Anda di halaman 1dari 21

PAPER

STRATEGI KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU ORGANISASI


PENDIDIKAN DALAM MENGATASI KONFLIK DAN
NEGOISASI DI SEKOLAH YANG TIDAK MEMILIKI KEPALA
SEKOLAH DEFINITIF

Mata Kuliah
PERILAKU ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu
Dr. Noor Miyono, M.Si

Oleh :
DEWI NUR LAKSMI ASTUTININGTYAS
NPM. 23510011

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCASARJANA


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semester Gasal 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul " Strategi Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
Pendidikan dalam Mengatasi Konflik dan Negosiasi di Sekolah yang Tidak Memiliki
Kepala Sekolah Definitif."
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada
Bapak Dr. Noor Miyono, M.Si, atas bimbingan, arahan, serta pengetahuan yang telah
beliau berikan selama proses penyusunan makalah ini. Bapak Dr. Noor Miyono, M.Si,
telah memberikan inspirasi dan dorongan yang luar biasa bagi kami sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan, bantuan, dan motivasi dalam proses penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca dan juga
sebagai bentuk pengabdian kami dalam meningkatkan pemahaman mengenai pengaruh
kepemimpinan berorientasi pada pendidikan terhadap penanganan konflik di
lingkungan sekolah.
Akhir kata, mohon maaf jika masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan di masa mendatang.

Kendal, 10 November 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
A. Pengertian Kepemimpinan ................................................................................ 4
B. Strategi ............................................................................................................... 5
C. Perilaku Organisasi Pendidikan ........................................................................ 6
D. Konflik .............................................................................................................. 7
E. Negoisasi ........................................................................................................... 9
F. Kepemimpinan Di SDN 4 Banyuringin .......................................................... 11
G. Kajian Kritis .................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah

Kepemimpinan memiliki peran krusial dalam membentuk iklim dan


kualitas pendidikan di suatu sekolah. Salah satu elemen penting dari
kepemimpinan yang efektif adalah orientasi pada pendidikan, yang mencakup
upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan memastikan keharmonisan
di lingkungan sekolah. Namun, ketidakpastian kepemimpinan, khususnya
dalam konteks ketiadaan kepala sekolah definitif, dapat menimbulkan
sejumlah tantangan yang signifikan.
SDN 4 Banyuringin adalah salah satu sekolah di Kecamatan SIngorojo
yang tidak memiliki kepala sekolah definitive karena kurangnya jumlah
kepala sekolah. Dari 35 sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan
Singorojo, hanya ada 17 kepala sekolah yang bertugas, sehingga banyak
sekolah yang hanya memiliki kepala sekolah perangkapan.
Sekolah yang tidak memiliki kepala sekolah definitif dapat menghadapi
kendala dalam mengimplementasikan kebijakan dan strategi yang
berkelanjutan. Selain itu, kevakuman kepemimpinan dapat memengaruhi
dinamika internal sekolah, termasuk penanganan konflik di antara anggota
komunitas sekolah. Penanganan konflik yang kurang optimal dapat
berdampak negatif pada kesejahteraan siswa dan kualitas proses
pembelajaran.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul “Strategi
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Pendidikan dalam Mengatasi
Konflik dan Negosiasi di Sekolah yang Tidak Memiliki Kepala Sekolah
Definitif”. Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana
kevakuman kepemimpinan, terutama pada tingkat kepala sekolah,
memengaruhi kepemimpinan berorientasi pada pendidikan terhadap
penanganan konflik di lingkungan sekolah. Dengan memahami dampak
ketidakpastian kepemimpinan ini, diharapkan dapat ditemukan solusi dan
rekomendasi yang dapat membantu sekolah mengatasi tantangan tersebut,
menjaga kualitas pendidikan, dan menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dinamika internal sekolah, terutama dalam hal penanganan
konflik, dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah perangkapan?
2. Bagaimana persepsi dan pengalaman anggota komunitas sekolah, termasuk
guru, staf, dan siswa, terhadap kebijakan dan praktik penanganan konflik di
lingkungan sekolah yang tidak memiliki kepala sekolah definitif?

