Anda di halaman 1dari 40

Pedoman Teknis

Audit Investigatif
Inspektorat Provinsi NTB
Background
Pengawasan
Poor Governance (Assurance)

Dominasi kekuasaan sepihak APIP

Audit
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Investigatif

Rendahnya Kinerja Aparatur Good


Governance
Negara
Background – Tugas APIP

Memberikan keyakinan yang memadai atas


ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
pencapaian tujuan

Peran Memberikan peringatan dini dan meningkatkan


APIP efektivitas manajemen risik

Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola


Maksud dan Tujuan
Maksud Tujuan
Memberikan panduan bagi Tercapainya hasil investigasi yang
segenap auditor agar memiliki berkualitas dan memberikan
persepsi yang sama dalam manfaat bagi pihak-pihak yang
merencanakan, melaksanakan berkepentingan (stakeholders)
dan mengendalikan penugasan dalam pengambilan keputusan
audit investigasi dan penetapan kebijakan yang
berkaitan dengan penanganan
masalah kasus dan/atau perkara.
Sasaran

Kegiatan-kegiatan yang didalamnya diduga terjadi


penyimpangan dari peraturan yang berlaku
Ruang Lingkup

Ruang lingkup penugasan audit investigasi tidak


terbatas terhadap kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara
Sumber Informasi
Pengembangan Hasil Audit

Laporan/Pengaduan

Perintah Menteri, Inspektur Jenderal dan Permintaan Pimpinan


Auditi/instasi Lainnya

Permintaan BPK-RI atau Aparat Penegak Hukum (APH)


Pelaksanaan

Pra-
Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan
Perencanaan
Pra-Perencanaan
Pra Perencanaan
Penilitian
Simpulan
Pengumpulan awal
informasi
Analisis

Efisiensi Hipotesa
Simpulan sumber daya penyimpangan

Cukup
informasi
Tahap Awal kegiatan
Pra-Perencanaan
Pengembangan Hasil Audit

Hasil telaah yang


memenuhi kriteria
diekspose secara
Pejabat Eslon II internal menghadikan
melakukan telaah Inspektur Pembantu
hasil pengawasan Khusus serta PFA
sesuai keriteria bidang khusus/lainnya

1. Hasil telaah harus memenuhi kriteria (5W + 1H).


Catatan

2. Hasil Ekspose dituangkan ke dalam Risalah Hasil Ekspose.


3. Kriteria yang dapat ditindak lanjuti
• Penyimpangan peraturan perundang-undangan atau penyalahgunaan wewenang
• Adanya indikasi kerugian keuangan negara
Pra-Perencanaan
Permintaan Pimpinan Objek Penugasan

Hasil telaah yang


memenuhi kriteria
diekspose secara
Pejabat Eslon II internal menghadikan
melakukan telaah Inspektur Pembantu
hasil pengawasan Khusus serta PFA
sesuai keriteria bidang khusus/lainnya

1. Hasil telaah harus memenuhi kriteria (5W + 1H)


Catatan

2. Kriteria yang dapat ditindak lanjuti


• Penyimpangan peraturan perundang-undangan atau penyalahgunaan wewenang
• Adanya indikasi kerugian keuangan negara
Pra-Perencanaan
Pengaduan dari Masyarakat
Pengujian kelayakan
diadakannya audit
investigative
Atas masalah/kasus berdasarkan RSE
yang akan diaudit,
dilakukan ekspos
Inspektur kepada Inspektur untuk
mendisposisikan mendapatkan simpulan
permintaan audit dilakukan audit
Pimpinan auditi investigasi kepada investigative atau tidak
menyampaikan perjabat terkait untuk
permintaan secara tertulis diproses lebih lanjut 3. Permintaan audit investigative dari
pimpinan auditi tidak dalam kondisi:
• Objek audit penugasan sedang
1. Kriteria permintaan pimpinan auditi yang memenuhi syarat diaudit oleh Badan Pemeriksa
dilakukannya audit investigatif: Keuangan (BPK)
Catatan

• Penyimpangan peraturan perundang-undangan atau • Objek audit sedang dalam proses


penyalahgunaan wewenang penyelidikan/penyidikanoleh Aparat
• Adanya indikasi kerugian keuangan negara Penegak Hukum (APH)
2. Prioritas pemenuhan permintaan pimpinan auditi adalah pimpinan • Terdapat gangguan terkait
yang membawahi objek strategis, material, dan menjadi sorota public. independensi kelembagaan
Pra-Perencanaan
Permintaan Instansi Penyidik

