekolah dan guru kelas V A dan V B
SD Negeri 1 Barenglor.
a. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Pedoman wawancara kepala sekolah dilakukan peneliti untuk
memperoleh data mengenai program pendidikan karakter dan
sejauhmana penerapan program pendidikan karakter dilaksanakan dan
diwujudkan di SD Negeri 1 Barenglor.
Tabel 3.5. Matriks Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Mengenai Pogram Pendidikan Karakter
No Aspek yang ditanyakan
1. Kebijakan program penguatan pendidikan karakter
2. Penerapan pendidikan karakter secara umum di sekolah
3. Penerapan pendidikan karakter toleransi
4. Faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan pendidikan
karakter di sekolah berkaitan dengan pendidikan nilai karakter
toleransi

b. Pedoman Wawancara Guru Kelas V A dan V B


Pedoman wawancara guru kelas V A dan B digunakan peneliti
bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan nilai dan
karakter toleransi pada siswa pada muatan pembelajaran PPKn di SD
Negeri 1 Barenglor. Berikut adalah pedoman wawancara implementasi
pendidikan nilai dan karakter toleransi pada siswa pada muatan
pembelajaran PPKn di SD Negeri 1 Barenglor.

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 3.6 Matriks Pedoman Wawancara Guru Kelas V A dan V B


Mengenai Implementasi Pendidikan Nilai dan Karakter Toleransi Pada
Muatan Pembelajaran PPKn
No Aspek yang ditanyakan
1. Pemahaman mengenai pendidikan nilai karakter
2. Perencanaan pembelajaran
3. Penerapan pendidikan nilai karakter
4. Hasil/dampak dari penerapan pendidikan nilai karakter toleransi
5. Faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan pendidikan
karakter di sekolah berkaitan dengan pendidikan nilai karakter
toleransi

F. Kredibilitas dan Transferbilitas


Pemerikasaan terhadapa keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak
terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:
320). Untuk keperluan pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian
kualitatif, meliputi kredibilitas (credibility), keteralihan (transferbility),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Helaluddin &
Hengki, 2019: 22). Berbagai teknik ini dapat dipilih salah satu atau lebih
untuk mencapai keabsahan data (Endraswara, 2006: 111). Peneliti dalam
keabsahan data penelitian ini menggunakan uji kredibilitas (credibility) dan uji
transferbilitas (transferbility).
1. Kredibilitas (credibility / validitas internal)
Kredibilitas (credibility) menunjukkan pada apakah kebenaran
penelitian kualitatif dapat dipercaya, dengan kata lain dapat
mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Maka dari itu, untuk
memenuhi kriteria ini peneliti perlu melakukan trianggulasi, member
check, wawancara atau pengamatan secara terus menerus (Nasrudin, 2019:
50). Dalam kredibilitas penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi
dan member check.

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2007: 330). Triangulasi
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber, dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data dan waktu (Sugiyono, 2014: 125).
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Data dari sumber tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam
penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan,
mana pandangan yang sama, yang berbeda dan mana spesifik dari
sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti
sehingga menghasilkan suatu keismpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan sumber data tersebut.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber,


karena dalam penelitian ini data yang diperoleh peneliti didapatkan
dari kepala sekolah, guru kelas V dan siswa kelas V. Peneliti juga
menggunakan triangulasi teknik karena dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data berupa dokumentasi, kuesioner, dan wawancara.

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Selain itu, agar informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan (Sugiyono, 2014: 129). Pengecekan dengan anggota yang terlibat
dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat
kepercayaan (Moleong, 2007: 335).
2. Transferability
Transferability berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat
diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Transferability merupakan
validitas eksternal dalam penelitian kualitatif (Rifai, 2012: 71). Validitas
eksternal ini digunakan untuk menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana
hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh
karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif
sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,
maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya (Sugiyono, 2014: 130).

G. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kualitatif, teknik analsisi data yang digunakan sudah
jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji
hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal (Sugiyono, 2014: 87).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model interaktif. Dalam pandangan model interaktif terdapat
tiga jenis kegiatan analisis (reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan) dan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses interaktif
(Miles & Huberman dalam Sayidah, 2018: 153).

58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 3.2 Bagan Alur Analisis Data Miles dan Huberman


1. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data yang dilakukan sebelum, saat dan sesudah
penelitian. Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan.
Tahap ini akan berhenti apabila data-data yang diterima atau diperoleh
peneliti telah memakai dan atau tidak ada data yang dianggap baru.
Peneliti akan memproses dan menganalisis data yang telah didapatkan
ke tahap selanjutnya yaitu melakukan reduksi data.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyempurnaan data atau informasi yang
sudah diperoleh peneliti (Sayidah, 2018: 154). Mereduksi data artinya
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas (Sugiyono,
2014: 92).
3. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data, tahap selanjutnya adalah penyajian
data. Data yang sudah diolah kemudian disajikan ke dalam penjelasan
yang secara ringkas dan detail. (Sayidah, 2018: 155). Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif (Miles &Huberman dalam
Sugiyono, 2014: 95).

59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Penarikan kesimpulan / verifikasi


Penarikan kesimpulan di dapat setelah dilakukannya interpretasi data
terhadap data yang sudah disajikan sebelumnya. Interpretasi data
merupakan proses penafsiran atau pemahaman makna dari serangkaian
data yang sudah disajikan sebelumnya dan diungkapkan dalam bentuk
teks atau narasi (Sayidah, 2018: 155). Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehinga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis
atau teori (Sugiyono, 2014: 99).

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini, peneliti membahas mengenai hasil penelitian dan
pembahasan. Hasil penelitian membahas mengenai deskripsi data dan analisis
data yang dilakukan. Bagian pembahasan membahas mengenai hubungan antara
hasil penelitian dengan hasil penelitian yang relevan serta kajian teori.

A. Deskripsi Penelitian
1. Langkah Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah dasar yaitu SD Negeri 1
Barenglor Klaten. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dengan cara
dokumentasi berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta dengan
perangkat pembelajaran terkait, kuesioner terbuka dan wawancara. Jenis
wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur, dimana
wawancara yang dilakukan ini secara terencana dengan berpedoman pada
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Subjek penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru kelas V A dan V B dan siswa kelas V A dan V B. Objek dari
penelitian ini berupa informasi data yang diperoleh dari subjek penelitian yang
berkaitan dengan perencanaan (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran di kelas
dalam mengimplementasikan pendidikan karakter toleransi pada siswa kelas V
A dan V B di SD Negeri 1 Barenglor Klaten. Kegiatan penelitian ini diawali
dengan menyusun proposal dan instrumen yang dibutuhkan sebagai bahan
acuan dan pedoman dalam melakukan penelitian. Setelah instrumen selesai
dibuat, peneliti berkonsultasi kepada dosen pembimbing agar tidak terjadi
kesalahan selama penelitian berlangsung. Setelah selesai bimbingan, peneliti
mengurus surat perizinan terlebih dahulu dari pihak prodi PGSD Universitas
Sanata Dharma yang ditujukan kepada SD Negeri 1 Barenglor Klaten.
Setelah semua instrumen terselesaikan dan sudah mendapat izin dari
pihak sekolah, peneliti melakukan penelitian tentang implementasi pendidikan
karakter toleransi dalam muatan PPKn pada siswa kelas V SD Negeri 1
Barenglor dengan meminta dokumen berupa RPP dan perangkat pembelajaran
(yang terdiri dari LKPD, materi, media, soal evaluasi dan hasil nilai siswa)

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepada guru kelas V A dan V B. Setelah mendapat dokumen RPP dan


perangkat pembelajaran, lalu dilanjutkan dengan menyebarkan kuesioner
kepada guru dan siswa kelas V A dan V B. Selesai mendapatkan data dari
dokumentasi dan kuesioner, peneliti juga melakukan wawancara kepada
kepala sekolah dan juga guru kelas V A dan V B untuk melengkapi data yang
kurang. Wawancara dilakukan dengan melihat pedoman pada daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan.pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan
agar peneliti dapat memperoleh data atau informasi yang lebih banyak dan
lengkap.
Berikut ini adalah tabel jadwal dokumentasi di SD Negeri 1 Barenglor
Klaten yang telah dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan dokumentasi
No Hari, tanggal Waktu Narasumber Dokumentasi
1. Rabu, 18 November 09.00 WIB Guru kelas RPP
2021 V A dan V B
2. Selasa, 24 November 09.00 WIB Guru kelas Perangkat
2021 V A dan V B Pembelajaran

Kegiatan pelaksanaan dokumentasi dilakukan sebanyak dua kali. Kegiatan


pelaksanaan dokumentasi yang pertama dilakukan pada guru kelas V A dan V
B dengan meminta dokumen berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Lalu untuk kegiatan pelaksanaan dokumentasi yang kedua dilakukan juga
pada guru kelas V A dan V B guna untuk meminta perangkat pembelajaran.
Peneliti juga melakukan pengumpulan data dengan menyebar angket atau
kuesioner kepada guru dan 2 siswa kelas V A dan V B.
Berikut tabel jadwal pelaksanaan angket atau kuesioner di SD Negeri 1
Barenglor Klaten yang telah dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.2 Jadwal pelaksanaan angket atau kuesioner
No Hari, tanggal Waktu Narasumber
1. Selasa, 24 November 2020 09.00 Guru kelas V A dan V B
WIB
2. Selasa, 24 November 2020 10.00 2 siswa kelas V A dan V
WIB B

62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kegiatan pelaksanaan angket atau kuesioner dilakukan pada guru dan siswa
kelas V A dan V B. Peneliti juga melakukan kegiatan wawancara dengan
kepala sekolah dan guru kelas V A dan V B. Wawancara dilakukan dengan
melihat instrumen wawancara yang telah dibuat. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut diajukan agar peneliti dapat memperoleh data atau informasi yang
lebih banyak lagi.
Berikut tabel jadwal pelaksanaan wawancara di SD Negeri 1 Barenglor
Klaten yang telah dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.3 Jadwal pelaksanaan wawancara
No Hari, tanggal Waktu Narasumber
1. 11 Desember 2020 09.00 WIB Guru kelas V A dan V B
2. 12 Desember 2020 16.00 WIB Kepala Sekolah SD Negeri 1
Barenglor

2. Validasi Kuesioner dan Hasil


a. Validasi Kuesioner kepada Guru Kelas V SD Negeri 1 Klaten
Uji validasi kuesioner ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui
kelayakan kuesioner yang telah dibuat. Peneliti melakukan validasi
kuesioner pada guru kelas V A dan V B SD Negeri 1 Klaten. Langkah
awal yang peneliti lakukan adalah meminta izin kepada kepala sekolah SD
Negeri 1 Klaten dengan dilengkapi surat dari kampus. Selanjutnya
bertemu dengan guru kelas V, lalu menyerahkan kuesioner beserta dengan
instrumen penilaian untuk uji validasi pada guru kelas V A dan V B.
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan, terdapat beberapa
indikator penilaian yang mencapai skor tertinggi yaitu 4 “Sangat baik”.
Namun juga terdapat 1 indikator yang mencapai skor 3 “Baik”. Dengan
demikian hasil uji validasi menunjukkan bahwa kuesioner yang telah
dibuat oleh peneliti yaitu “layak untuk diuji coba dengan sedikit revisi”.
b. Validasi Kuesioner kepada Dosen PPKn
Uji validasi kuesioner ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui
kelayakan kuesioner yang telah dibuat. Peneliti melakukan validasi

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kuesioner pada dosen PPKn yang ada di Universitas Sanata Dharma


khususnya dosen PPKn program studi PGSD yaitu Bapak Y.B.
Adimassana dan dosen PPKn program studi Pendidikan Sejarah yaitu Ibu
Brigita Intan. Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah
menanyakan kesedian dosen untuk memvalidasi kuesioner. Setelah dosen
bersedia, lalu melampirkan kuesioner beserta dengan instrumen penilaian
validasi. Berdasarkan hasil uji validasi yang telah dilakukan, terdapat
beberapa indikator penilaian yang mencapai skor tertinggi yaitu 4 “Sangat
baik”. Namun pada komponen penyajian terdapat indikator yang berkaitan
dalam ketepatan pemilihan kata serta kejelasan makna kalimat yang
mencapai skor 3 “Baik”. Dengan demikian hasil uji validasi tersebut
menunjukkan bahwa kuesioner yang telah di buat oleh peneliti yaitu
“layak untuk diuji coba dengan sedikit revisi”.

B. Hasil Penelitian
1. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang pertama dilakukan cara dokumentasi.
Hasil dokumentasi berupa rencana pelaksanaan pembelajaran dan
perangkat pembelajaran. Hasil dokumentasi akan disajikan peneliti dalam
bentuk tabel di bawah ini :
a. Hasil dokumentasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Salah satu pengumpulan data dalam penelitian adalah dokumentasi.
Dokumentasi berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat
dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil dokumentasi RPP


No Daftar Dokumentasi Keterangan
1. Pendahuluan Literasi Melakukan pembiasaan membaca
materi non pembelajaran yang
berhubungan dengan materi
pembelajaran.

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Motivasi Siswa diajak untuk menyanyikan lagu


nasional serta guru memberikan
penguatan mengenai pentingnya
menanamkan semangat Nasionalisme.
Apresepsi Guru menuliskan pertanyaan yang
berhubungan dengan penerapan
pendidikan karakter toleransi yaitu
sikap saling menghargai.
Orientasi Guru belum menuliskan tujuan
pembelajaran di dalam RPP.
2. Kegiatan Perangkat - Materi : Pada muatan
Inti Pembelajaran (Materi, pelajaran PPKn, materi
Media, LKPD, Soal pembelajaran berupa teks
Evaluasi dan Penilaian) bacaan mengenai
keberagaman yang terdapat di
masyarakat sekitar untuk
menjelaskan materi mengenai
toleransi kepada siswa.
- Media : teks bacaan, gambar
iklan dari berbagai media
cetak, majalah, surat kabar
dan buku.
- LKPD : siswa diajak untuk
membuat laporan sederhana
mengenai keberagaman yang
ditemukan dalam bacaan
“Mengenal Wortel”,
menganalisis iklan yang
berkaitan dengan nilai
toleransi, siswa menuliskan
adat istiadat yang terdapat di
keluarga dan keluarga teman-
temannya.

65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Penutup Kesimpulan/rangkuman Siswa dapat mengemukakan hasil


belajar hari ini serta diberikan
penguatan oleh guru.
Refleksi Guru tidak menuliskan kegiatan
refleksi di RPP.
Tindak lanjut Siswa diberi penugasan untuk
mengoptimalkan kerja sama yaitu
dengan berbagi tugas dan peran
dengan orang tua.

Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti, dapat disimpulkan


bahwa dalam RPP yang telah dibuat oleh guru pada kelas V A dan V B
sudah memuat mengenai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang
berkaitan dengan karakter toleransi. Hal ini dapat dilihat di kegiatan
pendahuluan yaitu pada literasi, motivasi, apersepsi dan orientasi. Siswa
juga diajak untuk melakukan pembiasaan kegiatan literasi guna
meningkatkan minat baca. Bacaan yang dibaca pada saat kegiatan literasi
berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Untuk
memotivasi siswa agar lebih semangat belajar, guru mengajak siswa
dengan menyanyikan lagu nasional terlebih dahulu supaya dapat
menanamkan semangat nasionalisme yaitu bernyanyi lagu Garuda
Pancasila. Dalam kegiatan apersepsi, guru sudah melakukan apersepsi
sesuai dengan RPP berkaitan dengan karakter toleransi berupa tanya
jawab. Tanya jawab yang dilakukan berkaiatan dengan keberagaman yang
ditemukan siswa pada bacaan “Mengenal Wortel”. Pada saat tanya jawab
dalam kegiatan apersepsi, penguatan karakter toleransi kepada siswa dapat
dilakukan seperti: mengangkat tangan bagi siswa yang akan menjawab
pertanyaan, menghargai teman dengan cara mendengarkannya pada saat
menyampaikan jawaban. Namun dalam RPP tidak dituliskan saat guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, langkah-langkah yang terdapat dalam RPP sudah
runtut dan sudah terintegrasi antara muatan pelajaran satu dengan lainnya.

66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Guru juga menyisipkan mengenai pendidikan karakter toleransi yang


dibuktikan dengan mengajak siswa untuk mengidentifikasi interaksi
manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, interaksi manusia dengan
lingkungan sosial dan keragaman dalam teks bacaan “Mengenal Wortel”.
Selain itu, siswa diajak untuk menganalisis poster yang berkaitan dengan
nilai karakter toleransi. Siswa juga diajak untuk menuliskan adat istiadat
yang terdapat di keluarganya serta di keluarga teman-temannya. Kegiatan
tersebut sesuai dengan kompetensi dasar pembelajaran yang akan
dipelajari. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu dengan
menggunakan model Cooperative Learning. Namun dalam
mengimplementasikan pendidikan nilai karakter toleransi melalui
pembelajaran di kelas, guru menggunakan model pembelajaran
humanistik. Melalui model pembelajaran ini, guru memberikan contoh
perilaku baik seperti saling menghormati, saling menghargai, saling tolong
menolong antar teman meskipun berbeda. Hal ini nantinya bisa ditiru oleh
siswa dan bisa diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru berupa penugasan, pengamatan,
kegiatan tanya jawab, diskusi kelompok serta ceramah dari guru untuk
menjelaskan maupun memberikan penguatan kepada siswa mengenai
karakter toleransi. Materi muatan pelajaran yang disampaikan guru kepada
siswa juga menggunakan media berupa teks bacaan “Mengenal Wortel”
yang di dalamnya berkaiatan dengan keberagaman serta interaksi sosial,
media iklan yang berkiatan dengan toleransi. Selain itu, guru juga
memberikan penjelasan mendalam kepada siswa mengenai adat istiadat
yang terdapat di masyarakat sekitar sebagai contoh keragaman masyarakat
dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Guru juga menjelaskan pentingnya
sikap toleransi dalam kehidupan di masyarakat dan memberikan contoh
konkret kepada siswa sesuai dengan kebiasaan dalam kehidupan sehari-
hari serta melakukan pendampingan kepada siswa selama proses
pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memahami bahwa sikap
toleransi perlu ditanamkan sedari dini. Media yang digunakan guru juga
mendukung materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa yaitu
mengenai keberagaman di lingkungan sekitar serta

67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengenai adat istiadat. Melalui media tersebut memudahkan siswa untuk


memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian, siswa
dapat mengetahui tujuan dari materi yang telah disampaikan guru tersebut
dan diharapkan siswa dapat menerapkan pendidikan karakter toleransi
tersebut di kelas, rumah maupun di masyarakat sekitarnya.
Lembar kerja peserta didik (LKPD) yang digunakan oleh guru diambil
dari buku siswa. Kegiatan yang terdapat di dalam LKPD yaitu mengajak
siswa untuk dapat menganalisis keberagaman interaksi sosial yang
ditemukannya melalui teks bacaan “Mengenal Wortel”, menganalisis iklan
yang berkaitan dengan nilai toleransi, serta mengajak siswa untuk dapat
menganalisis adat istiadat yang terdapat di keluarga. Lalu siswa dapat
saling bertukar informasi dengan teman mengenai adat istiadat
keluarganya. Melalui LKPD diharapkan dapat membantu serta
mempermudah siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan
terjadi interaksi yang efektif antara guru dengan siswa. LKPD yang
diberikan mengajak siswa untuk lebih berfikir kritis dalam pembelajaran.
Di dalam LKPD, guru mengajak siswa untuk dapat menganalisis gambar
poster berkaitan dengan nilai toleransi. Guru juga memberikan soal
evaluasi yang berjumlah 10 soal. Soal evaluasi ini diberikan kepada siswa
bertujuan untuk mengetahui sudah seberapa jauh siswa dalam memahami
materi yang telah disampaikan guru. Pada soal evaluasi guru juga
menyisipkan pendidikan karakter toleransi. Hal ini dibuktikan dengan
terdapat 3 soal yang berkaitan dengan adat istiadat. Dalam penilaian, guru
melakukan penilaian melalui pengamatan/observasi, tes tertulis dan
penilaian unjuk kerja. Penilaian sikap dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung serta pada saat diskusi kelompok. Untuk mengukur
pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan, guru menggunakan
tes tertulis. Dalam tes tertulis ini, siswa diajak untuk melihat serta
menganalisis adat istiadat yang terdapat di sekitarnya. Tes tertulis yang
dilakukan oleh guru ini berguna sebagai evaluasi pembelajaran. Maka
dengan demikian guru dapat melihat apakah pembelajaran tersebut
berhasil atau tidak, serta melihat seberapa jauh siswa dalam memahami
materi. Guru menggunakan penilaian unjuk kerja dalam membuat

68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

laporan sederhana

69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengenai keberagaman yang ditemukan pada bacaan “Mengenal Wortel”.