C. Tujuan Penulisan

1 Menilai Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Perangkapan terhadap


Dinamika Internal Sekolah, Khususnya dalam Penanganan Konflik:
a) Mengidentifikasi dampak kepemimpinan kepala sekolah perangkapan
terhadap keharmonisan dan dinamika internal sekolah.
b) Menganalisis sejauh mana kepemimpinan perangkapan memengaruhi
efektivitas penanganan konflik di lingkungan sekolah.
c) Mengevaluasi implementasi kebijakan penanganan konflik yang dapat
diterapkan oleh kepemimpinan kepala sekolah perangkapan.
2 Menggali Persepsi dan Pengalaman Anggota Komunitas Sekolah terhadap
Kebijakan dan Praktik Penanganan Konflik di Sekolah tanpa Kepala Sekolah
Definitif:
a) Menilai pemahaman dan persepsi guru terhadap kebijakan penanganan
konflik yang ada di sekolah tanpa kepala sekolah definitif.
b) Menganalisis pengalaman staf dan siswa dalam menghadapi dan
menyelesaikan konflik di lingkungan sekolah.

2
c) Mengeksplorasi harapan dan pandangan anggota komunitas sekolah
terhadap perbaikan atau perubahan dalam kebijakan dan praktik
penanganan konflik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

kepemimpinan adalah “typically the driving force behind


the organization‘s being able to deliver on its value proposition”.
Kepemimpinan biasanya merupakan kekuatan pendorong di belakang
kemampuan organisasi untuk memenuhi proposisi nilainya (Simerson &
Venn 2006: 8)

Sementara, menurut Osborne (2015: 7) “leadership is the ability to


create an environment where everyone knows what contribution is expected
and feels totally committed to doing a great job. Leadership is an essential
skill for all successful principal to learn and practice
regularly”.Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan
lingkungan di mana semua orang tahu kontribusi apa yang diharapkan dan
merasa benar-benar berkomitmen untuk melakukan pekerjaan yang hebat.
Kepemimpinan adalah keterampilan penting bagi semua pemimpin yang
menginginkan kesuksesan dengan cara belajar dan berlatih secara teratur.

Menurut Hemhiel & Coons dalam H. Endin Nasrudin (2010: 56)


kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas
dan mengoordinasikan serta memotivasi orang-orang ataupun kelompok
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Di samping itu, Terry dan Robins dalam Wahab (2011: 82)


mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu
kelompok kearah pencapaian tujuan. Pendapat ini memandang semua

4
5

anggota kelompok/organisasi sebagai satu kesatuan, sehingga


kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan mempengaruhi semua
anggota kelompok/ organisasi agar bersedia melakukan
kegiatan/bekerja untuk mencapai tujuan kelompok/organisasi. Dari uraian-
uraian tentang pengertian kepemimpinan diatas dapat diidentifikasi unsur-
unsur utama sebagai esensi kepemimpinan. Unsur-unsur itu adalah:
a. Unsur pemimpin atau orang yang mempengaruhi.
b. Unsur orang yang dipimpin sabagai pihak yang dipengaruhi.
c. Unsur interaksi atau kegiatan/usaha dan proses
mempengaruhi.
d. Unsur tujuan yang hendak dicapai dalam proses mempengaruhi.
e. Unsur perilaku/kegiatan yang dilakukan sebagaihasil
mempengaruhi.
B. Strategi
Strategi merujuk pada rencana terarah dan langkah-langkah yang
direncanakan dengan cermat untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
konteks umum, strategi dapat melibatkan pemilihan sumber daya,
langkah-langkah taktis, serta penyesuaian terhadap kondisi yang berubah.
Dalam berbagai bidang, seperti bisnis, militer, dan pendidikan, strategi
digunakan untuk memberikan arah dan fokus guna mencapai keberhasilan.
Pendapat Ahli
a) Michael E. Porter (Ahli Manajemen dan Ekonomi)
"Strategi adalah pemilihan tindakan yang berbeda dari pesaing
oleh konsumen untuk memberikan nilai tambah dan yang dihasilkan
oleh pengembangan kapabilitas yang unik, kompleks, dan sulit
ditiru."
b) Henry Mintzberg (Ahli Manajemen)
"Strategi adalah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan
utama, kebijakan, dan tindakan dalam suatu kerangka kerja, serta
menciptakan kesesuaian antara tujuan perusahaan, kebijakan, dan
6

tindakan yang diambil dalam lingkungan yang dinamis."


