Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ QS. Az - Zumar Ayat 9 Dan Hadist”

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ayat Dan Hadist Pendidikan

Dosen Pengampu : Ahmad Ro’uf,S.Pd.I.,M.Pd

Disusun Oleh:

1.Haniyah Nur Sakhinah 21106051024

2.Tatia Febriana 21106051051

3.Shifa Lailatul Fatika A 21106051004

PRODI PGMI

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
taufiq, rahmat, serta ridho-Nya kepada kita semua, sehingga makalah yang kami
dapat terselesaikan dengan tema QS.Az-Zumar Ayat 9 Dan Hadist. Makalah ini
ditujukan untuk memahami lebih detail tentang QS.Az-Zumar Ayat 9 Dan
Hadist.Tidak lupa kami ucapkan kepada bapak Ahmad Ro’uf,S.Pd.I.,M.Pd selaku
dosen mata kuliah ayat dan hadit pendidikan yang telah membimbing kami.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna juga
terdapat banyak kesalahan, maka kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ataupun kekurangan dalam makalah yang kami buat. Semoga makalah yang kami
buat dapat bermanfaat untuk pengetahuan kita untuk tercapainya kesempurnaan
makalah ini, kami mohon kritik dan saran dari semua pembaca. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 13 Oktober 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. QS. Az-Zumar Ayat 9 Beserta Artinya.....................................................................2


B. Tafsir-Tafsir QS. Az-Zumar Ayat 9..........................................................................4
C. Hadist yang berkaitan dengan QS. Az-Zumar ayat 9 dan pendidikan.................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan individu
secara penuh yang syarat akan norma dan nilai-nilai. Bahkan apabila dikaji
secara teliti, Islammerupakan agama ilmu (akal) dan agama amal. Karena itu
Islam selalu mendorongumatnya untuk mempergunakan akalnya guna
menuntut ilmu pengetahuan agar dengan demikian mereka dapat mengetahui
dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah Pendidikan
merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan suatu negara.
Untuk menghasilkan output yang berkualitas, tentunya sistem pendidikan yang
ada harus terkonsep dengan baik dan matang. Pendidikan sebagai disiplin
ilmu, memiliki lima komponen ilmu yang membentuk pendidikan itu, yaitu
kurikulum,konseling, administrasi, pengajaran, dan penilaian.Sebagai sumber
pedoman bagi umat Islam, Al-Qur'an dan Hadist mengandungnilai- nilai yang
membudayakan manusia, begitu pula dengan nilai yang berkaitan dengan
pendidikan banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur'an mengandung motivasi
bagi umat manusia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa
pokok permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut yaitu:
1. Q.S Az-Zumar ayat 9 beserta artinya
2. Tafsir-tafsir Q.S Az-Zumar Ayat 9
3. Hadist yang berkaitan dengan Q.S Az-Zumar ayat 9 dan Pendidikan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Q.S AZ-Zumar ayat 9 beserta artinya.
2. Untuk mengetahui tafsir-tafsir Q.S Az-Zumar Ayat 9
3. Untuk mengetahui hadis yang berkaitan dengan Q.S Az-Zumar ayat 9 dan
pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. QS. Az-Zumar Ayat 9 Beserta Artinya

ْ ‫َّ َوق ما‬ ْ ‫َّال‬ ‫قَِان ٰ اَن‬ ‫ُه‬ ‫َا َّم ْن‬
˝ َِ
َ‫ي حذ‬
‫س جد ۤا ى‬ ‫ي‬ ‫ٌت ۤا‬ ‫َو‬
‫ُر‬ ‫ا ˝ا‬ ‫ِل‬ ‫َء‬
ِ ‫ قُ َ ه ْ ِ وى‬, َ ‫َ ر‬ ُ ‫ا ْ ْٰل ِ َ و‬
‫ذ‬
‫ْح ر ْل ْل ي س ال‬ ‫ج‬ ‫خ َي‬
‫ْي‬ َ‫ت‬
‫ه‬ ‫ب‬
ِ َ‫َمة‬ ‫ْوا‬ ‫َرةَ ْر‬
‫َن‬
'
ُ ‫َ َي ُ َ ِاَّن َ ما َ ُا‬
‫ولوا‬ ِ َ ‫َي ْعلَ ُ م‬
‫َيَتَذ ّك‬ ‫ْعلَ م ن‬ ‫ْو وا ذ ْي‬
‫ُر‬ ‫ْو‬ ‫ل‬ ‫َن لَّ َن‬
◻ ‫ا ْْلَ َْلبا ِ ب‬

(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

2
Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.