Tindak lanjut pada proses


audit investigative dengan
kriteria yang ada
Permintaan secara tertulis dan
Telaah dilakukan atas dasar ekspose oleh instansi penyidik
informasi dan permintaan sesuai
instansi penyidik sesuai
dengan kriteria yang ada

Next slide
Catatan
Pra-Perencanaan
Permintaan Instansi Penyidik

1. Telaah pada tahap 1 berfokus pada identifikasi apakah kasus yang dimintakan audit pernah
Catatan

dilakukan audit/reviu/evaluasi/monitoring dan bimbingan kerja oleh Inspektorat. Jika pernah, maka
dilakukan evaluasi resiko terkait independensi Inspektorat terkait. Dalam hal resiko independensi
Inspektorat terkait terganggu secara signifikan, maka permintaan penugasan tersebut harus ditolak.
2. Permintaan penugasan dapat terpenuhi apabila proses hokum sedang berada pada tahap
penyelidikan
3. Kriteria pada tahapan ke-3 adalah:
• BPK atau APIP lainnya sedang atau sudah melakukan audit investigative atas prihal yang sama
• Instansi penyidik lainnya sedang atau telah melakukan penyelikan atas kasus yang sama
• Proses hokum terhadap objek penugasan yang dimintakan audit investigative berada pada
tahap penyidikan
• Penyidikan pada gangguan terhadap independensi lemabaga terkait
Perencanaan
Perencanaan
Pada tahapan ini, auditor harus:

Menetapkan Mengidentifikasi
sasaran, ruang Mengembangkan pendekatan,
lingkup dan alokasi hipotesis prosedur, dan
sumber daya teknik audit

Merumuskan
Penilaian dan
prosedur dan
analisis resiko
langkah kerja
Perencanaan
Penggunaan tenaga ahli

Auditor merancang prosedur


Penugasan audit investigasi pengendalian yang memadai
dapat didukung oleh tenaga ahli untuk memastikan hasil
pada bidang terkait pekerjaan tenaga ahli
mendukung audit investigatif
Perencanaan
Penggunaan tenaga ahli

Pengumpulan dan evaluasi bukti yang memerlukan bantuan teknis/keahlian yang tidak dimiliki
oleh tim audit, maka dapat menggunakan tenaga ahli yang dibutuhkan dalam penugasan

Tim audit harus melakukan komunikasi intensif dengan tenaga ahli tersebut guna memperoleh
pemahaman yang cukup guna meminimalkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan
kesalahan penafsiran hasil pekerjaan dan/atau informasi yang disampaikan oleh tenaga ahli
terkait
Tim audit sebelumnya harus melaksanakan penilaian kualifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan
tersebut. Kualifikasi tenaga ahli sekurang-kurangnya meliputi namun tidak terbatas pada tingkat
pendidikan, sertifikasi dan pengalaman tenaga ahli yang relevan dengan penugasan audit
investigatif. Tim audit juga harus menilai kualitas data/informasi yang dihasilkan dari
penggunaan tenaga ahli terkait serta proses pelaksanaan keahlian terhadap kebutuhan
informasi audit investigatif dimaksud
Perencanaan - Catatan
Setiap penugasan audit investigasi harus dinyatakan dalam Surat Tugas
yang berlaku di lingkungan Inspektorat.

Setiap penugasan audit investigasi harus diselesaikan tepat waktu.

Surat tugas audit harus mencakup sasaran audit investigatif

Biaya audit investigatif dapat menjadi beban DPA inspektorat dan/atau


mitra kerja atas izin inspektur
Dalam hal terdapat penolakan audit investigasi, inspektur berkoordinasi
dengan Pimpinan Objek Penugasan yang lebih tinggi kedudukannya.
Apabila tetap menolak, inspektur menyampaikan prihal penolakan
audit kepada Gubenur. Jika teratasi maka audit dapat dilanjutkan
Pengumpulan, Pengujian
dan Evaluasi Bukti
Pengumpulan, Pengujian dan Evaluasi Bukti
Dalam melaksanakan audit investigasi, auditor harus mengumpulkan
bukti yang relevan, kompeten, dan cukup guna mendukung kesimpulan
dan temuan audit investigasi.

