Anda di halaman 1dari 117

LAPORAN KASUS UJIAN AKHIR SEMESTER

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. F USIA 24 TAHUN


G1P0Ab0 DENGAN MASTITIS DI KLINIK BIDAN HAYANI
KEC. PANGKATAN, KAB. LABUHANBATU
TAHUN 2021

Disusun Oleh :

Nama : Nurhayani

NIM : 2001041036

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Kasus Praktik Kebidanan Kegawadaruratan Maternal dan Neonatal Telah


Disetujui Oleh Pembimbing Institusi Dan Pembimbing Lahan.

Medan, Agustus 2020

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(Elyenti, S.Tr,Keb) (Dian Zuiatna,SST,M.Kes)

Mengetahui Ka Prodi,

(Novy Rahmini Harahap, SST. M. Keb)


NIDN. 1015118404
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan
apapun. Laporan yang berjudul “Laporan Praktik Asuhan Kebidanan
Komprehensif ” ini disusun untuk memenuhi tugas praktik tahun akademik 2020-
2021.
Laporan ini merupakan laporan individu selama melakukan praktik klinik
di Klinik Bidan Hayanipada bulan Maret sampai bulan Juli 2021.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Novy Ramini Harahap, SST., M.Keb selaku Ka.Prodi Profesi Bidan.


2. Dian Zuiatna,SST,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Institusi Prodi Profesi
Bidan.
3. Elyenti, S.Tr, Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik di Klinik Bersalin
Pratama Madina.
4. Seluruh Staf Dosen Prodi Profesi Bidan yang telah membekali ilmu
pengetahuan, memberikan petunjuk dan nasehat selama penulis menjalani
pendidikan.
5. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Profesi Bidan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat saya
harapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga loparan ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Medan, Juli 2021

Nurhayani

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan.................................................... 5
1.3 Tujuan Penyusunan Laporan Tugas Akhir.......................................... 5
1.4 Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan................................. 6
1.5 Manfaat................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8
2.1 Kehamilan............................................................................................ 8
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan.......................................................... 8
2.1.2 Asuhan Kehamilan.................................................................... 17
2.2 Persalinan............................................................................................ 19
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan......................................................... 19
2.2.2 Asuhan Persalinan................................................................... 29
2.3 Nifas.................................................................................................... 36
2.3.1 Konsep Dasar Nifas................................................................... 36
2.3.2 Asuhan Nifas............................................................................. 43
2.3.3 Mastitis......................................................................................44
2.4 Bayi Baru Lahir.................................................................................. 51
2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir.................................................. 51
2.4.2 Asuhan Bayi Baru Lahir............................................................ 54
2.5 Keluarga Berencana............................................................................. 60
2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana........................................... 60
2.5.2 Asuhan Pada Keluarga Berencana.............................................63
BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN.................... 66
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 98
BAB V PENUTUPAN..................................................................................... 103
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 104
5.2 Saran....................................................................................................

ii
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan
kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum.
Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan
anak penting untuk dilakukan (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Menurut Kementerian Kesehatan pada tahun 2015, ada tiga penyebab utama
kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK),
dan infeksi.Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan
AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target
MDGs 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015).
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian neonatal dengan cara meningkatkan
kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah
Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED) dan memperkuat sistem
rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Kemenkes,
2016).
Lima pilar utama dalam strategi penurunan AKI adalah keluarga berencana,
ANC yang berkualitas, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan
obstetrik emergensi, serta pelayanan nifas bagi ibu dan bayi. Rencana Aksi
Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PP AKI) Tahun
2012-2015 membuat suatu program utama untuk menurunkan AKI di Indonesia
yaitu program yang sudah berlaku pada pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan (Continuity of Care), yang apabila dilaksanakan secara
lengkap dapat menurunkan AKI (Kemenkes, 2013).
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai dengan
Standar Pelayanan Kebidanan. Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan
kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4.
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 pada tahun 2015 yaitu 95,75%.
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2015 87,48%, telah
memenuhi target rencana strategis (Renstra) kementerian kesehatan sebasar 72%.
Peningkatan kecenderungan mengindikasikan adanya perbaikan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan data cakupan kunjungan kehamilan di Sumatera Utara,
cakupan kunjungan K4 sejak tahun 2010 mengalami peningkatan yang melambat
dari 83,31% menjadi 84,67% ditahun 2015. Merujuk pada target Standart
Pelayanan Minimal bidang kesehatan yaitu 95% di tahun 2015 maka daerah yang
telah mencapai K4 yaitu Kota Medan (102,52%). (Dinkes Sumut, 2015).
Masa bersalin merupakan periode kritis bagi seorang ibu hamil. Masalah
komplikasi atau adanya faktor penyulit menjadi faktor risiko terjadinya kematian
ibu sehingga perlu dilakukan tindakan medis sebagai upaya untuk menyelamatkan
ibu dan anak. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2015. Namun demikian, terdapat penurunan dari 90,88% pada tahun
2013 menjadi 88,55% pada tahun 2015. (Kemenkes, 2015).
Bedasarkan data cakupan persalinan di Sumatera Utara, cakupan persalinan
yang ditolong tenaga kesehatan menunjukkan cenderung perlambatan yaitu dari
86,73% pada tahun 2010, meningkat 90,03% pada tahun 2015. Bahkan
pencapaian tahun 2015 adalah pencapaian tertinggi selama kurun waktu 6 tahun.
(Dinkes Sumut 2015).
Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan
kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa
disebut masa puerperineum ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali keadaan seperti hamil. Masa nifas ini
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi/ pengeluaran air
susu ibu, perubahan sistem tubuh dan perubahan psikis lainnya. Karena pada masa
ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat
kompleks baik fisiologis maupun psikologis. Dalam hal ini perawat berperan
penting dalam membantu ibu sebagai orang tua baru. Perawat harus memberikan
support kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah hati yang
sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai
kehidupan sebagai keluarga baru (Maryunani, 2009).
Perawatan payudara juga harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan
produksi ASI. Payudara yang mengalami pembengkakan mengakibatkan
pengeluaran ASI yang tidak sempurna. Mengatasi hal ini maka ibu perlu
menyusui bayi lebih sering, kompres payudara yang bengkak dengan air hangat
dan keluarkan ASI dengan pompa. Akibat tersumbatnya salah satu saluran susu di
dalam payudara, dapat terjadi timbunan ASI dalam saluran tersebut sehingga
timbul benjolan pada payudara (Musbikin, 2006).
Mastitis merupakan peradangan payudara. Kadang keadaan ini dapat
menjadi fatal bila tidak langsung mendapatkan tindakan yang adekuat. Abses
payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan salah satu
komplikasi berat dari mastitis (Hamid, 2011).
Pengetahuan yang kurang tentang mastitis dan penanganannya
menyebabkan banyak ibu yang terlambat mendeteksi adanya mastitis dan malah
memperparah keadaan mastitis tersebut. Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi
dan peradangan pada payudara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu
tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Pada mulanya ibu mengalami
peningkatan suhu, perasaan malaise dan tidak ada nafsu makan
(Wiknjosastro, 2006).
Menurut data WHO, terbaru pada tahun 2008 di Amerika Serikat persentase
perempuan menyusui yang mengalami mastitis rata-rata mencapai 10%.
Sementara di indonesia persentase Mastitis pada perempuan menyusui rata-rata
juga mencapai 10%. Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis mastitis
adalah berjumlah 876.665 orang, di Sumatera utara berkisar antara 40-60% wanita
terdiagnostik mastitis (www.kompas.online.com). Berdasarkan hasil survey di
Klinik Bidan Hayani ditemukan angka kejadian mastitis pada masa nifas sebanyak
24 kasus dari tahun 2018-2020.
Berdasarkan permasalahan diatas,penulis tertarik untuk mengangkat judul
kasus nifas dengan mastitis dan sesuai kurikulum prodi Profesi Kebidanan yaitu
berupa Laporan Tugas Akhir dengan melakukan asuhan continuity of care.
Sehingga kondisi kesehatan ibu dan bayi dapat dipantau selama masa hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan menjadi akseptor KB.Continuity of care ini
dilakukan di Klinik Bidan Hayani pada Ny ”F“ dengan usia kehamilan 39
minggu. Pelayanan dan pemantauan ini, dilakukan di Klinik Bidan Hayani karena
memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang keberhasilan yang akan
dilakukan, serta asuhan yang diberikan berstandar. Sehingga diharapkan asuhan
secara berkelanjutan atau continuity of care dapat dilakukan dengan baik.

1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan


Ruang lingkup asuhan diberikan pada ibu dimulai dari asuhan kebidanan
pada Kehamilan Fisiologis trimester III, dilanjutkan Bersalin, Nifas dengan
mastitis, Bayi Baru Lahir dan Keluarga Berencana secara berkesinambungan
(Continuity of Care).

1.3 Tujuan Penyusunan laporan tugas akhir


1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. F secara Contiunity of Care mulai
dari masa hamil, bersalin,nifas dengan mastitis, bayi baru lahir dan KB dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. F di Klinik Bidan
Hayani.
2. Melaksanakan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. F di Klinik Bidan
Hayani.
3. Melaksanakan asuhan kebidanan masa nifas dengan mastitis pada Ny. F di
Klinik Bidan Hayani.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny. F di Klinik Bidan
Hayani.
5. Melaksanakan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. F di Klinik
Bidan Hayani.
6. Melaksanakan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan
pada Ny. F mulai dari hamil, bersalin, nifas dengan mastitis, bayi baru lahir
sampai keluarga berencana di Klinik Bidan Hayani.

1.4 Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan


1.4.1 Sasaran
Ny. F, usia 24 tahun G1 P0 AH0 dengan memperhatikan Contiunity of
Care mulai dari kehamilan trimester ketiga dilanjutkan dengan bersalin, nifas
dengan mastitis, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

1.4.2 Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu adalah
lahan praktek yang telah memiliki MOU dengan Institusi Kebidanan, yaitu Klinik
Bidan Hayani.

1.4.3 Waktu
Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan laporan kasus sampai
dengan memberikan asuhan dimulai dari Maret - Juli 2021.

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Klien
Dapat menambah wawasan klien umumnya dalam perawatan kehamilan,
persalinan, nifas dengan mastitis, bayi baru lahir dan keluarga berencana, serta
dapat mengenali tanda-tanda bahaya dan resiko terhadap kehamilan, persalinan,
nifas dengan mastitis, bayi baru lahir dan keluarga berencana.
1.5.2 Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil sampai dengan
keluarga berencana secara Continuity of Care sehingga saat bekerja di lapangan
dapat melakukan secara sistematis, guna meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan.

1.5.3 Bagi Institusi


Untuk menambah sumber informasi dan referensi serta bahan bacaan
mahasiswa profesi kebidanan Helvetia Medan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses fisiologis bagi wanita yang dimulai dengan
proses fertilisasi kemudian janin berkembang di dalam uterus dan berakhir dengan
kelahiran. Pemahaman tentang konsep dasar kehamilan mulai dari fertilisasi
hingga janin aterm, mendiagnosa kehamilan dan menghitung usia kehamilan
sangat penting untuk dapat memberikan penjelasan kepada ibu hamil serta dapat
memberikan asuhan sesuai dengan perubahan yang terjadi selama periode
kehamilan (Widatiningsih, 2017).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan) di hitung dari hari pertama
haidterakhir dengan 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari empat bulan sampai enam bulan, dan
triwulan ke tiga dari bulan ke tujuh sampai sembilan bulan (Saifuddin, 2013).
b. Perubahan Fisiologis
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human
chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dan sebagainya.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan
selama awal kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan. Terjadi
perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan
organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan
keseimbangan hormonal tersebut. (Sukarni, 2015).
c. Perubahan Pada Organ-Organ Sistem Reproduksi
1. Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan,
progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada peradaban tinggi fundus :
a .Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+30g)
b .Kehamilan 8 minggu : telur bebek
c .Kehamilan 12 minggu : telur angsa
d .Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
e .Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
f .Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
g .Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-oxyphoid
h .Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-oxyphoid
i .36-40 minggu : 3 sampai 1 jari dibawah xyphoid
2. Vagina/Vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron,
warna merah kebiruan (tanda chadwick).
3. Ovarium
Sejak Kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, teerutama
fungsi produksi estrogen dan progesteron. Selama kehamilan ovarium
tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel
baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
4. Payudara
Mammae membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta
hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.
5. Peningkatan Berat Badan Selama Hamil
Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan
isi konsepsi dan volume berbagai organ / cairan intrauterin. Berat janin +
2,5 – 3,3kg, berat plasenta + 0,5kg, cairan amnion + 1,0kg, berat uterus +
1,0kg, penambahan volume sirkulasi maternal + 1,5kg, pertumbuhan
mammae + 1kg, penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas +
1,0 – 1,5kg.
d. Perubahan pada Organ-Organ Sistem Tubuh Lainnya
1. Sistem Respirasi
Kebutuhan Oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga
terdorong ke karanial terjdi hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat
kompliansi dad (chest compliance) menurun. Volume tidal meningkat.
Volume residu paru menurun. Kapasitas menurun.
2. Sitem Gastrointestinal
Estrogen dn Hcg meningkat dengan efek samping mal dan muntah-
muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering
kembung, konstipasi, lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus
(ngidam), juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik
tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali
perhari (hiperemesis gravidarum).
3. Sistem Sirkulasi / Kardiovaskuler
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah
perubahan hemodinamik maternal, meliputi :
a. Retensi cairan, bertambahnya beban volme dan curah jantung
b. Anemia relative
c. Akibat penaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
d. Tekanan darah arterial menurun
e. Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I,
menetap sampai akhir kehamilan
f. Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
g. Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,
kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan.
4. Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi
tiroid. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300kal/hari (hamil)
dan 2800kal /hari (menyusui). Kebutuhan protein 1g/kg/BB/Hari untuk
menunjang pertumbuhan janin. Khusus untuk metabolisme karbohidrat,
pada kehamilan normal, terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih
rendah secara bermakna karena :
a. Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
b. Produksi glukosa dari hati menurun
c. Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
d. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
e. Efek hormon-hormon gestasional (human placental
lactogen,hormon-hormon plasenta lainnya, hormon-hormon
ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors,dsb). Selain
itu juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino. Terjadi
juga peningkatan aktifitas enzim-enzim metabolisme pada
umumnya.
5. Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan
perubahan berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum),
payudara, linea alba, striae lividae pada perut dan sebaginya.
4. Perubahan Psikis
Sikap/penerimaan ibu terhadap keadaan hamilnya, sangat
mempengaruhi juga kesehatan/keadaan umum ibu serta keadaan janin
dalam kehamilannya. Umumnya kehamilan yang dinginkan akan
disambut dengan sikap gembira, diiringi dengan pola makan, perawatan
tubuh dan upaya memeriksakan diri secara teratur dengan baik. Kadang
timbul gejala yang lazim disebut “ngidam”, yaitu keinginan terhadap
hal-hal tertentu yang tidak seperti biasanya (misalnya jenis makanan
tertentu, tapi mungkin juga hal-hal lain) tetapi kehamilan yang tidak
diinginkan, kemungkinan akan disambut dengan sikap yang tidak
mendukung, nafsu makan menurun, tidak mau memeriksakan diri
secara teratur, bahkan kadang juga ibu sampai melakukan usaha-usaha
untuk menggugurka kandungan.
e. Tanda-Tanda Kehamilan (Pantiawati dan Saryono, 2016)
Tanda yang tidak pasti (probable signs) / tanda mungkin kehamilan
1. Amenorhea
Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil, apabila sudah kawin
mengeluh terlambat haid, maka perkiraan bahwa dia hamil, meskipun
keadaan stress, obat-obatan, penyakit kronis dapat pula mengakibatkan
terlambat haid.
2. Mual dan muntah
Mual dan muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak enak
sampai muntah yang berkepanjangan. Dalam kedokteran sering dikenal
dengan morning sickness karena munculnya seringkali pagi hari.
3. Mastodinia
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan
payudara membesar. Vaskularisasi bertambah, asinus dan duktus
berproliferasi karena pengaruh estrogen dan progesteron.
4. Quickening
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama, biasanya disadari
oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.
5. Keluhan kencing
Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan
karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke
cranial.
6. Konstipasi
Ini terjadi karena efek relaksasi progesterone atau dapat juga karena
perubahan pola makan.
7. Perubahan berat badan
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena
nafsu makan menurun dan muntah-muntah. Pada bulan selanjutnya
berat badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang atem.
8. Perubahan temperature basal
Kenaikan temperatur basal lebih dari 3 minggu biasanya merupakan
tanda telah terjadinya kehamilan.
9. Perubahan warna kulit
Perubahan ini antara lain choasma yakni warna kulit yang kehitam-
hitaman pada dahi, punggung, hidung, dan kulit daerah tulang pipi
terutama pada wanita dengan warna kulit tua. Biasanya muncul setelah
kehamilan 16 minggu. Pada daerah aerola dan puting payudara , warna
kulit menjadi lebih hitam. Perubahn-perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi MSH (Melanocyte Stimulating Hormone).
10. Perubahan payudara
Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi kolostrum,
biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu.
11. Perubahan pada uterus
Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk dan konsistensi.
Uterus berubah menjadi lunak, bentuknya globular . Teraba balotement,
tanda ini muncul pad minggu ke 16-20 minggu, setelah rongga rahim
mengalami obliterasi dan cairan amnion cukup banyak.
12. Tanda Piskaceks’s
Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat
dengan implantasi plasenta.
13. Perubahan-perubahan pada serviks
a. Tanda hegar
b. Tanda Goodell’s
c. Tanda Chadwick
d. Tanda Mc Donald
e. Terjadi pembesaran abdomen
f. Kontraksi uterus
g. Pemeriksaan tes biologis kehamilan
f. Tanda pasti kehamilan
1. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke 17-18. Pada
orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), DJJ
dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12, melakukan
aukultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi lain, seperti
: bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
2. Palpasi
Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi jelas
setalah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas
setelah minggu ke-24.
Menurut Mirza (2009) kebutuhan ibu hamil pada trimester III, adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan Nutrisi
Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu bila ibu hamil
mempunyai berat badan berlebihan, maka makanan pokok dan tepung –
tepung dikurangi, dan memperbanyak sayur – sayuran dan buah – buahan
segar untuk menghindari sembelit (Mirza, 2009).
2. Personal Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya 2
kali mandi sehari, karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan
banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak,
bawah buah dada, daerah genetalia ) dengan cara dibersihkan dengan air
dan keringkan sesering mungkin, sangat dianjurkan mengganti pakaian
dalam karena selama kehamilan keputihan pada vagina meningkat dan
jumlah bertambah disebabkan kelenjar leher rahim bertambah jumlahnya.
Sekitar 30% calon ibu menyadari keputihan yang meningkat ini dimana
keputihan ini disebabkan oleh jamur candida albican yang dapat
menyebabkan gatal – gatal atau disebabkan infeksi oleh parasit kecil
seukuran ujung jarum yang disebut trichomonas vaginalis. Kebersihan
gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual
selama masa hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan
data menimbulkan karies (Kusmiyati dkk, 2010).
3. Kebutuhan Istirahat
Banyak wanita menjadi lebih mudah letih atau tertidur lebih lama dalam
separuh masa kehamilan. Rasa letih meningkat ketika mendekati akhir
kehamilan. Setiap wanita hamil menemukan cara yang berbeda
mengatasi keletihannya. Salah satunya adalah dengan cara beristirahat
atau tidur sebentar disiang hari.
4. Imunisasi
Di Indonesia vaksinasi terhadap tetanus (TT) diberikan 2 kali, sebaiknya
setelah bulan ke tiga dengan jarak sekurang – kurangnya 4 minggu,
vaksinasi kedua sebaiknya diberikan kurang dari 1 bulan sebelum anak
lahir agar serum antitetanus mancapai kadar optimal (Kusmiyati dkk,
2013)
Tabel 2.1
Pemberian Imunisasi TT
Antigen Interval Lama Perlindungan % per-
(Selang Waktu Minimal) lindungan
TT1 Pada kunjungan anenatal - -
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99
(Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2013)

5. Kebutuhan Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir
kehamilan meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi
berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran (Jannah, 2014).
Hubungan seksual tidak boleh dilakukan bila :
a. Terdapat pendarahan pervaginam.
b. Terdapat riwayat abortus berulang.
c. Abortus / partus premature imminens.
d. Ketuban pecah.
e. Serviks telah membuka.
f. Eliminasi (BAB dan BAK )
Akibat pengaruh progesteron, otot–otot tractus digestevus tonusnya
menurun akibatnya mobilitas saluran pencernaan berkurang dan
menyebabkan obstipasi. Untuk mengatasi hal itu ibu hamil dianjurkan
minum lebih 8 gelas, wanita sebaiknya diet yang mengandung serat,
latihan/senam hamil, dan tidak dianjurkan memberikan obat perangsang
dengan laxan (Kusmiyati dkk, 2013).
7. Senam Hamil (Exercise)
Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara berjalan-jalan
dipagi hari, renang, olahraga ringan dan senam hamil. Berjalan-jalan di
pagi hari yang banyak dianjurkan adalah jalan–jalan waktu pagi hari untuk
ketenangan dan mendapatkan udara segar. Jalan–jalan saat hamil terutama
pagi hari penting untuk mendapat menghirup udara pagi yang bersih dan
segar menguatkan otot dasar panggul dapat mempercepat turunnya kepala
bayi kedalam posisi optimal atau normal dan mempersiapkan mental
menghadapi persalinan (Jannah, 2013).
1) Rencana Persiapan Persalinan
Menurut Jannah (2013) rencana persiapan persalinan sebagai berikut:
a. Pemilihan tempat persalinan ditentukan oleh nilai risiko kehamilan
dan jenis persalinan yang direncanakan.
b. Memilih tenaga kesehatan terlatih yang diperbolehkan menolong
persalinan adalah dokter umum, bidan, serta dokter kebidanan dan
kandungan.
c. Ketersediaan dana termasuk dalam persiapan kelahiran dan
persiapan menghadapi keadaan darurat saat persalinan (birth
preparedness dan emergency readiness).
d. Pengambil keputusan jika terjadi situasi gawat darurat pada saat
pengambilan keputusan utama tidak ada.
2) Melakukan Kunjungan Ulang
Pada umumnya kunjungan ulang dijadwalkan tiap 4 minggu sampai
umur kehamilan 28 minggu. Selanjutnya tiap 2 minggu sampai umur
kehamilan 36 minggu dan seterusnya tiap minggu sampai bersalin. Hal
– hal yang perlu diperhatikan adalah (Kusmiyati dkk, 2013 ) :
a. Ibu

1) Tekanan darah.
2) Berat badan.
3) Gejala/tanda–tanda seperti sakit kepala, sakit abdomen, muntah,
pendarahan, disuria, air ketuban pecah dan lain–lain seperti
tinggi fundus uteri (TFU), keadaan serviks, dan ukuran pelvis.
b. Janin
1) DJJ.
2) Ukuran janin(TBBJ).
3) Letak dan presentasi.
4) Aktifitas.
5) Kembar atau tunggal.
c. Pemeriksaan laboratorium.
1) Hemoglobin (Hb).
2) Kunjungan ulang Trimester III.
3) Protein dalam urine bila diperlukan.
g. Perubahan Psikologis (Trimester III)
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Pada periode ini
wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi
tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan
ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya, fakta yang menempatkan
wanita tersebut gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda
dan gejalanya.
Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran
bayi. Saat ini orang di sekelilingnya akan membuat rencana pada bayinya.
Wanita tersebut akan berusaha melindungi bayinya, dengan menghindarkan
kerumunan atau seseorang atau apapun yang dianggap membahayakan. Dia
akan membayangkan bahwa bahaya terdapat diluar. Memilih nama adalah
aktivitas yang dilakukan dalam mempersiapkan kehadiran bayinya. Dia
mungkin akan mencari buku yang berisi nama-nama atau mengikuti
penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang berkaitan dalam rangka
mempersiapkan kelahiran dan kesiapan menjadi orang tua. Membuat atau
membeli pakaian bayi. Mengatur ruangan. Banyak hal yang diberikan untuk
merawat bayinya.
2.1.2 Asuhan Kehamilan
1. Tujuan Asuhan Antenatal
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan anak.
c) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal, pemberian ASI
eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
2. Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
a. Satu kali pada trimester pertama
b. Satu kali pada trimester kedua
c. Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T:
a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular seksual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.
3. Kebijakan teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi
setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantuan selama
kehamilan.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi kompenen-
kompenen sebagai berikut:
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan.
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi komplikasi.
4. Pemberian vitamin Zat Besi
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegeramungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet mengndung FeSO4 320 mg (zat besi 60mg) dan
Asam Folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya
tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.

2.2 Persalinan
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan
A. PengertianPersalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin +
uri)yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain (Mochtar, 2013). Persalinan juga diartikan sebagai proses pengeluaran janin
serta plasenta dari dalam rahim ibu (Manuaba, 2012).
B. Fisiologi Persalinan
1. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan
a. Perubahan fisiologis pada kala 1 menurut Kuswanti, dkk, (2014) adalah
sebagai berikut :
1) Perubahan suhu badan
2) Selama persalinan suhu badan akan sedikit meningkat, suhu mencapai
tertinggi selama persalinan dan segera turun setelah persalinan.
Kenaikan dianggap normal jika tidak melebihi 0,5-1°.
3) Perubahan denyut jantung
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode persalinan atau sebelum masuk persalinan. Denyut
jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun
normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya
infeksi.
4) Pernapasan
Pernapasan terjadi sedikit kenaikan dibanding dengan sebelum
persalinan, kenaikan pernapasan ini dapat disebabkan karena adanya
rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan tekhnik pernapasan yang
tidak benar. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan
pernapasan (untuk menghindari hiperventilasi) yang telah ditandai
oleh adanya perasaan pusing.
5) Perubahan gastrointestinatal
Kemampuan pergerakan gastric serta penyerapan makanan padat
berkurang, yang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti
selama persalinan dan menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh
dapat menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan
untuk tidak makan terlalu banyak atau minum berlebihan, tetapi
makan dan minum semaunya untuk mempertahankan energi dan
hidrasi.
6) Perubahan hematologis
Hb akan meningkat 1,2 gr/100ml selama persalinan dan kembali ke
tingkat prapersalinan pada haripertama setelah persalinan apabila
tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi
berkurang dan akan mendapat tambahan plasma selama persalinan.
b. Perubahan Fisiologis Kala II (Rukiyah, dkk, 2011)
1) Kontraksi uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari
sel-sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah
rahim (SBR), regangan dari servik, regangan dan tarikan
padaperitoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi.
2) Perubahan-perubahan uterus
Keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim
(SBR), dalam persalinan, SAR dan SBR akan tampak jelas, dimana
SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif
(berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi
menjadi tebal dan mendorong anakkeluar.
3) Perubahan pada servik
Perubahan pada servik kala II di tandai dengan pembukaan lengkap,
pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah
rahim dan servik.
4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi
perubahan, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh
bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang dinding-dindingnya
tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap kedepan atas dan anusmenjadi terbuka, perineum
menonjol, dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.
5) Perubahan sistem reproduksi
Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan
intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan
intensitasnya semakin kuat seiring kemajuan persalinan
6) Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan
sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolic rata-rata 5-10 mmHg.
7) Perubahan suhu
Perubahan suhu dianggap normal bila peningkatan suhu yang tidak
lebih dari 0,5-1°C yang mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan.
8) Perubahan denyut nadi
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih meningkat
dibanding selama periode menjelang persalinan.
9) Perubahan pernapasan
Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolism yangterjadi.
c. Perubahan Fisiologi Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Setelah lahir uterus teraba keras dengan fundus
uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Tempat implantasi plasenta
mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi
lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari pelekatannya dan
pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan mendorong plasenta
keluar.
Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah sebagai berikut.
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
2) Tali pusat memanjang
3) Semburan darah secara tiba-tiba
Tempat plasenta semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding rahim, setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau
ke dalam vagina.
d. Fisiologi kala IV (Elisabet, 2015)
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta
lahir. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus kembali
dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan
taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
Perlu juga diperhatikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak
ada yang tersisa dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi
perdarahan lanjut.
Perdarahan pasca persalinan adalah suatu kejadian mendadak dan tidak
dapat diramalkan yang merupakan penyebab kematian ibu di seluruh
dunia. Sebab yang paling umum dari perdarahan pasca persalinan dini
yang berat (terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan) adalah atonia
uteri (kegagalan rahim untuk berkontraksi sebagaimana mestinya
setelah melahirkan). Plasenta yang tertinggal, vagina atau mulut rahim
yang terkoyakdan uterus yang turun atau inversi juga merupakan sebab
dari perdarahan pasca persalinan.
2. Perubahan Psikologis Pada Ibu Bersalin
Perubahan psikologis pada ibu bersalin menurut rohani, 2010 adalah
sebagai berikut.
a. Perubahan psikologis kala I
Perubahan psikolois pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang,
namun ia memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong
persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama
persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi
terhadapperubahan yangterjadipada dirinya.
Perubahan psikologis dalam kala I meliputi sebagai berikut.

