Anda di halaman 1dari 1

Dunia dihentak oleh gempuran besar-besaran kelompok pejuang kemerdekaan Palestina,

Hamas, pada Sabtu (7/10), terhadap sejumlah wilayah di Israel. Militer Israel membalas. Selama
dua hari berturut-turut, Israel membombardir seribu titik permukiman padat penduduk di Jalur
Gaza yang mereka klaim sebagai tempat persembunyian pejuang Hamas. Hingga hari keempat
pertempuran, lebih dari 1.500 jiwa melayang, ribuan lainnya menderita luka-luka. Situasi masih
sangat rentan oleh eskalasi pertempuran yang lebih luas dan mematikan. Perdana Menteri
Benjamin Netanyahu menyatakan perang terhadap Hamas. Ia juga menyebut bahwa Israel
bukan pihak yang memulai peperangan

Perang antara Israel dan Palestina sesungguhnya sudah dimulai sejak okupansi Israel terhadap
wilayah Palestina pada 1967 dan belum berakhir hingga kini. Pertempuran demi pertempuran
timbul silih berganti. Dalam menghadapi perlawanan Palestina yang tidak sebanding dengan
kekuatan militer zionis, Israel secara sistematis melakukan kolonisasi sekaligus berupaya
membuat warga Palestina terpaksa keluar dari wilayah tempat tinggal mereka. Rakyat Palestina
terdesak ke Tepi Barat dan Jalur Gaza

Jalur Gaza yang yang kini mulai diberlakukan blokade total oleh Israel, selama 16 tahun terakhir
pun sudah mengalami blokade yang memakai sistem buka tutup. Jalur pasokan makanan, air,
listrik, dan bahan bakar dapat sewaktu-waktu ditutup sesuai keinginan otoritas Israel. Perlakuan
ini saja sudah masuk kategori menginjak-injak harkat dan martabat manusia, apalagi blokade
total. Serangan pada Sabtu lalu merupakan bentuk perlawanan terbesar Palestina melalui para
pejuang kemerdekaan. Tentu saja, kita menyayangkan timbulnya pertempuran yang
mengorbankan begitu banyaknya warga sipil. Eskalasi perang Palestina dan Israel, terlebih jika
sekutu kedua negara tersebut terlibat, akan memperburuk kondisi geopolitik di Timur Tengah
dan pada gilirannya bakal menggoyang stabilitas global. Semakin kuat pula alasan bagi
Indonesia untuk mendesak dunia berupaya sekuat tenaga menghentikan perang antara Israel
dan Palestina.

Posisi Indonesia sudah jelas dengan berpegangan pada Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi
mengamanatkan bahwa segala penjajahan di dunia harus dihapuskan. Oleh karena itu, sejak
dulu Indonesia mengakui kedaulatan Palestina. Pemerintah Indonesia perlu lebih keras
mendorong dibukanya negosiasi damai antara Palestina dan Israel. Awali dengan konsolidasi
negara-negara yang mengakui kedaulatan Palestina, termasuk negara-negara Arab, kemudian
bergerak bersama mendesak diajukannya proposal damai untuk kedua negara

Solusi dua negara yang digagas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih patut diperjuangkan.
Solusi itu untuk mewujudkan negara Palestina dan Israel yang berdampingan secara damai.
Kedua belah pihak harus bersedia duduk bersama terlebih dahulu. Setelah itu baru mulai
menegosiasikan batas-batas negara yang definitif. Di sini peran negara-negara Arab sebagai
tetangga terdekat Palestina dan Israel sangat krusial. Mereka memegang peranan untuk
mendorong atau bahkan memaksa Palestina dan Israel bernegosiasi. Ini yang terpenting karena
sebagus apa pun proposal damai tidak akan ada artinya tanpa kehadiran kedua pihak yang
berkonflik.

Anda mungkin juga menyukai