Kandungan QS. Az-Zumar ayat 9 :

Ayat ini berisi karakteristik orang-orang mukmin yang selalu taat kepada
Tuhan dengan beribadah di waktu malam, takut terhadap siksa akhirat, dan
mengharap kasih sayang Tuhan. Selain itu, ayat ini juga membandingkan
kedudukan dua kelompok: kelompok orang kafir yang inkonsisten dalam
beragama dan kelompok orang mukmin yang teguh dan konsisten. Dan
jawabannya jelas tidak sama, demikian halnya tidak sama antara orang yang
mengetahui dan tidak. Dan di ayat terakhir tertuliskan bahwasannya hanya ulul
albab yang bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut. Makna mengambil

3
pelajaran yang dimaksud adalah kesanggupan melakukan refleksi dan aksi,
sehingga ulul albab merupakan representasi orang-orang yang mampu
memadukan sosok qaanit (kaya amal kebaikan) dan sosok ‘alim (berwawasan
luas). Berkaitan dengan ini, apabila sesuatu yang pernah terjadi pada diri
seseorang dan ia bisa mengambil hikmah darinya sebagai pijakan untuk
melangkah kedepan dan memperbaiki diri merupakan pemandu menuju kebaikan
hidup.1

Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada


orang-orang kafir Quraisy, apakah mereka lebih beruntung ataukah orang yang
beribadat di waktu malam, dalam keadaan sujud dan berdiri dengan sangat
khusyuknya. Dalam melaksanakan ibadahnya itu timbullah dalam hatinya rasa
takut kepada azab Allah di kampung akhirat, dan memancarlah harapannya akan
rahmat Allah.

Perintah yang sama diberikan Allah kepada Rasul Nya agar menanyakan
kepada mereka apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui? Yang dimaksud dengan orang-orang yang mengetahui
ialah orang-orang yang mengetahui pahala yang akan diterimanya, karena amal
perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan diterimanya apabila ia melakukan
maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak mengetahui ialah orang-orang yang
sama sekali tidak mengetahui hal itu, karena mereka tidak mempunyai harapan
sedikutpun akan mendapat pahala dari perbuatan baiknya, dan tidak menduga
sama sekali akan mendapat hukuman dan amal buruknya.

Di akhir ayat Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang berakallah


yang dapat mengambil pelajaran, baik pelajaran dari pengalaman hidupnya atau
dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya,
juga terdapat pada dirinya atau suri teladan dari kisah umat yang lalu

1
Mahmud Arif, Menyelami Makna Kewahyuan KItab Suci, (Yogyakarta: Idea Press, 2009), Hal,
32.

4
B. Tafsir-Tafsir QS. Az-Zumar Ayat 9
1. Tafsir Ibnu Abbas

(Apakah kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih beruntung) ataukah orang
yang taat di waktu-waktu malam dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut
akan akhirat serta mengharapkan rahmat Rabb-nya? Katakanlah, “Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.

ٌَ‫[( ت َقاِن َو ُه ْن َّم أ‬apakah kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih beruntung] ataukah
orang yang taat), yakni yang taat kepada Allah Ta‘ala, yaitu Nabi saw. dan para
shahabatnya.

َّ ‫( ل ْي‬di waktu-waktu malam), yakni di saat-saat malam hari.


ِ‫الل آَناء‬

‫َ سا َ َوقِائما‬ (dengan bersujud dan berdiri) dalam shalat.