c) Sun Tzu (Ahli Strategi Militer, Penulis "The Art of War")
"Strategi tanpa taktik adalah jalan terlama menuju kemenangan.
Taktik tanpa strategi adalah hanyalah kegemilangan sebentar."
Dari definisi dan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
strategi melibatkan perencanaan yang cermat dan pemilihan tindakan yang
berbeda untuk mencapai tujuan tertentu, baik dalam konteks organisasi,
bisnis, atau situasi lainnya. Keselarasan antara tujuan, kebijakan, dan
tindakan adalah kunci dalam merancang strategi yang efektif.
C. Perilaku Organisasi Pendidikan
Perilaku organisasi pendidikan merujuk pada studi tentang
bagaimana individu dan kelompok di dalam suatu lembaga pendidikan
berinteraksi, beradaptasi, dan memberikan kontribusi terhadap tujuan
organisasi. Ini mencakup berbagai aspek, mulai dari dinamika
interpersonal hingga kebijakan dan budaya organisasi yang
mempengaruhi cara individu berperilaku di dalam konteks pendidikan.
Implementasi Perilaku Organisasi Pendidikan
1. **Kepemimpinan Efektif:**
a) Implementasi: Kepala sekolah dan staf pengajar memainkan
peran kunci dalam membentuk budaya organisasi dan
memberikan arah bagi perilaku individu dan kelompok di dalam
sekolah.
b) Contoh Praktik: Kepemimpinan yang mendukung, transparan,
dan memberdayakan dapat membentuk iklim positif di sekolah,
memotivasi karyawan, dan meningkatkan kinerja siswa.
2. Budaya Organisasi
a) Implementasi : Membangun dan memelihara nilai-nilai, norma,
dan keyakinan bersama yang membentuk budaya organisasi
pendidikan.
7

b) Contoh Praktik: Mendorong kolaborasi, komunikasi terbuka, dan


respek di antara semua anggota komunitas sekolah untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
3. Manajemen Konflik:
a) Implementasi: Mengelola konflik dengan cara yang konstruktif
dan mendukung tujuan organisasi.
b) Contoh Praktik: Menerapkan proses penyelesaian konflik yang
adil, memberikan pelatihan konflik kepada staf, dan
menciptakan ruang untuk dialog terbuka.
4. Motivasi dan Kepuasan Kerja:
a) Implementasi: Memahami faktor yang memotivasi individu dan
meningkatkan kepuasan kerja.
b) Contoh Praktik: Memberikan pengakuan, peluang
pengembangan, dan dukungan untuk memotivasi staf, sehingga
mereka lebih terlibat dalam pencapaian tujuan pendidikan.
5. Pengelolaan Perubahan
a) Implementasi: Mengelola perubahan dengan memahami dan
merespon dinamika individu dan kelompok terhadap perubahan
organisasional.
b) Contoh Praktik: Mengkomunikasikan perubahan secara
transparan, memberikan pelatihan yang sesuai, dan membangun
dukungan dari seluruh komunitas sekolah.
Melalui implementasi perilaku organisasi pendidikan yang efektif,
sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif,
meningkatkan kinerja siswa, dan mendukung pencapaian tujuan
pendidikan.
D. Konflik
Konflik merujuk pada ketidaksetujuan atau pertentangan antara dua
pihak atau lebih yang memiliki tujuan, nilai, atau kepentingan yang saling
8

bertentangan. Konflik dapat muncul dalam berbagai konteks, termasuk


dalam hubungan pribadi, kelompok sosial, organisasi, maupun tingkat
antarnegara. Konflik dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada
cara pengelolaannya dan hasil yang diinginkan.
a. Karakteristik Konflik
1. Pertentangan Tujuan atau Nilai: Konflik timbul ketika pihak-
pihak yang terlibat memiliki tujuan atau nilai yang saling
bertentangan.
2. Interaksi Pihak-Pihak yang Bersangkutan: Konflik melibatkan
interaksi antara dua pihak atau lebih yang saling berhadapan atau
tidak sependapat.
3. Perasaan Ketidaknyamanan: Konflik sering disertai dengan
perasaan ketidaknyamanan atau ketegangan, baik secara
emosional maupun fisik.
4. Dampak pada Hubungan: Konflik dapat memengaruhi hubungan
antarindividu atau kelompok, baik secara positif dengan
membawa perubahan atau negatif dengan memperburuk
hubungan.
b. Sumber Konflik:
1. Perbedaan Nilai dan Tujuan: Ketidaksetujuan akibat perbedaan
nilai, tujuan, atau pandangan dapat menjadi sumber konflik.
2. Sumberdaya Terbatas: Persaingan atas sumber daya yang
terbatas, seperti waktu, uang, atau kekuasaan, dapat memicu
konflik.
3. Ketidakpastian Peran: Ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam
peran dan tanggung jawab seseorang dapat menciptakan konflik.
4. Komunikasi Buruk: Kesalahpahaman atau komunikasi yang tidak
efektif dapat menyebabkan konflik.
c. Pengelolaan Konflik:
9

1. Penyelesaian Konflik: Mencapai solusi yang memuaskan untuk


semua pihak yang terlibat.
2. Manajemen Konflik: Mengelola konflik dengan cara yang tidak
merugikan pihak-pihak yang terlibat.
3. Kompromi: Mencapai kesepakatan melalui jalan tengah yang
memuaskan semua pihak.
4. Kolaborasi: Bekerja sama untuk mencari solusi yang memenuhi
kebutuhan dan kepentingan semua pihak.
Penting untuk diingat bahwa konflik adalah bagian alami dari
kehidupan manusia, dan pengelolaannya dengan cara yang konstruktif
dapat memunculkan perubahan positif dan pemahaman yang lebih baik di
antara pihak-pihak yang terlibat.
E. Negoisasi
Negosiasi adalah proses interaktif antara dua pihak atau lebih yang
berusaha mencapai kesepakatan atau penyelesaian dalam suatu masalah
atau pertentangan. Dalam konteks ini, pihak-pihak yang terlibat memiliki
kepentingan atau tujuan yang mungkin saling bertentangan. Negosiasi
melibatkan pertukaran gagasan, argumentasi, dan tawaran dengan tujuan
mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak.
a. Karakteristik Negosiasi:
1. **Pihak yang Terlibat:** Setidaknya ada dua pihak yang
terlibat dalam proses negosiasi. Mereka dapat mewakili
individu, kelompok, organisasi, atau negara.
2. **Interaktif:** Negosiasi melibatkan interaksi langsung atau
tidak langsung antara pihak-pihak yang terlibat. Proses ini
memungkinkan adanya komunikasi dan tukar-menukar
informasi.
3. **Pertukaran Proposisi:** Pihak-pihak yang terlibat akan
menukar gagasan, tawaran, atau persyaratan sebagai bagian dari
10

upaya mencapai kesepakatan.


4. **Kompromi dan Kesepakatan Bersama:** Negosiasi
bertujuan mencapai kesepakatan atau kompromi yang
memuaskan semua pihak yang terlibat.
5. **Tujuan Adalah Kesepakatan Bersama:** Fokus utama dari
negosiasi adalah mencapai kesepakatan yang dapat diterima
oleh semua pihak, bahkan jika tidak sepenuhnya memenuhi
keinginan masing-masing.
b. Tahapan Proses Negosiasi:
1. Persiapan:** Menetapkan tujuan, memahami kepentingan, dan
mengumpulkan informasi sebelum memasuki proses negosiasi.
2. Pembukaan:** Mengenali pihak-pihak yang terlibat,
menetapkan aturan dasar, dan memulai diskusi.
3. Pertukaran Informasi: Menukar gagasan, kebutuhan, dan
tawaran untuk memahami perspektif masing-masing.
4. Pertukaran Tawaran: Menawarkan dan merespons tawaran
untuk mencapai kesepakatan yang lebih mendekati keinginan
bersama.
5. Penutupan: Mencapai kesepakatan dan merumuskan
kesepakatan secara tertulis.
6. Evaluasi: Meninjau hasil negosiasi dan memastikan kepatuhan
terhadap kesepakatan.
Negosiasi adalah keterampilan penting dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk bisnis, diplomasi, hubungan personal, dan
pendidikan. Kemampuan untuk bernegosiasi dengan efektif dapat
membantu mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dan
membangun hubungan yang kuat antarpihak yang terlibat.
11