Fokus pada upaya pengujian hipotesis untuk mengungkapkan:


a. Fakta-fakta dan proses kejadian;
b. Sebab penyimpangan;
c. Pihak-pihak yang terkait (terlibat atas penyimpangan); dan
d. Dampaknya.
Pengumpulan, Pengujian dan Evaluasi Bukti

Dalam jangka waktu yang


telah ditetapkan
permintaan bukti-bukti
Ketua tim yang bertugas membuat tersebut belum dipenuhi
surat permintaan kedua yang dan dituangkan di dalam
ditujukan kepada pejabat yang Berita Acara, maka
berwenang dengan menyebutkan Inspektur dapat
Auditi tidak segera memenuhi menghentikan sementara
bukti-bukti yang diminta batas waktu untuk memenuhi
permintaan bukti-bukti tersebut audit investigasi
(maksimal 2 (dua) hari atau selama
waktu tertentu )
Pengumpulan, Pengujian dan Evaluasi Bukti
Dalam mengevaluasi bukti, auditor harus:

Menguji atau mengevaluasi seluruh bukti yang dikumpulkan dengan memperhatikan urutan
proses kejadian dan kerangka waktu kejadian yang dijabarkan dalam bentuk bagan arus
kejadian (flow chart) atau narasi pengungkapan fakta dan proseskejadian

Menilai keabsahan bukti yang dikumpulkan selama pelaksanaan audit

Menilai kesesuaian bukti dengan hipotesis

Mengidentifikasi, mengkaji, dan membandingkan semua buktiyang relevan dan


mengutamakan hakikat dari pada bentuk, serta mengembangkan dan menguji hipotesis
dengan maksud untuk mengevaluasi permasalahan selama dalam penugasan
Pengumpulan, Pengujian dan Evaluasi Bukti
Tim audit investigatif harus selalu menjaga kesinambungan penguasaan bukti
(chain of custody) dan mengembangkan serangkaian pengawasan atas sumber,
kepemilikan, dan penyimpanan semua bukti yang berkaitan dengan penugasan
audit investigatif

Bukti audit kemudian dianalis dan dievaluasi menggunakan kertas kerja /


worksheet audit investigative (WAI). WAI sekurang-kurangnya memuat hal-hal:

• Uraian Kronologi Fakta


• Referensi Bukti
• Kriteria (Peraturan perundang-undangan yang relevan)
• Analisis Penyimpangan
• Evaluasi bukti
• Langkah tindak lanjut
• Pembuktian (dokumen/bukti)
Pengumpulan, Pengujian dan Evaluasi Bukti
Pada setiap tahap audit, pekerjaan auditor harus disupervisi secara memadai
untuk menjamin kualitas luaran audit investigatif. Supervisi ini dapat
berbentu review berjenjang. Berikut ini tahapan review berjenjang:

Tingkat tim dipimpin oleh ketua tim audit.

Tingkat Inspektur Pembantu dikoordinasikan dan dipimpin oleh


pengendali teknis pada bidang Irbansus yang menangani kasus.

Tingkat Inspektorat Daerah dikoordinasikan dan dipimpin oleh Inspektur


Pembantu.
Hasil pembahasan dituangkan dalam dokumen risalah pembahasan
intern berisi simpulan bahwa audit telah cukup/memadai ATAU masih
memerlukan prosedur audit tambahan
Pengumpulan, Pengujian dan Evaluasi Bukti
Inspektur Pembantu harus melakukan pengendalian yang memadai
terhadap setiap penugasan audit investigatif terutama untuk
penugasan yang sudah melampaui batas waktu agar diidentifikasi
hambatan serta kendala yang dihadapi, dan melaporkan hambatan
serta kendala tersebut kepada Inspektur
Dalam hal audit investigatif sedang berlangsung dan dijumpai kondisi yang tidak
diharapkan, maka ditempuh langkah sebagai berikut:
1. Tim audit melaporkan kondisi tersebut kepada Inspektur selaku penanggung jawab
untuk memberhentikan penugasan
2. Jika Inspektur tidak bisa mengatasinya, maka harus melaporkan kepada Gubenur
3. Saat audit berlangsung dan penyidik meningkatkan status penyelidikan menjadi
penyidikan, maka audit investigatif dihentikan dengan menerbitkan laporan dalam
bentuk surat.
Pelaporan dan
Pengkomunikasian Hasil Audit
Pelaporan
Hasil audit investigatif berupa Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) yang
berisi pengungkapan fakta penyimpangan dan proses kejadian, penyebab, dan
dampak penyimpangan berupa kerugian keuangan Negara /Daerah serta
rekomendasi.

Laporan hasil audit investigatif harus menyatakan secara tertulis bahwa kegiatan
audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit.

Inspektorat dilarang menerbitkan laporan hasil audit investigatif apabila


terdapat ketidakcukupan bukti yang menimbulkan risiko audit.

Apabila terdapat pembatasan audit yang berisiko terhadap hasil audit, serta
berbagai kualifikasi yang lain, harus diungkapkan dalam laporan.
Pelaporan – Bentuk
Surat Bab
• hasil audit investigatif tidak menjumpai • Terdapat penyimpangan yang
adanya penyimpangan (hipotesis tidak memerlukan tindak lanjut, (contohnya
terbukti). kasus berindikasi tindak pidana korupsi
(hipotesis terbukti)).
• Sebelum LHAI terbit terdapat tindak
lanjut berupa pengembalian/ penyetoran
atas kerugian keuangan negara ke Kas
Negara/Daerah, maka inforrnasi tindak
lanjut tersebut harus diungkapkan dalam
LHAI.
• LHAI bentuk bab disampaikan kepada
Inspektur untuk diteruskan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan disertai
dengan Nota Dinas.
Pelaporan Berdasarkan Sumber Pengaduan
Pengaduan dari Masyarakat dan Permintaan Instansi Penyidik

• Adanya kerugian keuangan negara dan berdasarkan hasil ekspose dengan


Instansi Penyidik disimpulkan berindikasi TPK terlebih dahulu disampaikan
kepada Inspektur untuk dilakukan penelaahan sebelum dikirimkan kepada
Pimpinan Instansi Penyidik, Atasan Instansi Penyidik di tingkat pusat, dan
pihak-pihak Iain yang berkepentingan dengan pelaksanaan tindak lanjut LHAI.
• adanya kerugian keuangan negara, tetapi berdasarkan hasil ekspose dengan
Instansi Penyidik disimpulkan tidak berindikasi Tindak Pidana Korupsi (Non-
tindak pidana korupsi) melainkan hanya disebabkan kesalahan administrasi,
terlebih dahulu disampaikan kepada Inspektur untuk dilakukan penelaahan
sebelum disampaikan kepada Pimpinan Objek Penugasan untuk ditindaklanjuti
dengan tindakan koreksi manajemen, dengan tembusan laporan disampaikan
kepada Atasan Objek Penugasan dan Atasan Instansi Penyidik serta pihak-
pihak Iain yang berkepentingan dengan pelaksanaan tindak lanjut LHAI.
Pelaporan Berdasarkan Sumber Pengaduan
Pengembangan Kegiatan Pengawasan

• LHAI yang berasal dari pengembangan hasil kegiatan pengawasan dan


permintaan pimpinan Objek Penugasan yang memuat adanya penyimpangan
yang berpotensi merugikan keuangan negara, maka LHAI disampaikan kepada
Sekretaris Daerah cq Bagian Hukum untuk dilakukan penelaahan sebelum
disampaikan kepada Pimpinan Objek Penugasan untuk diserahkan kepada
Instansi Penyidik
• LHAI yang berasal dari pengembangan hasil kegiatan pengawasan dan
permintaan Objek Penugasan yang memuat adanya kerugian keuangan negara,
tetapi tidak berindikasi Tindak Pidana Korupsi atau hanya disebabkan
kesalahan administrasi, disampaikan kepada Inspektur untuk dilakukan
penelaahan sebelum disampaikan kepada Pimpinan Objek Penugasan untuk
ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku, serta disampaikan kepada
Atasan Objek Penugasan dan pihak-pihak Iain yang berhubungan dengan
pelaksanaan tindak lanjut LHAI
Pengkomunikasian
• Pengkomunikasian hasil audit kepada pihak yang berkepentingan
dilakukan setelah dilakukan pembahasan intern (Unit Kerja)
• Pengkomunikasian hasil audit kepada pihak yang berkepentingan
merupakan tahap pembicaraan akhir dengan pimpinan Objek
Penugasan sebagaimana diatur dalam standar audit.
• Pembahasan hasil audit dilakukan apabila terdapat ìnformasi yang
belum diuji/dievaluasi auditor pada tahapan evaluasi bukti dan
baru disampaikan oleh pimpinan Objek Penugasan pada tahap ini.
Apabila informasi tersebut mempengaruhi simpulan hasil audit,
auditor mempertimbangkan untuk mengevaluasi informasi
tersebut secara seimbang dan objektif serta menyajikan secara
memadai informasi tersebut dalam laporan hasil audit.
Pengkomunikasian
• Pengkomunikasian hasil audit kepada pihak yang berkepentingan dilakukan
setelah dilakukan pembahasan intern (Unit Kerja)
• Pengkomunikasian hasil audit kepada pihak yang berkepentingan merupakan
tahap pembicaraan akhir dengan pimpinan Objek Penugasan sebagaimana
diatur dalam standar audit.
• Pembahasan hasil audit dilakukan apabila terdapat ìnformasi yang belum
diuji/dievaluasi auditor pada tahapan evaluasi bukti dan baru disampaikan oleh
pimpinan Objek Penugasan pada tahap ini. Apabila informasi tersebut
mempengaruhi simpulan hasil audit, auditor mempertimbangkan untuk
mengevaluasi informasi tersebut secara seimbang dan objektif serta menyajikan
secara memadai informasi tersebut dalam laporan hasil audit
• Media pengkomunikasian hasil audit dapat berupa ekspose atau pertemuan
dengan pimpinan Objek Penugasan
Pengkomunikasian
Pengembangan Hasil Pengawasan