˝ ˝‫ِجدا‬

َ َ‫( رَة ِخ ْْل ا ُر ْحذ‬sedang ia takut akan akhirat), yakni ia takut akan adanya azab akhirat.
َ‫ي‬

‫رب' ِه‬
ِ َ ‫و ُ َر‬
َ (serta mengharapkan rahmat Rabb-nya), yakni surga Rabb-nya.
‫َي ج ْح‬
َ َ
‫مة‬ ‫ْر و‬

Apakah pemilik sifat-sifat tersebut sama dengan Abu Jahl dan kawan-kawannya?

ْ‫( ل ُق‬katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!

‫ْ سَت‬ َ (“Apakah sama) dalam hal pahala dan ketaatan.


‫ِوي‬ ‫ه‬
‫ْل ي‬

َّ ‫ي َن ِذي‬
َ‫ال‬ َ ْ ‫( ن ُمو‬orang-orang yang mengetahui) tauhīdullāh serta Perintah dan
َ ‫عل‬
Larangan-Nya, yaitu Abu Bakr dan teman-temannya.

َ‫َي ْعل‬
َ َّ‫َ وال‬ َ‫ي‬ َ ْ ‫( ن ُمو‬dengan orang-orang yang tidak mengetahui”) tauhīdullāh
َ ‫عل‬
‫ُمون‬
‫ِذي َن‬
‫ل‬
serta Perintah dan Larangan-Nya, yaitu Abu Jahl dan kawan-kawannya?

5
‫َ َي ْعلَ مو إَّن ما َيَتذَ َّك أُ ْولُوا ا َْْل ْاَلب ِب‬ (sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah
َ ِ ُ
‫ُر‬ ‫َن‬
‫ل‬
yang dapat menerima pelajaran), yakni hanya orang-orang yang mempunyai
akallah yang dapat menerima nasihat dari perumpamaan-perumpamaan al-Quran.2

2
Ibnu Abbas, Al-Kalam Digital Versi 1.0, (Bandung: Diponegoro, 2009)

6
2. Tafsir Al Misbah

Awal ayat Sembilan di atas kata ( َْ‫ ) ن َم أ‬aman dalam bentuk pertanyaan
dan ada juga yang membacanya ( َْ‫ ) ن م' أ‬amman. Terdiri dari huruf ( ‫) أ‬
alif dan
( ‫ ) من‬man yang berarti siapa. Kata man berfungsi sebagai subjek, dan predikatnya
tidak tecantum karena telah diisyaratkan oleh kalimat sebelumnya yang
menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-adakan bagi Allah sekutu-
sekutu… Bacaan kedua ( ‫ ) من' أ‬amman terdiri dari dua kata yaitu ( ‫ ) أم‬am
dan ( ‫ ) من‬man, lalu di gabung dalam bacaannya yang mengandung dua
kemungkinan makna. Yang pertama kata am berfungsi sebagai kata yang
digunakan bertanya. Apakah si kafir yang mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
sama dengan yang percaya dan tekun beribadah?. Yang kedua, kata am berfungsi
memindahkan uraian ke uraian yang lain, tidak usah mengancam mereka, tetapi
tanyakanlah apakah sama yang mengada-adakan sekutu bagi Allah dengan yang
tekun beribadah?.

Kata (‫ ) قانت‬qaanit terambil dari kata (‫ )قنوت‬qunuut yaitu ketekunan dalam


ketaatan disertai ketundukan hati dan ketulusannya. Ayat tersebut menggambarkan
sikap lahir & batin. Sikap lahir digambarkan oleh kata-kata saajidan/
َ ‫ر‬
sujud dan qaa’iman/ berdiri sedang sikap batinnya dilukiskan oleh kalimat ( ُ‫ْحذ‬
‫َي‬
‫رب' ِه‬
ِ َ ‫َر‬ ُ ‫َو‬ ‫ ) ا ْْل ِخ‬yang artinya takut kepada akhirat dan mengharapkan
‫ْح‬ ‫ج‬ ‫َي‬ ‫َرَة‬
َ‫َمة‬ ‫و‬ ‫ْر‬

rahmat Tuhannya.

Kata ( ‫ون‬ƒƒƒ‫ ) يعلم‬ya’lamuun sama halnya dengan ilmu pengetahuan,


maksudnya adalah pengetahuan yang bermanfaat, yang menjadikan seseorang
mengetahui hakikat sesuatu lalu menyesuaikan diri dan amalnya dengan
pengetahuan itu. Kata ( ‫ ) كرون' يتذ‬yatadzakkaru berasal dari kata
( ‫ ) ذكر‬dzikr yakni pelajaran/ peringatan.3

3. Tafsir Ibnu Katsir

7
3
Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah (Yogyakarta: Lentera Hati, 2006), Hal. 196-197

8
Allah Swt. berfirman bahwa apakah orang yang mempunyai sifat
demikian sama dengan orang yang mempersekutukan Allah dan menjadikan bagi-
Nya tandingan-tandingan? Jawabannya tentu tidak sama di sisi Allah.

Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


Mereka itu tidak sama: di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus,
mereka mambaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedangkan
mereka juga bersujud (salat). (Ali Imran,: 113)

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


(Apakah kamu, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri. (Az-Zumar: 9)
Yakni dalam keadaan sujud dan berdirinya mereka berqunut. Karena itulah ada
sebagian ulama yang berdalilkan ayat ini mengatakan bahwa qunut ialah khusyuk
dalam salat bukanlah doa yang dibacakan dalam keadaan berdiri semata, yang
pendapat ini diikuti oleh ulama lainnya.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Firas, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari
Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa al-qanit artinya orang yang selalu taat
kepada Allah Swt. Dan Rasul-Nya.
Ibnu Abbas r.a, Al-Hasan, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan ana-al lail ialah tengah malam, yakni waktu-waktu tengah
malam. As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur yang mengatakan, bahwa telah
sampai kepadanya bahwa makna yang dimaksud ialah waktu malam yang terletak
antara Magrib dan Isya. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan ana-al lail ialah permulaan, pertengahan, dan akhirnya.

Firman Allah Swt.:


Sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya.
(Az-Zumar: 9). Yaitu dalam ibadahnya ia takut dan berharap kepada Allah. Dan
merupakan suatu keharusan dalam ibadah terpenuhinya hal ini, juga hendaknya
perasaan takut kepada Allah mendominasi sebagian besar dari masa hidupnya.

9
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: sedangkan ia takut kepada (azab) hari
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya. (Az-Zumar: 9)

Dan apabila sedang menjelang ajal, hendaklah rasa harap lebih menguasai
diri yang bersangkutan, seperti yang dikatakan oleh Imam Abdu ibnu Humaid di
dalam kitab musnadnya. Ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Yahya
ibnu Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, telah
menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. menjenguk seorang lelaki yang sedang menjelang ajalnya, lalu
beliau bertanya, "Bagaimanakah perasaanmu sekarang?" lelaki itu menjawab,
"Aku berharap dan aku takut (kepada azab Allah)." Maka Rasulullah Saw.
bersabda: Tidaklah terhimpun perasaan ini pada kalbu seseorang hamba dalam
keadaan seperti ini, melainkan Allah Swt. memberikan kepadanya apa yang
diharapkannya dan mengamankannya dari apa yang ditakutinya.
Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah telah
meriwayatkan hadis ini, serta Imam Ibnu Majah; semuanya melalui hadis Sayyar
ibnu Hatim, dari Ja'far ibnu Sulaiman dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini garib. Sebagian dari mereka meriwayatkannya
melalui Sabit, dari Anas, dari Nabi Saw. secara mursal.