F. KEPEMIMPINAN DI SDN 4 BANYURINGIN


SD NEGERI 4 BANYURINGIN yang terletak di Dusun Banjaran Desa
Banyuringin Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal, dimpimpin oleh Ibu Siti
Solekhat, S.Pd sejak bulan November tahun 2021. Beliau adalah salah satu
kepala sekolah senior di Kecamatan Singorojo, sehingga mendapat amanah
untuk menjadi Plt. Kepala sekolah di SDN 4 Banyuringin. Sekolah kami
memiliki tiga guru kelas dan dua guru mapel yang juga perangkapan.
Ibu Siti Solekhat, S.Pd saat ini sudah memasuki usia 56 tahun, bahkan
pada tahun 2024 mendatang Beliau sudah memasuki masa purna tugas sebagai
kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin beliau sudah melaksanakan tugas
dengan sangat baik, apalagi dari segi usia beliau dapat dikatakan sangat
matang.
Namun, karena Beliau memimpin 2 sekolah yang berbeda, di usia Beliau
yang sudah mendekati masa purna, tentunya berpengaruh terhadap segala
kepemimpinan di SDN 4 Banyuringin sebagai sekolah perangkapan. Terlebih
SDN 4 Banyuringin adalah sekolah kecil yang hanya memiliki 36 siswa,
sehingga hal ini berpengaruh terhadap kemampuan sekolah dalam
menyelenggarakan kegiatan terkait pembelajaran dan pengelolaan satuan
pendidikan. Keterbatasan yang dihadapi SDN 4 Banyuringin ini, juga
berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan Beliau.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan di SDN 4 Banyuringin saat ini
adalah gaya kepemimpinan liberal. Gaya kepemimpinan liberal melibatkan
memberikan kebebasan kepada rekan guru dalam pengambilan keputusan.
Pemimpin liberal mendorong eksperimen, inovasi, dan kreativitas. Mereka
percaya bahwa memberikan ruang bagi anak buah untuk mengembangkan ide
mereka sendiri dapat menghasilkan solusi yang baru dan efektif. Namun
terkadang gaya kepemimpinan ini sering menimbulkan konflik di antara para
guru. Rasa meremehkan ketiadaan kepala sekolah definitif kerapkali dilakukan
oleh beberapa oknum guru.
12

G. Kajian Kritis
a) Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Perangkapan terhadap
Dinamika Internal Sekolah dalam Penanganan Konflik:
1. Keterbatasan Waktu dan Perhatian:
a. Dampak: Kepemimpinan yang terbagi perhatian dapat
mengakibatkan keterbatasan waktu kepala sekolah dalam mengatasi
dan menanggapi konflik di sekolah.
b. Solusi: Mungkin diperlukan penunjukan wakil kepala sekolah atau
koordinator yang dapat fokus pada penanganan konflik dan
mengkomunikasikan permasalahan kepada kepala sekolah.
2. Tantangan Masa Purna Tugas:
a. Dampak: Kekhawatiran akan masa purna tugas kepala sekolah dapat
menciptakan ketidakpastian dan memengaruhi penanganan konflik
di masa depan.
b. Solusi: Mempersiapkan calon kepala sekolah yang potensial dan
memberikan dukungan serta pelatihan yang diperlukan untuk
memastikan kelangsungan penanganan konflik.
3. Rasa Meremehkan Ketiadaan Kepala Sekolah Definitif:
a. Dampak: Rasa meremehkan oleh beberapa oknum guru dapat
menciptakan ketidakstabilan dalam penanganan konflik dan
merugikan dinamika internal sekolah.
b. Solusi: Melalui sesi pembinaan dan pemahaman bersama, kepala
sekolah perangkapan dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung kolaborasi dan saling menghargai antar guru.
4. Keterbatasan Sumber Daya dan Jumlah Siswa
a. *Analisis:* Dengan jumlah siswa yang terbatas dan sumber daya
yang minim, SDN 4 Banyuringin mungkin menghadapi kendala
dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dan mengelola
satuan pendidikan.
13

b. *Solusi:* Mencari kolaborasi dengan sekolah-sekolah terdekat,


pihak-pihak lokal, atau lembaga masyarakat untuk mendukung
sumber daya dan kegiatan ekstrakurikuler. Memanfaatkan teknologi
untuk pembelajaran jarak jauh atau sumber daya daring yang dapat
meningkatkan pengalaman belajar siswa.
5. Gaya Kepemimpinan Liberal dan Konflik di Antara Guru
a. Analisis:* Gaya kepemimpinan liberal Ibu Siti Solekhat, S.Pd dapat
menghasilkan inovasi, namun juga menimbulkan konflik antar guru.
b. Solusi:* Mengadakan pelatihan komunikasi dan kerja sama tim
untuk mengelola konflik. Membentuk forum diskusi atau komite
partisipatif yang melibatkan guru dalam pengambilan keputusan
untuk menciptakan rasa kepemilikan bersama.
Dalam konteks ini, kepemimpinan kepala sekolah perangkapan
berperan penting dalam membentuk budaya dan dinamika internal
sekolah. Dengan kesadaran akan tantangan yang dihadapi, kepala sekolah
perangkapan dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk
meningkatkan kemampuan sekolah dalam penanganan konflik,
memastikan kelangsungan kepemimpinan, dan menciptakan lingkungan
belajar yang positif bagi semua anggota sekolah.
b) Persepsi dan Pengalaman Anggota Komunitas Sekolah terhadap
Penanganan Konflik di Sekolah Tanpa Kepala Sekolah Definitif:
1. Ketidakpastian:
• Persepsi Guru dan Staf: Munculnya ketidakpastian terkait
kepemimpinan dan kebijakan penanganan konflik di sekolah tanpa
kepala sekolah definitif dapat menciptakan kekhawatiran dan
kebingungan di kalangan guru dan staf.
• Pengalaman Siswa: Siswa mungkin merasakan ketidakstabilan dan
kurangnya panduan yang jelas dalam menangani konflik,
14

mempengaruhi iklim belajar mereka.


2. Dinamika Tim:
• Persepsi Guru dan Staf: Tanpa kepala sekolah definitif, dapat
muncul dinamika tim yang kurang terarah dan kurangnya
koordinasi dalam penanganan konflik.
• Pengalaman Siswa: Siswa mungkin merasa terpengaruh oleh
ketidakjelasan dalam penanganan konflik antar teman sekelasnya.
3. Keterlibatan Guru dalam Pengambilan Keputusan:
• Persepsi Guru dan Staf: Gaya kepemimpinan liberal dapat
memberikan ruang bagi partisipasi guru dalam pengambilan
keputusan terkait penanganan konflik, tetapi juga mungkin
menimbulkan ketegangan di antara mereka.
• Pengalaman Siswa: Siswa mungkin merasakan variasi pendekatan
dalam menangani konflik dari guru ke guru.
4. Dampak pada Kesejahteraan Psikologis:
• Persepsi Guru dan Staf: Ketidakpastian terkait kepemimpinan dan
penanganan konflik dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis
guru dan staf.
• Pengalaman Siswa: Siswa mungkin mengalami dampak psikologis
dari ketidakpastian dan ketidakjelasan dalam lingkungan sekolah.
5. Interaksi dan Komunikasi:
• Persepsi Guru dan Staf: Kurangnya kepala sekolah definitif dapat
mempengaruhi interaksi dan komunikasi antar guru dan staf,
terutama terkait penanganan konflik.
• Pengalaman Siswa: Siswa mungkin merasa terabaikan dalam hal
komunikasi yang efektif terkait penanganan konflik.
6. Solusi dan Upaya Perbaikan:
• Pemberian Klarifikasi:
15

Memberikan klarifikasi terkait kebijakan dan prosedur


penanganan konflik kepada semua anggota komunitas sekolah
untuk mengurangi ketidakpastian.
• Peningkatan Komunikasi:
Mendorong komunikasi terbuka dan reguler antara guru, staf,
dan siswa untuk memastikan semua pihak terlibat dalam proses
penanganan konflik.
• Pelibatan Guru dan Siswa:
Membuat mekanisme yang memungkinkan partisipasi aktif
guru dan siswa dalam pengambilan keputusan terkait penanganan
konflik.
• Pendekatan Kepemimpinan Bersama:
Mendorong budaya kepemimpinan bersama di mana semua
anggota komunitas sekolah merasa memiliki tanggung jawab
terhadap penanganan konflik.
• Dukungan Psikologis:
Menyediakan dukungan psikologis, seperti konseling atau
pelatihan manajemen stres, untuk mengatasi dampak psikologis
dari ketidakpastian.
Melalui upaya-upaya ini, diharapkan persepsi dan pengalaman anggota
komunitas sekolah terhadap penanganan konflik dapat ditingkatkan,
menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan harmonis.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari analisis terhadap permasalahan yang dihadapi SDN 4 Banyuringin,
dapat disimpulkan bahwa tantangan utama melibatkan kepemimpinan yang
terbagi perhatian, masa purna tugas kepala sekolah, keterbatasan sumber daya,
dan konflik di antara guru. Namun, dengan pemahaman yang mendalam dan
langkah-langkah strategis, solusi dapat diimplementasikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang lebih baik.
1. Kesimpulan
a) Pemimpin yang Terbagi Perhatian: Keterbatasan waktu dan perhatian
kepala sekolah yang memimpin dua sekolah dapat mengurangi
efektivitas kepemimpinan di SDN 4 Banyuringin.
b) Tantangan Masa Purna Tugas Kepala Sekolah: Dekatnya masa purna
tugas kepala sekolah dapat mengakibatkan ketidakpastian dan
kekosongan kepemimpinan di masa depan.
c) Keterbatasan Sumber Daya dan Jumlah Siswa: Dengan jumlah siswa
yang terbatas dan sumber daya yang minim, SDN 4 Banyuringin
menghadapi kendala dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
dan mengelola satuan pendidikan.
d) Gaya Kepemimpinan Liberal dan Konflik di Antara Guru: Gaya
kepemimpinan liberal dapat menghasilkan inovasi tetapi juga
menimbulkan konflik antar guru.
e) Rasa Meremehkan Ketiadaan Kepala Sekolah Definitif: Beberapa oknum
guru mungkin merasa meremehkan kekosongan kepala sekolah definitif.
2. Solusi
a) Pemimpin yang Terbagi Perhatian:

16
17

b) Solusi: Penunjukan wakil kepala sekolah atau koordinator untuk


membantu dalam pengelolaan sehari-hari.
c) Tantangan Masa Purna Tugas Kepala Sekolah:
d) Solusi: Identifikasi dan persiapkan calon kepala sekolah potensial.
Berikan pelatihan kepemimpinan dan mentoring.
e) Keterbatasan Sumber Daya dan Jumlah Siswa:
f) Solusi: Cari kolaborasi dengan sekolah-sekolah terdekat dan lembaga
masyarakat untuk mendukung sumber daya dan kegiatan ekstrakurikuler.
Manfaatkan teknologi untuk pembelajaran jarak jauh.
g) Gaya Kepemimpinan Liberal dan Konflik di Antara Guru:
h) Solusi: Adakan pelatihan komunikasi dan kerja sama tim. Bentuk forum
diskusi atau komite partisipatif.
i) Rasa Meremehkan Ketiadaan Kepala Sekolah Definitif:
j) Solusi: Lakukan pembinaan dan pemahaman bersama. Komunikasikan
pentingnya kerja sama dalam menghadapi keterbatasan sumber daya.
Dengan mengimplementasikan solusi-solusi tersebut, diharapkan SDN 4
Banyuringin dapat mengatasi tantangan dan mencapai tujuan pendidikan dengan
lebih efektif. Kesadaran akan perubahan dan kerjasama antar semua pihak
menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Ferti,Meilani.(2015). Pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi sekolah terhadap
kinerja guru sma negeri 1 pasir penyu, air molek
https://www.neliti.com/id/publications/33835/pengaruh-kepemimpinan-dan-
iklim organisasi-sekolah-terhadap-kinerja-guru-sma-neg

Suriyanto.(2014). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi


Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Smp Sub Rayon 6 Kecamatan Seluas
Kabupaten Bengkayang https://docplayer.info/60355558-Pengaruh-
kepemimpinan-kepala-sekolah-dan-iklim-organisasi-sekolah-terhadap-kinerja-
guru-di-smp-sub-rayon-6-kecamatan-seluas-kabupaten-bengkayang.html

Wijaya,Candra.(2017).Perilaku rganisasi.Medan:LPPI.

Dimas, A. (2021). "Dinamika Kepemimpinan di Sekolah: Tantangan dan Solusi."


Jurnal Pendidikan Kepemimpinan, 5(2), 123-145.

Yusuf, B. (2019). "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Liberal terhadap Kinerja Guru."


Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(1), 67-85.

Anwar, C. (2020). "Penanganan Konflik di Lingkungan Sekolah: Studi Kasus pada


Sekolah Tanpa Kepala Sekolah Definitif." Jurnal Konflik dan Resolusi, 8(3),
210-225.

Santoso, D. (2018). "Kepemimpinan Bersama: Meningkatkan Kolaborasi dan


Komunikasi di Sekolah." Jurnal Kepemimpinan Pendidikan, 3(4), 321-335.

18

Anda mungkin juga menyukai