Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN YANG SESUAI

UNTUK MENGENALKAN MATEMATIKA DAN SAINS

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengenalanan matematika dan
sains anak usia RA

Disusun Oleh :

Kelompok 6
Ainin Ditya NIM 0308223124
Amirah Syarifah Sirait NIM 0308223111
Najwa Mahfuza NIM 0308222107
Putri Puspita Hasri NIM 0308223116
Rama Yuspika Sari NIM 0308221032

Dosen Pengampu:

Hilda Zahra Lubis, M.Pd

PROGAM PENDIDIKAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (4)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
TA 2023/2024
PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam yang meciptakan manusia dari
menyediakan segala sesuatu untuk kelangsungan hidupnya. Shalawat dan salam kepada
junjungan alam Muhammad Saw pembawa risalah Islam diakhir zaman untuk
kesejahteraan seluruh umat manusia dan menunjuki mereka dalam segala hal terutama
dalam membantu mahasiswa dalam mata kuliah pengenalanan matematika dan sains
anak usia RA.

Dalam makalah ini penulis bertujuan agar mahasiswa mengetahui, memahami,


dan memiliki wawasan mendalam tentang starategi pendekatan dan model pembelajaran
yang sesuai untuk mengenalkan matematika dan sains

Mungkin makalah ini banyak memiliki kekurangan walaupun penulis talah


berusaha menyajikan yang terbaik untuk pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
ibu Hilda Zahra Lubis, M.Pd dan teman-teman untuk menyempurnakan makalah ini
dengan senang hati. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan
tuntunan oleh para pemakai,khususnya mahasiwa dalam menerapkan starategi
pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai untuk mengenalkan matematika dan
sains yang baik dan benar.

Medan, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

PRAKATA................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika..........................


B. Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran Sains....................................
C. Belajar Dengan Berdiskusi, Berkomunikasi, Konsultasi...............................
D. Belajar Dengan Cara Meniru Seperti Qobil Yang Meniru Burung Gagak Untuk
Menggali Tanah Dan Menguburkan Saudaranya Yang Telah Mati...............

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DARTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan periode perkembangan yang paling cepat dan
paling sensitif dalam kehidupan seorang individu. Pada fase ini, otak anak
sedang aktif mengembangkan jaringan-jaringan saraf yang menjadi dasar bagi
pemahaman konsep-konsep abstrak, termasuk konsep matematika dan sains.
Penanaman fondasi yang kuat pada usia dini tidak hanya membantu anak
memahami materi pelajaran secara lebih baik di masa depan, tetapi juga
membentuk pola pikir, motivasi, dan minat mereka terhadap ilmu pengetahuan.
Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa anak-anak pada usia ini memiliki
kemampuan alami untuk menyerap informasi dengan cepat dan membangun
hubungan antara ide-ide yang mereka temui dengan lingkungan sekitar.
Selain itu, pendidikan matematika dan sains yang dimulai sejak dini dapat
merangsang rasa ingin tahu anak, mengembangkan keterampilan berpikir kritis,
dan membentuk sikap positif terhadap belajar. Anak-anak yang terbiasa dengan
konsep-konsep matematika dan sains sejak usia dini cenderung lebih percaya
diri dan termotivasi untuk mengembangkan pemahaman mereka di masa depan.
Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam
strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan
kebutuhan anak usia dini dalam konteks pembelajaran matematika dan sains.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana anak-anak usia dini
belajar dan bereaksi terhadap berbagai metode pembelajaran, pendidik dan orang
tua dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memadai dan merangsang
bagi perkembangan optimal anak-anak dalam bidang matematika dan sains.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman strategi, pendekatan dan model pembelajaran matematika pada
anak usia dini?
2. Bagaimana strategi, pendekatan dan model pembelajaran sains pada anak
usia dini?
3. Bagaimana belajar dengan berdiskusi, berkomunikasi dan konsultasi
4. Bagaimana belajar dengan cara meniru ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui strategi, pendekatan dan model pembelajaran matematika
pada anak usia dini.
2. Untuk mengetahui strategi, pendekatan dan model pembelajaran sains pada
anak usia dini.
3. Untuk mengetahui belajar dengan berdiskusi, berkomunikasi dan konsultasi.
4. Untuk mengetahui belajar dengan cara meniru.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika Pada Anak


Usia Dini
Istilah strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan
sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat
kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam posisi perang yang
dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan. Strategi
belajar mengajar, bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-peserta didik
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan. Strategi penyampaian pembelajaran adalah cara untuk
menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik dan atau menerima serta
merespon masukan yang berasal dari peserta didik.

