Anda di halaman 1dari 7

GCS

E4

V5

M6
kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Td 110/70 normal

Denyut nadi  82x normsl, >100 takikardi, <60 brakikardi

Laju napas 20x/menit  normal

Suhu tubuh  36.7 c normal

Meningeal sign –, tidak ada kelainan pada meninges

Fungsi luhur normal

Indikasi pemeriksaan fungsi luhur adalah bagian dari pemeriksaan neurologis. Terutama dilakukan bila terdapat
kecurigaan adanya lesi di otak seperti stroke, atau cedera di otak

Penilaian fungsi luhur, mencakup beberapa aspek, yaitu:

 Fungsi kognitif: sensasi, persepsi, perhatian, pertimbangan

 Fungsi memori: immediate memory, recent memory, remote memory


 Fungsi bahasa: kefasihan berbahasa, tata bahasa dan sintaks

 Fungsi visuospasial: persepsi visual, koordinasi persepsi dan motorik

 Fungsi eksekutif: pemecahan masalah, inhibisi dan kontrol diri, pengambilan keputusan

 Fungsi praxi: performa motorik halus, keterampilan

 Fungsi emosi: stimulus, afek, impuls aktivitas


Nervi craniales normal

N. Craniales

N I  Olfaktori, tidak ada kelainan penciuman hidung

N II  Optic  data merespon Cahaya dan rangsangan Cahaya dengan baik

N III  Oculomotor  motoric mata normal, berkedip, reason pupil Ketika menerima Cahaya

N IV  trochlearis  menggerakan bola mata kev atas ke bawah, merangsang Gerakan otot obliqus superior

N V Ophtalmicus  sensoris dahi, keloak mata, Maxillary  sensoris pipi

N Vi  abducens, menggerakkan ke nanan dan ke kiri mata

N VII  facialis, berkespresi

N VIII  vestibulochoclearis, vestibula keseimbangan, choclea mendengar

N IX  glossopharyngeal motorik kerongkongan, menghaasilkan kelenjar ludah

N X Organ pencernaan, fungsi otonom

N xi  accecorius, leher, undak ,unggung, motoric disitu

N XII _-> hyoglossus, menelan, berada di lidah, menerima reson sensoris, rasa ahit, manis

Motoric tidak ada kelemahan anggota gerak

Refleks fisiologis tidak meningkat

Pemeriksaan refleks fisiologis dapat mendeteksi lesi pada lower motor neuron (LMN) maupun upper motor
neuron (UMN). Tergantung pada lokasi lesi, hasil pemeriksaan refleks mungkin tampak normal, meningkat (hiperrefleks),
atau menurun (hiporefleks).

Interpretasi refleks fisiologis adalah sebagai berikut:

 Hiperrefleks menandakan adanya lesi pada UMN, misalnya pada kasus cedera otak traumatik, stroke, multiple
sclerosis, tumor otak, defisiensi vitamin B12, dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS)

 Hiporefleks menandakan adanya lesi pada LMN, misalnya pada kasus neuropati perifer, sindrom cauda
equina, sindrom Guillain-Barre, poliomielitis, dan ALS[1-3]

No refleks patologis, tidak ada kelainan di Uppper Motor Neuron, Manifestasi lesi pada UMN biasanya berupa

kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak yang bersifat spastik.

Laseque +/-
Kernig +/-
Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis. Ada 8 saraf servikal, 12
saraf torakal, 5 saraf lumbal dan 5 saraf sakral. Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang
dipersarafinya ke otak. Sepanjang dada dan perut dermatom seperti tumpukan cakram yang dipersarafi oleh
saraf spinal yang berbeda.Sepanjang lengan dan kaki, pola ini berbeda: dermatom berjalan secara longitudinal
sepanjang anggota badan. Meskipun pola umum sama pada semua orang, daerah yang tepat dari inervasi
merupakan keunikan untuk individu sebagai sidik jari. (Snell, 2010)

C. Plexus Lumbalis
Cabang-cabang Distribusi
N. iliohypogastricus (L1) Dinding abdomen bagian bawah dan bokong
N. ilioinguinalis (L1) Dinding anterior abdomen, kulit sisi medial
atas paha, radix penis dan scrotum pada pria,
mons pubis dan labia majora pada wanita
N. cutaneous femoris lateralis (L2-L3) Kulit permukaan anterior dan lateral paha
N. genitofemoralis (L1-L2) Kulit permukaan anterior paha
N. femoralis (L2-L4) Kulit anterior permukaan paha, kulit sisi
medial tungkai bawah dan kaki
N. obturatorius (L2-L4) Kulit permukaan medial paha
(Snell, 2006)

D. Plexus Sacralis
Cabang-cabang Distribusi
N. gluteus superius (L4-L5 dan S1) M. gluteus medius, M. gluteus minimus, dan
M. tensor fasciae latae
N. gluteus inferior (L5-S2) M. gluteus maximus
N cutaneus perforans Kulit di atas sisi medial tungkai atas
N. cutaneus femoris posterior (S1-S3) Kulit permukaan posterior tungkai atas dan
fossa poplitea, juga di atas bokong bagian
bawah scrotum atau labium majora
N. ischiadicus (L4-S3) Otot-otot hamstring
(Snell, 2006)
Laki – laki lebih sering terkena herniasi diskus dibandingkan wanita dengan perbandingan 2:1. Hal ini terkait dengan
pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh laki – laki cenderung kepada aktifitas fisik berat yang melibatkan tulang
belakang sehingga menimbulkan risiko terjadinya herniasi diskus. (Sylvia & Lorraine, 2006)

nyeri khas radicular, berupa radiasi nyeri ounggung bawah sepnjgn dermatome saraf perifer, bentuk umumnya
yaitu nyeri skiATIK, mengacu pd nyeri yg menyebar dri tlg blkg bag bawah di spjng daerah gluteal dan blkg paha
atas betis- kaki. Di sebbakan oleh n.ischiadicus yg bermasalah.

Sedangkan untuk gender atau jenis kelamin, HNP sering ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki dengan
presentase 73,3%.15 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Eren dan Gulec (2020) tentang fakor risiko terhadap
kekambuhan HNP, penelitian tersebut menyatakan bahwa perempuan lebih sering mengalami HNP dibanding laki-laki.
Hal ini didukung karena perempuan mengalami menopause yang dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang
akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pada punggung bagian bawah.21 Hormon
estrogen bertanggung jawab terhadap remodelling tulang dengan menekan resorpsi tulang sehingga bisa menghambat
proses kerapuhan tulang. Estrogen juga terbukti dapat mengurangi laju penurunan masa tulang dan risiko fraktur pada
dengan osteoporosis.22
STATUS MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH NON-SPESIFIK PADA WANITA USIA 45-55 TAHUN,
2022, fk udayana

Anda mungkin juga menyukai