1) Perasaan tidak enak


2) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi
3) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain
apakah persalinan akan berjalan normal
4) Menganggap persalinan sebagai cobaan
5) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya
6) Apakah bayinya normal atau tidak
7) Apakah ibu sanggup merawat bayinya
8) Ibu merasa cemas
b. Perubahan psikologis kala II
Pada kala II his terkordinasi kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun dan masukruang panggul,
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran. Karena tekanan rektum,
ibu merasa seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka, dan perineum meregang. Dengan his meneran yang
terpimpin, maka akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
c. Perubahan psikologis kala III
1) Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.
2) Merasa gembira,lega, dan bangga akan dirinya, juga merasa sangat
lelah.
3) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.
4) Menaruh perhatian terhadap plasenta.

3. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin


Kebutuhan dasar ibu bersalin menurut Asrinah, dkk (2015) adalah sebagai
berikut.
a. Dukungan fisik dan psikologis
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan
takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara. Perasaan
takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu menjadi
cepat lelah, yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan.
Bidan harus mampu memberikan kehadiran dengan kondisi sebagai
berikut :
1) Selama bersama pasien, bidan harus berkonsentrasi penuh untuk
mendengarkan dan melakukan observasi.
2) Membuat kontak fisik, misalnya mencuci muka pasien, menggosok
punggung, memegang tangan pasien, dan sebagainya.
3) Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan bersikap tenang dan
bisa menenangkan pasien).
Ada lima kebutuhan dasar bagi perempuan dalam persalinan menurut
Lesser dan Keane:
a) Asuhan fisik dan psikologis
b) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus
c) Pengurangan rasa sakit
d) Penerimaan atas sikap dan perilakunya
e) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
b. Kebutuhan makanan dan cairan
Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, karena
makanan padat lebih lama tinggal dalam lambung daripada makanan cair,
sehingga proses pencernaan berjalan lebih lambat selama persalinan. Bila
ada pemberian obat, dapat juga merangsang terjadinya mual/muntah, yang
bisa mengakibatkan terjadinya aspirasi ke dalam paru-paru.
Untuk mengurangi dehidrasi, pasien boleh diberi minuman segar (jus buah,
sup, dll) selama proses persalinan, namun bila mual atau muntah dapat
diberikan cairan IV (RL).
c. Kebutuhan eliminasi
Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses persalinan.
Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemihjuga harus dicatat. Bila
pasien tidak mampu berkemih sendiri, dapat dilakukan kateterisasi, karena
kandung kemih yang penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah
janin. Selain itu, juga akan meningkatkan rasa tidak nyamanyang tidak
dikenali pasien, karena bersamaan dengan munculnya kontraksi uterus.
Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan bagianterbawah janin,
namun bila pasien mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan
kemungkinan adanya tanda dan gejalamasukpada kala II.
d. Posisioning dan aktifitas
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa
disadari, dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar
tenang dan rileks, bisa mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan
posisi yang di inginkan ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, peranan
bidan adalah mendukung ibu dalampemilihan posisi apapun, menyarankan
alternatif-alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau
membahayakan bagi diri sendiri maupun bagi bayinya. Bila ada
anggotakeluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendamping ibu, bidan
bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendampingi tersebut.Saat
memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau
membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan harus
melakukan semuanya dengan penuh kasih sayang, meliputi:
a. Aman, sesuai evidence based, dan memberi sumbangan pada
keselamatan jiwa ibu.
b. Memungkinkan ibu merasa nyaman dan aman secara emosional serta
merasa didukung dan didengarkan.
c. Menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan agama, dan ibu beserta
keluarganya sebagai pengambil keputusan.
d. Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai
teknologi canggih.
e. Memastikan bahwa informasi yang diberikan telah memadai serta dapat
dipahami ibu.

Tabel 2.4
Posisi Untuk Persalinan

Posisi Alasan/Rasionalisasi
Duduk atau setengah duduk Lebih mudah bagi bidan untuk
membimbing kelahiran kepala bayi dan
mengamati/mendukung perineum.
Posisi merangkak a. Baik untuk persalinan dengan
punggung yang sakit.
b. Membantu bayi melakukan rotsi
c. Peregangan minimal pada perineum.
Jongkok atau berdiri a. Membantu penurunan kepala bayi.
b. Memperbesar ukuran panggul:
menambah 28% ruang outletnya.
c. Memperbesar dorongan untuk meneran
(bisa memberi kontribusi pada laserasi
perineum).
Berbaring miring ke kiri a. Memberi rasa santai bagi ibu yang letih
b. Memberi oksigenasi yang baik bagi
bayi.
c. Membantu mencegah terjadinya
laserasi
Sumber: Asrinah, 2015.

5. Pengurangan rasa nyeri


a. Etimilogi nyeri persalinan
Nyeri pada kala I persalinan adalah akibat adanya dilatasi serviks,
segmen bawah rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta
perlukaan pada jaringan otot maupun ligamen-ligamen yang menopang
struktur diatasnya. Teori tersebut dapat dijelaskan dengan pendapat
Bonica dan Mc.Donald melalui faktor-faktor berikut:
b. Regangan dari otot-otot halus memberikan rangsangan pada nyeri
visceral.
c. Intensitas dan lamanya nyeri berhubungan dengan munculnya tekanan
intaruterin, yang berpengaruh pada dilatasi dari struktur tersebut.
d. Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang tidak bersalin,
misalnya pada saat dilakukan tindakan digital atau kuret, mereka
mengalami nyeri seperti yang dirasakan oleh ibu bersalin.
6. Mekanisme nyeri persalinan
Nyeri pada saat persalinan menempati skor 30-40 dari50 skor yang
ditetapkan wall dan mellzack. Rasa nyeri disebabkan oleh kombinasi
peregangan segmen bawah rahim dan iskemia otot-otot rahim. Dengan
peningkatan kekuatan kontraksi, serviks akan tertarik. Kontraksi yang
kuat ini juga membatasi pengaliran oksigen pada otot-otot rahim sehingga
terjadi nyeri iskemik. Keadaan ini diakibatkan oleh kelelahan ditambah
lagi dengan kecemasan yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan,
menghalangi relaksasi bagian tubuh lainnya dan mungkin pula
menyebabkan exhaustion (kelemahan yang sangat).
a. Pendekatan-pendekatan nonfarmakologik dalam mengurangi nyeri
persalinan
1. Posisi ibu dan perubahan posisi
Secara medis anggapan bed rest selama persalinan adalah saat dimana
ibu membutuhkan istirahat lebih banyak, terutama pada ibu bersalin
dengan komplikasi serta adanya kesulitan untuk bergerak karena ada
intervensi seperti pemberian cairan intravena, pelaksanaan vetal
monitoring secara terus menerus dan juga pemberian sedatifdan
anestesi.Perubahan posisi, termasuk ambulasi, telah diteliti
hubungannya dengan pemakaian medikasi minimaluntuk mengurangi
nyeri persalinan, kontraksi uterus menjadi lebih efektif dan
meningkatkan kesadaran ibu terhadap pengaturan kelahiran.
2. Pijatan
Pijatan digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri
melalui peningkatan aliran darah pada daerah-daerah yang terpengaruh,
merangsangreseptor-reseptor raba kulit sehingga merilekskan otot-otot
mengubah suhukulitdan secara umum memberikan perasaan nyaman
yang berhubungan dengan keeratan hubungan manusia.
3. Tekanan dan tekanan yang kuat
4. Distraksi
5. Teknik deep relaxation pada proses persalinan

6. Tanda-tanda Timbulnya Persalinan (Elisabet, 2015)


Tanda-tanda inpartu :
a. Terjadinya HIS persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa nyeri
diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks. His persalinan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Pinggangya terasa sakit dan menjalar kedepan.
2) Sifat His teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan semakin besar.
3) Terjadi perubahan pada serviks.
4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka
kekuatan hisnya akan bertambah.
b. Keluarnya Lendir Bercampur Darah
Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir
berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah disebabkan
robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.
c. Kadang-kadang Ketuban Pecah Dengan Sendirinya
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun, apabila tidak tercapai, maka
persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi
vakum atau sectio caesario.
d. Dilatasi dan Effacment
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur
akibat pengaruh His. Effacement adalah pendaftaran atau pemendekan
kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi hilang sama
sekali sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti keatas.

2.2.2 Asuhan Persalinan


a. Asuhan Persalinan pada Kala I (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin pada Kala I adalah :
1. Asuhan yang diberikan yaitu beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu.
2. Jika ibu tampak gelisah/kesakitan biarkan ia berganti posisi sesuai
keinginan, tapi jika ditempat tidur sarankan untuk miring kiri, biarkan ia
berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya, serta anjurkan
suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh muka ibu, dan ajari
teknik bernapas.
3. Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang lain
tanpa seizin ibu.
4. Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air
besar/kecil.
5. Jaga kondisi ruangan sejuk untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
baru lahir, suhu ruangan minimal 25°C dan semua pintu serta jendela harus
tertutup.
6. Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
7. Sarankan ibu berkemih sesring mungkin.
8. Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan partograf

Tabel 2.5

Penilaian dan Intervensi Selama Kala I

Frekuensi Pada Frekuensi Pada


Parameter
Kala I Laten Kala I Aktif
Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
Denyut Jantung janin Tiap 1jam Tiap 1 jam
Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Pembukaan serviks Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Penurunan kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Warna cairan amnion Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2013

9. Pasang infus intravena untuk pasien yang terindikasi.


10. Isi dan letakkan partograf di samping tempat tidur atau dekat pasien.
11. Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan.
12. Persiapkan rujukan jika terjadi komplikasi.

b. Asuhan Persalinan pada Kala II, III, dan IV (Prawirohardjo, Sarwono, 2014) :
Tatalaksana pada kala II, III dan IV tergabung dalam 60 langkah APN yaitu :
1. Mengenali tanda dan gejala kala II yaitu ibu mempunyai keinginan untuk
meneran, ibu merasa tekanan yang semakin kuat pada rectum dan
vaginanya, perineum menonjol dan menipis, vulva-vagina dan sfingter
ani membuka.Menyiapkan Pertolongan Persalinan.
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial dan
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai
2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau
tisu bersih.
5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah steril tanpa mengontaminasi tabung
suntik.Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik.
7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT dan buang kapas yang terkontaminasi
dan lepas sarung tangan apabila terkontaminasi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, lakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan
amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat kepala sudah
masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan
sarung tangan dlam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160) kali/menit.
Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.Menyiapkan Ibu dan
Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran.
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
16. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
17. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.Menolong
Kelahiran Bayi.
Lahirnya kepala
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara
tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung abyi dengan kain atau
kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi.Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali
pusat lewat kepala bayi atau jika terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik
lalu gunting diantaranya.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis. Gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jar-jari lainnya).
25. Penanganan Bayi Baru Lahir
26. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit leih rendah dari
tubuhnya.
27. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi.
28. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
29. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
30. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, ambl tindakan yang sesuai.
31. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.Memberikan Oksitosin.
32. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.Memberitahu
kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelahkelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit IM di gluteus atau sepertiga atas paha kanan ibu bagian luar,
setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu bagian tangan di atas kain yang berada di perut ibu, tepat
di tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
kea rah atas dan belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak llahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
kontraksi berikutnya.
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah bawah dan kemudian kea rah atas, mengikuti kurva jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali
pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15
menit menegangkan tali pusat, berikan dosis ulang oksitosin 10 unit IM,
lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh, minta keluarga untuk
menyiapkan rujukan, ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya,
segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 setelah bayi lahir, jika
terjadi perdarahan lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban robek, lakukan
eksplorasi.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.
Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42. Menilai ulang uterus, pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke llarutan
klorin , membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau mengikat dengan simpul mati
sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat lagi satu simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan kain
bersih dan kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uuterus dan perdarahan pervaginam
yaitu setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin, setiap 15 menit
pada 1 jam pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin
Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik. Jika ditemukan laserasi yang
memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi local dengan
menggunakan teknik yang sesuai.
50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan medis.
51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
52. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca salin dan setiap 30 menit selama jam
kedua pascasalin. Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascasalin dan lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
55. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberi ASI dan anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minum dan makan.
57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
Dokumentasi.
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.

2.3 Nifas
2.3.1 Konsep Dasar Nifas
A. Pengertian Nifas
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas
adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. (Saleha, 2013)
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama
6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. (Nurjanah, dkk, 2013)
(Menurut Nurjanah, dkk 2013) Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu
puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early
puerperium) dan remote puerperium (later puerperium). Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
Postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana
pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang
lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama
jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi,
waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.

B. Fisiologi Nifas
1. Perubahan Fisiologis pada masa nifas: (Walyani, 2015)
a. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula.
b. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750gr
3. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dangan berat uterus 500gr
4. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350gr
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50gr
c. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea

Tabel 2.5
Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan


postpartum sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel
desidua, verniks
kaseosa,lanugo dan
meconium
Sanguilebta 3-7 hari Berwarna merah Berisi darah dan
postpartum kekuningan lender
Serosa 7-14 hari Merah jambu Cairan serum, jaringan
postpartum kemudian kuning desidua, leukosit, dan
eritrosit.
Alba 2 minggu Berwarna Putih Cairan berwarna putih
postpartum seperti krim terdiri
dari leukosit dan sel-
sel desidua.
Parulenta Terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah
berbau busuk
Lochiotosis Lochea tidak lancar
keluarnya
Sumber : Saleha. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta
d. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus
dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3
jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti sebelum
hamil. (Rukiyah, 2011)
e. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar salama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015)
f. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan
kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat
kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).
Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior
pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek
let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang
untuk menghasilkan ASI lebih banyak. (Saleha, 2013).
g. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi
terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena
kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek
hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena
adanya luka episiotomi. (Bahiyatun, 2016)
h. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal
setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh
adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan
oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat
berkurang setelah 24 jam postpartum. (Bahiyatun, 2016)
i. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah, 2013)
1. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 oC-
38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
(dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan
limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan
ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya
ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium,
mastitis, tractus genetalis atau system lain.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit
atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi
akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
3. Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan
10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah
(normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa
postpartum
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
j. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala
tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada
beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir
minggu ke-3 postpartum. (Bahiyatun, 2016)
2. Perubahan psikologis pada masa nifas
Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan
lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa
postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016)
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan, ibu
akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)
1. Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan
bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala
energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan
bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.
2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang
kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai
ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive
sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.
3. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES)
Fase ini mer upakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung
tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri
dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu
sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Kinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

C. Kebutuhan Ibu Pada Masa Nifas


Kebutuhan Nutrisi Ibu Nifas adalah sebagai berikut: (Walyani, 2015)
1. Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untukl keperluan
metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
akan meningkat 25%. Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi,
bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolism tubuh,
kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memrlukan
2.200 K.Kalori. ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan
wanita dewasa +700 KK pada 6 bulan pertama, kemudian +500 KK bulan
selanjutnya.
2. Kebutuhan Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolism tubuh.
Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan
tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari postpartum.
Minum kapsul Vit. A (200.000 unit).