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang dianggap para siswa


sebagai pelajaran yang cukup susah. Mata pelajaran ini sulit karena terdapat
banyak rumus dalam mengerjakan suatu persoalan.Setiap materi matematika ini
memiliki rumus yang berbeda dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Untuk
meminimalisir rasa kesulitan yang dirasakan oleh setiap siswa sehingga
dibutuhkan suatu strategi.

Tahapan yang pertama pembelajaran untuk anak usia dini adalah tahap
pemahaman konsep, dimana anak akan paham jika ia belajar dengan
menggunakan benda-benda kongkrit. Ketika anak menggunakan benda kongkrit,
anak akan memperoleh pengalaman tentang konsep matematika. Tahap kedua
adalah tahap menghubungkan konsep konkret dengan lambang bilangan,
misalnya anak dapat memasangkan jumlah suatu benda dengan lambang
bilanganya. Tahap ketiga adalah tahap lambang bilangan, dimana anak menulis
atau sudah mengerti lambang bilangan atas konsep konkret yang telah mereka
alami. Sedangkan Faizi (2013: 15) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan anak agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Salah satu aspek
peningkatan kemampuan kognitif anak yaitu dengan mengoptimalkan
kemampuan matematika pada anak usia dini. Melalui pembelajaran matematika
sejak usia dini maka akan memperkenalkan anak pada kemampuan dan
keterampilan dalam rangka memahami segala konsep tentang pengenalan
matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan dan membangun pola pikir ilmiah
yang sistematis dan obyektif serta membekali keterampilan proses melalui
metode atau penelitian ilmiah.

Permendikbud No. 137 Tahun 2014: Bahwa Strategi Pembelajaran


Matematika Anak Usia Dini ada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan nya
yaitu:

1) Membilang banyak benda satu sampai sepuluh


2) Mengenal konsep bilangan mengenal lambang bilangan
3) Menyebutkan lambang bilangan 1-10
4) Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung
5) Mencocokkan lambang bilangan dengan bilangan
Metode Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini. Metode pembelajaran
matematika anak usia dini yaitu:
1. Pertama metode tanya jawab
2. Kedua metode demonstrasi
3. Ketiga metode bermain
4. Keempat metode penugasan
5. Kelima metode pembiasaan
6. Keenam metode bernyanyi
Stategi pembelajaran matematika pada anak usia dini dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti yang dikatakan Mirawati. 2017. Strategi
Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini. Pembelajaran matematika dengan
permainan untuk anak usia dini yaitu:
1) Bermain kartu gambar kemampuan berhitung, kemampuan korespondensi satu
ke satu, kemampuan menyusun jumlah benda terbanyak hingga sedikit dan
sebaliknya
2) Membuat kue kemampuan mengukur, kemampuan berhitung, kemampuan
estimasi, mengenal geometri
3) Pola gerak berirama kemampuan mengindetifikasi pola, kemampuan meniru
pola sederhana, kemampuan mengulang pola sederhana, kemampuan membuat
pola sederhana berkebun kemampuan mengukur, kemampuan berhitung,
kemampuan membandingkan
4) Mencari bintang kemampuan klasifikasi warna, bentuk, ukuran, kemampuan
membandingkan tinggi-rendah, kemampuan mengurutkan angka.

Strategi pembelajaran matematika pada anak usia dini sesuai dengan


pendapat diatas memiliki berbagai macam manfaat dan mudah diterapkan
sehingga siswa dengan mudah bereksplorasi, dan bereksperimen dengan bebas
pada dirinya Pendidikan matematika dapat diberikan pada anak usia dini sambil
bermain, karena waktu bermain anak akan mendapat kesempatan bereksplorasi,
bereksperimen dan dengan bebas pada dirinya. Berdasarkan dari hasil penelitian
menunjukan bahwa bahwa strategi pembelajaran matematika pada anak usia dini
yang tepat adalah strategi belajar sambal bermain, berikut hasil penelitian yang
penulis sajikan sebagai penunjang menurut zaini. Salah satu strategi
pembelajaran anak usia dini yaitu bermain sambil belajar atau belajar melalui
metode bermain.