Unjuk kerja membuat laporan tersebut digunakan untuk melaporkan hasil
yang telah didapatnya sehingga dengan demikian guru dapat mengukur
tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan.
Dalam kegiatan penutup, siswa mampu menganalisis dan
mengemukakan hasil pembelajaran pada hari ini. Guru juga memberikan
penguatan serta mengajak siswa untuk dapat menyimpulkan materi
pembelajaran. Dalam RPP, guru tidak menuliskan kegiatan refleksi
pembelajaran. Selanjutnya guru juga memberikan penugasan kepada siswa
yang bertujuan untuk mengoptimalkan kerja sama siswa dalam keluarga.
Siswa juga diajak untuk menganalisis adat istiadat apa saja yang terdapat
dalam keluarganya ataupun dalam masyarakat sekitarnya. Siswa diajak
juga untuk menyanyikan salah satu lagu daerah yang bertujuan untuk
menumbuhkan nasionalisme, persatuan dan toleransi. Pada akhir
pembelajaran ditutup dengan salam dan doa yang dipimpin oleh salah satu
siswa.
2. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti
yaitu dengan menyebarkan kuesioner atau angket kepada guru dan siswa
kelas V A dan V B di SD Negeri 1 Barenglor Klaten. Hasil kuesioner yang
didapat oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Hasil analisis kuesioner guru
1) Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pendidikan karakter dilakukan oleh guru kelas melalui
perencanaan pembelajaran sehingga memudahkan dalam
melaksanakan pembelajaran serta juga memudahkan siswa dalam
belajar. Langkah yang dilakukan guru yaitu dengan menyusun silabus
dan juga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta perangkat
pembelajaran
Dalam menentukan indikator pada RPP, langkah yang dilakukan
oleh guru yaitu disesuaikan dengan kompetensi dasar dan juga
melakukan penambahan indikator yang disesuaikan dengan kondisi
sekolah serta materi yang diajarkan. Model pembelajaran yang

70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diterapkan oleh guru yaitu model Cooperative Learning. Untuk


penerapan pendidikan karakter toleransi, guru menggunakan model
pembelajaran humanistik. Dimana model pembelajaran humanistik ini
merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada aspek
kemanusiaan yang lebih mengedepankan bagaimana cara untuk
memanusiakan manusia. Dalam pembelajaran di kelas guru
menggunakan berbagai metode pembelajaran seperti metode
pengamatan atau observasi, metode diskusi kelompok metode tanya
jawab dan metode ceramah untuk memberikan penjelasan serta
memberikan penguatan kepada siswa. Guru juga menggunakan media
pembelajaran yang berguna untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran tersebut
berfungsi untuk mendukung keberhasilan pembelajaran di dalam kelas.
Guru menggunakan media pembelajaran berupa media teks bacaan
serta menggunakan media gambar iklan yang di ambil dari media
cetak. Media pembelajaran tersebut disesuaikan dengan materi
pembelajaran yang akan dipelajari yaitu berkaitan dengan
keberagaman yang ditemukan dalam teks bacaan “Mengenal Wortel”
dan juga menganalisis iklan yang berkaitaan dengan nilai karakter
toleransi.

2) Pelaksanaan Pembelajaran PPKn di kelas


Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendidikan karakter
toleransi sudah diimplemetasikan oleh guru. Pelaksanaan pendidikan
karakter toleransi tersebut dilakukan dengan cara memasukkan dalam
muatan pelajaran PPKn. Setelah itu, pendidikan karakter toleransi
diintegrasikan ke dalam RPP melalui kegiatan pembelajaran di kelas.
Pada saat melaksanakan pendidikan karater toleransi di kelas, guru
menggunakan model dan metode pembelajaran yang praktis dan sesuai
dengan kondisi sekolah.
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka oleh guru, dalam proses
pembelajaran di kelas sudah dilakukan dengan runtut sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang

71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terlebih

72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dahulu. Melalui dokumen RPP yang telah dianalisis oleh peneliti,


ditemukan tidak hanya karakter toleransi saja namun juga terdapat
karakter lain yang ditanamkan ke siswa.
Proses pembelajaran dalam mengimplementasikan pendidikan
karakter toleransi yaitu sebagai berikut : guru membuka pembelajaran
dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
Selanjutnya salah satu siswa memimpin doa. Setelah doa selesai, guru
selalu mengingatkan kepada siswa untuk selalu mengutamakan sikap
disiplin beserta manfaatmya. Guru juga memberikan mengenai
pentingnya menanamkan semangat nasionalisme dengan menyanyikan
lagu nasional yaitu lagu Garuda Pancasila. Guru juga menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Kegiatan
selanjutnya yang dilakukan adalah kegiatan literasi. Dalam kegiatan
pembelajaran, guru juga sudah menerapkan kegiatan 5M (Mengamati,
Menanya, Mencoba, Mengasosiasi, Mengomunikasi). Pada kegiatan
mengamati, siswa diajak untuk mengamati tek bacaan “Mengenal
Wortel” agar dapat menemukan keberagaman yang terdapat pada teks,
mengamati teks iklan mengenai karakter toleransi, dan mengamati
beserta menuliskan adat istiadat yang terdapat di keluarga dan keluarga
teman- temannya.
Pembelajaran yang terjadi di kelas merupakan pembelajaran yang
aktif. Hal ini terjadi karena guru menggunakan model pembelajaran
inovatif yang sesuai dengan Program Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) sehingga dapat menarik perhatian siswa. Dengan menggunakan
model pembelajaran yang inovatif bertujuan agar materi yang
disampaikan dalam pembelajaran mudah dipahami dan dimengerti oleh
siswa. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran
Cooperative Learning. Model Cooperative Learning merupakan model
pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok
kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda (Shoimin, 2017: 45).
Sedangkan untuk model pembelajaran Humanistik, digunakan oleh
guru untuk menerapkan pendidikan karakter toleransi di kelas.
Model

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembelajaran humanistik merupakan model pembelajaran yang


berorientasi pada aspek kemanusiaan, sehingga guru memberikan
contoh-contoh konkret kepada siswa agar dapat di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu siswa diajak untuk saling menghormati,
saling menghargai saat melaksanakan ibadah serta saling tolong
menolong antar teman yang membutuhkan bantuan. Metode
pembelajaran yang digunakan juga bervariasi tidak hanya ceramah saja
akan tetapi juga menggunakan metode seperti tanya jawab, diskusi
kelompok, unjuk kerja dan penugasan. Media yang digunakan oleh
guru beragam, tidak hanya monoton. Pemilihan media bergantung
pada materi yang akan disampaikan. Dalam RPP ini, media yang
digunakan berasal dari teks bacaan “Mengenal Wortel” yang
berkaiatan dengan keberagaman dan juga gambar-gambar iklan
berkaitan dengan karakter toleransi dari berbagai media seperti media
cetak, majalah, surat kabar maupun buku cetak. Langkah pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas dilakukan secara runtut sesuai dengan RPP
yang telah di rancang oleh guru. Hal ini mengakibatkan bahwa antara
muatan pelajaran satu dengan lainnya dapat saling terintegrasikan
dengan baik. Sehingga dengan demikian tujuan dan indikator yang
telah dibuat dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan dalam
materi pembelajaran tersebut. Dengan demikian, implementasi
pendidikan karakter toleransi dalam pembelajaran di kelas sudah
tercapai.
Pada saat implementasi pendidikan nilai karakter toleransi yang
dilakukan dalam pembelajaran di kelas, guru memiliki berbagai cara
untuk mengorganisasi kelas. Cara yang dilakukan yaitu dengan
mengorganisasikan siswa melalui diskusi kelompok serta mengajak
siswa untuk mempraktekkan toleransi antar sesama teman pada saat
pembelajaran berlangsung. Penilaian yang dilakukan pada saat
pembelajaran di kelas melalui pengamatan, unjuk kerja dan evaluasi.

74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan nilai


karakter toleransi di dalam kelas
Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter toleransi di
dalam kelas, terdapat beberapa faktor pendukung. Faktor tersebut
antara lain lingkungan, kegiatan ekstrakurikuler, komitmen sekolah
(visi dan misi) dan warga sekolah. Selain itu, saat
mengimplementasikan pendidikan nilai karakter toleransi di dalam
kelas, terdapat kendala atau faktor penghambat. Faktor penghambat
tersebut antara lain waktu yang kurang, perbedaan pendapat antar
siswa dalam kegiatan diskusi kelompok dan kurang mendapat
dukungan dari orang tua yang menganggap bahwa pentingnya
pendidikan karakter hanya diajarkan pada saat di sekolah namun
kurang mendapatkan bimbingan di keluarga. Melalui pendidikan
karakter, siswa diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan mengaplikasikan
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia dalam perilaku sehari-hari
(Koesoema, 2007: 80). Melalui impelementasi pendidikan nilai
karakter toleransi yang dilaksanakan pada
pembelajaran di dalam kelas membawa dampak yang dirasakan oleh
siswa. Dampak tersebut antara lain bahwa siswa dapat saling
menghormati, menghargai dan saling bertoleransi dengan sesama.
Impelementasi pendidikan karakter toleransi ini tidak hanya diterapkan
di dalam kelas saja namun siswa juga dapat menerapkannya dalam
lingkungan sekolah, keluarga dan juga masyarakat sekitarnya.

4) Hasil / dampak dari pelaksanaan pendidikan nilai karakter toleransi di


dalam kelas
Dampak yang dirasakan siswa setelah mengimplementasikan
pendidikan karakter toleransi dalam kehidupan sehari-hari ini sejalan
dengan fungsi pendidikan nasional yang mengembangkan serta
membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat untuk
mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan
berbangsa serta berupaya untuk mengembangkan potensi serta

75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemampuan peserta

76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

didik dan menjadikan mereka menjadi manusia yang beriman,


berakhlak mulia, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta tanggung jawab (Undang-Undang No 20
Tahun 2003). Berdasarkan hasil kuesioner, dampak yang dirasakan
oleh siswa dalam menerapkan pendidikan karakter toleransi yaitu
siswa semakin bisa saling menghargai dan bertoleransi antar sesama
teman dan guru.

b. Hasil analisis kuesioner siswa


1) Pengalaman yang diperoleh siswa ketika pembelajaran pendidikan
nilai karakter toleransi
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka siswa bahwa dalam
proses pembelajaran di dalam kelas, guru sudah
mengimplementasikan pendidikan karakter terlebih karakter
toleransi. Pendidikan nilai karakter ini juga sudah tercantum di
dalam RPP. Proses pembelajaran di dalam kelas juga menggunakan
model pembelajaran yang inovatif dan menarik bagi siswa
sehingga materi yang disampaikan guru dapat mudah dipahaminya.
Maka dari itu, guru menggunakan model pembelajaran humanistik.
Dimana dalam model pembelajaran tersebut guru memberikan
contoh perilaku-perilaku baik yang berkaitan dengan karakter
toleransi sehingga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian ketika siswa melihat perilaku dari guru tersebut, siswa
dapat mencontoh perilaku tersebut di dalam kelas, sekolah,
keluarga maupun masyarakat. Dalam penyampaian materi juga
menggunakan kalimat yang sederhana yang bertujuan juga agar
dapat mudah dipahami oleh siswa.
Selama proses pembelajaran pendidikan nilai karakter
toleransi di kelas, siswa mendapat beberapa pengalaman berkesan
yang didapatnya. Pengalaman yang didapatkan oleh siswa, antara
lain terbuka dengan hal baru sehingga mampu untuk mempelajari
hal baru dalam sebuah perbedaan, mendapatkan banyak teman

77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karena mampu berteman dengan siapa saja, dapat bertoleransi


dengan teman, serta mempunyai sikap peduli terhadap teman
sekitar atau lebih peka dengan lingkungan sekitar. Melalui
pengalaman tersebut, diharapkan siswa mampu untuk saling hidup
rukun satu sama lain karena sudah bisa saling bertoleran satu sama
lain. Dengan demikian, secara tidak langsung siswa sudah dapat
memahami mengenai toleransi karena sudah dapat menerapkannya
juga dalam kehidupan sehari-hari.

2) Pengetahuan yang didapatkan siswa mengenai nilai karakter


toleransi
Melalui pembelajaran pendidikan karakter toleransi siswa
mendapatkan pengetahuan mengenai nilai karakter toleransi.
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka, pemahaman siswa mengenai
karakter toleransi yaitu sikap untuk saling menghormati,
menghargai perbedaan pendapat, suku ras, agama dan budaya yang
terdapat dalam kehidupan sosial. Dengan pemahaman mengenai
pendidikan nilai karakter toleransi menjadi bekal pengetahuan
siswa dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
siswa saling menghargai pendapat ketika sedang melakukan
diskusi kelompok, saling memberikan ucapan kepada teman yang
sedang merayakan hari besar keagamaannya, mampu berteman
dengan siapa saja, saling tolong menolong dengan teman seperti
meminjami alat tulis.

3) Manfaat yang didapatkan dari pembelajaran PPKn


Adanya implementasi pendidikan karakter toleransi yang
diintegrasikan ke dalam pembelajaran di kelas memberikan
manfaat bagi siswa. Terlebih siswa dapat saling bertoleran satu
sama lain sehingga dapat tercipta hidup rukun. Dengan demikian
siswa sudah mampu untuk menerapkan karakter toleransi dalam
kehidupan sehari-hari. Setelah mempelajari pendidikan karakter
toleransi di

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kelas melalui muatan pembelajaran PPKn diharapkan siswa juga


mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik di
kelas, sekolah, rumah maupun masyarakat. Pendidikan karakter
toleransi perlu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
karena dapat tercipta hidup yang tentram, damai dan rukun antar
sesama manusia meskipun terdapat sebuah perbedaan. Selain itu,
sikap toleransi juga mengajak kita untuk mementingkan
kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi, saling
menghargai dan menghormati.

4) Dorongan yang dilakukan untuk menerapkan karakter toleransi


Dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan karakter toleransi
perlu untuk ditanamkan kepada anak sejak usia dini. Hal ini
dikarenakan disaat usia anak masih muda, ia memerlukan fondasi
yang kuat untuk menjadi pribadi yang baik. Selain itu, pendidikan
karakter toleransi perlu diterapkan karena negara Indonesia adalah
negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku/ras/agama
sehingga perlu rasa toleran yang tercipta antar satu sama lain.
Penerapan pendidikan karakter toleransi sudah mampu diterapkan
oleh siswa. Misalnya ketika ada teman yang sedang merayakan
hari besar keagamaannya, siswa sudah mampu bertoleran dengan
memberikan ucapan, mau untuk berteman dengan siapa saja,
mampu menghargai teman yang berbeda pendapat, serta mau untuk
menjenguk teman jika ada yang sakit tanpa pandang bulu. Siswa
mampu menerapkan nilai karakter toleransi dalam kehidupan
sehari-hari karena terdapat dalam dirinya dorongan menyadari
betapa pentingnya karakter toleransi diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

5) Hambatan yang ditemukan dalam menerapkan karakter toleransi di


kehidupan sehari-hari
Berdasarkan hasil kuesioner siswa, diketahui bahwa dalam
menerapkan pendidikan karakter toleransi di kelas, sekolah, rumah

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

maupun di lingkungan masyarakat, terdapat siswa yang


menemukan hambatan namun ada juga juga siswa yang tidak
menemukan hambatan. Hambatan yang dijumpai siswa dalam
menerapkan pendidikan karakter toleransi di kehidupan sehari-hari
antara lain seperti menjumpai teman yang tidak bisa untuk diajak
kerja sama untuk menciptakan sikap toleransi.

3. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti
yaitu melalui wawancara kepada kepala sekolah dan guru kelas V A
dan V B di SD Negeri 1 Barenglor Klaten.
a. Wawancara Kepala Sekolah
Hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan adanya
beberapa temuan tentang upaya kepala sekolah dalam menanamkan
sikap toleransi kepada para siswa di kelas V SD Negeri 1 Barenglor
Klaten. Peneliti menganalisis bentuk implementasi penanaman sikap
toleransi dari aspek kebijakan sekolah, pemahaman kepala sekolah
mengenai Program Pendidikan Karakter (PPK), tahapan yang
dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter, kegiatan yang
mendukung, implementasi toleransi baik di dalam maupun di luar
kelas, hambatan dalam implementasi pendidikan karakter dan strategi
atau solusi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru dalam
menanamkan pendidikan nilai karakter
Langkah kepala sekolah dalam upaya implementasi pendidikan
karakter toleransi yaitu melalui kebijakan sekolah. Kebijakan sekolah
penting dibuat karena mengingat hal tersebut merupakan landasan bagi
sekolah untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Oleh
karena itu dalam visi, misi sekolah terdapat beberapa karakter yang
harus ditanamkan kepada siswa ketika di sekolah salah satunya yaitu
karakter toleransi. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah, diketahui bahwa SD Negeri 1 Barenglor Klaten dalam
kebijakan sekolah sudah mencantumkan pendidikan karakter. Pada
saat diwawancarai,

80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepala sekolah menuturkan hal berikut : “Dalam visi SD Negeri 1


Barenglor sudah ada yang berkaitan dengan pendidikan karakter
yaitu meningkatkan karakter atau berkarakter mbak”. Pendidikan nilai
karakter toleransi juga tercantum dalam misi sekolah. Seperti yang
dijelaskan oleh kepala sekolah sebagai berikut “Iya, ada mbak. Misi
SD Negeri 1 Barenglor ada 6 point mbak, tetapi yang berkaitan
dengan pendidikan karakter toleransi hanya ada 1 mbak yaitu
Menjalin kerja sama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungannya”. Penjelasan kepala sekolah tersebut dibuktikan oleh
peneliti dalam analisis dokumen kurikulum. Berdasarkan analisis
dokumen pada kurikulum yang telah dilakukan oleh peneliti, juga
ditemukan pendidikan karakter toleransi pada point lain yaitu “
Menciptakan suasana sekolah yang ramah, kondusif, peduli
lingkungan, serta menerapkan nilai-nilai luhur budaya dan karakter
bangsa”. Selain itu, penerapan pendidikan nilai karakter toleransi ini
juga terdapat dalam tujuan sekolah. Hal tersebut juga disampaikan oleh
kepala sekolah. “Iya mbak dalam tujuan sekolah juga ada mengenai
pendidikan karakter toleransi”. Berdasarkan penuturan kepala sekolah
dan berdasarkan hasil analisis dokumen yang telah dilakukan oleh
peneliti maka ditemukan tujuan sekolah pada point 6 yang berbunyi
“Membentuk peserta didik agar dapat melaksanakan ibadah sesuai
agama dan kepercayaan masing- masing dalam kehidupan sehari-hari”.
Dalam tujuan sekolah di point tersebut, sekolah mengupayakan agar
siswa memiliki karakter religius dan juga karakter toleransi. Hal ini
dikarenakan siswa yang menjalankan ibadah sesuai agamanya akan
memiliki karakter toleransi dengan siswa lain yang berbeda agama.
Lebih lanjut lagi, peneliti melakukan analisis terhadap dokumen tata
tertib sekolah yang terdapat dalam kurikulum sekolah. Berdasarkan
analisis yang dilakukan, diketahui bahwa di dalam kelas terdapat tata
tertib yang berkaitan dengan pendidikan karakter toleransi. Adapun
tata tertib tersebut berbunyi “Menghormati guru dan saling menghargai
sesama murid”. Maksud dari tata tertib tersebut salah satunya adalah
mendidik siswa untuk menghormati guru dan

81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menghargai teman agar dapat tercipta kelancaran belajar dan


lingkungan yang harmonis serta rukun.
Pemahaman kepala sekolah mengenai program penguatan
pendidikan karakter juga sangat penting. Hal ini akan mendorong
kepala sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter di sekolah.
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, diketahui tahapan
yang dilakukan sekolah dalam upaya penanaman pendidikan karakter
kepada siswa. “Program pendidikan karakter dari dulu sudah ada,
sudah masuk dalam kurikulum, sudah diterapkan. Program penguatan
pendidikan karakter untuk meningkatkan, mendidik karakter anak-
anak menjadi lebih baik. Biasanya kepala sekolah mengikuti
pendampingan atau sosialisasi yang diadakan oleh dinas mengenai
penguatan pendidikan karakter terus mbak, kepala sekolah
meneruskan kepada guru-guru mengenai sosialisasi pendidikan
karakter”. Kepala sekolah juga menyadari bahwa pentingnya
penguatan pendidikan karakter perlu diimplemetasikan kepada siswa.
pada wawancara beliau menuturkan sebagai berikut :“Karena anak-
anak kan asset masa depan, majunya bangsa ditentukan juga karakter
anak-anak. Kalau dari sekarang anak- anak itu pendidikan
karakternya sudah dibina dengan baik diharapkan ke depannya itu
mempunyai karakter yang baik”. Pelaksanaan program penguatan
pendidikan karakter sudah lama dilaksanakan di SD Negeri 1
Barenglor Klaten, berikut penuturan kepala sekolah. “Sejak dari dulu
to mbak, sudah lama. Yang lebih ditekankan di kurtilas itu kan mbak,
tapi sebelumnya itu sudah ada pendidikan karakter tapi lebih
ditekankan di kurikulum 2013 itu langsung ke pendidikan karakter”.
Dalam menerapkan program penguatan pendidikan karakter di
sekolah melalui beberapa tahap. Tahapan yang dilakukan oleh kepala
sekolah agar implementasi pendidikan karakter dapat tercapai dengan
baik. Hal ini sesuai dengan penuturan kepala sekolah sebagai berikut
:“ Yang pertama adalah dari guru dulu. Guru harus bisa menjadi
contoh dalam berkarakter, ya dalam kejujuran, kedisiplinan, ketaatan
itu harus bisa menjadi contoh untuk murid-muridnya. Kepala sekolah

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan guru

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ke anak-anak. jadi anak-anak tidak hanya denagn omong-omongan


saja, dengan nasehat-nasehat saja tetapi mereka melihat dengan
contoh bapak/ibu guru”.
Penerapan pendidikan karakter toleransi di SD Negeri 1 Barenglor
tidak hanya melalui kebijakan sekolah (visi, misi, tujuan dan tata
tertib), namun juga melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan kepala
sekolah, implementasi pendidikan karakter sudah dilaksanakan dalam
proses pembelajaran di kelas. Penuturan beliau adalah sebagai berikut :
“Pendidikan karakter sudah ditulis dalam RPP mbak sesuai dengan
kurikulum. Juga sudah diterapkan juga selama proses pembelajaran
di kelas. Semua guru di sekolah juga sudah mencantumkan pendidikan
nilai karakter dalam RPP mbak”. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala sekolah, bahwa tidak hanya kebijakan sekolah saja yang
mendukung penanaman pendidikan karakter ke siswa. Penerapan
pendidikan nilai karakter toleransi selain dicantumkan dalam RPP dan
diterapkan dalam pembelajaran di kelas, juga diterapkan dalam
kegiatan lainnya.
Kegiatan lain yang mendukung penerapan pendidikan karakter
toleransi yaitu kegiatan ekstrakurikuler serta juga kegiatan rutin yang
merupakan pembiasaan perilaku baik yang diterapkan oleh siswa.
“Kegiatan yang mendukung yaitu ekstrakurikuler. Kegiatan
ekstrakurikulernya antara lain kethoprak, kethoprak itu langsung
memberikan pendidikan karakter ke anak. Kemudian ada tari, ada
vocal, ada pramuka, ada pencak silat kemudian juga ada lukis. Dari
situ kita bisa menanamkan pendidikan karakter ke anak”.
Tidak hanya melalui kegiatan ekstrakurikuler namun dalam
menanamkan pendidikan nilai karakter kepada siswa juga melalui
kegiatan rutin. Terdapat beberapa kegiatan rutin yang dilakukan oleh
sekolah untuk implementasi pendidikan karakter. Pada saat
diwawancarai kepala sekolah menuturkan sebagai berikut: “Untuk
kegiatan rutin yang ditanamkan ke anak ada mbak yaitu antara
lain

84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pagi 3S (senyum, sapa, salam), kemudian menyapa teman seperti itu,


piket, disiplin, membuang sampah pada tempatnya, menjaga
kebersihan lingkungannya. Untuk kegiatan rutin karakter toleransi
contohnya menjenguk teman yang sakit, meminjamkan barang untuk
temannya yang tidak membawa alat, menghargai teman yang berbeda
agama, membantu atau menolong temannya yang kekurangan. Ada
juga penerapan pendidikan karakter dalam kegiatan tutorial
contohnya ada temen yang tidak membawa makanan mereka berbagi,
kemudian juga misalnya pulang temannya belum dijemput terus diajak
bareng sekalian terus nanti minta tolong gurunya tolong di WA-kan
mamaku aku ikut bareng ini”. Selain kegiatan rutin tersebut, terdapat
juga kegiatan rutin lainnya yang dilakukan oleh siswa dalam
implementasi pendidikan karakter toleransi. Karakter toleransi yang
ada pada siswa terlihat jelas pada saat kegiatan rutin seperti pada saat
Hari Raya Idul Adha. Hal tersebut juga disampaikan oleh kepala
sekolah sebagai berikut : “ Ya mbak, pada hari raya idul adha itu kan
ada pesta kurban, itu dananya ya dari bapak ibu guru, infak siswa di
hari jumat dan juga ada bantuan orang tua. Nah pas hari raya idul
adha itu toleransi terlihat sekali, yang muslim ngaji yang non muslim
juga ada kegiatan pendampingan agama. Nah nanti ketika yang non
muslim sudah selesai, biasanya anak- anak itu membantu menyiapkan
makanan seperti itu, kemudia nanti ikut membagi-bagi”.
Dukungan implementasi pendidikan karakter toleransi datang tidak
hanya melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan rutin, tetapi juga
mendapatkan dukungan dari komite sekolah. Hal ini juga disampaikan
oleh kepala sekolah sebagai berikut :“Ya mbak, komite selalu
mendukung program pendidikan karakter di SD Negeri 1 Barenglor.
Itu setiap tahun ada pertemuan komite yang dihadiri oleh wali murid
kelas 1-6. Warga sekolah juga sudah mendukung mbak dalam
penerapan pendidikan nilai karakter toleransi ini”.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter toleransi
sudah dicantumkan dalam RPP dan sudah diterapkan juga dalam

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembelajaran di kelas dalam. Dalam implementasi pendidikan nilai


karakter toleransi terdapat juga kegiatan pendukung yaitu kegiatan
ekstrakurikuler dan juga kegiatan rutin yang telah dibiasakan kepada
siswa. Maka dari itu, pendidikan karakter toleransi sudah diterapkan di
SD Negeri 1 Barenglor Klaten melalui kegiatan-kegiatan tersebut.
Selain itu, pendidikan nilai karakter toleransi juga mendapatkan
dukungan dari semua warga sekolah dan juga komite sekolah.
Dalam memantau perilaku siswa pada saat di sekolah dan di
rumah, langkah yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru adalah
mewawancarai siswa dan bersikap terbuka kepada siswa. sehingga
dengan demikian kepala sekolah dan guru lebih memahami karakter
siswa. Dalam implementasi pendidikan karakter toleransi di SD Negeri
1 Barenglor ini juga ditemukan hambatan. Hal ini sesuai dengan
penuturan kepala sekolah sebagai berikut : “Hambatannya itu yang
diterapkan, diajarkan di sekolah itu kadang bertentangan atau
berbeda dengan kebiasaan-kebiasaan di masyarakat atau di
lingkungannya. Misalnya dengan teman toleransi begini, nah dirumah
saja sering orang tuanya selalu berantem. Ya kayak gitu kan antara
pendidikan yang diterapkan di sekolah kadang tidak sesuai dengan
kehidupannya di masyarakat. kadang anak cerita begitu mbak ke guru
atau kepala sekolah”.
Mengetahui adanya hambatan yang ditemukan dalam implementasi
pendidikan karakter toleransi, kepala sekolah beserta guru mengambil
langkah tegas. Hal ini sesuai dengan penuturan kepala sekolah sebagai
berikut :“Ya gini mbak, misalnya kita mengadakan pendampingan
kepada anak mbak. Dan ketika ada pertemuan dengan orang tua itu
kita menyampaikan ke orang tua bahwa kita itu sering wawancara
dengan anak, anak itu merasa gini. Berangkat sekolah kan harusnya
suruh sarapan dulu mbak, lha wong ibukku saja belum matang
sarapannya kok bu. Nah seperti itu kita sampaikan ke orang tua pada
saat pertemuan. Itu secara umum ya mbak. Tapi jika ada kasus-kasus
pribadi yang mengeluh gitu, ya kita langsung komunikasi langsung
dengan

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

orang tua, dipanggil ke sekolah”. Dari penjelasan yang telah


disampaikan oleh kepala sekolah, dapat disimpulkan bahwa dalam
penerapan pendidikan karakter toleransi terdapat juga hambatan yang
ditemukan. Melalui hambatan tersebut, sekolah berupaya untuk
melakukan bimbingan dengan orang tua dan siswa. Melalui bimbingan
ini diharapkan agar orang tua mampu bekerja sama dengan sekolah
untuk dapat mencontohkan kepada siswa mengenai perilaku baik.
Sehingga dengan demikian, siswa akan memiliki karakter dan perilaku
baik yang dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Wawancara guru kelas V


1) Narasumber 1
Narasumber 1 yaitu guru kelas V A. Beliau adalah ibu Andhika
Sakti Puspita Sari, S.Pd.SD. Hasil wawancara yang telah dilakukan
menunjukkan adanya beberapa temuan tentang upaya guru dalam
menanamkan sikap toleransi kepada para siswa di kelas V SD Negeri 1
Barenglor Klaten. Peneliti menganalisis bentuk implementasi
penanaman sikap toleransi dari aspek pemahaman pendidikan karakter,
perencanaan pembelajaran, penerapan pendidikan karakter,
hasil/dampak dari penerapan pendidikan karakter, faktor penghambat
dan solusi.
Pengalaman guru mengajar di kelas V sudah cukup lama seperti
yang dijelaskan oleh beliau sebagai berikut; “ Saya mulai mengajar di
kelas V itu sekitar tahun 2015 mbak, karena awalnya saya mengajar di
kelas IV di tahun 2007 mbak”. Pemahaman guru mengenai pentingnya
pendidikan nilai karakter toleransi diuraikan seperti berikut ini;
“Pendidikan nilai karakter toleransi yaitu nanti anak-anak bisa
menghargai sesama teman kemudian nanti anak-anak bisa saling
toleransi di dalam kelas itu ya seperti itu mbak, bisa menghargai
sesama teman”. Pemahaman tentang pendidikan karakter toleransi
didapatkan oleh guru melalui bangku perkuliahan dan juga melalui
pelatihan yang pernah diikutinya. Penuturan beliau adalah sebagai

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berikut: “Kalau untuk pelatihan/workshop mengenai pendidikan


karakter belum, kurtilas biasanya disini mbak. Kurikulum 13 untuk
pembelajaran itu biasanya kalau untuk khusus pendidikan karakter
saya ini belum pernah ikut. Hanya dalam kurtilas pembuatan RPP
administrasinya itu saja mbak karena sudah mencakup dalam
kurikulum”. Menyadari pentingnya pendidikan nilai karakter toleransi
diterapkan dan dibiasakan kepada siswa sejak usia dini. Hal ini seperti
yang telah dikatakan oleh guru “Ya sangat penting mbak karena dalam
pendidikan karakter itu bisa menumbuhkan anak dari kecil di dalam
nilai yang baik untuk anak itu. Sangat penting untuk anak, kan
pendidikan anak dari kecil kan menentukan sikap anak tersebut”.
Pentingnya penerapan pendidikan nilai karakter toleransi bagi siswa
maka guru mencantumkan dalam silabus yang telah dirancangnya
sesuai dengan kurikulum. Guru menjelaskan bahwa “Pendidikan
karakter toleransi sudah tercantum ke dalam silabus yang nantinya
akan tertuang dalam RPP”. Selain itu guru juga menjelaskan bahwa
“Untuk pendidikan nilai karakter toleransi dalam pembelajaran
kemarin sudah tercapai mbak, anak-anak juga sudah mampu untuk
saling bertoleransi antar sesama”. Penerapan pendidikan karakter
toleransi sudah dapat diterapkan oleh Sebagian siswa di sekolah. Hal
senada dijelaskan oleh guru bahwa “Penerapan pendidikan nilai
karakter toleransi pada sebagian siswa sudah diterapkan tapi kan ada
beberapa siswa yang sifatnya berbeda mbak sehingga ada Sebagian
siswa yang belum bisa menerapkan. Tetapi untuk keseluruhan warga
sekolah sendiri, sebagian besar sudah bisa menerapkannya mbak”.
Dengan adanya beberapa siswa yang belum dapat menerapkan
pendidikan karakter toleransi maka guru mengambil tindakan. Guru
menjelaskan bahwa “Langkah yang diambil oleh guru adalah dengan
melakukan pendekatan kepada anak itu mbak. Lalu juga memberikan
bimbingan kepada anak mbak. Ada juga kan mbak anak yang kadang
usil seperti saat istirahat kegiatan tutorial biasanya kan anak
beribadah sholat kadang anak usil mengganggu teman yang sudah
wudhu dengan

88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dicolek. Nah disitu ada bimbingan dari guru mbak supaya anak-anak
bisa toleransi. Maka dari itu pada saat sholat begitu guru agama
mendampingi siswa untuk mengupayakan minimalisir anak yang jail
atau usil. Biasanya ada siswa juga mbak yang melaksanakan sholat di
kelas dengan menggelar tikar di depan atau belakang kelas gitu mbak
tetapi ada juga yang ke masjid. Nah kalau di masjid nanti di damping
oleh guru agama agar nantinya anak tidak gaduh karena disitu juga
sholatnya bersama dengan warga mbak”.
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan sesuai
dengan RPP yang telah dirancang. Penjelasan guru yaitu sebagai
berikut “Ya sesuai dengan RPP mbak, melakukan salam, doa, literasi,
melakukan motivasi kalau untuk pendidikan toleransi bisa
menyanyikan lagu nasionalisme gitu mbak, lalu melakukan apresepsi
dengan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari hari ini bisa juga melakukan tanya jawab tentang
teks bacaan lalu menyampaikan tujuan yang akan dipelajari di hari
itu juga. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai itu apa saja dan
juga materi yang dipelajari nanti apa”. Untuk dapat menerapkan
pendidikan karakter toleransi dalam pembelajaran di kelas, maka guru
juga menggunakan model pembelajaran yang menarik agar mudah
dipahami oleh siswa. Hal ini disampaikan oleh guru sebagai berikut
“Toleransi kemarin itu kita menggunakan model pembelajaran
humanistik mbak yaitu memanusiakan manusia jadi kita saling
menghargai itu mbak. Selain itu, humanistik itu nanti memudahkan
untuk pengamatan ke anak. bisa mengetahui anak satu dengan
temannya bisa saling menghargai atau tidak”. Selain menggunakan
model pembelajaran humanistik, metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru pun juga bervariasi. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh guru
sebagai berikut “Biasanya tanya jawab, diskusi gitu mbak. Biasanya di
sini kebanyakan seperti itu mbak. Nanti juga saya ceramah untuk
menjelaskan ke siswa, kemudian siswa nanti dapat merangkum materi
yang sudah dipelajari”. Dalam diskusi kelompok yang dilakukan
siswa terdapat juga siswa yang aktif namun

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

juga terdapat siswa pasif dan ada juga yang gojek/bercanda dengan
teman. Mengetahui hal tersebut, guru mengambil langkah tegas seperti
yang disampaikan bahwa “Saya akan menegur dan membimbingnya
mbak agar bisa saling kerja sama dalam kelompok. Nah itu kan
biasanya ada nilai kelompok mbak dalam diskusi kelompok itu. Tetapi
biasanya saya juga akan menerapkan nilai pribadi anak-anak sendiri
melalui pengamatan mbak. Dimana mereka yang bekerja aktif dan
mereka yang tidak kerja akan ada nilainya sendiri mbak”.
Proses pembelajaran di kelas juga menggunakan berbagai media
yang mendukung materi sehingga bervariasi dan tidak monoton.
Dalam penerapan pendidikan karakter toleransi, guru menggunakan
beberapa media seperti yang dijelaskan berikut “Untuk media yang
digunakan dalam menerapkan pendidikan nilai karakter toleransi
kemarin biasanya nanti ada gambar iklan mengenai toleransi, lalu
juga biasanya nanti siswa disuruh untuk membawa majalah lalu
disuruh mencari ada tidaknya yang berkaitan mengenai toleransi.
Kemudian biasanya bisa lewat video dari youtube”.
Pada saat menerapkan pendidikan karakter toleransi dalam proses
pembelajaran di kelas, strategi yang dilakukan oleh guru yaitu dengan
mengamati perilaku siswa. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
guru yaitu sebagai berikut “Strategi atau cara yang saya lakukan
dalam penerapan pendidikan nilai karakter toleransi sendiri yaitu
dengan mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran
berlangsung mbak. Nanti dilihat perilaku siswa dengan teman itu
nanti mbak”. Selain itu, guru juga memberikan contoh konkret dalam
menerapkan pendidikan karakter toleransi ke siswa. Hal ini dijelaskan
oleh guru bahwa “Saat pembelajaran berlangsung di kelas, hal nyata
yang dilakukan oleh guru yaitu dengan memberikan contoh perilaku
baik mbak misalnya seperti kita mengajarkan ke anak untuk
meminjamkan alat tulis ke anak yang tidak membawa. Kadang kan
ada anak yang egois gitu mbak jadi ya kita ingatkan ke anak tersebut
untuk saling berbagi. Selain itu, jika ada teman yang membutuhkan
apa bisa saling

90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membantu satu sama lain. Kadang itu ya mbak anak juga saling
berbagi makanan saat istirahat kegiatan tutorial gitu mbak”. Diakhir
pembelajaran guru juga mengajak siswa untuk melakukan refleksi. Hal
ini seperti yang disampaikan oleh guru sebagai berikut ;”Refleksi itu
nanti kita akan tanya jawab mengenai materi yang disampaikan tadi
kemudian anak-anak merangkum materi yang kita pelajari tadi. Dan
juga akan disampaikan materi pembelajaran yang akan dipelajari
besok sebelum evaluasi”. Lalu untuk kegiatan evaluasi biasanya siswa
diberikan soal. Hal ini dijelaskan oleh guru “Nanti kalau evaluasi
diberikan soal evaluasi gitu mbak”. Untuk penilaian langkah yang
dilakukan guru adalah melalui pengamatan. Hal ini selaras dengan
yang dijelaskan oleh guru sebagai berikut “Untuk penilaian
pendidikan karakter toleransi melalui penilaian sikap mbak. Konversi
nilainya itu A,B,C sudah tervcapai atau belum tercapai begitu mbak.
Pedomannya nanti ada di KD 1 mbak”. Setelah memiliki pemahaman
yang mendalam mengenai karakter toleransi dan mengikuti
pembelajaran di kelas, siswa mendapatkan hasil/dampak bagi dirinya.
hal ini sesuai dengan penjelasan guru bahwa “Dampak/hasil yang
dirasakan oleh siswa itu, bisa saling menghargai sesama teman,
kemudian dengan begitu anak- anak bisa slaing bertoleransi dan bisa
menerapkannya di kehidupan mereka mbak”.
Dalam menanamkan pendidikan karakter toleransi juga mendapat
dukungan dari lingkungan sesuai yang dijelaskan oleh kepala sekolah
dan guru bahwa “Lingkungan sekolah ya mendukung mbak, karena
kan disini dalam visi misi sekolah untuk saling bertoleransi dengan
sesama keluarga sekolah mbak. Kemudian didukung dengan adanya
ekstrakulikuler, komite dan warga sekitar disekolah mbak”. Terdapat
beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang mendukung impelementasi
pendidikan karakter seperti yang dijelaskan oleh guru sebagai berikut
“Kegiatan ekstrakurikuler disini banyak mbak ada kethoprak, tari,
vocal, pramuka, pencak silat kemudian juga lukis. Untuk implementasi
pendidikan nilai karakter toleransi melalui kegiatan pramuka dan

91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kethoprak. Kalau kegiatan kethoprak nantinya kita bisa melihat


langsung toleransi antar anak mbak. Lalu kalau di kegiatan pramuka
bisa dilihat saat pensi diakhir tahun mbak”. Selain kegiatan
ekstrakurikuler terdapat kegiatan rutin yang dilakukan untuk
menerapkan pendidikan karakter toleransi. Kegiatan rutin tersebut
seperti yang dijelaskan oleh guru bahwa “Kegiatan rutin disini mbak
yang mendukung toleransi yaitu mbak, anak-anak kan sebelum
kegiatan tutorial ada ibadah bersama biasanya diadakan setelah
kegiatan pembelajaran, kalau di kegiatan ekstrakulikuler nanti terlihat
saat pentas seni di kegiatan pramuka mbak”.
Lebih lanjut lagi peneliti menanyakan hasil analisis kuesioner yang
telah dilakukan mengenai faktor penghambat yang mempengaruhi
dalam penerapan pendidikan karakter toleransi di dalam kelas. Pada
penerapan pendidikan karakter toleransi dalam pembelajaran di kelas
terdapat hambatan sesuai dengan yang dijelaskan oleh guru bahwa
“Kita kan sekarang tematik ya mbak, dalam 1 pembelajaran kan ada
beberapa mata pelajaran mbak. Jadi ya kadang kurang waktunya
mbak karena dalam 1 minggu mata pelajaran PPKn kan hanya 4 jam
mbk. Nah untuk toleransi mungkin praktiknya ke anak disini juga
terbatas mbak karena kan kita hanya dapat mengamati di sekolahan
saja mbak. Namun pada saat pembelajaran di dalam kelas, tidak ada
hambatan atau kendala mbak. Anak-anak sudah dapat memahami dan
menerapkan toleransi di kelas dengan baik mbak”. Melihat adanya
hambatan yang ditemui dalam penerapan pendidikan karakter toleransi
maka guru menjelaskan bahwa “Untuk waktu yang kurang, biasanya
penambahan waktu kita masukkan di dalam kegiatan tutorial. Jadi
untuk materi yang belum bisa tersampaikan atau anak-anak belum
mencapai KKM itu nanti bisa menambahkan di waktu tutorial itu”.
Selain itu, dalam analisis hasil kuesioner yang telah dilakukan
peneliti terdapat juga faktor penghambatnya yaitu kurang mendapat
dukungan dari orang tua. Hal ini sama disampaikan oleh guru bahwa
“Kalau itu nanti kita bisa bekerja sama dengan orang tua mbak
melalui

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pengamatan orang tua. Kita menanyakan bagaimana kegiatan anak


itu melalui WA Group mbak. Biasanya disini kita bisa berkomunikasi
bersama orang tua, ada informasi ataupun ada kegiatan apapun nanti
lewat WA Group mbak. Kalau hanya 1 atau 2 orang anak, nanti kita
bisa memanggil orang tua ke sekolahan mbak untuk bimbingan mbak.
Nah disitu kita memberikan pengertian kepada orang tua juga mbak
tentang toleransi itu ke anak mbak. Supaya nantinya anak dapat
memiliki perilaku yang lebih baik. Nanti dalam bimbingan juga sama
bu kepala sekolah mbak. Sistemnya nanti kita bimbingan dulu kepada
orang tua baru nanti kita panggil anak mbak lalu nanti ada
kesepakatannya gimana gitu mbak agar mau berubah anaknya dan
biasanya ada rentang waktunya mbak untuk anak dapat berubah itu
mbak”.

2) Narasumber 2
Narasumber 1 yaitu guru kelas V A. Beliau adalah Bapak Alex
Prasetyo, S.Pd. Pengalaman guru mengajar di kelas V baru sebentar
seperti yang dijelaskan oleh beliau sebagai berikut; “ Saya mulai
mengajar kelas V baru 1 tahun yang lalu mbak. Dulu saya pertama
mengajar itu di kelas bawah mbak”. Pemahaman guru mengenai
pendidikan karakter toleransi diuraikan sebagai berikut; “Pendidikan
dimana siswa bisa saling menghormati dan menghargai antar teman
mbak. Disitu nantinya akan tercipta kerukunan di kelas”. Pemahaman
guru mengenai pendidikan karakter toleransi didapatnya ketika kuliah
dan juga memgikuti workshop atau pelatihan. Hal itu seperti yang
disampaikan bahwa; “Sudah pernah mbak. Pendidikan karakter kan
masuk juga ke dalam kurtilas sesuai dengan kurikulum yang ada”.
Guru menyadari pentingnya penanaman pendidikan nilai karakter sejak
dini bahwa “Sangat penting sekali. Kalau di kelas saya justru nilai
karakter itu yang lebih saya utamakan karena menurut saya itu bekal
yang paling penting buat anak. Dengan penanaman pendidikan nilai
karakter anak diharapkan bisa menerapkannya untuk dapat
berinteraksi dengan

93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sosialnya mbak”. Pendidikan karakter toleransi juga sudah tercantum


ke dalam silabus, hal ini dijelaskan oleh guru sebagai berikut; “Sudah
ada mbak dalam silabus”. Selain itu, guru juga menjelaskan bahwa
“Dalam RPP juga sudah dituliskan nilai karakter mbak. Saat
pembelajaran di kelas juga sudah diterapkan. Misalnya dalam
membentuk kelompok itu nanti anak secara bebas membentuk
kelompok sesuai teman akrab, nanti baru digabungkan dengan
kelompok kecil lainnya untuk menjadi satu kelompok besar yang
heterogen”. Penerapan pendidikan karakter toleransi sudah diterapkan
oleh sebagian besar siswa. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
guru bahwa “Sudah sebagian siswa menerapkan pendidikan karakter
mbak. Anak-anak juga sudah saling bertoleransi satu sama lain”.
Pada saat pembelajaran di kelas, guru juga sudah menyampaikan
pembelajaran yang akan dipelajari sesuai dengan RPP. Berikut ini
penjelasan guru, “Iya pasti mbak, itu kan nanti diawali salam lalu doa
yang dipimpin oleh anak. dilanjutkan apersepsi yang biasanya
dilakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi sebelumnya lalu
menginformasikan kepada siswa tujuan pembelajaran di hari itu”.
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
dijelaskan sebagai berikut; “Biasanya kalau di pembelajaran memakai
Cooperative Learning mbak, jadi nanti dibuat kelompok-kelompok
begitu. Nah disitu akan keliatan anak untuk bisa saling bertoleransi
mbak”. Metode pembelajaran yang digunakan juga bervariasi. Hal ini
seperti yang dijelaskan oleh guru sebagai berikut; “Metodenya kalau di
kelas saya begini mbak anak disuguhi masalah misalnya gambar nah
nanti anak disuruh milih bebas ya 3 gitu mbak. Lalu nanti dari 3 itu
anak disuruh memilih 1 yang mereka sukai. Dari situ anak bisa disuruh
untuk menganalisis toleransi yang berkaitan dengan kehidupan
sosialnya. Selain itu juga terdapat tanya jawab dan diskusi kelompok
mbak”. Dalam menerapkan pendidikan nilai karakter toleransi di kelas,
guru menggunakan model khusus. Hal ini disampaikan oleh guru
sebagai berikut; “Kalau di kelas saya ya mbak menggunakan model
humanistik.

94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Model ini cocok sekali untuk penerapan pendidikan nilai karakter


toleransi. Dalam model ini, guru biasanya menjadi contoh untuk anak-
anak. Dengan demikian mbak, anak-anak akan melihat perilaku baik
yang dicontohkan oleh guru. Lalu anak-anak bisa menirukan perilaku
tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sosialnya”. Dalam proses
pembelajaran di kelas, tentunya ada siswa yang terkadang usil atau jail.
Sikap guru ke siswa pada saat pembelajaran jika terdapat siswa yang
jail atau usil “Dilihat dulu seberapa besar kesalahan yang diperbuat
oleh anak, lalu nanti pada saat jam istirahat mengajak anak untuk
berbicara empat mata dengan anak tanpa ada anak lain yang tahu.
Karena itu berpengaruh dengan mental anak mbak. Jadi tidak
langsung diberikan hukuman di depan anak lainnya”. Diakhir
pembelajaran guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi. Bentuk
refleksi yang dilakukan oleh guru seperti yang dijelaskan berikut
“Mengingatkan ke anak mengenai pentingnya toleransi dan dampak
yang akan didapatnya mbak”. Setelah memiliki pemahaman mengenai
karakter toleransi dari pembelajaran yang telah diikutinya, siswa
mendapatkan hasil/dampak bagi dirinya. Hal ini sesuai dengan
penjelasan guru sebagai berikut “Dampaknya ke siswa nanti ya siswa
bisa saling menghargai, saling menghormati sesama temannya di
kelas. Dan nanti juga siswa diarahkan untuk dapat menerapkan
pendidikan karakter toleransi tersebut dalam kehidupan sehari-harinya
di masyarakat juga mbak”.
Berdasarkan hasil analisis kuesioner siswa di kelas V B ditemukan
faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter toleransi
yaitu terdapat siswa yang tidak bisa diajak kerja sama untuk saling
bertoleransi. Hal ini juga dijelaskan oleh guru sebagai berikut; “Nanti
dalam pembelajaran mbak, pertama anak dibuat ke dalam kelompok
kecil dulu secara bebas mbak. Setelah itu dalam kelompok kecil lalu
digabungkan ke dalam kelompok besar. Untuk mengantisipasi adanya
gap pertemanan nanti anak diingatkan kembali kontrak belajar yang
sudah dibuat bersama di awal. Di kelas saya kontrak belajar yang
pertama itu bunyinya “Menyakiti teman itu adalah yang paling

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

besar

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hukumannya”. Dalam penerapan pendidikan karakter toleransi di kelas,


guru tidak memberikan hukuman namun solusi atau tindakan yang
dilakukan guru adalah mengingatkan kembali kontrak belajar yang
sudah dibuat bersama. Guru menjelaskan bahwa“ Misal ada siswa yang
melanggar mbak seperti menjailin teman sampai menangis, nanti siswa
tidak diberikan hukuman secara langsung tetapi dengan cara berbicara
dengan anak secara empat mata. Lalu membuka dan mengingatkan
kembali kontrak belajar yang telah ada, Dari situ anak bisa
menentukan sendiri tindak lanjut apa yang akan dia lakukan sehingga
dengan demikian anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Guru
juga akan mengingatkan kembali pentingnya untuk toleransi dan
dampaknya itu seperti apa ke anak mbak. Jadi lebih ke memanusiakan
manusia itu”. Guru juga memantau penerapan pendidikan karakter
toleransi siswa di rumah dengan bekerja sama dengan orang tua. Hal ini
dijelaskan oleh guru sebagai berikut; “Kerja sama dengan orang tua
melalui WA Group mbak. Disitu orang tua bisa saling terbuka satu
sama lain bisa share di grup atau chat pribadi ke guru jadi kita bisa
bekerja sama untuk mengetahui perilaku siswa.”
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan metode Expost Facto. Subjek dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah, guru kelas V A dan V B serta 2 siswa kelas V A dan V B.
Siswa usia SD/MI adalah anak yang berusia 6 hingga 12 tahun yang berada
pada tahap perkembangan tertentu baik secara kognitif, fisik, moral maupun
sosio- emosional (Trianingsih, 2018: 3). Pada penelitian ini, peneliti memilih
kelas 5 SD sebagai subjek dalam penelitian dikarenakan pada usia ini, anak
memasuki tahap perkembangan kognitif yaitu operasional konkret. Dimana
pada tahap ini, anak sudah mulai menggunakan aturan logis yang jelas
(Suparno, 2001: 24). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan
pembelajaran, gambaran pelaksanaan pendidikan karakter toleransi
dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas melalui muatan
pembelajaran PPKn dan mengetahui hasil atau dampak yang dirasakan siswa
terhadap implementasi pendidikan karakter

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

toleransi dalam muatan pembelajaran PPKn. Dalam perencanaan


pembelajaran, guru harus menerapkan pendidikan karakter bagi siswa.
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan program yang
fokus tujuan utama presiden dalam kebijakannya di dunia pendidikan.
Kebijakan presiden tersebut berguna untuk mengimplementasikan Nawacita
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang terintegrasi dalam
Gerakan Nasional Revolusi Mental. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di bawah
tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik
melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi) dan
olah raga (kinestetik) dengan pelibatan, dukungan publik dan kerja sama
antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat.
Pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan
terencana dalam menanamkan nilai-nilai sehingga nilai tersebut
terinternalisasi dalam diri peserta didik dengan mendorong dan
mewujudkannya dalam perilaku dan sikap yang baik (Nurjanah,2018: 80).
Melalui pendidikan karakter, siswa diharapkan mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
mengaplikasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia dalam perilaku sehari-
hari. Di dalam pendidikan karakter mengandung tiga unsur yaitu mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good) dan
melakukan kebaikan (doing the good), sehingga pendidikan karakter tidak
hanya sekedar mengajarkan namun juga berfokus pada menananmkan karakter
tersebut agar menjadi kebiasaan (Lickona dalam Wahyuddin & Suryani, 2012:
271). Pendidikan karakter perlu ditanamkan ke anak sejak dini salah satunya
yaitu pendidikan karakter toleransi. Pelaksanaan pendidikan karakter toleransi
di sekolah tercantum dalam Kurikulum 13. Dengan demikian, pendidikan
karakter toleransi terintegrasi ke dalam pembelajaran di kelas melalui muatan
pembelajarn PPKn. Toleransi merupakan penghargaan dan penghormatan
terhadap pluralitas yang mengedepankan aspek kemanusiaan dan etika sebagai
pilar utama penyangga terbentuknya masyarakat yang saling terbuka dan
mampu bekerja sama dalam kemajemukan (Muawanah,

98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2018: 62). Hasil atau dampak yang dirasakan siswa terhadap penerapan
pendidikan karakter toleransi yaitu siswa dapat saling menghormati dan
menghargai perbedaan antar teman di kelas, sekolah maupun masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan pendidikan nilai karakter
toleransi di SD Negeri 1 Barenglor sudah diterapkan sejak lama. Berdasarkan
wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas V A dan V B, bahwa
implementasi pendidikan nilai karakter toleransi sesuai dengan komitmen
sekolah yaitu visi dan misi sekolah. Visi SD Negeri 1 Barenglor Klaten yaitu
terwujudnya manusia yang beriman, cerdas, kreatif dan berkarakter baik.
Sedangkan untuk misi SD Negeri 1 Barenglor yaitu menciptakan suasana
sekolah yang ramah, kondusif, peduli lingkungan serta menerapkan nilai-nilai
luhur budaya dan karakter bangsa, menjalin kerja sama yang harmonis antara
warga sekolah dan lingkungannya. Berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru diketahui bahwa guru dan siswa sudah
menerapkan karakter toleransi dengan saling bisa menghormati dan
menghargai satu sama lain. Selain itu, implementasi pendidikan karakter
toleransi dilaksanakan ke dalam kurikulum tiga belas (kurtilas) yang nantinya
akan diintegrasikan ke dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah, diketahui bahwa kepala sekolah sudah
mendapatkan sosialisasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dari
dinas setempat. Setelah mendapatkan sosialisasi dari dinas setempat, kepala
sekolah lalu menginformasikan kepada guru-guru dalam rapat sekolah.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara dengan guru, diketahui bahwa
guru belum pernah mengikuti sosialisasi mengenai Program Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) namun guru mengikuti sosialisasi kurtilas
(Kurikulum 13) yang di dalamnya dibahas juga mengenai PPK. Menyadari
pentingnya pendidikan nilai karakter bagi siswa, maka kepala sekolah dan
guru berupaya untuk menanamkan pendidikan karakter dengan memberikan
contoh perilaku baik kepada siswa seperti saling menghormati, saling
menghargai dan saling tolong menolong antar teman. Tujuannya diberikan
contoh tersebut agar anak sebagai aset masa depan bangsa dapat memiliki
karater yang baik. Tujuan ini selaras dengan tujuan penguatan pendidikan
karakter dalam pasal 2 Peraturan Presiden No. 87

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tahun 2017 yaitu membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi
emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter
yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan,
mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan
karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta
didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan
jalur formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman
budaya Indonesia, serta merevitalisasi dan memperkuat potensi dan
kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat dan
lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK (Peraturan Presiden
No 87, 2017: 4).
Dalam penelitian ini, berfokus pada Program Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) yang dilaksanakan dengan berbasis kelas. PPK berbasis kelas
artinya bahwa PPK dilaksanakan terintegrasi dalam mata pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, dan diperkuat dengan kegiatan yang manajemen kelas
(Yuliana, dkk, 2019: 110). Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di dalam
kelas lebih banyak untuk melibatkan siswa pada aktivitas daripada metode
ceramah dan menerapkan kurikulum berbasis luas (broad based curriculum)
yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber belajar (Effendy dalam
Tim PPK Kemendikbud, 2017: 6). PPK berbasis kelas dilaksanakan sesuai
dengan isi kurikulum. Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti
bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses
pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Pengintegrasian nilai-nilai utama
karakter bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan,
menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Langkah
yang dilakukan untuk menerapkan PPK melalui pembelajaran terintegrasi ke
dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut (Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 27):
1. Melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung
dalam materi pembelajaran.
2. Mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih
metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan.
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP.