• Tim Audit Investigatif mengkomunikasikan hasil audit kepada Pimpinan


Objek penugasan atau Atasan Pimpinan Objek Penugasan dengan
melakukan ekspose. Hasil ekspose dituangkan dalam Risalah Hasil Ekspose
(Akhir)
• Apabila hasil audit menyimpulkan adanya penyimpangan yang berpotensi
merugikan keuangan negara, auditor menyampaikan rekomendasi agar
Pimpinan Objek Penugasan atau Atasan Pimpinan Objek Penugasan (apabila
Pimpinan Objek Penugasan termasuk pihak yang terkait) menindaklanjuti
hasil audit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengkomunikasian
Permintaan Instansi Penyidik

• Tim Audit mengkomunikasikan hasil audit investigatif dengan Instansi


Penyidik yang meminta bantuan audit dengan melakukan ekspose.
• Ekspose dilakukan atas hasil audit yang menyimpulkan adanya
penyimpangan berpotensi merugikan keuangan negara maupun tidak adanya
penyimpangan yang berpotensi merugikan keuangan negara.
• Tujuan dilakukannya ekspose dengan Instansi Penyidik adalah untuk
memperoleh kepastian terpenuhi atau tidak terpenuhinya aspek hukum
sehingga Tim Audit memperoleh informasi yang cukup bahwa hasil audit
investigatif tersebut berindikasi Tindak Pidana Korupsi (tindak pidana
korupsi) atau tidak.
• Kesepakatan hasil ekspose dituangkan dalam Risalah Hasil Ekspose yang
ditandatangani oleh pejabat Inspektorat Daerah dan Instansi Penyidik.
Pengelolaan Kertas Kerja Audit
Investigatif
Pengelolaan Kertas Kerja Audit Investigatif
• Semua langkah kerja dan dokumen yang dihasilkan dalam pelaksanaan audit
investigatif harus dituangkan dalam kertas kerja audit dengan jenis
penugasannya sebagaimana yang berlaku di Inspektorat Daerah;
• Kertas kerja audit harus memuat ikhtisar yang mendukung substansi materi
dan angka-angka yang ada dalam laporan audit. Kertas kerja audit
dikelompokkan dalam top schedule, lead schedule, dan supporting schedule;
• Kertas kerja audit harus memuat atau mempunyai referensi untuk semua
informasi yang digunakan meliputi dokumendokumen; informasi awal berupa
surat pengaduan, laporan hasil pengawasan yang akan ditindaklanjuti dengan
audit investigatif, surat permintaan untuk melakukan audit investigatif;
• Setiap kertas kerja harus dilakukan reviu secara berjenjang untuk memastikan
bahwa kertas kerja yang disusun telah memuat semua informasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan program audit. Pada penugasan yang memiliki risiko tinggi,
reviu kertas kerja audit dilakukan sampai pada tingkat Inspektur
Pengelolaan Kertas Kerja Audit Investigatif
• Setiap auditors' copies yang mempunyai nilai signifikan, dilegalisasi dan dicatat
sumbernya serta dapat diidentifikasi tempat dan pihak yang bertanggung jawab
menyimpan/ menguasai dokumen aslinya;
• 6. Inspektur pembantu harus menetapkan prosedur yang layak untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan menyimpan dalam periode waktu yang cukup sesuai
dengan kebutuhan penugasan dan memenuhi ketentuan kearsipan serta dapat
mernenuhi persyaratan pada saat dilakukan reviu sejawat;
• Kertas kerja audit adaIah milik Inspektorat Daerah. Kebutuhan pemakaian
kertas kerja audit investigatif oleh pihak-pihak berkepentingan dapat dipenuhi
dengan ijin tertulis dari Inspektur.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai