1. Konsep dasar
Radikalisme secara sederhana merupakan Gerakan yang menggunakan kekerasan untuk mengganti
tatanan di dalam suatu negara. Radikalisme selalu akrab dengan aksi terorisme mengingat keduanya
merupakan dua hal yang saling terikat. Dalam melancarkan aksinya, orang-orang dengan paham radikal
melakukan kekerasan yang diharapkan dapat menimbulkan ketakutan yang hasil akhirnya adalah
tunduknya masyarakat sehingga dapat melancarkan aksinya untuk mengubah tatanan suatu negara. Secara
historis, radikalisme tumbuh subur dengan adanya politik yang menekankan pada otoriterisme pada
prakteknya tetapi kemudian ia berkembang dengan baik pada beberapa kepercayaan yang penganutnya
berpegang buta pada keyakinan semunya. Dalam sudut padang politik, radikalisme hadir karena
ketidakpuasan kelompok tertentu dalam masyarakat yang putus asa sehingga dalam bayangan
kolektifnya, mereka berpikir untuk mengubah system yang ada dengan kekerasan. Orang-orang seperti ini
tidak mempercayai konsep evolusi dalam perubahan, mereka memandang bahwa revolusi merupakan
satu-satunya jalan dalam mengubah tatanan masyarakat. Revolusi adalah jalan pintas sehingga mereka
memandangnya sebagai kunci untuk mencapai tujuan.
Radikalisme jika dilihat dari sudut pandang kewargangaraan merupakan masalah bagi demokrasi negara
Indonesia. Paham radikalisme berbanding dengan nilai-nilai Pancasila yang telah disepakati Bersama
menjadi ideologi bangsa Indonesia. Konsistensi dalam penerapan nilai Pancasila merupakan kunci dari
mengatasi radikalisme yang mengakar di Indonesia. Radikalisme merupakan atitesis dari Pancasila yang
mengancam keberlangsungan pemerintahan yang sah di Indonesia. Indonesia yang berlandaskan pada
Pancasila pada praktiknya mengizinkan semua agama masuk dan dipraktikkan sehingga tercipta suatu
instrumen keselarasan yang merupakan amanat dari pendiri bangsa Indonesia melalui Pancasila.
2. Pengertian
Secara etimologis, radikalisme berasal dari kata dalam radical yang berarti mengakar atau hingga ke
akar-akarnya. Dalam KBBI, Radikalisme memiliki arti tekstual pada, atau aliran yang radikal dalam
politik dan paham yang menginginkan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan kekerasan
yang drastis. Pengertian dari KBBI dan juga penegrtian etimologis tidaklah dapat secara gamblang dapat
merangkum luasnya bidang yang telah mengancam kedaulatan negara dan mempertinggi potensi
disintegrasi negara ini. Berikut merupakan pengertian radikalisme menurut beberapa ahli yang dapat
memberikan setitik pemahaman tentang bagaimana para ahli memandang radikalisme dalam sudut
pandang keilmuannya
A. Sartono Kartodiarjo
Sartono Kartodiharjo merupakan seorang Sejarawan yang mengabdikan sebagai seorang pioneer dalam
bidangnya mengenai sejarah Indonesia pasca kolonialisme. Dalam pandangannya, Ia mengartikan
radikalisme sebagai sebuah Gerakan social yang didasarkan atas kekesalan dalam bentuk moral yang
mengakar begitu kuat dengan fokus utamanya adalah melawan orang-orang yang memilki kekuasaan
yang sah di dalam suatu wilayah. Ia memandang bahwa radikalisme merupakan sebuah Gerakan social
yang berfokus pada kekerasan untuk mencapai tujuannya.
B. Mohammad Hasan Khalil
Berbeda dengan Sartono yang memandang radikalisme sebagai sebuah Gerakan social yang secara
kolektif dilakukan atas dasar rasa kekecewaan yang mendalam maka Mohammad Hasan Khalil
memandang bahwa radikalisme itu dapat dipecah menjadi dua jenis. Ia menjelaskan jenis pertamanya
bahwa radikalisme merupakan sebuah paham belaka namun Ketika paham itu melahirkan sebuah aksi
bersenjata yang dapat mengancam disintegrasi suatu negara atau yang ia sebut sebagai violent radicalism
seperti yang dilakukan oleh Osama Bin Laden saat ia melakukan terror dengan cara mengebom dua
Menara kembar yang menjadi objek vital bagi Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri aksi radikalisme
yang diwujudkan secara nyata dapat dilihat pada kasus terorisme yang dilakukan oleh kelompok Santoso
di Poso. Santoso secara mendalam memiliki pemahaman yang mengakar kuat terhadap salah satu
keyakinan dan ia pernah mewujudkan pemahaman itu dengan cara meminta salah satu anak buahnya
untuk membunuh sebagai suatu mahar. Radikalisme selayaknya dengan paham-paham lain yang
mengakar memang berbahaya tetapi dengan mewujudkan pemikiran yang mengakar kuat tersebut
kedalam Tindakan agresif nan anarkis maka apa yang dilakukan oleh Santoso ini memenuhi kriteria
pengertian radikalisme dalam kacamata Mohammad Hasan Khalil.
3. Urgensi
Memahami mengapa radikalisme berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara merupakan tugas
Bersama bagi segenap rakyat Indonesia mengingat berbagai serangan rentetan terror akibat
paham yang mengakar kua seperti radikalisme pernah terjadi di Indonesia, selayaknya apa yang
Bapak pendiri bangsa kita katakan “jangan pernah sekali-kali melupakan sejarah”. Selama
beberpa decade terakhir, serangan terorisme yang mengancam keamanan dan kedaulatan negara
banyak terjadi. Dimulai dari kelompok Kartosuwiryo yang secara berapi-api ingin mengubah
ideologi bangsa Indonesia hingga serangan terror bom Bali oleh kelompok Imam Samudra yang
mencoreng nama Indonesia di mata internasional. Efeknya, pada satu titik tertentu hubungan
antara Indonesia dan Australia memanas. Stigma bahwa Indonesia merupakan negara yang tidak
aman juga melekat pada masa itu, secara jangka Panjang hal tersebut dapat menurunkan minat
masyarakat dunia terhadap pariwisata di Indonesia, utamanya di Bali. Sayangnya, bom bali bukan
merupakan tragedi berdarah terakhir akibat dari radikalisme yang menjangkit jiwa-jiwa generasi
muda bangsa. Seperti sebuah rantai yang saling terikat satu sama lain, kejadian seperti Bom
Pamulang 2005 hingga pengeboman tiga gereja di Surabaya pada tahun 2013 menjadi cermin
bahwa upaya pemerintah baik preventif maupun represif yang selama ini dilakukan tidak banyak
membuahkan hasil yang berarti. Bisa dikatakan pemerintah gagal total dalam menangkal dan
menyentuh akar utama dari radikalisme itu sendiri. Pancasila merupakan ideologi final dari
negara ini semnetara radikalisme yang mengakar kuat merupakan antithesis dari ideologi utama
bangsa ini.
Lalu apa urgensi dari membahas kasus “usang” yang selalu memakan korban ini? Ironinya, para
generasi penerus bangsa seperti mahasiswa-mahasiswi banyak yang menjadi partisipan dalam
Gerakan terorisme dimulai dari kampus tempat mereka menimba ilmu. Faktanya, dalam paham-
paham radikalisme melebarkan sayapnya dengan melakukan perekrutan, pengaderan, hingga
sosialisasinya di internal kampus-kampus dalam negeri. Indonesia sendiri telah melakukan upaya
pendalam ideologi Pancasila dengan cara mengeluarkan UU No. 12 tahun 2012 yang mewajibkan
bahwa setiap mahasiswa wajib mengikuti Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan yang secara kontradiktif justru banyak sekali Gerakan-gerakan radikalisme
tumbuh sekalipun telah ada upaya preventif yang dilakukan. Mahasiwa merupakan pion penting
dalam perubahan besar yang terjadi di Indonesia. Tahun 1998, kekuatan mahasiswa telah dapat
membalikkan keadaan penuh korupsi, kolusi dan nepotisme dan mengubah sejarah Indonesia
yang selalu bergumul dengan orde baru menjadi reformasi.
Masuknya paham radikalisme pada mahasiswa merupakan alarm yang memberikan alarm buruk
yang wajib diwaspadai karena pada sepak terjangnya, radikalisme menjadi antithesis dalam
mengamalkan Pancasila di kehidupan sehari-hari. Dalam menangkal radikalisme yang kuat
diperlukan pemahaman dan pengamalan Pancasila yang dipupuk sejak dini. Nilai-nilai yang ada
di Pancasila tidak semerta-merta disusun hanya berdasarkan kebutuhan pada masa itu, nilai-nilai
Pancasila disusun berdasarkan kebutuhan bangsa Indonesia di masa depan termasuk di dalamnya
dalam menangkkal radikalisme.
Radikalisme bersumber pada intoleransi pada kepercayaan orang yang jika dibiarkan maka akan
menjadi sumber dari banyaknya kekerasan dan pelanggaran HAM di Indonesia. Maka penting
untuk mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila pada partikel terkecil dalam hidup kita.
Pancasila tidak hanya jadi pedoman, ia harus menjadi penentu dalam Langkah kita kedepannya
bagaimana keputusan yang kita ambil akan selalu searah dengan nilai-nilai Pancasila kedepannya.
Dalam praktiknya, mencegah seharusnya lebih baik daripada mengobati. Harusnya mencegah
paham ini agar tidak masuk dan mengakar kuat di Indonesia lebih mudah dan efektif daripada
harus menangani berbagai aksi kerusuhan dan penjarahan yang jauh dari nilai-nilai Pancasila.
Selayaknya, nilai Pancasila harus senantiasa dipegang warga Indonesia dimanapun berada dan
apapun latar belakangnya.