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan.


5. Melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses
pembelajaran. Sesuai dengan kurikulum 13 yang dipakai oleh sekolah bahwa
sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, guru kelas V A dan V B
bekerja sama untuk terlebih dahulu menyusun silabus dan RPP. Di dalam
silabus dan RPP tersebut, guru melakukan analisis nilai-nilai karakter dalam
kompetensi dasar dan materi pembelajaran. Langkah yang dilakukan guru saat
menganalisis nilai- nilai karakter dalam kompetensi (KI/KD) mata pelajaran
yaitu sebagai berikut: guru menganalisis kompetensi dasar dan materi
pembelajaran yang akan diajarkan. Setelah itu guru dapat menemukan
nilai-nilai dalam kompetensi dasar dan materi pembelajaran yang bisa
diajarkan. Berdasarkan hasil analisis dokumentasi, didapatkan bahwa guru
sudah menganalisis nilai-nilai karakter yang sesuai dengan kompetensi
(KI/KD). Analisis nilai-nilai karakter dalam kompetensi (KI/KD) yang
dilakukan oleh guru bertujuan untuk menentukan prioritas nilai yang akan
diajarkan dalam satu pembelajaran atau satu kompetensi dasar (Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 8). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan kepala sekolah, serta guru kelas V A dan V B menunjukkan bahwa
guru sudah mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam silabus dan
RPP yang dilakukan setiap semester. Hal ini dilakukan karena pendidikan
karakter sudah termasuk ke dalam kurikulum sehingga wajib untuk
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Berdasarkan hasil kuesioner guru,
diketahui bahwa salah satu mata pelajaran yang mampu mendukung
penanaman karakter kepada siswa adalah mata pelajaran PPKn. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan adalah muatan pelajaran yang sarat isi dengan
nilai-nilai Pancasila untuk membentuk kepribadian seseorang. Maka dari itu
dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan tidak cukup
menekankan pada penghafalan melainkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dipraktekkan dan diterapkan dalam kehidupan nyata (Azhar, 2018 :
36). Misalnya indikator yang tercantum dalam mata pelajaran PPKn kelas 5
tema 3 sub tema 1 yaitu indikator 2.3.1 Menerapkan sikap toleran terhadap
keragaman masyarakat. Melalui indikator tersebut, karakter yang ingin
dikembangkan adalah toleransi. Berdasarkan hasil analisis dokumentasi yang

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilakukan oleh peneliti, didapatkan bahwa dalam RPP indikator yang dibuat
oleh guru masih tergolong LOTS (Low Order Thinking Skill) belum HOTS
(High Order Thinking Skill).
Langkah selanjutnya yang dilakukan guru untuk menerapkan PPK
berbasis kelas adalah mengintegrasikan karakter toleransi ke dalam
perencanaan pembelajaran. Saat mengintegrasikan karakter toleransi dalam
perencanaan pembelajaran langkah yang dilakukan oleh guru yaitu memilih
metode dan model pembelajaran serta menguraikan langkah pembelajaran
(Tim PPK Kemendikbud, 2017: 12). Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan dengan guru, diketahui bahwa metode yang digunakan dalam
mengintegrasikan karakter toleransi dalam perencanaan pembelajaran di kelas
yaitu dengan metode diskusi kelompok, unjuk kerja dan pembiasaan perilaku
baik. Dengan menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran, diharapkan
dapat menarik minat belajar siswa serta dapat dipahami dengan mudah oleh
siswa. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, model pembelajaran yang
digunakan guru untuk menerapkan karakter toleransi dalam pembelajaran di
kelas menggunakan model humanistik. Model ini dipakai oleh guru dalam
menerapkan pendidikan karakter toleransi di sekolah terutama di kelas karena
melalui model pembelajaran ini siswa diajarkan untuk saling mengedepankan
manusia dengan cara saling menghargai dan menghormati antar sesama teman
dan guru. Model pembelajaran dalam menerapkan pendidikan karakter
toleransi tersebut juga senada dengan hasil wawancara kepala sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara, kepala sekolah juga mengajak guru untuk
memberikan pembiasaan perilaku baik kepada siswa. Pembiasaan di kelas
merupakan hal yang penting ketika seorang guru mengajarkan tentang karakter
kepada peserta didik. Dengan cara demikian siswa dapat mencontoh
pembiasaan perilaku baik yang dilakukan oleh guru. Hal senada juga
dikatakan oleh guru kelas V A dan V B. Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan dengan guru kelas V A dan V B, bahwa pentingnya
memberikan contoh kepada siswa melalui pembiasaan perilaku baik akan
berdampak baik juga untuk siswa dalam membentuk karakter sebagai bekal
masa depannya. Hal ini sesuai dengan tujuan gerakan penguatan pendidikan
karakter yaitu membangun dan membekali peserta didik sebagai

102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan
karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan
(Peraturan Presiden No 87, 2017: 4). Berdasarkan hasil analisis dokumen dan
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa dalam
perencanaan pembelajaran guru sudah mengurai langkah pembelajaran secara
runtut dari awal hingga akhir pembelajaran.
Setelah menyusun perencanaan pembelajaran, langkah yang dilakukan
oleh guru selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran. Pada saat
melaksanakan pembelajaran di kelas agar pendidikan karakter toleransi dapat
tercapai maka pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Berdasarkan hasil
dokumentasi, kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru
kelas V A dan V B, diketahui bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran
secara runtut sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah disusunnya.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, diketahui bahwa guru
sudah melaksanakan pembiasaan penguatan karakter sebelum memulai
pembelajaran. Dimulai dengan memberikan salam, serta mengajak siswa
untuk berdoa terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Guru
memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajaknya untuk menyanyikan
lagu nasional yaitu lagu Garuda Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan
rasa nasionalisme. Lalu dilanjutkan dengan kegiatan literasi. Pada kegiatan
apersepsi guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan materi
yang telah dipelajari sebelumnya dan juga tanya jawab pada teks bacaan.
Kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh guru belum mengarah kepada
pendidikan karakter toleransi. Namun pada saat tanya jawab dalam kegiatan
apersepsi, dapat dilihat penguatan karakter toleransi seperti mengangkat
tangan bagi siswa yang akan menjawab, menghormati siswa lain yang sedang
menyampaikan pendapatnya. Guru dalam RPP tidak menuliskan
penyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Namun berdasarkan
kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas V A dan
V B, dijelaskan

103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahwa guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa saat


pelaksanaan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, siswa dibantu dengan menggunakan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD). Di dalam LKPD, guru sudah menerapkan pendidikan
nilai karakter toleransi. Berdasarkan hasil dokumentasi, di dalam LKPD
tersebut siswa diajak untuk dapat menganalisis keberagaman yang terdapat
dalam teks bacaan “Mengenal Wortel”. Setelah itu, siswa dibimbing oleh guru
untuk membuat laporan sederhana sesuai dengan hasil analisis keberagaman
dalam teks bacaan. Selanjutnya siswa diajak untuk menganalisis iklan yang
berkaitan dengan toleransi. Lalu siswa diajak untuk menganalisis dan
menuliskan adat istiadat yang ada di keluarga. Setelah itu siswa saling
bertukar informasi mengenai adat istiadat yang terdapat di keluarganya
masing-masing. Berdasarkan hasil analisis dokumentasi yang dilakukan oleh
peneliti, dalam kegiatan inti pembelajaran, pendidikan karakter toleransi tidak
dapat ditemukan secara tersurat, namun ditemukan secara tersirat melalui
diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa. Hal ini juga senada dengan hasil
wawancara yang dilakukan kepada guru kelas V A dan V B.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, siswa diajak untuk mengemukakan
hasil belajar yang telah dipelajari di hari itu. Berdasarkan hasil wawancara, di
kegiatan refleksi guru memberikan penguatan terhadap siswa mengenai
pentingnya pendidikan karakter toleransi dan dampak yang akan dirasakan
siswa saat menerapkan di kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa diberikan
penugasan di rumah sebagai tindak lanjut pembelajaran di hari itu yaitu siswa
diajak untuk mengoptimalkan kerja sama dengan cara berbagi peran dan tugas
bersama orang tua.
Saat melaksanakan pembelajaran di kelas, guru juga harus dapat
mengelola kelas. Mengelola kelas pada saat mengintegrasikan nilai-nilai
karakter ke pembelajaran menjadikan kelas sebagai tempat belajar yang aman,
nyaman dan menyenangkan (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 17). Selain itu,
membudayakan nilai-nilai karakter melalui pengelolaan kelas dilakukan
dengan cara menyepakati aturan dalam interaksi sosial di kelas (Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 18). Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

oleh guru, dalam mengelola kelas langkah yang dilakukan adalah dengan
membuat kesepakatan bersama atau kontrak belajar antara guru dan siswa.
Upaya yang dilakukan guru dalam menerapkan pendidikan karakter toleransi
saat mengelola kelas yaitu guru membagi siswa ke dalam kelompok diskusi
secara heterogen dan dari berbagai keberagaman. Pada saat melaksanakan
pembelajaran, guru juga melakukan kegiatan pendampingan siswa, baik secara
individu atau kelompok, dan mendokumentasikan hasil pengamatan serta
refleksinya (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 20). Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru, dijelaskan bahwa guru juga melakukan pendampingan kepada
anak yang berperilaku kurang baik pada saat pembelajaran di kelas. Misalnya
ada siswa yang usil/jail dengan teman, tidak berpatisipasi aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok, dll. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V A
dan V B diketahui bahwa guru juga memberikan kebebasan kepada siswa
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di luar maupun di dalam
kelas namun tetap di awasi dan dipantau oleh guru. Setelah melaksanakan
pembelajaran, guru juga melakukan kegiatan umpan balik kepada siswa.
Umpan balik yang diberikan kepada siswa ini penting agar materi yang sudah
disampaikan tidak terlepas dan tanpa kesan (Tim PPK Kemendikbud, 2017:
21). Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas V
A dan V B, diketahui bahwa umpan balik yang diberikan oleh guru kepada
siswa yaitu berupa penugasan di rumah untuk mengoptimalkan kerja sama
melalui berbagi peran dan tugas dengan orang tuanya.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan PPK
berbasis kelas yaitu dengan melakukan penilaian. Langkah yang perlu
dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut; mengembangkan instrument
penilaian karakter berdasarkan analisis kompetensi, melaksanakan penilaian
secara otentik, mengolah hasil penilaian secara objektif, mengolah hasil
penilaian melalui komunikasi yang efektif kepada orang tua (wali siswa) dan
guru pada jenjang berikutnya serta menindaklanjuti hasil penilaian (Tim PPK
Kemendikbud, 2017: 23). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru kelas V A dan V B, dalam melakukan penilaian karakter toleransi
saat pembelajaran di kelas, guru melakukan pengamatan kepada siswa saat
sedang

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melakukan diskusi kelompok Berdasarkan Permendikbud Tahun 2016 Nomor


23 pasal 3 ayat 2 dijelaskan bahwa, penilaian sikap merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai
perilaku peserta didik. Selain itu, guru juga membuat catatan mengenai
perkembangan karakter yang telah dicapai siswa. Untuk nilai dalam
pendidikan karakter tidak dikonversikan ke dalam angka. Hal ini senada
dengan yang dikatakan oleh guru kelas V pada saat wawancara dijelaskan
bahwa penilaian yang dilakukan dalam pendidikan nilai karakter toleransi
menggunakan penilaian deskriptif sehingga dikonversikan ke dalam nilai A, B
dan C yang sesuai dengan pedoman penilaian pada kompetensi dasar 1 (KD
1). Hal tersebut juga sesuai dengan Permendikbud Tahun 2016 Nomor 23
pasal 12 ayat 1, dijelaskan juga bahwa penilaian aspek sikap dilakukan
melalui beberapa tahapan yaitu: mengamati perilaku peserta didik selama
pembelajaran, mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar
observasi/pengamatan, menindaklanjuti hasil pengamatan dan
mendeskripsikan perilaku peserta didik. Dalam menentukan nilai A,B dan C
pada penilaian sikap dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidik, diatur
dalam pedoman yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal terkait yang
berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
Langkah terakhir yang dilakukan dalam penerapan karakter berbasis
kelas yaitu melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, di kegiatan refleksi guru
memberikan penguatan terhadap siswa mengenai pentingnya pendidikan
karakter toleransi dan dampak yang akan dirasakan siswa saat menerapkan di
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa diberikan penugasan di rumah
sebagai tindak lanjut pembelajaran di hari itu yaitu siswa diajak untuk
mengoptimalkan kerja sama dengan cara berbagi peran dan tugas bersama
orang tua.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara dengan guru, diketahui
bahwa dalam menerapkan pendidikan karakter toleransi terdapat beberapa
faktor pendukung yang mempengaruhi diantara yaitu lingkungan sekolah,
kegiatan ekstrakurikuler, komitmen sekolah (visi dan misi sekolah), komite
sekolah (orang tua siswa) dan seluruh warga sekolah. Dengan mendapatkan

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dukungan dari berbagai pihak, maka penerapan pendidikan nilai karakter


toleransi dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas dan di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara, guru menyatakan bahwa dalam menerapkan
pendidikan nilai karakter toleransi di kelas ditemui beberapa hambatan.
Hambatan atau kendala tersebut antara lain waktu belajar yang kurang.
Strategi yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan atau kendala tersebut
dengan menjelaskan materi yang disampaikan pada kegiatan tutorial.
Hambatan lain yang ditemui yaitu kurangnya dukungan dari orang tua.
Langkah yang diambil guru dalam mengatasi hambatan tersebut yaitu
mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk memberi pengetahuan kepada
orang tua mengenai pentingnya pendidikan karakter agar orang tua menyadari
bahwa pendidikan karakter toleransi juga perlu untuk diajarkan dan
ditanamkan di dalam keluarga. Berdasarkan hasil wawancara, guru juga
melakukan komunikasi aktif dengan orang tua siswa melalui Whatsapp Group
untuk memantau perilaku siswa di rumah. Sehingga dengan demikian, sekolah
bekerja sama dengan orang tua dalam membentuk karakter anak.
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka dan wawancara dari guru kelas V
A dan V B, dapat diketahui bahwa penerapan pendidikan karakter toleransi
dalam pembelajaran di kelas membawa dampak positif bagi siswa. Dampak
positif yang didapatkan oleh siswa antara lain bisa saling menghargai dan
saling bertoleransi antar sesama teman di kelas dan guru. Pernyataan tersebut
senada dengan hasil kuesioner siswa. Berdasarkan hasil kuesioner siswa kelas
V A dan V B diketahui bahwa dampak yang didapatkan mereka setelah
memiliki pemahaman mendalam terhadap karakter toleransi maka siswa dapat
menerapkannya di kehidupan sehari-hari, seperti menghormati teman yang
sedang melaksanakan ibadah, berteman dengan siapa saja tanpa membeda-
bedakan, tidak mengejek teman, saling tolong menolong dengan meminjami
alat tulis kepada teman yang tidak mempunyai, memberikan ucapan saat
teman sedang merayakan hari besar keagamaannya, menghargai pendapat
teman jika berbeda pendapat, menjenguk teman yang sedang sakit. Selain itu,
berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah juga senada dengan hasil
kuesioner siswa, hasil kuesioner guru dan hasil wawancara guru.
Dijelaskan oleh kepala sekolah

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahwa, siswa sudah bisa menerpakan karakter toleransi dalam kehidupan


sehari-hari melalui pembiasaan sikap baik seperti menghormati teman yang
sedang melaksanakan ibadah, berteman dengan siapa saja, saling tolong
menolong, memberikan ucapan saat teman sedang merayakan hari besar
keagamaannya, dll. Penerapan karakter toleransi tersebut sesuai dengan teori
bahwa toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya. Toleransi menjadi wujud sikap menerima dengan kepenuhan hati akan
keberadaan setiap warga negara dengan seluruh perbedaan latar belakang
agama, budaya dan suku bangsa (Suseno, 1998: 11).
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa guru di SD N 1
Barenglor Klaten sudah menerapkan PPK. Guru sudah menerapkan PPK
dengan menjalankan langkah-langkah dalam menerapkan PPK berbasis kelas.
Hal tersebut dapat dilihat dari praktik baik yang telah di lakukan oleh guru
antara lain guru sudah mendapatkan sosialisasi kurtilas yang didalamnya juga
membahas mengenai PPK. Guru juga mengintegrasikan nilai karakter
toleransi ke dalam silabus dan RPP. Selanjutnya guru juga melaksanakan
pembiasaan sikap atau karakter sebelum memulai pembelajaran, menerapkan
metode dan model pembelajaran yang sesuai dalam PPK dan mendukung nilai
karakter toleransi, menggunakan media pembelajaran yang mendukung nilai
karakter toleransi, dan mengaitkan isi materi pembelajaran PPKn dengan
karakter toleransi. Guru juga sudah mengelola kelas dengan mengintegrasikan
nilai karakter toleransi dimana siswa dibentuk ke dalam kelompok diskusi
secara heterogen dari berbagai keberagaman. Guru juga sudah menilai
perkembangan siswa dalam menerapkan pendidikan nilai karakter toleransi
serta melakukan refleksi dan umpan balik kepada siswa.
Penelitian di atas sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti bahwa
penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dilakukan dengan
mengintegrasikan nilai karakter ke dalam mata pelajaran yang tercantum di
silabus dan RPP. Implementasi pendidikan nilai dan karakter toleransi yang
dicantumkan dalam pembelajaran PPKn menggunakan berbagai media dan
metode yang mendukung. Media yang digunakan oleh guru antara lain melalui

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

media teks bacaan dan gambar iklan dari media cetak. Hal ini didukung oleh
penelitian Nurjannah (2018) tentang Pembentukan Karakter Melalui
Pembelajaran PKN Siswa SDN Peunaga Cut Ujong, karena membentuk
karakter siswa dapat melalui pembelajaran PKn dengan cara menjelaskan
contoh-contoh yang konkret melalui media gambar atau dalam lingkungan
sehari-hari yang sering dilihat dan diamati oleh siswa.
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas juga dapat dilakukan
melalui pembiasaan perilaku baik melalui kegiatan rutin yang sederhana serta
mengintegrasikan nilai toleransi ke dalam mata pelajaran yang tercantum
dalam silabus dan RPP, hal ini didukung oleh penelitian Muliaty,Amin (2019)
tentang Implementasi Pendidikan Karakter Bertoleransi Antarumat Beragama
Melalui Kegiatan Sekolah di SDN INPRE 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura,
karena pembiasaan merupakan faktor penting dalam pendidikan karakter
bertoleransi antarumat beragama siswa. Pembiasaan perilaku baik mengenai
toleransi antarumat beragama dilakukan secara terus menerus akan membawa
dampak yang baik bagi siswa yaitu pemahaman mengenai pentingnya untuk
hidup bertoleran di tengah keberagaman agama, sehingga akan tertanam kuat
karakter toleransi dalam diri siswa.
Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas juga dapat
meningkatkan karakter siswa, hal ini didukung oleh penelitian Putranti dan
Susanti (2019) tentang Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter
Berbasisi Kelas di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman,
karena pengembangan karakter siswa melalui kegiatan berbasis kelas dapat
mengembangkan karakter melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Pendidikan
karakter berbasis kelas terjadi karena kelas merupakan tempat utama
terjadinya proses pendidikan.

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perencanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) telah
dilakukan oleh guru dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yaitu
dengan mengintegrasikan karakter toleransi ke dalam silabus dan juga
mengintegrasikan ke dalam RPP.
2. Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Toleransi telah
dilaksanakan oleh guru antara lain mengikuti sosialisasi PPK dalam
kurtilas (Kurikulum 13), melakukan pembiasaan sikap/karakter toleransi
sebelum dan sesudah pembelajaran, mengelola kelas dengan
mengintegrasikan karakter toleransi, menggunakan model dan metode
yang sesuai dengan PPK, mengaitkan isi pembelajaran PPKn dengan
Penguatan Pendidikan Karakter Toleransi, melakukan penilaian
perkembangan karakter toleransi siswa, melakukan kegiatan refleksi serta
memberikan umpan balik kepada siswa untuk dapat menerapkan karakter
toleransi dalam kehidupan sehari- hari sesuai yang telah dirancang dalam
RPP. Hambatan yang temui guru adalah kurangnya waktu dalam
menerapkan pendidikan nilai karakter toleransi di kelas. Kurangnya
dukungan dari orang tua mengenai pentingnya pendidikan karakter bagi
siswa juga menjadi hambatan dalam menerapkan pendidikan nilai karakter
toleransi di kelas.
3. Hasil atau dampak yang dirasakan siswa terhadap implementasi
pendidikan nilai karakter toleransi adalah siswa menjadi lebih paham
tentang nilai karakter toleransi, siswa mampu untuk menerapkan nilai
karakter toleransi dalam kehidupan sehari-hari di kelas maupun sekolah.
Siswa memiliki sikap toleransi terhadap teman yang berbeda pendapat,
suku, agama, ras dan budaya.

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Keterbatasan Penelitian
Beberapa kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Teknik pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti tidak dapat melalui
observasi. Hal ini karena kondisi pandemi covid-19 yang mengakibatkan
peneliti tidak dapat melakukan observasi untuk melihat secara langsung
perilaku siswa dan proses pembelajaran di kelas. Untuk itu teknik
pengambilan data melalui observasi digantikan dengan kuesioner terbuka
agar peneliti mendapatkan informasi secara detail baik dari guru maupun
siswa.
2. Pengembalian instrumen penelitian berupa kuesioner terhadap guru tidak
sesuai kesepakatan yang telah di buat.
C. Saran
Berdasarkan keterbatasan yang telah didapatkan, maka peneliti
menyampaikan saran sebagai masukan dan perbaikan untuk penelitian
selanjutnya. Adapun saran mengenai permasalahan implementasi program
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya, sebaiknya dapat melakukan observasi di kelas
dalam mengambil data jika kondisi memungkinkan atau dapat mengikuti
guru saat proses pembelajaran daring berlangsung.
2. Penelitian selanjutnya, sebaiknya memperhatikan waktu pelaksanaan
penelitian pada saat tugas guru tidak begitu banyak pekerjaan sehingga
guru dapat mengumpulkan instrument penelitian dengan tepat waktu.

111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR REFERENSI

Adisudilo, S. (2014). Pembelajaran nilai karakter. Jakarta: Raja Grafindo Persada


Jujur.

Aisyah. (2018). Pendidikan karakter: konsep dan implementasinya. Jakarta:


Penerbit Kencana.

Anggito, A. (2018). Metodelogi penelitian kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.

Arika, Y. (2021). Bongkar Persoalan Kasus Intoleransi di Sekolah.


https://www.kompas.id/baca/dikbud/2021/01/25/bongkar-persoalan-
intoleransi-di-sekolah/ . Diakses pada 17 April 2021 pukul 12:22 WIB.

Astiti, K A. (2007). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Azhar dan Djunaidi Achmad. (2018). Penerapan nilai-nilai moral dan karakter
dalam PPKn di SMP Darul Hikmah Mataram. Jurnal Pendidikan Pancasila
& Kewarganegaraan. 6(1). hal: 35-41. Diakses tanggal 6 maret 2020 dari
http://journal.ummat.ac.id/index.php/CIVICUS/article/view/629.

Darmadi, H. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam


Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Daryanto dan Darmiatun. (2013). Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:


Gava Media.

Dewayani, S. (2018). Panduan praktis Implementasi Penguatan Pendidikan


Karakter (PPK) Berbasis Kelas. Jakarta: PASKA.

Endraswara, S. (2006). Metode teori teknik penelitian kebudayaan. Tangerang.


Pustaka Widyatama.

Farida, I. (2013). Toleransi antarumat beragama masyarakat. Jurnal Komunitas.


5(1). hal: 14-25. Diakses tanggal 13 maret 2020 dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2368.

Gunawan, H. (2012). Pendidikan karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:


Alfabeta.

112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hasyim, U. (1979). Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai


Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Umat Beragama. Surabaya: Bina
Ilmu.

Helaluddin & Hengki W. (2019). Analisis data kualitatif: sebuah tinjauan teori &
praktik. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffra.

Ingsih, K. (2018). Pendidikan karakter: alat peraga edukatif media interaktif.


Sleman: CV Budi Utama.

Japar, M. (2019). Media dan teknologi pembelajaran PPKN. Surabaya: CV Jakad


Publishing Surabaya.

Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter: Mendidik Anak di Zaman Global.


Jakarta: Grasinda.

Koesoema, D. (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta:


KANISIUS (Anggota IKAPI).

kompasiana.com. (2015, 24 April). Piaget dan teori tahap-tahap perkembangan


kognitif. Diakses pada 9 Juli 2020 pukul 21.30 dari
https://www.kompasiana.com/rofiqohlaila8/5539f9b96ea8348709da42ce/pia
get-dan-teori-tahaptahap-perkembangan-kognitif#.

Kusuma, D. (2011). Pendidikan karakter kajian teori dan praktik di sekolah.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lanti, E. (2016). Media Pengembangan Pendidikan Karakter Bagi Siswa


Sekolah Dasar. Semarang: Athra Samudra.

Mamik. (2015). Metodologi kualitatif. Sidoarjo: Penerbit Zifatama Publisher.

Manajemen Pendidikan Indonesia. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter “Senang


Belajar di Rumah Kedua”. Diakses pada 22 Maret 2021 pukul 22:28 WIB dari
https://manajemenpendidikan.net/artikel/penguatan-pendidikan-karakter-senang-
belajar-di-rumah-kedua/ .

Manzilati, A. (2017). Metodologi penelitian kualitatif: paradigma, metode


dan aplikasi. Malang: Universitas Brawijaya Press.

113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Marsetyaningsih, H. (2014). Kegemaran membaca di perpustakaan dan prestasi


belajar anak. Sukoharjo: Penerbit Panembahan Senopati.

Maryati, K & Juju S. (2006). Sosiologi. Jakarta: ESIS.

Moelong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:


PT Remaja Posdakarya.

Muawanah. (2018). Pentingnya pendidikan untuk tanamkan sikap toleransi di


masyarakat. Jurnal Pendidikan Karakter. 5(1). hal: 57-70.

Muliaty,A. (2019). Implementasi pendidikan karakter bertoleransi antar umat


beragama melalui kegiatan sekolah di SDN Inpress 6.88 Perumnas 2 Kota
Jayapura. UIN Alauddin Makassar, 316-325.

Murdiono, M. (2012). Kewarganegaraan berbasis portofolio. Yogyakarta:


Penerbit Ombak.

Nasrudin, J. (2019). Metodologi penelitian pendidikan: buku ajar praktis cara


membuat penelitian. Bandung: PT. Panca Terra Firma.

Nugroho, E. (2018). Prinsip-prinsip menyusun kuesioner. Malang: UB Press.

Nurjannah. (2018). Pembentukan karakter melalui pembelajaran pkn siswa SDN


Peunaga Cut Ujong. Jurnal Genta Mulia. Vol IX(1) : 77 – 88. Diakses pada
8 Juli 2020 pukul 14:51 WIB dari https://ejournal.stkipbbm.ac.id.

Pemerintah Indonesia. (2003). Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003, No. 4301. Jakarta:
Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. (2006). Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar


Isi: Lampiran Standar Isi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Diakses
pada 28 desember 2020 pukul 19.45 WIB dari
https://bsnp-indonesia.org/wp- content/uploads/isi/Permen_22_2006.pdf.

Pemerintah Indonesia. (2007). Undang-Undang No 17 Tahun 2017 Tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
Lembaran Negara RI Tahun 2007, No. 33. Jakarta: Sekretariat Negara.

114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pemerintah Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia No 23 Tahun 2016. Berita Negara Tahun 2016, No 897.
Jakarta: Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. (2017). Peraturan Presiden Republik Indonesia No 87


Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Lembaran Negara RI
Tahun 2017 No 195. Jakarta: Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. (2018). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia No 20 Tahun 2018Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal. Berita Negara Tahun 2018, No
782. Jakarta: Sekretariat Negara.

Pertana, P. (2019). Viral, Ada SD di Gunungkidul Wajibkan Siswa Baru Berbaju


Muslim. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4599034/viral-ada-sd-
negeri-di-gunungkidul-wajibkan-siswa-baru-berbaju-muslim . Diakses pada
20 April 2021 pukul 20:11 WIB.

Poerwadarminta. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Putranti, Y D & Susasnti, M M I. (2019). Penerapan Program Penguatan


Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Di Sekolah Dasar Se-Kecamatan
Sleman Kabupaten Sleman. Elementary Journal. 2(1). 42-51. Diakses pada
1 Juli 2020 pukul 20:54 wib dari
http://journals.ukitoraja.ac.id/index.php/ej/article/view/613.

Rahayu, A. (2013). Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Jakarta:


Bumi Aksara.

Rianawati. (2019). Implementasi nilai-nilai karakter pada mata pelajaran.


Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Rifai. (2012). Kualitatif: Teori, praktek & riset penelitian kualitatif teologi.
Sukoharjo: BornWin's Publishin.

Rosidatun. (2018). Model implementasi pendidikan karakter. Gresik: Caremedia


Communication.

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Salim & Khaidir. (2019). Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan dan Jenis.
Jakarta: Penerbit Kencana.

Samani, dkk. (2020). Kapita Selekta Metodologi Penelitian. Pasuruan: CV. Penerbit
Qiara Media

Samani, M & Hariyanto. (2011). Konsep dan Model: Pendidikan Karakter.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Samani, M & Hariyanto. (2013). Konsep dan Model: Pendidikan Karakter.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sapsuha,T. (2013). Pendidikan pascakonflik: pendidikan multikultural.


Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang.

Sayidah, N. (2018). Metodologi penelitian disertai dengan contoh


penerapannya dalam penelitian. Sidoarjo: Zifatama Jawara.

Sucahyono. (2016). Hakekat Pembelajaran PPKn. Jakarta: CV Budi Utama.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta.

Suharyanto, A. (2013). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membina


Sikap Toleransi Antar Siswa. Jurnal Ilmu Pemerintah dan Sosial Politik.
1(2), hal: 192-203. Diakses pada 15 maret 2020 dari
https://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/563.

Sukmadinata, N. (2011). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Posdakarya.

Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius.

Suseno. (1998). Mencari makna kebangsaan. Yogyakarta: Kanisius.

116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tim PPK Kemendikbud. (2017). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan


Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Diakses
pada 2 Juni 2020 pukul 13:45 WIB dari
https://cerdasberkarakter.kemendikbud.go.id/?wpdmpro=buku-konsep-dan-
pedoman-ppk.

Trianingsih, R. (2018). Aplikasi pembelajaran kontekstual yang sesuai


perkembangan anak usia sekolah dasar. Banyuwangi: LPPM Institut Agama
Islam Ibrahimy.

Wahyuddin dan Suryani. (2012). Mendidik untuk Membentuk Karakter Terjemahan.


Jakarta: Bumi Aksara.

Walansendow, P. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi


anak usia sekolah di SD GMIM Tumpengan Sea Dua Kecamatan Pineleng.
Vol 4
(2) : 1-5 diakses pada 9 Juli 2020 dari
https://media.neliti.com/media/publications/105493-ID-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-tingkat.pdf

Warsono. (2010). Model Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan


Kewarganegaraan. Proceedings of The 4th International Conference on
Teacher Education: Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10
November 2010. Diakses pada 15 maret 2020 pukul 19:30 WIB dari
http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/UPI-
UPSI/2010/Book_2/MODEL_PENDIDIKAN_KARAKTER_MELALUI_P
ENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN.PDF.

Widiyanto, D. (2017). Penanaman nilai toleransi dan keberagaman melalui startegi


pembelajaran tematik storybook pada mata pelajaran PPKn di sekolah dasar.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 7(2) hal: 28-36. Diakses tanggal 14
maret 2020 dari http://eprints.uad.ac.id/9769/1/109-
115%20Delfiyan%20Widiyanto.pdf

Yahya, K. (2010). Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta: Pelangi


Publishing.

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yaumi, M. (2014). Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan Implementasi.


Jakarta: Prenamedia Group.

Yaumi, M. (2016). Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan Implementasi.


Jakarta: Prenamedia Group.

Yuliana, dkk. (2019). Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Berbasis Kelas Melalui Manajemen Kelas Di Sekolah Dasar. Jurnal
Tematik. Vol 9(2) : 109-114. Diakses pada 6 Januari 2021 dari
https://jurnal.unimed.ac.id

Zubaedi. (2011). Desain pendidikan karakter. Jakarta: PT. Adhitya Andrebina


Agung.

Zulhaemin. (2015). PPKn dan pembangan karakter bangsa. Sumatera Barat: CV.
Graha Inda.

118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 1

SURAT-SURAT

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1.1 Surat Permohonana Melakukan Validasi Instrumen Penelitian

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1.2 Surat Izin Melaksanakan Penelitian

122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 2

INSTRUMEN
PENELITIAN

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2.1 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah


No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui mengenai program penguatan pendidikan
karakter?
2. Apakah sudah ada sosialisasi mengenai implementasi pendidikan karakter
dari dinas pendidikan? Sejak kapan?
3. Apakah guru-guru di sekolah Bapak/Ibu sering diikutkan dalam workshop,
seminar/pelatihan mengenai pendidikan karakter?
4. Menurut Bapak/Ibu mengapa penting untuk menerapkan program
penguatan pendidikan karakter toleransi pada anak sejak dini di sekolah?
5. Sejak kapan sd negeri 1 barenglor klaten ini mengimplementasikan
pendidikan nilai karakter toleransi?
6. Bagaimana tanggapan ibu mengenai implementasi pendidikan nilai
karakter toleransi di sekolah ini?
7. Bagaimana proses/tahapan pelaksanaan program penguatan pendidikan
karakter di sekolah Bapak/Ibu?
8. Apakah visi misi dan tujuan sekolah ini sudah mencantumkan nilai-nilai
pendidikan karakter? Apa saja nilai tersebut?
9. Apakah semua guru sudah mengimplementasikan pendidikan nilai karakter
ke dalam pembelajaran?
10. Nilai karakter apa saja yang sudah di kembangkan di sekolah ini?
11. Kegiatan sekolah apa sajakah yang mendukung program penguatan
pendidikan karakter?
12. Apakah tujuan dari mengimplementasi program penguatan pendidikan
karakter di sekolah Bapak/Ibu tercapai?
13. Apa bentuk sikap toleransi beragama yang dibentuk sekolah dalam
menerapkan program penguatan pendidikan karakter?
14. Apakah terdapat kendala dalam mengimplementasikan pendidikan karakter
toleransi?
15. Jika terdapat hambatan, solusi apa yang dilakukan oleh sekolah?
16. Apakah seluruh warga sekolah menerapkan pendidikan nilai karakter
toleransi?

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2.2 Pedoman Wawancara Bapak/Ibu Guru


No Pertanyaan Jawaban
1 Sejak kapan bapak/ibu menjadi guru kelas V di sd negeri 1 barenglor ini?
2 Menurut pendapat Bapak/ibu, apa yang dimaksud dengan pendidikan nilai
karakter toleransi ?
3 Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop, seminar/pelatihan mengenai
pendidikan nilai karakter?
4 Menurut pendapat Bapak/Ibu, mengapa guru penting mengimplementasikan
pendidikan karakter pada siswa?
5 Apakah nilai karakter toleransi sudah Bapak/Ibu cantumkan ke dalam
silabus?
6 Apakah nilai karakter toleransi sudah diintegrasikan ke dalam RPP melalui
muatan pelajaran pada saat pembelajaran di kelas?
7 Apakah semua warga sekolah sudah menerapkan nilai karakter toleransi?
Apakah Bapak/Ibu menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa?
8 Model pembelajaran apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam menerapkan
pendidikan karakter toleransi di kelas?
9 Bagaimana metode pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan dalam
menerapkan pendidikan karakter toleransi di kelas?
10 Media apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam menerapkan pendidikan karakter
toleransi di kelas?
11 Bagaimana cara yang Bapak/Ibu lakukan dalam menerapkan pendidikan .
karakter toleransi di kelas?
Misal : memberikan contoh konkrit
12 Menurut Bapak/Ibu, hasil/dampak apa yang didapatkan oleh siswa setelah
menerapkan pendidikan nilai karakter toleransi?
13 Apa sajakah faktor pendukung Bapak/Ibu dalam menerapkan pendidikan
karakter toleransi di kelas?
14 Apakah terdapat hambatan/kendala yang dialami oleh Bapak/Ibu dalam
menerapkan pendidikan karakter toleransi di kelas?
15 Apakah solusi yang Bapak/Ibu lakukan dalam mengatasi hambatan/kendala
tersebut?

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2.3 Kuesioner Terbuka Untuk Guru Sebelum di Validasi


KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas anda!
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
Nama Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara Bapak/Ibu


mengintegrasikan pendidikan nilai
karakter ke dalam RPP?
2. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam
menentukan indikator yang tepat
dalam pembelajaran agar nilai-nilai
karakter toleransi dapat terintegrasi
dengan tepat?
3. Menurut Bapak/Ibu, model
pembelajaran yang seperti apa yang
dapat digunakan dalam menerapkan
pendidikan karakter toleransi di kelas?
4. Metode pembelajaran apa yang
Bapak/Ibu gunakan dalam
menerapkan pendidikan karakter
toleransi di kelas?
5. Media pembelajaran apa yang
Bapak/Ibu gunakan dalam
menerapkan pendidikan karakter
toleransi di kelas?

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Apakah tujuan dan indikator yang


Bapak/Ibu buat dalam RPP sudah
tercapai?
7. Apakah pelaksanaan pembelajaran
PPKn di dalam kelas sudah sesuai
dengan RPP yang telah Bapak/Ibu
buat?
8. Apakah nilai karakter toleransi dalam
pelaksanaan pembelajaran PPKn
sudah tercapai?
9. Bagaimana cara yang Bapak/Ibu
lakukan dalam menerapkan
pendidikan karakter toleransi di
kelas?
10 Bagaimana Bapak/Ibu memanejemen
kelas saat menerapkan pendidikan
karakter toleransi?
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu
melakukan penilaian pada saat
pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas ?
12. Faktor pendukung dan faktor
penghambat apa saja yang
mempengaruhi dalam pelaksanaan
pendidikan nilai karakter toleransi di
dalam kelas?
13. Solusi apa yang Bapak/Ibu lakukan
untuk mengatasi faktor penghambat
dalam pelaksanaan pendidikan nilai
karakter toleransi di dalam kelas?
14. Dampak apa yang dirasakan oleh
siswa setelah menerapkan

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pelaksanaan pendidikan nilai karakter


toleransi di dalam kelas?
15. Umpan balik (kegiatan) apa yang
Bapak/Ibu berikan agar siswa
menerapkan pendidikan nilai karakter
toleransi di kelas dan kehidupan
sehari-hari?

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2.4 Kuesioner Terbuka Untuk Guru Sesudah di Validasi


KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas anda!
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
Nama Responden :
Pengalaman bekerja :
Jenis Kelamin :

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara Bapak/Ibu


mengintegrasikan pendidikan
nilai/karakter dalam RPP?
2. Bagaimana cara Bapak/Ibu
menentukan indikator yang tepat
dalam pembelajaran agar nilai-nilai /
karakter toleransi dapat terintegrasi
dengan tepat?
3. Menurut Bapak/Ibu, model
pembelajaran seperti apa yang pernah
digunakan dalam menerapkan
pendidikan karakter toleransi di kelas?
4. Metode pembelajaran apa yang
Bapak/Ibu gunakan dalam
menerapkan pendidikan karakter
toleransi di kelas?
5. Media pembelajaran apa yang
Bapak/Ibu gunakan dalam
menerapkan pendidikan karakter
toleransi di kelas?
6. Apakah melalui model/metode
pembelajaran yang Bapak/Ibu

129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gunakan, tujuan dan indikator yang


Bapak/Ibu buat dalam RPP sudah
tercapai?
7. Apakah pelaksanaan pembelajaran
PPKn di dalam kelas sudah sesuai
dengan RPP yang telah Bapak/Ibu
buat?
8. Apakah nilai/karakter toleransi dalam
pelaksanaan pembelajaran PPKn
sudah tercapai?
9. Bagaimana Bapak/Ibu
mengorganisasikan kelas saat
menerapkan pendidikan karakter
toleransi?
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu
melakukan penilaian pada saat
pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas ?
11. Faktor pendukung apa saja yang
mempengaruhi dalam pelaksanaan
pendidikan nilai karakter toleransi di
dalam kelas?
12. Faktor penghambat apa saja yang
mempengaruhi dalam pelaksanaan
pendidikan nilai karakter toleransi di
dalam kelas?
13. Solusi apa yang Bapak/Ibu lakukan
untuk mengatasi faktor penghambat
dalam pelaksanaan pendidikan
nilai/karakter toleransi di dalam
kelas?

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14. Dampak apa yang dirasakan oleh


siswa setelah menerapkan
pelaksanaan pendidikan nilai/karakter
toleransi di dalam kelas?
15. Tindak lanjut apa yang Bapak/Ibu
berikan agar siswa menerapkan
pendidikan nilai/karakter toleransi di
kelas dan kehidupan sehari-hari?

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2.5 Kuesioner Untuk Siswa Sebelum di Validasi


KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas sebelum menjawab pernyataan yang ada.
2. Isilah semua pernyataan sesuai dengan apa adanya.

Nama Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut pendapatmu, pada saat
mempelajari pendidikan nilai
karakter toleransi dalam muatan
PPKn di kelas apakah dapat
dipahami dengan jelas? Sebutkan
alasanmu!
2. Apakah guru memberikan contoh di
kelas dalam menerapkan sikap
toleransi ?
3. Pengalaman apa sajakah yang kamu
dapatkan setelah mempelajari
pendidikan nilai karakter toleransi
dalam muatan pembelajaran PPKn
di kelas?
4. Menurut pendapatmu, apa yang
dimaksud dengan nilai karakter
toleransi?
5. Apa saja manfaat yang kamu
dapatkan setelah mempelajari
pendidikan nilai karakter toleransi
dalam muatan PPKn di kelas?

132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Apa alasan kamu menerapkan sikap


toleransi dalam kehidupan sehari-
hari?
7. Mengapa sikap toleransi perlu
diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari? Jelaskan !
8. Apakah kamu sudah menerapkan
sikap toleransi dalam kehidupan
sehari-hari? Berikan contohnya!
9. Apakah hambatan yang kamu alami
dalam menerapkan sikap toleransi?
10. Apa yang kamu lakukan jika ada
temanmu yang sedang merayakan
hari besar keagamaan?
11. Bagaimana sikap yang kamu
lakukan saat ada teman yang
berbeda
suku dan agama?
12. Bagaimana sikapmu terhadap teman
yang berbeda pendapat denganmu?
13. Sikap apa yang kamu lakukan saat
ada orang berbeda agama, suku dan
ras kecelakaan?
14. Mengapa negara Indonesia perlu
menanamkan sikap toleransi sejak
dini?
15. Bagaimana sikapmu terhadap teman
yang berbeda ras, agama dan suku?

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2.6 Kuesioner Terbuka Untuk Siswa Sesudah di Validasi


KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas sebelum menjawab pernyataan yang ada.
2. Isilah semua pernyataan sesuai 124enga napa adanya.

Nama Responden :

Kelas :
Jenis Kelamin :

No. Pertanyaan Jawaban


1. Menurut pendapatmu, apakah
pembelajaran nilai/karakter
toleransi dalam mata pelajaran
PPKn di kelas dapat dipahami
dengan mudah?
Sebutkan alasanmu!
2. Apakah guru memberikan contoh di
kelas dalam menerapkan nilai
toleransi ?
3. Pengalaman apa sajakah yang kamu
dapatkan setelah mempelajari
nilai/karakter toleransi dalam mata
pelajaran PPKn di kelas?
4. Menurut pendapatmu, apa yang
dimaksud dengan nilai toleransi?
5. Apa saja manfaat yang kamu
dapatkan setelah mempelajari nilai
toleransi dalam mata pelajaran
PPKn di kelas?

134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Mengapa nilai toleransi perlu


diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari? Jelaskan !
7. Apakah kamu sudah menerapkan
nilai toleransi dalam kehidupan
sehari-hari? Berikan contohnya!
8. Apa yang kamu lakukan jika ada
temanmu yang sedang merayakan
hari besar agamanya?
9. Bagaimana sikapmu terhadap teman
yang berbeda ras, suku atau agama?
10. Bagaimana sikapmu terhadap teman
yang berbeda pendapat denganmu?
11. Apa yang akan kamu lakukan jika
didekatmu ada orang berbeda
agama,suku atau ras yang
mengalami kecelakaan?
12. Mengapa negara Indonesia perlu
menanamkan nilai toleransi sejak
dini?
13. Apakah hambatan yang kamu alami
dalam menerapkan nilai toleransi?

135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 3

DATA
PENELITIAN

136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas V A

137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.2 LKPD Kelas V A

147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.3 Materi Pembelajaran Kelas V A

148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. 4 Soal Evaluasi Pembelajaran V A

152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.5 Daftar Nilai Siswa Kelas V A

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas V B

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.7 LKPD Kelas V B

165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.8 Materi Pembelajaran Kelas V B

166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.9 Soal Evaluasi Kelas V B

170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.10 Daftar Nilai Kleas V B

171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.11 Hasil Kuesioner Terbuka Guru Kelas V A

KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas anda!
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
Nama Responden : Andhika Sakti Puspita Sari, S.Pd.SD
Pengalaman bekerja : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara Bapak/Ibu Memasukkan nilai karakter dalam


mengintegrasikan pendidikan muatan pelajaran. Lalu
nilai/karakter dalam RPP? diintegrasikan melalui kegiatan
pembelajaran anak di kelas.
2. Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan  Indikator disesuaikan dengan
indikator yang tepat dalam Kompetensi Dasar.
pembelajaran agar nilai-nilai karakter  Penambahan indikator disesuaikan
toleransi dapat terintegrasi dengan dengan kondisi sekolah dan materi
tepat? yang diajarkan.
3. Menurut Bapak/Ibu, model Model pembelajaran Humanistik
pembelajaran seperti apa yang pernah (pembelajaran yang berorientasi
digunakan dalam menerapkan pada aspek kemanuisaan) lebih
pendidikan karakter toleransi di kelas? mengedepankan bagaimana
memanusiakan manusia.
4. Metode pembelajaran apa yang Metode pengamatan, diskusi, dan
Bapak/Ibu gunakan dalam menerapkan tanya jawab.
pendidikan karakter toleransi di kelas?
5. Media pembelajaran apa yang Media teks bacaan, gambar iklan
Bapak/Ibu gunakan dalam menerapkan dari media cetak.
pendidikan karakter toleransi di kelas?

173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Apakah melalui model/metode Sudah tercapai.


pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan,
tujuan dan indikator yang Bapak/Ibu
buat dalam RPP sudah tercapai?
7. Apakah pelaksanaan pembelajaran Sudah sesuai.
PPKn di dalam kelas sudah sesuai
dengan RPP yang telah Bapak/Ibu
buat?
8. Apakah nilai/karakter toleransi dalam Sudah tercapai.
pelaksanaan pembelajaran PPKn sudah
tercapai?
9. Bagaimana Bapak/Ibu Mengorganisasikan dengan diskusi
mengorganisasikan kelas saat kelompok dan mempraktekkan
menerapkan pendidikan karakter toleransi antar sesama teman pada
toleransi? saat pembelajaran berlangsung.
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan Penilaian melalui pengamatan, unjuk
penilaian pada saat pelaksanaan kerja, dan evaluasi.
pembelajaran di dalam kelas ?
11. Faktor pendukung apa saja yang Lingkungan, kegiatan ekstra,
mempengaruhi dalam pelaksanaan komitmen sekolah (visi dan misi),
pendidikan nilai karakter toleransi di warga sekolah.
dalam kelas?
12. Faktor penghambat apa saja yang Waktu yang kurang, perbedaan
mempengaruhi dalam pelaksanaan pendapat siswa, kurang dukungan
pendidikan nilai karakter toleransi di dari orang tua.
dalam kelas?
13. Solusi apa yang Bapak/Ibu lakukan Penambahan waktu belajar,
untuk mengatasi faktor penghambat mengorganisasi pendapat siswa,
dalam pelaksanaan pendidikan memberi pengetahuan kepada orang
nilai/karakter toleransi di dalam kelas? tua tentang pentingnya pendidikan
karakter.

174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14. Dampak apa yang dirasakan oleh siswa Anak-anak semakin bisa menghargai
setelah menerapkan pelaksanaan dan bertoleransi antar sesama teman
pendidikan nilai/karakter toleransi di dan guru.
dalam kelas?
15. Tindak lanjut apa yang Bapak/Ibu Pemberian tugas di sekolah,
berikan agar siswa menerapkan menerapkan pendidikan karakter di
pendidikan nilai/karakter toleransi di rumah, di sekolah, dan di lingkungan
kelas dan kehidupan sehari-hari? masyarakat.

175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.12 Hasil Kuesioner Terbuka Guru Kelas V B

KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas anda!
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

Nama Responden : Alex Prasetyo, S.Pd.


Pengalaman bekerja : 10 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara Bapak/Ibu Diintegrasikan melalui kegiatan


mengintegrasikan pendidikan pembelajaran anak di kelas.
nilai/karakter dalam RPP?
2. Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan  Indikator disesuaikan dengan KD.
indikator yang tepat dalam pembelajaran  Penambahan indikator
agar nilai-nilai karakter toleransi dapat disesuaikan dengan kondisi
terintegrasi dengan tepat? sekolah dan materi yang
diajarkan.
3. Menurut Bapak/Ibu, model pembelajaran Model pembelajaran Humanistik,
seperti apa yang pernah digunakan lebih mengedepankan bagaimana
dalam menerapkan pendidikan karakter memanusiakan manusia.
toleransi di kelas?
4. Metode pembelajaran apa yang Metode pengamatan, diskusi, dan
Bapak/Ibu gunakan dalam menerapkan tanya jawab.
pendidikan karakter toleransi di kelas?
5. Media pembelajaran apa yang Bapak/Ibu Media teks bacaan, gambar iklan dari
gunakan dalam menerapkan pendidikan media cetak.
karakter toleransi di kelas?
6. Apakah melalui model/metode Sudah tercapai.
pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan,

176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tujuan dan indikator yang Bapak/Ibu buat


dalam RPP sudah tercapai?
7. Apakah pelaksanaan pembelajaran PPKn Sudah sesuai.
di dalam kelas sudah sesuai dengan RPP
yang telah Bapak/Ibu buat?
8. Apakah nilai/karakter toleransi dalam Sudah tercapai.
pelaksanaan pembelajaran PPKn sudah
tercapai?
9. Bagaimana Bapak/Ibu Mengorganisasikan dengan diskusi
mengorganisasikan kelas saat kelompok dan mempraktekkan
menerapkan pendidikan karakter toleransi antar sesama teman.
toleransi?
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan Penilaian melalui pengamatan, unjuk
penilaian pada saat pelaksanaan kerja, dan evaluasi.
pembelajaran di dalam kelas ?
11. Faktor pendukung apa saja yang Lingkungan, kegiatan ekstra, sarana
mempengaruhi dalam pelaksanaan prasarana, komitmen sekolah, warga
pendidikan nilai karakter toleransi di sekolah.
dalam kelas?
12. Faktor penghambat apa saja yang Waktu yang kurang, perbedaan
mempengaruhi dalam pelaksanaan pendapat siswa, kurang dukungan
pendidikan nilai karakter toleransi di dari orang tua.
dalam kelas?
13. Solusi apa yang Bapak/Ibu lakukan Penambahan waktu belajar,
untuk mengatasi faktor penghambat mengorganisasi pendapat siswa,
dalam pelaksanaan pendidikan memberi pengetahuan kepada orang
nilai/karakter toleransi di dalam kelas? tua tentang pentingnya pendidikan
karakter.
14. Dampak apa yang dirasakan oleh siswa Anak-anak semakin bisa
setelah menerapkan pelaksanaan menghargai dan bertoleransi antar
pendidikan nilai/karakter toleransi di sesama teman dan guru.
dalam kelas?

177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15. Tindak lanjut apa yang Bapak/Ibu Pemberian tugas di sekolah,


berikan agar siswa menerapkan menerapkan pendidikan karakter di
pendidikan nilai/karakter toleransi di rumah, di sekolah, dan di
kelas dan lingkungan
kehidupan sehari-hari? masyarakat.

178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.13 Hasil Kuesioner Terbuka Untuk Siswa

KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas sebelum menjawab pernyataan yang ada.
2. Isilah semua pernyataan sesuai dengan apa adanya.

Nama Responden : Ilham Bintar Prasetyo

Kelas :VA
Jenis Kelamin : Laki-laki

No. Pertanyaan Jawaban


1. Menurut pendapatmu, apakah Mudah, karena kata padat, jelas
pembelajaran nilai/karakter dan singkat sehinggga mudah di
toleransi dalam mata pelajaran mengerti.
PPKn di kelas dapat dipahami
dengan mudah?
Sebutkan alasanmu!
2. Apakah guru memberikan contoh di Ya, guru juga memberikan tugas
kelas dalam menerapkan nilai
toleransi ?
3. Pengalaman apa sajakah yang kamu Bisa bertoleransi dengan teman
dapatkan setelah mempelajari yang berbeda agama di dekat
nilai/karakter toleransi dalam mata rumah
pelajaran PPKn di kelas?
4. Menurut pendapatmu, apa yang Menghargai perbedaan
dimaksud dengan nilai toleransi?
5. Apa saja manfaat yang kamu Bisa belajar untuk saling
dapatkan setelah mempelajari nilai bertoleransi
toleransi dalam mata pelajaran
PPKn di kelas?

179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Mengapa nilai toleransi perlu Supaya bisa hidup tentram dan


diterapkan dalam kehidupan sehari- damai
hari? Jelaskan !
7. Apakah kamu sudah menerapkan Sudah, menunggu teman saya
nilai toleransi dalam kehidupan selesai ibadah di gereja
sehari-hari? Berikan contohnya!
8. Apa yang kamu lakukan jika ada Memberi ucapan
temanmu yang sedang merayakan
hari besar agamanya?
9. Bagaimana sikapmu terhadap teman Tetap menjadi kawan baik
yang berbeda ras, suku atau agama?
10. Bagaimana sikapmu terhadap teman Menghargai pendapatnya
yang berbeda pendapat denganmu?
11. Apa yang akan kamu lakukan jika Menjenguk
didekatmu ada orang berbeda
agama,suku atau ras yang
mengalami kecelakaan?
12. Mengapa negara Indonesia perlu Penting, karena Indonesia
menanamkan nilai toleransi sejak penduduknya berbeda-beda
dini? agama, ras, suku
13. Apakah hambatan yang kamu alami Tidak ada hambatan
dalam menerapkan nilai toleransi?

180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.14 Hasil Kuesioner Terbuka Untuk Siswa

KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas sebelum menjawab pernyataan yang ada.
2. Isilah semua pernyataan sesuai dengan apa adanya.

Nama Responden : Celyasari Permana Putri

Kelas :VA
Jenis Kelamin : Perempuan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Menurut pendapatmu, apakah Ya. Karena nenurutku toleransi dapat
pembelajaran nilai/karakter dipelajari dengen mudah tetapi juga
toleransi dalam mata pelajaran harus diterapkan di kehidupan sosial,
PPKn di kelas dapat dipahami agar tercapai kehidupan yg rukun.
dengan mudah? Sebutkan alasanmu!
2. Apakah guru memberikan contoh di Ya
kelas dalam menerapkan nilai
toleransi ?
3. Pengalaman apa sajakah yang kamu Mendapat teman banyak
dapatkan setelah mempelajari
nilai/karakter toleransi dalam mata
pelajaran PPKn di kelas?
4. Menurut pendapatmu, apa yang Cara menghargai atau menghormati
dimaksud dengan nilai toleransi? dalam segala hal di kehidupan sosial
5. Apa saja manfaat yang kamu Dapat menjalani kehidupan dengan
dapatkan setelah mempelajari nilai mudah, rukun dan damai
toleransi dalam mata pelajaran
PPKn di kelas?

181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Mengapa nilai toleransi perlu Karena semua orang mempunyai


diterapkan dalam kehidupan sehari- perbedaan dan semua orang harus
hari? Jelaskan ! memiliki sikap toleransi, agar orang
itu bisa menghargai perbedaan
7. Apakah kamu sudah menerapkan Sudah, contohnya berteman dengan
nilai toleransi dalam kehidupan siapapun harus saling menghargai,
sehari-hari? Berikan contohnya! contoh kita sedang berkumpul
berempat dan salah satunya adalah
orang yg berbeda agama, dan orang
yg berbeda agama itu harus
menghargai yg beragama lain untuk
beribadah, bukannya marah
8. Apa yang kamu lakukan jika ada menghargai dan menghormatinya,
temanmu yang sedang merayakan mempersilahkan untuk merayakan
hari besar agamanya? hari besar agamanya
9. Bagaimana sikapmu terhadap Menganggapnya sama dengan yg lain
teman yang berbeda ras, suku atau atau bisa disebut tidak membeda-
agama? bedakannya dengan yang sama
seperti kita, dan menghargai tentang
perbedaanya
10. Bagaimana sikapmu terhadap Menghargai pendapatnya
teman yang berbeda pendapat
denganmu?
11. Apa yang akan kamu lakukan jika Tetap menolongnya karna mau
didekatmu ada orang berbeda bagaimanpun perbedaanya harus
agama,suku atau ras yang tetap bertoleransi
mengalami kecelakaan?
12. Mengapa negara Indonesia perlu Agar tercipta negara yang rukun
menanamkan nilai toleransi sejak
dini?
13. Apakah hambatan yang kamu alami Tidak ada hambatan
dalam menerapkan nilai toleransi?

182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.15 Hasil Kuesioner Terbuka Untuk Siswa

KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas sebelum menjawab pernyataan yang ada.
2. Isilah semua pernyataan sesuai dengan apa adanya.

Nama Responden : Henita Nur Rahmania

Kelas :VB
Jenis Kelamin : Perempuan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Menurut pendapatmu, apakah Ya. Karena guru mengajarkannya dengan
pembelajaran nilai/karakter metode yang simple dan mudah di ingat.
toleransi dalam mata pelajaran
PPKn di kelas dapat dipahami
dengan mudah? Sebutkan alasanmu!
2. Apakah guru memberikan contoh di Ya. Guru selalu mengajarkan kepada
kelas dalam menerapkan nilai murid untuk berteman kepada siapa saja.
toleransi ? Dan menolong teman yang sedang butuh
pertolongan.
3. Pengalaman apa sajakah yang Sekarang saya memiliki teman dengan
kamu dapatkan setelah mempelajari banyaknya perbedaan. Tetapi, saya suka
nilai/karakter toleransi dalam mata dengan hal itu. Karena saya dapat belajar
pelajaran PPKn di kelas? tentang indahnya pertemanan dalam
perbedaan. Dan saya juga mendapatkan
ilmu-ilmu baru dari hal itu.
4. Menurut pendapatmu, apa yang Nilai toleransi adalah sikap yang
dimaksud dengan nilai toleransi? menghargai perbedaan satu sama lain.

183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Apa saja manfaat yang kamu Manfaatnya, saya menjadi pribadi yang
dapatkan setelah mempelajari nilai lebih terbuka dan lebih menghargai
toleransi dalam mata pelajaran perbedaan yang ada.
PPKn di kelas?
6. Mengapa nilai toleransi perlu Agar kita tidak mementingkan keperluan
diterapkan dalam kehidupan sehari- sendiri, mau membantu orang lain dan
hari? Jelaskan ! menghargai orang lain. Hal tersebut akan
membuat hidup kita menjadi lebih
nyaman dan damai.
7. Apakah kamu sudah menerapkan Ya. Saya berteman dengan siapa saja,
nilai toleransi dalam kehidupan tanpa membedakan latar belakang teman
sehari-hari? Berikan contohnya! saya tersebut.
8. Apa yang kamu lakukan jika ada Saya akan menghargai teman saya
temanmu yang sedang merayakan yang sedang merayakan hari besar.
hari besar agamanya?
9. Bagaimana sikapmu terhadap Sikap saya akan berteman dengan
teman yang berbeda ras, suku atau semuanya. Karena saya menghargai
agama? perbedaan yang ada.
10. Bagaimana sikapmu terhadap Saya akan menerima atau mungkin
teman yang berbeda pendapat mengajak teman saya untuk berdiskusi
denganmu? lagi. Karena perbedaan pendapat itu
wajar. Dan saya juga tidak boleh egois
dengan pendapat saya sendiri.
11. Apa yang akan kamu lakukan jika Saya akan membatunya jika mereka butuh
didekatmu ada orang berbeda bantuan. Dan saya akan mejenguk
agama,suku atau ras yang mereka.
mengalami kecelakaan?
12. Mengapa negara Indonesia perlu Agar kelak ketika mereka dewasa, mereka
menanamkan nilai toleransi sejak sudah memiliki sikap toleransi dan dapat
dini? berteman baik dengan semua orang.
13. Apakah hambatan yang kamu alami Tidak ada hambatan
dalam menerapkan nilai toleransi?

184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.16 Hasil Kuesioner Terbuka Untuk Siswa

KUESIONER
Petunjuk :
1. Isilah identitas sebelum menjawab pernyataan yang ada.
2. Isilah semua pernyataan sesuai dengan apa adanya.

Nama Responden : Syafiyya Aulia Rahma

Kelas :VB
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut pendapatmu, apakah Ya, karena sikap toleransi juga
pembelajaran nilai/karakter dilaksanakan setiap hari di
toleransi dalam mata pelajaran lingkungan sekolah
PPKn di kelas dapat dipahami
dengan mudah? Sebutkan alasanmu!
2. Apakah guru memberikan contoh di Ya
kelas dalam menerapkan nilai
toleransi ?
3. Pengalaman apa sajakah yang kamu Sikap peduli dengan teman sekitar
dapatkan setelah mempelajari
nilai/karakter toleransi dalam mata
pelajaran PPKn di kelas?
4. Menurut pendapatmu, apa yang Nilai toleransi adalah sikap perduli
dimaksud dengan nilai toleransi? terhadap orang lain dimana pun
berada
5. Apa saja manfaat yang kamu 1. Lebih banyak teman
dapatkan setelah mempelajari nilai 2. Lebih mudah mendapat teman
toleransi dalam mata pelajaran baru
PPKn di kelas?

185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Mengapa nilai toleransi perlu Supaya hidup kita lebih nyaman,


diterapkan dalam kehidupan sehari- tenang dan rukun dengan teman
hari? Jelaskan ! lain.
7. Apakah kamu sudah menerapkan Sudah, meminjami alat tulis
nilai toleransi dalam kehidupan kepada teman yang tidak punya.
sehari-hari? Berikan contohnya! Bermain ke rumah teman yang
dekat rumah
8. Apa yang kamu lakukan jika ada Memberikan ucapan dan
temanmu yang sedang merayakan menghargai proses yang dilakukan
hari besar agamanya? oleh teman
9. Bagaimana sikapmu terhadap teman Menghormati dan menghargainya
yang berbeda ras, suku atau agama?
10. Bagaimana sikapmu terhadap teman Tetap berteman dan menerima
yang berbeda pendapat denganmu? perbedaan pendapat
11. Apa yang akan kamu lakukan jika Tetap menolong sebisanya.
didekatmu ada orang berbeda
agama,suku atau ras yang
mengalami kecelakaan?
12. Mengapa negara Indonesia perlu Supaya negara Indonesia lebih
menanamkan nilai toleransi sejak kuat persatuan dan kesatuan nya
dini?
13. Apakah hambatan yang kamu alami Bertemu orang yang tidak bisa
dalam menerapkan nilai toleransi? diajak kerja sama

186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3.17 Rekap Data Hasil Wawancara

No Narasumber Rekap Hasil Wawancara


1. Kepala Sekolah - Program pendidikan karakter sudah
(Ibu Th. Wiwik Dwi Astuti, diterapkan sejak dulu dan sudah masuk ke
S.Pd.,M.Pd.) dalam kurikulum. Biasanya sosialisasi diikuti
oleh kepala sekolah dari Dinas, kemudian
kepala sekolah yang memberikan sosialisasi
kepada guru di sekolah.
- Menyadari pentingnya pendidikan karakter
bagi siswa karena mereka merupakan asset
masa depan bangsa. Dimana majunya bangsa
ditentukan oleh karakter anak.
- Program penguatan pendidikan karakter sudah
sejak dulu dilaksanakan sebelum K13 dan
sekarang lebih ditekankan lagi di kurikulum
tigas belas (kurtilas).
- Tahapan yang dilakukan kepala sekolah
dalam menerapkan program penguatan
pendidikan karakter yaitu pertama adalah
peran guru. Dimana guru harus bisa menjadi
contoh dalam berkarakter, Kedua, melalui
kebijakan sekolah sepeerti dalam visi, misi,
tujuan sekolah, dan tata tertib.
- Penerapan program penguatan pendidikan
karakter juga sudah terintegrasikan ke dalam
pembelajaran di kelas. Hal ini dibuktikan
dengan guru sudah mencantumkan ke dalam
silabus dan RPP.
- Terdapat kegiatan lain yang mendukung
penerapan program penguatan pendidikan
karakter toleransi melalui kegiatan rutin dan

187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan rutin


seperti menanamkan ke siswa 3S (Senyum,
Sapa, Salam), piket, disiplin membuang
sampah pada tempatnya, peringatan hari besar
sepeerti Hari Raya Idul Adha. Kegiatan
ekstrakulikuler yaitu kethoprak, tari, vovcal,
pramuka, pencak silat, lukis. Penerpaan
pendidikan nilai karakter toleransi di SD
Negeri 1 Barenglor Klaten melalui kegiatan
rutin yaitu peringatan hari besar keagamaan
serta melalui kegiatan ekstrakulikuler yaitu
pramuka dan juga kethoprak.
- Penerapan pendidikan karakter toleransi juga
mendapatkan dukungan dari komite sekolah.
- Hambatan yang ditemui sekolah dalam
penerapan pendidikan karakter toleransi yaitu
apa yang telah diterpakan dan diajarkan di
sekolah terkadang bertentangan atau berbeda
dengan kebiasaan di rumah atau lingkungan
masyarakat siswa.
- Solusi yang dilakukan sekolah untuk
mengatasi hambatan dalam penerpaan
pendidikan karakter toleransi yaitu
mengadakan pendampingan kepada siswa
agar siswa semakin paham pentingnya
pendidikan karakter bagi dirinya. Langkah
selanjutnya yaitu mengadakan pertemuan
dengan orang tua dan menyampaikan kepada
orang tua
pentingnya pendidikan karakter bagi siswa.
2. Guru Kelas V A - Mengajar di kelas V A sejak tahun 2007.
(Ibu Andhika Sakti Puspita - Pemahaman mengenai pendidikan nilai
Sari,S.Pd.SD) karakter toleransi yaitu sikap anak untuk
saling
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menghargai sesama teman dan saling toleransi


di kelas. Pemahaman tersebut didapatkan oleh
guru pada saat kuliah dan juga saat mengikuti
sosialisasi K13 (Kurikulum 2013).
- Guru menyadari pentingnya pendidikan nilai
karakter toleransi untuk diterapkan ke siswa
sejak dini karena melalui pendidikan karakter
tersebut bisa menumbuhkan nilai karakter
yang baik untuk siswa.
- Dalam perencanaan pembelajaran, guru juga
sudah mencantumkan pendidikan karakter
toleransi ke dalam silabus dan RPP.
- Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas
sudah sesuai dengan RPP yang telah di
rancang. Guru melakukan salam, doa,
kegiatan literasi, motivasi dengan mengajak
siswa menyanyikan lagu nasional, apresepsi
dengan mengingatkan materi sebelumnya ke
siswa dan menghubungkan dengan materi
yang akan dipelajari di hari itu lalu
menyampaikan tujuan pembelajaran pada
materi di hari itu.
- Dalam kegiatan pembelajaran, guru
menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan PPK yaitu model pembelajaran
Cooperative Learning. Namun dalam
penerapan pendidikan nilai karakter toleransi,
guru menggunakan model pembelajaran yang
lain yaitu model humanistik. Metode yang
digunakan yaitu tanya jawab, diskusi,
ceramah, unjuk kerja. Guru juga
menggunakan media yang mendukung dalam
menerapkan

189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pendidikan nilai karakter toleransi seperti teks

190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bacaan, gambar iklan dari berbagai media,


video yang berkaitan dengan nilai toleransi.
Guru juga memberikan contoh konkrite yang
berkaitan dengan karakter toleransi kepada
siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
- Strategi atau cara yang dilakukan guru dalam
penerapan pendidikan nilai karakter toleransi
yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap
sikap siswa selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung.
- Di akhir kegiatan pembelajaran, guru
mengajak siswa untuk melakukan kegiatan
refleksi dengan tanya jawab mengenai materi
yang telah di pelajari di hari itu, mengajak
anak untuk dapat menemukan makna
pembelajaran yang telah diikuti, membuat
rangkuman serta menyampaikan ke siswa
materi yang akan dipelajari selanjutnya.
- Untuk evaluasi kegiatan pembelajaran, guru
memberikan latihan soal kepada siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa mengenai
materi pembelajaran yang berkaitan dengan
karakter toleransi.
- Penerapan pendidikan karakter toleransi juga
mendapatkan dukungan dari lingkungan
sekolah. Hal ini ditunjukkan dalam visi misi
sekolah untuk daapt saling bertoleransi
dengan sesama keluarga sekolah.
- Terdapat kegiatan yang mendukung siswa
untuk menerpakan pendidikan nilai karakter
toleransi di kelas dan sekolah yaitu melalui

191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kegiatan rutin (seperti ibadah yang dilakukan


sebelum kegiatan tutorial diadakan) dan
kegiatan ekstrakulikuler (yaitu pramuka,
kethoprak, tari, vocal, lukis, pencak silat).
- Faktor penghambat dalam menerapkan
pendidikan nilai karakter toleransi di kelas
yaitu kurangnya waktu pembelajaran dan
kurang mendapat dukungan dari orang tua.
- Solusi yang dilakukan guru untuk dapat
mengatasi hambatan yang ditemui tersebut
yaitu menjelaskan materi yang kurang dalam
kegiatan tutorial. Guru juga melakukan
komunikasi aktif serta bekerja sama dengan
orang tua siswa melalui Whatsapp Group
untuk memantau perilaku siswa selama di
rumah.
3. Guru Kelas V B - Mengajar di kelas V B sejak tahun 2019.
(Bapak Alex Prasetyo,S.Pd.) - Pemahaman mengenai pendidikan karakter
toleransi yaitu Pendidikan dimana siswa bisa
saling menghormati dan menghargai antar
teman. Disitu nantinya akan tercipta
kerukunan di kelas. Pemahaman tersebut
didapatkan ketika kuliah dan mengikuti
sosialisasi kurtilas yang di dalamnya juga
membahas pendidikan karakter.
- Guru menyadari pentingnya pendidikan nilai
karakter toleransi untuk diterapkan ke siswa
sejak dini karena melalui pendidikan karakter
tersebut bisa menumbuhkan nilai karakter
yang baik untuk siswa.

192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

- Dalam perencanaan pembelajaran, guru juga


sudah mencantumkan pendidikan karakter
toleransi ke dalam silabus dan RPP.
- Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas
sudah sesuai dengan RPP yang telah di
rancang. Guru melakukan salam, doa,
kegiatan literasi, motivasi dengan mengajak
siswa menyanyikan lagu nasional, apresepsi
dengan mengingatkan materi sebelumnya ke
siswa dan menghubungkan dengan materi
yang akan dipelajari di hari itu lalu
menyampaikan tujuan pembelajaran pada
materi di hari itu.
- Dalam kegiatan pembelajaran, guru
menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan PPK yaitu model pembelajaran
Cooperative Learning. Namun dalam
penerapan pendidikan nilai karakter toleransi,
guru menggunakan model pembelajaran yang
lain yaitu model humanistic karena cocok
dalam penerapan pendidikan karakter
toleransi ke siswa. Metode yang digunakan
yaitu tanya jawab, diskusi, ceramah, unjuk
kerja. Guru juga menggunakan media yang
mendukung dalam menerapkan pendidikan
nilai karakter toleransi seperti teks bacaan,
gambar iklan dari berbagai media, video yang
berkaitan dengan nilai toleransi. Guru juga
memberikan contoh konkrite yang berkaitan
dengan karakter toleransi kepada siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
- Di akhir kegiatan pembelajaran, guru selalu
mengingatkan kepada siswa mengenai

193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pentingnya toleransi dan dampak yang akan


didapatkannya.
- Untuk evaluasi kegiatan pembelajaran, guru
memberikan latihan soal kepada siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa mengenai
materi pembelajaran yang berkaitan dengan
karakter toleransi.
- Faktor penghambat yang ditemukan dalam
menerapkan pendidikan karakter toleransi di
kelas yaitu terdapat siswa yang tidak bisa
diajak kerja sama untuk saling bertoleransi.
- Solusi yang dilakukan oleh guru yaitu tidak
memberikan hukuman namun siswa
diingatkan kembali kontrak belajar yang telah
dibuat dan disepakati bersama.
- Guru juga memantau penerapan pendidikan
karakter toleransi siswa pada saat di rumah
dengan bekerja sama dengan orang tua
melalui
Whatsapp Group.

194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 4

HASIL VALIDASI
INSTRUMEN OLEH
PARA AHLI

195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4.1 Hasil Validasi Dosen PPKn (Bapak YB. Adimassana)

196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4.2 Hasil Validasi Dosen PPKn (Ibu Brigita Intan)

206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

214
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4.3 Hasil Validasi Guru Kelas V A SD N 1 Klaten

216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

219
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

220
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4.4. Hasil Validasi Kuesioner Guru Kelas V B SD N 1 Klaten

222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

223
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

226
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

227
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 5

FOTO
KEGIATAN

228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5.1 Foto-foto kegiatan penelitian

Pemberian data penelitian berupa RPP Wawancara dengan kepala sekolah


beserta perangkat pembelajaran

Wawancara dengan guru kelas V A Wawancara dengan guru kelas V B

229
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Francisca Nanda Kurniawati merupakan anak pertama


dari pasangan Petrus Nanung Budi Triyanto dan Yulia
Sri Rejeki. Lahir di Klaten pada tanggal 16 Maret 1999.
Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri I
Sumberejo Klaten pada tahun 2005- 2011. Pada tahun
2011, peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Pangudi Luhur 1 Klaten dan lulus
pada tahun 2014. Peneliti kemudian melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Klaten pada tahun 2014 dan
lulus pada tahun 2017. Peneliti melanjutkan pendidikan di Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma pada tahun 2017.
Berikut ini merupakan daftar kegiatan yang pernah diikuti oleh peneliti selama
menjadi mahasiswa Universita Sanata Dharma.
No. Kegiatan Tahun Peran
1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma (Insadha) 2017 Peserta
2 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2017 Peserta
3 Inisiasi Program Studi (Insipro) 2017 Peserta
4 Pendampingan Pengembangan Kepribadian dan 2017 Peserta

Metode Belajar I (PPKMB I)


5 Kursus Mahir Dasar (KMD) 2017 Peserta
6 Pendampingan Pengembangan Kepribadian dan 2017 Peserta

Metode Belajar II (PPKMB II)


7 Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) 2017- Div Sosial
PGSD 2018
8 Inisiasi Program Studi (Innsipro) 2018 CO Humas
9 Pak’e Buk’e PGSD 2019 CO Keamanan
10 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2019 CO Humas

230

Anda mungkin juga menyukai