Ibnu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu
Syaibah, dari Ubaidah An-Numairi, telah menceritakan kepada kami Abu Khalaf
ibnu'Abdullah ibnu Isa Al-Kharraz, telah menceritakan kepada kami Yahya Al-
Bakka, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar r.a. membaca ayat berikut, yaitu
firman-Nya: (Apakah kamu, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
(Az-Zumar: 9) Lalu ia berkata bahwa dialah Usman ibnu Affan r.a. Dan
sesungguhnya Ibnu Umar r.a. mengatakan demikian karena ia melihat Amirul
Mu-minin Usman r.a. banyak mengerjakan salat di malam hari, juga banyak
membaca Al-Qur'an,

10
bahkan sering ia membaca Al-Qur'an dalam satu rakaat, seperti yang telah
diriwayatkan oleh Abu Ubaidah dari Ibnu Umar r.a.

Imam Ahmad mengatakan bahwa Ar-Rabi’ ibnu Nafi' pernah berkirim


surat kepadanya yang isinya menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Al-
Haisam ibnu Humaid, dari Yazid ibnu Waqid, dari Sulaiman ibnu Musa, dari
Kasir ibnu Murrah, dari Tamim Ad-Da'ri r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membaca seratus ayat dalam semalam,
maka dicatatkan baginya pahala qunut semalam suntuk. Hal yang sama telah
diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah-nya dari
Ibrahim ibnu Ya'qub, dari Abdullah ibnu Yusuf dan Ar-Rabi' ibnu Nafi',
keduanya dari Al-Haisam ibnu Humaid dengan sanad yang sama.

Firman Allah Swt.:


Katakanlah, 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9). Maksudnya, apakah orang yang
demikian sama dengan orang yang sebelumnya yang menjadikan tandingan-
tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah? (Jawabannya
tentu saja tidak sama). Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9). Yakni sesungguhnya yang mengetahui
perbedaan antara golongan ini dan golongan yang sebelumnya hanyalah orang
yang mempunyai akal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

C. Hadist Yang Berkaitan Dengan Q.S Az-Zumar Ayat 9 Dan Pendidikan


‫ ان رسول هلال صلى هلال عليه‬: ‫ عن ابي هريرة هلال عنه‬،‫ وابي هلال ْالغر‬،‫ عن ابي سلمة‬،‫ عن ابن شهاب‬،‫حدثنا عبد هلال بن مسلمة‬
‫من‬،‫ فاستخيب له من يسالني فاعطيه‬،‫ من يدعوني‬: ‫ "ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة الى السما الدنيا حين يبقى ثلث الليل ْالخر يقول‬: ‫وسلم قل‬
‫يستغفرني فا غفر له‬

“Bercerita kepada kami Abdullah Ibn Maslamah, dari Malik, dari Ibn
Shihab, dari Abi Salamah, dari Abi Abdillah al-Aghar, dari Abi Hurairah ra:
bahwasanya Rasulullah bersabda: Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga

11
malam yang terakhir seraya berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku maka akan
Aku jawab do‟anya, siapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku kabulkan
permintaannya, dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku maka akan Aku
ampuni dia”

Shalat tahajud memiliki keutamaan yang luar biasa sebagaimana terdapat


pada hadis Nabi SAW, bahwa Allah SWT akan memberikan sembilan jenis
kemuliaan yaitu lima keutamaan di dunia dan empat keutamaan di akhirat.

Maka lima keutamaan di dunia tersebut adalah sebagai berikut:

1. Allah SWT akan memeliharanya dari segala bentuk godaan setan.


2. Terdapat tanda ketaatan dan kepatuhan dimukanya.
3. Manusia dan hamba-hamba Allah SWT yang shaleh akan
mencintainya.
4. Lidahnya selalu mengucapkan perkataan yang mengandung
hikmah.
5. Allah SWT akan menjadikannya orang yang bijaksana, yaitu akan
diberikan pemahaman dalam agamanya.

Selanjutnya empat keutamaan di akhirat, adalah sebagai berikut:

1. Ketika bangkit dari kubur di hari pembalasan kelak, maka


terlihat wajahnya yang berseri.
2. Orang yang ikhlas dan istiqomah dalam tahajud ketika dihisab
akan mendapat keringanan.
3. Bisa melewati jembatan-jembatan shirothol mustaqim,dengan
sangat cepat, laksana halilintar yang menyambar.
4. Allah SWT akan memberikan catatan amalnya di tangan
sebelah kanan.

