Anda di halaman 1dari 54

REVIEW JURNAL PRINSIP KESOPANAN

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pragmatik

Dosen: Ririn Setyorini, M. Pd.

Disusun Oleh:

1. Ahmad Ainul Yaqi NIM. 40421029


2. Yoga Aditia NIM. 40421002
3. Devy Fitriani NIM.40421033
4. Adinda Alma Wijayanti NIM. 40421028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI


PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
BUMIAYU
2023
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji sukur kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam
kepada Nabi tercinta Muhammad S.aw., dimana atas inayah-nya dan berkah Nabi-
nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini meskipun dengan segala
kekurangannya. Makalah ini berisi pemaparan materi terkait Review Jurnal
Prinsip Kesopanan..
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan kami dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi dan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Bumiayu, 18 Juli 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Review jurnal adalah suatu cara untuk menganalisis, meringkas dan
mengulas apa yang ada didalam jurnal. Tujuan dari review jurnal adalah
mengamati jurnal dari segi metode yang digunakan sampai pada isi
pembahasan sehingga dalam hal ini menimbulkan sebuah pemikiran yang
kritis.
Review jurnal pada makalah ini mengenai Prinsip kesopanan,
prinsip kesopanan berbahasa memiliki fungsi yang begitu sangat penting
dalam kehidupan dengan adanya prinsip kesopanan berbahasa
menciptakan keramahan hubungan, menjaga hubungan sosian, dan
tentunya menciptakan komunikasi yang baik.
Prinsip kesopanan berbahasa meruoakan sebuah cara agar tidak
terjadinya sebuah konflik baik itu antar personal atau kelompok karena
sering sekali terjadi suatu bahasa yang tidak terkontrol atau tidak
menggunakan prinsip kesopanan menyebabkan terjadinya konflik baik itu
level sedang atau level tinggi, oleh karena itu prinsip kesopanan berbahasa
sangatlah penting untuk diterapakan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dilihat dalam hal ini yaitu mereview 5 jurnal
mengenai prinsip kesopanan?.
C. Tujuan Masalah
Tujuan yang dapat disimpulkan yaitu menganalisis 5 jurnal dengan metode
prinsip kesopanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jurnal No.1

ANALISIS KESOPANAN BERBAHASA


WARGANET DI KOLOM KOMENTAR
Judul INSTAGRAM “JOKO WIDODO”

In Prosiding Seminar Nasional Sastra,


Jurnal Lingua, Dan Pembelajarannya

Volume dan
Halaman Vol. 1, No. 1, 336-341

Tahun 2021

Penulis Guruh dan King Puput Kinanti


untuk memenuhi makna dari kesopanan
berbahasa di sebuah akun instagram Joko
Widodo berdasarkan teori Leech. Sebagai
bentuk kesopanan berbahasa terhadap
Tujuan Penelitian warganet pada kolom komentar.

kesopanan berbahasa maupun yang tidak


mematuhi makna kesopanan berbahasa
disebuah akun instagram, khususnya pada
akun instagram bapak Joko Widodo selaku
presiden NKRI, karena di indonesia sekarang
tingkat kesopanannya sangat kurang atau
minim. Adapun yang menjadi fokus dalam
Latar Belakang penelitian adalah untuk mengetahui wujud
dan kesopanan berbahasa warganet terhadap
sebuah unggahan di akun instagram Joko
Widodo terkait teori Leech

Metode Metode penelitian (sumber data dalam


penelitian ini dilakukan pada kolom komentar
di sebuah akun instagram Joko Widodo),
(data yang didapat berupa hasil dari komentar
para warganet di kolom komentar akun
instagram Joko Widodo). Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian simak catat dan
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dihasilkan melalui simak catat
yang telah dilakukan pada kolom komentar di
sebuah akun instagram Joko Widodo.
Penelitian kualitatif merupakan jenis
penelitian bersifat deskriptif dan mengacu
pada pada penggunaan analisis. Metode ini
juga lebih nyambung/cocok dengan apa
yaang diteliti oleh peneliti. Melalui teknik
pendekatan Leech. 1) Variabel (Kesopanan
berbahasa adalah dasar bagi penutur untuk
mencapai komunikasi yang baik dengan
lawan tutur sehingga apa yang ingin di
sampaikan dapat tersampaikan dengan baik).
2) Instagram (adalah sebuah aplikasi berbagi
foto dan video yang memungkinkan
pengguna mengambil gambar atau foto,
mengambil video, menerapkan filter digital,
dan membagikannya ke berbagai layanan
jejaring sosial, termasuk milik instagram
sendiri). Teknik Analisis, 1) Melakukan
Mengumpulkan data dari kolom komentar
warganet dalam unggahan akun instagram
Joko Widodo. 2) Menganalisis dan
memaparkan isi pembahasan serta
menentukan hasil penelitian penulis serta
penyesuaian hasil penelitian dengan
pendekatan Leech, yang didapatkan melalui
hasil menelaah dan hasil penelusuran

Hasil Review
Berikut adalah ringkasan temuan dari analisis
data:
1. KEBIJAKSANAAN

Tuturan data (1) menunjukkan


kebijaksanaan dengan penutur yang
memerintahkan atau menanyakan kepada
Joko Widodo kapan akan "mampir" ke
tempatnya. Tuturan ini dikategorikan sebagai
berbahasa yang santun atau sopan.

Maksud dari tuturan data (1)


memerintah atau menanyakan kepada Bapak
Jokowi. Pada tuturan data (1) dapat dilihat
pada kalimat tersebut yaitu Pak Jokowi kok
nggak “mampir” sih ke tempat Aku sama
Terrynaomi (sedih) yang mengekspresikan
sikap bijaksananya penutur terhadap presiden
untuk memerintahkan atau menanyakan
kapan mampir ke tempat si penutur yaitu ciri-
ciri dari bentuk kebijaksanaan yaitu penutur
melebihi keuntungan pihak lain dan lebih
menghindari sikap dengki.

2. KEDERMAWANAN

Tuturan data (2) menggambarkan


kedermawanan penutur yang menyatakan
kesiapannya untuk selalu membantu Joko
Widodo dalam mengatur negara. Tuturan ini
termasuk dalam maksim kedermawanan dan
dapat dianggap sopan.

Tuturan data (2) adalah tuturan


seorang warganet yang mengomentari sebuah
unggahan pada akun instagram Jokowi.
Maksud dari tuturan data (2) adalah
perjanjian. Data (2) kedermawanan pada
penutur bisa di lihat dari kalimat “siap untuk
selalu membantu” menunjukkan sikap saling
membantu. Tuturan data (2) yang termasuk
maksim kedermawanan. Jadi, tuturan data (2)
adalah berbahasa yang sopan.

3. KEMURAHAN

Tuturan data (3) adalah pujian atau


kemurahan hati terhadap apa yang dilakukan
oleh Joko Widodo. Penutur memberi pujian
dengan kalimat "bukan pencitraan tetapi tulus
dari hati". Tuturan ini termasuk dalam
kategori sopan.

4. KERENDAHAN

Tuturan data (4) menunjukkan


kerendahan hati penutur dengan menyatakan
bahwa ia tidak mengharapkan bantuan bansos
dari pemerintah dan memahami bahwa situasi
sulit. Tuturan ini termasuk dalam maksim
kerendahan hati dan dianggap sopan.

Data 4 “Saya pribadi gak


mengharapkan” bansos dari pemerintah
selama PPKM darurat ini karena memang
kalau dikasih pun jumlahnya tidak bisa
memenuhi kebutuhan saya sekeluarga, dan
entah kapan juga sampe ke tangan saya.
Cukup sudahi PPKM ini pak, jangan di
panjang lagi. Kami di Bali sangat bergantung
dengan pariwisata. Bukannya saya tidak
sayang dan peduli dengan kesehatan, tetapi
penyakit bukan Cuma covid, tapi penyakit-
penyakit dan penderitaan lain datang
menghampiri. Konteks: Tuturan pada data (4)
ini adalah tuturan dari seorang warganet
dalam komentar. Maksud dari sebuah
komentar data (4) ini adalah sebuah
kerendahan hati dari si penutur dan bisa kita
lihat pada kalimat data (4) yaitu, “saya
pribadi gak mengharapkan” kalimat ini
menandakan bahwa komentar ini
dikategorikan dalam maksim kerendahan
hati. Jadi, tuturan ini bersifat sopan.

5. KECOCOKAN

Tuturan data (5) mencerminkan


kecocokan atau kesetujuan penutur terhadap
sidang umum DPR yang dianggap sangat
memalukan. Tuturan ini dapat dianggap tidak
sopan.

Pada data (5) ini adalah bentuk


kecocokan atau kesetujuan si penutur kepada
mitra tutur dan dapat kita lihat di kalimat data
(5) yaitu sidang umum DPR sangat
memalukan, Kalimat ini menunjukan bawa
ada kesetujuan antara penutur dan mitra tutur.

6. SIMPATIK

Tuturan data (6) menunjukkan kesimpatisan


penutur terhadap Joko Widodo dengan
mengucapkan terima kasih dan berharap agar
beliau sehat selalu. Tuturan ini termasuk
dalam kategori sopan.

Pada data (6) ini adalah bentuk


kesimpatian penutur terhadap mitra tutur
yaitu pak Jokowi pada kalimat data (6) ini,
“insya allah sehat selalu” kalimat ini
menunjukan bahwa si penutur memiliki rasa
simpati kepada bapak Jokowi selaku presiden

Penelitian ini memberikan pemahaman


tentang kesopanan berbahasa dalam komentar
warganet di akun Instagram Joko Widodo
berdasarkan teori Leech.

B. Jurnal No.2

ANALISIS PRINSIP KESOPANAN DALAM


FILM LOVE WITH MY KETOS EPISODE 1-
Judul 4 KARYA ANNISA MEUTIA

Jurnal Jurnal Inovasi Penelitian


Volume dan Halaman Vol. 6, No.3, 5193-5204

Tahun 2022

Penulis Riko Darma Saputra, Ratu Wardati, dan


Misriani

Tujuan Penelitian -

Berkaitan dengan bahasa dan kesopanan, maka


tidak lepas dari prinsipprinsip kesopanan
Latar Belakang dalam sebuah kegiatan penuturan. Leech
mengemukakan bahwa guna mewujudkan
proses pertuturan yang benar sekaligus santun
diperlukan maksim kesantunan. Maksim-
maksim yang dimaksud adalah maksim
kebijaksanaan, maksim kedarmawanan,
maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,
maksim permufakatan dan maksim
simpati(Abidin, 2019, hal. 209). Hal ini juga
berhubungan erat dengan kajian pragmatik
yang berkenaan mengenai serasi atau tidaknya
pemakaian bahasa dalam komunikasi.Sebuah
tuturan kadang mengandung suatu makna
tertentu atau makna yang sebenarnya sehingga
membuat mitra tutur perlu memahami dengan
baik setiap kata yang disampaikan agar dapat
menanggapi dengan baik pula. Kesantunan
berbahasa lebih cenderung berhubungan
dengan isi bahasanya (subtasi bahasa)
sedangkan etika berbahasa lebih cenderung
pada perilaku berbahasa(Abidin, 2019, hal.
216). Untuk dapat berkomunikasi dengan
lawan tutur secara wajar dan mencapai tujuan
komunkasi, kesantunan berbahasa dan etika
berbahasa harus digunakan secara tepat.
Kesopanan dalam suatu interaksi dapat
diartikan sebagai alat yang digunakan untuk
menunjukan kesadaran tentang wajah orang
lain. Sebagai istilah teknis, wajah merupakan
wujud pribadi seseoang dalam masyarakat
(Yule, 2012, hal. 104).
Prinsip kesopanan memiliki beberapa maksim
yang berfungsi sebagai penanda kesopanan
berbahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), maksim adalah pernyataan
ringkas yang mengandung ajaran atau
kebenaran umum tentang sifat-sifat manusia.
Maksim disebuat sebagai aforisme, pribahasa,
ataupun bidal.

Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini


adalah metode deskriptif kualitatif. Metode
deskripsi adalah suatu metode dalam meneliti
status kelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang
dengan tujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan sistematis faktual dan
akurat mengenai faktafakta sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki
(Nazir, 2017, hal. 43). Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini yaitu teknik
dokumentasi.

Hasil Review Data yang dianalisis dalam penelitian ini


adalah kata dan kalimat percakapan yang
terdapat dalam film Live Whit My Ketos
Episode 1-4 karya Annisa Meutia. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Indonesia yang tidak
baku dan diselingi dengan bahasa asing.
Adapun transkip percakapan antar pemain film
Live Whit My Ketos Episode 1-4 yang
mengandung prinsip kesopanan adalah sebagai
berikut.
1. Adegan di dapur SMK Karya Boga
Informasi indeksial.
Dituturkan saat proses belajar memasak sedang
berlangsung. Alvaro yang sedang memasak
dipuji saat sedang memasak. ( episode satu
pada menit 44:36)
Pada bagian di atas, terdapat maksim
penghargaan dan kedermawanan. Maksim
penghargaan dituturkan oleh teman Alvaro
yang baik hati dan juga bisa memasak. Alvaro
menanggapinya dengan sopan dan setuju
dengan tuturan temannya.Sementara itu,
Keisha mencoba mengurangi keuntungan
untuk dirinya sendiri dan memaksimalkan
keuntungan lawan tuturnya dengan berkata,
“El, aku harus apa lagi?”. Tuturan Keisha
disebut maksim kedermawanan karena Keisha
dengan suka rela mengajukan diri atau
menawarkan bantuan untuk membantu
Gabriella saat memasak.
2. Adegan di dapur SMK Karya Boga
Informasi indeksial
Setelah mereka memasak, saatnya di nilai oleh
chef di sekolah mereka. (episode 1 pada menit
43:10)
Pada tuturan di atas terdapat dua maksim
penghargaan serta maksim permufakatan.
Maksim penghargaan pertama dituturkan oleh
Chef Indira terhadap hasil dari masakan
Gabriella yang enak. Sedangkan maksim
penghargaan yang ke dua dituturkan oleh Chef
Indira ketika dia memuji persentasi dari
masakan Alvaro yang sangat cantik.
Sedangkan maksim permufakatan di atas
terjadi ketika Chef Indira bertanya kepadan
Chef Maxxim mengenai persentasi masakan
Alvaro yang begitu bagus dan menarik dan
Chef Maxxim menyetujuinya dengan berkata
“iya, bagus sekali ini”.
3. Di dapur SMK Karya Boga Informasi
indeksial Setelah kegiatan penilaian selesai, Al
meminta saran dari temanya. Lalu tiba-tiba El
menghampiri mereka. (episode 1 pada menit
41:30)
Pada peunuturan di atas, terdapat dua maksim
penghargaan. Yang pertama penuturan yang
disampaikan oleh Rusdi temannya Alvaro
ketika dia membenarkan bahwa masakan
Alvaro memang bagus persentasinya. Dan
penuturan kedua disampaikan oleh rusdi
kembali, ketika dia memuji Alvaro karena
masakannya telah masuk dalam Incube Chef
Indira.
4. Di rumah Alvaro
Informasi indeksial.
Penuturan terjadi ketika Ibu tiri Alvaro
terhadap ayahnya Alvaro yang sangat senang
karena masakan anaknya diunggah di Incube
Chef Indira salah satu Chef dari sekolahnya
yang terkenal. ( episode 1 pada menit 37:13)
Pada tuturan di atas, terdapat maksim
penghargaan yang dituturkan oleh Ibu tiri
Alvaro. Penuturan itu terjadi ketika Ibunya
melihat masakan anaknya diposting di halaman
Incube salah satu Chef yang terkenal di
sekolahnya.
5. Di kamar Alvaro
Informasi indeksial
Penuturan terjadi ketika Alvaro mengetahui
respon ayahnya yang kurang senang dengan
prestasi yang dia dapat. ( episode 1 pada menit
36:19)
Dalam peristiwa tutur di atas, terdapat maksim
kebijaksanaan. Dalam tuturan tersebut terlihat
rusdi yang menawarkan diri untuk menjadi
admin akun Incubenya Alvaro untuk
membuktikan ke ayahnya Al bahwa apa yang
Alvaro lakukan selama ini tidak sia-sia. Namun
Alvaro malah menolaknya.

C. Jurnal No. 3

KESOPANAN BERBAHASA DALAM


Judul PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Jurnal -

Volume dan Halaman -


Tahun -

Ira Miki Nurwahyuningsih


Penulis

Tujuan penelitian ini adalah untuk


mendeskripsikan bentuk kesopanan berbahasa
Tujuan Penelitian dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
ketidaksopanan berbahasa siswa kepada guru.
Kesopanan berbahasa adalah dasar bagi
penutur untuk mencapai komunikasi yang baik
dengan lawan tutur sehingga apa yang ingin
disampaikan dapat tersampaikan dengan
baik.Permasalahan yang muncul dalam latar
belakang adalah bagaimana bentuk kesopanan
berbahasa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang
Latar Belakang mempengaruhi ketidaksopanan berbahasa
siswa kepada guru..

Metode Fokus penelitian ini adalah bentuk kesopanan


berbahasa dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesopanan berbahasa siswa
kepada guru. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas XI AK SMK Muhammadiyah 3 Ambulu.
Teknik analisis data yang peneliti lakukan
adalah (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan
(3) menyimpulkan data.

Hasil Review Bab ini membahas tentang prinsip-prinsip


kesopanan berbahasa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia siswa XI AK SMK
Muhammadiyah 3 Ambulu sebagai temuan
penelitian dengan jalan menjelaskan
temuantemuan dalam konteks yang lebih luas.
5.1.1 Maksim Kebijaksanaan
Guru: ada lagi yang bertanya?
Siswa 1 : he, takok.o ee! Seng banter!
Guru : ayo rek!
Siswa 2 : kata majemuk bu?
Siswa 1 : nomer piro?
Siswa 2 : nomer 4 bu
Konteks: pada pembelajaran bahasa Indonesia
kelas XI AK SMK Muhammadiyah 3 Ambulu.
Guru menawarkan kepada siswa apakah ada
siswa yang ingin bertanya lagi. Tetapi karena
tidak ada yang bertanya, siswa 1 menyuruh
temannya untuk bertanya dengan nada yang
keras. Karena masih ada yang bertanya lagi,
guru menyuruh siswa untuk bertanya. Setelah
itu siswa 2 bertanya kepada guru tentang kata
majemuk. Siswa 1 yang ingin tahu nomer
berapa pertanyaan itu bertanya kepada siswa 2.
Siswa 2 meminta guru untuk menerangkan
nomer 4.
Data 1 (BJSN) menunjukkan bahwa guru
menawarkan kepada siswa, selain itu tuturan
siswa 1 menunjukkan bahwa siswa tersebut
menyuruh temannya untuk bertanya dengan
keras. Tuturan siswa 2 juga menunjukkan
bahwa siswa tersebut meminta guru untuk
menjelaskan nomer 4. Ketiga tuturan tersebut
termasuk maksim kebijaksanaan karena
terdapat tuturan yang berisi menawarkan,
menyuruh, dan meminta.
Guru: terus ada yang mau tanya lagi?
Siswa 3: bu, contoh lainnya bu?
Guru: itu kan ada meja tulis, itu kata meja tulis
itu kan termasuk kata majemuk. Itu kan suatu
gabungan kata meja dan tulis. Ada lagi sapu
tangan, berarti?
Semua siswa: sapu sama tangan.
Konteks: setelah menjawab pertanyaan
sebelumnya, guru kembali bertanya kepada
siswa apakah ada yang ingin bertanya lagi.
Siswa 3 meminta kepada guru untuk
memberikan contoh lainnya dari penjelasan
dari pertanyaan sebelumnya. Setelah itu guru
memberikan contoh lainnya.
Data 2 (BJSN) menunjukkan maksim
kebijaksanaan, hal itu dapat dilihat dari tuturan
guru yang kembali menawarkan kepada
siswanya untuk bertanya. Selain itu tuturan
dari siswa 3 juga menunjukkan maksim
kebijaksanaan karena siswa meminta kepada
guru untuk memberikan contoh. Ungkapan
yang bermakna meminta dan menawarkan
termasuk dalam maksim kebijaksanaan.
Guru: iya. Ada yang tanya lagi?
Guru: itu adalah kata ulang dan majemuk. Ada
yang belum paham?
Konteks: setelah menjawab pertanyaan
sebelumnya, guru kembali bertanya kepada
apakah ada yang ingin bertanya lagi. Setelah
itu guru kembali bertanya apakah ada yang
masih belum paham tentang materi
sebelumnya.
Data 3 (BJSN) menunjukkan maksim
kebijaksanaan karena guru menawarkan
kembali kepada siswa untuk bertanya.
Ungkapan menawarkan termasuk dalam
maksim kebijaksanaan.
Siswa 8: bu, kata ulang berubah bunyi itu apa?
Guru: kenapa mbak?
Siswa 8: kata ulang berubah bunyi.
Konteks: Siswa 8 bertanya kepada guru kata
ulang berubah bu-nyi itu apa.
Namun, karena guru tidak mendengar
pertanya-an yang diajukan sis-wa 8, guru
meminta-nya untuk mengulang pertanya-an
tersebut. Siswa 8 mengulangi pertanyaannya
kembali.
Data 4 (BJSN) menunjukkan maksim
kebijaksanaan karena siswa 8 mengungkapkan
kembali pertanyaan yang dilontarkan kepada
guru. Dengan demikian dapat terlihat bahwa
siswa 8 meminimalkan kerugian orang lain,
atau memaksimalkan keuntungan orang lain.
Dikatakan memaksimalkan keuntungan orang
lain karena siswa 8 mengulang kembali
pertanyaan sebelumnya. Oleh karena itu
tuturan tersebut masuk ke dalam maksim
kebijaksanaan.
Siswa 12: ndi to?
Siswa 1: di woco ra!
Adverbia iku lo bu, kata keterangan!
Konteks: siswa 1 mengajukan pertanyaan
kepada guru. Namun karena tidak tau
pertanyaan yang mana yang diajukan, siswa 12
bertanya kepada siswa 1 yang mana
pertanyaannya. Tetapi siswa 1 tidak menjawab
pertanyaan tersebut dan lantas menyuruh siswa
1 untuk membaca. Setelah itu dia mengulangi
pertanyaannya kepada guru.
Data 5 (BJSN) merupakan maksim
kebijaksanaan karena siswa 1 menyuruh siswa
12 untuk membaca. Kalimat yang bermakna
menyuruh tersebut masuk ke dalam maksim
kebijaksanaan.
Guru : masih terus ngobrol apa dilanjutkan?
Siswa : lanjut
Konteks : di tengah-tengah pembelajaran siswa
ramai. Guru menawarkan kepada siswa apakah
terus ngobrol atau melanjutkan pembelajaran.
Lalu siswa menjawab lanjut.
D. Jurnal No. 4

ANALISIS KESOPANAN TINDAK TUTUR


Judul DIREKTIF DALAM PEMBELAJARAN
DARING KAJIAN: PRAGMATIK

Jurnal Jurnal Ilmia pend. Bahasa dan sastra indonesia

Volume dan Halaman Vol. 11, No. 2, 53-68

Tahun 2021

MUHAMMAD ALFIN ALFIANSYAH,


Penulis WAHYA, DAN ABU SUFYAN

Tujuan Penelitian -
Bahasa merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Mahakuasa karena melalui bahasa, manusia
dapat memahami satu sama lain dengan
berkomunikasi, dan dapat saling
menyampaikan pesan, perasaan, serta
keputusan. Secara ilmiah, kajian bahasa diteliti
dengan menggunakan ilmu linguistik.
Keilmuan linguistik terbagi atas dua cabang
yaitu mikrolinguistik dan makrolinguistik.
Mikrolinguistik mempelajari unsur terkecil
suatu bahasa dan berfokus pada kajian internal
bahasa itu sendiri seperti fonem, morfem,
sintaksis, semantik. Sementara itu,
Latar Belakang makrolinguistik membahas unsur bahasa
secara luas serta mengaitkan hubungan dengan
bidang keilmuan di luar bahasa.
Metode Metode pengumpulan data yang digunakan
berupa metode simak dengan teknik catat.
Penulis menyimak percakapan melalui
tangkapan layaryang dikirimkan oleh
narasumber yang berprofesi sebagai guru
bahasa Sunda kelas 7 di SMP Negeri 1 Ibun
Kabupaten Bandung, Jawa Barat yaitu
Raihani Rieska Dzulhijani (23 tahun) beserta
siswa. Penulis mencatat tuturan dengan
memperhatikan konteks tuturan direktif dari
setiap percakapan melalui
hasil tangkapan layar, kemudian menganalisis
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Ibrahim (1993) mengenai klasifikasi tindak
tutur direktif dan prinsip kesopanan yang
dikemukakan oleh Leech (1983). Proses
pengamatan dan pengumpulan data dilakukan
dari bulan Juli sampai Desember 2020, atau
pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.
Setelah data terkumpul, tahapan selanjutnya
adalah menganalisis data. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode padan pragmatis dengan mitra tutur
sebagai alat penentu. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat dari Sudaryanto (2015, hlm.
19) Kalimat perintah atau imperatif adalah
kalimat yang diucapkan menimbulkan reaksi
tindakan tertentu dari mitra wicaranya maka
orang yang bersangkutan berada dalam jalur
kerja metode padan pragmatis. Metode padan
dibagi ke dalam lima sub jenis yaitu
referensial, fonetis artikulatoris, translasional,
ortografis, dan pragmatis.

Hasil Review Analisis data disajikan dalam bentuk kategori


fungsi tindak tutur direktif dan prinsip
kesopanan.
1.1 Fungsi Direktif Requestivies (meminta):
(1) Siswa :Assalamualaikum bu
hoyong nyuhunkeun tugas
sundana soalna teu acan
kenging videona
‘Assalamualaikum bu mau
minta tugas sunda karena
saya belum dapat
videonya’
(2) Siswa : buru lila b(e)lajar teh
‘cepat, lama belajarnya’
Data (1) menunjukkan urutan teks
percakapan antara murid dengan guru. Pada
awal tuturan, murid mengucapkan salam
dengan ucapan
Assalamualaikum
sebagai tindak
ekspresif berupa fatis yang berfungsi untuk
memulai percakapan dan sebagai penanda
bahwa penutur merupakan pemeluk agama
Islam, tujuan siswa menuturkan kalimat
tersebut adalah untuk meminta tugas yang
telah diberikan guru namun siswa tersebut
belum mendapatkannya. Oleh karenaitu, siswa
tersebut meminta tugas kembali kepada guru.
Konteks kalimat tersebut dikategorikan sebagai
bentuk tindak tutur direktif requirement
(meminta). Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya penanda kata kerja (v)
nyuhunkeun‘minta’ tindak tutur yang dipakai
oleh penutur untuk meminta orang lain
melakukan sesuatu. Kata
nyuhunkeunmerupakan kata turunan dari kata
dasar suhun dengan awalan alomorf N-(nasal)
sebagai penanda bentuk aktif (Djajasudarma,
2013, hlm. 56) dan akhiran -keun dalam
morfologi bahasaSunda kata tersebut
merupakan makna kategorial imperatif
(Djajasudarma, 2013, hlm. 81)
Data (2) merupakan penggalan percakapan
yang terdapat pada grup kelas 7 siswa meminta
agar guru mempercepat waktu dimulainya
pelajaran. Setelah beberapa menit, guru
mengirimkan
file
berupa video
pembelajaran materi bahasa Sunda yang telah
disajikan untuk menunjang aktivitas belajar
daring. Kalimat yang digunakan siswa dalam
grup tersebut menggunakan kata buru berjenis
kelas kata verba, diikuti kata lila ‘lama’
termasuk kelas kata adjektiva serta kata belajar
teh ‘belajar’ verba dilengkapi partikel teh
sebagai penegas.
2 Fungsi Questions (bertanya untuk
mendapatkan informasi)
(3) Siswa : Saha nya admin na pang
ngalebetke(u)n ka grup
Sunda abi te(u) acan
ngerjake(u)n tugas
‘siapa ya adminnya(?)
tolong masukan ke grup
Sunda saya belum
mengerjakan tugas’
(4) Siswa : Aya tugas teu kamari
soalna karek muka grup?
‘apakah kemarin ada tugas soalnya baru
membuka grup?’
Struktur kalimat untuk data (3) merupakan
bentuk kalimat interogatif, hal tersebut
dilatarbelakangi fungsi direktif questions yang
meminta mitra tutur agar memberikan
informasi melalui pertanyaan. Kalimat tersebut
dikirim oleh siswa kepada guru untuk
memberikan jawaban siapa yang menjadi
admin di grup Whatsapp kelas.
Kata bantu tanya saha ‘siapa’ merupakan
penanda untuk direktif questions penanda
tersebut berada di awal kalimat yang
mempunyai pola kalimat interogatif, kata -nya
sebagai penegas dan adminna merupakan
objek. Kemudian terdapat kata turunan bentuk
verba pang ngalebetkeun prefiks pang
bergabung dengan verba ngalebetkeun
‘masukkan’ yang mempunyai bentuk dasar
verba lebet ‘masuk’ + sufiks keunyang
mempunyai peran membentuk verba imperatif.
Data (4) mempunyai fungsi
questions
‘pertanyaan’. Kalimat
tersebut diklasifikasikan ke dalam tuturan
direktif questions karena terdapat penanda kata
yang menuntut jawaban dari mitra tutur yaitu
jawaban ya atau tidak.
1.3 Direktif
Requirement
(memerintah)
(5) Guru: Perkenalkeun heula bageur
upami nga WA ka guru téh
‘perkenalkan diri terlebih
dahulu anak baik, kalau mau
menghubungi guru melalui
WA (whatsapp)’
(6) Guru: Ai ibu miwarangna kumaha?
Sesuai perintah atuh. Ti awal
ge ibu nyarios, tugasna di
buku catatan.
‘Ibu memerintahkannya
bagaimana? Harus sesuai
perintah. Dari awal ibu sudah
menyampaikan tugasnya di
buku catatan.’
Data (5), guru memberikan kalimat direktif
kepada siswa yang tidak menyebut identitasnya
saat memulai percakapan dengan guru.
Kalimat tersebut termasuk ke dalam bentuk
tuturan direktif requirement atau perintah.
Kalimat tersebut bertujuan agar siswa dapat
dengan jelas memberitahukan siapa yang telah
menghubungi. Keterangan pelaku diperlukan
agar komunikasi tetap berlangsung antara
siswa dengan guru.
Struktur kalimat tersebut merupakan kalimat
imperatif karena terdapat sufiks -keun pada
awal kalimat perkenal-keunsecara bahasa hal
tersebut termasuk dalam campur kode karena
diawali oleh prefiks perkenal+keun yang
termasuk ke dalam bahasa Indonesia sementara
sufiks -keun dalam bahasa Sunda memiliki
makna perintah. Kata Bageur‘baik’ merupakan
fungsi ekspresif untuk mempertahankan
kalimat. Upamimerupakan bentuk kata
hubungan syarat dengan kata selanjutnya yaitu
nga-wa. Kata WA merupakan bentuk abreviasi
dari WhatsApp termasuk dalam kelas kata
nomina yang menggunakan prefiks nga- yang
bermakna aktif serta ‘ka guru teh’merupakan
frasa eksosentris. Kalimat tersebut mempunyai
makna bersyarat apabila hendak menghubungi
guru, harus memenuhi perintah dari guru yaitu
memperkenalkan diri.
Data (6) diawali dengan kalimat interogatif,
namun kalimat tersebut tidak menuntut
jawaban dari mitra tutur dan berfungsi sebagai
pengingat kepada mitra tutur bahwa tugas
tersebut sudah
diingatkan. Pada kalimat
sesuai
perintah atuh yang berarti ‘sesuai perintah’
merupakan tuturan direktif requirement secara
konteks kalimat tersebut merupakan penegasan
bahwa siswa harus turut dengan yang
diperintahkan sebelumnya. Penanda gramatikal
untuk fungsi direktif requirement adalah sesuai
perintah atuh. Kata ‘sesuai’ termasuk ke dalam
kelas kata adjektiva yang memiliki makna
sama. Kata perintah termasuk dalam kelas kata
nomina yang memiliki arti perkataan yang
digunakan untuk melakukan sesuatu. Diikuti
partikel atuh sebagai penegas dalam bahasa
Sunda kata atuh berfungsi sebagai kecap
pangagét lamun kitu mah kalau begitu (Kamus
Basa Sunda R.A Danadibrata 2009, hlm. 39).
1.4 Direktif Prohibitives (melarang)
(7) Guru : tong kitu atuh nyariosna. Jiga sanes
s(a)r(e)(n)g guru
‘jangan begitu bicaranya,
seperti bukan dengan guru’
(8) Siswa : jangan gitu ga sopan
‘jangan begitu tidak sopan’
Data (7) merupakan
direktif
larangan. Direktif larangan dapat diketahui
melalui penanda yang
digunakan yaitu berupa kata yang bermakna
sebagai sebuah anjuran. Penggunaan kata tong
dalam bahasa Sunda mempunyai makna
jangan, fungsi guru sebagai orang yang
mempunyai wewenang untuk melarang
muridnya melakukan sesuatu yang tidak layak
diucapkan oleh murid.
Data (8) merupakan reaksi seorang siswa
kepada temannya yang ada dalam satu grup
percakapan kelas 7. Pada percakapan
sebelumnya siswa yang dilarang berbicara
seperti itu mengungkapkan kalimat tugas mana
tugas yang ditujukan kepada guru, karena
orang yang selalu memberi tugas sekolah
adalah guru. Penutur merespon dengan
tanggapan jangan gitu ga sopan. Jangan
merupakan penanda untuk direktif prohibitives
(melarang)
gitu
‘begitu’ adalah
ungkapan atas perilaku tutur temannya.
Sementara, kata ga sopan ‘tidak sopan’
merupakan tindak tutur asertif atas perilakunya
atau untuk menjelaskan bahwa hal tersebut
tidak pantasdiucapkan.
1.5 Direktif Advisories (memberikan saran)
(9) Siswa : Bu abi di anggap hadir nya
da ti nu grup teu
kasebatkeun
‘bu saya dianggap hadir saja ya, karena di grup
tidak disebutkan’
(10) Guru : sabar bageur. Éta ku ibu
nuju dikirim tugasna.
Loading da ibu teh ngirim
ka 11 grup
‘sabar ya. Ibu sedang
mengirim tugasnya. Loading
(ing: memuat) soalnya ibu
mengirim ke 11 grup ’
(11) Guru : kedah sopan nga WA ka
guru mah. Ucapkeun salam heula. Terus
perkenalkan
diri
‘Harus sopan menghubungi
lewat Whatsapp ke guru.
Ucapkan Salam terlebih
dahulu. Lalu perkenalkan
diri.’
(12) Guru : Ih naha atuh. Ka
rerencangan atuh
ibu
kedah ngirim hiji2 maenya. Ieu ge atos dikirim
ka 11 grup kelas teh.
‘Ih kenapa? Minta ke teman saja, masa ibu
harus mengirim satu satu. Ibu sudah mengirim
ke 11 grup’
Penggalan percakapan data (9) merupakan
tuturan siswa kepada gurunya yang bertujuan
untuk menyarankan guru agar dia dianggap
hadir pada saar mengikuti kegiatan sekolah
daring. Data (8) menggunakan penanda
gramatikal hadir nya sebagai penanda bentuk
direktif advisories partikel -nya dalam bahasa
Sunda berarti ya atau ungkapan agar mitra
tutur menyetujui argumen penutur.
Data (10) merupakan penggalan percakapan
yang digunakan guru kepada muridnya agar
bersabar. Frasa
sabar
bageur
merupakan frasa
adjektiva, penggunaan dua kata tersebut
dikategorikan sebagai fungsi direktif advisories
karena memiliki fungsi untuk menyarankan
siswa agar bersabar serta kata bageur ‘baik’
memiliki fungsi ekspresif memuji siswa yang
telah didiknya.
Data (11), guru memberikan saran yang
ditujukan kepada siswa yang telah
menghubungi melalui pesan Whatsapp. Isi dari
data (11) sama dengan data 4 yaitu
menyarankan untuk memperkenalkan diri
terlebih dahulu dikarenakan guru tidak
mengetahui
siapa yang mengirim pesan tersebut.Struktur
pembentuk kalimat data (11) membentuk
kalimat imperatif. Penanda gramatikal untuk
tuturan data (11) berbentuk frasa kedah sopan
'harus sopan' merupakan frasa adjektiva.
Data (12), pemberian saran diberikan oleh guru
kepada siswa agar siswa tersebut meminta
tugas kepada temannya saja karena tugas
tersebut telah dikirim ke masing-masing grup
kelas. Siswa tersebut belum mendapatkannya
dengan alasan baru bergabung di grup obrolan
kelas. Jadi guru menyampaikan tuturan direktif
advisories ka rerencangan atuh ‘ke teman saja’
1.6 Direktif Permissive (memberikan izin)
(13) Guru : Sok atuh rapihkeun
absenna ‘sila rapikan
absennya’
Data (13), kalimat tersebut termasuk ke dalam
bentuk tuturan direktif yang berfungsi untuk
memberikan izin kepada mitra tutur untuk
melakukan sesuatu. Guru mempersilakan
muridnya agar merapikan absensi kelas yang
tidak beraturan. Penanda gramatikal yang
digunakan sebagai direktif permissive adalah
verba sok atuh
‘silakan kalau begitu’ kata tersebut mempunyai
makna memberikan wewenang untuk
melakukan sesuatu kepada mitra tutur, verba
sok atuhmerupakan gabungan dari kata sok +
atuh dalam bahasa Sunda kata atuh disebut
sebagai kecap pangagét (Kamus Basa Sunda
R.A Danadibrata 2009, hlm. 39) kata atuh
mempunyai arti lamun kitu mah ‘kalau begitu’.
Kemudian diikuti frasa verba rapihkeun
absenna ‘rapikan absennya’ yang memberikan
keterangan kalimat sebelumnya yaitu sebagai
makna imperatif untuk memberikan perintah
agar menyusun kembali absen yang tidak
beraturan.
2. Strategi Kesopanan
Strategi kesopanan digunakan untuk
mengetahui perbedaan status sosial, perilaku,
dan etika dalam sebuah percakapan antara guru
dengan siswa. Strategi kesopanan yang
digunakan meliputi, pemenuhan maksim dan
pelanggaran maksim.
2.1 Pemenuhan Maksim
2.1.1 Pemenuhan Maksim kemurahan
(Generosity Maxim)
Siswa
:
Assalamualaikum
bu. Kalau bahasa Sunda harus membuat absen
lagi?
(5) Guru
:
waalaikumsalam.
Ieu sareng saha? Perkenalkan heula bageur
upami nga WA ka guru téh‘Waalaikumsalam.
Ini dengan siapa? perkenalkan diri terlebih
dahulu anak baik, kalau mau menghubungi
guru melalui WA (whatsapp)’
Data percakapan tersebut diawali
oleh siswa yang menanyakan mengenai absensi
mata pelajaran bahasa Sunda. Kalimat tersebut
diawali dengan pengucapan salam yaitu
Assalamualaikum
yang bermakna
sebuah doa agar senantiasa selamat dan
sejahtera. Kemudian, guru menjawab salam,
dilanjutkan dengan menjawab
pertanyaan dari siswa perkenalkan heula
bageur upami nga WA ka guru
teh ‘perkenalkan diri terlebih dahulu anak baik,
kalau mau menghubungi melalui WA
(whatsapp) percakapan antara guru dengan
siswa tersebut telah memenuhi maksim
kemurahan karena kata bageur ‘baik’
merupakan bentuk ekspresif dalam bahasa
Sunda, kata
tersebut memiliki makna konotatif tujuannya
untuk memaksimalkan rasa hormat kepada
orang lain, hal tersebut disebabkan perilaku
siswa yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh guru.
(10) Guru : sabar bageur. Éta ku ibu
nuju dikirim tugasna.
Loading da ibu teh ngirim
ka 11 grup
‘Sabar, ibu sudah
mengirimkan tugasnya.
Masih menunggu karna ibu
mengirim ke 11 grup.’
Ungkapan tersebut tergolong ke dalam tuturan
direktif yang berfungsi memberi saran
(advisories). Kalimat
tersebut dituturkan oleh guru yang bertujuan
untuk menenangkan siswa agar bersabar.
Penggunaan kata bageursama dengan data
sebelumnya dan telah memenuhi maksim
kemurahan.
2.1.2 Pemenuhan maksim Kesepakatan
(Agreement maxim)
(12) Guru
: Ih naha atuh. ka rerencangan atuh ibu kedah
ngirim hiji2 maenya. Ieu ge atos dikirim ka 11
grup kelas teh.
‘Ih kenapa? Minta ke teman saja, masa ibu
harus mengirim satu satu. Ibu sudah mengirim
ke 11 grup’
Siswa
: muhun bu
‘Baik, bu.
Data riwayat percakapan tersebut
menunjukkan siswa menyetujui saran yang
dituturkan oleh guru untuk menanyakan tugas
ke teman satu kelas karena guru telah
mengirim tugas tersebut ke-11 grup,
percakapan tersebut telah memenuhi maksim
kesepakatan.
Siswa
: Ass, Bu abi dianggap hadir nya da tinu grup
teu kasebat
‘Ass, bu saya dianggap hadir, ya karena di
grup tidak terpanggil’
(13) Guru
: Sok atuh rapihkeun absenna
‘sila rapikan absennya’
Data (13) merupakan ekspresi saat
guru menyetujui permintaan siswa namun
terdapat syarat yang harus dipenuhi oleh siswa
yaitu merapikan kembali absennya. Pada
percakapan
sebelumnya,
siswa
menggunakan
tuturan direktif
advisories
yang
berfungsi memberi saran. Percakapan tersebut
memenuhi maksim kesepakatan, kesepakatan
tersebut disetujui oleh guru yang mengabulkan
permintaan saran dari siswa.
2.2 Pelanggaran Maksim
2.2.1 Pelanggaran
Maksim
Kemurahan (generosity maxim)
(2) Siswa : buru lila b(e)lajar teh
‘cepat, belajarnya sudah
lama nih’
Tuturan yang digunakan siswa melanggar
prinsip kesopanan yaitu maksim pujian karena
tidak terdapat sapaan honorifik berupa bu atau
pak. Serta tingkat tutur yang menggunakan
bahasa loma ‘bahasa yang digunakan untuk
teman sebaya’. Konteks tuturan tersebut
ditujukan kepada guru karena siswa tersebut
meminta agar mulainya waktu pembelajaran
dipercepat.
(3) Siswa : Saha nya admin na pang
ngalebetke(u)n ka grup
Sunda abi te(u) acan
ngerjake(u)n tugas
‘siapa ya adminnya(?)
tolong masukan ke grup
Sunda saya belum
mengerjakan tugas’
Data tersebut siswa menggunakkan kalimat
interogatif dengan penanda kata saha ‘siapa’
dalam kalimat tersebut tidak terdapat strategi
penghormatanyang ditujukan untuk guru yaitu
berupa sapaan “bu” atau “pak”. Tanggapan
Guru terhadap kalimat pertama dengan tuturan
direktif requirement “kedah sopan nga WA ka
guru mah. Ucapkeun salam heula. Terus
perkenalkan diri”
‘harus sopan mengirim WA ke guru. Ucapkan
salam terlebih dahulu. Lalu perkenalkan diri’
kalimat tersebut mengekspresikan keinginan
agar mitra
tutur bertindak, hal itu dilatarbelakangi penutur
memiliki kewenangan yang
lebih tinggi dari mitra tutur.
(4) Siswa : Aya tugas teu kamari
soalna karek muka grup?
‘apakah kemarin ada tugas soalnya baru
membuka grup?’
Data (4) diawali percakapan tanpa
kalimat salam dan tanpa sapaan berupa
“bu atau pak” pada tuturan kedua murid
tersebut membuat sebuah kalimat pertanyaan
mengenai pelajaran bahasa Sunda. Guru
menanggapi dengan memberikan tuturan
direktif requirement. Simpulan dari analisis
data (4) bahwa murid tersebut melanggar
maxim pujian (approbation maxim) karena
tidak menggunakan honorifik berupa sapaan di
awal percakapan.
2.2.2 Pelanggaran Maksim Penerimaan
(1)Siswa : Assalamualaikum bu hoyong
nyuhunkeun tugas sundana
soalna teu acan kenging
videona
‘Assalamualaikum bu mau
minta tugas sunda karena
saya belum dapat videonya’
Guru:
Waalaikumsalam aya dina grup videona. Saha
ieu?
‘Waalaikumsalam. Ada di grup videonya. Ini
siapa?
Siswa:
Teu aya bu soalna masuk grupna telat. Enri
Gunawan 7j
‘Tidak ada bu soalnya saya masuk grupnya
telat. Enrri Gunawan 7j
Pada percakapan tersebut, siswa E
meminta video berisi materi pembelajaran
yang tidak sempat dia terima dengan alasan
terlambat bergabung dengan grup kelas. Guru
saat diminta untuk mengirim tugas dengan
tuturannya tidak langsung memberikan namun,
memberi pertanyaan kembali karena siswa
yang tidak sempat memperkenalkan diri di
awal percakapan. Data tersebut melanggar
maksim penerimaan karena dalam maksim
tersebut peserta tutur
harus memaksimalkan kerugian terhadap diri
sendiri. Dalam hal tersebut guru seharusnya
memberikan tugas sesuai yang diminta oleh
siswa.
2.2.3 Pelanggaran
Maksim
Kesepakatan
Siswa : Bu wios teu na polio g(e)
asalkan dikempelkeun ka ibu
da tos terlanjur
‘Bu tidak apa apa menggunakan polio, asalkan
dikumpulkan ke ibu, karena sudah terlanjur’
(6) Guru: Ai ibu miwarangna kumaha?
Sesuai perintah atuh. Ti awal
ge ibu nyarios, tugasna di
buku catatan.
‘Ibu memerintahkannya
bagaimana? Harus sesuai
perintah. Dari awal ibu sudah
bilang tugasnya di buku
catatan.’
Pada data tersebut, Siswa memberikan sebuah
kalimat introgatif dengan penanda kata teu
‘tidak’ yang menuntut jawaban ya atau tidak,
artinya mendapat persetujuan guru atau tidak.
Dalam tuturan tersebut siswa melangar maksim
kesepakatan karena sebelumnya guru telah
memerintah untuk mengerjakan tugas tersebut
di buku catatan. Sehingga tidak terdapat
kecocokan dalam percakapan tersebut.
2.2.4 Pelanggaran Maxim Kerendahan hati
(7) Guru : tong kitu atuh nyariosna.
Jiga sanes s(a)r(e)(n)g guru
‘jangan begitu bicaranya,
seperti bukan dengan guru
(11) Guru : kedah sopan nga WA ka
guru mah. Ucapkeun salam
heula. Terus perkenalkan
diri
‘Harus sopan
menghubungi lewat Whatsapp ke guru.
Ucapkan Salam terlebih dahulu. Lalu
perkenalkan diri.’
Data 7 dan data 11 guru menggunakan tuturan
direktif yang berfungsi sebagai
larangan(prohibitives) dan direktif yang
berfungsi untuk memerintah (requirement).
Kedua data tersebut dapat dikategorikan
melanggar maksim kerendahan hati, karena
dalam prinsip tersebut seorang penutur
memaksimalkan ketidakhormatan kepada diri
sendiri dan meminimalkan rasa hormat kepada
orang lain, namun dalam konteks tersebut guru
berusaha untuk mengajarkan sopan santun dan
rasa hormat terhadap orang yang lebih tua
terlebih sebagai pengajar. Jadi, secara
pragmatik tuturan tersebut melanggar maksim
namun di sisi lain sikap dari guru tersebut
memberikan arahan agar siswa lebih
menghormati orang yang lebih tua.
2.2.5 Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan
(Agreement Maxim)
Siswa Z
: Tugas mana tugas(?) ‘mana tugasnya? (tidak
kunjung diberikan)’
(8) Siswa S : jangan gitu ga sopan
‘jangan begitu tidak
sopan’
Data percakapan tersebut memperlihatkan
percakapan antara siswa dengan inisial Z dan
siswa
dengan inisal S, pecakapan tersebut
berlangsung di sebuah grup obrolan
Sunda kelas 7K. Siswa Z menanyakan tugas
yang belum diberikan dengan menggunakan
ungkapan tugas mana tugas ‘tugasnya mana?’.
Dua menit kemudian, siswa dengan inisial S
mengingatkan siswa Z agar lebih sopan saat
bertutur di grup kelas menggunakan fungsi
direktif larangan(prohibitives) jangan gitu gak
sopan. Hal tersebut melanggar maksim
kebijaksanaan karena dalam tuturan tersebut
sama sekali memaksimalkan kerugian orang
lain karena mengeluarkan kata yang tidak
sopan saat meminta tugas.
(14) Siswa
: Bu minta tugas 2,3,4
Guru
: saha ieu (?) ‘siapa ini?’
Siswa
: Hafidz roihan kelas 7g
Guru
: Nga wa ka guru teh ucapkeun salam heula.
Anggo bahasa anu sopan
‘ucapkan salam terlebih dahulu sebelum
mengubungi melalui whatsapp (wa). Gunakan
bahasa yang sopan’
Kutipan percakapan tersebut merupakan
contoh kalimat direktif requestives. Siswa
meminta tugas dengan nomor urut 2, 3, 4
kepada guru tanpa adanya ucapan salam atau
memperkenalkan diri saat menghubungi guru
melalui aplikasi Whatsapp. Tuturan tersebut
melanggar maksim kebijaksanaan karena
tuturan yang dinilai secara langsung kepada
gurum karena dalam maksim kebijaksanaan
semakin tuturan itu tidak langsung dan panjang
maka semakin sopan.
.

E. Jurnal No. 5
RINSIP PRINSIP KESOPANAN DALAM
Judul
FILM DEAD POETS SOCIETY KARYA
THOM SCHULMAN

Jurnal JURNAL ELEKTRONIK FAKULTAS SASTRA


UNIVERSITAS SAM RATULANG

Volume dan Halaman Vol 7, 1-15

Tahun 2019

Rafika Djikoan, Frieda Th. Jansen, Jeane


Penulis
Angela Manus

Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi


jenis prinsip-prinsip kesopanan yang
terdapat dalam film Dead Poets Society
karya Thom Schulman?
2. Menganalisis fungsi prinsip-prinsip
kesopanan yang digunakan oleh para
karakter dalam film Dead Poets Society
karya Thom Schulman?.
Budaya adalah seperangkat kepercayaan,
sikap, adat istiadat, perilaku, kebiasaan, sosial
anggota masyarakat tertentu (Richards, 1989 :
71). Artinya bahwa budaya sebagai hasil
kreatifitas manusia untuk menghadapi
lingkungan di mana manusia hidup.
Wardhaugh (1986 : 211) menyatakan bahwa
budaya adalah seperangkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk menjalani
aktivitas dalam hidup sehari-hari, dan budaya
mencakup pengetahuan tentang musik, sastra,
seni dan bahasa. Bahasa merupakan hal
mendasar dalam kehidupan manusia. Menurut
Kreidler (1998 : 19) Bahasa adalah alat
komunikasi untuk menyampaikan ide, pesan,
dan pendapat. Richards (1989 : 153)
mengatakan bahwa bahasa adalah sistem
komunikasi manusia dengan pengaturan bunyi
yang terstruktur untuk membentuk unit yang
lebih besar, misalnya morfem, kata-kata, dan
kalimat. Hubungan antara budaya dan bahasa
menurut Wardhaugh (1986 : 212) ialah cara
berpikir seseorang mempengaruhi cara
Latar Belakang berbahasa atau dengan kata lain, pikiran yang
termasuk kebudayaan mental mempengaruhi
bahasa
Metode Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode deskriptif. Suryana (2010:6)
menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
metode yang digunakan untuk menemukan
elemen dan karakteristik suatu fenomena.
Metode ini dimulai dengan mengumpulkan
data, menganalisis data dan menafsirkan data.
Teknik penelitian ini yaitu persiapan,
pengumpulan data dan analisis data. 1.
Persiapan Pada langkah ini, penulis membaca
beberapa buku pragmatik untuk mengetahui
teori yang sesuai dengan judul. Selain itu
penulis juga membaca beberapa jurnal dan
skripsi. Kemudian penulis menonton film Dead
Poets Society sebagai data primer. 2.
Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui
langkah-langkah berikut : a. Penulis
mengunduh film Dead Poets Society melalui
internet, untuk mendapatkan data tersebut
penulis menonton lagi film Dead Poets Society
yang berlangsung 2 jam. Penulis menonton
film 6 kali untuk mendapatkan pemahaman
yang mendalam tentang cerita dan percakapan.
Penulis juga mencari skrip untuk memudahkan
dalam mengidentifikasi data. b. Penulis
mengidentifikasi setiap kalimat berisi prinsip
kesopanan dan menuliskan semua data primer
di selembar kertas dan memberi angka. c.
Penulis mengklasifikasikan data berdasarkan
jenis prinsip kesopanan berdasarkan pendapat
dari Leech. 3. Analisis Data Data dianalisis
secara deskriptif berdasarkan pada fungsi dari
prinsip-prinsip kesopanan sesuai pendapat
Leech (1983).
Hasil Review Dibawah ini merupakan analisis fungsi dari
prinsip kesopanan yang digunakan oleh
karakter-karakter dalam film Dead Poets
Society.
1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Maksim ini memiliki dua segi, yaitu segi
negatif : Meminimalkan kerugian bagi yang
lain dan dari segi positif : Memaksimalkan
keuntungan bagi yang lain. Segi positif dari
maksim ini tidak begitu penting tetapi
merupakan akibat yang wajar dari segi negatif.
Maksim kebijaksanaan yang berfungsi negatif
yaitu sebagai alat untuk menghindari konflik.
Dalam bentuknya yang absolute maksim
kebijaksanaan mencegah terjadinya
ketidaksesuaian antara penutur dan petutur.
Karena maksim kebijaksanaa mengandung
implikasi janganlah melakukan apa yang tidak
diingingkan oleh petutur. Fungsi maksim
kebijaksanaan ini membuat petutur menahan,
menghindari dari tindakan yang merugikan
petutur. 1. Mr. Perry menyapa Mr. Nolan
pada saat dirinya mengatar Neil di Akademi
Welton. Mr. Perry: “Good to see you
again.” (00:05:07) “Senang bertemu
kembali denganmu.” Analisis : Melalui
ujaran ini penutur menyapa petutur dengan
mengatakan Good to see you again. Ujaran ini
dikategorikan sopan, karena pada
kenyataannya petutur tidak mengalami
kerugian dari ujaran tersebut.
2. Maksim Kedermawanan (Generosity
Maxim) Maksim kedermawanan ini memiliki
dua segi, yaitu segi negatif : meminimalkan
keuntungan untuk diri sendiri dan segi positif
memaksimalkan kerugian untuk diri sendiri.
Maksim kedermawanan ini berfungsi positif
yaitu sebagai alat untuk mencari kesesuaian.
Dalam bentuknya yang absolute maksim
kedermawanan ini membuat terjadinya
kesesuaian antara penutur dan petutur, karena
maksim kedermawanan mengandung implikasi
melakukan yang diinginkan petutur. 1. Mr.
Perry mengatakan kepada teman-teman
Neil agar mereka tak perlu berdiri dan
tetap di kursi. Mr. Perry: “Keep your seats
fellows.” (00:07:49) “Tetaplah di kursi
kalian.” Analisis : Melalui ujaran ini penutur
bertujuan meminta penutur untuk mengikuti
kemauan dari penutur untuk tetap dikursi tanpa
harus berdiri. Dengan demikian, ujaran ini
mematuhi maksim kedermawanan, karena hal
ini merupakan sesuatu yang menguntungkan
petututur, sementara bagi penutur hal ini
merupakan suatu kerugian.
3. Maksim Pujian (Approbiation Maxim)
Maksim pujian ini memiliki dua segi yaitu segi
negatif yaitu meminimalkan kecamanan untuk
orang lain dan segi positif yaitu
memaksimalkan pujian untuk orang lain. Pada
maksim ini aspek yang terpenting ialah jangan
mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan
mengenai orang lain, terutama mengenai
petutur. 1. Mr. Nolan memperkenalkan Mr.
Keating sebagai guru bahasa Inggris baru
kepada para siswa dan orang tua. Mr.
Nolan Kemudian memujinya. Mr. Nolan:
“Mr. John Keating, himself a graduate of
this school. And who, for the past several
years, has been teaching at the highly
regarded Cheester school in London.”
(00:04:16) “Mr. John Keating, dia merupakan
lulusan dari sekolah ini. Dan dia juga pernah
beberapa tahun, mengajar di Cheester sekolah
yang sangat disegani di London.” Analisis :
Dalam ujaran ini penutur memuji petutur
sebagai seorang guru bahasa Inggris yang
pernah beberapa tahun mengajar di Cheester
sekolah yang sangat disegani di London.
Ujaran ini dianggap telah memenuhi maksim
pujian karena penutur dalam hal ini
menyatakan sesuatu yang baik dan
menyenangkan petutur.
4. Maksim Kerendahan Hati (Modesty
Maxim) Maksim Kerendahan Hati memiliki
dua segi, yaitu segi negatif meminimalkan
pujian untuk diri sendiri dan segi positif
memaksimalkan kecamanan untuk diri sendiri.
Pada maksim ini aspek negatifnya yang paling
penting, yaitu jangan mengatakan hal-hal yang
menyenangkan mengenai diri sendiri. Menurut
maksim ini, mengecam diri sendiri dianggap
baik dan mengecilkan kemurahan hati diri
sendiri dianggap normal dan konvensional. 1.
Mr. Nolan berterima kasih kepada seorang
wanita yang telah memujinya saat upacara
di akademi Welton. Mr. Nolan: “Thank you.
So glad you like it.” (00:05:02) “Terima
kasih. Senang jika kau menyukainya.”
Analisis : Dalam ujaran ini penutur
menyatakan terima kasih kepada petutur yang
telah memujinya dan berharap petutur
menyukai hal tersebut karena petutur
menyadari bahwa dirinya tidak sebanding
dengan petutur . Dengan ujaran yang
merendahkan diri, penutur telah memenuhi
maksim kerendahan hati.
5. Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)
Maksim kesepakatan memiliki dua segi yaitu
segi positif yaitu memaksimalkan kesepakatan
antara diri sendiri dan orang lain dan segi
negatif yaitu meminimalkan ketidaksetujuan
antara diri sendiri dan orang lain. Menutur
maksim ini semakin besar kesepakatan yang
terjadi antara penutur dengan petutur semakin
sopan ujaran tersebut. 1. Cameron menyapa
Neil dan menanyakan apakah mereka akan
belajar kelompok pada malam nanti.
Cameron : “Neil, study group tonight?”
(00:06:05) “Neil, belajar kelompok malam
ini?” Neil : “Yeah, sure.” (00:06:06) “Ya,
tentu.” Analisis : Melalui ujaran ini penutur
bertujuan menanyakan kepada petutur apakah
petutur akan ikut belajar kelompok bersama.
Dalam ujaran ini petutur mengiyakan
pertanyaan dari penutur dan merasa tidak
dirugikan dari pertanyaan tersebut. Dengan
demikian penutur telah memenuhi maksim
kesepakatan.
6. Maksim Simpati (Sympathy Maxim)
Maksim simpati memiliki dua segi yaitu segi
negatif meminimalkan antipati antara diri
sendiri dengan orang lain, dan segi positif
memaksimalkan simpati antara diri sendiri
dengan orang lain. 1. Mr. McAllister
bersimpati kepada para siswa dengan
berkata pelanpelan saat berjalan ke bawah
menuruni anak tangga. Mr. McAllister:
“Slow down boys, slow down.” (00:10:22)
“Pelan-pelan nak, pelan-pelan.” Analisis :
Melalui ujaran ini penutur menyatakan rasa
simpatinya kepada petutur. Hal ini ditandai
dengan kalimat Slow down boys. Dengan
menunjukkan rasa simpatinya, penutur telah
mematuhi maksim simpati.
BAB III

SIMPULAN

A. Simpulan
Prinsip kesopanan adalah suata cara atau tatakrama dalam berbahasa agar
menciptakan suatu komunikasi yang baik dan terciptanya hubungan sosila
yang baik. Prinsip kesopanan dari hasil review jurnal terdapat beberapa
prinsip kesopana yaitu maxsim kebijaksanaan, kedermawanan, kerendahan
hati, kesepakatan dan simpati. Selain itu, juga terdapat pelanggarang
terhadap maxsim-maxsim tersebut. Prinsip kesopanan dalam hal ini
sangatlah penting agar tidak terjadinya sebuah konflik.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, M. A. (2021). ANALISIS KESOPANAN TINDAK TUTUR


DIREKTIF DALAM PEMBELAJARAN DARING KAJIAN:
PRAGMATIK: Kajian Pragmatik. Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, 11(2), 53-68.

Guruh, G., & Kinanti, K. P. (2021, October). ANALISIS KESOPANAN


BERBAHASA WARGANET DI KOLOM KOMENTAR INSTAGRAM
“JOKO WIDODO”. In Prosiding Seminar Nasional Sastra, Lingua, Dan
Pembelajarannya (Salinga) (Vol. 1, No. 1, pp. 336-341).
Nurwahyuningsih, I. M. KESOPANAN BERBAHASA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA.
Putra, R. D., Wardarita, R., & Missriani, M. (2022). The ANALISIS
PRINSIP KESOPANAN DALAM FILM LOVE WITH MY KETOS
EPISODE 1-4 KARYA ANNISA MEUTIA. Jurnal Inovasi
Penelitian, 3(3), 5193-5204.

Djikoan, R., JANSEN, F. T., & MANUS, J. A. (2019). PRINSIP-PRINSIP


KESOPANAN DALAM FILM DEAD POETS SOCIETY KARYA
THOM SCHULMAN (SUATU KAJIAN PRAGMATIK). JURNAL
ELEKTRONIK FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SAM
RATULANGI, 7.

Anda mungkin juga menyukai