Adapun landasan pembelajaran matematika pada anak usia dini, yaitu: anak
dapat mempelajari fakta-fakta, berpikir kritis, anak mampu untuk memecahkan
masalah, dan bermakna bagi anak. Manfaat permainan matematika bagi anak
usia dini Pertama anak belajar matematika berdasarkan konsep matematika yang
benar Kedua menghindari anak ketakutan terhadap matematika sejak awal
Ketiga membantu anak belajar matematika secara alami melalui kegiatan
bermain. Hal ini menunjukan bahwa dengan strategi pembelajaran bermain,
tanpa sengaja anak akan memahami konsepkonsep matematika tertentu dan
melihat adanya hubungan antara satu benda dan yang lainnya. Anak juga sering
menggunakan benda sebagai simbol yang akan membantunya dalam memahami
konsep-konsep matematika yang lebih abstrak. Ketika bermain, anak lebih
terstimulasi untuk kreatif dan gigih dalam mencari solusi jika dihadapkan atau
menemukan masalah. Oleh karena itu anak harus diberikan kesempatan yang
seluasluasnya untuk berinteraksi sehingga anak dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dalam menemukan dan mempelajari fakta,
menemukan konsep, dan membuat hubungan antara satu konsep dengan konsep
lainnya sehingga bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan anak kelak.

Pembelajaran di taman kanak-kanak seharusnya lebih Real (nyata) dan


bermakna bagi anak. Suatu proses pembelajaran tidak akan bisa berjalan sesuai
dengan tujuan pembelajaran tanpa adanya model pembelajaran yang tepat yang
dapat digunakan oleh guru. Salah satunya model pembelajaran yang efektif dan
dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan yang disesuaikan
dengan tahapan perkembangan dan karakteristik anak adalah model
pembelajaran Matematika Realistik. Model pembelajaran matematika realistik
merupakan salah satu model pembelajaran matematika. Sumantri
mengemukakan bahwa, matematika realistik yang dimaksud adalah “matematika
yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman anak sebagai
titik awal pembelajaran”. Realitas dalam hal ini yang dimaksud yaitu secara
“fisik” atau “non fisik”. Darma, dkk., mengemukakan bahwa, “makna secara
fisik berarti anak di bawa ke objek (benda) nyata dalam lingkungannya,
sedangkan secara non-fisik berarti anak dibawa dalam pemahaman-pemahaman
yang sudah ia ketahui sebelumnya”.

B. Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran Sains


Pembelajaran bagi anak usia dini hakikatnya adalah bermain sambal
belajar dan belajar sambil bermain. Artinya pembelajaran bagi mereka haruslah
menarik menyenangkan seperti dunia anak. Lingkungan belajar yang mereka
harapkan adalah lingkungan yang mudah, indah, santai dan menyenangkan.
Mereka membutuhkan lingkungan yang mudah untuk berinteraksi, baik antar
anak maupun dengan lingkungan fisik pembelajaran.
Di satu sisi pendidik dituntut untuk dapat membawa anak menuju
tumbuh kembang anak sesusai yang diharapkan dan di sisi yang lain yang
mereka hadapi adalah anak-anak yang memiliki dunianya sendiri dan pandangan
berbeda dengan diri pendidik. Seorang pendidik diharapkan agar dapat
mengkondisikan kelas dengan situasi yang tidak monoton, anak-anak tetap
senang dan yang terpenting adalah anak-anak tidak merasa bahwa itu suatu
pembelajaran yang harus diikuti. Salah satu strategi menarik yang dapat dicoba
untuk menciptakan suasana pembelajaran Anak usia dini yang menarik dan
menyenangkan namun tetap berorientasi pada tujuan pembelajaran adalah
strategi pembelajaran sains dengan pendekatan saintifik. Pendekatan ini
bertujuan untuk menumbuhkan sikap ilmiah dengan mencitani ilmu
pengetahuan, mencintai lingkungan sekitar, dan selalu mengacu pada kecerdasan
intelektual. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan
keterampilan proses belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Strategi ini
menawarkan langkah-langkah sistematis dalam proses pembelajaran, yaitu;
Observing (mengamati), questioning (menanya), collecting (mengumpulkan),
associating (mengasosiasi), dan communicating (mengkomunikasikan).
1. Observing (Mengamati)
Observing atau pengalaman belajar berupa pengamatan merupakan
bentuk kegiatan pembelajaran melalui pengamatan melalui seluruh indera anak
terhadap berbagai benda di sekitarnya. Contoh pengalaman belajar dengan
pengamatan ini misalkan sedang membahas tema binatang; burung. Maka anak-
anak diberikan waktu untuk mengamati bentuk burung, warna bulunya, kepala
burung, kaki burung, ekor burung, dan anggota tubuh burung yang lain.
Selanjutnya untuk indera pendengaran, anak-anak diminta untuk mendengarkan
kicauan burung tersebut. Sedang indera peraba anak-anak dapat menyentuh bulu
burung misalnya. Dan yang perlu diperhatikan pendidik atau orang tua anak
dalam pembelajaran melalui pengamatan dalah memberikan stimulant atau
support melalui perkataan, misalnya; “ayo sayang silahkan dilihat”, “sayang
boleh memegangnya”, “ayo siapa bisa menirukan suaranya burung”, dan kata-
katalain yang dapat merangsang anak untuk mau melihat objek yang sedang
dibahas.
2. Questioning (Bertanya)
Pengalaman belajar berupa “bertanya” merupakan pemberian ruang yang
cukup untuk anak-anak agar mereka bertanya dan sekaligus memberikan
pelayanan yang baik dalam memberikan tanggapan atas setiap pertanyaan dari
anak-anak. Memberikan waktu atau kebebasan bagi anak untuk bertanya adalah
salah satu cara untuk mengasah anak memiliki sikap kritis dan peka terhadap
objek yang dilihat. Pertanyaan apapun yang muncul dari anak harus diberikan
penghargaan dengan memberikan tanggapan yang memuaskan mereka. Dan jika
anak-anak belum menunjukkan sikap kritis dengan indikator mereka mau
bertanya, maka pendidik atau orang tua perlu untuk menstimulus anak-anak agar
mau terlibat dalam pembelajaran melalui pertanyaan dan menemukan
jawabannya bersama-sama.
3. Collecting (Mengumpulkan)
Collecting merupakan langkah pembelajaran berupa proses mengulangi
suatu pekerjaan atau pengalaman belajar yang sama, baik dilakukan secara
mandiri maupun secara kolektif. Contohnya, anak-anak mengumpulkan kartu
bergambar untuk kemudian disusun menjadi pola gambar-gambar tertentu atau
mengumpulkan kerikil-kerikil di sekitar rumah atau sekolah untuk disusun
menjadi rumah-rumahan. Proses mengumpulkan kartu bergambar ini
memberikan kebebasan kepada anak sehingga secara natural mereka
mengalami pengalaman belajar berupa memunculkan ide kreatif yang semakin
berkembang. Untuk merangsang anak-anak agar mau mengumpulkan kartu
bergambar atau batu kerikil diperlukan stimulant atau support dari pendidik atau
orang tua. Stimulan bisa dalam bentuk kata-kata verbal maupun tindakan berupa
memberikan contoh dan manakala anak sudah melakukan kegiatan yang kita
kehendaki tak lupa diberikan pujian atas pekerjaan yang telah mereka lakukan.
4. Associating (Mengasosiasi)
Asosiasi merupakan kegiatan pembelajaran berupa pemberian
kesempatan sekaligus kepercayaan kepada anak agar mereka menghubungkan
berbagai kemampuan yang telah mereka miliki dengan pengetahuan baru yang
baru mereka dapatkan dari lingkungannya. Contohnya berikan kesempatan anak
untuk menempel gambar bagian-bagian tubuh binatang sehingga menjadi bentuk
atau gambar binatang yang utuh. Dalam proses menempel bagian-bagian tubuh
binatang tersebut guru atau para orang tua terus memberikan stimulus berupa
kata-kata menarik mengenai persamaan dan perbedaan atau membandingkan
bagian tubuh binatang dengan benda lain yang pernah anak pelajari atau kenali
sebelumnya. Misal saat anak menempel ekor binatang maka pendidik atau orang
tua bertanya dengan santai kepada anak, “ekor seperti apa sayang?”, saat
menempel mata, “mata bulat seperti apa sayang?”, saat menempel kaki, “kaki
hewan ini panjang seperti apa sayang?”, dan berikan kesempatan kepada anak
untuk menjawab dengan berbagai persamaan benda-benda yang telah mereka
kenali sebelumnya. Pengalaman belajar yang menurut perspektif orang dewasa
mungkin sangat sederhana ini sebenarnya memiliki kontribusi yang luar biasa
dalam mengembangkan kemampuan anak dalam menghubungkan atau
mengasosiasi berbagai pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki anak sebelumnya. Sehingga mereka akan terbiasa membangun
pemahaman-pemahaman baru yang ada di sekitar anak dengan pengetahuan
yang telah dimiliki.
5. Communicating (Mengkomunikasikan)
Kegiatan mengkomunikasikan yang dimaksud di sini adalah memberikan
kesempatan kepada anak agar mereka memberikan pendapat, argumen,
menjawab pertanyaan, atau menjelaskan atas setiap kegiatan atau karya yang
telah mereka lakukan atau buat. Kegiatan communicating ini dimaksudkan agar
anak memiliki keberanian dan kemampuan untuk menyampaikan atas setiap
capaian yang telah dilakukan. Proses komunikasi ini adalah proses
penguatanterhadappengetahuanbaru yang didapatkan oleh anak. Kegiatan
semacam ini juga dapat merangsang anak untuk dapat secara aktif
berkomunikasi dengan berbagai cara yang mereka mampui. Seperti
berkomunikasi verbal ataupun non verbal. Verbal contohnya seperti anak sudah
bisa menyampaikan atau menjelaskan hasil pekerjaan menggambarnya kepada
pendidik atau orang tua, semisal “ayah, gambar adik bagus kan?”, sambil anak
menunjukkan hasil menggambarnya. Non verbal misalnya dengan bahasa tubuh,
mimik wajah, isyarat dan lain-lain yang menggambarkan bentuk komunikasi
anak kepada guru atau orang tua mengenai pekerjaan yang telah anak lakukan.
C. Belajar dengan berdiskusi, berkomunikasi, konsultasi menurut al-Quran
Dalam Al-Qur‟an, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia
untuk selalu menggunakan akal dan memahami dan merenungi segala ciptaan
dan kebesaran Allah di alam ini. Antara lain seperti :
1. Q.S.Al-Ghasyiah: 17-20,

‫) َو ِإَلى‬19( ‫) َو ِإَلى اْلِج َب اِل َكْي َف ُنِص َبْت‬18( ‫) َو ِإَلى الَّس َم اِء َكْي َف ُر ِفَع ْت‬17( ‫َأَفاَل َيْنُظ ُروَن ِإَلى اِإْل ِب ِل َكْي َف ُخ ِلَقْت‬
)20( ‫اَأْلْر ِض َكْيَف ُس ِط َح ْت‬

Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana


diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah
peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi
peringatan” (QS. Al-Ghasiyah :88 :17-20)

Kandungan surah ini berisi tentang keterangan orang-orang kafir pada


hari kiamat, dan azab yang dijatuhka kepada mereka, keterangan tentang orang-
orang yang beriman serta keadaan surga yang diberikan kepada mereka sebagai
balasan. Kandungan ayat diatas adalah yang menjadi fokus dalam tulisan ini
adalah perintah Allah swt. kepada kaum musyrikin agar memperhatikan atau
mempelajari keajaiban ciptaan- cipaan-Nya. Ayat 17 - 20 surah al-Gasyiyah
tercakup di dalamnya beberapa nilai pendidikan yang sangat berhagra untuk
dijadikan sebagai dasar normatif pendidikan Islam, terutama dilihat dari
pendidikan lingkungan. Unta yang digambarkan oleh Allah pada ayat 17
memiliki karakter penurut, tawadu’, kreatif, bekerja keras, tidak mudah
menyerah menghadapi persoalan dan tidak membeda-bedakan. Karekter seperti
ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengembangan sdunia
pendidikan. Ayat 18 mencakup nilai kediplinan dan ketauhidan. Kedisplinan
terlihat pada benda-benda yang ada dilangit penempati posisi yang telah
ditetapkan kepadanya dan tidak pernah bergeser dari posisi itu sperti matahari,
bulan serta bintang-bintang. Juga mengandung- nilai-nilai ketauhidan, bahwa
langit yang demikian tinggi bisa eksis tanpa alat penyanggah, menunjukkan
bahwa ada kekuatan yang Maha Dahsyat sebagai penahannya, yakni Allah swt.
Sikap kedisplinan dan ketuhidan menjadi penentuh suksenya suatu pendidikan.
Tanpa kedisplinan dari seluruh yang terkait dari sebuah lembaga pendidikan
akan melahirkan pendidikan yang tidak berkualitas. Demikian pula pendidikan
yang tidak didasari dengan nilai-nilai ketuhidan akan melahirkan pendidikan
yang bebas nilai. Ayat 19 mencakup nilai-nilai pendidikan bahwa setiap orang
yang berilmu pengetahuan harusnya menjadi sumber nilai dan penegak
kebenaran, dari mereka.

Dengan demikian dalam ilmu pengetahuan dan matematika, konsep dan


prinsip yang digunakan dalam memahami dan mengukur peristiwa alam seperti
gempa bumi sebagai contoh guncangan bumi dalam ayat tersebut melibatkan
penggunaan ilmu pengetahuan dan matematika. Matematika, khususnya,
digunakan dalam pemodelan, analisis, dan peramalan seismik, yang
memungkinkan kita untuk memahami dan mengantisipasi gempa bumi. Sains
dan matematika juga digunakan dalam memahami fenomena alam dan kekuatan
alam yang dinyatakan dalam ayat-ayat tersebut. Meskipun tidak ada keterkaitan
langsung, ilmu pengetahuan dan matematika memiliki peran dalam memahami
dan menjelaskan peristiwa alam yang disebutkan dalam ayat-ayat tersebut.

2. Q.S.Qaf : 6-10

‫) َو األْر َض َم َد ْد َناَها َو َأْلَقْيَن ا ِفيَه ا َر َو اِس َي‬6( ‫َأَفَلْم َيْنُظُروا ِإَلى الَّسَم اِء َفْو َقُهْم َكْيَف َبَنْيَناَها َو َز َّيَّناَه ا َو َم ا َلَه ا ِم ْن ُف ُروٍج‬
‫) َو نزْلَنا ِم َن الَّسَم اِء َم اًء ُمَباَر ًك ا َفَأْنَبْتَنا ِبِه َج َّن اٍت‬8( ‫) َتْبِص َر ًة َوِذ ْك َر ى ِلُك ِّل َع ْبٍد ُمِنيٍب‬7( ‫َو َأْنَبْتَنا ِفيَها ِم ْن ُك ِّل َز ْو ٍج َبِهيٍج‬
)11( ‫) ِر ْز ًقا ِلْلِع َباِد َو َأْح َيْيَنا ِبِه َبْلَد ًة َم ْيًتا َك َذ ِلَك اْلُخ ُروُج‬10( ‫) َو الَّنْخ َل َباِس َقاٍت َلَها َطْلٌع َنِض يٌد‬9( ‫َو َح َّب اْلَح ِص يِد‬

Artinya : “Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada di


atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya dan
tidak terdapat retak-retak sedikit pun?, Dan bumi yang Kami hamparkan dan
Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan
di atasnya tanam-tanaman yang indah, untuk menjadi pelajaran dan peringatan
bagi setiap hamba yang kembali (tunduk kepada Allah)”, Dan dari langit Kami
turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu
pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen, Dan pohon kurma
yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. (QS. Qaf :
50: 6-10)

Kesimpulan Ayat-ayat ini menyoroti penciptaan manusia dan pertanyaan


yang diajukan oleh manusia tentang kemampuan Allah dalam menghidupkan
kembali manusia setelah dia menjadi tulang-belulang yang hancur. Meskipun
tidak ada keterkaitan langsung dengan matematika dan sains, perenungan atas
ayat-ayat ini dapat memberikan kesempatan untuk merenungkan keajaiban
penciptaan, yang dalam konteks modern seringkali memanfaatkan pengetahuan
ilmiah, termasuk bidang-bidang seperti biologi, fisika, dan kimia.

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan matematika, kita dapat


memahami lebih baik cara kerja alam semesta dan penciptaan melalui metode
ilmiah. Oleh karena itu, sains dan matematika dapat membantu dalam
pemahaman lebih mendalam tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang
dinyatakan dalam ayat-ayat tersebut.

3. QS. Al-An’am Ayat 95

)95( ‫ِم َن اْلَم ِّيِت َو ُم ْخ ِر ُج اْلَم ِّيِت ِم َن اْلَحِّي ۗ ٰذ ِلُك ُم ُهّٰللا َفَاّٰن ى ُتْؤ َفُك ْو َن‬

Artinya : “ Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan


biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kamu
masih berpaling?”.(QS. Al-An’am : 6 :95)

Kesimpulan dari ayat ini menggambarkan tanda-tanda kekuasaan Allah


dalam penciptaan alam semesta, khususnya dalam hal proses alam seperti angin,
hujan, dan pemulihan kehidupan di tanah yang gersang. Meskipun ayat ini tidak
secara eksplisit berkaitan dengan matematika atau sains, ia mencerminkan
sebagian besar konsep ilmiah yang terkait dengan gejala alam. Sains dan
matematika memiliki peran penting dalam pemahaman dan eksplanasi proses-
proses alam seperti siklus air, peran angin dalam penyebaran benih, dan proses
pertumbuhan tanaman. Ilmuwan menggunakan metode ilmiah dan matematika
untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja, termasuk proses-proses yang
disebutkan dalam ayat ini. Oleh karena itu, ayat ini dapat dianggap sebagai
tanda-tanda keajaiban alam yang dapat dipelajari lebih lanjut melalui ilmu
pengetahuan dan matematika, meskipun ayat tersebut tidak secara langsung
membahas kaitan matematika atau sains

4. QS. Al-Anbiya Ayat 66-67


‫) ُثَّم ُنِكُس وا َع َلى ُر ُء وِس ِهْم َلَق ْد َع ِلْم َت َم ا َه ُؤالِء‬64( ‫َفَر َج ُعوا ِإَلى َأْنُفِس ِهْم َفَق اُلوا ِإَّنُك ْم َأْنُتُم الَّظ اِلُم وَن‬
‫) ُأٍّف َلُك ْم َو ِلَم ا َتْعُب ُد وَن‬66( ‫) َقاَل َأَفَتْعُبُد وَن ِم ْن ُدوِن ِهَّللا َم ا اَل َيْنَفُع ُك ْم َش ْيًئا َو ال َيُض ُّر ُك ْم‬65( ‫َيْنِط ُقوَن‬
)67( ‫ِم ْن ُدوِن ِهَّللا َأَفال َتْع ِقُلوَن‬

Artinya : “Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan


lalu berkata, "Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri
sendiri)." Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (dan
berkata), "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-
berhala itu tidak dapat berbicara.” Ibrahim berkata, "Maka mengapakah kalian
menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun
dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kalian?” Ah (celakalah) kalian dan
apa yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak memahami.”

Kesimpulan dari ayat-ayat ini membicarakan kebesaran dan


kebijaksanaan Allah, serta mengemukakan bahwa tidak ada permisalan yang
dapat sepenuhnya mencakup dan mewakili-Nya. Ini adalah pengakuan tentang
keunikan dan keagungan Allah. Sains dan matematika adalah alat yang
digunakan oleh manusia untuk memahami alam semesta dan proses-proses yang
terjadi di dalamnya. Namun, dalam konteks ayat-ayat ini, Allah dinyatakan
sebagai sesuatu yang tidak dapat dimisalkan. Meskipun sains dan matematika
dapat membantu kita memahami sebagian dari penciptaan Allah, mereka tidak
dapat mencakup sepenuhnya keagungan dan keunikan-Nya.

Dalam pengenalan matematika dan sains, kita dapat mengamati tanda-


tanda kebesaran Allah dalam alam semesta dan memahami bagaimana proses-
proses alam berfungsi. Namun, kita juga harus selalu mengingat bahwa sains
dan matematika hanya merupakan upaya manusia untuk merenungkan ciptaan-
Nya dan tidak dapat mencakup sepenuhnya keagungan-Nya, seperti yang
dinyatakan dalam ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, ayat-ayat ini
mempromosikan kesadaran akan kebesaran Allah dan mengajak manusia untuk
merenungkanNya di luar batas ilmu pengetahuan manusia.

D. Belajar dengan cara meniru seperti Qabil yang meniru burung gagak
untuk menggali tanah dan menguburkan saudaranya yang telah mati.
Menurut tafsir Ilmi ayat tersebut dijelaskan bahwa dikisahkan Qabil bin
Adam tidak mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap jenazah saudaranya
Habil yang telah dibunuhnya. Dia tanpa tujuan membawa tubuh saudaranya dan
berusaha menyembunyikan tubuh saudaranya. Penyesalan mendalam kini
menggantikan kemarahan yang awalnya membara. Dia sangat lelah memikul
beban yang mulai berbau seperti itu. Kemudian Allah mengirim dua burung
gagak ke hadapan Qabil. Kedua burung gagak mulai berkelahi sampai salah satu
dari mereka meninggal. Gagak menang kemudian mulai menggali lubang di
tanah dengan paruh dan cakarnya. Kemudian dia mendorong burung mati itu dan
menutupinya dengan pasir. Qabil melihat semua kejadian tersebut hingga dapat
menguburkan saudaranya. Ini adalah penguburan manusia pertama di dunia.
Kejadian ini bermula ketika ayah mereka meminta Qabil dan Habil untuk
berkorban kepada Allah swt .
Sejarah tersebut diabadikan didalam Al-Qur’an Kita sebagai manusia
hendaknya bersyukur atas pelajaran yang diajarkan gagak atas petunjuk Allah,
karena jasanya mengajari orang cara menguburkan orang mati. Selain itu, kita
harus menghargai dan menghormati burung ini. Namun, dalam fikih dianggap
gagak adalah salah satu hewan yang bisa dibunuh di antara banyak hewan
lainnya, dan tidak terkecuali di tanah Haram. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim yang artinya “Ada lima hewan
(bertabiat) buruk yang boleh dibunuh di tanah halal maupun di tanah haram.
Mereka itu adalah ular, burung gagak berbulu campuran antara hitam dan putih,
tikus, anjing ganas, dan kalajengking. (Riwayat Muslim dari „Ā'isyah), (Delfiah,
2023).
Kesimpulan dari kisah ini, tidak ada kaitan langsung antara matematika
dan sains. Kisah ini lebih menyoroti konflik antara kebaikan dan kejahatan, serta
dampak buruk dari tindakan dosa. Kisah ini lebih berfokus pada nilai moral dan
etika daripada aspek matematika atau sains. Namun, secara lebih umum, dalam
kehidupan sehari-hari, kita belajar dari pengalaman dan kadang-kadang meniru
tindakan atau solusi yang kita lihat dari orang lain. Ini bisa berlaku dalam
berbagai konteks, termasuk matematika dan sains, ketika kita belajar dari orang
lain dan meniru metode atau pendekatan yang efektif. Misalnya, dalam
pembelajaran matematika, siswa sering kali meniru langkah-langkah yang
diajarkan oleh guru atau mengikuti buku pelajaran. Namun, kisah Qabil dan
Habil lebih menyoroti pelajaran moral. Tentang kejahatan, penyesalan, dan
keadilan daripada penggunaan matematika dan sains dalam konteks tertentu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stategi pembelajaran matematika pada anak usia dini dapat dilakukan


dengan berbagai cara. Permendikbud No. 137 Tahun 2014: Bahwa Strategi
Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini ada Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan nya yaitu:

1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh


2. Mengenal konsep bilangan mengenal lambang bilangan
3. Menyebutkan lambang bilangan 1-10.
4. Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung.
5. Mencocokkan lambang bilangan dengan bilangan.

Salah satu strategi menarik yang dapat dicoba untuk menciptakan suasana
pembelajaran Anak usia dini yang menarik dan menyenangkan namun tetap
berorientasi pada tujuan pembelajaran adalah strategi pembelajaran sains dengan
pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan
keterampilan proses belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Strategi ini
menawarkan langkah-langkah sistematis dalam proses pembelajaran, yaitu
Observing (mengamati), Questioning (menanya), collecting (mengumpulkan),
Associating (mengasosiasi), dan Communicating (mengkomunikasikan).

Belajar dengan berdiskusi, berkomunikasi, konsultasi menurut al-Quran


dalam surah Al-Ghasiyah ayat 17-20, surah Qaf ayat 6-10, Surah Al-An’am ayat 95,
surah Al-Anbiya’ ayat 66-67.

B. Saran
Saran kami kepada calon-calon guru untuk slalu memperhatikan apa
yang anda ajarkan kepada anak usia dini.

Anda mungkin juga menyukai