Dalam aspek kesehatan sholat tahjjud dapat meningkatkan sistem


kekebalan tubuh dalam diri manusai. hal ini dipengaruhi oleh menurunnya

12
hormon kortisol (hormon yang terlibat dalam respon stres dan meningkatkan
tekanan darah dan kadar gula darah) sehingga dapat meningkatkan respon
biologis imun dan menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi)
khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan
motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk
menanggulangi masalah yang dihadapi (coping). Selain hal tersebut seorang
peneliti juga menyebutkan bahwa menyedot oksigen di atmosfer bumi sekitar jam
tiga pagi hingga terbit matahari dan menggerakkan otot-otot di dalam badan kita
akan menyegarkan badan dan melancarkan aliran darah ditubuh kita. Kedua hal
tersebut, yaitu oksigen dan gerakan otot sangat penting bagi kesehatan tubuh
manusia. Oksigen akan hilang dari atmosfer bumi selepas matahari terbit dan
tidak datang lagi sampai besok pagi. Hanya manusia yang bangun pada waktu ini
yang dapat m nikmati oksigen tersebut.

Selain dapat meningkatkan sisten imu, sholat tahajjud juga dapat


meningkatkan kecerdasan otak. Hal ini dipengaruhi oleh Gelombang alpha yang
membawa kita masuk kedalam pikiran bawah sadar pada saat tidur. Dengan itu
pula pikiran dan jiwa menjadi rileks, tenang dan tentram. Karena pikiran dan jiwa
yang rileks inilah membuat kita menjadi sehat karena pembuluh darah terbuka
lebar sehingganya melancarkan peredaran darah mengalir keseluruh tubuh. Dan
pada saat sujud oksigen dalam darah mengalir secara maksimal ke dalam otak
sehingga asupan oksigen otak terpenuhi hal inilah yang membuat otak kita
menjadi lebih segar dan lebih cerdas.

Hal ini juga dijelaskan dalam alqur’an pada surah az-zariat ayat 15 yang
artinya;

“sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan


mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang
berbuat baik;mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir malam
mereka memohon ampun (kepada Allah).Dan pada harta-harta mereka ada hak
untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bahagian.”

13
Dari sini dapat kita ambil hikmah bahwa sholat yang kita kerjakan tidak
hanya menjadi kewajiban semata bagi umat islam akan tetapi sholat dapat
dijadikan sarana peningkatan kesehatan dan penyembuh penyakit bagi tubuh dan
kecerdasan bagi otak .

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nilai-nilai Pendidikan yang terkandung di dalam Al-Qur’an Surat Az-
Zumar ayat 9 adalah nilai gemar membaca atau belajar atau perintah untuk
membaca dan memahami, nilai Ketauhidan atau perintah agar manusia
memiliki keimanan, nilai keilmuan atau perintah mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan cara memikirkan ciptaan langit dan bumi, menyuruh
untuk berfikir, mengamati dan meneliti alam semesta, nilai gemar menulis atau
perintah untuk menghasilkan karya ilmiah, nilai akhlak, dengan diterapkannya
akhlak maka akan tercipta kehidupan yang tertib, teratur, aman, damai, dan
harmonis, sehingga setiap orang akan merasakan kenyamanan, nilai ibadah dan
nilai ketakwaan, ibadah dan takwa sangat berarti bagi kehidupan manusia
untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mahmud. Menyelami Makna Kewahyuan KItab Suci. Yogyakarta. Idea Press.
2009.
Ibnu Abbas. Al-Kalam Digital Versi 1.0. Bandung. Diponegoro,. 2009.
Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah . Yogyakarta. Lentera Hati. 2006.

Al-Hafizh Zaki Al-Din „Abd Al-„Azhim Al-Mundziri. Ringkasan Shohih Muslim.


Terj. Syinqithy Djamaluddin dan H.M. Mochtar Zoerni. 2002

Sholeh. Terapi Shalat Tahajud. Jakarta. PT Mizan Publika. 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai