NIM : 215154040 Kelas : 3B AC Mata Kuliah : Analisis Laporan Keuangan
Resume Bab 4 Analisis Laporan Keuangan
A. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. B. Analisis Perubahan Laporan Keuangan Perubahan-perubahan dalam neraca penting untuk diketahui sebab akan menunjukkan seberapa jauh perkembangan keadaan keuangan perusahaan, dimana perubahan- perubahan di dalam neraca dalam suatu periode mungkin disebabkan oleh: 1. Laba atau rugi yang bersifat operasional maupun yang insidentil. 2. Diperolehnya aktiva baru maupun adanya perubahan bentuk aktiva. 3. Timbulnya atau lunasnya hutang maupun adanya perubahan bentuk hutang yang satu ke bentuk hutang yang lain. 4. Pengeluaran atau pembayaran atau penarikan kembali modal saham. Jenis Analisa Laporan Keuangan: 1) Analisa Horizontal (Dinamis) Apabila laporan keuangan dianalisa dengan membandingkan dari laporan-laporan selama beberapa periode. Analisa dinamis menghasilkan analisa yang lebih memuaskan karena dengan laporan keuangan yang dibandingkan untuk beberapa periode akan diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Dalam metode analisa horizontal dapat ditunjukkan dalam: a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase. d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio. e. Dinyatakan dalam persentase dari total. Bentuk atau kolom-kolom dalam laporan keuangan yang diperbandingkan dapat digambarkan sebagai berikut: Keterangan: Kolom C = B – A Kolom D = C/A x 100% Kolom E = B/A Kolom F = A/Total Aktiva, B/Total Aktiva 2) Analisa Vertikal (Statis) Apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode saja (hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lain dalam satu laporan keuangan. Pedoman Analisa Laporan Keuangan 1) Perubahan tanda, misalnya dari positif ke negatif atau sebaliknya. Menjadikan angka persentase yang dihasilkan memiliki arti. 2) Apabila tidak ada angka awal maka tidak ada dasar untuk menyatakan besarnya persentase perubahan. 3) Angka dasar atau awal yang terlalu kecil akan menghasilkan persentase perubahan yang besar. Dalam hal ini perlu adanya tambahan catatan. C. Analisis Laporan Arus Kas Perhitungan rasio tidak dapat dijadikan suatu analisis karena hanya memberikan data, bukan informasi. Penghitungan rasio merupakan tahap awal dari suatu analisis. Analisis dilakukan dengan menjelaskan rasio, baik perubahannya (naik/turun) maupun penyebabnya. Analisis laporan arus kas menggunakan komponen dalam laporan arus kas, neraca dan laporan laba rugi. Berikut beberapa rasio laporan arus kas antara lain: 1. Rasio Arus Kas Operasi Rasio arus kas menghitung kemampuan kas dalam membayar kewajiban lancar. 𝑲𝒂𝒔 AKO = 𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓 2. Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. 𝑲𝒂𝒔+𝑷𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂+𝑷𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌 CKP = 𝑷𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂
3. Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancer berdasarkan kas bersih. 𝑲𝒂𝒔+𝑫𝒊𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏 𝑲𝒂𝒔 CKHL = 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
4. Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmen (bunga, pajak, dan deviden preferen). 𝑬𝑩𝑰𝑻 CAD = 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂+𝑷𝒆𝒏𝒚𝒆𝒔𝒖𝒂𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌+𝑫𝒊𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏 𝒑𝒓𝒆𝒇𝒆𝒓𝒆𝒏
D. Analisis Perubahan Laba Kotor
Analisis laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan laba kotor suatu perusahaan, dari satu periode ke periode lainnya maupun perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan. Analisis perubahan laba kotor dilakukan dengan cara: membandingkan laporan keuangan dua periode yang berbeda, membandingkan antara anggaran dengan realisasi dari penjualan, harga pokok penjualan, harga jual per satuan produk, harga pokok per satuan produk, dan kuantitas atau volume produk yang dijual atau diproduksi. Rumus yang dapat digunakan yaitu: 1. Perubahan Harga Jual (Sales Price Variance) = (HJ2 – HJ1)/ K2 Keterangan: HJ1 : Harga jual per satuan produk yang dianggarkan atau tahun sebelumnya. HJ2 : Harga jual per satuan produk yang sesungguhnya. K2 : Kuantitas atau volume produk yang sesungguhnya dijual tahun ini Apabila (HJ2 - HJ1) menunjukkan angka yang positif, yang berarti ada kenaikan harga dan hal itu menguntungkan. Sebaliknya bila hasilnya negatif berarti ada penurunan harga jual dan hal itu merugikan. 2. Perubahan kuantitas produk yang dijual (Sales Volume Variance) = (K2 – K1)/ HJ1 Keterangan: K2 : Kuantitas penjualan yang sesungguhnya direalisasi tahun ini. K1 : Kuantitas penjualan yang dianggarkan atau tahun sebelumnya. HJ1 : Harga jual per satuan produk yang dianggarkan. Apabila (K2– K1) menghasilkan angka positif menunjukkan bahwa kuantitas produk yang sesungguhnya dijual lebih besar daripada yang direncanakan dan hal ini menguntungkan. Sebaliknya bila menghasilkan angka negatif berarti penjualan turun dan hal ini merugikan. 3. Perubahan harga pokok penjualan per satuan produk (Cost Price Variance) = (HPP2 – HPP1)/ K2 Keterangan: HPP2 : Harga pokok penjualan yang sesungguhnya. HPP1 : Harga pokok penjualan yang dianggarkan/tahun sebelumnya. K2 : Kuantitas produk yang sesungguhnya dijual. Apabila (HPP1 – HPP2) menghasilkan angka positif menunjukkan keadaan yang merugikan, sebaliknya bila hasilnya negative maka hal ini menguntungkan. 4. Perubahan kuantitas harga pokok penjualan (Cost Volume Variance) = (K2 – K1)/ HPP1 Keterangan: K2 : Kuantitas penjualan yang sesungguhnya direalisasi tahun ini. K1 : Kuantitas penjualan yang dianggarkan atau tahun sebelumnya. HPP1 : Harga pokok penjualan yang dianggarkan/tahun sebelumnya. Apabila (K2 – K1) menghasilkan angka positif menunjukkan keadaan yang merugikan, sebaliknya bila hasilnya negative maka hal ini menguntungkan. E. Analisis Break Even Point Analisis Break Even Point adalah kondisi total pendapatan sama dengan biaya. Total keuntungan dan kerugian pada titik BEP adalah 0, artinya di titik ini adalah titik impas, perusahaan ini tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Rumus BEP, antara lain: 1. BEP (Unit) = Biaya Tetap/ (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit) 2. BEP (Rupiah) = Harga Jual per Unit x BEP per Unit F. Analisis Ratio Rasio adalah rumus dalam membandingkan satu akun dengan akun lainnya untuk mendapatkan sebuah nilai yang dimana nilai tersebut dapat menggambarkan suatu hal. Jenis rasio keuangan, antara lain: 1. Rasio Profabilitas a. Gross Profit Margin Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor yang dapat dicapai dari setiap penjualan. Gross profit margin merupakan perbandingan laba kotor dan penjualan pada periode yang sama. Semakin besar hasil perhitungan menandakan semakin baik kondisi keuangan perusahaan. Rumus : GPM = (Laba kotor Perusahaan/Pendapatan Perusahaan) x 100% b. Operating Profit Margin Menggambarkan laba bersih sebelum bunga dan pajak yang didapat dari penjualan perusahaan. Rumus: OPM = (Laba Operasi/Penjualan Bersih) x 100% c. Net Profit Margin Mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu penjualan rupiah. Semakin tinggi rasio artinya semakin baik, karena menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rumus: NPM = (Laba Bersih Perusahaan/Pendapatan Perusahaan) x 100% d. Return on Assets Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan after tax operating profit dari otal aset yang dimiliki perusahaan. Laba yang dihitung adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax). Rumus: ROA = (Laba sebelum Bunga dan Pajak/Total aset) x 100% e. Return on Invenstment Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah laba setelah pajak/Earning After Tax (EAT). Semakin besar hasilnya maka semakin baik. Rumus: ROI = (Laba setelah Pajak/Biaya Investasi) x 100% 2. Rasio Likuiditas a. Current Ratio Rasio ini menunjukkan perbandingan aset lancar dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi rasionya maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100% atau artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang lancar. Rumus: Current Ratio = (Current Assets/Current Liabilities) x 100% b. Quick Ratio Quick ratio menunjukkan perbandingan antara (kas + sekuritas jangka pendek + piutang) dengan kewajiban lancar. Quick ratio disebut juga dengan acid test ratio. Persediaan tidak dimasukan dalam perhitungan rasio ini karena persediaan merupakan aktiva lancar yang memiliki tingkat likuiditas yang kecil. Semakin tinggi hasilnya, semakin baik likuiditasnya. Rumus: Quick Ratio = ((Current Assets - Inventory)/Current liabilities) x 100% c. Rasio Modal Kerja Semakin besar perbedaan antara aset yang dimiliki dengan hutang jangka pendek yang harus dibayarkan, maka semakin sehat pula kondisi keuangan perusahaan tersebut. Rumus: Rasio Modal Kerja = Aset Lancar − Kewajiban Lancar 3. Rasio Solvabilitas a. Total Debt to Total Assets Ratio (Debt Ratio) Rasio yang mengukur besarnya dana yang berasal dari utang. Rasio ini menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh aktiva perusahaan. Semakin kecil rasionya maka semakin aman (solvable). Rumus: DAR = Total Utang/Aset x 100% b. Debt to Equity Rasio Rasio ini digunakan untuk mengukur utang yang dimiliki dengan modal sendiri. Sebaiknya utang perusahaan tidak melebihi modal perusahaan sendiri. Rumus: DER = Total Utang/Ekuitas (Modal) x 100% 4. Rasio Aktivitas a. Rasio Keuangan Perputaran Piutang (Accounts Receivable Ratio) Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin tinggi perputarannya maka semakin efektif pengelolaannya. Rumus: Perputaran Piutang Usaha = Penjualan Bersih/Piutang Usaha Rata-rata. b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio) Rasio ini menunjukan likuiditas perusahaan dalam pengelolaan persediaanya. Semakin tinggi perputarannya maka semakin baik. Rumus: Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan/Rata-rata persediaan G. Analisis Tend Analisis trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. - Analisa horizontal : 2-3 periode - Analisa index : > 3 periode Dalam analisis tren harus ditentukan terlebih dahulu tahun dasar sebagai pembanding. 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒊𝒏𝒊 trend = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓 Biasanya tahun awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa dianggap sebagai tahun dasar. Tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100%, sedangkan untuk pos-pos yang sama dari periode- periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahundasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap pos-pos dalam periode yang sama dalam laporan keuangan.