HOLYKEK2
HOLYKEK2
Saya tidak terlalu dekat dengan keluarga besar saya karena lokasi tempat tinggal yang
cukup jauh dan berbeda wilayah. Sebagian
besar dari mereka tinggal di Medan, Binjai,
dan Jakarta. Tapi, beberapa dari mereka
tinggal di luar negeri seperti Singapura,
Hongkong, Malaysia, dan Sydney. Saya
hanya sering berkumpul dengan keluarga
yang berada di Bandung dan Jakarta. Tetapi
terkadang keluarga saya merayakan beberapa acara bersama seperti imlek, tahun baru, dan hari
waisak.
Cara saya memanggil paman dan bibi saya sedikit unik dan berbeda dengan teman-
teman sekolah saya. Untuk kakek dan nenek, biasanya saya menyebutnya dengan sebutan
popoh dan yeye, sedangkan di keluarga ayah, saya memanggilnya ama dan akong. Di keluarga
ibu, saya biasanya memiliki nama sebutan khusus yang sesuai dengan memori yang saya punya
mengenai mereka. Paman saya akan dipanggil akuh dan bibi saya akan dipanggil akim.
Sementara itu di keluarga ayah saya, saya memanggil paman dengan sebutan cecek dan bibi
dengan sebutan acim.
Ayah saya yang bernama Jeoh Bahar merupakan putra sulung dari 4 bersaudara. Adik
dari ayah saya semuanya adalah laki-laki yang bernama Yeoh Lian, Yeoh Suwito, dan Yeoh
Hasan. Mereka mempunyai anak yang sekarang menjadi saudara saya. Paman saya yang
pertama, tinggal di Binjai dan memiliki 3 anak yaitu Megan, Wilson, dan Meggie, sedangkan
paman saya yang kedua tinggal dekat dengan rumah saya dan baru saja memiliki anak kembar
perempuan yang bernama Aleesa dan Alina. Paman saya yang terakhir baru saja menikah di
Sydney dan belum memiliki anak.
Jennie Juniwati adalah nama ibu saya yang merupakan anak bungsu di keluarganya.
Ibu saya memiliki 8 kakak yang sekarang tinggal di Medan, Malaysia, dan Hongkong. Kakak
dari ibu saya bernama Jenti Liliana, Herman Jendy, Fadelin Jendy, Jenti Lina, Fendi Jendi,
Latif Jendi, Yanto Jendi, dan Sofian Jendi. Hampir semua dari kakak ibu saya sudah menikah
dan berkeluarga, sehingga saya memiliki lebih banyak saudara di keluarga ibu dibandingkan
dengan keluarga ayah saya.
Dapat dilihat dari pohon keluarga yang saya sajikan untuk kriteria 1, bahwa jumlah keluarga
saya terbilang cukup banyak.
Dari diagram lingkaran yang saya tampilkan di bawah ini, dapat dilihat bahwa jumlah
anggota perempuan di keluarga saya lebih banyak dibandingkan yang laki-laki. Terdapat
selisih angka sekitar 6%. Karena jumlah perempuan di keluarga besar saya terdapat 26 orang
sedangkan yang laki-laki hanya terdapat 23 orang.
Berdasarkan kelompok umur, keluarga saya memiliki beragam usia. Dari usia yang
sangat kecil yaitu 1 tahun hingga 65 tahun. Tetapi, dapat disimpulkan bahwa keluarga saya
Sebagian besar merupakan orang lanjut usia.
Multikultural merupakan keadaan masyarakat yang beragam dan memiliki banyak
perbedaan. Atau bisa juga diartikan sebagai
keragaman atau perbedaan antara suatu
kebudayaan dengan kebudayaan lain. Asal muasal
terbentuknya multikultural menurut alkitab yaitu
terdapat pada kitab Kejadian 11:1-9. Adapun salah
satu contoh nyata dari alkitab mengenai
multikultural yaitu terletak di kitab Yohanes 4:1-30. Diceritakan dalam kitab tersebut mengenai
perempuan Samaria dan Yesus.
Batas-batas wilayah yang jelas, pastinya ada di desa saya. Di bagian utara, berbatasan
dengan Kelurahan Cigondewah Rahayu dan Kota Bandung, sedangkan di bagian selatan
berbatasan dengan Desa Mekar Rahayu. Desa Cigondewah Hilir merupakan batas yang berada
di sebelah barat desa saya. Bagian terakhir yaitu bagian timur, desa saya berbatasan dengan
Desa Margahayu Tengah dan juga Kecamatan Margahayu.
Kondisi sosial, iklim, dan cuaca Desa Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten
Bandung dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 2: Kondisi iklim dan cuaca Desa Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung.
Adapun lokasi rumah saya bisa dilihat dari hasil Google Earth dibawah ini:
Peta 1: Lokasi Desa Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung.
Peta di atas merupakan peta lokasi desa yang saya tinggali yaitu Desa Rahayu,
sedangkan peta yang ada di bawah merupakan jarak antara rumah saya dengan sekolah saya
yaitu SMAK 2 BPK Penabur Bandung. Kedua peta tersebut, saya ambil melalui applikasi
Google Earth. Dapat dilihat dari peta dibawah, bahwa jarak rumah dan sekolah saya cukup
jauh yaitu sekitar 6,30km. Biasanya saya ke sekolah menggunakan kendaraan pribadi dengan
jarak tempuh kurang lebih 1 jam. Agar tidak terlambat, maka biasanya saya berangkat ke
sekolah pukul 5.45 pagi. Peta tersebut saya ambil pada hari Senin, 27 September 2021 pada
pukul 18:38.
Tinggal di Suku Sunda membuat saya harus mempelajari hal-hal yang berkenaan
dengan adat istiadat sunda. Sebenarnya keluarga saya tidak ada orang sunda. Hal ini
menyebabkan adat istiadat sunda tidak begitu terpakai di keluarga saya. Walaupun begitu, kami
masih terus mempelajari dan mencari tahu lebih lagi mengenai kebudayaan suku sunda.
Jika bepergian, ayah saya biasanya akan berbicara Bahasa Sunda kepada tukang parkir
ataupun satpam penjaga. Tetapi, selain kata-kata yang diucapkan kepada mereka, ayah saya
tidak mengetahui Bahasa Sunda lainnya. Sama seperti ibu saya. Bagi saya dan adik-adik saya,
kami dapat berbicara dan mengerti sedikit mengenai Bahasa Sunda.
Memasuki masa sekolah, saya mempunyai banyak teman yang berbeda agama dengan
saya dikarenakan sekolah yang saya masuki
merupakan sekolah Katolik. Saya mempelajari hal-
hal yang berhubungan dengan agama Katolik
seperti cara mereka berdoa, melakukan upacara
ibadah, dan sebagainya. Saya juga mempelajari
cerita-cerita dari alkitab dan lagu-lagu untuk ibadah
misa. Sekolah saya juga melakukan kegiatan Natal
bersama dan mengadakan acara tukar kado.
Hal lain yang terjadi ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar adalah mendapatkan
ponsel. Sebenarnya saya mendapatkan ponsel sedikit telat dibandingkan
dengan teman-teman yang lain. Saya diberikan ponsel ketika saya berada
di kelas 5 dan merek ponsel yang saya gunakan yaitu Black Berry. Ponsel
tersebut tidak terlalu sering saya gunakan karena saya lebih senang untuk
bermain dan berinteraksi langsung dengan teman-teman sekolah saya.
Sejak SD pun saya sudah diperbolehkan untuk menonton Youtube. Biasanya, saya
gemar menonton film-film kartun. Salah satu kartun yang paling saya sukai adalah Doraemon.
Tetapi, waktu saya untuk menggunakan sosial media seperti Youtube dibatasi oleh orangtua
saya. Serta, mereka tetap memantau apa yang saya tonton.
Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan pelajaran baru yang diajarkan kepada
siswa-siswi di sekolah. Karena, di waktu orangtua saya bersekolah pelajaran ini belum ada dan
hanya dapat dipelajari di masa kuliah. Maka dari itu, sekarang saya dapat menggunakan
teknologi-teknologi canggih yang dapat memudahkan kita. Google, Microsoft, serta Yahoo
dapat saya gunakan dengan mudah karena sudah pernah dipelajari di masa Sekolah Dasar.
Organisasi lain yang pernah saya ikuti di sekolah adalah OSIS. Menjadi bagian dari
OSIS merupakan hal yang menyenangkan dan membuat saya
mendapatkan banyak relasi baru. Belajar mengenai kepemimpinan
dan cara berkontribusi dalam lingkungan kemasyarakatan
merupakan hal yang saya peroleh dari organisasi OSIS ini.
Walaupun saya hanya menjadi bagian dari organisasi OSIS selama
1 tahun, tetapi banyak kenangan yang tidak dapat saya lupakan dan
banyak pelajaran yang dapat saya pelajari.
Pada masa Sekolah Menengah Atas, saya mulai menggemari olahraga ringan seperti
jalan pagi atau bersepeda mengelilingi kompleks. Biasanya setiap hari minggu pagi saya akan
jalan atau lari pagi bersama ayah saya. Mulai dari jam 6 sampai jam 7 pagi saya akan
mengelilingi wilayah perumahan saya. Setelah selesai berolahraga, ayah saya biasanya
mengajak saya membeli sarapan ataupun buah.
Di tahun 2020, virus Covid-19 mulai memasuki wilayah Indonesia. Hal ini membuat
semua masyarakat tidak dapat beraktivitas dengan bebas. Respon masyarakat pun beragam.
Tetapi, mayoritas dari masyarakat menganggap bahwa pandemi Covid-19 ini menganggu dan
menghambat kegiatan masyarakat sekitar. Banyak pula korban yang berjatuhan akibat virus
ini.
Ada pula pandangan lain yang muncul mengenai pandemi ini. Hal yang mungkin
dirasakan oleh semua orang yaitu memiliki
hubungan yang lebih erat dengan keluarga.
Hubungan keluarga dapat membaik dikarenakan
kondisi yang terjadi di Indonesia sehingga
masyarakat harus tetap berada di rumah. Kondisi
fisik bumi pun membaik dan polusi-polusi
berkurang. Tetapi yang paling penting adalah
adaptasi. Kita harus bisa beradaptasi dengan keadaan pandemi ini.
Pandemi Covid-19 ini sudah pasti merupakan salah satu dari rencana Allah. Hal ini
dikarenakan, segala sesuatu yang kita lakukan dan terjadi di dunia ini sudah disusun sebaik
mungkin oleh-Nya. Kita sebagai umat Allah, sudah seharusnya turut memberikan bantuan
kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan. Salah satu contohnya yaitu bisa dengan cara
memberikan sembako ataupun mendukung program pemerintah seperti vaksinasi gratis.
Tindakan lain yang dapat dilakukan selain contoh di atas adalah mengikuti protokol Kesehatan
agar pandemik ini dapat cepat berakhir.
Banyak tokoh Alkitab yang mengalami masa sulit seperti menderita akibat penyakit
atau bahkan akhir hidupnya yang berakhir tragis. Salah satu tokoh yang menurut saya cocok
dengan pandemi ini adalah Timotius. Dikutip dari 1 Timotius 5:23, disebutkan bahwa Timotius
sering sekali terkena penyakit. Sebenarnya, pandemik merupakan sesuatu yang dikehendaki
oleh Tuhan dan jika kita terpapar virus ini bukan berarti hal itu merupakan sebuah kutukan atau
akibat dari dosa yang kita perbuat. Jadi, jangan pernah merasa malu karena terkena virus ini
dan tetap berpegang teguh pada ajaran Tuhan.
Kebijakan pertama yang berpengaruh pada keluarga saya yaitu, insentif pajak usaha
mikro kecil mengengah (UMKM) atau PPh final DTP. Hal ini membuat usaha yang dilakukan
oleh ayah saya sedikit terbantu. Pajak penghasilan yang dihasilkan oleh UMKM seperti milik
ayah saya tidak diharuskan untuk membayar pajak hingga akhir Desember 2021 nanti.
Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
82/PMK.03/2021 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021
tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona 2019.
Kebijakan kedua yang cukup berpengaruh yaitu mengenai anggaran APBN yang
direalokasikan oleh kementrian keuangan sebesar Rp 62,3 triliun. Dana dari anggaran tersebut,
dipakai oleh pemerintah untuk menangani kasus Covid di Indonesia. Vaksin gratis merupakan
salah 1 contoh yang saya dapatkan. Hal lainnya dapat berupa penurunan harga test PCR yang
awalnya dianggap mahal oleh banyak kalangan masyarakat.