3. Kebutuhan Ambulasi
Ambulasi Dini (Early Ambulation) adalah kebijakan untuk selekas
mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidur selama 24-48 jam post partum. Keuntungan early
ambulation adalah klien merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat.
Faal usus dan kandung kencing lebih baik, dapat lebih memungkinkan
dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya,
memandikan, selama ibu masih dalam masa perawatan. (Nurjanah, 2013)
4. Eliminasi
a) Miksi
Ibu diminta untuk Buang Air Kecil (Miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
(Saleha, 2013)
b) Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari
kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi
obat pencahar per oral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat
pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisna (huknah).
(Saleha, 2013)
5. Personal Hygiene
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,
mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu
tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum
dengan baik dengan menggunakan antiseptik dan selalu diingat bahwa
membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. (Walyani, 2015)
6. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan
ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. (Walyani, 2015)

2.3.2 Asuhan Nifas


A. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari perawatan nifas adalah memulihkan kesehatan umum penderita,
mempertahankan kesehatan psikologis, mencegah infeksi dan komplikasi,
memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI), mengajarkan ibu untuk
melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi
dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang normal.(Bahiyatun, 2016).

2.3.3 Mastitis
A. Definisi mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau

tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka

pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai

laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi

terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran

darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan

yang akurat.

Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan

komplikasi berat dari mastitis. Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan

tempatnya serta berdasarkan penyebab dan kondisinya.


Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.

2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat

itu.

3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang

menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.

Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi

pula menjadi 3, yaitu :

1. Mastitis periductal

Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang

menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal

juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran

karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.

2. Mastitis puerperalis/lactational

Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.

Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi

payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.

3. Mastitis supurativa

Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman

Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC

memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak

tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.

B. Anatomi fisiologi payudara


1. Anatomi Payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,

sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari

payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal

terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang

ke kelenjar interpektoralis.

2. Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan

pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh

ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon

hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar

hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari

sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-

kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari

menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga

pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu

itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar

terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus

berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.


Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan

melalui duktus ke puting susu.

C. Penyebab
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya

merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.

1. Statis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara.

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau

setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada

payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi

menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan

dan menyusui untuk kembar dua/lebih.

2. Infeksi

Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara

adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus albus.Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang

juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam

tifoid.

D. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :

1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada

wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.

2. Paritas

Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.

3. Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat

teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.

4. Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun

penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.

5. Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi

terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium

dapat mengurangi resiko mastitis.

6. Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan

dalam payudara.

7. Stres dan kelelahan

Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin

istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini

atau tidak.

8. Pekerjaan di luar rumah


Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang

dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.

9. Trauma

Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan

kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

E. Gejala mastitis
Adapun gejala-gejala Mastitis adalah :

1. Nyeri payudara dan tegang atau bengkak.

2. Kemerahan dengan batas jelas.

3. Biasanya hanya satu payudara.

4. Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan

F. Pencegahan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk

mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan

sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang

sudah mengering. Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu yang

menyusui bayinya harus bebas dari infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka

pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan

sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.

G. Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mamae

yang sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan tindakan ini terjadinya abses

sering kali dapat dicegah karena biasanya infeksi disebabkan oleh Stapilococus
aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan. Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakan air susu, supaya penyebab mastitis benar-

benar diketahui. Bila ada abses dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa

ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada

duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus itu.

H. Posisi menyusui yang benar


Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan kebersihan pemberian ASI

dan mencegah lecet punting susu, pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar

berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya. Terutama jika ibu

pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.

Posisi menyusui yang benar :

1. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan

tubuh berada pada satu garis lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu.

Hidung bayi didepan putting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa

sehingga perut bayi ketubuh ibunya.

2. Ibu mendekatkan bayi ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu) dan

mengamati bayi siap menyusu, membuka mulut, bergerak mencari dan

menoleh.

3. Ibu menyentuhkan putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi

terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu

sehingga bibir bayi dapat menangkap putting susu sendiri.

Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik :

1. Dagu menyentuh payudara ibu.


2. Mulut terbuka lebar.

3. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.

4. Mulut bayi mencakup sebanyak mungki areola (tidak hanya putting saja).

Lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola

bawah.

5. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.

6. Bibir bawah bayi melengkung keluar.

7. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai

berhenti sesaat.

I. Penanganan dan peran bidan


1. Payudara dikompres dengan air hangat.

2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.

3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.

4. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.

5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya. fadlie.web.id

6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat

cukup.

2.4 Bayi Baru Lahir


2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
A. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar, dan
tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2013)
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38- 42 minggu
dengan berat badan sekitar 2500 - 3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm
(Sondakh, 2013).

B. Fisiologi Bayi Baru Lahir


1. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Menurut (Rukiyah, 2013), Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai
beberapa tanda antara lain: Appeareance color (warna kulit), seluruh tubuh
kemerah-merahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung 100x/menit, Grimace
(reaksi terhadap rangsangan), menangis, batuk/bersin, tonus otot, gerakan aktif,
usaha nafas, bayi menangis kuat.
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38c0 atau terlalu dingin (kurang
dari 36c), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke
2-3 tidak biru, pucat, memar. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat
seperti: tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah. Dapat
berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidak ada lender atau
darah pada tinja.
2. Adaptasi fisiologi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuasian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus kehidupan di luar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis. Bila terdapat gangguan adaptasi,
maka bayi akan sakit (Muslihatun, 2010).
1) Adaptasi ekstra uteri yang terjadi cepat
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang
tinggi pada toraks dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah
bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairang yang ada didalam
paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian
diabsorpsi. Karena stimulus oleh sensor kimia,suhu, serta mekanis
akhirnya bayi memulai aktivitas nafas untuk pertama kali (Walyani, 2016).
2) Adaptasi ekstra uteri yang terjadi secara kontinu
1. Perubahan pada darah
a) Kadar hemoglobin (Hb)
Bayi dilahirkan dengan kadar Hb yang tinggi. Konsentrasi Hb normal
dengan rentang 13,7-20 gr%. Hb yang dominan pada bayi adalah
hemoglobin F yang secara bertahan akan mengalami penurunan
selama 1 bulan. Hb bayi memiliki daya ikat (afinitas) yang tinggi
terhadap oksigen, hal ini merupakan efek yang menguntungkan bagi
bayi. Selama beberapa hari kehidupan, kadar Hb akan mengalami
peningkatan sedangkan volume plasma menurun. Akibat penurunan
volume plasma tersebut maka kadar hematokrit (Ht) mengalami
meningkatan (Walyani, 2016).

b) Sel darah merah


Sel darah merah bayi baru lahir memiliki usia yang sangat singkat (80
hari) jika dibandingkan dengan orang dewasa (120 hari). Pergantian
sel yang sangat cepat ini akan menghasilkan lebih banyak sampah
metabolic, termasuk bilirubin yang harus dimetabolisme. Kadar
bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan ikterus fisiologi yang
terlihat pada bayi baru lahir, oleh karena itu ditemukan hitung
retikulosit yang tinggi pada bayi baru lahir, hal ini mencerminkan
adanya pembentukkan sel darah merah dalam jumlah yang tinggi
(Walyani, 2016).
c) Sel darah putih
Jumlah sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang
mulai dari 10.000-30.000/mm2. Peningkatan lebih lanjut dapat terjadi
pada bayi baru lahir normal selama 24 jam pertama kehidupan.
Periode dapat menyebabkan hitung sel darah putih meningkat
(Walyani,2016).
Tabel 2.7
Komponen dan Rentang Optimal dalam Darah Bayi Baru Lahir

Komponen Rentang Optimal


Konsentrasi Hb 14-20 gr%
Hitung sel darah merah 4,2-5,8 juta/mm2
Hematokrit 43-63%
Hitung retikulosit 3-7%
Hitung sel darah merah 10.000-30.000/ mm2
Hitung trombosit 150.000-350.000/ mm2
Granulosit 40-8-%
Limfosit 20-40%
Monosit 3-10%
Sumber : Sumber : Walyani S. E. 2015. Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta

2. Perubahan pada sistem Gastrointestinal


Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur
dibandingkan orang dewasa. Membran mukosa pada mulut berwarna
merah jambu dan basah. Gigi tertanam di dalam gusi dan sekresi ptialin
sedikit. Hubungan antar esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan
neonatus. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml (15-
30) ml untuk bayi baru lahir cukup umur. Kapasitas lambung ini akan
bertambah perlahan seiring dengan pertumbuhan bayi. Pada waktu
lahir, usus bayi dalam keadaan steril hanya dalam beberapa jam.
Kotoran pertama berwarna hijau kehitam-hitaman, keras, mengandung
empedu. Pada hari ke 3-5, kotoran berubah menjadi kuning kecoklatan
(Rochmah, 2012)
3. Perubahan pada sistem imun
Sistem imun bayi baru lahir masih belum matur sehingga neonatus
rentan mengalami infeksi dan alergi. Sistem imun yang matur akan
memberi kekebalan alami maupun kekebalan dapatan. Kekebalan alami
terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah
ataunmeminimalkan infeksi (Rochmah, 2012)
4. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung banyak air dan kadar natrium lebih
besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal
belum sempurna karena ketidakseimbangan luas permukaan glomerolus
dan volume tubulus proksimal serta renal blood flow relative kurang
bila dibandingkan dengan orang dewasa (Muslihatun, 2010).
3. Perlindungan termal
Beberapa upaya yang dapat dilakukan utnuk meminimalkan kehilangan
panas tubuh bayi baru lahir adalah sebagai berikut (Sondakh,2013) :
a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
b) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan
selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung
dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c) Mempertahankan lingkungan termal netral
4. Pemotongan tali pusat
Pemotongan dan pengikatan tali-pusat merupakan pemisahan fisik terakhir
antara ibu dan bayi. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti
dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat (high risk
baby) dapat dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin, agar dapat
dilakukan resusitasi sebaik-baiknya (Sondakh, 2013).

2.4.2 Asuhan Bayi Baru Lahir


a. Pengertian Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut Rochmah dkk (2012), Aktifitas asuhan pada bayi baru lahir meliputi
menilai kondisi bayi baru lahir, memfasilitasi pernapasan spontan, mencegah
hipotermia, memfasilitasi kontak dini, mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan pertolongan serta merujuk sesuai kebutuhan,
Bidan harus mampu untuk:
1) Menilai dan memeriksa kondisi bayi secara umum setelah bayi lahir dan
menilai dengan menggunakan skor apgar.
Tabel 2.7
Nilai Apgar Skor

Skor 0 1 2
Appearence Pucat Badan mera, Seluruh tubuh
color ekstremitas biru kemerah-
(warna kulit) meerahan
Pulse Tidak ada < 100 x / menit  100 x menit
(heart rate) atau
frekuensi jantung
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis, batuk
(reaksi terhadap mimic bersin
rangsangan)
Activity Lumpuh Ektermitas dalam Gerakan aktif
(tonus otot) fleksi sedikit
Repiration Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat
(usaha nafas) teratur
Sumber: (Rukiyah,A.Y, dan Yulianti, Lia.2013)

2) Memfasilitasi bayi untuk bernafas spontan dan melakukan resusitasi.


3) Mengenali tanda-tanda hipotermia, mencegah dan menanganinya.
4) Mengenali adanya kelainan pada bayi baru lahir dan melakukan pertolongan
pertama sebelum dirujuk.
Tabel 2.2
Jadwal Kunjungan Neonatus

Kunjungan Penatalaksanaan
Kunjungan 1. Mempertahankan suhu bayi, hindari memandikan hingga sedikitnya enam
Neonatal jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika suhunya
ke-1(KN 36,50C bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
1) tertutup
dilakukan 2. Pemeriksaan fisik bayi
dalam a. Mata : tanda-tanda infeksi
kurun b. Telinga : pemeriksaan dalam berhubungan dengan mata dan kepala
waktu 6- c. Hidung dan mulut : bibir dan langit-langit periksa adanya sumbing,
48 jam refleks hisap (pada saat menyusui)
setelah d. Leher : pembengkakan
bayi lahir e. Dada : bentuk, putting, bunyi nafas, bunyi jantung
f. Bahu lengan dan tangan : gerakan normal, jumlah jari
g. Sistem saraf : refleks moro
h. Perut : bentuk, perdarahan tali pusat
i. Kelamin laki-laki : testis berada dalam skrotum, lubang penis terletak
diujung penis
j. Kelamin perempua : vagina berlubang, uretra berlubang, labia minor dan
labia mayor
k. Tungkai dan kaki : gerak normal, jumlah jari
l. Punggung dan anus : pembengkakan atau cekungan, ada lubang
anus/tidak
m. Kulit : verniks, warna, pembengkakan/bercak hitam, tanda-tanda lahir
n. Konseling : jaga kehangatan, pemberian ASI, perawatan talli pusat, agar
ibu mengawasi tanda-tanda bahaya
o. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali ibu : pemberian ASI sulit, sulit
menghisap/lemah hisapan, kesulitas bernafas yaitu pernafasan cepat > 60
x/menit, letargi-bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan,
warna kulit abnormal-kulit biru (sianosis) atau kuning, febris/hipotermi,
tanda perilaku abnormal/tidak biasa, tidak BAB selama 3 hari, muntah
terus-menerus, perut bengkak, tinja hijau tua dan darah berlendir, mata
bengkak/mengeluarkan cairan.
p. Lakukan perawatan tali pusat. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan
terbuka agar terkena udara dan dengan kain bersih secara longgar,
lipatlah popok dibawah tali pusat, jika tekena kotoran tinja, cuci dengan
sabun dan air bersih dan keringkan dengan benar.
q. Memberikan imunisasi HB-0
Kunjungan 1. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
Neonatal 2. Menjaga kebersihan bayi
ke-2 3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, icterus,
(KN2) hari diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI
ke-3 4. Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam,
sampai dalam 2 minggu pasca persalinan
hari ke-7 5. Menjaga keamanan bayi dan suhu tubuh bayi
setelah 6. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif
bayi lahir 7. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Kunjungan 1. Pemeriksaan fisik
Neonatal 2. Menjaga kebersihan bayi
ke-3 3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
(KN3) hari 4. Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam
ke-8 5. Menjaga keamanan bayi dan suhu tubuh bayi
sampai ke- 6. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif
28 setelah 7. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
bayi lahir
Sumber : Perawatina. 2017. Waktu/Jadwal Pelaksanaan Kunjungan Neonatus (KN) dan Kunjungan Nifas (KF).
http://www.perawatina.com (diaksess 12 Juni 2017).
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian Keluarga Berencana
KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan tersebut (Suratun, 2013).
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan (Th.Endang, 2015).

b. Tujuan Program Keluarga Berencana


Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai kekuatan social
ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dpat memenuhi kebuthan hidupnya
(Handayani, 2014).
Tujuan khusus program KB meliputi :
a. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama
serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
b. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga ntdepmempunyai keturunan hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
Konseling perkawinan atau naasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah degan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kotrasepsi secara berkelanjutan. Sasaran tidak langsung
pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera (Sri Handayani, 2014).
d. Metode Kontrasepsi
a) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi yang dalam
penggunaannya memilih tingkat efektivitas dan tingkat kelangsungan
pemakaiannya yang tinggi dan angka kegagalan yang rendah (dr.Erna,2015).
a. Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device)
IUD merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rahim.
Macam : Lippes loop, Multi load, Copper 7, Copper T, Nova T.
Cara kerja : Menghambat kemampuan sperma, mempengaruhi fertilisasi,
mencegah pertemuan sperma dan ovum, memunkingkan mencegah
implantasi.
Efektivitas : Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
a. Implant/Susuk
Implant/Susuk merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit
pada lengan kiri atas, bentuknya seperti tabung kecil, ukurannya sebesar
batang korek api.
Macam : Norplant, Implanon, Jadena dan Indoplant.
Cara Kerja : Mengentalkan lendir serviks, menghambat perkembangan
siklus endometrium , mempengaruhi transportasi sperma, menekan
ovulasi.
Efektivitas : Sangat efektif 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan.
b. Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
KONTAP merupakan prosedur klinik untuk menghentikan fertilisasi
dengan cara operatif falam pencegahan kehamilan yang bersifat permanen.
Macam : Kontrasepsi mantap pada wanita , kontrasepsi mantap pada pria.
Cara Kerja : Mencegah pertemuan sperma dan ovum.
Efektivitas : Efektivitas 0,2-4 kehamilan per 100 wanita pada tahun
pertama penggunaan.
b) Metode Kontrasepsi Jangka Pendek
Metode kontrasepsi jangka pendek adalah cara kontrasepsi yang dalam
penggunaannya memiliki tingkat efektivitas dan tingkat kelangsungan
pemakaiannya rendah karena dalam jangka waktu pendek sehingga
keberhasilannya memerlukan komitmen dan kesinambungan penggunaan
kontrasepsi tersebut.
a. Suntik Kombinasi merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang diberikan
dengan cara disuntikkan.
Macam : Suntikan kombinasi 25 mg Depo Medroxy Progesterone Acetate
(DMPA) dan estradiol sipionat Cyclofem, suntikan kombinasi 50 mg
Norethindrone Enanthate (NEE) dan 5 mg estradiol valerat.
Cara Kerja : Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, mencegah
terjadinya implantasi, mengahmbat transformasi gamet.
Efektivitas : Sangat efektif selama setahun pertama penggunaan (0,1-0,4
kehamilan per 100 perempuan).
b. Suntikan Progestin merupakan jenis kontrasepsi yang mengandung
hormeone progestin dan diberikan dengan cara disuntikkan.
Macam : Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap 3 bulan, Depo Noretisteronenantate (Depo
Noristerat) yang mengandung 200 mg noretindronenantat yang diberikan
setiap 2 bulan.
Cara Kerja : mengentalkan lendir serviks, menhambat perkembangan
siklus endometrium, mempengaruhi transportasi sperma, menekan ovulasi.
Efektivitas : Sangat efektid 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan.
c. Pil Kombinasi merupakan kontrasepsi dalam bentuk pil yang mengandung
hormone progesterone dan estrogen dalam dosis kecil dan memiliki masa
efektif selama 24 jam.
Macam : Monofasik, Bifasik, Trifasik
Cara Kerja : Mencegah produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH).
Efektivitas : Efektivitas 0,2-4 kehamilan per 100 wanita pada tahun
pertama penggunaan.
d. Pil Progesterone/Mini Pil merupakan Pil kontrasepsi yang mengandung
progesterone saja.
Macam : Mini pil kemasan 28 pil mengandung 75 mikrogram desogestril,
mini pil kemasan 35 pil mengandung 300 mikrogram levonogestrol atau
350 mikrogram norerindron.
Cara Kerja : Lendir serviks menjadi pekat endometrium menjadi tipis
e. Spermisida merupakan kontrasepsi berbahan kimia yang dapat membunuh
sperma ketika dimasukkan ke dalam vagina.
Macam : Aerosol (busa), jeli, krim, tablet vagina, dissolvable film.
Cara Kerja : Menyebabkan selaput sel sperma pecah, memperlambat
motilitas sperma, menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
f. Kondom merupakan selubung/karet sebagai salah satu metode kontrasepsi
atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan kelamin pada saat
bersenggama.
g. Diafragma merupakan metode kontrasepsi yang dirancang dan disesuaikan
dengan vagina untuk pengahalang serviks yang dimasukkan ke dalam
vagina berbentuk ke dalam vagina berbentuk seperti topi/mangkuk yang
terbuat dari karet dan bersifat fleksibel.
Cara Kerja : Menghalangi maasuknya sperma.

2.5.2 Asuhan Pada Keluarga Berencana


a. Pengertian Asuhan Keluarga Berencana
Pemberi prinsip pelayanan kontrasepsi adalah memberian kemandirian
pada ibu dan pasangan untuk memilih metode yang diinginkan.Pemberi pelayanan
berperan sebagai konselor dan fasilitator menurut (WHO, 2013).
b. Panduan Pemilihan Kontrasepsi
Pemberian pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilisator, sesuai
dengan langkah-langkah di bawah ini, ( Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, 2013) :
1. Jalin komunikasi yang baik denga ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri. Gunakan komunikasi
verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas
dan keinginannya pada kunjungan ini.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan
pilihan metode tertentu.
3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat
digunakan ibu.
Berikan informasi obyektif dan lengkap tentang berbagai metode
kontrasepsi : efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat
terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek
yang merugikan tersebut.
4. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi
dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya.
Apa lagi ingin mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi
kembali atau rujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu
Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskan mengenai :
a) Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi.
b) Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.
c) Cara mengenali efek samping/komplikasi.
d) Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/ tempat pelayanan untuk
kunjungan ulang bila diperlukan.
e) Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi.
6. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini belum mendapat
informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak
mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan
ibu.Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan.
BAB III

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Kunjungan I

Tanggal Pengkajian : 11 Juni 2021


Waktu : 13.30 WIB
Tempat : Klinik Bidan Hayani
Pengkaji : Nurhayani

DATA SUBJEKTIF

Ibu Suami
Nama : Ny.F Tn. D
Umur : 24 Tahun 29 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Padang Padang
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Sidodadi Sidodadi

No. Hp : -
1. Biodata

69
2. Kunjungan Saat ini
Kunjungan pertama
Alasan Datang/Keluhan Utama
Tanggal : 11 Juni 2021 Pukul: 13.30 WIB
Ibu datang ke Klinik Bidan Hayani untuk memeriksakan kehamilannya.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Lama : ± 7– 8 hari
Siklus : 28-30 hari
Jumlah Darah : 3 x ganti pembalut
Konsistensi : Cair
Dismenorhoe : tidak ada
HPHT : 21 -09 -2020
TTP : 28 -06 -2021 Paritas :G1P0A0
UK :11 -6- 2021
21 -9 -2020
20 8 x 4 = 32 mingg
8 x 2 =16 hari
20+16 = 36 hari, 5 minggu, 1 hari
Jadi 32 minggu + 36 hari ( 5 minggu 1 hari ) = 37 minggu 1 hari .

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


ANC : Trimester I : 1 Kali di Klinik Bidan Hayani
Trimester II : 1 Kali di praktek Dokter
Trimester III : 2 kali di Klinik Bidan Hayani
Gerakan janin dirasakan lebih dari >20 x / hari dalam 24 jam
Imunisasi : Ibu mendapatkan suntik TT pertama pada bulan
April dan TT kedua pada bulan Mei 2021

70
Fe : Ibu mengatakan minum tablet Fe secara teratur 1x
sehari, sebelum tidur
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Tabel 3.1
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu Pada
Ny. F G1P0A0 Di Klinik Bidan Hayani

Tahun 2020
Persalinan BBL Nifas
Ha
Umur Jenis Komplikasi
mil Tgl Penol BB Keada Kelai
Kehami Persali Laktasi
Ke Lahir ong Ibu Bayi Lahir an nan
lan nan
1. HAMIL INI

6. Riwayat Kontrasepsi
Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
7. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti jantung,
hipertensi, asma, diabetes, dan penyakit menular seperti TBC
(Tuberculosis), HIV/AIDS, Hepatitis. Ibu juga mengatakan di dalam
keluarganya tidak mempunyai riwayat kehamilan kembar.
8. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan menikah 1 kali pada usia 23 tahun, usia suami 28 tahun.
9. Keadaan Psikososial Spiritual
a. Kehamilan ini diinginkan
b. Pengetahuan ibu tentang kehamilandan keadaan sekarang cukup.
c. Penerimaanterhadap kehamilan saat ini diterima.
d. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan mendukung.
e. Ketaatan ibu dalam beribadah rajin.

10. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Tabel 3.2
Kebiasaan Sehari-hari Pada Ny. F G1P0A0 Di Klinik Bidan Hayani

71
Pola Sehari-hari Sebelum Hamil Selama Hamil
1. Nutrisi
a. Makan 3 kali sehari 3 kali sehari
Jenis makanan Nasi, Sayur, Lauk, Nasi, Sayur, Lauk, Pauk,
Pauk buah
(pada trimester pertama
ibu mengalami emesis
gravidarum yang
membuat ibu tidak selera
makan.

± 8 gelas sehari
Air putih/susu
b. Minum 5 – 7 gelas sehari (Selama hamil ibu sering
Jenis minuman Air Putih minum dan sering BAK)
2. Istirahat
a. Siang ± 1 jam ± 1 jam
b. Malam ± 7 jam ± 7 jam
(Ibu tidak mengalami
perubahan pola istirahat)
3. Eliminasi
a. BAK 4 – 5 kali / hari 5 – 9 kali / hari
Warna Kuning Jernih Kuning Jernih
(Selama hamil ibu sering
BAK, terutama pada
malam hari)

b. BAB 1 kali / hari 1 kali / hari


Warna Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan
Lembek Lembek
(selama hamil ibu tidak
mengalami perubahan
pola BAB)
4. Personal Hygiene
a. Mandi 2 kali / hari 2 kali / hari
(selama hamil ibu sering
mengeluarkan keringat,
maka dari itu ibu selalu
mencari tempat yang

72
sejuk agar tidak banyak
mengeluarkan keringat)
b. Gosok Gigi 2 kali / hari 2 kali / hari
c. Keramas 1 kali / hari 2 kali / hari
(selama hamil ibu sering
mengeluarkan keringat,
maka dari itu ibu lebih
sering keramas karena
rambut ibu bau dan
lembab)

d. Perawatan Tidak pernah Tidak pernah


Payudara (ibu tidak pernah
perawatan payudara dan
kolostrum ibu belum
keluar)
e. Perawatan Setiap mandi Setiap mandi
Vulva (selama hamil ibu tidak
pernah mengalami
pengeluaran caian
vagina, bila celana dalam
ibu basah ibu selalu
menggantinya

f. Aktivitas Sebagai ibu rumah Sebagai ibu rumah


tangga mengurus anak tangga mengurus anak
dan membersihkan dan membersihkan
rumah rumah

g. Hubungan
Seksual 3 kali / minggu 1 kali / minggu

11. Kebiasaan
Merokok : Tidak pernah merokok
Minum Jamu-jamuan : Tidak pernah minum jamu-jamuan
Minum- minuman Keras : Tidak pernah minum-minuman keras
Makanan – minuman Pantangan : Tidak ada makan & minuman pantangan

73
Perubahan Pola Makan : Terdapat perubahan pola makan pada
trimester I
12. Tempat Dan Petugas Kesehatan Yang Diinginkan Membantu
Persalinan:
Klinik Bidan Hayani

DATA OBJEKTIF

1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda vital
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C
d. Status Gizi
TB : 159 cm
BB : 60 kg
BBsebelum hamil :51kg
LILA : 29 cm

2. Pemeriksaan Khusus

Kepala : Bersih, tidak ada benjolan, tidak adaketombe,rambut


hitam,distribusi rambut merata
Wajah :Tidak ada oedema, pucat, tidak ada
cloasmagravidarum
Mata : Simetris, Konjungtiva anemis, sklera tidak

74
ikterik,rangsangan pupil terhadap cahaya baik
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret,
penciumanbaik
Telinga : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret,pendengaran
baik
Gigi dan Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
adakaries gigi
Leher : Tidak ada pembesaran baik pada kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe
Payudara : Bentuk simetris, puting susu menonjol, aerola
mammae hyperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Bentuk asimetris, tidak ada bekas luka operasi, ada
striae lipid
Leopold I : TFU 33 cm, pada fundus teraba bulat, lembek, tidak
melenting (bokong)
Leopold II : Bagian perut sebelah kiri teraba keras panjang
memapan (PU-KI), sebelah kanan teraba
bagianekstremitas.
Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan
Melenting (kepala)
Leopold IV : Bagian kepala janin sudah masuk ke PAP (pintu
Atas Panggul) atau divergen

Taksiran Berat Janin : (33-11) X 155 = 3410 gram


Punctum maksimum : dibawah pusat kuadaran IV sebelah kiri perutibu
DJJ : 142 kali/menit, reguler
Genetalia : Vulva dan vagina bersih, tidak ada oedema,
tidakadavarises
Anus : Tidak ada hemoroid
3. Pemeriksaan Penunjang
HB & Protein Urine : Tidak dilakukan

75
ANALISIS
Ny. F umur 24 tahun usia kehamilan 37 minggu, janin hidup tunggal, presentase
kepala, PU-KI, kepala sudah masuk PAP (divergen), intra uterine, keadaan ibu
dan janin baik.

PENATALAKSANAAN
Tanggal : 11 Juni 2020 Pukul: 14.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan umum kepada ibu bahwa hasil tanda-tanda
keadaan ibu baik namun tekanan darah ibu agak tinggi yaitu 130/90 mmHg
anjurkan ibu untuk mengurangi makan makanan yang asin dan istirahat yang
cukup agar tekanan darah ibu normal kembali
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dan melakukan yang
dianjurkan.
2. Menjelaskan kepada ibu agar mengurangi makan makanan yang asin dan
istirahat yang cukup agar tekanan darah ibu kembali normal. Anjurkan ibu
makan makanan yang tinggi protein dan perbanyak makan sayur agar ibu tidak
odem karena apabila tekanan darah ibu tinggi maka akan terjadi preeklamsi
Evaluasi : Ibu mengerti tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang bisa
ditimbulkan akibat tekanan darah tinggi
3. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dengan cukup. Mengurangi pekerjaan
rumah tangga dan anjurkan istirahat malam 8 jam dan istirahat siang yang
cukup agar ibu tidak mudah lelah.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan akan mengerjakan sesuai anjuran
4. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan Trimester III,yaitu :
a. Perdarahan pervaginam.
b. Demam tinggi.
c. Air ketuban keluar sebelum waktunya.
d. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.
e. Bengkak kaki,tangan, wajah dan sakit kepala berat ataupan dangan kabur.

Anjurkan ibu agar segera melapor ke petugas kesehatan terdekat jika


mengalami tanda bahaya tersebut

76
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan akan lapor ke petugas kesehatan terdekat
jika mengalami tanda tersebut.

5. Menganjurkan ibu untuk tetap rileks dan berpikir positif bahwa kehamilan
dan persalinannya akan berjalan dengan normal.
6. Memberitahukan bahwa ketidaknyamanan pada ibu hamil Trimester III
salah satunya yaitu sering BAK. Hal ini adalah normal karena pada ibu,
mengalami frekuensi yang meningkat dikarenakan rahim yang membesar
dan mulai masuk PAP sehingga menekan kandung kemih dan saat malam
hari kurangi minum air agar kandung kemih tidak penuh di malam hari. Hal
ini akan mencegah keinginan ibu untuk BAK di tengah malam dan bisa tidur
dengan nyenyak.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang ketidaknyamanan trimester III
7. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yakni adanya kontraksi hebat, kuat
dan teratur, keluar lendir bercampur darah, nyeri pinggang yang hebat, dan
pecah air ketuban. Jika ibu mengalami tanda tersebut segera datang ke klinik
bidan atau dokter terdekat
Evaluasi : ibu sudah mengerti tentang tanda-tanda persalinan
8. Menganjurkan kepada ibu untuk memelihara kebersihan payudara saat
mandi dan membersihkan puting susu dengan baby oil dan menjaga
kebersihan vagina agar terhindar dari infeksi
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihannya
9. Menjadwalkan ibu diperiksa kehamilannya secara rutin dan membuat
rencana kunjungan ulang ±2 minggu yang akan datang yaitu tanggal 25 Juni
2021 atau melakukan kunjungan bila ada keluhan. Ibu sudah mengetahui
jadwal kunjungan ulang tanggal 25 Juni 2021.

Medan, 11 Juni 2021


Pelaksana Asuhan

( Nurhayani )

77
DATA PERKEMBANGAN

Tanggal pengkajian : 28 Juni 2021


Waktu : 04.00 WIB
Tempat : Klinik Bidan Hayani

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh karena sudah ada keluar tanda lendir, darah dan perut bagian bawah
terasa mulas .

DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Status Gizi
BB Sekarang : 60 Kg
4. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 85 x/menit
c. Pernapasan : 21 x/menit
d. Suhu : 37ºC
B. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi

78
a. Wajah : Wajah tidak tampak pucat
b. Mata : Konjunctiva tidak anemis
c. Mulut : Bibir tidak pucat, lidah tidak kotor
2. Palpasi Abdomen
a. Leopold I : TFU: 33 cm, TBJ: 3490 gram, UK: 40 mg 4 hr
b. Leopold II : Punggung Kiri
c. Leopold III : Persentasi Kepala
d. Leopold IV : Kedua tangan bertemu (Divergen)
3. Auskultasi : DJJ terdengar jelas pada bagian bawah perut ibu sebelah
kiri, teratur dengan frekuensi 148 kali/menit.
C. Pemeriksaan Penunjang
Hb : tidak dilakukan

ANALISIS
Ny.F G1P0A0, usia kehamilan 42 minggu, janin hidup tunggal, punggung kiri,
persentasi kepala, kepala sudah masuk PAP, intra uteri,keluar lendir,darah
keadaan ibu dan janin baik dan akan bersalin.

PENATALAKSANAAN
Tanggal 28 Juni 2021 Pukul 04.15 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan ibu bahwa kehamilannya normal, ibu dan
janin dalam keadaan sehat, TFU sesuai dengan usia kehamilan dan ibu
memasuki trimester III dengan usia kehamilan 38-39 minggu
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui keadaannya dan janinnya.
2. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persalinan seperti tempat persalinan,
penolong persalinan, transportasi, biaya, perlengkapan ibu dan bayi serta donor
darah jika terjadi kegawat daruratan.
Evaluasi : Ibu akan membicarakannya dengan suami, dan ibu sudah
merencanakan persalinan
3. Menjelaskan tanda-tanda persalinan yaitu keluar darah bercampur lendir dari
jalan lahir (vagina), keluar cairan tiba-tiba dari jalan lahir (vagina) dan nyeri

79
perut bagian bawah (terjadinya his persalinan). Dan tanda-tanda tersebut adalah
yang ibu rasakan sekarang
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Tanggal Pengkajian : 28 Juni 2021
Waktu : 04.30 WIB
Tempat : Klinik Bidan Hayani
Pengkaji : Nurhayani

KALA I
DATA SUBJEKTIF
Ny.F datang pada pukul 04.00 WIB mengatakan sudah mengeluarkan lendir
bercampur darah dan merasakan mules perut bagian bawah hingga menjalar ke
pinggang bagian belakang pada pukul 01.00 WIB. Ketuban belum pecah,
pergerakan janin masih dirasakan.

DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Baik


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Emosional : Stabil
4. Tanda Vital
a. TD : 130/80 mmHg
b. Pols : 84 x/menit
c. RR : 20 x/menit

80
d. Temp : 36,8°C
B. Pemeriksaan Umum
1. Inspeksi
a. Muka : Muka tidak tampak pucat
b. Mata : Konjumctiva tidak anemis
c. Dada : Mammae Simetris, kedua puting susu tampak
menonjol dan aerola hiperpigmentasi

2. Inspeksi Abdomen : Membesar dengan arah memanjang


3. Palpasi Abdomen
a. Leopold I : TFU : 33 cm (3 jari di bawah prosesus xifoideus), TBJ
: 3410 gram usia kehamilan 38-39 minggu.
b. Leopold II : Punggung kiri

c. Leopold III : Persentasi Kepala

d. Leopold IV : kedua tangan tidak bertemu (Divergen), penurunan


kepala 1/5

4. Auskultasi : DJJ: 148 x/menit, punctum maksimum kuadran kiri


bawah pusat

5. His/Kontraksi : 3 kali dalam 10 menit dengan durasi 30 detik


6. Anogenital
a. Perineum : Utuh,tidak ada luka parut
b. Pengeluaran : Lendir bercampur darah
c. Anus : Tidak ada haemoroid
7. Pemeriksaan Dalam
a. Portio : Antefleksi
b. Pembukaan serviks : 6 cm
c. Ketuban : Utuh
d. Persentasi : Kepala
e. Penurunan bagian : Hodge III
Terbawah
f. Posisi : UUK Ki Dep

81
g. Molase : 0 (Tidak ada)
ANALISIS
Ny.F dengan inpartu kala I Fase Aktif, pembukaan 6 cm,ketuban utuh,portio ante
fleksi .

PENATALAKSANAAN
Tanggal 28 -06-2021 pukul: 04.45 WIB
1. Mengobservasi keadaan pasien, janin, dan kemajuan persalinan menggunakan
partograf setiap 30 menit. Pertograf sudah dilampirkan.
2. Memberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa ibu dan janin dalam keadaan
baik, pembukaan sudah 6 cm. Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaannya
janinnya.
3. Mengajarkan kepada keluarga cara mengelus (masase) pinggang ibu dan
menganjurkan keluarga agar tetap mengelus pinggang ibu untuk mengurangi
rasa sakit pada pinggang ibu.Suami sudah sedang memasa sepinggang ibu dan
ibu mengatakan merasa nyaman dengan tindakan tersebut.
4. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu disela-
sela HIS agar dapat memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi guna mencegah
dehidrasi dan tenaga saat mengedan.
5. Memberikan support fisik dan mental pada ibu dengan melibatkan suami dan
keluarga untuk membantu dalam memberikan dukungan pada saat persalinan.
Suami dan keluarga telah memberikan dukungan pada ibu dan ibu merasa
tenang.
6. Membimbing teknik relaksasi his, dengan menarik napas panjang kemudian
dilepaskan dengan cara meniupkan napas sewaktu ada his. Ibu sudah mengerti
dan akan melakukannya jika ada kontraksi.
7. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih. Ibu mengerti dan
segera berkemih jika merasa ingin BAK.
8. Memberikan kebebasan posisi melahirkan yang nyaman untuk ibu. Ibu
memilih untuk tidur dengan posisi miring ke kiri dan segera mengganti posisi
miring ke kiri.

82
9. Mengajarkan kepada ibu cara mengedan,yaitu mengambil napas dari hidung
kemudian mengedan seperti saat susah BAB dan tanpa mengeluarkan suara
yang lain agar proses kelahiran bayi dapat berjalan dengan baik. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.

10. Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf. Evaluasi :


Kemajuan persalinan sudah dipantau dalam partograf.
11. Menyiapkan alat dan tempat persalinan.
Evaluasi : Alat dan tempat persalinan sudah disiapkan di ruang bersalin.
KALA II
DATA SUBJEKTIF
Tanggal 28-06 2021 Pukul : 05.55 WIB
Ibu mengatakan mulesnya bertambah sering, merasa ingin BAB dan mengedan,
gerakan janin masih dirasakan.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Abdomen
Kandung Kemih : Kosong
Penurunan Kepala : 5/5
DJJ : 142x/menit
His Kuat, Frekuensi : 4x dalam 10 menit dengan durasi 40 detik
3. Pemeriksaan Dalam : Pukul 05.45 WIB
Portio : Tidak Teraba
Pembukaan Serviks :10 cm
Selaput Ketuban : Utuh
Penurunan Terbawah : Hodge IV
Posisi : UUK Ki Dep
Molase : 0 (Tidak ada)
4. Inspeksi Tanda Gejala Kala II
Adanya dorongan untuk meneran
Anus : Membuka (Adanya tekanan pada anus)

83
Perineum : Menonjol
Vulva : Membuka

ANALISIS
Ny. F dengan inpartu Kala II, pembukaan 10 cm, ketuban utuh, portio tidak
teraba, berada di hodge IV .

PENATALAKSANAAN
Tanggal 28-06 2021 Pukul : 05.50 WIB
1. Memberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap,
ibu akan segera melahirkan. Ibu dan keluarga sudah mengerti
2. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan.
Suami sudah mendampingi ibu.
3. Melakukan pemecahan ketuban. Ketuban dipecahkan dengan warna jernih
Pukul 05.55 WIB.
4. Mengatur posisi setengah duduk dengan meminta bantuan suami sampai ibu
merasa nyaman dengan posisinya.
5. Memimpin persalinan, pada saat ada his membimbing pasien untuk meneran,
saat kepala terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, pasang handuk bersih
diperut pasien, buka partus set, gunakan sarung tangan pada kedua tangan,
saat kepala sudah tampak, tangan kanan menahan perineum dengan arah
tahanan ke dalam dan ke bawah, sedangkan tangan kiri menahan kepala bayi
agar tidak terjadi defleksi maksimal, setelah kepala sudah keluar bersihkan
hidung dan mulut bayi menggunakan kasa steril, lalu memeriksa leher bayi
apakah ada lilitan tali pusat atau tidak jika ada maka kendorkan, kemudian
tempatkan kedua tangan pada bitemporalis bayi untuk melahirkan bahu
dengan cara tarik kepala ke arah bawah untuk melahirkan bahu depan dan
tarik kepala ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang, pindahkan tangan
dominan ke bawah badan bayi untuk menyangga kepala, kemudian sanggah
dan susur, bayi lahir spontan pukul 06.05 WIB, JK : Laki-Laki, BB:

84
3200gram, PB: 50 cm. Lakukan Penilaian pada bayi, bayi segera menangis,
kulit kemerahan, dan tonus otot baik, perdarahan kala II ± 80 cc.
6. Mengecek fundus untuk memastikan janin tunggal. Janin tunggal.
7. Melakukan suntikan oksitosin 1 menit setelah bayi baru lahir 10 IU secara IM
pada 1/3 paha bagian luar ibu. Ibu bersedia untuk di suntik dan oksitosin telah
diberikan.
8. Menjaga kehangatan bayi. Bayi segera dikeringkan dan diselimuti.
9. Melakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat di klem 3 cm dari pusat bayi
dan 2 cm dari klem pertama, kemudian tali pusat dipotong di antara 2 klem.
10. Melakukan IMD dan diletakkan di atas perut ibu. Bayi segera mencari puting
susu ibu.
KALA III Pukul : 06.15 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa senang dan lega atas kelahiran bayi nya, ibu merasa lelah
dan perut terasa mules dan ada rasa ingin mengedan lagi.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaaan umum : Baik
2. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 21 x/menit
Pols : 86 x/menitt
Temp : 36,9ºC
3. Palpasi Abdomen
Kandung Kemih : Kosong
Kontraksi Uterus : Baik dan Keras
TFU : Sejajar Pusat
4. Inspeksi Genetalia
Tampak tali pusat menjulur di depan vulva.

ANALISIS

85
Ny.F P1A0 kala III pengeluaran uri,kontraksi uterus baik dan keras .

PENATALAKSANAAN
Tanggal 28-06 2020 pukul :06.35 WIB
1. Memberikan pujian dam selamat kepada ibu dan suami atas kelahiran si bayi.
Ibu sangat senang dan suami sujud syukur dan mengadzankan bayinya.
2. Melakukan manajemen aktif kala III:
a. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan posisi tangan Dorso
kranial. Sudah dilakukan PTT.
b. Memantau tanda lepasnya plasenta. Terlihat tanda-tanda lepasnya
plasenta (Tali pusat memanjang, uterus membulat, dan ada semburan
darah tiba-tiba dari vagina).
c. Melahirkan plasenta. Plasenta lahir spontan pukul 06.25WIB
d. Melakukan massase fundus selama 15 detik untuk merangsang kontraksi,
lalu ajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan massase. Ibu dan keluarga
sudah mengetahui cara massase uterus.
e. Memeriksa kelengkapan plasenta. Kotiledon lengkap dan selaput plasenta
utuh.
f. Mengobservasi jumlah perdarahan. Jumlah perdarahan ±150 cc.

KALA IV Pukul : 06.45 WIB


DATA SUBJEKTIF
Perut ibu masih terasa mules. Ibu merasa lelah dan bahagia dengan kelahiran
bayinya.

DATA OBJEKTIF
1. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 21 x/menit
Pols : 85 x/menit
Temp : 36,9ºC

86
2. Palpasi Abdomen
Kandung Kemih : Kosong
Kontraksi Uterus : Baik dan keras
TFU : 2 Jari di bawah Pusat
3. Inspeksi Genetalia
Luka Jalan Lahir : Tidak ada
Pengel/uaran Darah : Ada, Lochea rubra
Jumlah Perdarahan : ± 50 cc

ANALISIS
Ny.F P1A0 Kala IV,TFU 2 jari di bawah pusat,kontraksi uterus baik dan
keras ,pengeluaran darah lochea rubra .

PENATALAKSANAAN
1. Mengajarkan pada ibu dan keluarga cara massase uterus agar uterus tidak
lembek. Ibu dan keluarga sudah bisa melakukan massase.
2. Memberikan rasa aman dan nyaman pada ibu. Tubuh ibu telah di bersihkan
denga/n air DTT dam pakaian ibu telah diganti dengan yang bersih dan
kering.
3. Mendekontaminasikan tempat tidur ibu denga larutan klorin 0,5% dan air
DTT. Tempat tidur ibu telah bersih.
4. Mendekontaminasikan alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan
membuang sampah. Alat direndam dan sampah sudah dibuang.
5. Melakukan pemantauan TTV, kontraksi uterus, perdarahan, kandung kemih,
setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam
kedua pasca persalinan.
Jam Tanda Vital
Waktu Kontraksi TFU Kandung Perdara
ke- TD N S Uterus Kemih han
I 36,6º
07.00 120/80 82 Keras 2 jari bawah pusat Kosong
C
07.15 83 Keras 2 jari bawah pusat Kosong

87
07.30 82 Keras 2 jari bawah pusat Kosong
07.45 82 Keras 2 jari bawah pusat ±20 cc
36,6º
08.00 110/80 84 Keras 2 jari bawah pusat Kosong
II C
08.15 84 Keras 2 jari bawah pusat ±20 cc

6. Memberikan injeksi Vitamin K pada bayi 1 jam setelah lahir dengan dosis
1 cc secara IM pada paha kiri untuk mencegah perdarahan pada otak dan
memberikan antibiotik salep mata untuk mencegah infeksi. Vitamin K dan
salep/ mata telah diberikan.
7. Memberikan imuniasai Hepatitis B dengan dosis 0,5 cc secara IM setelah 6
jam Post partum. Hepatitis B telah diberikan.
8. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi agar
dapat memulihkan tubuhnya. Ibu segera makan roti dan minum air putih.
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat karena ibu telah bekerja keras melahirkan
bayinya dengan membantu ibu dengan posisi yang nyaman. Ibu mengerti dan
akan beristirahat.
10. Membantu ibu ke kamar mandi, bila ibu ingin BAK atau BAB karena ibu
mas/ih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Ibu sudah
mengetahuinya.
11. Melakukan rawat gabung (Rooming In) untuk meningkatkan hubungan ibu
dan bayinya.
12. Melengkapi partograf dan mendokumentasikan hasil asuhan.

Medan, 28 Juni 2021


Pelaksana Asuhan

( Nurhayani)

88
Asuhan 6 jam post partum :

Tanggal 28 -06 2021 Pukul :12.05 WIB

DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas sesekali,ASI belum keluar .

DATA OBJEKTIF

Tekanan Darah : 110/70 mmhg

Denyut Nadi : 82 x/ menit

Pernafasan : 18 x/menit

Pengeluaran darah : ada,lochia rubra

Tinggi FU : 2 jari dibawah pusat

Suhu panas : 37,2 c

Jumlah perdarahan :kira kira 20 cc

Kontraksi uterus : baik dan kuat

ANALISIS
Ibu dengan 6 jam post partum .
MASALAH
Tidak ada

89
PENATALAKSANAAN

TANGGAL 28-06 2021 Pukul :08.30 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik baik saja .
2. Beritahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu adalah hal yang fisiologis
dialami ibu nifas .Rasa mulas diakibatkan dari kontraksi uterus untuk
mencegah perdarahan .Selain itu selama masa nifas juga akan terjadi
peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing dan lemas yang diakibatkan karena
kelelahan.
3. Observasi KU, TTV, kontraksi uterus,dan perdarahan
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal 8 jam/ hari dan
menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi seperti nasi,sayuran
hijau,buah –buahan, kacang kacangan, telur, tempe, tahu, daging, ikan laut dll
5. Menganjurkan ibu banyak minum air putih minimal 8 gelas/ hari untuk
membantu memperbanyak produksi ASI.
6. Memberikan ibu KIE tentang ASI eksklusif yaitu memberikan ASI saja selama
6 bulan tanpa makanan tambahan.
7. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu :
 Kontraksi uterus yang lembek yang dapat berakibat pada perdarahan .
 Infeksi payudara ditandai dengan pembengkakan pada payudara,puting
payudara lecet, panas, kemerahan di sekitar payudara dan keluar
darah dari putting susu.
8. Memberikan ibu obat tablet Fe,Vit B complek dan vit.C dengan dosis 1 x
sehari untuk Penambah darah,menambah energi dan membantu penyerapan zat
besi.

90
C. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Tanggal Pengkajian : 03 Juli 2021
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Klinik Bidan Hayani
Pengkaji/ : Nurhayani

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya.
Keluhan : Ibu mengatakan pada payudara kanan terasa nyeri dan berat,
mengkilat pada puting sejak 2 hari yang lalu serta badannya juga terasa
panas dan dingin dikarenakan puting susu lecet.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
RR : 21 x/menit
Pols : 84 x/menit
Temp : 38,3ºC
3. Pemeriksaan Kebidanan

91
- Mammae : Membesar, areola hiperpigmentasi, putting
menonjol
- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, kandung kemih
kosong. TFU 2 jari di bawah pusat, konsistensi keras, kontraksi baik
dan keras
- /Genetalia : Perineum tidak ada laserasi
Lochea : Rubra Warna : Merah
Bau : Khas Jumlah : ±40 cc
Konsistensi : Cair
- Ekstremitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises.

ANALISIS
Ny. F usia 24 tahun 5 hari post partum dengan mastitis

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan,dan memberi dukungan moril pada
ibu mengenai keadaan masa nifasnya dengan mastitis.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang keadaannya.
2. Menganjurkan ibu agar tetap menyusui bayinya dan mengosongkan
payudara ibu..
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan mau untuk mengosongkan
payudaranya.
3. Anjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara tetapi
tidak terlalu sempit,jangan menggunakan bra dengan kawat dibawahnya.
Evaluasi : Ibu bersedia dan mengerti tidak memakai bra yang sempit.
4. Anjurkan ibu agar menjaga payudara agar tetap bersih dan
kering,terutama pada puting susu.
Evaluasi : ibu mengerti dan mau menjaga kebersihan payudaranya.
5. Anjurkan ibu agar mengompres payudaranya dengan air hangat dan ibu
mengerti dan mau melaksanakannya.

92
6. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri terutama
pada daerah kewanitaannya dan mengganti pembalut apabila sudah
penuh.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan sering mengganti pembalut.
7. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup.
Evaluasi : Ibu akan melakukannya.
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi guna untuk
mempercepat pemulihan dan pengeluaran ASI serta memperlancar ASI.
1. Beri terapi antibiotik Amoxicillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari.
Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari,CTM 4 mg 3 x 1,selama 3 hari,
Antasida Doen 3 x 1,dan Dexamethasone 3 x 1.
Serta menganjurkan ibu banyak minum air putih dan minum obat teratur.
2. Menjadwalkan pemeriksaan selanjutnya, kunjungan rumah pada Tanggal
06 Juli 2020. Ibu sudah mengetahui jadwal pemeriksaannya.

DATA PERKEMBANGAN PADA KUNJUNGAN RUMAH

Tanggal Pengkajian : 06 Juli 2021


Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Sidodadi
Pengkaji : Nurhayani

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah merasa sehat, sering bangun di malam hari karena bayi
sering menangis, makan dan minum cukup, tidak ada makanan yang
dipantang, ASI keluar banyak dan sudah lancar, bayi sering menyusu, BAB
dan BAK lancar. Ibu sudah merencanakan untuk menggunakan KB IUD.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik

93
2. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
Pols : 83 x/menit
Temp : 36,4ºC

3. Pemeriksaan Kebidanan
- Kandung Kemih : Kosong
- TFU : Pertengahan pusat dengan sympisis
- Lochea : Sanguilenta (merah kekuningan)
- Ekstremitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada nyeri
tekan.

ANALISIS
Ny. F usia 24 tahun 8 Hari Post Partum

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan
baik.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umum ibu
baik.
2. Memastikan obat yang diminum ibu pada saat mastitis sudah habis dan
Memberitahu ibu obat tambah darah atau fe diteruskan.
3. Memastikan ibu memberikan bayinya ASI saja tanpa makanan
pendamping
Evaluasi : Ibu hanya memberi ASI pada bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan personal hygienenya
Evaluasi : Ibu mau untuk menjaga kebersihannya.
5. Memantau perkembangan bayi sesuai nutrisi yang diberikan.
Evaluasi : Perkembangan bayi baik, tali pusat sudah putus.

94
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, tidur atau istirahat selagi
bayi tidur, dan berbagi peran dengan suami untuk merawat bayi agar ibu
tidak kelelahan.
Evaluasi : Ibu mau melakukannya.
7. Konseling pada ibu untuk berKB dengan menjelaskan keuntungan dan
kerugian metode kontrasepsi yang tepat digunakan pada ibu berdasarkan
usia dan keluhan ibu yang mengatakan tidak ingin hamil dulu namun,
tidak ingin mengakhiri kesuburan (Tubektomi) untuk menggunakan
kontrasepsi jangka panjang.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan akan mendiskusikan dengan suami.
1. Menjadwalkan pemeriksaan berikutnya, kunjungan rumah pada Tanggal
09 Agustus 2020
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui jadwal pemeriksaan.

DATA PERKEMBANGAN PADA KUNJUNGAN RUMAH

Tanggal Pengkajian : 09 Agustus 2021


Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Klini Bidan Hayani

DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa sehat, darah yang keluar dari jalan lahir sedikit, ibu sudah mulai
mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan, ASI lancar, istirahat cukup.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit

95
Pols : 85 x/menit
Temp : 36,7ºC
2. Pemeriksaan Kebidanan
Kandung Kemih : Kosong
TFU : Sudah tidak teraba di atas sympisis
Lochea : Serosa (Kekuningan/Kecoklatan)
Ekstremitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada nyeri
tekan.

ANALISIS
Ny.F Post Partum 6 minggu

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan
baik dan sehat.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan ibu dan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja
sampai bayi umur 6 bulan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan memberikan ASI saja pada bayinya
sampai bayinya usia 6 bulan.
3. Mengingatkan ibu untuk berKB dengan menjelaskan keuntungan dan
kerugian metode kontrasepsi yang tepat digunakan pada ibu berdasarkan
kebutuhan ibu saat ini
Evaluasi : Ibu sudah membicarakan dengan suami dan memutuskan untuk
menggunakan KB IUD .
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan ibu dan
bayinya.
Evaluasi : Ibu bersedia menjaga kesehatan dan kebersihan diri serta
bayinya.

96
Pangkatan, 09 Agustus 2021
Pelaksana Asuhan

( Nurhayani)

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Tanggal Pengkajian :28 Juni 2021
Waktu : 12.10 WIB
Tempat : Klinik Bidan Hayani
Pengkaji : Nurhayani

BIODATA
Nama Bayi : Bayi Ny. F
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir/Pukul : 28 Juni 2021 / 06.05 WIB
Anak Ke : pertama

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusui tetapi ASI ibu belum keluar dan
bayi mau mengisap puting susu ibu,menangis saat BAK dan sudah BAB pukul
07.00 WIB.

DATA OBJEKTIF

97
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-Tanda Vital
Pernafasan : 60 x/menit
Nadi : 122 x/menit
Suhu : 36,3ºC
Berat Badan : 3200 Gram
Panjang Badan : 50 cm
3. Pemeriksaan Antropometri
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar Dada : 33 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bersih, sutura normal, tidak ada caput succedaneum,
Tidak ada molase dan tidak ada cepal hematoma.
b. Mata : Simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, sklera putih,
Konjunctiva merah muda.
c. Telinga : Bersih, daun telinga terbentuk, telinga simetris dan
normal
d. Mulut : Bibir tidak pucat, refleks rooting (+), Refleks Sucking
(+)
e. Leher : Tidak ada pembengkakan dan refleks Tonick neck (+)
f. Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada.
g. Abdomen : Bulat dan menonjol, tali pusat dibungkus kassa steril,
dijepit kuat, tidak merah dan tidak ada perdarahan.
h. Genetalia :tidak ada kelainan
i. Ekstremitas : Refleks babinski (+), refleks moro (+)
Bawah
j. Anus : Lubang anus (+), tidak ada kelainan, mekonium sudah
keluar

ANALISIS
Neonatus normal 6 jam.

98
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan dan kondisi bayi sehat.
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaaan dan kondisi
bayi.
2. Menganjurkan keluarga untuk mempersiapkan perlengkapan bayi untuk
dimandikan besok pagi jam 07.00 WIB.
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan akan mempersiapkannya besok.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi nya. Bayi dibedong
dengan kain bersih dann kering dan diletakkan di samping ibu sambil di
susui.
4. Mengajari ibu cara perawatan tali pusat, tali pusat tidak perlu di betadin akan
tetapi ibu harus menjaga kebersihan dan menjaga tali pusat agar tetap kering
dan membungkusnya dengan kassa steril, jika bayi BAK segera ganti
popoknya kemudian bersihkan dan keringkan tali pusat.
Evaluasi : Ibu memahami dan mempraktekkan cara merawat tali pusat.
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan
menetekkan bayi ke ibunya sesegera mungkin saat bayi menginginkannya dan
menjelaskan bahwa lambung bayi akan kosong setiap 2 jam.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia menetekkan bayi segera ketika
bayi menginginkannya.
6. Menjadwalkan pemeriksaan berikutnya. Kunjungan rumah pada Tanggal 09
Agustus 2020.

Pangkatan, 28 Juni 2021


Pelaksana Asuhan

99
( Nurhayani )

DATA PERKEMBANGAN PADA KUNJUNGAN RUMAH

Tanggal Pengkajian : 04 Juli 2021


Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Rumah Ny. F. Sidodadi

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya, bayi menyusu dengan baik. BAB
dan BAK Lancar, tali pusat lepas pada hari kelima (03 Juni 2020) Pukul 08.00
WIB.

DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik
b. Pernapasan : 58 x/menit
c. Suhu : 36,5ºC

100
d. Mata : Tidak ada tanda infeksi, konjunctiva merah muda,
sklera tidak ikterus
e. Refleks Hisap : Baik
f. Abdomen : Tali pusat sudah lepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.
g. Eliminasi : BAK sudah 3 kali dan BAB 1 kali

ANALISIS
Neonatal fisiologis 6 hari

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan bayi dalam
keadaan baik dan sehat.
2. Memastikan tidak ada kelainan pada bayi.
Evaluasi :Ibu sudah tahu kalau tidak ada kelainan pada bayi.
3. Memastikan bayi beraktifitas dengan baik dan tidak ada masalah dengan
menyusu.
Evaluasi : Bayi dapat beraktifitas dengan baik dan menyusu dengan baik.
4. Menjadwalkan pemeriksaan berikutnya, kunjungan rumah pada tanggal 26
Juli 2020

Pangkatan 04 Juli 2020


Pelaksana asuhan

( Nurhayani )

101
DATA PERKEMBANGAN PADA KUNJUNGAN RUMAH

Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2021


Waktu : 11.15 WIB
Tempat : Rumah Ny. F. Sidodadi
Pengkaji : Nurhayani

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya, BAB dan BAK lancar, bayi
menyusu dengan aktif.

DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik
b. Pernapasan : 60 x/menit
c. Suhu : 36ºC
d. Aktifitas : Baik

102
e. Mata : Konjunctiva merah muda, Sklera putih
f. Abdomen : Tidak kembung
g. Eliminasi : BAK sudah 3 kali dan BAB 1 kali

ANALISIS
Bayi Ny.F neonatus normal 28 hari

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya. Ibu sudah mengetahui hasil
pemeriksaan bayi dalam keadaan baik dan sehat.
2. Memastikan kebutuhan nutrisi bayi tercukupi dengan baik. Bayi menyusu
dengan baik.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dan personal hygiene
bayi dengan memandikannya 1 kali sehari. Ibu bersedia menjaga kehangatan
bayi dan memandikan bayi 1 kali sehari.
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Tanggal Pengkajian : 28 Juni 2021
Waktu : 06.35 WIB
Tempat : Klinik Bidan Hayani
Pengkaji : Nurhayani

BIODATA
Nama Ibu : Ny.F Suami : Tn D
Umur : 24 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sidodadi Alamat : Sidodadi

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ingin menjarangkan kehamilannya, ingin ber-KB yang sesuai
dengannya yaitu KB IUD .

103
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
TD : 120/70 mmHg
HR : 70 x/i
RR : 24 x/i
Temp : 36,5 C
BB : 60 Kg
4. Plano test : Negatif
Analisa
Ny. F 24 tahun akseptor KB IUD post plasenta.
Penatalaksanaan
Tanggal : 28 Juni 2021 Pukul : 06.35 WIB
1. Melakukan pemeriksaan kepada ibu dengan hasil
TD : 120/70 mmHg
HR : 70 x/i
RR : 24 x/i
Temp : 36,5 C
BB : 60 Kg
Plano test : Negatif
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Menjelaskan mekanisme KB IUD dimasukkan kedalam uterus.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Menjelaskan kepada ibu efektivitas, keuntungan dan resiko serta efek
samping bagi kesehatan pemakaian KB IUD post plasenta, ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
Pengisian imformed consent, persiapan alat dan setelah alat disiapkan
kemudian dilakukan pemasangan KB IUD, selesai dipasang ibu diberi obat
– obatan .

104
4. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang tanggal 05 Juli 2021.
Ibu sudah mengetahui jadwal kunjungan ulang berikutnya.

Pangkatan 28 Juni 2021


Pelaksana asuhan

(Nurhayani )

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam langkah perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan mastitis


menurut Menurut Varney (2007), rencana asuhan kebidanan pada pasien
dengan mastitis adalah:
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan
yang terjadi antara teori dan praktek yang dilakukan di Klinik bersalin
Pratama Madina Tembung.Pembahasaninidimaksudkanagardapatdiambilsuatu
kesempatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan
asuhan kebidanan yangmeliputi:

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan
danmerupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

105
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien (Nursalam,2008).
Menurut Retna (2008), keluhan adalah untuk mengetahui apa
yang
dirasakanpasientersebutbisamemperberatkeadaanklienatautidak,misal
pada kasus mastitis, ibu mengatakan payudara terasa nyeri, berat serta
badan terasa panas dandingin.
Data subyektif pada ibu nifas Ny.F dengan mastitis ibum
engatakan payudaranya terasa nyeri dan berat serta badannya juga
terasa panas dan dingin. Data obyektif pada ibu nifas Ny. F dengan
mastitis terdapat pembengkakan pada payudara kanan, terlihat
mengkilat dan lecet pada puting.
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.

2. Interpretasi data
Interpretasi data merupakan data dasar yang sudah dikumpulkan

106
diinterpretasikansehinggadapatmerumuskandiagnosadanmasalahyang
spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
(Varney,2004).
Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan. Menurut Varney (2004), diagnosa
kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan, yaitu P ... A ... umur .... nifas hari ke ... dengan mastitis.
Menurut Manuaba (2007), masalah yang dengan mastitis adalah
cemas,sulittidur,merasabersalah,mudahtersinggungdanpikirannegatif
terhadap bayinya. Kebutuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan
mastitis adalah memberikan dukungan, infromasi, dan support mental.
Diagnosa kebidanan pada kasus ibu nifas dengan mastitis
yaitu Ny. F P1 A0 umur ibu 24 tahun, post partum hari ke-5 dengan mastitis.
Masalah yang muncul pada Ny. F yaitu cemas, sulit tidur, merasa bersalah
dan mudah tersinggung. Kebutuhan yang diberikan pada Ny. F yaitu
memberi dukungan moril pada ibu dan beri informasi pada ibu mengenai
keadaan masa nifasnya denganmastitis.
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengindentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial pada pasien
dengan mastitis adalah terjadi abses payudara.
Pada kasus ini penulis tidak menemukan tanda-tanda abses payudara
karena penanganan ibu nifas dengan mastitis sudah dilakukan dengan baik
dan tepat, jadi tidak ada diagnose potensial yang terjadi dan oleh karena itu
juga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.

107
4. Antisipasi/Tindakan Segera
Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Sofyan, M, 2006).
Tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan mastitis dengan
melibatkan seorang dokter serta memberikan antibiotic, penisilin jenis
Penicilinase resisten atau Cephatosporin. Eritromicin dapat digunakan jika
wanita alergi terhadap penisilin (Varney, 2007). Antisipasi yang diberikan
pada Ny. F antara lain pemberian terapi antibiotic Amoxilin 500 mg 3 x 1
selama 3 hari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 4 mg 3 x 1
selama 3 hari, Antasid Doen 3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason 500 mg
3 x 1 selama 3 hari.
Pada kasus ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktik yang ada
dilapangan, yaitu tidak melibatkan seorang dokter namun tidak menjadi
masalah, karena kasus ini bisa ditangani dengan baik.
5. Rencana Tindakan
Dalam langkah perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan
mastitis menurut Menurut Varney (2007), rencana asuhan kebidanan
pada pasien dengan mastitis adalah:
a. Anjurkanibumenyusuidanmengosongkanpayudarauntukmen
cegah statis.
b. Anjurkan ibu memakai bra dengan penyangga tetapi tidak
terlalu
sempit,janganmenggunakanbradengankawatdibawahnya
c. Anjurkan ibu mencuci tangan dan merawatpayudara
d. Anjurkan ibu mengompres dengan air hangat pada area yang
efektif pada saat menyusui untuk memfasilitasi aliransusu
e. Anjurkan ibu meningkatkan masukancairan
f. Bantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress
dankelelahan dalamkehidupannya
g. Beri terapi antibiotik, Amoxillin, Paracetamol, CTM,

108
Antasid atau Dexametason.
h. Beri dukungan moril padaibu.

Pada kasus ini penulis merencanakan asuhan yang sama terhadap


Ny. F yaitu:
a. Beritahu ibu tentang hasilpemeriksaan.
b. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan
mengosongkan payudara.
c. Anjurkan ibu untuk menggunakan bra yang
menyanggapayudara tetapi tidak terlalu sempit, jangan
menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
d. Anjurkanibuuntukmenjagapayudaranyaagartetapbersihdanke
ring, terutama pada putingsusu.
e. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat di tempat tidur ketika
bayinya tidur.
f. Beri terapi antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari,
Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 4 mg 3 x 1
selama3
hari,AntasidDoen3x1selama3haridanDexametason500mg3x
1 selama 3 hari sebanyak 10 tablet, serta menganjurkan
minum obat secarateratur.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.
6. Pelaksanaan
Langkah ini adalah pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan seperti pada perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh bidan, pasien dan tim
kesehatan lainnya.
Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab terlaksananya asuhan (Varney, 2004).
Didalamprakteklapanganmelaksanakanasuhankebidanansesuai

109
apayangdirencanakankepadaklientanpaadatindakanyangmenyimpang
dari rencana yang telah disusun. Jadi pada kasus ini, tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi dilapangan.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan pengawasan dan pelaksanaan rencana tindakan
pada ibu nifas dengan mastitis, serta adanya kerjasama yang baik dari
pasien, keluarga dalam praktek adalah
keadaanumumibubaik,tidakterjadihal-halyangmenjadikomplikasidari
tindakan yang dilakukan selama ibu menjalani pengobatan di Klinik
Bidan HayaniTembung.
Evaluasiyangdiperolehadalahkeadaanumumibubaik,kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/ menit, respirasi
24 x/ menit, suhu 37° C, payudara sudah tidak ada pembengkakan dan
lecet pada puting susu sudahsembuh .
Selanjutnya setelah 43 hari post partum ibu datang ke klinik
bersalin Madina untuk menjadi akseptor KB IUD,karena ibu
merencanakan tuk menjarangkan kehamilannya setelah kelahiran anak
pertamanya .

110
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil asuhan yang diberikan pada pada Ny.F dimana kehamilan berjalan

fisiologis, pada persalinan yaitu dilakukan secara spontan dan tanpa

kendala.

2. Hasil asuhan yang diberikan saat nifas berhasil, tidak terdapat komplikasi

yang disebabkan oleh mastitis pada Ny.F dimana ibu merasa nyeri dan

berat pada payudara kanan terlihat mengkilat dan lecet pada puting serta

badannya terasa panas dingin dan dapat teratasi dengan baik.

3. Hasil asuhan yang diberikan pada neonatus tidak terjadi komplikasi.

4. Hasil asuhan yang diberikan pada Keluarga Berencana ibu menggunakan

KB IUD 8 tahun.

B.Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya dan pembaca Laporan Tugas Akhir ini untuk

mengembangkan ilmu melalui pengetahuan,keterampilan dan pengalaman

penulis dapat menjadi pembelajaran untuk memberikan Asuhan

Kebidanan berkesinambungan dengan mastitis.

2. Bagi Klinik Bidan Hayani untuk memberi tanggung jawab kepada bidan

agar meningkatkan pelayanan berkesinambungan kepada pasien,baik yang

memiliki faktor resiko maupun yang tidak memiliki faktor resiko.Pasien

yang memiliki faktor resiko maka sebaiknya dilakukan pemantauan dan

111
asuhan tambahan sesuai factor resiko yang didapatkan.

3. Bagi Institusi Kesehatan Helvetia Medan diharapkan untuk menambah

wacana bagi mahasiswa untuk lebih mengetahui dan memahami asuhan

kebidanan pada ibu dengan mastitis.

112
DAFTAR PUSTAKA

Budiono. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (KLBI). Jakarta: Bintang Indonesia;


2015.
Data Puskesmas Peureulak Kota Aceh Timur. Cakupan Ibu nifas. 2016;
Hani RU, Studi P, Keperawatan I, Kedokteran F, Ilmu DAN, Islam U, et al.
Hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian asi eksklusif
pada ibu primipara di wilayah kerja puskesmas pisangan. 2014;
Johariyah. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. 2017:
Trans Info Media; 2015.
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. 2016;
Kemenkes RI. Undang-undang Tentang Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI; 2009.
Kementerian Kesehatan. Profil Kesehatan RI. 2016;
Laila A. Ibu Hamil Sehat, Bayi Pun Sehat. Surabaya: Indah; 2011.
Maryunani A. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta: Trans Info Media; 2012.
Mitayani. Mengenal Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaannya. Padang: Baduose
Media; 2017.
Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Ilmiah. Bandung: Cipta Pustaka; 2016.
Nugroho T. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Medika; 2013.
Prasetyono Dw. Buku Pintar ASI Ekslusif. Yogyakarta: DIVA Press; 2017.
Profi Aceh. Profil Kesehatan Aceh. 2016;
Roesli U. ASI Eksklusif Seri 2. Jakarta: Pustaka Pembangunan; 2010.
Studi P, Pendidik B, Diploma J, Kesehatan FI. Hubungan dukungan suami dengan
keberhasilan asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas jetis ii bantul. 2017;
Studi P, Pendidik B, Diploma J, Kesehatan FI. KLINIK PRATAMA BINA
SEHAT. 2017;
Suryadun. Teori Dukungan Keluarga. Jakarta: Medika; 2016.
UNICEF. Cakupan ASI Ekslusif. 2016;
UNICEF. Definisi ASI Eksklusif. In UNICEF; 2016

113
114
115

Anda mungkin juga menyukai